Top Banner

of 47

Laporan III Imunologi (1)

Apr 13, 2018

Download

Documents

Amal Budiman
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    1/47

    (Laporan III Imunologi)

    Oleh :

    Kelompok 7

    Andina Selianur (1118011004)

    Angga Alpiansyah (1118011006)

    Anggia Shinta ! K (1118011007)

    "elinda Apriannanti " (11180110#1)

    "erta $olanda Sel%iana (11180110##)

    "ianti &uraini (11180110#')

    auia Andini (1118011041)

    Satria *harma Setia+an (11180111#')

    Sya,i- Aria Amouris%a (11180111#.)

    /anika Sonia urti Larega (11180111'0)

    23A S/5*I &*I*IKA& *2K/

    AK5L/AS K*2K/A&

    5&ISI/AS LA5&3

    (#01#)

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    2/47

    KA/A &3A&/A

    Assalammualaikum wr. wb.

    Alhamdulillah, puji dan syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

    yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun laporan

    tutorial ini yang berjudul Rheuma.

    elanjutnya, laporan tutorial ini disusun dalam rangka memenuhi tugas !"O# $M!

    %. #ami sampaikan terimakasih kepada semua dosen yang telah membimbing dalam

    pembuatan lapoan ini, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan cukup baik.

    #ami juga meminta maa& atas segala kekurangan dalam penulisan laporan ini, baik

    dari segi isi, bahasa, analisis, dan sebagainya. 'al ini disebabkan karena masih terbatasnya

    pengetahuan, (a(asan, dan keterampilan kami. #ritik dan saran dari pembaca sangat kami

    harapkan guna perbaikan laporan ini ke depannya.

    emoga laporan ini dapat berman&aat dan memberika

    Wassalammualaikum wr. wb.

    !andar "ampung, ) *uni +)+

    Tim $enulis

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    3/47

    ASIL *ISK5SI KAS5S I

    /5/2IAL "L2K LI 9$9L

    Imunitas reaksi tubuh terhadap masuknya substansi asing

    espon imun kumpulan respon terhadap substansi asing yang terkoordinasi

    Sistem imun sel dan molekul yang bertanggung ja(ab dalam imunitas

    Imunologi eperimental science

    L5K2SI/ (Sel *arah utih)/ntuk melindungi diri, sel darah putih melakukan:). Merusak bakteri atau 0irus yang mengin0asi melaluifagositosis 1granulosit dan

    manosit2

    +. Membentuk antibodi dan limfosityang tersensitisasi

    3$ dibentuk di sum-sum tulang 1granulosit dan monosit serta sedikit lim&osit2,

    sebagian lagi di jaringan lim&e 1lim&osit dan sel-sel plasma2.

    3$ dibentuk darah menuju ke berbagai bagian tubuh yang

    membutuhkannya.

    4ranulosit 1netro&il, baso&il, eusino&il2 dan monosit mencari dan merusak setiap

    benda asing yang menyerang.

    :enis ;

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    4/47

    8. Trombosit 1merupakan pecahan dari sel jenis lain yang serupa dengan sel darah

    putih yang dijumpai dalam sum sum tulang, yaitu megakariosit2. 9ungsi:

    pembekuan darah.

    Konsentrasi Sel *arah utih dalam *arah

    3$ 8 3$mikroliter darah 1el 3arah Merah 6 juta2.

    Netro&il polimor&onuklear 7+, ;

    Eosino&il polimor&onuklear +,% ;

    !aso&il polimor&onuklear ,5 ;

    Monosit 6,% ;

    "im&osit %, ;

    Trombosit %.mikroliter darah

    em=entukkan Leukosit

    4ranulosit dan Monosit hanya dibentuk di sum sum tulang.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    5/47

    Netro&il dan monosit bergerak melalui jaringan dengan cara ameboid.

    Sel *arah utih /ertarik ke *aerah :aringan yang eradang

    3engan cara kemotaksis 1mendekati antigen penyebab in&eksi2 dapat terjadi karena

    adanya >at kimia agen tersebut.

    agositosis

    Terjadinya &agositosis terutama bergantung pada % prosedur selekti&, yaitu:

    ). struktur sel& memiliki permukaan halus, yang dapat menahan &agositosis. Tetapi

    jika permukaannya kasar, maka kecenderungan &agositosis akan meningkat.

    +. struktur sel& memiliki selubung protein pelindung yang menolak &agositosis.

    *aringan mati dan partikel asing tidak mempunyai selubung pelindung, sehingga

    menjadi subjek untuk di &agositosis.

    %. sistem imun tubuh membentuk antibodi. ?ntibodi melekat ke bakteri, sehingga

    bakteri rentan di &agositosis. /ntuk melakukan hal ini, molekul antibodi juga

    bergabung dengan produk @% dari kaskade komplemen, kemudian @% melekatkan diri

    pada reseptor membran sel &agosit, sehingga terjadi &agositosis. $roses seleksi dan&agositosis ini disebut opsonisasi.

    Netro&il melekatkan diri pada partikel pseudopodia untuk memakan partikel

    partikel masuk 1sudah di&agositosis2 ruangan berin0asi ke dalam rongga

    sitoplasma dan melepaskan diri dari membran sel bagian luar untuk membentuk

    gelembung &agositik 1&agosom2 di dalam sitoplasma.

    Netro&il biasanya mem&agositosis %-+ bakteri.

    Makro&ag dapat mem&agositosis sampai ) bakteri. Makro&ag dapat menelan partikel

    yang jauh lebih besar, bahkan sel darah merah utuh, atau, kadang-kadang parasit

    malaria.

    etelah partikel asing di &agositosis, lisosom dan granula sitoplasmik datang

    untuk bersentuhan dengan gelambung &agositik keluarkan en>im pencernaan

    dan bahan bakterisidal ke dalam gelembung gelembung pencerna.

    S2& I5&

    Aespons imun adalah respons tubuh berupa suatu urutan kejadian yang kompleks terhadap

    antigen, untuk mengeliminasi antigen tersebut. Aespons imun ini dapat melibatkan berbagai

    macam sel dan protein, terutama sel makro&ag, sel lim&osit, komplemen, dan sitokin yang

    saling berinteraksi secara kompleks. Mekanisme pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme

    pertahanan non spesi&ik dan mekanisme pertahanan spesi&ik.

    Mekanisme pertahanan non spesi&ik disebut juga komponen nonadapti& atau innate,

    atau imunitas alamiah, artinya mekanisme pertahanan yang tidak ditujukan hanya untuk satujenis antigen, tetapi untuk berbagai macam antigen.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    6/47

    lahir dan terdiri atas berbagai macam elemen non spesi&ik. *adi bukan merupakan pertahanan

    khusus untuk antigen tertentu.

    Mekanisme pertahanan tubuh spesi&ik atau disebut juga komponen adapti& atau

    imunitas didapat adalah mekanisme pertahanan yang ditujukan khusus terhadap satu jenis

    antigen, karena itu tidak dapat berperan terhadap antigen jenis lain. !edanya dengan

    pertahanan tubuh non spesi&ik adalah bah(a pertahanan tubuh spesi&ik harus kontak atau

    ditimbulkan terlebih dahulu oleh antigen tertentu, baru ia akan terbentuk. edangkan

    pertahanan tubuh non spesi&ik sudah ada sebelum ia kontak dengan antigen.

    ekanisme ertahanan &on Spesi,ik

    3ilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesi&ik disebut juga respons imun

    alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesi&ik tubuh kita adalah kulit dengan

    kelenjarnya, lapisan mukosa dengan en>imnya, serta kelenjar lain dengan en>imnya seperti

    kelenjar air mata. 3emikian pula sel &agosit 1sel makro&ag, monosit, polimor&onuklear2 dan

    komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesi&ik.

    Permukaan tubuh, mukosa dan kulit

    $ermukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme. !ila

    penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme yang masuk akan berjumpa

    dengan pelbagai elemen lain dari sistem imunitas alamiah.

    Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit

    $roduk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula silia pada mukosa.

    En>im seperti liso>im dapat pula merusak dinding sel mikroorganisme.

    Komplemen dan makrofag

    *alur alternati& komplemen dapat diakti0asi oleh berbagai macam bakteri secara langsung

    sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau &agositosis oleh makro&ag atau leukosit

    yang distimulasi oleh opsonin dan >at kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor

    untuk komponen komplemen 1@%b2 dan reseptor kemotaktik. Bat kemotaktik akan

    memanggil sel monosit dan polimor&onuklear ke tempat mikroorganisme dan mem&agositnya.

    Protein fase akut

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    7/47

    $rotein &ase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan

    jaringan. 'ati merupakan tempat utama sintesis protein &ase akut. C-reactive protein 1@A$2

    merupakan salah satu protein &ase akut. 3inamakan @A$ oleh karena pertama kali protein

    khas ini dikenal karena si&atnya yang dapat mengikat protein @ dari pneumokok.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    8/47

    pluripotensial yang pada embrio terdapat pada !olk sacC kemudian pada hati dan limpa, lalu

    pada sumsum tulang. 3alam perkembangannya sel pluripotensial yang akan menjadi lim&osit

    T memerlukan lingkungan timus untuk menjadi lim&osit T matur.

    3i dalam timus, sel prekusor lim&osit T akan mengekspresikan molekul tertentu pada

    permukaan membrannya yang akan menjadi ciri lim&osit T. Molekul-molekul pada

    permukaan membran ini dinamakan juga petanda permukaan atau surface marker, dan dapat

    dideteksi oleh antibodi monoklonal yang oleh D'O diberi nama dengan huru& @3, artinya

    cluster of differentiation. ecara garis besar, lim&osit T yang meninggalkan timus dan masuk

    ke darah peri&er 1lim&osit T matur2 terdiri atas lim&osit T dengan petanda permukaan molekul

    @35 dan lim&osit T dengan petanda permukaan molekul @3=. el lim&osit @35 sering juga

    dinamakan sel T5 dan sel lim&osit @3= dinamakan sel T= 1bila antibodi monoklonal yang

    dipakai adalah keluaran @oulter Elektronics2.

