Top Banner
LAPORAN KASUS MIOMA UTERI OLEH : Made Angga Diningrat H1A 004 031 PEMBIMBING : dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya 1
34

Laporan Kasus Mioma Angga2

Feb 12, 2016

Download

Documents

alnaj

kkk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Kasus Mioma Angga2

LAPORAN KASUS

MIOMA UTERI

OLEH :

Made Angga Diningrat

H1A 004 031

PEMBIMBING :

dr. Edi Prasetyo Wibowo, Sp.OG

Dalam Rangka Mengikuti Kepaniteraan Klinik Madya

Di Lab/SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/RSU Mataram

2009

1

Page 2: Laporan Kasus Mioma Angga2

KATA PENGANTAR

Puji sukur penulis panjatkan ke pada Shang Hyang Widhi Wasa sehingga laporan

kasus ini dapat diselesaikan.

Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari Lab/

SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram/

RSU Mataram. Dalam penyusunan laporan yang berjudul “Mioma Uteri” ini penulis

memperoleh bimbingan, petunjuk serta bantuan moral dari berbagai pihak.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada penulis:

1. Dr. Edi P. Wibowo, SpOG selaku Dosen Pembimbing laporan kasus ini dan selaku kepala

SMF kebidanan dan Penyakit Kandungan RSU Mataram.

2. Dr. Agus Thoriq, Sp.OG, selaku Koordinator Pendidikan Bagian/ SMF Kebidanan dan

Kandungan RSU Mataram

3. Dr. H. Doddy Ario Kumboyo, SpOG (K) selaku supervisor.

4. Dr. Gede Made Punarbawa, SpOG selaku supervisor.

5. Dr. A. Rusdhy H. Hamid, SpOG selaku supervisor.

6. Rekan-rekan dokter muda

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan

masukan, bantuan dan informasi dalam pengumpulan bahan tinjauan pustaka.

Menyadari masih terdapat banyak kekurangan, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan kasus ini. Semoga laporan

kasus ini dapat memberikan manfaat dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penulis

dan kepada pembaca dalam menjalankan praktek sehari-hari sebagai dokter.

Mataram, 12 Maret 2009

Penulis

2

Page 3: Laporan Kasus Mioma Angga2

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga

disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu

keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala

yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis.(1,3)

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai

sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum

pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira

10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari

seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita

ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun

(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita

yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya

hamil 1 kali.(2,3)

Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri mulai

tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut rahim. Bentuk tumor

bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh didalam otot rahim yang dikenal

dengan intramural mioma. Tumor mioma ini akan cepat memberikan keluhan, bila mioma

tumbuh kedalam mukosa rahim, keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus

dan diluar siklus haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang

dikenal dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi seseorang

baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah perut dijumpai benjolan

keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila tumor sudah sangat besar.(4)

Berikut ini diajukan suatu kasus seorang wanita 46 tahun dengan diagnosa mioma

uteri, yang selanjutnya ditatalaksana untuk laparotomi dengan Miomektomi. Selanjutnya akan

dibahas apakah diagnosa, tindakan, penatalaksaaan ini sudah tepat dan sesuai dengan literatur.

3

Page 4: Laporan Kasus Mioma Angga2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat

kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel.

Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine

fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan

keganasan.(1,5,6)

2.2. Epidemiologi

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak.

Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah

menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden

mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri

ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor

ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan

jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering

melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini

dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik

menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau

hanya hamil 1 kali. Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras,

kegemukan dan nullipara.(2,3)

2.3. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan diduga

merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma merupakan sebuah tumor

monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik dari sebuah sel neoplastik tunggal.

Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas kromosom lengan 12q. Ada beberapa faktor

yang diduga kuat sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : (3)

4

Page 5: Laporan Kasus Mioma Angga2

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun, ditemukan

sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering

memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang relatif infertil,

tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil menyebabkan mioma uteri

atau sebaliknya mioma uteri yang menyebabkan infertil, atau apakah kedua

keadaan ini saling mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita berkulit hitam,

angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras, kejadian tumor ini

tinggi pada wanita dengan riwayat keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarke, berkembang

setelah kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.

2.4. Patofisiologi

Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari penggandaan

satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya perkembangan dari sel otot uterus

atau arteri pada uterus, dari transformasi metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel

embrionik sisa yang persisten. Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen

yang mengalami mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian

menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu t(12;14)

(q15;q24).

