LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN “PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM SAMPEL TABLET VITACIMIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HPLC” (1 April 2011) Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Praktikum Kimia Analitik III: Kimia Analitik Instrumen (KI431) Dosen Pengampu: Soja Siti Fatimah, M.Si. Disusun Oleh: Kelompok 1 Imas Walijah (0800012) Eka Sulistiawati (0800053) Kuni Hidayatal M. (0800056) JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA 0
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMEN
“PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM SAMPEL TABLET
VITACIMIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HPLC”
(1 April 2011)
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah
Praktikum Kimia Analitik III: Kimia Analitik Instrumen (KI431)
Dosen Pengampu:
Soja Siti Fatimah, M.Si.
Disusun Oleh:
Kelompok 1
Imas Walijah (0800012)
Eka Sulistiawati (0800053)
Kuni Hidayatal M. (0800056)
JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2011
0
Tanggal Praktikum: 1 April 2011
PENENTUAN KADAR VITAMIN C DALAM SAMPEL TABLET
VITACIMIN MENGGUNAKAN INSTRUMEN HPLC
A. Tujuan Praktikum
Menentukan kadar vitamin C dalam sampel tablet suplemen menggunakan
instrumen HPLC
B. Tinjauan pustaka
Kromatografi merupakan salah satu metode pemisahan komponen-
komponen campuran dimana cuplikan berkesetimbangan diantara dua fasa,
yaitu fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak yang membawa cuplikan dan fasa
diam yang menahan cuplikan secara selektif. High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) atau kromatografi cair kinerja tinggi menggunakan
cairan sebagai fasa gerak dan fasa diamnya.
Kromatografi didasarkan atas distribusi partisi sampel (komponen)
diantara fasa gerak dan fasa diam. Fasa gerak yaitu fasa yang bergerak dengan
arah yang telah ditentukan. Fasa gerak bergerak melalui fasa diam. Sedangkan
fasa diam adalah fasa yang secara tetap tidak bergerak.
Prinsip kerja HPLC adalah pemisahan komponen analit berdasarkan
kepolarannya, artinya komponen pada suatu analit (sampel) akan terpisah
berdasarkan sifat kepolaran masing-masing komponen dalam sampel, apakah
kepolarannya lebih mirip dengan fasa diam, maka dia akan tertinggal di fasa
diam atau bergerak lebih lambat, ataukah kepolarannya lebih mirip dengan fasa
gerak sehingga dia akan bergerak terdistribusi lebih jauh dan lebih cepat.
Dengan bantuan pompa, fasa gerak cair dialirkan melalui kolom detector.
Cuplikan (sampel) dimasukkan ke dalam aliran fasa gerak dengan cara
penyuntikan. Di dalam kolom terjadi pemisahan komponen-komponen
campuran. Karena perbedaan kekuatan interaksi antara solut-solut terhadap
fasa diam. Solut-solut yang kurang kuat interaksinya dengan fasa diam, maka
komponen tersebut akan keluar lebih lama. Setiap campuran (komponennya)
yang keluar kolom dideteksi oleh detektor kemudian direkam dalam bentuk
kromatogram. Kromatogram HPLC serupa dengan kromatogram kromatografi
1
gas, dimana jumlah peak menyatakan jumlah kompenen, sedangkan luas peak
meyatakan konsentrasi komponen dalam campuran. Komputer digunakan
untuk mengontrol kerja sistem HPLC dan mengumpulkan serta mengolah data
hasil pengukuran. (Hendayana, Sumar. (2006): 69)
Keuntungan HPLC dibandingkan kromatografi gas diantaranya, HPLC
dapat menganalisis cuplikan yang labil (mudah terurai) karena HPLC
dilakukan pada suhu kamar, HPLC tidak terbatas pada senyawa organim saja
tetapi HPLC dapat menganalisis cuplikan yang berasal dari senyawa anorganik,
HPLC dapat menganalisis cuplikan yang mempunyai berat molekul tinggi atau
titim didihnya sangat tinggi seperti polimer.