    3i samping munculnya petanda permukaan, di dalam timus juga terjadi penataan

    kembali gen 1gene rearrangement2 untuk nantinya dapat memproduksi molekul yang

    merupakan reseptor antigen dari sel lim&osit T 1T@A2. *adi pada (aktu meninggalkan timus,

    setiap lim&osit T sudah memperlihatkan reseptor terhadap antigen diri 1self antigen2 biasanya

    mengalami aborsi dalam timus sehingga umumnya lim&osit yang keluar dari timus tidak

    bereaksi terhadap antigen diri.

    ecara &ungsional, sel lim&osit T dibagi atas lim&osit T regulator dan lim&osit T

    e&ektor. "im&osit T regulator terdiri atas lim&osit T penolong 1Th @352 yang akan

    menolong meningkatkan akti0asi sel imunokompeten lainnya, dan lim&osit T penekan 1Ts

    @3=2 yang akan menekan akti0asi sel imunokompeten lainnya bila antigen mulai

    tereliminasi. edangkan lim&osit T e&ektor terdiri atas lim&osit T sitotoksik 1Tc @3=2 yang

    melisis sel target, dan lim&osit T yang berperan pada hipersensiti0itas lambat 1Td @352

    yang merekrut sel radang ke tempat antigen berada.

    aat

    yang dilepaskan oleh sel Th akti&. T3 adalah antigen yang kompleks seperti bakteri, 0irus dan

    antigen yang bersi&at hapten. edangkan antigen yang tidak tergantung pada sel T 1T< #

    independent antigen2 adalah antigen yang strukturnya sederhana dan berulang-ulang,

    biasanya bermolekul besar.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    9/47

    "im&osit Th umumnya baru mengenal antigen bila dipresentasikan bersama molekul

    produk M'@ 1ma$or histocompatibilit! comple"2 kelas

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    10/47

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    11/47

    'asil akhir akti0asi sel ! adalah eliminasi antigen dan pembentukan sel memori yang

    kelak bila terpapar lagi dengan antigen serupa akan cepat berproli&erasi dan berdi&erensiasi.

    'al inilah yang diharapkan pada imunisasi. Dalaupun sel plasma yang terbentuk tidak

    berumur panjang, kadar antibodi spesi&ik yang cukup tinggi mencapai kadar protekti& dan

    berlangsung dalam (aktu cukup lama dapat diperoleh dengan 0aksinasi tertentu atau in&eksi

    alamiah. 'al ini disebabkan karena adanya antigen yang tersimpan dalam sel dendrit dalam

    kelenjar lim&e yang akan dipresentasikan pada sel memori se(aktu-(aktu di kemudian hari.

    egulasi oleh sel / supresor (/s)

    3alam tubuh kita terdapat lim&osit yang dapat meregulasi lim&osit lainnya untuk

    meningkatkan &ungsinya yang dinamakan sel # helper1Th @352. elain itu terdapat juga

    lim&osit yang menekan respons imun yang terjadi secara spesi&ik yang dinamakan sel T

    supresor 1Ts @3=2. el Ts dapat juga diakti&kan pada respons imun normal dengan tujuan

    mencegah respons imun yang tak terkendali. !agaimana cara sel Ts melakukan tugasnya

    belumlah jelas, tetapi secara in 0itro dapat diketahui bah(a pada akti0asi sel Ts akan

    dilepaskan &aktor spesi&ik yang akan menekan respons imun yang sedang berlangsung.

    el Ts dapat diakti&kan melalui tiga cara, yaitu )2 oleh antigen yang merangsang respons

    imun itu sendiri. ?ntigen merangsang @35 yang +'5 5!5- untuk mengeluarkan &aktor

    supresi antigen spesi&ik yang akan merangsang sel Ts untuk menekan sel e&ektor, +2 oleh

    antigen yang mengadakan bridgingantara sel Ts dengan sel lim&osit lainnya, seperti sel ! dan

    sel Th, sehingga Ts menekan akti0asi sel ! dan sel Th, %2 oleh sel ! atau sel Th yang

    mempunyai reseptor idiotip dari idiotip sel Ts, sehingga sel Ts menekan akti0asi sel ! dan sel

    Th.

    9iri ; >iri olekul emi>u espon Imun

    ). /kuran molekul

    $rotein dengan berat molekul F ). dalton merupakan imunogen yang paling

    kuat. $rotein berat molekul rendah , ). dalton bersi&at imunogenik lemah,

    moleku yang sanga kecil seperti hapten memerlukan protein pemba(a untuk menjadi

    imunogenik.

    +. #ompleksitas kimia(i

    Molekul kompleks seperti polimer lebih imunogenik daripada asam amino tunggal.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    12/47

    %. #onsentrasi

    'arus memadai untuk memicu respon imun.

    5. ?danya epitop

    4ugus kimia kecil yang memicu respon imun dan dapat bereaksi dengan

    imunoglobulin.

    SIS/ I5&

    istem lim&oid mempertahankan tubuh dari agen pengin0asi melalui dua respons

    imun: imunitas selular 1sel T2 dan imunitas humoral 1produksi imunoglobulin

    1antibodi2 oleh lim&osit !.

    Sistem Lim,oid (Imun)

    emua sel darah berasal dari preursor bersama, yaitu sel bakal pluripotensial. el-sel

    ini ditemukan di sumsum tulang dan menghasilkan semua komponen darah 1eritrosit,

    trombosit, granulosit, monosit, lim&osit2. Terdapat % jenis lim&osit:

    ). "im&osit T 1sel T2

    +. "im&osit ! 1sel !2

    %. el Naturnal #iller 1N#2

    2rgan ;organ yang "erperan dalam Sistem Imun

    ). Tonsil

    +. Timus

    %. *aringan lim&oid terkait-bronkus 1!?"T2

    5. umsum tulang

    6. 'ati

    7. ?pendiks

    8. #elenjar getah bening

    =. "impa

    G. *aringan lim&oid terkait-usus 14?"TC plak payeri2

    2rgan Lim,oid rimer

    ). umsum tulang

    +. Timus

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    13/47

    3itahap a(al perkembangan lim&osit di sumsum tulang, lim&osit tidak menghasilkan

    reseptor untuk bereaksi dengan imunogen. eiring dengan proses pematangan karena

    pengaruh &aktor-&aktor perangsang koloni, lim&osit mulai mengekspresikan reseptor

    imunogen dan menjadi peka terhadap rangsangan imunogenik. el-sel T bermigrasi ke

    timus untuk pematangan 1dependen-timus2. el ! kemungkinan besar tetap berada di

    sumsum tulang 1independen-timus2. el Nk memiliki sebagian tanda sel T. !edanya,sel N# bersi&at pratimus tidak mele(ati timus untuk menjadi matang.

    2rgan Lim,osit Sekunder

    ). "impa

    +. #elenjar getah bening

    %. *aringan tidak berkapsul 1tonsil, adenoid, bercak jaringan lim&oid, submukosa

    gastrointestinal, saluran napas, saluran genitouinaria.

    Imunitas Selular

    Memiliki + &ungsi: ). 9ungsi regulator +. 9ungsi e&ektor

    9ungsi regulator, dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T penolong 1@352. @35

    mengeluarkan molekul sitokin untuk melaksanakan &ungsi regulatornya. itokin-

    sitokin ini akan mengendalikan proses-proses imun seperti pembentukkan

    imunoglobulin oleh sel !, pengakti0an sel T, dan pengakti0an makro&ag.

    9ungsi e&ektor, dilakukan sel T sitotoksik 1@3=2. el @3= mampu mematikan sel

    yang terin&eksi 0irus, sel tumor, dan jaringan transplantasi dengan manyuntikkan >at

    kimia yang disebut dengan per&orin ke dalam sasaran asing.

    ekanisme

    ?ntigenM'@sel T helper ). Memanggil sel T dan sel ! +. $enanda %. Memori

    kerja sel T sitotoksik 1@3=2 menghancurkansel T supresor 1menelan2.

    ungsi 5tama Imunitas Selular

    ). el T @3= memiliki &ungsi sitotoksik. el @3= memiliki menyebabkan kematian

    secara langsung sel sasaran seperti sel yang terin&eksi 0irus atau sel tumor. el @3=

    melakukan &ungsi ini dengan mengikat sel yang terin&eksi 0irus atau sel tumor dan

    mengeluarkan per&orin yang mematikan sel sasaran.

    +. el T menyebabkan hipersensiti0itas tipe lambat yang menghasilkan berbagailim&okin yang menyababkan peradangan. "im&okin tidak saja memengaruhi jaringan

    secara langsung tetapi juga mengakti&kan sel lain seperti ?$@.

    %. el T memiliki kemampuan untuk mengingat. el T pengingat memungkinkan

    akselerasi respons imun apabila tubuh terpajan untu kedua kalinya ke imunogen yang

    sama (alaupun dalam inter0al yang lama dari pajanan a(al.

    5. el T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian. el @35 dan

    @3= menigkatkan atau menekan 1atau keduanya2 respons imun selular dan humoral.

    Sel &atural Killer

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    14/47

    /ntuk menghancurkan sel yang terin&eksi 0irus dan neoplasma dengan mengeluarkan

    per&orin yang serupa dengan yang dihasilkan oleh sel @3=. 3iberi nama sel natural

    killer karena sel ini akti& tanpa perlu terlebih dahulu disensitisasi oleh epitop, el N#

    mengenali sel asing melalui cara non imunologik misalnya muatan listrik yang tidak

    la>im di pemukaan sel. $erbedaan utama antara sel @3= dan sel N# adalah sel N#

    tidak spesi&ik untuk epitop dan tidak bertambha kuat oleh pajanan sebelumnya.