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast. Percobaan

Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor

fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek

fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron.

Pemberian agonis GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat

mengurangi ukuran mioma. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan

dengan respon mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat

bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal dan insulin-

like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk, telah mendemonstrasikan

munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada mioma daripada

miometrium normal dan mungkin penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-bukti

masih kurang meyakinkan karena tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah

5

Page 6: Laporan Kasus Mioma Angga2

menopause sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang

berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia dini.(3)

2.5. Klasifikasi mioma uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang terkena.(3)

1. Lokasi

• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan infeksi.

• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.

• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

• Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian

dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini dapaat menyebabkan

dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari serviks dan menjadi nekrotik, akan

memberikan gejala pelepasan darah yang tidak regular dan dapat disalahartikan

dengan kanker serviks.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang lebih penting

dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri subserosa ataupun intramural

walaupun ditemukan cukup besar tetapi sering kali memberikan keluhan yang tidak

berarti. Sebaliknya pada jenis submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan

keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga

sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

• Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai tonjolan saja,

dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.

Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum dan disebut

sebagai mioma intraligamenter. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga

peritoneal sebagai suatu massa. Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium

di sekitarnya menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke

omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga mioma akan

terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum.

Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

6

Page 7: Laporan Kasus Mioma Angga2

• Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel apabila masih

kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan menyebabkan uterus

berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak

memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa

tumor di daerah perut sebelah bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma

subserosa dan kadang-kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat

besar, padat (jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan halus. Pada

potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip potongan daging ikan.

Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan miometrium yang sehat, sehingga tumor

mudah dilepaskan. Konsistensi kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi

menjadi lunak. Bila terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara

histologik tumor ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk

pusaran, meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,

kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel otot polos

cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan ikat. Pada mioma uteri

dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh

karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi

secara sekunder dari atropi postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau

transformasi maligna.

7

Page 8: Laporan Kasus Mioma Angga2

2.6. Gejala klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan

ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul sangat tergantung pada

tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : (6)

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan

dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara

lain adalah :

- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno karsinoma

endometrium.

- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara

serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya

dengan baik.

2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi

darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran

mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis

servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung

kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter

dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi

dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan

edema tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars intertisialis

tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena

distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas

sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan

suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.

8

Page 9: Laporan Kasus Mioma Angga2

2.7. Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya, faktor resiko

serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat diduga dengan

pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang tidak teratur, gerakan bebas,

tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat perdarahan uterus

yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan laboratorium yang perlu

dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama untuk mencari kadar Hb.

Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen pada uterus.

Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada abdomen bawah dan

pelvis dan kadang terlihat tumor dengan kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang tumbuh ke

arah kavum uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma uteri, namun

biaya pemeriksaan lebih mahal.

2.8. Diagnosis banding

1. Adenomiosis

2. Neoplasma ovarium

3. Kehamilan

2.9. Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan mioma uteri

tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran tumor, sehingga biasanya

mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara cepat dan bergejala serta mioma yang

diduga menyebabkan fertilitas. Secara umum, penanganan mioma uteri terbagi atas

penanganan konservatif dan operatif. (3)

9

Page 10: Laporan Kasus Mioma Angga2

A. Penanganan konservatif

Cara penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post

menopause tanpa gejala. dapat dilakukan sebagai berikut :

1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.

2) Monitor keadaan Hb

3) Pemberian zat besi

4) Penggunaan agonis GnRH, agonis GnRH bekerja dengan menurunkan regulasi

gonadotropin yang dihasilkan oleh hipofisis anterior. Akibatnya, fungsi ovarium menghilang

dan diciptakan keadaan ”menopause” yang reversibel. Sebanyak 70% mioma mengalami

reduksi dari ukuran uterus telah dilaporkan terjadi dengan cara ini, menyatakan kemungkinan

manfaatnya pada pasien perimenopausal dengan menahan atau mengembalikan pertumbuhan

mioma sampai menopause yang sesungguhnya mengambil alih. Tidak terdapat resiko

penggunaan agonis GnRH jangka panjang dan kemungkinan rekurensi mioma setelah terapi

dihentikan tetapi, hal ini akan segera didapatkan dari pemeriksaan klinis yang dilakukan

B. Penanganan operatif

Intervensi operasi atau pembedahan pada penderita mioma uteri adalah :

1) Perdarahan uterus abnormal yang menyebabkan penderita anemia

2) Nyeri pelvis yang hebat

3) Ketidakmampuan untuk mengevaluasi adneksa (biasanya karena mioma berukuran

kehamilan 12 minggu atau sebesar tinju dewasa)

4) Gangguan buang air kecil (retensi urin)

5) Pertumbuhan mioma setelah menopause

6) Infertilitas

7) Meningkatnya pertumbuhan mioma

Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi adalah

pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan

misalnya pada mioma submukosum pada myoma geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina.

Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai.

Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan

akan terjadi kehamilan adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang

umumnya tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau pervaginam.

10

Page 11: Laporan Kasus Mioma Angga2

Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada

perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur

pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan

timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila

terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus.(6)

Kriteria menurut American College of Obstetricians Gynecologists (ACOG) untuk

histerektomi adalah sebagai berikut :

1) Terdapatnya 1 sampai 3 mioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari luar dan

dikeluhkan oleh pasien.

2) Perdarahan uterus berlebihan, meliputi perdarahan yang banyak dan bergumpal-gumpal

atau berulang-ulang selama lebih dari 8 hari dan anemia akibat kehilangan darah akut atau

kronis.

3) Rasa tidak nyaman di pelvis akibat mioma uteri meliputi nyeri hebat dan akut, rasa tertekan

punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis dan penekanan pada vesika urinaria

mengakibatkan frekuensi miksi yang sering.

Gambar 1. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri. (5)

11

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Mioma

Page 12: Laporan Kasus Mioma Angga2

2.10. Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi.

Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder

tersebut antara lain : (6)

• Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.

• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya

sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari

kelompok lainnya.

• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma

menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi agar-agar, dapat

juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai

limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium

atau suatu kehamilan.

• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut

oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur

pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto

rontgen.

• Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan dan nifas.

Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi.

Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah

disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila

terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada

uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran

tangkai tumor ovarium atau mioma bertangkai.

• Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : (6)

1. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh

mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus. Keganasan umumnya

baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat. Kecurigaan

akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi

pembesaran sarang mioma dalam menopause.

12

Page 13: Laporan Kasus Mioma Angga2

2. Torsi (putaran tangkai).

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut

sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut.

Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut tidak terjadi.

3. Nekrosis dan infeksi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena

gangguan sirkulasi darah padanya.

13

Page 14: Laporan Kasus Mioma Angga2

BAB III

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : Nyonya “Shn”

Umur : 46 tahun

Agama : Islam

Suku/Bangsa : Sasak

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Petani

Nama Suami : Tuan “Ad”

Suku/Bangsa : Sasak

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Petani

Status : Nikah ~ 20 tahun

Alamat : Gunung sari

MRS : 18 maret 2009 pukul 08.00 WITA

MR : 914287

II. ANAMNESIS :

Keluhan Utama : Nyeri perut bagian bawah dan gangguan haid

Penderita datang ke Poli kandungan RSU Mataram (17/02/2009) dengan keluhan nyeri

perut bagian bawah sejak 10 hari yang lalu (07/02/2009), perut terasa penuh dan berat serta

keras sejak 5 bulan yg lalu. Penderita juga mengeluh gangguan haid sejak 1 tahun yang lalu.

Dalam sebulan siklus : teratur 28 hari sekali, lamanya haid ±10 hari, darah banyak (5-6

pembalut/ hari) selama 3 hari, nyeri haid (+), flour albus (+) selama ± 5 hari, warna kuning

dan berbau amis.

Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, tidak ada nyeri saat/ sebelum/ sesudah

BAK. Sulit buang air besar dan nyeri saat BAB tidak ada. Penderita kadang merasa pusing

dan mual-mual. Pasien MRS melalui poli kandungan dan direncanakan untuk operasi elektif

miomektomi.

14

Page 15: Laporan Kasus Mioma Angga2

Riwayat menstruasi sebelum terjadi gangguan haid :

- menarche : umur 15 tahun.

- siklus : teratur 30 hari sekali.

- banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)

- lamanya : 7 hari

Riwayat Perkawinan : suami ke I, menikah 1x selama 20 tahun

Riwayat Kehamilan :

1. Perempuan, Dukun, normal, 16 thn.

2. Perempuan, Dukun, normal, 12 thn.

3. Perempuan, Dukun, normal, 7 thn.

Riwayat Kontrasepsi:

Penderita pernah menggunakan kontrasepsi jenis jenis suntik 3bln.

