BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap batuan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu tertentu. Tanah secara umum dapat diartikan sebagai komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, serta mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Hal ini semakin memperkuat bahwa tanah mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses kehidupa. Tanah juga dapat dipandang sebagai hasil pelapukan biokimia alam, dan sebagai tempat dimana tumbuhan dapat hidup. Tanah merupakan tubuh alam bebas pada permukaan bumi yang dapat menunjang pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat yang dihasilkan dari interaksi antara bahan induk, iklim, organisme 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah benda alami yang terdapat di permukaan bumi yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil alam tanaman dan hewan
yang mampu menumbuhkan tanaman dan memiliki sifat tertentu akibat
pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak sebagai atau terhadap
batuan induk dalam keadaan wilayah tertentu selama jangka waktu
tertentu.
Tanah secara umum dapat diartikan sebagai komponen lahan
berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan
bahan organik, mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, serta mempunyai
kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Hal ini semakin memperkuat bahwa tanah mempunyai peranan yang
sangat penting dalam proses kehidupa. Tanah juga dapat dipandang
sebagai hasil pelapukan biokimia alam, dan sebagai tempat dimana
tumbuhan dapat hidup.
Tanah merupakan tubuh alam bebas pada permukaan bumi yang
dapat menunjang pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat yang dihasilkan
dari interaksi antara bahan induk, iklim, organisme (jasad), topografi dan
waktu. Bagi semua mahluk hidup yang berada di permukaan bumi ini
sangat bergantung kepada tanah karena tanah itu merupakan tempat
bertumpu manusia, hewan dan tumbuhan dengan segala aktivitasnya.
Bagi tumbuhan, tanah selain sebagai tempat bertumpu juga berfungsi
sebagai penyedia hara, air dan udara.
Ilmu Tanah adalah ilmu yang mempelajari asal, cara terbentuk, dan
sifat tanah secara umum. Ilmu Tanah perlu dipelajari karena dengan
adanya peningkatan penduduk yang sangat pesat menyebabkan sumber
daya tanah menurun. Penyusutan luas tanah karena penggunaan lahan
pertanian beralih ke lahan non pertanian. Tanah mempunyai tingkat
kesuburan yang berbeda sehingga pemberian pupuk tidak selalu
1
meningkatkan produksi. Selain itu, peladangan berpindah menjadi
pertanian menetap menyebabkan tanah dipaksa berproduksi maksimal dan
faktor dalam tanah berpengaruh pada pertumbuhan tanaman.
Ilmu Tanah berdasarkan pada pendekatannya dibedakan menjadi
dua cabang, yaitu Pedologi dan Edafologi. Pedologi adalah cabang Ilmu
Tanah sebagai suatu bagian dari alam yang berada di permukaan bumi,
ditekankan pada hubungan antara tanah dengan faktor pembentuknya.
Edafologi adalah cabang Ilmu Tanah yang mempelajari sebagian alat
produksi pertanian, ditekankan pada hubungan antara tanah dengan dengan
tanaman.
Keberadaan tanah di muka bumi ini sangatlah beragam.
Keragaman tanah tersebut meliputi aspek morfologi tanah dan morfologi
lahan. Dengan dasar tersebut, maka manusia melakukan penelitian
terhadap tanah. Sehingga penelitian tersebut ditujukan agar dapat
mempertahankan kelestarian dan kesuburan tanah.
B. Tujuan Praktikum
Praktikum Ilmu Tanah ini memilik beberapa tujuan dalam
pelaksanaanya, yaitu:
1. Pencanderaan bentang lahan
2. Mengetahui profil tanah
3. Mengatahui horizon-horizon
4. Mengetahui sifat-sifat fisika tanah
5. Mengetahui sifat-sifat kimia tanah
6. Mengetahui pH tanah
7. Mengetahui kadar lengas tanah
C. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum ilmu tanah ini diselenggarakan di 3 tempat yaitu :
1. Lokasi ke-1
Tempat : Jatikuwung
Hari/tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2012
Waktu : Pukul 09.00-11.00 WIB
2
2. Lokasi ke-2
Tempat : Fakultas Pertanian UNS
Hari/tanggal : Sabtu, 6 Oktober 2012
Waktu : Pukul 15.00-17.00 WIB
3. Lokasi ke-3
Tempat : Sukosari, jumantono Karanganyar
Hari/tanggal : Minggu, 7 Oktober 2012
Waktu : Pukul 07.00-09.00 WIB
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pencandraan Bentang Lahan
Perubahan iklim akan menimbulkan beberapa dampak. Dampak yang
dimaksudkan adalah gangguan musim, terjadinya iklim yang ekstrim, banjir
di satu tempat dan kekeringan di tempat lain. Serta perubahan suhu dan
kelembaban udara (easterling et al., 2000)
Fisiografi adalah pencandraan tentang genesis tanah dan evolusi
bentuk wilayah. Bentuk wilayah diklasifikasikan atas dasar agensia
pembentuknya, yaitu fluvial, marine, lacustrin, eolin, biotika, glacial, orogen,
dan vulkanisme. Atau bentuk lisin yang terjadi dari kerja gabungan dua atau
lebih agensia (Anonim 2007).
Perbedaan karakteristik tanah menempati perbedaan pemandangan
dalam sebuah toposekwen adalah secara prinsip disebabkab oleh air,
pergerakan mineral dan distribusi dalam lereng. Meskipun run off adalah
yang paling jelas dan proses paling dramatis dalam distribusi air. Aliran
permukaan adalah paling penting dibanding aliran aliran daratan dalam tanah
di daerah humid ( Anonim 2006 ).
Semua energi di alam raya termasuk yang digunakan dalam proses
genesis dan differensiasi tanah bersumber dari energi panas matahari. Jumlah
energi yang sampai ke permukaaan bumi tergantung pada kondisi bumi atau
cuaca, makin baik cuaca makin banyak energi yang sampai dibumi, begitu
pula sebaliknya. Cuacalah yang bertanggung jawab dalam mengubah energi
matahari menjadi energi mekanik (Hanafiah 2010)
Tugas survey tanah adalah menginterpretasi kemampuan atau
kesesuaian masing-masing satuan peta tanah tersebut untuk berbagai jenis
penggunaan lahan. Dalam hal ini interpretasi tidak hanya didasarkan pada
sifat-sifat tanah saja, tetapi juga factor-faktor lingkungan yang mempengaruhi
kemampuan lahan tersebut seperti lereng, iklim, bahaya banjir dan erosiserta
factor-faktor ekonomi bila dipelukan (Hardjowigeno 2007).
4
B. Ordo Tanah
1. Entisols
Entisol merupakan tanah-tanah yang cenderung menjadi tanah asal
yang baru. Mereka dicirikan oleh kenampakan yang kurang muda dan tanpa
horison genetik alamiah, atau juga mereka hanya mempunyai horison-
horison permulaan. Pengertian Entisol adalah tanah-tanah dengan regolit
dalam atau bumi tidak dengan horison, kecuali mungkin lapis bajak.
Beberapa Entisol, meskipun begitu mempunyai horison plaggen, agrik atau
horizon E (albik); beberapa mempunyai batuan beku yang keras dekat
permukaan Entisol dicirikan oleh bahan mineral tanah yang belum
membentuk horison pedogenik yang nyata (Anonim 2010)
Proses pembentukan tanah entisol dibagi menjai empat tahapan, antara
lain:
Tahap I : Pelapukan dari batuan induk,
Tahap II : Batuan yang lapuk akan menjadi lebih lunak.
Kemudian rekahan-rekahan yang terbentuk pada batuan akan
menjadi jalur masuknya air dan sirkulasi udara. Sehingga,
dengan proses-proses yang sama terjadilah pelapukan pada
lapisan batuan yang lebih dalam.