    9ungsi sel N#: meyerang sel sel yang memperlihatkan tanda-tanda asing tanpa perlu

    mengalami sensitisasi dan kemungkinan mematikan sel-sel asing ini sbelum imunitas

    selular benar-benar terakti&kan.

    ekitar 6;-)6; dari semua lim&osit dalam sirkulasi adalah sel N#. Dalaupun

    memiliki beberapa petanda sel T, namun lim&osit ini tidak mele(ati timus untuk

    menjalani pematangan, tidak memiliki ingatan imunologik, dan tidak memiliki

    reseptor sel T.

    Imunitas umoral). berdi&erensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan imunoglobulin

    +. merupakan salah satu kelompok ?$@

    el ! mengalami pematangan dalam dua tahap tetapi, tidak eperti sel T, tidak matang

    di timus.

    9ase pertama pematangan sel ! bersi&at.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    15/47

    L5K2SI/

    "eukosit dapat bermigrasi dari darah kedalam jaringan melalui tahap-tahap berikut:

    "eukosit darah, terutama neutro&il dan monosit, melekat kelapisan dalam endotel

    kapiler di jaringan terkena,suatu proses yang dinamakan marginasi. elektin, sejenis

    molekul perekat sel 1cell adhesion molecule,@?M2 yang menonjol dari lapisanendotel dalam menyebabkan leukosit yang mele(atinya melambat,memberikan (aktu

    kepada leukosit untuk memeriksa jaringan sekitar yang cedera atau terin&eksi.?pabila

    ada jaringan yang cedera atau terin&eksi, maka leukosit akan melekat erat ke lapisan

    endotel melalui interaksi dengan @?M model lain,yaitu integrin.

    "eukosit yang telah melekat tersebut segera meninggalkan pembuluh darah melalui

    mekanisme yang dikenal sebagai diapedesis, membentuk juluran panjang sempit yang

    keluar melalui pori-pori kapiler. 3engan cara ini leukosit mampu menyelinap

    menembus pori kapiler meskipun ukuran nya lebih besar daripada pori.

    #emotaksis menuntut migrasi sel &agositik kearah tertentu,yaitu sel Hsel tertarik kemediator-mediator kimia(i tertentu,yang dikenal sebagai kemotaksin atau kemokin,

    yang dibebaskan di tempat kerusakan jaringan.

    A5/2 I5&I/AS

    4angguan autoimun adalah kegagalan &ungsi sistem kekebalan tubuh yang membuat badan

    menyerang jaringannya sendiri. istem imunitas menjaga tubuh mela(an pada apa yangterlihatnya sebagai bahan asing atau berbahaya. !ahan seperti itu termasuk mikro-jasad,

    parasit 1seperti cacing2, sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan. !ahan

    yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. ?ntigen adalah molekul yang

    mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel 1seperti bakteri, 0irus, atau sel

    kanker2. !eberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan, ada di mereka sendiri.

    el sekalipun pada orang yang memiliki jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi,

    biasanya, sistem imunitas bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya,

    tidak terhadap antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas

    kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi asing dan

    menghasilkan 1disebut autoantibodi2 atau sel imunitas menargetkan dan menyerang jaringantubuh sendiri. Aespon ini disebut reaksi autoimun. 'al tersebut menghasilkan radang dan

    kerusakan jaringan. E&ek seperti itu mungkin merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa

    orang menghasilkan jumlah yang begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun

    tidak terjadi. !eberapa ganguan autoimun yang sering terjadi seperti radang sendi

    rheumatoid, lupus erythematosus sistemik 1lupus2, dan 0asculitis, diantaranya. $enyakit

    tambahan yang diyakini berhubungan dengan autoimun seperti glomerulonephritis, penyakit

    ?ddison, penyakit campuran jaringan ikat, sindroma jogren, sclerosis sistemik progresi&,

    dan beberapa kasus in&ertilitas.

    !eberapa 4angguan ?utoimun

    4angguan *aringan yang terkena #onsek(ensi

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    16/47

    ?nemia

    hemolitik

    autoimun

    el darah merah

    ?nemia 1berkurangnya jumlah sel darah merah2

    terjadi, menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan

    sakit kepala ringan.

    "impa mungkin membesar.

    ?nemia bisa hebat dan bahkan &atal.

    !ullous

    pemphigoid#ulit

    "epuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang

    merah, terbentuk di kulit.

    4atal biasa.

    3engan pengobatan, prognosis baik.

    indrom

    4oodpasture$aru-paru dan ginjal

    4ejala, seperti pendeknya na&as, batuk darah,

    kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin

    berkembang.

    $rognosis baik jika pengobatan dilaukan sebelum

    kerusakan paru-paru atau ginjal hebat terjadi.

    $enyakit 4ra0es #elenjar tiroid

    #elenjar gondok dirangsang dan membesar,

    menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid

    1hyperthyroidism2.

    4ejala mungkin termasuk detak jantung cepat, tidak

    tahan panas, tremor, berat kehilangan, dan

    kecemasa.

    3engan pengobatan, prognosis baik.

    Tiroiditis

    'ashimoto#elenjar tiroid

    #elenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan

    kadar hormon thyroid rendah 1hypothyroidism2.

    4ejala seperti berat badan bertambah, kulit kasar,

    tidak tahan ke dingin, dan mengantuk.

    $engobatan seumur hidup dengan hormon thyroidperlu dan biasanya mengurangi gejala secara

    sempurna.

    Multiple

    sclerosisOtak dan spinal cord

    eluruh sel syara& yang terkena rusak. ?kibatnya,

    sel tidak bisa meneruskan sinyal syara& seperti

    biasanya.

    4ejala mungkin termasuk kelemahan, sensasi

    abnormal, kegamangan, masalah dengan pandangan,

    kekejangan otot, dan sukar menahan hajat.

    4ejala berubah-ubah tentang (aktu dan mungkin

    datang dan pergi.$rognosis berubah-ubah.

    Myasthenia

    gra0is

    #oneksi antara sara&

    dan otot

    1neuromuscular

    junction2

    Otot, teristime(a yang dipunyai mata, melemah dan

    lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda

    dalam hal intensitas. $ola progresi0itas ber0ariasi

    secara luas.

    Obat biasanya bisa mengontrol gejala.

    $emphigus #ulit"epuh besar terbentuk di kulit.

    4angguan bisa mengancam hidup.

    $ernicious

    anemia

    el tertentu di

    sepanjang perut

    #erusakan pada sel sepanjang perut membuat

    kesulitan menyerap 0itamin !)+. 1Iitamin !)+perlu untuk produksi sel darah tua dan pemeliharaan

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    17/47

    sel syara&2.

    ?nemia adalah, sering akibatnya menyebabkan

    kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan.

    yara& bisa rusak, menghasilkan kelemahan dan

    kehilangan sensasi.

    Tanpa pengobatan, tali tulang belakang mungkinrusak, akhirnya menyebabkan kehilangan sensasi,

    kelemahan, dan sukar menahan hajat.

    Aisiko kanker perut bertambah.

    *uga, dengan pengobatan, prognosis baik.

    Aheumatoid

    arthritis

    endi atau jaringan

    lain seperti jaringan

    paru-paru, sara&, kulit

    dan jantung

    !anyak gejala mungkin terjadi.

    termasuk demam, kepenatan, rasa sakit sendi,

    kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya

    na&as, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa

    sakit dada, dan bengkak di ba(ah kulit.

    $rogonosis ber0ariasi

    ystemic lupus

    erythematosus

    1lupus2

    sendi, ginjal, kulit,

    paru-paru, jantung,

    otak dan sel darah

    endi, (alaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat.

    4ejala anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan

    ringan-headedness, dan yang dipunyai ginjal, paru-

    paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan,

    pendeknya na&as, gatal, dan rasa sakit dada,

    mungkin terjadi.

    !ercak mungkin timbul.

    Aamalan berubah-ubah secara luas, tetapi

    kebanyakan orang bisa menempuh hidup akti&

    meskipun ada gejolak kadang-kadang kekacauan.

    3iabetes

    mellitus tipe )

    el beta dari pankreas

    1yang memproduksi

    insulin2

    4ejala mungkin termasuk kehausan berlebihan,

    buang air kecil, dan selera makan, seperti

    komplikasi ber0ariasi dengan jangka panjang.

    $engobatan seumur hidup dengan insulin

    diperlukan, sekalipun perusakan sel pankreas

    berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada

    untuk memproduks iinsulin yang cukup.

    $rognosis ber0ariasi sekali dan cenderung menjadi

    lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan

    hingga (aktu yang lama.

    Iasculitis $embuluh darah

    Iasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah disatu bagian badan 1seperti syara&, kepala, kulit,

    ginjal, paru-paru, atau usus2 atau beberapa bagian.

    ?da beberapa macam. 4ejala 1seperti bercak, rasa

    sakit abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran

    perna&asan, batuk, rasa sakit dada, sakit kepala,

    kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syara&

    atau kegagalan ginjal2 bergantung pada bagian

    badan mana yang dipengaruhi.

    $rognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak

    jaringan rusak.

    !iasanya, prognosis lebih baik dengan pengobatan.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    18/47

    $ENYE!?!

    Aeaksi autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :

    enya(a yang ada di badan yang normalnya dibatasi di area tertentu 1dan demikian

    disembunyikan dari sistem kekebalan tubuh2 dilepaskan ke dalam alirandarah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat cairan di bola mata dilepaskan ke

    dalam aliran darah.@airan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk mengenali mata

    sebagai benda asing dan menyerangnya.

    enya(a normal di tubuh berubah, misalnya, oleh 0irus, obat, sinar matahari, atau

    radiasi. !ahan senya(a yang berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem

    kekebalan tubuh. Misalnya, 0irus bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan.

    el yang ditulari oleh 0irus merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.

    enya(a asing yang menyerupai senya(a badan alami mungkin memasuki badan.

    istem kekebalan tubuh dengan kurang hati-hati dapat menjadikan senya(a badan

    mirip seperti bahan asing sebagai sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit

    kerongkongan mempunyai beberapa antigen yang mirip dengan sel jantung manusia.

