LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA (FA 2204) PERCOBAAN VI KECEPATAN DISOLUSI Tanggal Praktikum : Senin, 23 Februari 2015 Tanggal Pengumpulan : Senin, 2 Maret 2015 Disusun oleh: KELOMPOK SENIN-2 Threefanny Pinta Anugrah 10713010 Khairunnissa Aulia Rahma 10713014 Bagus Triyanto 10713021 Salma Nurvita Anggraini 10713047 Asisten: Amelia Hidajat 10711077 LABORATORIUM FARMASI FISIKA PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA (FA 2204)
PERCOBAAN VI
KECEPATAN DISOLUSI
Tanggal Praktikum : Senin, 23 Februari 2015
Tanggal Pengumpulan : Senin, 2 Maret 2015
Disusun oleh:
KELOMPOK SENIN-2
Threefanny Pinta Anugrah 10713010
Khairunnissa Aulia Rahma 10713014
Bagus Triyanto 10713021
Salma Nurvita Anggraini 10713047
Asisten:
Amelia Hidajat 10711077
LABORATORIUM FARMASI FISIKA
PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI
SEKOLAH FARMASI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
1. TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan pengaruh kecepatan pengadukan terhadap kecepatan disolusi serbuk asam
salisilat.
2. TEORI DASAR
Kecepatan disolusi adalah suatu ukuran yang menyatakan banyaknya suatu zat yang dapat
terlarut dalam pelarut tertentu menjadi bentuk molekular yang melibatkan interaksi antarmuka
padat dan cairan setiap satuan waktu. Disolusi merupakan bagian penting dalam bidang farmasi
karena sangat berpengaruh pada proses pelepasan obat dalam tubuh. Keefektifan tablet dalam
melepas zat aktifnya ke dalam sistem absorpsi sangat bergantung pada kecepatan disolusi. Pada
teori disolusi dapat diasumsikan terdapat sebuah lapisan difusi air atau lapisan tipis cairan yang
stagnan dengan ketebalan h pada bagian permukaan padatan yang sedang melakukan proses
disolusi, seperti yang tampak pada gambar berikut:
Kecepatan disolusi menurut Noyes and Whitney, yaitu:
Bila C < 20% Cs, C dapat diabaikan sehingga harga ( Cs-C ) dianggap sama dengan Cs.
Jadi, persamaan kecepatan disolusi adalah sebagai berikut :
Keterangan : 𝑑𝑀
𝑑𝑡 = kecepatan disolusi
D = keofisien difusi
S = luas permukaan zat
Cs = kelarutan zat padat
C = konsentrasi zat dalam larutan pada waktu t
h = tebal lapisan difusi
𝑑𝑀
𝑑𝑡 =
𝐷𝑆
ℎ Cs
Penentuan kecepatan disolusi dapat dilakukan dengan metode suspensi dan metode
permukaan konstan. Berikut dua tipe alat penentu kecepatan disolusi:
Kedua alat disolusi di atas hampir sama tetapi pada gambar (b) luas permukaan tablet tetap
konstan ketika melarut. Desain ini menguntungkan dalam penelitian dan formulasi produk.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan disolusi, yaitu: suhu, viskositas, pH pelarut, kecepatan
pengadukan, ukuran partikel, polimorfisme, dan sifat permukaan zat. Salah satu faktor yang
mempengaruhi kecepatan disolusi yaitu kecepatan pengadukan, yang berpengaruh terhadap
tebal lapisan h. Semakin cepat pengadukan, maka tebal lapisan h akan semakin cepat berkurang
(semakin tipis), akibatnya, laju kecepatan disolusi akan meningkat sesuai persamaan Noyes-
Whitney.