Tahap III : Lapisan tanah bagian atas mulai muncul tumbuh-tumbuhan
perintis. Akar tumbuhan ini membentuk rekahan pada
lapisan-lapisan batuan yang ditumbuhinya (mulai terjadi
pelapukan Biologis). Sehingga rekahan ini menjadi celah/
jalan untuk masuknya air dan sirkulasi udara.
Tahap IV : Pada tahapan ini lapisan humus dan akumulasi asam
organik lainnya semakin meningkat. Seperti proses yang
dijelaskan pada tahap-tahap sebelumnya, keadaan ini
mempercepat terjadinya proses pelapukan yang terjadi pada
lapisan batuan yang lebih dalam lagi.
Proses pembentukan tanah Entisol dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut:
5
1. Iklim yang sangat kering, sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia
berjalan sangat lambat.
2. Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih
banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah. Banyak
terdapat dilereng-lereng yang curam.
3. Pengenndapan terus menerus,menyebabkan pemebentukan horizon lebih
lambat dari pengendapan. Terdapat misalnya di daerah dataran banjir di
sekitar sungai, delta, lembah-lembah, daerah sekitar gunung berapi,bukit-
bukit pasir pantai.
4. Bahan induk yang sangat sukar dilapuk (inert), atau tidak permeable,
sehingga air sukar meresapdan reaksi-reaksi tidak berjalan.
5. Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsure-unsur beracun bagi
tanaman atau organisme lain. Diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat
terjadi.
6. Selalu jenuh air atau bergenang, menghambat perkembangan horizon
7. Waktu yang singkat, belum memungkinkan perkembangan tanah.
8. Perubahan yang dratis dari vegetasi. Kalau pohon-pohon cemara yang
mempengaruhi pembentukan tanah Spodosol (Podsol) diganti dengan
tumbuhan berdaun lebar, maka profil Spodsol dapat berubah menjadi
Entisol dalam waktu kurang dari satu abad (Hole 1976) Beberapa macam
proses pembentukan tanah mungkin mulai berjalan, tetapi belum dapat
menghasilkan horizon penciri horizon tertentu yang dapat digolongkan ke
dalam ordo tanah lain selain Entisol.
Entisol merupakan tanah yang masihEntisol adalah tanah yang muda
(belum berkembang) dan dangkal, dicirikan oleh profil A/C atau A/R.
Tanah ini masih belum sempurna dan memiliki profil yang horison B-nya
belum berkembang. Tanah tidak memiliki banyak horison yang hanya
berupa lapisan-lapisan tanah, karena beberapa alasan seperti waktu,
pembentukannya masih baru, berada pada lereng atau pada slope yang
tererosi, menerima deposit (endapan) banjir, dan sebagainya. Sebagai
contoh tanah-tanah endapan sepanjang sungai, tanah berpasir lepas di lereng
6
atas dan bawah, daerah vulkan atau tanah pasir pantai laut yang lepas dan
belum membentuk struktur tanah (Musa, dkk, 2006).
2. Vertisols
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan
kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat
mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah
pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau
Margalit (Anonim 2010)
Pembentukan tanah vertisol terjadi melalui dua proses, yaitu
terakumulasinya mineral liat 2 : 1 dan proses mengembang dan mengkerut
yang terjadi secara periodik, sehingga membentukslinckenside atau relief
mikro gilgai. Lebih lanjut dikatannya bahwa ketika basah tanah menjadi
sangat lekat dan plastis, tetapi kedap air. Namun, saat kering tanah menjadi
sangat keras dan masif, atau membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh
rekahan. (Hardjowigeno, 1993) menyatakan bahwa faktor penting dalam
pembentukan tanah ini adalah adanya musim kering di setiap tahun,
meskipun lama musim kering tersebut bervariasi. Di daerah yang paling
kering, tanah hanya paling basah tanah hanya kering selama beberapa
minggu setiap tahun.
Dalam perkembangan klasifikasi ordo Vertisol, pH tanah dan
pengaruhnya tidak cukup mendapat perhatian. Walaupun hampir semua
tanah dalam ordo ini mempunyai pH yang tinggi, pada daerah-daerah tropis
dan subtropis umumnya dijumpai Vertisol dengan pH yang rendah. Dalam
menilai potensi Vertisol untuk pertanian hendaknya diketahui bahwa
hubungan pH dengan Al terakstraksi berbeda dibanding dengan ordo
lainnya. pH dapat tukar nampaknya lebih tepat digunakan dalam
menentukan nilai pH Vertisol masam dibanding dengan kelompok masam
dari ordo-ordo lainnya. Perbedaan tersebut akan mempunyai implikasi
dalam penggunaan tanah ini untuk pertumbuhan tanaman. Batas-batas
7
antara antara kelompok masam dan tidak masam berkisar pada pH 4,5 dan
sekitar 5 dalam air (Lopulisa 2004).
Vertisol merupakan tanah prospek pemanfaatannya cukup baik, akan
tetapi yang menjadi kendala adalah dalam hal pengelolaan tanahnya yang
relatif cukup sulit. Tanah ini bersifat lekat dan liat bila basah dan sangat
keras dalam keadaan kering. Walaupun demikian tekstur tanah sangat halus,
derajat kerut yang nyata dan pengembungannya yang merupakan ciri
mereka menyebabkan mereka kurang sesuai untuk pertanaman daripada
daerah disekitarnya. Kalau mereka mengering sehabis hujan, waktu untuk
dibajak atau diolah sangat pendek. Untuk pengelolaannya tidak dapat
dilaksanakan tepat pada waktunya dan mereka terbataas pada penggunaan
alat kecil, sederhana karena hewan mereka tidak dapat menarik alat besar
ditanah berat.Selain pengelolaan yang berat, tanah ini miskin unsur hara N
dan K, karena kedua unsur hara tersebut terjepit dalam interlayer, yaitu
merupakan ruang antara dua lembaran tetrahedral dengan octahedral (2:1)
yang mempunyai diameter sama dengan diameter N dan K, sehingga N dan
K akan terjepit didalamnya, akibatnya tanah ini menjadi kahat N dan K
(Anonim 2010)
Dalam pengolahan tanahnya yang relatif cukup sulit, maka harus
diketahui keadaan kelengasan tanah paa lapisan permukaan yang
memungkinkan untuk dilakukan pengolahan tanah, karena sifat fisik tanah
vertisol yang jelas adalah konsistensi yang keras, sehingga untuk mengolah
tanah tidak dapat menggunakan cangkul. Penggunaan traktor dan lain-lain
peralatan mekanik memungkinkan untuk melakukan persiapan lahan baik
untuk pembibitan maupun penanaman (Anonim 2010).
3. Alfisols
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang
terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan
mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180
cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal
dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air.
8
Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah
Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah
Kuning (Anonim 2010).
Dua prasyarat yang diperlukan Alfisol adalah:
1. Mineral liat Kristalin sedang jumlahnya
2. Terjadi akumulasi liat di horizon B yang jumlanya memenuhi syarat
horizon agrilik, atau kandik.
Keadaan lingkungan yang memungkinkan terbentuknya horizon
spodik, molilik, atau horizon lain atau horizon lain yang bukan agrilik tidak
didapat. Alfisol ditemukan di banyak zone iklim, tetapi yang utama adalah
di daerah beriklim sedang yang bersifat humid atau ubhumid, dengan bahan
induk relatif muda dan stabil paling sedikit selama beberapa ribu tahun.
Oleh karena itu Alfisol adalah tanah yang relative muda, masih banyak
mengandung mineral primer yang mudah lapuk, mineral liat kristalin dan
kaya unsur hara. Di daerah tropika ditemukan di tempat yang lebih muda
dari pada daerah-daerah Ultisol dan Oxisol, atau di tempat-tempat dengan
bahan induk mafic (Anonim 2010).