    *arang terjadi, sistem kekebalan tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit

    kerongkongan 1reaksi ini bagian dari deman rumatik2.

    el yang mengontrol produksi antibodi misalnya, lim&osit ! 1salah satu sel darah

    putih2 mungkin rusak dan menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa

    sel badan.

    #eturunan mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. #erentanan kekacauan,daripada kekacauan itu sendiri, mungkin di(arisi. $ada orang yang rentan, satu pemicu,

    seperti in&eks 0irus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan berkembang. 9aktor

    'ormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan autoimun lebih sering terjadi

    pada (anita.

    K22&& SIS/ KK"ALA&

    istem kekebalan terdiri dari sel-sel dan >at->at yang bisa larut. el-sel utama dari sistem

    kekebalan adalah sel-sel darah putih, yaitu makro&ag, neutro&il dan lim&osit. Bat->at yang bisalarut adalah molekul-molekul yang tidak terdapat di dalam sel tetapi larut dalam suatu cairan

    1misalnya plasma2. Bat->at terlarut yang utama adalah antibodi, protein komplemen dan

    sitokinesis. !eberapa >at terlarut bertindak sebagai pemba(a pesan 1messenger2 untuk

    menarik dan mengakti&kan sel-sel lainnya. Molekul kompleks histokompatibiliti mayor

    merupakan jantung dari sistem kekebalan dan membantu mengenali benda asing.

    Makro&ag

    Makro&ag adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba, antigen dan

    >at->at lainnya. ?ntigen adalah setiap >at yang bisa merangsang suatu respon kekebalanC

    antigen bisa merupakan bakteri, 0irus, protein, karbohidrat, sel-sel kanker dan racun.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    19/47

    itoplasma makro&ag mengandung granula yang terdiri dari beberapa bahan kimia dan en>im

    yang terbungkus dalam suatu selaput. En>im dan bahan kimia ini memungkinkan makro&ag

    mencerna dan menghancurkan mikroba yang tertelan olehnya. Makro&ag tidak ditemukan di

    dalam darah, tetapi terdapat di tempat-tempat strategis, dimana organ tubuh berhubungan

    dengan aliran darah atau dunia luar. Misalnya makro&ag ditemukan di daerah dimana paru-

    paru menerima udara dari luar dan sel-sel hati berhubungan dengan pembuluh darah.

    Neutro&il

    Neutro&il adalah sel darah putih yang berukuran besar, yang mencerna mikroba dan antigen

    lainnya. Neutro&il memiliki granula yang mengandung en>im untuk menghancurkan antigen

    yang ditelan olehnya. Neutro&il ditemukan di dalam darahC untuk keluar dari darah dan masuk

    ke dalam jaringan, neutro&il memerlukan rangsangan khusus. Makro&ag dan neutro&il

    seringkali bekerja samaC makro&ag memulai suatu respon kekebalan dan mengirimkan sinyal

    untuk menarik neutro&il bergabung dengannya di daerah yang mengalami gangguan. *ika

    neutro&il telah tiba, mereka menghancurkan benda asing dengan cara mencernanya.

    $enimbunan neutro&il serta pemusnahan dan pencernaan mikroba menyebabkan pembentukannanah.

    "im&osit

    "im&osit merupakan sel utama pada sistem getah bening, memiliki ukuran yang relati& lebih

    kecil daripada makro&ag dan neutro&il. Neutro&il memiliki umur tidak lebih dari 8-) hari,

    tetapi lim&osit bisa hidup selama bertahun-tahun bahkan sampai berpuluh-puluh tahun.

    "im&osit dibagi ke dalam % kelompok utama:

    ). "im&osit ! berasal dari sel stem di dalam sumsum tulang dan tumbuh menjadi sel plasma,

    yang menghasilkan antibody

    +. "im&osit T terbentuk jika sel stem dari sumsum tulang pindah ke kelenjar thymus, dimana

    mereka mengalami pembelahan dan pematangan. 3i dalam kelenjar thymus, lim&osit T

    belajar membedakan mana benda asing dan mana bukan benda asing. "im&osit T de(asa

    meninggalkan kelenjar thymus dan masuk ke dalam pembuluh getah bening dan ber&ungsi

    sebagai bagian dari sistem penga(asan kekebalan.

    %. el-sel pemusnah alami, memiliki ukuran yang agak lebih besar daripada lim&osit T dan !,

    dinamai sel pemusnah karena sel-sel ini membunuh mikroba dan sel-sel kanker tertentu.at->at

    pemba(a pesan yang mengatur sebagian &ungsi lim&osit T, lim&osit ! dan makro&ag2.

    ?ntibodi

    *ika dirangsang oleh suatu antigen, lim&osit ! akan mengalami pematangan menjadi sel-sel

    yang menghasilkan antibodi. ?ntibodi merupakan protein yang bereaksi dengan antigen yang

    sebelumnya merangsang lim&osit !. ?ntibodi juga disebut immunoglobulin.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    20/47

    etiap molekul antibodi memiliki suatu bagian yang unik, yang terikat kepada suatu antigen

    khusus dan suatu bagian yang strukturnya menerangkan kelompok antibodi.

    Terdapat 6 kelompok antibodi:

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    21/47

    +. beta inter&eron digunakan untuk mengobati sklerosis multiple

    %. interleukin-+ diberikan kepada penderita melanoma maligna dan kanker ginjal

    5. granulocyte colony-stimulating &actor merangsang pembentukan neutro&il, diberikan

    kepada penderita kanker yang memiliki sedikit neutro&il sebagai e&ek samping darikemoterapi.

    #ompleks histokompatibiliti mayor. emua sel memiliki molekul pada permukaannya, yang

    khas untuk setiap indi0idu. Molekul ini disebut molekul kompleks histokompatibiliti mayor.

    Melalui molekul ini, tubuh dapat membedakan mana yang merupakan benda asing, mana

    yang bukan benda asing. Terdapat + jenis molekul kompleks histokompatibiliti mayor

    1disebut juga human leukocyte antigens atau '"?2:

    ).'"? < ditemukan di semua sel tubuh, kecuali sel darah merah

    +.'"?

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    22/47

    $embentukan autoantibody dapat dicetuskan oleh karena timbul deterrminan antigen baru

    pada protein normal. @ontoh autoantibody yang timbul akibat hal tersebut ialah &actor

    rematoid 19A2. 9A dibentuk terhadap determinan antigen yang terdapat pada immunoglobulin

    5.Aeaksi silang dengan mikroorganisme

    #erusakan jantung pada demam reumatik anak diduga terjadi kaibat produksi antigen

    terhadap streptokok ? yang bereaksi silang dengan miokard penderita

    6.Iirus sebagai pencetus autoimunitas

    Iirus yang terutama menggin&eksi system lim&oid dapat tmempengaruhi mekanisme kontrol

    imunologik sehingga terjadi autoimunitas

    7.?utoantibodi dibentuk sekunder akibat kerusakan jaringan

    ?utoantibodi terhadap jantung ditemukan pada jantung in&ark. $ada umumnya kadarautoantibody disini terlalu rendah untuk dapat menimbulkan penyakit autoimmun.

    ?utoantibody dapat dibentuk pula terhadap antigen mitokondria pada kerusakan hati atau

    jantung. $ada tuberculosis dan tripanosomiasis yang menimbulkan kerusakan luas pada

    berbagai jaringan, dapat pula ditemukan autoantibody terhadap antigen jaringan dalam kadar

    gula yang rendah

    #riteria $enyakit ?utoimun

    #riteria untuk menegakkan diagnosis penyakit autoimmun adalah sebagai berikut :

    ).$enyakit timbul akibat adanya respons autoimun+.3itemukan autoantibody

    %.$enyakit dpat ditimbulkan oleh bahan yang diduga merupakan antigen

    5.$enyakit dapat dipindahkan dari satu binatang ke binatang yang lain melalui serum atau

    lim&osit yang hidup

    Aeaksi ?lergi

    3E9

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    23/47

    Angioedema %erediter

    &astositosis

    ?lergi 9isik

    Aeaksi ?lergi ?kibat Olah Aaga.

    $ENYE!?!

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    24/47

    bertahan dan berpotensial untuk mengikat M'@ dan peptida asing dengan a&initas

    tinggi serta dapat menginisiasi respons imun protekti& nantinya. Namun sel T yang

    berikatan dengan M'@ dan peptida diri di timus dengan a&initas tinggi mempunyai

    potensial untuk pengenalan dengan antigen diri di tubuh, dengan konsekuensi induksi

    autoimunitas. el-sel dengan a&initas tinggi tersebut dieliminasi melalui prosesnegative selection.

    $roses-proses diatas disebut edukasi timus. ?lasan gagalnya toleransi timus adalah

    banyaknya peptida diri yang tidak diekspresikan dengan kadar yang cukup di timus

    untuk menginduksi negative selection. ebagian besar peptida yang berikatan dengan

    M'@ di timus berasal baik dari protein intraseluler atau terikat membran yang ada

    dimana-mana, ataupun protein yang ada di cairan ekstraseluler, sehingga toleransi

    timus tidak diinduksi terhadap protein spesi&ik jaringan.

