This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN
PRAKTIKUM FISIOLOGI
BLOK PANCA INDERA
Oleh :
KELOMPOK B-16
Ketua:MuhammadFajar Ramadhan 1102012172
Sekretaris:Reza Ardi Wibowo 1102012242
Zulfah 1102013320
Muhammad Rezki Saputra 1102013184
Nadhila Adani 1102013196
Meidika Wulandari 1102013166
Nadhia Putri Anggraeni 1102013195
Salsabila Rahma 1102013260
Widi Astuti Rosa 1102013300
Putri Cantika Revera 1102012230
Raesya Dwi Ananta 1102012239
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS YARSI
2015/2016
DAFTAR ISI
Daftar Isi................................................................................................................................ 2
1. Tujuan PercobaanMenentukan jarak fokus lensa cembung (konvergen) dan cekung (divergen)
serta sifat bayangan.
2. Alat dan Bahan1. Bangku optik yang berbentuk rel berskala dengan tiang statif tempat lensa,
benda, cermin, benda, dan tabir (layar).2. Lensa cembung dan cekung3. Tabir, cermin, benda berbentuk panah, dan penggaris berskala.4. Lampu proyektor sebagai sumber cahaya
3. Teori DasarA. Rumus Gauss
Benda nyata yang terletak di depan lensa konvergen dapat membentuk bayangan nyata di belakang lensa. Bayanngan ini dapat ditangkap oleh tabir dibelakang lensa sehingga dapat terlihat. Secara sederhana pembentukan bayangan tersebut diperlihatkan pada gambar 1.
Gambar 1. Diagram pembentukan bayangan lensa konvergen f= titik fokus, O= pusat sumbu optik lensa.Jika tebal lensa diabaikan maka dapat dibuktikan bahwa
1 = 1 + 1 f b v
f = b . v b+v
Persamaan ini berlaku umum dengan ketentuanf = jarak titik fokus lensa, bertanda (+) untuk lensa konvergen dan (-) untuk divergen
v = jarak benda terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk benda nyata dan negatif untuk benda mayab = jarak bayangan terhadap pusat sumbu optik lensa, bertanda (+) untuk bayangan nyata dan negatif untuk bayangan maya
Bayangan nyata terletak dibelakanh lensa dan dapat ditangkap oleh tabir sementara benda maya terletak didepan lensa dan tidak dapat ditangkap oleh tabir. Selanjutnya benda maya terletak dibelakang lensa dan biasanya dihasilkan oleh bayangan komponen optik leinnya (lensa dan cermin).
Disamping itu perbesaran yang didefinisikan sebagai perbandingan besar bayangan terhadap objek dapat diperoleh dari persamaan
m = tinggi bayangan = - b.tinggi benda v
Munculnya tanda negatif hanya karena keinginan agar jika m positif untuk bayangan tegak dan negatif untuk bayangan terbalik. Jika dihilangkan tanda negatif dari rumus maka perjanjiannya akan terbalik.
B. Rumus BesselJika jarak antara benda dan tabir dibuat tetap dan lebih besar dari 4f
maka terdapat dua kedudukan lensa positif yang akan menghasilkan bayangan tajam diperkecil dan diperbesar pada tabir.
Gambar 2. Dua kedudukan lensa positif yang membentuk bayangan tajam pada tabir.
Pada gambar tersebut, posisi-b dan posisi-k masing-masing menyatakan posisi lensa yang menghasilkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil, sedangkan
a = jarak benda ke tabird = jarak antara dua kededekan lensa yang menghasilkan bayangna
tajam yang diperbesar dan diperkecil.vb = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesarbb = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperbesarvk = jarak benda ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecilbk = jarak bayangan ke lensa yang menghasilkan bayangan diperkecil
Mengacu pada gambar 2 terlihat bahwa:
d = vk – vb
=bb – bk
=bb – vb
Mengingat bahwa a = vb + bb maka diperoleh (4)
vb = a – d 2
bb = a + d2
Substitusi persamaan (4) ke persamaan (1) menghasilkan
f = a 2 – d 2 4a
(5)
Perhatikan bahwa a dan d selalu positif.
C. Gabungan Lensa dengan Cermin DatarMisalkan benda diletakkan pada bidang fokus lensa dan dibelakang
lensa terdapat cermin datar.
Gambar 3. Menentukan panjang fokus lensa (+) dengan bantuan cermin datar.
Oleh lensa, berkas sinar yang berasal dari benda akan dibiaskan dalam berkas sejajar sehingga terbentuk bayangan di tempat tak berhingga. Selanjutnya oleh cermin datar berkas ini akan dipantulkan dan kemudian dibiaskan kembali oleh lensa sehingga berbentuk bayangan sama besar pada bidang fokus/benda.