Alfisol ditemukan di daerah-daerah datar sampai berbukit. Proses
pembentukan alfisol di Iowa memerlukan waktu 5000 tahun (Arnold dan
Riecken 1964) karena lambatnya proses akumulasi liat untuk membentuk
hodison agrilik. Alfisol terbentuk di bawah vegetasi hutan berdaun lebar
(deciduous). Proses pembentukan Alfisol melalui urutan sebagai berikut:
1. Pencucian karbonat
Pencucuian karbonat dan braunifikasi merupakan prasyarat untuk
pembentukan Alfisol. Kalsium Karbonat (dan bikarbonat) merupakan
flocculant yang kuat sehingga dalam pembentukan Alfisol, karbonat perlu
dicuci lebih dulu agar plasma menjadi lebih mudah bergerak bersama
dengan perkolasi. Dengan pencucian karbonat ini tanah menjadi lebih masa,
kadanag-kadang sampai mencapai pH 4,5.
2. Pencucian besi
9
Besi sebagai flocculant dengan kekuatan sedang mengalamai
pencucuian setelah karbonat, dan diendapkan di horizon B, sehingga warna
tanah menjadi coklat (braunification).
3. Pembentukan epipedon okhrik (horison A1)
Bahan organik tidak tercampur terlalu dalam dengan bahan mineral,
karena akar-akar halus tanaman hutan tidak terlalu banayak masuk ke dalam
tanah seperti padang rumput. Bahan organik yang terdapat di permukaan
tanah dicamur dengan bahan mineral oleh cacing atau hewan-hewan lain,
pada kedalaman 2 – 10 cm, sehingga terbentuk lapisan mull (horizon A1).
Proses biocycling unsure hara dan basa-basa dari subsoil ke horizon O dan
A1 merupakan proses yang penting untuk tanah Udalf. Hal ini dapat
menyebabkan reaksi tanah di subsoil menjadi masam (pH 4,8 – 5,8).
4. Pembentukan horizon albik
Beberapa jenis ALfisol memiliki horizon E yang jelas berwarna pucat
yang disebut horizon albik. Horizon ini terbentuk sebagai akibat pencucian
liat dan bahan organic, sedang proses mineralisasi sedikit sekali terjadi.
Pecucian liat terjadi secara mekanik (lessivage) bersama air perkolasi.
Horizon albik kadang-kadang juga mengandung cukup banyak bahan
organic tetapi tidak berwarna (Wilde, 1950). Mineral-mineral resisten
seperti kuarsa menjadi lebih banyak di horizon A dan rasio SiO2/R2O3
menjadi lebih besar dari Bt.
5. Pengendapan argillan
Terjadinya pengendapanliat bersama seskuioksida dan bahan organic
di horizon Bt disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. Air perkolasi tidak cukup banyak sehingga tidak dapat meresap lebih jauh
ke dalam tanah.
b. Butir-butir tanah yang mengembang, menutup pori-pori tanah sehingga
air perkolasi lambat bergerak.
c. Penyaringan oleh pori-pori halus yang tersumbat.
d. Plokulasi liat bermuatan negatif oleh besi oksida yang bermuatan positif
di horizon Bt dan oleh kejenuhan basa yang lebih tinggi di bagian solum.
10
Curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang mendorong
pembentukan Alfisol. Pada beberapa jenis Alfisol, liat di horizon argilik
terbentuk in situ dari pelapukan bahan induk.
Karakteristik tanah alfisol, tanah alfisol memiliki tekstur tanah yang
liat. Liat tertimbun di horizon bawah. Ini berasal dari horizon diatasnya dan
tercuci dibawah bersama dengan gerakan air. Dalam banyak pola Alfisol
digambarkan adanya perubahan tekstur yangsangat pendek di kenal dalam
taksonomi tanah sebagai Ablup Tekstural Change atau perubahan tekstur
yang sangat ekstrim. (Foth 1998).Partikel tanah liat pada lapisan Alfisol
digerakkan oleh air yang meresap darihorizon A dan disimpan pada horizon
B.
C. Sifat-Sifat Fisika Tanah
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya kohesi butir-butir
tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini
ditunjukkan oleh daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah
bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan
sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah
diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat
ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan
konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut
(Hardjowigeno, 2007).
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah.
Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat
terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida
besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai
bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda. Dalam
tinjauan morfologi, struktur tanah diartikan sebagai susunan partikel-partikel
primer menjadi satu kelompok partikel (cluster) yang disebut agregat, yang
dapat dipisah-pisahkan kembali serta mempunyai sifat yang berbeda dari
sekumpulan partikel primer yang tidak teragregasi. Dalam tinjauan edafologi,
sejumlah faktor yang berkaitan dengan struktur tanah jauh lebih penting dari
11
sekedar bentuk dan ukuran agregat. Dalam hubungan tanah-tanaman, agihan
ukuran pori, stabilitas agregat, kemampuan teragregasi kembali saat kering,
dan kekerasan (hardness) agregat jauh lebih penting dari ukuran dan bentuk
agregat itu sendiri (Anonim 2007).
Tekstur tanah dibagi menjadi 3 golongan yaitu pasir, debu dan liat.
Pasor merupakan partikel terbesar dengan ukuran 2-0,063 mm,debu 0,063-
0,002 mm dan liat <0,002 mm. Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap
tanaman terjadi secara langsung. Struktur tanah yang remah pada umumnya
menghasilkan laju pertumbuhan tanaman dan produksi persatuan waktu yang
lebih tinggi (Anonim 2006).
Apabila tekstur mencerminkan ukuran partikel dari fraksi-fraksi tanah,
maka struktur merupakan kenampakan bentuk atau susunan partikel primer
hingga sekunder. Tanah yang partikelnya belum bergaung disebut tanpa
struktur atau struktur lepas, sedangkan tanah bertekstur kuat sehingga terlihat
massif. Struktur tanah berfungsi memodifikasi pengaruh tekstur terhadap
kondisi drainase dan aerasi tanah (Hanafiah 2010)
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen
penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari
total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah
sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi
volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik
menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir
koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas
permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna
tanah. Warna humus, besi oksida dan besi hidroksida menentukan warna
tanah. Besi oksida berwarna merah, agak kecoklatan atau kuning yang
tergantung derajat hidrasinya. Besi tereduksi berwarna biru hijau. Kuarsa
umumnya berwarna putih. Batu kapur berwarna putih, kelabu, dan ada kala
berwarna olive-hijau. Feldspar berwarna merah. Liat berwarna kelabu, putih,
bahkan merah, ini tergantung proporsi tipe mantel besinya. Warna tanah
ditentukan dengan membandingkan warna tanah tersebut dengan warna
12
standar pada buku Munsell Soil Color Chart. Diagram warna baku ini disusun
tiga variabel, yaitu: (1) hue, (2) value, dan (3) chroma. Berdasarkan buku
Munsell Saoil Color Chart nilai Hue dibedakan menjadi: (1) 5 R; (2) 7,5 R;
debuan, sehingga A1 dan A4 paling banyak menyerap hara.
Struktur tanah adalah ikatan partikel tanah satu sama lain. Ikatan
tanah itu berbentuk sebagai agregat tanah. Dari hasil pengamatan dapat
dilihat dari masing-masing horison, lapisan A1 tipe granuler ukuran
sedang derajat 1, lapisan A2 tipe anguler ukuran sedang derajat 2, lapisan
A3 tipe anguler ukuran halus derajat 1 dan A4 bertipe anguler dan
derajatnya 2. Pengamatan dengan cara memijit-mijit tanah dengan jari-jari
tangan. Derajat lemah, tanah mudah hancur walaupun dipijit tanpa tenaga.