    /oleransi peri,er

    Terdapat beberapa mekanisme terjadinya toleransi peri&er yang merupakan kontrol

    lini kedua dalam mengatur sel autoreakti&

    gnoran!e

    $roses immunological ignorance terjadi karena keberadaan antigen terasing di organ

    a0askular, seperti humor 0iterus pada mata. ?ntigen tersebut secara e&ekti& tidak

    Lterlihat oleh sistem imun. ?pabila antigen tersebut lolos dari organ tersebut, maka

    toleransi peri&er akti& akan berkembang. $roses ini terjadi karena sel T @35 hanya

    mengenali angtigen yang dipresentasikan melalui molekul M'@

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    25/47

    Mekanisme toleransi peri&er yang akti& meliputi delesi sel autoreakit& melalui

    apoptosis atau induksi keadaan anergi 1tidak respons2. el T @35 nai0e memerlukan

    dua sinyal untuk menjadi akti& dan memulai respons imun. inyal pertama berupa

    sinyal spesi&ik antigen melalui reseptor antigen di sel T. inyal kedua berupa sinyal

    non-spesi&ik ko-stimulasi, biasanya sinyal oleh @3+= 1pada sel T2 yang terikat kesalah satu lingkup !8 1@3= atau @3=72 pada stimulator. Oleh karena itu, meskipun

    terdapat pengenalan sel T terhadap molekul peptida spesi&ik jaringan atau kompleks

    M'@, namun bila tidak terdapat ikatan dengan molekul ko-stimulator, maka stimulasi

    melalui reseptor sel T akan berujung pada anergi atau kematian sel T melalui

    apoptosis 14ambar )6-+2. Ekspresi molekul ko-stimulator ini sangat terbatas. inyal

    stimulator juga terbatas pada antigen-presenting cellsseperti sel dendritik. 3engan

    adanya distribusi yang terbatas dan pola resirkulasi, interaksi sel @35 dengan sel

    dendritik hanya terjadi di jaringan lim&oid sekunder seperti nodus lim&e. Ekspresi

    molekul ko-stimulator dapat diinduksi melalui beberapa cara, biasanya melalui

    in&lamasi atau kerusakan sel. Namun, dengan adanya restriksi pola resirkulasi

    lim&osit, maka hanya sel yang telah terakti0asi sebelumnya yang mempunyai akses ke

    lokasi peri&er.

    el T terakti0asi juga dapat mengekspresikan molekul permukaan yang mempunyai

    struktur serupa dengan molekul ko-stimulator, namun mempunyai e&ek negati&

    terhadap akti0asi sel T, yaitu @T"?-5 yang mempunyai struktur serupa dengan @3+=

    dan mengikat ligand yang sama.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    26/47

    tiologi

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    27/47

    'ubungan in&eksi dengan autoimun tidak hanya berdasar pada mekanisme molecular

    mimicr!, namun juga terdapat kemungkinan lain.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    28/47

    autoimun yang sudah ada dibandingkan sebagai penyebab. Aadiasi ultra0iolet

    memperberat "E melalui beberapa mekanisme. Aadiasi dapat menyebabkan

    modi&ikasi struktur pada antigen diri sehingga mengubah imunogenitasnya. Aadiasi

    tersebut juga dapat menyebabkan apoptosis sel dalam kulit melalui ekspresi

    autoantigen lupus pada permukaan sel, yang berkaitan dengan &otosensiti0itas1dikenal dengan Ao dan "a2. $ermukaan Ao dan "a kemudian dapat berikatan dengan

    autoantibodi dan memicu kerusakan jaringan. Iariasi genetik yang mengkode gen

    glutation--trans&erase juga dikaitkan dengan peningkatan antibodi anti-Ao pada "E.

    $emicu lain yang diduga berkaitan dengan penyakit autoimun antara lain stres

    psikologis dan &aktor diet.

    atogenesis

    !erbagai teori telah diajukan oleh para peneliti tentang patogenesis autoimunitas

    tetapi tampaknya masing-masing mempunyai kebenaran dan kelemahan sendiri.

    "er=agai teori patogenesis autoimunitas

    $elepasan antigen sekuester$enurunan &ungsi sel T

    supresor

    $eningkatan akti0itas sel Th, pintas sel T

    3e&ek timus

    #lon abnormal, de&ek induksi toleransi

    el ! re&rakter terhadap sinyal supresor

    3e&ek makro&ag

    3e&ek sel stem

    3e&ek jaringan idotip-antiidiotip

    4en abnormal: gen respons imun, gen

    imunoglobulin

    9aktor 0irus

    9aktor hormone

    !erdasarkan karakteristik penyakit autoimun organ spesi&ik maka timbul dugaan

    adanya antigen sekuester dalam suatu organ, yang karena tidak pernah berkontak

    dengan sistem lim&oretikular maka apabila suatu saat terbebas akan dianggap asing

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    29/47

    dan menimbulkan pembentukan autoantibodi. @ontohnya adalah autoantibodi

    terhadap sperma setelah 0asektomi, lensa mata setelah trauma mata, otot jantung

    setelah in&ark miokard, atau jaringan lain yang bila terbebas akan menimbulkan

    pembentukan autoantibodi.

    eperti telah kita ketahui maka akti0asi sistem imun akan diikuti oleh mekanisme

    pengatur yang meningkatkan atau menekan dan menghentikan respons imun.

    4angguan pada mekanisme supresi, baik jumlah maupun &ungsi sel Ts, akan

    meningkatkan pembentukan autoantibodi bila respons imun tersebut sel ditujukan

    terhadap autoantigen.

    Aespons imun hampir selalu membutuhkan kerjasama sel T dan sel !, dan telah

    diketahui bah(a mekanisme toleransi ditentukan oleh sel T. !ila sel T toleran tersebut

    terakti0asi oleh &aktor nonspesi&ik atau antigen silang yang mirip dengan antigen diri,

    maka sel ! yang bersi&at tidak toleran akan membentuk autoantibodi. Timus dan sel

    mikronya sangat penting untuk di&erensiasi sel T. !ila terjadi gangguan maka akan

    terjadi de&ek sistem imun yang akan mempercepat proses autoimun. $roduksi

    autoantibodi dilakukan oleh sel !, dan gangguan imunitas selular, baik peningkatan

    sel Th atau penekanan sel Ts, akan meningkatkan akti0itas sel !.

    elain itu dapat juga terjadi kelainan pada sel ! yang bersi&at intrinsik, misalnya

    terdapat klon sel ! autoreakti& yang hiperresponsi& terhadap berbagai stimuli, atau

    kelainan ekstrinsik berupa akti0asi sel ! oleh mitogen endogen atau eksogen yang

    disebut akti0ator poliklonal. el ! dapat bereaksi dengan autoantigen melaluiberbagai reseptornya yang mempunyai a0iditas rendah sampai tinggi, sementara sel T

    tetap toleran. ?kti0ator poliklonal yang terdiri dari produk bakteri, 0irus, atau

    komponen 0irus, parasit, atau substansi lainnya dapat langsung merangsang sel !

    tersebut untuk memproduksi autoantibodi 1lihat 4ambar )6-%2. 'al ini dapat terlihat

    dengan terdeteksinya &aktor rheumatoid dan antinuklear, antilim&osit, antieritrosit,

    serta anti-otot polos setelah in&eksi parasit, bakteri, atau 0irus. elain itu terbukti pula

    bah(a lipopolisakarida bakteri dapat menginduksi lim&osit tikus untuk memproduksi

    berbagai autoantibodi seperti anti 3N?, antiglobulin P ,antitimosit, dan antieritrosit.

    Makro&ag mempunyai &ungsi penting untuk memproses dan mempresentasikan

    antigen pada lim&osit, serta memproduksi berbagai sitokin untuk akti0asi lim&osit.

    9ungsi penting lainnya adalah sebagai &agosit untuk mengeliminasi berbagai substansi

    imunologik yang tidak diinginkan, misalnya kompleks imun. $ada penderita penyakit

    autoimun diduga bah(a eliminasi kompleks imun tidak ber&ungsi dengan baik karena

    jumlah reseptor 9c dan @A) 1@%b, imun adherens2 pada makro&ag berkurang, tetapi

    hasil penelitian tentang &ungsi makro&ag pada penyakit autoimun masih belum

    konsisten.

    ?utoimunitas dapat juga terjadi karena de&ek pembentukan toleransi yang telahdibuktikan pada he(an percobaan, akibat gangguan sel T atau sel !, atau keduanya.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    30/47

    4angguan toleransi ini hanya terjadi untuk antigen tertentu saja. ampai sejauh ini

    masih belum dapat diambil kesimpulan komprehensi& dari penelitian tentang peran

    de&ek toleransi tersebut.

    @ara terbaik untuk membuktikan peran humoral, selular, lingkungan mikro atau 0irus

    terhadap autoimunitas adalah uji trans&er autoimunitas dengan jaringan atau ekstrak

    jaringan he(an percobaan yang mempunyai predisposisi genetik autoimun ke resipien

    tanpa de&ek tersebut. 3engan cara ini maka terlihat bah(a de&ek sel stem, terutama

    prekursor sel !, lebih berperan untuk timbulnya autoimunitas daripada sel ! matang.

    ?kti0asi sel ! ditentukan oleh sejumlah sinyal dan &aktor yang datang dari sel T. $ada

    penyakit autoimun sistemik terdapat peningkatan jumlah sel ! akti& dan yang

    memproduksi antibodi poliklonal. 'iperreakti0itas sel ! ini disebabkan oleh de&ek sel

    ! terhadap kebutuhan sinyal, produksi &aktor proli&erasi, di&erensiasi, dan maturasi

    oleh sel T yang berlebih, atau respons sel ! yang tidak normal terhadap &aktor-&aktor

    tersebut. ?kibatnya akan terjadi hipergamaglobulinemia, produksi autoantibodi, alih

    imunoglobulin menjadi autoantibodi subkelas patologik, dan akhirnya penyakit

    autoimun sistemik.

    $ara penulis sepakat bah(a peran &aktor genetik terhadap angka kejadian, a(itan, dan

    perjalanan penyakit autoimun sangat besar. 4en yang bertanggung ja(ab terhadap

    predisposisi autoimun ini bukanlah lokus tunggal, dan dihubungkan dengan gen yang

    menentukan respons imun terhadap antigen, yaitu gen M'@ dan gen imunoglobulin.