D. Rumus lensa GabunganUntuk tujuan tertentu sering digunakan gabungan beberapa lensa.
Dalam analisis pembentukan bayangan lensa gabungan ini dapat dibayangkan seolah-olah menjadi sebuah lensa dengan jaarak fokus fg. Untuk gabungan dua lensa fg dirumuskan sebagai :
1 = 1 + 1 – t .fg f1 f2 f1 f2
dengan t adalah jarak dua sumbu optik lensa.Jika kedua lensa itu tipis dan diimpitkan maka t = 0 sehingga :
1 = 1 + 1 fg f1 f2
E. Pembentukan Bayangan oleh gabungan lensa Konvergen-DivergenLensa negatif akan selalu membentuk bayangan maya dari benda nyata
tetapi dari benda maya dapat dibentuk bayangan nyata. Atas dasar ini maka diperlikan bantuan lensa positif dengan susunan seperti gambar berikut.
Gambar 4. Pembentukan bayangan oleh gabungan lensa konvergen dan divergen, O- adalah bayangan nyata yang dibentuk oleh lensa positif dan bayangan ini menjadi objek/ benda maya lensa divergen (-).B- adalah nyata yang dibentuk lensa divergen dari benda O-
4. Cara KerjaA. Menentukan Jarak Fokus Lensa Konvergen
Merujuk pada teori diatas maka penentuan jarak fokus lensa konvergen dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu Bessel, Gauss dan berbantuan cermin datar.
i. Cara Gauss1. Mengambil benda berbentuk panah dan ukur tingginya sebanyak 5 kali.
Isikan pada tabel data.2. Mengambil tabir dan lensa konvergen yang akan diukur jarak fokusnya3. Meletakkan benda, lensa, dan tabir pada rel optik sehingga berbentuk
seperti gambar 1.4. Mengatur posisi benda, lensa dan tabir pada rel optik sehingga
terbantuk bayangan tajam diperkecil.5. Mengukur v,b, tinggi bayangan h’, dan posisi bayangan apakah tegak
atau terbalik. Mengisikan hasil ini pada tabel data.6. Menggeser lensa mendekati benda sejarak 2 cm dan mengatur posisi
tabir sehingga terbentuk bayangan tajam. melakukan pengukuran seperti langkah 5.
7. mengulangi langkah 6 terus menerus selama masih mungkin.
ii. Cara Bessel1. Mengukur tinggi benda yang berbentuk anak panah dan mencatat
hasilnya. Mengulangi pengukuran ini sampai 5 kali.2. Menempatkan benda didepan lampu sorot.3. Menempatkan tabir sejarak sekitar 100 cm dibelakang benda.4. Menempatkan lensa yang akan diukur jarak fokusnya diantara lensa
dan tabir. Susunan posisi benda, lensa dan tabir akan seperti gambar 2.5. Menggeser-geser lensa untuk melihat sekilas apakah terbentuk
bayangan tajam diperbesar dan diperkecil. Jika tidak terjadi anda mungkin perlu menaikkan/menurunkan posisi lensa dan benda agar sinar dari benda tepat jatuh pada lensa atau menggeser posisi tabir.
6. Jika langkah 5 berhasil, mengaturlah posisi lensa secara halus untuk mendapatkan bayangan tajam diperbesar dan diperkecil.
7. Mencatat kedua posisi lensa (vb dan bk), tinggi bayangan dan mencatat apakah bayangan terbalik atau tegak.
8. Mengisikan hasil hasil pengukuran ini pada tabel data.9. Mengulangi langkah 6 dan 7 sampai 5 kali. Pada setiap pengulangan
posisi lensa harus digeser-geser.
iii. Dengan bantuan Cermin datar1. Menempatkan benda, lensa (+) dan tabir sehingga terbentuk susunan
seperti gambar 3.2. Menggeser posisi benda benda sehingga pada bidang benda terbentuk
bayangan yang sama besar dengan benda.3. Mencatat jarak benda ke lensa (lihat tabel data).4. Mengulangi percobaan ini sampai 5 kali.