Derajat sedang, tanah hancur saat dipijit dengan sedikit tenaga. Derajat
kuat, tanah baru bisa hancur bila dipijit dengan tenaga yang lebih kuat.
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang
menunjukkan adanya daya kohesi dan adhesi dalam massa tanah pada
berbagai kandungan air dan ketahanannya terhadap perubahan bentuk.
Pada lapisan 1, lapisan 2, dan lapisan 3 adalah kering keras. Kering keras
Kering keras berarti tanah hancur dengan tekanan sedang sampai kuat.
38
Warna tanah adalah salah satu sifat tanah yang dengan mudah dilihat
/diamati. Warna tanah digunakan untuk menaksir tingkat pelapukan yang
terjadi (semakin merah warnanya semakin lanjut pelapukan tanahnya),
untuk menilai keadaan aerasi dan drainasenya baik (warna merah atau
kuning coklat menunjukkan aerasi dan dranase baik) dan untuk menaksir
banyaknya kandungan mineral (warna kekuning-kuningan atau pucat
berasal dari mineral kuarsa, warna merah berasal dari mineral besi).
Dalam menentukan warna tanah digunakan MSCC (Munsell Soil
Colour Chart) yang didalamnya dikenal 3 komponen yaitu :
1) Hue (menunjukkan warna utama tanah)
2) Value (menunjukkan derajat terangnya warna berkisar antara
gelap sampai agak terang)
3) Chroma (menunjukkan kekuatan/intensitas warna-warna yang
akan meningkat dengan menurunnya proporsi sinar putih).
Dalam praktikum ini, warna tanah dari tiap lapisan ditentukan
dengan mengambil sebongkah tanah sebagai contoh. Bongkah tanah ini
diletakkan pada bagan warna MSCC dimana ketiga sumbu komponen
warna itu berada dan ditentukan berapa nilai hue, value dan chromanya.
Warna tanah lapisan A1 adalah light browish, warna tanah lapisan A2
adalah dark crawish brown,warna tanah lapisan A3 adalah dark yellow
brown dan lapisan A4 adalah dark grayish brown.
b. Penetrasi
d. Sifat Kimia Tanah
pH tanah menyatakan reaksi asam basa dalam tanah , pH yang
diamati adalah pH horizon (pH H2O) yang menyatakan kemasaman aktif
(jumlah ion H+ dalam larutan pH) dan pH potensial (pH KCl) yang
menyatakan kemasaman cadangan (jumlah ion H+ dalam larutan dan yang
terserap di komplek pertukaran).
Uji pH dalam tanah pada praktikum kali ini menggunakan pH stik.
Setelah diadakan uji pH, maka pH KCl pada lapisan A1 adalah 6,
39
sedangkan lapisan A2 adalah 6,lapisan A3 adalah 6 dan lapisan A4 adalah
6, dan pH H2O lapisan A1, A2, A3 A4 adalah 7.
Bahan organik banyak dengan buih-buih nampak. Ini dikarenakan
bahan organik yang disimbolkan sebagai unsur karbon (C) bereaksi
dengan asam hidroksida (H2O2) sehingga menghasilkan gas karbon
dioksida (CO2) dan molekul air (H2O). Kadar kapur atau kalsium karbonat
(CaCO3) juga bisa dikatakan sebagai indikator tingkat kesuburan tanah.
Pengujian kadar kapur dilakukan dengan menggunakan larutan HCl 10%.
Setelah dilakukan pengujian kadar kapur pada masing – masing lapisan
maka diperoleh data bahwa semua lapisan mempunyai banyak kadar kapur
dengan menghasilkan buih dan membentuk busa tipis. Di dalam tanah
biasanya ditemukan adanya sekumpulan bahan tanah baik yang berbentuk
tertentu maupun yang tidak beraturan. Biasanya bahan tanah tersebut
mempunyai warna yang kontras dengan warna tanah di sekitarnya. Namun
pada tanah di Fakultas Pertanian ini tidak ditemukan konsentrasi, baik
jenis, ukuran, maupun macamnya. Sedangkan penetrasi horizontal lapisan
A1 adalah 3,5 ,lapisan A2 adalah 3,5 ,lapisan A3 adalah 3,5 dan A4 adalah
3,5. Sedangkan penetrasi vertikal setiap horizon adalah 4,5.
Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam
tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan,
baik berupa ran off maupun resapan. Pada lapisan I, II, III adalah baik
(O2) yaitu oksidatif kuat ditandai adanya warna merah nyata disertai hijau.
1. Analisis lengas tanah
Di dalam pertumbuhan tanaman juga perlu diketahui keadaan air
tanah atau lengas tanah sehingga perlu ditetapkan kadar air tanah pada
beberapa keadaan, antara lain kadar air total, kapasitas lapang (KL), dan
titik layu permanen (TLP). Kadar air total diperoleh dengan cara
pengeringan tanah di dalam oven yang bersuhu kisaran 105 0C – 110 0C
sehingga beratnya konstan. Untuk mengetahui kapasitas air total dalam
tanah atau kapasitas maksimum dicari dengan mengoven tanah yang jenuh
air. Pada kondisi ini energy potensial bebas air atau yang diukur sebagai
40
tegangan air dalam suatu tinggi kolom air (pF) senilai 0. Pada kondisi
lengas kapasitas lapang diukur pada saat tanah menahan air setelah
kelebihan air gravitasi meresap ke bawah karena adanya gaya gravitasi.
Besarnya nilai energy potensial bebas (pF) sebesar 2,54. Sedangkan titik
layu permanen diperoleh pada saat nilai pF sebesar 4,2.
Pada praktikum analisis lengas tanah kami mengamati lengas tanah
kering angin, kapasitas lapang, lengas maksimum dan batas berubah
warna. Kadar lengas yang didapatkan pada lengas tanah kering angin
adalah 7,814% untuk bongkah ulangan 1, sedangkan bongkah ulangan 2
sebesar 7,958%, sedangkan untuk diameter 2 mm ulangan 1 adalah sebesar
7,055% dan diameter 2mm ulangan 2 adalah 6,944%. Dan untuk diameter
0,5 mm ulangan 1 memiliki kadar lengas 6,52% dan diameter 0,5 mm
ulangan 2 sebesar 6,94%.
Pada kapasitas lapang waktu yangf dibutuhkan untuk merendam
botol semprongf adalah kurangf lebih 48 jam, namun pada waktu
praktikum kelompok kami hanyak sekitar 12 jam sehingga yang kami
dapat bukan hasil kapasitas lapangf namun lengas maksimum yaitu sebesar
untuk botol A dan untuk botol B. sedangfkan hasil yang
kami dapatkan pada saat praktikum lengas maksimum atau kapasitas air
maksimum sendiri adalah sebesar .
Sedangkan untuk kadar lengas batas berubah warna pada botol A
adalah dan pada otol adalah . Mengukur kadar lengas
batas berubah warna dilakukan dengan mengambil 1 cm bagian tanah
gelap dan 1 cm bagian tanah yang terang, yang kemudian dilakukan
perhitungan kadar lengas setelah dilakukan tahap-tahap seperti kadar
lengas tanah kering angin.
2. Analisis pH tanah
Keasaman tanah merupakan salah satu sifat penting, karena terdapat
beberapa hubungna pH tanah dengan ketersediaan unsur hara, juga
41
beberapa hubungan antara pH dan semua sifat-sifat tanah. Ion-ion H+ yang
dapat ditukarkan merupakan penyebab terbentuknya kemasaman tanah
potensial ini dapat ditentukan dengan titrasi tanah. Ion-ion H+ bebas
menciptakan kemasaman aktif diukur dan dinyatakan sebagai pH tanah.
Tipe kemasaman ini yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman.