    'al ini terlihat dari adanya hubungan antara suatu antigen '"? dengan penyakittertentu yang dinyatakan dengan risiko relati&.

    el ! dan sel T serta produknya dapat mengekspresikan determinan idiotip atau anti-

    idiotip yang ikut ber&ungsi sebagai regulator sistem imun. ?ntibodi anti-idiotipik

    dapat menekan atau merangsang respons imun. $ada umumnya autoantibodi anti-

    idiotipik akan menekan respons imun terhadap idiotip. eperti halnya antibodi biasa,

    autoantibodi merupakan produk respons imun terhadap antigenautoantigen, atau

    terhadap ?b+ 1anti-idiotip2 yang menyerupai antigen. Oleh karena itu dapat diduga

    bah(a autoimunitas dapat terjadi akibat de&ek regulasi sistem imun yang

    menyebabkan penekanan atau rangsangan produksi antibodi anti-idiopatik 1lihat

    4ambar )6-52. 3e&ek tersebut dapat menyebabkan produksi autoantibodi atau

    stimulasi ?b) 1idiotip2 yang tidak terkontrol (alaupun tidak ada antigen lagi. 3iduga

    bah(a de&ek ini berhubungan erat dengan sirkuit sel !-Th-Ts dan idiotip serta anti-

    idiotipnya.

    Tidak satu pun dari teori tersebut dapat memberikan penjelasan tunggal yang

    memuaskan, sehingga disimpulkan bah(a semua &aktor tersebut berperan pada

    patogenesis autoimunitas.

    ekanisme rusaknya toleransi

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    31/47

    %engatasi toleransi perifer

    #eadaan yang mengakibatkan rusaknya toleransi biasanya berkaitan dengan in&eksi

    dan kerusakan jaringan yang non-spesi&ik. $embalikan anergi dapat terjadi oleh

    paparan sitokin tertentu, terutama im proteolitik pada lokasi in&lamasi

    juga dapat menyebabkan kerusakan protein intraseluler dan ekstraseluler,

    menyebabkan sejumlah peptida dengan konsentrasi tinggi dipresentasikan ke sel T

    yang responsi&, peptida tersebut dinamakan cr!ptic epitopes. $eptida diri juga dapat

    diubah oleh 0irus, radikal bebas dan radiasi ion, dan akhirnya mele(ati toleransi yang

    telah ada sebelumnya.

    Kemiripan molekul

    #esamaan struktur antara protein diri dengan protein dari mikroorganisme juga dapatmemicu respons autoimun. $eptida diri dengan konsentrasi rendah dan tanpa akses ke

    antigen-presenting cells dapat bereaksi silang dengan peptida mikrobial yang

    memiliki struktur serupa. 'al ini mengakibatkan ekspansi populasi sel T yang

    responsi& yang dapat mengenali peptida diri, apabila kondisi lokal 1seperti kerusakan

    jaringan2 menyebabkan presentasi peptida tersebut dan akses sel T ke jaringan

    tersebut .

    %ole!ular mimi!ry? antigen mikro=ial dan antigen diri yang terli=at

    Antigen mikro=ial Antigen diri enyakit yang diduga

    aki=at mole!ular mimi!ry

    $rotein grup ? streptokokus

    M

    ?ntigen di otot jantung 3emam reumatik

    ,acterial heat shock proteins elf heat shock proteins Terkait dengan penyakit

    autoimun berat namun belum

    terbukti

    $rotein inti Co"sackie , 4lutamat dekarboksilase selpulau pancreas

    3iabetes melitus dependeninsulin

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    32/47

    4likoprotein Camp!lobacter

    $e$uni

    4angliosida dan glikolipid

    terkait myelin

    indrom 4uillain-!arre

    %eat shock protein dari

    *schericia coli

    ubtipe rantai '"?-3A Q

    mengandung Lepitop

    bersama artritis reumatoid

    ?rtritis reumatoid

    ekali toleransi rusak terhadap peptida tertentu, maka in&lamasi berlanjut pada

    presentasi peptida lainnya dan respons imun akan meluas dan menghasilkan

    percepatan kerusakan jaringan lokal. $roses domino ini disebut epitope spreading.

    el T yang belum pernah terpajan dengan antigen 1sel T nai0e2 memerlukan ko-

    stimulasi melalui @3+= unutk dapat berperan dalam respons imun. Namun, sel T yang

    sebelumnya sudah terakti0asi dapat diinduksi untuk proli&erasi dan produksi sitokin

    melalui 0ariasi sinyal ko-stimulasi yang lebih luas, dicetuskan oleh molekul adesi

    yang diekspresikan di sel tersebut. Oleh karena itu, sel autoreakti& yang telah

    terakti0asi sebelumnya tidak hanya resirkulasi secara bebas di jaringan yang

    terin&lamasi 1karena adanya peningkatan ekspresi molekul adesi2 namun juga lebih

    mudah mengakti0asi setelah sampai di jaringan yang mengandung peptida

    dirikompleks M'@ yang sesuai. 'al ini menandakan sekali barier toleransi rusak,

    respons autoimun akan lebih mudah bertahan dan menyebabkan proses patogenik

    autoreakti& yang lama pula.

    ekanisme kerusakan

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    33/47

    enyakit Anti=odi

    Tiroditis 'ashimoto Tiroid

    Miksedema primer TiroidTirotoksikosis Tiroid

    ?nemia pernisiosa "ambung

    ?tro&i adrenal idiopatik ?drenal

    Miastenia gra0is Otot, reseptor asetilkolin

    $em0igus 0ulgaris dan pem&igoid #ulit

    ?nemia hemolitik autoimun Eritrosit 1uji @oombs2

    indrom jogren el duktus sali0arius

    irosis biliar orimer Mitokondria

    'epatitis kronik akti& ?nti m, mitokondria?rtritis reumatoid ?ntiglobulin

    "E ?ntinuklear, 3N?, sel "E

    kleroderma Nukleolus

    $enyakit jaringan ikat lain Nukleolus

    AKSI IS&SI/II/AS

    $ada keadaan normal, mekanisme pertahanan tubuh baik humoral maupun selular

    tergantung pada akti0asi sel ! dan sel T. ?kti0asi berlebihan oleh antigen ataugangguan mekanisme ini, akan menimbulkan suatu keadaan imunopatologik yang

    disebut reaksi hipersensiti0itas.

    Menurut 4ell dan @oombs, reaksi hipersensiti0itas dapat dibagi menjadi 5 tipe, yaitu

    tipe < hipersensiti& ana&ilaktik, tipe

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    34/47

    $roses akti0asi sel mast terjadi bila

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    35/47

    @ontoh: reaksi ana&ilaktik tipe generalisata

    Orang yang sudah tersensitisasi mendapatkan in&us intra0ena alergen misalnya

    penisilin, akan menyebabkan orang tersebut meninggal dunia.

    Tanda-tanda pada reaksi ini dapat terjadi dalam (aktu hanya beberapa menit atau

    bahkan kurang dari menit, seperti: serangan agitasi, kejang, bronkospasme atau kolaps

    sirkulasi.

    Aeaksi ana&ilaktik dapat terjadi karena:

    ). obstruksi bronkus 1menyebabkan terperangkapnya udara inhalasi di dalam paru2

    +. gagal bernapas

    %. di&isit O+

    5. hipotensi berat

    6. pembengkakan laring

    7. gangguan irama jantung

    $enyebab: serangga, serbuk sari, alergen he(an, jamu, obat, makanan, dan lain-lain.

    *adi, reaksi < 1ana&ilaktik2 ini terjadi karena pelepasan mediator dari sel mast yang

    memengaruhi otot polos, 0askular, dan jalan napas.

    @ontoh lain dari reaksi ana&ilaktik adalah:

    Ainitis alergi 1hay &e0er2, angioedema, urtikaria 1biduran2.

    AKSI IS&/II/AS /I II

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    36/47

    $ada reaksi tipe

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    37/47

    Mengendap di organ tertentu 1ginjal, sendi, kulit2 jika kompleks terbentuk dan

    mengendap pada temapat khusus.

    @ontoh:

    Aeaksi ?rthus

    Menginjeksi antigen yang sebelumnya telah diimunisasi karena pada mulanyaada kelebihan antibodi sehingga komples imun terbentuk sebagai antigen yang

    di&usi ke dinding pembuluh darah sehingga menyebabkan radang.

    "esi arthus timbul setelah beberapa jam. Yaitu timbul, kemerahan dan

    bengkak. 3an akan mencapai puncak 5-) jam setelah injeksi yaitu, edema

    dan perdarahn berat.

    $ada reaksi tipe

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    38/47

    %. radang

    ) hari setelah akan menimbulkan deman, urtikaria, artralgia, pembesaran kelenjar

    getah bening, proteinuria.

    Tempat-tempat yang biasa terjadi pengendapan:). ginjal

    +. sendi

    %. kulit

    5. jantung

    6. permukaan serosa

    7. pembuluh darah kecil

    AKSI IS&SI/II/AS /I I (Selular)

    $eranan dari lim&osit T pada penyakit imunologis pada manusia telah semakin dikenal dan

    diketahui. $atogenesis dan tatalaksana penyakit autoimun pada manusia pada saat ini lebihditujukan pada kerusakan jaringan yang disebabkan terutama oleh sel lim&osit T.