RPD: Pasien tidak pernah memiliki riwayat terkena penyakit berat. Riwayat DM (-), asma (-),

hipertensi (-), kelainan jantung (-), penyakit paru (-), hepatitis (-).

RPK: tidak ada

Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan cuaca.

III. PEMERIKSAAN FISIK (17/02/2008)

Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : E4V5M6

BB : 41 kg

TB : 150 cm

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

T rectal : 36,7 0C

Mata : anemis -/-, ikterus -/-

Leher : KGB tidak teraba, JVP tidak meningkat

Thorax : Cor : S1 S2 tunggal, Reguler, Murmur (-), Gallop (-)

Pulmo : Ves +/+, Rh -/-, Whez -/-

Abdomen : distensi (-), BU (+) Normal

Ekstremitas : hangat (+), edema (-/-)

15

Page 16: Laporan Kasus Mioma Angga2

Status Ginekologis

Abdomen : Teraba massa padat, kenyal, mobile ukuran 6 x 6 cm,

Nyeri tekan (+)

Inspekulo : Fluor (+), Fluksus (-), P (-), livide (-).

VT : P (-), nyeri (-)

CU AF --- lebih besar dari normal ~ 8-10 minggu.

APCD ---- nyeri (-), massa (-).

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium : DL, HbsAg, BT, CT, LFT, BUN, SC

19/07/2009

Hb : 11 g%, Leukosit : 11.000/mm3

LED : 20, BT : 3’30’’, CT: 5’15”, HbsAg : (-)

Leukosit : 14.500 /mm3, Hct : 37,3, Trombosit : 400.000 /mm3

GDS : 90, SGOT : 13, SGPT : 26, Albumin : 4,6

Urea : 18, Kreatinin : 0,6

17/02/2009

USG oleh dr A.Rusdhy.H.H, SpOG

Tampak uterus membesar ukuran 6,6x 6,9 cm.

Kesan : mioma uteri

V. DIAGNOSIS

Mioma Uteri

VI. PENATALAKSANAAN

Cek Laboratorium : Darah Lengkap (DL), HbSAg, HbsAg, BT, CT, LFT,

BUN, SC

Konsul anastesi

Rencana untuk dilakukan laparotomi (Miomektomi)

Operasi tanggal 18-03-2009 (jam 09.30 wita)

16

Page 17: Laporan Kasus Mioma Angga2

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 76x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,3 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

A : Mioma Uteri

P :

1. Operator : dr. Agus Thoriq, SpOG

2. Temuan Operasi : membuka peritoneum rongga peritoneum dapat dipisahkan

(tidak terjadi perlengketan omentum usus), ligamentum rotundum kanan dan kiri dapat

dievaluasi, terlihat uterus yang membesar sebesar kepalan tangan orang dewasa

bentuk oval simetris, tuba dan ovarium dapat dievaluasi dalam batas normal,

dilakukan pembelahan uterus tampak mioma uteri submokosa.

3. Tindakan Operasi : Diputuskan untuk melakukan Sub Total Histerektomi (supra

vaginal)

4. Terapi post operasi :

a. Ampicillin inj 3 x 1 g iv

b. Kaltrofen supp 3 x 1 supp

VII. Follow Up

18-02-2009

S : (-)

O : KU : Baik

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 82x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler +/=, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik, Perdarahan (-)

17

Page 18: Laporan Kasus Mioma Angga2

A : Post operasi hari ke I

P : - Gentamicin 2x 80 mg

- Kaltrofen 3 x 1 ampul

19-03-2009

S : Luka operasi terasa nyeri

O : KU : Baik

Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 86x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,3 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi masih basah, tanda radang (-), Perdarahan (-)

A : Post operasi hari ke II

P : - Gentamicin 2x 80 mg

- Kaltrofen 3 x 1 ampul

20-03- 2009

S : Luka operasi terasa nyeri

O : KU : Baik

Tensi : 110/70 mmHg

Nadi : 83x/menit

Nafas : 24x/menit

Suhu : 36,5 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler +/+, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi masih basah, tanda radang (-), Perdarahan (-)