Metode pengukuran pH ada 2 macam yaitu secara elektrometik
dengan menggunakan pH meter dan secara volumetric dengan
menggunakan pH stick, kertas pH, indicator warna, dan kertas pH
universal. Dalam praktikum ini menggunakan elektrometik dikarenakan
lebih akurat sebab dengan metode ini konsentrasi ion H+ larut dalam tanah
diimbangi dengan elektroda hydrogen beku atau elektroda yang
mempunyai fungsi yang sama. Dari praktikum ini didapatkan pH di tanah
FP ini yaitu pH H2O ulangan 6,473 sedangkan pH KCl adalah . Analisis
pH dilaboratorium ini kurang lebih sama dengan analisis pH saat
praktikum dilapangan.
B. Jatikuwung
1. Hasil Pengamatan
a. Deskripsi lahan
Daerah/lokasi
: Jatikuwung
Hari/Tanggal Survey : 6 oktober 2012
No. Profil/Pedon : Profi 3
Tinggi Tempat : 170 mdpl
Arah Hadap : Barat daya
Letak Geografis : 7°31’05,4” LS dan 110 º50’ 43,5” BT
Geologi : QVM
Nama Surveyor : Kelompok 17
Klasifikasi lahan :
42
*
(FOTO PROFIL ATAU PEDON)
Gambar 4.2.2 Profil/Pedon di FP UNS
b.PencandraanBentangLahan
Tabel 4.2.1PencandraanBentangLahan di jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1. Cuaca PC (berawan sebagian)
2. Latitude
Longitude
7°31’05,4” LS
110 º50’ 43,5” BT
3 Tinggi tempat 170 mdpl
4. Lereng Hampir datar
43
PROFIL
pedon
5. Arah Barat daya
6. Panjang M
7. Fisiologi Lahan Vulkanik
8. Genangan
9. Tutupan Lahan G S T
10. Geologi QVM
11. Erosi
Tingkat Erosi
Erosi permukaan
Sedang
12. Batuan Permukaan 1
13. Vegetasi Jati (40%), manga(15%),
pisang(3%), jati(40%),
rumput(20%), semak(10%)
Sumber :LaporanSementara
c. PenyelidikanProfil Tanah
Tabel 4.2.2 PenyelidikanProfil Tanah di jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1. Metodeobservasi BC (lubang kecil)
2 Jeluk/ Solum Tanah
Kedalaman lapisan
e. Horizon A1 (0-11 cm)
f. Horizon A2 (11-20 cm)
g. Horizon A3 (20-28 cm)
h. Horizon B (28-35 cm)
3 Batas horizon
Ketegasanbatas horizon
Topografibatas horizon
Batas horizon :
e. Horizon A1 (berangsur)
f. Horizon A2 (berangsur)
g. Horizon A3 (baur)
h. Horizon B ( berangsur)
Topografibatas horizon :
44
e. Horizon A1 (berombak)
f. Horizon A2 (berombak)
g. Horizon A3 (berombak)
h. Horizon B (berombak)
Sumber :LaporanSementara
d. SifatFisik Tanah
Tabel 4.2.3 PencandraanBentangLahan di jatikuwung
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur Tanah e. Horizon A1 (geluh debuan)
f. Horizon A2 (geluh)
g. Horizon A3 (geluh)
h. Horizon B (geluh)
2 Struktur Tanah
Tipe
Ukuran
Derajad
Tipe :
e. Horizon A1 (annguler)
f. Horizon A2 (anguler)
g. Horizon A3 (subanguler)
h. Horizon B (subanguler)
Ukuran :
e. Horizon A1 (sangat kasar)
f. Horizon A2 (kasar)
g. Horizon A3 (kasar)
h. Horizon B (sangat kasar)
Derajat :
e. Horizon A1 (kuat)
f. Horizon A2 (sedang)
g. Horizon A3 (sedang)
h. Horizon B (sedang)
3 Konsistensi e. Horizon A1 (keras)
45
f. Horizon A2 (lunak)
g. Horizon A3 (lepas)
h. Horizon B (agak keras)
4. Warna e. Horizon A1 (5/2 2,5Y grayish
brown)
f. Horizon A2 (6/3 2,5Y yellowish
brown)
g. Horizon A3 (7/2 5Y dark yellow
brown)
h. Horizon B (4/2 5Y pale yellow)
5. Aerasi dan Drainasi
6. Penetrasi
Vertikal
Horizontal
Vertical :
f. Horizon A1 ()
g. Horizon A2 ()
h. Horizon A3 ()
i. Horizon B ()
Horizontal :
e. Horizon A1 ()
f. Horizon A2 ()
g. Horizon A3 ()
h. Horizon B ()
Sumber :LaporanSementara
e.Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.2.4 Sifat Kimia di jatikuwung
No Deskripsi Keterangan
1. Kemasaman
pH H20
pH H2O :
e. Horizon A1 (6)
46
pH KCl f. Horizon A2 (6)
g. Horizon A3 (6)
h. Horizon B (6)
pH KCL :
e. Horizon A1 (6)
f. Horizon A2 (6)
g. Horizon A3 (6)
h. Horizon B (6)
2. BahanOrganik e. Horizon A1 (++++)
f. Horizon A2 (++++)
g. Horizon A3 (+++)
h. Horizon B (+++)
3. Kadar Kapur e. Horizon A1 (+)
f. Horizon A2 (+)
g. Horizon A3 (+)
h. Horizon B (+)
4. Konsentrasi Jenis konsistensi :
e. Horizon A1 (-)
f. Horizon A2 (-)
g. Horizon A3 (-)
h. Horizon B (-)
Ukuran :
e. Horizon A1 (-)
f. Horizon A2 (-)
g. Horizon A3 (-)
h. Horizon B (-)
Macam :
e. Horizon A1 (-)
f. Horizon A2 (-)
g. Horizon A3 (-)
h. Horizon B (-)
47
Sumber :LaporanSementara
f. Analisis Lengas Tanah
A. Kadar Lengas Tanah Kering Angin
Ulangan Ukuran Tanah a (g) b (g) c (g)I. 2 mm 52,786 65,154 63,803II. 2 mm 54,982 68,773 67,165I. 0,5 mm 54,159 63,544 62,303II. 0,5 mm 51,297 70,275 68,979I. Bongkahan 36,880 46,008 45,135II. Bongkahan 55,157 66,941 65,991
Sumber: Laporan Sementara
Kadar Lengas Tanah
Rumus: x 100%
Perhitungan Kadar Lengas Tanah:
a. Tanah Ø 2 mm
I. Kadar Lengas Tanah = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 12, 26 %
II. Kadar Lengas Tanah = x 100 %
= x 100 %
48
= x 100 %
= 13, 2 %
Rata-rata Kadar Lengas Tanah Ø 2 mm
= = = 12, 73 %
b. Tanah Ø 0,5 mm
I. Kadar Lengas Tanah = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 15, 24 %
II. Kadar Lengas Tanah = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 7, 33 %
Rata-rata Kadar Lengas Tanah Ctka Ø 0,5 mm
= = = 11, 285 %
c. Tanah bongkah
49
I. Kadar Lengas Tanah = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 9, 56 %
II. Kadar Lengas Tanah = x 100 %
= x 100 %
= x 100 %
= 8, 06 %
Rata-rata Kadar Lengas Tanah Bongkah
= = = 8, 81 %
B. Kapasitas Lapangan
Ulangan a (g) b (g) c (g) Kapasitas Lapangan (%)I 32, 310 39, 607 37, 508 40, 38 %II 60, 664 68, 431 66, 175 40, 93 %
Rata-rata Ulangan I dan II = = = 40, 655 %
C. Lengas Maksimum (Kapasitas Air Maksimum)
a = 21, 012 g c = 59, 315 g
b = 78,794 g d = 20, 687 g
Kadar Lengas Maksimum Tanah = x 100%
50
= x
100%
= x 100%
= x 100%
= 49, 59 %
D. Batas Berubah Warna
Ulangan a (g) b (g) c (g) Kadar Lengas TanahI 55, 171 57, 636 57, 391 11, 036 %II 52, 355 56, 322 55, 823 14, 389 %
Rata-rata Ulangan I dan II
= = = 12, 7125 %
g. Analisis pH (pada suhu 29ºC)
Rata-rata pH dari reagen H2O = = 6, 8
Rata-rata pH dari reagen KCl = = 6, 2
2. Pembahasan
a. Pencandraan Bentang Lahan
Lokasi kedua praktikum ilmu tanah dilakukan di Jatikuwung.