B. Menentukan Jarak Fokus Lensa Divergen1.Mengambil lensa konvergen dan lensa divergen yang akan ditentukan jarak
fokusnya.2. Menempatkan benda, lensa konvergen, dan tabir dibelakang lensa
PENGLIHATAN TUJUAN :Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1. Menyebutkan nama dan fungsi semua bagian model mata Cenco Ingersoll yang menirukan mata sebagai susunan optik
2. Mendemostrasi pelbagai keadaan dibawah ini dengan menggunakan model mata Cenco Ingersoll :a. Peristiwa aberasi sferis serta tindakkan koreksib. Mata emetrop tanpa atau dengan koreksic. Mata miop serta tindakkan koreksid. Mata hipermetrop serta tindakkan koreksie. Mata astigmat serta tindakkan koreksif. Mata afakia serta tindakkan koreksi
Alat yang diperlukan :1. Model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapan
TEORI DASAR Optotip Snellen
Pada tahun 1862 Hermann Snellen memperkenalkan obyek berupa huruf. Keputusan terbesarnya adalah pemberian nama obyek dengan nama optotipe dimana pembuatannya didasarkan pembuatan 25 buah kotak berbentuk bujur sangkar. Hal ini menjadi begitu penting karena memberikan standar dalam pembuatan obyek. Snellen juga memberikan rumusan “standar penglihatan ” dalam pembuatannya berupa sudut 5″ ( 5 menit ) dimana setiap huruf tersebut harus mewakili secara penuh bagian kotak dari 25 kotak yang tersedia .
Satuan yang biasa digunakan cukup bervariatif tergantung dari kebiasaan tiap negara. Di indonesia menggunakan satuan meter, tetapi tidak sedikit juga yang menggunakan satuan feet. Bilangan 6/60 dalam skala meter menunjukkan nilai pembilangnya adalah jarak orang yang tidak mampu melihat sebuah deretan obyek dengan sempurna dan nilai penyebutnya mewakili jarak orang normal yang masih dapat melihat obyek tersebut dengan baik.
Apabila didesimalkan, maka 6/60 = 0.1 dan bila dipersentasikan berarti 10% bermakna fungsi penglihatan individu yang diperiksa sebesar 10%, dan dia kehilangan 90% fungsi penglihatannya. Menurut batasan WHO( World Health Organisation ) dan telah di adopsi secara aklamasi di kalangan praktisi, batasan tajam penglihatan normal adalah berkisar 6/12 atau fungsi penglihatan yang dimiliki adalah 50%. Namun 6/6 adalah nilai dimana seseorang dianggap memiliki kemampuan penglihatan 100%. Semuanya tercakup dalam satuan meter sebagai acuan.
Selain objek berupa huruf yang dipopulerkan oleh Snellen, terdapat objek berupa angka yang diperkenalkan oleh Hess, huruf C dalam berbagai broken ring yang ditemukan oleh Landolt, serta huruf E dalam berbagai posisi dan gambar.
Gangguan Pada MataCahaya adalah suatu bentuk radiasi elektromagnetik yang terdiri dari paket-
paket individual energi seperti partikel yang disebut foton yang berjalan menurut cara-cara gelombang. Gerakan ke depan suatu gelombang cahaya dalam arah tertentu dikenal sebagai berkas cahaya. Pembelokan suatu berkas cahaya, refraksi, ketika suatu berkas berpindah dari suatu medium dengan kepadatan (densitas) tertentu dengan medium yang berbeda.
Struktur-struktur refraksi pada mata harus membawabayangan cahaya terfokus di retina agar penglihatan jelas. Apabila suatu bayangan sudah terfokus sebelum mencapai retina atau belum terfokus sewaktu mencapai retina, bayangan tersebut tampak kabur. Berkas-berkas cahaya yang berasal dari benda dekat lebih divergen sewaktu mencapai mata, daripada berkas-berkas dari sumber jauh. Berkas dari sumber sejajar yang terletak lebih dari 6 meter (20 kaki) dianggap sejajar saat mencapai mata.
Mata normal (emetropi memiliki titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga di depan mata. Mata yang jangkauan penglihatannya tidak terdekat di titik dekat 25 cm dan titik jauh tak terhingga disebut cacat mata. Cacat mata dapat ditanggulangi dengan menggunakan kaca mata, lensa kontak, atau operasi.
Penderita miopi atau rabun jauh memiliki titik jauh terbatas di depan matanya sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang jauh dengan jelas. Bayangan benda yang jauh pada miopi jatuh di depan retina. Cacat mata ini disebabkan karena mata terlalu cembung (jarak fokus lensa terlalu pendek). Agar bayangan benda jatuh tepat pada retina digunakan kaca mata berlensa negatif atau lensa cekung.
Penderita hipermetropi atau rabun dekat memiliki titik dekat lebih besar dari 25 cm di depan matanya sehingga tidak dapat melihat benda-benda yang dekat dengan jelas. Bayangan benda yang dekat pada mata hipermetropi jatuh di belakang retina. Hal ini disebabkan karena bola mata terlalu pipih (jarak fokus lensa terlalu panjang). Agar bayangan benda jatuh tepat pada retina digunakan kaca mata berlensa positif atau lensa cembung.