Jenis retensi solut merupakan dasar dalam HPLC karena pemisahan
senyawa bergantung pada jenis dan kekuatan interaksi solut dengan fasa diam.
f(x) = 87665.675 x − 2824773.4R² = 0.955355239858071
Kurva kalibrasi standar 1
Konsentrasi
Luas
Are
a
B. Pembuatan Larutan
Bagan AlirPengamatan
15
1. Pembuatan Fasa Gerak (Pelarut)
- Metanol dan asam oksalat =
cairan tak berwarna
- 500 mL larutan tak berwarna
- Larutan tak berwarna
2. Pembuatan Larutan Induk
Vitamin C
Pembuatan Larutan Baku
Vitamin C 1000 ppm
Pembuatan Larutan Induk
Vitamin C 200 ppm dari larutan
baku Vitamin C 1000 ppm
- Vitamin C = padatan, tak berwarna
- Vitamin C larut, terbentuk
larutan tak berwarna
- Larutan baku vitamin C 1000
ppm
- 50 mL larutan induk vitamin C
16
50,2 mg vitamin C
135 mL metanol
365 mL asam oksalat 0,5%
disaring menggunakan membran PTFE
disaring menggunakan membran PTFE
Fasa gerak (pelarut)
Dicampurkan dan didegasing selama 5 menit
dilarutkan dengan fasa gerak di dalam labu ukur 50 mL
ditandabataskan dengan fasa gerak
Hasil
10 mL larutan baku vitamin C 1000 ppm
disaring menggunakan membran PTFE
ditambah pelarut (fasa gerak) hingga mencapai tanda batas
Hasil
dimasukkan ke dalam labu ukur 50 mL
200 ppm, tak berwarna
3. Pembuatan Deret Larutan
Standar Vitamin C
Larutan standar 40 ppm
Larutan induk Vitamin C yang
dipipet adalah sebanyak 2 mL.
Larutan standar 60 ppm
Larutan induk Vitamin C yang
dipipet adalah sebanyak 3 mL.
Larutan standar 80 ppm
Larutan induk Vitamin C yang
dipipet adalah sebanyak 4 mL.
Larutan standar 100 ppm
Larutan induk Vitamin C yang
dipipet adalah sebanyak 5 mL.
Larutan standar 120 ppm
Larutan induk Vitamin C yang
dipipet adalah sebanyak 6 mL.
- Larutan standar = tak berwarna
4. Pembuatan Larutan Sampel
Vitamin C
- Padatan berwarna kuning
- Serbuk sampel vitamin C
(Vitacimin)
- Sampel larut dalam fasa gerak.
Larutan berwarna kuning
seulas
17
Larutan induk vitamin C 200 ppm
diencerkan menggunakan pelarut (fasa gerak) menjadi 5 larutan dengan konsentrasi 40 ppm, 60 ppm, 80 ppm, 100 ppm dan 120 ppm masing-masing sebanyak 10 mL.
dihomogenkan
disaring menggunakan membran PTFE
ditempatkan dalam botol vial yang telah diberi label
Larutan standar dalam botol vial
didegasing selama 5 menit
Hasil
Sampel tablet Vitacimin
digerus
ditimbang sebanyak 2,5 mg
Serbuk Vitacimin
dilarutkan dengan fasa gerak (pelarut)dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL
- 25 mL larutan sampel vitamin
C, larutan berwarna kuning
seulas
C. Perhitungan
1. Pembuatan Larutan Baku Vitamin C 1000 ppm
Konsentrasi (ppm) = massa VitaminC (gram)
volume pelarutx106
1000 ppm = massa VitaminC (gram)
50 mLx106
Massa Vitamin C = 50 mg
2. Pembuatan Larutan Induk Vitamin C 200 ppm dari larutan baku Vitamin
C 1000 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 1000 ppm = 50 mL x 200 ppm
V1 = 10 mL
3. Pembuatan Deret Larutan Standar Vitamin C
Larutan Standar 40 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 200 ppm = 10 mL x 40 ppm
V1 = 2 mL
18
ditambah pelarut hingga men-capai tanda batas
Larutan sampel
disaring menggunakan membran PTFEditempatkan dalam botol vial yang telah diberi label
Larutan sampel dalam botol vial
didegasing selama 5 menit
Hasil
Larutan Standar 60 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 200 ppm = 10 mL x 60 ppm
V1 = 3 mL
Larutan Standar 80 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 200 ppm = 10 mL x 80 ppm
V1 = 4 mL
Larutan Standar 100 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 200 ppm = 10 mL x 100 ppm
V1 = 5 mL
Larutan Standar 120 ppm
V1 M1 = V2 M2
V1 200 ppm = 10 mL x 120 ppm
V1 = 6 mL
4. Penghitungan konsentrasi sampel
Konsentrasi standar = luas area standard
Konsentrasi sampel luas area sampel
120 ppm = 7746624
Konsentrasi sampel 13624963
Konsentrasi sampel = 211,059 ppm
Keterangan :data sampel yang digunakan adalah hasil injeksi 1 karena