Pengamatan yang pertama yaitu pencandraan bentang lahan. Cuaca saat
pengamatan cerah. Jumantono terletak pada 7o 31’ 05,4” LS dan 110o 50’
43,5” BT serta tinggi tempat 165-166 m dpl.
51
Reagen H2O KClI 7 6,5II 6,65 5,9
Daerah Jatikuwung ini memiliki kemiringan lereng sekitar 10% yang
dikategorikan sebagai daerah agak curam. Pengukuran kemiringan lereng
menggunakan klinometer. Lokasi praktikum ini memiliki bentuk lahan Up
lift, yang merupakan hasil pengangkatan oleh gaya endogen atau bumi.
Daerah ini memiliki tingkat erosi yang rendah, hal ini disebabkan karena ini
merupakan daerah bebas genangan air. Daerah di sekitar Jatikuwung
merupakan daerah hijau sehingga bebas banjir karena memiliki tutupan
lahan berupa rumput.
Vegetasi yang menutupi antara lain rumput (20%), mangga (15%),
semak belukar (10%), jati (40%), pisang (5%). Jatikuwung memiliki geologi
yang bernama Qvm. Tanah di Jatikuwung termasuk jenis tanah Vertisol.
Jumlah batuan permukaan 50-90 % dari luas permukaan, jarak antar batuan
kecil sekitar 0,01 m dan antara batu-batu besar 0,03 m.
Penyidikan Profil Tanah atau Pedon
Metode obsevasi yang dilakukan adalah BC (irisan lereng), dibuat
dengan cuplikan irisan pada kemiringan > 60% dengan ukuran > 4 m dan <
33 m.
b. Penyidikan profil
Dalam praktikum kami mengamati profil yang terdiri dari lapisan I
(Horizon A1), lapisan II (Horizon A2), lapisan III (Horizon A3) dan lapisan
IV (Horizon B). Profil itu sendiri merupakan suatu penampang vertikal di
dalam pedon yang menunjukkan susunan horizon yang terdiri dari solum
tanah dan bahan induk tanah.
Pencandraan profil tanah meliputi dua hal, yaitu deskripsi lingkungan
dan deskripsi profil atau pedon. Perlu diperhatikan syarat-syarat dari
pembuatan profil tanah antara lain, membuat penampang melintang tanah
secara vertikal pada tanah yang diusahakan alami atau belum mengalami
perubahan akibat ulah manusia, kedalaman penampang ±100cm dan tidak
terkena sinar matahari secara langsung, tiap kali pengamatan harus dalam
keadaan baru yang dilakukan dengan cara pengeprasan dengan cangkul. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengamati perbedaan warna, batas yang nampak
52
antar lapisan, kekerasan tanahnya, mendengarkan perbedaan suara dengan
cara mengetuk tiap lapisan tanahnya, atau dengan cara menusuknya dengan
belati.
Pada profil ini dapat dibedakan menjadi empat lapisan yaitu lapisan I,
lapisan II, lapisan III dan lapisan IV. Metode pengamatan yang digunakan
adalah irisan lereng karena dibuat dengan kemiringan 60%. Jeluk atau
kedalaman horizon pada lapisan I, lapisan II, dan lapisan III masing-masing
ialah 11 cm, 9 cm, 8 cm,dan 7 cm. Pengukuran jeluk menggunakan
penggaris kertas. Horizon yang terdapat pada profil 3 yang terdiri dari
empat lapisan antara lain horizon A1 (lapisan I), horizon A2 (lapisan II),
horizon A3 (lapisan III) dan horizon B (lapisan IV). Hal yang perlu
diketahui bahwa salah satu faktor yang mendukung adanya perakaran dalam
suatu lapisan ialah bahan organik. Di dalam bahan organik terdapat unsur
hara yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Pada horizon A1 perakaran
halus, horizon A2 dan A3 perakarannya sangat halus serta horizon B
perkarannya rata, sedangkan jumlah perakaran semua horizon biasa.
c. Sifat Fisika Tanah
Tekstur tanah pada lapisan I bertekstur geluh debuan (silty loam) yang
dicirikan licin, membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan
permukaan mengkilat serta melekat, lapisan II,III,IV bertekstur geluh yang
bercirikan rasa tidak kasar dan tidak licin, membntuk bola teguh dapat
sedikit d gulung dengan permukaan mengkilat dan melekat
Tipe struktur tanah lapisan I, II ialah gumpal menyudut (Angular
Blocky) dengan ciri berbidang banyak, bidang muka saling berpotongan
membentuk sudut lancip. Pada lapisan I mempunyai ukuran sangat kasar
dan sedang dengan kriteria tampak jelas strukturnya sabagian masih utuh
ketika di remas. Lapisan II mempunyai ukuran kasar dan derajak kuat
dengan kriteria kemantapan cukup kuat, masih utuh ketika diremas. Lapisan
III mempunyai ukuran kasar dan derajat sedang dengan kriteria tampak jelas
strukturnya sabagian masih utuh ketika di remas dan lapisan IV mempunyai
53
ukuran sangat halus dan derajad lemah dengan kriteria terbuk jika
diletakkan pada tanah tetapi mudah hancur ketika diremas .
Konsistensi di lapangan dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pada
lapisan I, II, III konsistensi tanahnya kering keras yang dicirikan tanah
hancur dengan tekanan yang sedang sampai kuat sedangkan pada lapisan IV
konsistensi tanahnya lunak yang dicirikan dengan sedikit tekanan antara ibu
jari dan telunjuk tanah mudah hancur menjadi butir, kohesi kecil.
Sifat yang paling mudah diamati dari suatu tanah adalah warna dari
tanah itu sendiri. Warna tanah yang gelap akan lebih banyak menyerap
radiasi matahari daripada warna tanah yang lebih terang. Banyaknya radiasi
tanah yang diserap oleh tanah akan mempengaruhi tingkat temperature
tanah dan kelembaban tanah yang pada akhirnya akan berpengaruh pada laju
pertumbuhan tanaman. Warna lapisan I dusky red, warna lapisan II darked
brown, warna lapisan III darked brwon dan lapisan IV redish brown.
d. Sifat Kimia Tanah
Pengujian sifat kimia tanah dengan melakukan pengukuran pH tanah.
Rendahnya pH tanah mengindikasikan bahwa tanah tersebut tergolong tanah
asam, atau dapat ditulis pH < 7, sedangkan tingginya pH mengindikasikan
bahwa tanah tersebut tergolong tanah basa atau dapat ditulis pH > 7,
kegunaan mengetahui pH tanah adalah mengetahui tanaman apa saja yang
cocok ditanam pada daerah tersebut.
Uji keasaman tanah digunakan 2 chemikalia yaitu H2O untuk
mengukur pH aktual/kemasaman aktif (jumlah ion H+ dalam larutan tanah)
dan KCl untuk mengukur pH potensial/pH cadangan (jumlah ion H+ dalam
larutan tanah dan berada di komplek pertukaran), dengan perbandingan
tanah dan chemikalia 1 : 2,5. Semakin tinggi konsentrasi H+ maka semakin
tinggi kemasaman reaksi tanah sehingga pHnya makin menurun.