    'ampir semua penyakit yang diperantarai T cell disebabkan oleh mekanisme

    autoimun. Aeaksi autoimun biasanya ditujukan langsung terhadap antigen pada sel

    yang distribusinya terbatas pada jaringan organ tertentu. Oleh karena itu penyakit #

    cell mediated cenderung terbatas mengenai organ-organ tertentu dan biasanya tidak

    bersi&at sistemis. #erusakan organ juga dapat terjadi menyertai reaksi sel T terhadap

    reaksi mikroba, misalnya pada tuberculosis, terdapat reaksi # cell-mediated terhadap

    &. tuberculosis, dan reaksi tersebut menjadi kronik oleh karena in&eksinya sulit

    dieradikasi.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    39/47

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    40/47

    berbagai jenis sinar 1sinar atau sinar ultra0iolet2, listrik, >at->at kimia, dan lain-lain. @edera

    radang yang ditimbulkan oleh berbagai agen ini menunjukkan proses yang mempunyai

    pokok-pokok yang sama, yaitu terjadi cedera jaringan berupa degenerasi 1kemunduran2 atau

    nekrosis 1kematian2 jaringan, pelebaran kapiler yang disertai oleh cedera dinding kapiler,

    terkumpulnya cairan dan sel 1cairan plasma, sel darah, dan sel jaringan2 pada tempat radang

    yang disertai oleh proli&erasi sel jaringan makro&ag dan &ibroblas, terjadinya proses&agositosis, dan terjadinya perubahan-perubahan imunologik 1Aukmono, )G8%2.

    ecara garis besar, peradangan ditandai dengan 0asodilatasi pembuluh darah lokal yang

    mengakibatkan terjadinya aliran darah setempat yang berlebihan, kenaikan permeabilitas

    kapiler disertai dengan kebocoran cairan dalam jumlah besar ke dalam ruang interstisial,

    pembekuan cairan dalam ruang interstisial yang disebabkan oleh &ibrinogen dan protein

    lainnya yang bocor dari kapiler dalam jumlah berlebihan, migrasi sejumlah besar granulosit

    dan monosit ke dalam jaringan, dan pembengkakan sel jaringan. !eberapa produk jaringan

    yang menimbulkan reaksi ini adalah histamin, bradikinin, serotonin, prostaglandin, beberapa

    macam produk reaksi sistem komplemen, produk reaksi sistem pembekuan darah, dan

    berbagai substansi hormonal yang disebut lim&okin yang dilepaskan oleh sel T yangtersensitisasi 14uyton K 'all, )GG82.

    /andatanda radang (makroskopis)

    4ambaran makroskopik peradangan sudah diuraikan + tahun yang lampau. Tanda-tanda

    radang ini oleh @elsus, seorang sarjana Aoma yang hidup pada abad pertama sesudah Masehi,

    sudah dikenal dan disebut tanda-tanda radang utama. Tanda-tanda radang ini masih

    digunakan hingga saat ini. Tanda-tanda radang mencakup rubor1kemerahan2, kalor1panas2,

    dolor1rasa sakit2, dan tumor1pembengkakan2. Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada

    abad terakhir yaitu functio laesa 1perubahan &ungsi2 1?brams, )GG6C Aukmono, )G8%C

    Mitchell K @otran, +%2.

    /mumnya, rubor atau kemerahan merupakan hal pertama yang terlihat di daerah yang

    mengalami peradangan. aat reaksi peradangan timbul, terjadi pelebaran arteriola yang

    mensuplai darah ke daerah peradangan. ehingga lebih banyak darah mengalir ke

    mikrosirkulasi lokal dan kapiler meregang dengan cepat terisi penuh dengan darah. #eadaan

    ini disebut hiperemia atau kongesti, menyebabkan (arna merah lokal karena peradangan akut

    1?brams, )GG6C Aukmono, )G8%2.

    #alor terjadi bersamaan dengan kemerahan dari reaksi peradangan akut. #alor disebabkan

    pula oleh sirkulasi darah yang meningkat. ebab darah yang memiliki suhu %8o@ disalurkan

    ke permukaan tubuh yang mengalami radang lebih banyak daripada ke daerah normal1?brams, )GG6C Aukmono, )G8%2.

    $erubahan p' lokal atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu dapat merangsang ujung-ujung

    sara&. $engeluaran >at seperti histamin atau >at bioakti& lainnya dapat merangsang sara&. Aasa

    sakit disebabkan pula oleh tekanan yang meninggi akibat pembengkakan jaringan yang

    meradang 1?brams, )GG6C Aukmono, )G8%2.

    $embengkakan sebagian disebabkan hiperemi dan sebagian besar ditimbulkan oleh

    pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke jaringan-jaringan interstitial. @ampuran

    dari cairan dan sel yang tertimbun di daerah peradangan disebut eksudat meradang 1?brams,

    )GG6C Aukmono, )G8%2.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    41/47

    !erdasarkan asal katanya, &unctio laesa adalah &ungsi yang hilang 13orland, ++2. 9unctio

    laesa merupakan reaksi peradangan yang telah dikenal. ?kan tetapi belum diketahui secara

    mendalam mekanisme terganggunya &ungsi jaringan yang meradang 1?brams, )GG62.

    ekanisme radang

    1! adang akut

    Aadang akut adalah respon yang cepat dan segera terhadap cedera yang didesain untuk

    mengirimkan leukosit ke daerah cedera. "eukosit membersihkan berbagai mikroba yang

    mengin0asi dan memulai proses pembongkaran jaringan nekrotik. Terdapat + komponen

    utama dalam proses radang akut, yaitu perubahan penampang dan struktural dari pembuluh

    darah serta emigrasi dari leukosit. $erubahan penampang pembuluh darah akan

    mengakibatkan meningkatnya aliran darah dan terjadinya perubahan struktural pada

    pembuluh darah mikro akan memungkinkan protein plasma dan leukosit meninggalkan

    sirkulasi darah. "eukosit yang berasal dari mikrosirkulasi akan melakukan emigrasi dan

    selanjutnya berakumulasi di lokasi cedera 1Mitchell K @otran, +%2.

    egera setelah jejas, terjadi dilatasi arteriol lokal yang mungkin didahului oleh 0asokonstriksi

    singkat. &ingter prakapiler membuka dengan akibat aliran darah dalam kapiler yang telah

    ber&ungsi meningkat dan juga dibukanya anyaman kapiler yang sebelumnya inakti&.

    ?kibatnya anyaman 0enular pasca kapiler melebar dan diisi darah yang mengalir deras.

    3engan demikian, mikro0askular pada lokasi jejas melebar dan berisi darah terbendung.

    #ecuali pada jejas yang sangat ringan, bertambahnya aliran darah 1hiperemia2 pada tahap

    a(al akan disusul oleh perlambatan aliran darah, perubahan tekanan intra0askular dan

    perubahan pada orientasi unsur-unsur berbentuk darah terhadap dinding pembuluhnya.

    $erubahan pembuluh darah dilihat dari segi (aktu, sedikit banyak tergantung dari parahnya

    jejas. 3ilatasi arteriol timbul dalam beberapa menit setelah jejas. $erlambatan dan bendungan

    tampak setelah )-% menit 1Aobbins K #umar, )GG62.

    $eningkatan permeabilitas 0askuler disertai keluarnya protein plasma dan sel-sel darah putih

    ke dalam jaringan disebut eksudasi dan merupakan gambaran utama reaksi radang akut.

    Iaskulatur-mikro pada dasarnya terdiri dari saluran-saluran yang berkesinambungan berlapis

    endotel yang bercabang-cabang dan mengadakan anastomosis. el endotel dilapisi oleh

    selaput basalis yang berkesinambungan 1Aobbins K #umar, )GG62.

    $ada ujung arteriol kapiler, tekanan hidrostatik yang tinggi mendesak cairan keluar ke dalam

    ruang jaringan interstisial dengan cara ultra&iltrasi. 'al ini berakibat meningkatnyakonsentrasi protein plasma dan menyebabkan tekanan osmotik koloid bertambah besar,

    dengan menarik kembali cairan pada pangkal kapiler 0enula. $ertukaran normal tersebut akan

    menyisakan sedikit cairan dalam jaringan interstisial yang mengalir dari ruang jaringan

    melalui saluran lim&atik. /mumnya, dinding kapiler dapat dilalui air, garam, dan larutan

    sampai berat jenis ). dalton 1Aobbins K #umar, )GG62.

    Eksudat adalah cairan radang ekstra0askuler dengan berat jenis tinggi 1di atas ).+2 dan

    seringkali mengandung protein +-5 mg; serta sel-sel darah putih yang melakukan emigrasi.

    @airan ini tertimbun sebagai akibat peningkatan permeabilitas 0askuler 1yang memungkinkan

    protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas2, bertambahnya tekanan hidrostatik

    intra0askular sebagai akibat aliran darah lokal yang meningkat pula dan serentetan peristi(arumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya 1Aobbins K #umar, )GG62.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    42/47

    $enimbunan sel-sel darah putih, terutama neutro&il dan monosit pada lokasi jejas, merupakan

    aspek terpenting reaksi radang. el-sel darah putih mampu mem&agosit bahan yang bersi&at

    asing, termasuk bakteri dan debris sel-sel nekrosis, dan en>im lisosom yang terdapat di

    dalamnya membantu pertahanan tubuh dengan beberapa cara. !eberapa produk sel darah

    putih merupakan penggerak reaksi radang, dan pada hal-hal tertentu menimbulkan kerusakanjaringan yang berarti 1Aobbins K #umar, )GG62.

    3alam &okus radang, a(al bendungan sirkulasi mikro akan menyebabkan sel-sel darah merah

    menggumpal dan membentuk agregat-agregat yang lebih besar daripada leukosit sendiri.

    Menurut hukum &isika aliran, massa sel darah merah akan terdapat di bagian tengah dalam

    aliran aksial, dan sel-sel darah putih pindah ke bagian tepi 1marginasi2. Mula-mula sel darah

    putih bergerak dan menggulung pelan-pelan sepanjang permukaan endotel pada aliran yang

    tersendat tetapi kemudian sel-sel tersebut akan melekat dan melapisi permukaan endotel

    1Aobbins K #umar, )GG62.

    Emigrasi adalah proses perpindahan sel darah putih yang bergerak keluar dari pembuluhdarah. Tempat utama emigrasi leukosit adalah pertemuan antar-sel endotel. Dalaupun

    pelebaran pertemuan antar-sel memudahkan emigrasi leukosit, tetapi leukosit mampu

    menyusup sendiri melalui pertemuan antar-sel endotel yang tampak tertutup tanpa perubahan

    nyata 1Aobbins K #umar, )GG62.

    etelah meninggalkan pembuluh darah, leukosit bergerak menuju ke arah utama lokasi jejas.