3. ALAT DAN BAHAN
Alat Bahan
- Apparatus uji disolusi tipe 2 (paddle method)
- Gelas kimia
- Buret
- Labu erlenmeyer
- Pipet tetes
- Batang pengaduk
- Thermostat
- Asam salisilat 2 g x 3
- NaOH 1 g
- Kalium biftalat 2 g
- Fenoftalein
- Aquadest
(a) (b)
- Termometer
- Syringe 10 mL + selang
- Gelas ukur
- Kertas saring
- Stopwatch
- Timbangan elektrik
- Spatula
4. METODOLOGI PERCOBAAN
Bejana disambungkan ke thermostat kemudian diisi dengan aquades sebanyak 350 mL.
Thermostat diatur pada suhu 30°C. Suhu dalam bejana dipastikan terlebih dahulu dengan
menggunakan termometer pada suhu 30°C. Setelah mencapai suhu 30°C, asam salisilat yang
telah ditimbang sebanyak 2 gr dimasukkan ke dalam motor penggerak serta segera dinyalakan
pada kecepatan 50 rpm untuk bejana. Kemudian sebanyak 10 mL air di bejana diambil dengan
ketinggian kira-kira 1/3 tinggi bejana dari dasar pada selang waktu 1, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30
menit setelah batang pengaduk berputar. Setelah selesai pada setiap pengambilan sampel,
segera digantikan dengan 10 mL aquadest. Percobaan dilakukan sama untuk kecepatan
pengadukan 100 rpm dan 150 rpm. Selanjutnya, untuk menentukan kadar asam salisilat terlarut
dalam sampel, dilakukan titrasi asam basa menggunakan NaOH 0,05 N dan indikator
fenolftalein. Pembuatan larutan NaOH yaitu dengan melarutkan 1 gr NaOH dalam 500 mL
pada gelas kimia. Pembakuan NaOH dengan menggunakan Kalium Biftalat yaitu dengan
melarutkan K-Biftalat 2 gr dalam 100 mL untuk mendapatkan konsentrasi 0,0979 M.
Dilakukan koreksi perhitungan kadar yang diperoleh setiap waktu.
5. DATA PENGAMATAN
5.1. Pembakuan NaOH dengan K-biftalat
Titrasi Volume K-biftalat 0.0979 M (mL) V NaOH 0.05 M (mL)
1 10 mL 20.2
2 10 mL 20.2
5.2. Titrasi sampel Asam salisilat hasil disolusi pada waktu pengambilan dan kecepatan
pengadukan tertentu
Titrasi
Duplo
(V: 5 mL)
Waktu
(menit)
Volum NaOH (mL)
50 rpm Rata-rata
50 rpm 100 rpm
Rata-rata
100 rpm 150 rpm
Rata-rata
150 rpm
1 1
0.05 0.05
0.1 0.075
0.05 0.05
2 0.05 0.05 0.05
1 5
0.05 0.05
0.1 0.1
0.1 0.125
2 0.05 0.1 0.15
1 10
0.15 0.125
0.15 0.125
0.2 0.2
2 0.1 0.1 0.2
1 15
0.15 0.15
0.15 0.15
0.3 0.3
2 0.15 0.15 0.3
1 20
0.15 0.175
0.2 0.225
0.35 0.35
2 0.2 0.25 0.35
1 25
0.2 0.2
0.25 0.275
0.4 0.4
2 0.2 0.3 0.4
1 30
0.25 0.25
0.3 0.325
0.45 0.45
2 0.25 0.35 0.45
6. PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA
6.1. Pembakuan NaOH 0.05 M
Massa K-biftalat yang ditimbang untuk pembakuan: 2 g dilarutkan dalam 100 mL (Mr
K-biftalat: 204.2 g/mol)
Massa NaOH yang ditimbang untuk pembuatan larutan NaOH 0.05 N (0.05 M)
sebanyak 500 mL: 1 g (Mr: 40 g/mol)
Konsentrasi K-biftalat = 2
204.2⁄
0.1= 0.0979 𝑀
Konsentrasi NaOH = 1
40⁄
0.5= 0.05 𝑀
Volume K-biftalat pada labu erlenmeyer = 10 mL
Volume rata-rata NaOH 0.05 M untuk titrasi = 20.2+20.2