Pengukuran pH dengan menggunakan pH stick.
pH H2O pada lapisan A1, A2, A3,B adalah 6. Setelah dilakukan uji pH
tanah, maka dilanjutkan dengan uji kadar bahan organik dalam tanah.
Lapisan I mempunyai banyak bahan organik dengan buih membentuk busa
54
tipis, lapisan II mempunyai sedikit bahan organik dengan buih-buih
nampak. Lapisan III mempunyai sangat sedikit bahan organik dengan
beberapa buih kelihatan dan lapisan IV tidak memiliki bahan organik.
Kadar kapur atau kalsium karbonat (CaCO3) juga bisa dikatakan
sebagai indikator tingkat kesuburan tanah. Pengujian kadar kapur dilakukan
dengan menggunakan larutan HCl 10 % dan setelah dilakukan pengujian
kadar kapur pada masing-masing lapisan maka diperoleh data bahwa pada
lapisan I, lapisan II, III dan IV tidak memiliki kandungan kapur. Di dalam
tanah biasanya ditemukan adanya sekumpulan bahan tanah baik yang
berbentuk tertentu maupun yang tidak beraturan. Biasanya bahan tanah
tersebut mempunyai warna yang kontras dengan warna tanah di sekitarnya.
Namun pada tanah di Jatikuwung ini tidak diketemukan konsentrasi, baik
jenis, ukuran, maupun macamnya. Sedangkan penetrasi horizontalnya
lapisan I, II, III dan IV masing-masing ... sedangan penetrasi vertikalnya
masing-masing lapisan adalah ... .
Aerase merupakan proses pertukaran udara yang terjadi di dalam
tanah. Drainase adalah kecepatan perpindahan air dari suatu bidang lahan,
baik berupa run off maupun resapan. Pada lapisan I adalah buruk (R2),
sedangkan pada lapisan II, III dan IV adalah baik (O2) yaitu oksidatif kuat
ditandai adanya warna merah nyata disertai hijau.
C. Jumantono
1. Hasil Pengamatan
a. Deskripsi lahan
Daerah/lokasi : Jumantono
Hari/Tanggal Survey : 7 oktober 2012
No. Profil/Pedon : Profi 3
Tinggi Tempat : 191 mdpl
Arah Hadap : TG
Letak Geografis : 07o 31’ 05,8” LS dan 110o 50’ 42,1” BT
Geologi : QVL
Nama Surveyor : Kelompok 17)
55
Klasifikasi lahan :
*
(FOTO PROFIL ATAU PEDON)
Gambar 4.3.2 Profil/Pedon di jumantono
b.Pencandraan Bentang Lahan
Tabel 4.3.1 Pencandraan Bentang Lahan di jumantono
No. Deskripsi Keterangan
1. Cuaca Berawan sebagian
2. Latitude
Longitude
07o 31’ 05,8” LS
110o 50’ 42,1” BT
3 Tinggi tempat 191 mdpl
4. Lereng 10% agak miring
56
Utara
Gambar 4.3.1 Denah Lokasi Profil/Pedon di jumantono
pedon profil
5. Arah TG
6. Panjang M
7. Fisiologi Lahan Vulkanik
8. Genangan Tidak pernah
9. Tutupan Lahan C G T
10. Geologi QVL
11. Erosi
Tingkat Erosi
Erosi permukaan
Sedang
12. Batuan Permukaan 1(jumlah <0,1% dari luas
lahan
13. Vegetasi Jati (20%), manga(30%),
ketela(15%), sawit(10%),
rymput(10%), jagung (10%).
Sumber : Laporan Sementara
c.Penyelidikan Profil Tanah
Tabel 4.3.2 Penyelidikan Profil Tanah di jumantono
No. Deskripsi Keterangan
1. Metode observasi BC (irisan lereng)
2 Jeluk/ Solum Tanah
Kedalaman lapisan
a. Horiz
on A1 (0-15 cm)
b. Horiz
on A2 (15-25 cm)
c. Horiz
on A3 (25-41 cm)
d. Horiz
on B (41-55 cm)
3 Batas horizon Batas horizon :
57
Ketegasan batas horizon
Topografi batas horizon
a. H
orizon A1 (baur)
b. H
orizon A2 (baur)
c. H
orizon A3 (baur)
d. H
orizon B (berangsur)
Topografi batas horizon :
a. Horizon A1 (berombak)
b. Horizon A2 (berombak)
c. Horizon A3 (berombak)
d. Horizon B (berombak)
Sumber : Laporan Sementara
d. Sifat Fisik Tanah
Tabel 4.3.3 Pencandraan Bentang Lahan di jumantono
No. Deskripsi Keterangan
1. Tekstur Tanah a. Horizon A1 (geluh lempunan
debuan)
b. Horizon A2 (geluh lempungan)
c. Horizon A3 (geluh lempung
debuan)
d. Horizon B (lempung)
2 Struktur Tanah
Tipe
Ukuran
Derajad
Tipe :
a. Horizon A1 (Granuler)
b. Horizon A2 (granuler)
c. Horizon A3 (subanguler)
d. Horizon B (granuler)
Ukuran :
a. Horizon A1 (sangat halus)
58
b. Horizon A2 (sangat halus)
c. Horizon A3 (halus)
d. Horizon B (halus)
Derajat :
a. Horizon A1 (rendah)
b. Horizon A2 (rendah)
c. Horizon A3 (sedang)
d. Horizon B (kuat)
3 Konsistensi a. Horizon A1 (lunak)
b. Horizon A2 (agak keras)
c. Horizon A3 (agak keras)
d. Horizon B (keras)
4. Warna a. Horizon A1 (6/8 5YR redish
yellow)
b. Horizon A2 (5/8 5YR yellowish
red)
c. Horizon A3 (5/6 5YR yellowish
red)
d. Horizon A4 (4/6 10YR
yellowish red)
5. Aerasi dan Drainasi
6. Penetrasi
Vertikal
Horizontal
Vertical :
a. Horizon A1 (2,5)
b. Horizon A2 (2,5)
c. Horizon A3 (2,5)
d. Horizon B (2,5)
Horizontal :
a. Horizon A1 (4)
b. Horizon A2 (4)
59
c. Horizon A3 (4)
d. Horizon B (4)
Sumber : Laporan Sementara
e.Sifat Kimia Tanah
Tabel 4.3.4 Sifat Kimia di jumantono
No Deskripsi Keterangan
1. Kemasaman
pH H20
pH KCl
pH H2O :
a. Horizon A1 (6)
b. Horizon A2 (6)
c. Horizon A3 (6)
d. Horizon B (6)
pH KCL :
a. Horizon A1 (5)
b. Horizon A2 (5)
c. Horizon A3 (5)
d. Horizon B (5)
2. Bahan Organik a. Horizon A1 (++)
b. Horizon A2 (++)
c. Horizon A3 (+++)
d. Horizon B (+++)
3. Kadar Kapur a. Horizon A1 (+)
b. Horizon A2 (+)
c. Horizon A3 (+)
d. Horizon B (+)
4. Konsentrasi Jenis konsistensi :
a. Horizon A1 (-)
b. Horizon A2 (-)
c. Horizon A3 (-)
d. Horizon A4 (-)
Ukuran :
a. Horizon A1 (-)
60
b. Horizon A2 (-)
c. Horizon A3 (-)
d. Horizon A4 (-)
Macam :
a. Horizon A1 (-)
b. Horizon A2 (-)
c. Horizon A3 (-)
d. Horizon A4 (-)
Sumber : Laporan Sementara
f.Analisis Kadar Lengas Tanah
Tabel 4.3.5 Kadar Lengas Tanah Kering Angin
Ctka Ulangan A (gr) B (gr) C (gr)Ø Bongkah I 19,00 29,25 28,38
II 55,25 66,80 65,80Ø 0,5 mm I 53,84 68,12 66,11