    Migrasi sel darah putih yang terarah ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh kimia yang

    dapat berdi&usi disebut kemotaksis. 'ampir semua jenis sel darah putih dipengaruhi oleh

    &aktor-&aktor kemotaksis dalam derajat yang berbeda-beda. Neutro&il dan monosit paling

    reakti& terhadap rangsang kemotaksis. ebaliknya lim&osit bereaksi lemah. !eberapa &aktor

    kemotaksis dapat mempengaruhi neutro&il maupun monosit, yang lainnya bekerja secara

    selekti& terhadap beberapa jenis sel darah putih. 9aktor-&aktor kemotaksis dapat endogen

    berasal dari protein plasma atau eksogen, misalnya produk bakteri 1Aobbins K #umar, )GG62.

    etelah leukosit sampai di lokasi radang, terjadilah proses &agositosis. Meskipun sel-sel

    &agosit dapat melekat pada partikel dan bakteri tanpa didahului oleh suatu proses pengenalan

    yang khas, tetapi &agositosis akan sangat ditunjang apabila mikroorganisme diliputi oleh

    opsonin, yang terdapat dalam serum 1misalnya

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    43/47

    kronik ditandai oleh in&iltrasi sel mononuklir 1seperti makro&ag, lim&osit, dan sel plasma2,

    destruksi jaringan, dan perbaikan 1meliputi proli&erasi pembuluh darah baruangiogenesis dan

    &ibrosis2 1Mitchell K @otran, +%2.

    Aadang kronik dapat timbul melalui satu atau dua jalan. 3apat timbul menyusul radang akut,

    atau responnya sejak a(al bersi&at kronik. $erubahan radang akut menjadi radang kronikberlangsung bila respon radang akut tidak dapat reda, disebabkan agen penyebab jejas yang

    menetap atau terdapat gangguan pada proses penyembuhan normal. ?da kalanya radang

    kronik sejak a(al merupakan proses primer. ering penyebab jejas memiliki toksisitas rendah

    dibandingkan dengan penyebab yang menimbulkan radang akut. Terdapat % kelompok besar

    yang menjadi penyebabnya, yaitu in&eksi persisten oleh mikroorganisme intrasel tertentu

    1seperti basil tuberkel, #reponema palidum, dan jamur-jamur tertentu2, kontak lama dengan

    bahan yang tidak dapat hancur 1misalnya silika2, penyakit autoimun. !ila suatu radang

    berlangsung lebih lama dari 5 atau 7 minggu disebut kronik. Tetapi karena banyak

    kebergantungan respon e&ekti& tuan rumah dan si&at alami jejas, maka batasan (aktu tidak

    banyak artinya. $embedaan antara radang akut dan kronik sebaiknya berdasarkan pola

    mor&ologi reaksi 1Aobbins K #umar, )GG62.

    ediator kimia peradangan

    !ahan kimia yang berasal dari plasma maupun jaringan merupakan rantai penting antara

    terjadinya jejas dengan &enomena radang. Meskipun beberapa cedera langsung merusak

    endotelium pembuluh darah yang menimbulkan kebocoran protein dan cairan di daerah

    cedera, pada banyak kasus cedera mencetuskan pembentukan danatau pengeluaran >at->at

    kimia di dalam tubuh. !anyak jenis cedera yang dapat mengakti&kan mediator endogen yang

    sama, yang dapat menerangkan si&at stereotip dari respon peradangan terhadap berbagai

    macam rangsang. #arena pola dasar radang akut stereotip, tidak tergantung jenis jaringan

    maupun agen penyebab pada hakekatnya menyertai mediator-mediator kimia yang sama yang

    tersebar luas dalam tubuh. !eberapa mediator dapat bekerja bersama, sehingga memberi

    mekanisme biologi yang memperkuat kerja mediator. Aadang juga memiliki mekanisme

    kontrol yaitu inakti0asi mediator kimia lokal yang cepat oleh sistem en>im atau antagonis

    1?brams, )GG6C Aobbins K #umar, )GG62.

    @ukup banyak substansi yang dikeluarkan secara endogen telah dikenal sebagai mediator dari

    respon peradangan.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    44/47

    ebanyak kurang lebih %G ; pasien dengan demam reumatik akut bisa terjadi kelainan pada

    jantung mulai dari gangguan katup, gagal jantung, perikarditis 1radang selaput jantung2,

    bahkan kematian. 3engan penyakit jantung reumatik yang kronik, pada pasien bisa terjadi

    stenosis katup 1gangguan katup2, pembesaran atrium 1ruang jantung2, aritmia 1gangguan

    irama jantung2 dan gangguan &ungsi 0entrikel 1ruang jantung2. $enyakit jantug reumatik

    masih menjadi penyebab stenosis katup mitral dan penggantian katup pada orang de(asa di?merika erikat.

    enye=a=

    $enyebab terjadinya penyakit jantung reumatik diperkirakan adalah reaksi autoimun

    1kekebalan tubuh2 yang disebabkan oleh demam reumatik.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    45/47

    4ejala umum non kardiak dan mani&estasi lain dari demam rematik akut antara lain:

    o oliartritis 1peradangan pada banyak sendi2 adalah gejala umum dan

    merupakan mani&estasi a(al dari demam reumatik 18 H 86 ;2. /mumnya

    artritis 1radang sendi2 dimulai pada sendi-sendi besar di ekstremitas ba(ah

    1lutut dan engkel2 lalu bermigrasi ke sendi-sendi besar lain di ekstremitas atasatau ba(ah 1siku dan pergelangan tangan2. endi yang terkena akan terasa

    sakit, bengkak, terasa hangat, eritem dan pergerakan terbatas. 4ejala artritis

    mencapai puncaknya pada (aktu )+ H +5 jam dan bertahan dalam (aktu + H 7

    hari 1jarang terjadi lebih dari % minggu2 dan berespon sangat baik dengan

    pemberian aspirin. $oliartritis lebih umum dijumpai pada remaja dan orang

    de(asa muda dibandingkan pada anak-anak.

    o Khorea Sydenham? khorea minor atau t. 1ance2 dancemengenai hampir

    )6; penderita demam reumatik. Mani&estasi ini mencerminkan keterlibatan

    sistem syara& sentral pada proses radang. $enderita dengan khorea ini datang

    dengan gerakan-gerakan yang tidak terkoordinasi dan tidak bertujuan dan

    emosi labil. Mani&estasi ini lebih nyata bila penderita bangun dan dalam

    keadaan stres. $enderita tampak selalu gugup dan seringkali menyeringai.

    !icaranya tertahan-tahan dan meledak-ledak. #oordinasi otot-otot halus sukar.

    Tulisan tangannya jelek dan ditandai oleh coretan ke atas yang tidak mantap

    dengan garis yang ragu-ragu. $ada saat puncak gejalanya tulisannya tidak

    dapat dibaca sama sekali.

    o rithema marginatummerupakan ruam yang khas untuk demam reumatik

    dan jarang ditemukan pada penyakit lain. #arena kekhasannya tanda ini

    dimasukkan dalam mani&estasi minor. #elainan ini berupa ruam tidak gatal,makuler dengan tepi erithema 1kemerahan2 yang menjalar dari bagian satu ke

    bagian lain mengelilingi kulit yang tampak normal, terjadi pada 6; penderita.

    4angguan ini berdiameter +,6 cm dan paling sering ditemukan pada batang

    tubuh dan tungkai bagian atas, tidak melibatkan muka. Erithema ini timbul

    se(aktu-(aktu selama sakit, meskipun yang tersering adalah pada stadium

    a(al, dan biasanya terjadi hanya pada penderita demam reumatik dengan

    karditis.

    o &odul su=kutan!9rekuensi mani&estasi ini menurun sejak beberapa dekade

    terakhir, dan kini hanya ditemukan pada penderita penyakit jantung reumatik

    khronik. 9rekuensinya kurang dari 6;, namun pada penjangkitan di /tahnodulus subkutan ditemukan pada sampai ); penderita. Nodulus 1benjolan2

    ini biasanya terletak pada permukaan sendi, terutama ruas jari, lutut, dan

    persendian kaki. #adang-kadangg nodulus ini ditemukan pada kulit kepala dan

    di atas tulang belakang. /kurannya ber0ariasi dari ,6 sampai dengan + cm

    serta tidak nyeri dan dapat digerakkan secara bebasC biasanya kecil dan

    menghilang lebih cepat. #ulit yang menutupi tidak pucat atau meradang.

    Nodulus ini muncul hanya sesudah beberapa minggu sakit dan kebanyakan

    hanya ditemukan pada penderita dengan karditis.

    o Mani&estasi lain dari demam reumatik antara lain nyeri perut, epistaksis

    1mimisan2, demam dengan suhu di atas %G R@ dengan pola yang tidak

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    46/47

    karakteristik, pneumonia reumatik yang gejalanya mirip dengan pneumonia

    karena in&eksi.

    Tromboemboli 1sumbatan di pembuluh darah2 bisa terjadi sebagai komplikasi dari

    stenosis mitral 1gangguan katup2.

    ?nemia hemolitik kardiak bisa terjadi akibat pecahnya sel darah merah karena

    bergesekan dengan katup yang terin&eksi. $eningkatan penghancuran trombosit bisa

    juga terjadi.

    ?ritmia atrium 1gangguan irama jantung2 biasanya terjadi karena pembesaran atrium

    kiri karena gangguan pada katup mitral.

    *A/A 5S/AKA

    ?@, 'all *E, 4uyton. +8.,uku A$ar 3isiologi 'edokteran. Edisi )). *akarta: E4@.

  • 7/26/2019 Laporan III Imunologi (1)

    47/47

    *a(et>, Melnick, ?delberg. +8.&ikrobiologi 'edokteran. Edisi +%. *akarta: E4@.

    $rice, yl0ia. +6.Patofisiologi 'onsep 'linis Pen!akit-Pen!akit. Edisi 7. *akarta: E4@.

    Aobbins, tanley. +8.,uku A$ar Patologi. Edisi 8. *akarta: E4@.