A : Post operasi hari ke III

18

Page 19: Laporan Kasus Mioma Angga2

P : - Memulangkan pasien

- KIE pasien untuk datang kontrol ke poli seminggu lagi dan bila ada keluhan

19

Page 20: Laporan Kasus Mioma Angga2

BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi padat kenyal,

batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga

dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri

bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.(1,5,6)

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 46 tahun dengan

diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan

diduga merupakan penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi pada pasien tersebut

kemungkinan karena umur pasien 46 tahun dimana tumor ini paling sering memberikan gejala

klinis antara 35-45 tahun. Diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen dengan

pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah menarche, berkembang setelah

kehamilan dan mengalami regresi setelah menopause.(3)

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul sangat tergantung pada tempat

sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukusa, subserusa), besarnya tumor,

perubahan dan komplikasi yang terjadi.(6) Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain

gangguan haid berupa menoragia yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau

lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam

uterus, misalnya adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa

dan dengan kontraktilitas yang terganggu.(6) Gejala yang lain yaitu rasa penuh (kemeng), nyeri

dan berat pada perut bagian bawah serta gangguan BAK berupa retensio urine. Gangguan ini

tergantung dari besar dan tempat mioma uteri sehingga menimbulkan gejala dan tanda

penekanan.(6)

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang berarti

hemodinamik pasien masih baik. Pada palpasi abdomen teraba massa mioma berukuran 6x6

cm yang berkonsistensi padat, kenyal dan bersifat mobile. Konsistensi dari mioma bervariasi

dari keras seperti batu hingga lembek, walaupun sebagian besar memiliki konsistensi kenyal

seperti karet.(8) Pada pemeriksaan inspekulo didapatkan fluor kemungkinan pada pasien ini

juga sudah terjadi infeksi pada serviksnya dan fluksus karena perdarahan yang ditimbulkan

mioma. Selain itu tidak didapatkan pembukaan kemungkinan karena mioma yang tidak

20

Page 21: Laporan Kasus Mioma Angga2

sampai mendesak dari dalam porsio. Dari pemeriksaan dalam juga ditemukan hal serupa,

besar serta konsistensi corpus uteri sesuai 8-10 minggu.

Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran uterus

yang membesar dengan ukuran 6,6 x 6,9 cm dengan kesan mioma uteri. Pemeriksaan dengan

CT scan juga dapat dilakukan, (9)

Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri dan

menometroragia melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

dilakukan. Pada anamnesis yang menunjang diagnosis mioma uteri adalah didapatkan keluhan

perdarahan pervaginam. Kemudian dari pemeriksaan fisik ditemukan ditemukan fundus uteri

2 jari di atas simpisis pubis. Dari inspekulo dan VT didapatkan fluor kemudian juga teraba

massa mioma berukuran 6 x 7 cm. Pencitraan dengan USG semakin memperkuat diagnosis

mioma uteri dimana terdapat uterus yang membesar dengan ukuran 6,6 x 6,9 cm.

Penatalaksanaan pasien ini dilakukan konsul anastesi untuk mengevaluasi keadaan

pasien untuk operasi. Direncanakan laparatomi elektif dan tindakan Sub Total Histerektomi

karena diharapkan dapat mengendalikan perdarahan mengingat usia ibu yg sudah cukup untuk

usia reproduksi Dalam hal ini fungsi dari uterus tidak dipertahankan dinailai dari usia ibu

yaitu 46 tahun dan jumlah anak yg sudah cukup. Histerektomi subtotal umumnya dilakukan

dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma uteri.(6)

21

Page 22: Laporan Kasus Mioma Angga2

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Available from :

http://www.ksuheimi.blogspot.com. (Accessed : November 21, 2008).

2. Pinkerzzz, 2007. Mioma Uteri. Available from :

http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. (Accessed : November 21, 2008).

3. Jevuska O., 2007. Mioma Geburt. Available from :

http://www.oncejevuska.blogspot.com. (Accessed : November 21, 2008).

4. Anonim, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma)   Rahim . Available from :

http://www.klinikandalas.wordpress.com. (Accessed : November 21, 2008).

5. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman Diagnosis-Terapi dan

Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK UNUD RS Sanglah, Denpasar.

6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku Ilmu

Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo, Jakarta.

7. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :

http://www.geocities.com. (Accessed : November 21, 2008).

8. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available from :

http://www.gynalternatives.com. (Accessed : November 21, 2008).

9. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus – Leiomyoma Uteri and the

Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc. Graw-Hill

International, Singapore.

22