II 55,19 70,91 68,70Ø 2 mm I 50,66 65,44 63,53F II 54,61 70,13 68,11
Sumber : laporan sementara
Analisis Hasil Pengamatan
fKL = 100 %
Keterangan :
a = berat botol timbang + tutup
b = berat botol timbang + tutup + ctka sebelum dioven
c = berat botol timbang + tutup +ctka setelah dioven
Tanah bongkah
KL I = (29,25-28,38) x 100 %
(28,38-19,00)
= 0,87 x 100 %
9,38
= 9,275%
61
KL II = (66,80-65,80) x 100 %
(65,80-55,25)
= 1,000 x 100 %
16,55
= 9,478%
Rata-rata = (9,275-9,478) x 100 %
2
= 18,753 x 100 %
2
= 9,3765 %
Tanah Ø 0,5 mm (ctka 0,5 mm)
KL I= (65,44-63,53) x 100 %
(63,53-50,66)
= 1,91 x 100 %
12,87
= 14,84 %
KL II= (70,13-68,11) x 100 %
(68,11-54,61)
= 2,02 x 100 %
13,5
= 14,962 %
Rata-rata = (14,840-14,962) x 100 %
2
= 29,802 x 100 %
2
= 14,901 %
Tanah (Ø 2 mm)
KL I = (68,12-66,11) x 100 %
62
(66,11-53,84)
= 2,01 x 100 %
12,27
= 16,381 %
KL II = (70,91-68,70) x 100 %
(68,70-55,19)
= 2,21 x 100 %
13,51
= 16,385 %
Rata-rata = (16,381-16,358) x 100 %
2
= 32,739 x 100 %
2
= 16,37%
Tabel 4.3.6 Kadar Lengas Kapasitas Lapang
Ctka Ulangan A (gr) B (gr) C (gr)Ø 2 mm I 55,19 60,47 58,98
II 50,66 54,63 53,89
Sumber : laporan sementara
Analisis Hasil Pengamatan
KL = x 100 %
Keterangan :
a = berat botol timbang + tutup (gram)
b = berat botol timbang + tutup + ctka sebelum dioven (gram)
c = berat botol tombang + tutup + ctka sesudah dioven (gram)
Kadar lengas tanah (2 mm)
KL I = (60,47-58,98) x 100 %
63
(58,98-55,19)
= 1,49 x 100 %
3,79
= 39 %
KL II =(54,63-53,89) x 100 %
(53,89-50,66)
= 0,74 x 100 %
3,23
= 23 %
Rata-rata = (39 + 23) x 100 %
2
= 62 x 100 %
2
= 31 %
Tabel 4.3.7 Kadar Lengas Maksimum
Sumber : laporan sementara
Analisis Hasil Pengamatan
KL = x 100 %
Keterangan :
a = berat gelas arloji + cawan berlubang + kertas saring sebelum
diisi tanah.
b = berat gelas arloji + cawan berlubang + kertas saring + sample
tanah yang sudah direndam.
c = berat gelas arloji + cawan berlubang + kertas saring + sampel
tanah yang sudah dioven dan didinginkan
d = berat gelas arloji + cawan berlubang + kertas saring setelah
tanah dibuat
64
Ulangan A (gr) B (gr) C (gr) D (gr)
I 20,925 70,841 51,078 20,434
KL = (b-a) – (c-d) x 100 %
(c-d)
= (70,841-20,925) – (51,078-20,434) x 100 %
(51,078-20,434)
= 49,916-30,644 x 100 %
30,644
= 62,89 %
= 63 %
Tabel 4.3.8 Batas Berubah Warna
Gram
tan
ah
Pengulangan
(a gram) (b gram) (c gram)
I 55,25 57,05 56,39
II 54,61 59,04 50,30
Sumber : laporan sementara
Analisis Hasil Pengamatan
KL I = (b-c) x 100 %
(c-a)
= (57,05-56,39) x 100 %
(56,39-55,25)
= 0,66 x 100 %
1,14
= 57,89 %
KL II = (b-c) x 100 %
(c-a)
= (59,04-58,30) x 100 %
(58,30-54,61)
65
= 0,74 x 100 %
3,69
= 20,05 %
Rata-rata = KL I + KL II x 100 %
2
= (54,89+20,05) x 100 %
2
= 77,94 x 100 %
2
= 38,97 %
g. Analisis pH Tanah
pH H2O = 6,3
pH KCl = 5
Tabel 4.1.8Analisa PH Tanah
No pH H2O pH KCL
6,3 5,06
Sumber : analisis
2. Pembahasan
a. Pencandraan Bentang Lahan
Bentang alam yang kami amati berlokasi di Desa Sukosari,
Kecamatan Jumantono, Kabupaten Karanganyar. Daerah tersebut terletak
pada 07o 31’ 05,8” LS dan 110o 50’ 42,1” BT. Serta berada pada ketinggian
191 meter di atas permukaan laut.
Daerah Jumantono ini memiliki kemiringan lereng sekitar 8% yang
dikategorikan sebagai daerah agak miring. Pengukuran kemiringan lereng
menggunakan klinometer. Lokasi praktikum ini memiliki bentuk lahan
Vulkanik, yang merupakan hasil aktifitas letusan gunung berapi. Daerah ini
memiliki tingkat erosi yang rendah, hal ini disebabkan karena ini merupakan
daerah bebas genangan air. Daerah di sekitar Jumantono merupakan daerah
hijau sehingga bebas banjir karena memiliki tutupan lahan berupa tanaman.
66
Vegetasi yang menutupi antara lain rumput 50%, rambutan 5%, ketela
pohon 10%, jagung 20%, kacang tanah 5%. Jumantono memiliki geologi
yang bernama Qvl (Quarter vulkanik lawu). Tanah di Jumantono termasuk
jenis tanah Alfisol. Jumlah batuan permukaan < 0,1% dari luas permukaan,
jarak antar batuan kecil > 8 m dan antar batuan besar sekitar 20 m.
b. Deskripsi Profil / Pedon
Profil tanah merupakan penampang irisan tegak dari tanah. Profil
tanah harus memenuhi syarat yaitu : baru, jauh dari perkampungan dan tidak
langsung terkena sinar matahari. Dalam praktikum ini kami mengamati
pedon yang terdiri dari lapisan I (Horison A1), lapisan II (Horison A2),
lapisan III (Horison A3) dan lapisan IV (Horison B).
Pencandraan profil tanah meliputi dua hal, yaitu deskripsi lingkungan
dan deskripsi profil atau pedon. Perlu diperhatikan syarat - syarat dari
pembuatan profil tanah antara lain, membuat penampang melintang tanah
secara vertikal pada tanah yang diusahakan alami atau belum mengalami
perubahan akibat ulah manusia, kedalaman penampang ±100cm dan tidak
terkena sinar matahari secara langsung, tiap kali pengamatan harus dalam
keadaan baru yang dilakukan dengan cara pengeprasan dengan cangkul. Hal
ini dapat dilakukan dengan mengamati perbedaan warna, batas yang nampak
antar lapisan, kekerasan tanahnya, mendengarkan perbedaan suara dengan
cara mengetuk tiap lapisan tanahnya, atau dengan cara menusuknya dengan
belati.
Jeluk atau kedalaman horison pada lapisan I, lapisan II, lapisan III,
dan lapisan IV masing-masing ialah 0 cm, 5 cm, 17 cm dan 25 cm.
Pengukuran jeluk menggunakan penggaris kertas atau meteran. Horison
yang terdapat pada pedon yang terdiri dari empat lapisan antara lain horison