Karena kelengkungan pada bidang vertikal lebih besar dari pada bidang horisontal, garis vertikal di objek akan tergambar pada I v lebih dekat ke lensa daripada gambar garis horisontal I h. Pada astigmatik perbedaan diwakili oleh D. Koreksi terdiri dalam penggunaan lensa tontonan silinder S tanpa kelengkungan dalam satu bidang datar dan lengkungan yang cukup di lain untuk menebus kekurangan kelengkungan L. Kombinasi tersebut kemudian setara dengan lensa bulat tunggal. Jika negatif lensa tontonan digunakan memiliki kelengkungan dalam bidang vertikal, gambar akan dikoreksi pada I h . Mata astigmatik melihat desain seperti Gambar 5 akan melihat satu set garis paralel lebih jelas daripada set lain.
Seorang siswa yang memakai kacamata untuk koreksi astigmatisme akan menemukannya instruktif untuk memeriksa Gambar 5 dengan dan tanpa kacamata mereka, dan untuk melihat pengaruh memutar lensa sebelum mereka mata.
Gambar 4 : Astigmatisma. (a) Belum Dikoreksi (b) Telah Dikoreksi
Gambar 5 : Test chart untuk Astigmatisma
Pelajari model mata Cenco Ingersoll dengan perlengkapannya :1. Sebuah bejana yang berisi air hampir penuh
p-VI. 2.1. a. Apa fungsi dalam bejana ini?Sebagai pengganti bola mata serta cairan dalam bola mata untuk membiaskan cahaya.
b. Apa analogi air dalam bejana ini dengan cairan dalam mata?Aqueous Humour dan Vitreous Humour.
2. “Kornea”3. “Retina” yang diletakkan di 3 tempat yang berbeda
p-VI. 2.2. Mengapa disediakan tempat yang berbeda-beda untuk retina?Untuk mendemonstrasikan mata normal, rabun jauh, dan rabun dekat.
4. Kotak yang berisi :a. Irisb. 4 lensa sferis masing-masing berkekuatan : +2D, +7D, +20D, -1,75Dc. 2 lensa silindris masing-masing berkekuatan : +1,75D dan -5,5D
p-VI. 2.3. a. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis negative dengan lensa sferis positive?Lensa sferis negatif merupakan lensa konkaf (cekung) dan lensa sferis positif merupakan lensa konveks (cembung).
b. Bagaimana kita dapat membedakan lensa sferis dengan lensa silindri?Lensa sferis berbentuk konveks ataupun konkaf, sedangkan lensa silindris berbentuk prisma.
c. Tahukah saudara cara yang lebih sempurna untuk menentukan jenis dan kekuatan lensa?Dengan menghitung kebalikan jarak fokus lensa. Jika hasilnya positif maka lensa tersebut sferis positif (konveks), sedangkan jika hasilnya negatif maka lensa tersebut sferis negatif (konkaf).
A. Lebar Pupil dan Aberasi Sferis1. Pada lensa sferis +2D di tempat lensa kristaline (di L)
p-VI. 2.4. Apakah fungsi lensa sferis +2D di sini? Untuk membiaskan cahaya agar lebih konvergen.
2. Pasang retina di R3. Arahkan model mata ke sebuah jendela yang jauhnya 7 meter atau lebih
p-VI. 2.5. Sebutkan analogi keadaan ini dengan mata sebenarnya? Rabun Jauh, karena bayangan jatuh di depan retina setelah retina dipasang di R.
4. Tempatkan sekarang iris di GI dan perhatikan perubahan bayangan yang terjadip-VI. 2.6. Mengapa bayangan menjadi lebih tajam setelah iris dipasang?
Karena iris berfungsi mengatur lebar pupil sehingga cahaya yang masuk dapat diatur dan terfokus.
B. HIPERMETROPIA1. Arahkan model mata tetap ke jendela dan tetap gunakan lensa sferis +7D sebagai lensa
krisralina2. Setelah diperoleh bayangan tegas (no.A ada) pindahkan retina di Rh.
P-VI. 2.7 Mengapa bayangan menjadi kabur? Karena bayangan yg masuk ke mata difokuskan dibelakang retina
3. Koreksi kelainan ini dengan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82 sebagai kacamata sehingga bayangan menjadi tegas kembali.P-VI.2.8. Lensa apa sebaiknya saudara gunakan untuk tindakan tersebut diatas? Lensa konvergen atau lensa cembung atau lensa positif
4. Catat jenis dan kekuatan lensa yang saudara pasang di 81 dan 82? Lensa konveks.
C. MIOPHIA1. Angkat lensa sferis positif dari 81 dan 82. Kembalikan retina ke R.
Perhatikan bayangan tetap tegas.2. Pindahkan retina ke Rm. Perhatikan bayangan menjadi kabur.
P-VI.2.9 Mengapa bayangan menjadi kabur? Karena bayangan yang masuk ke mata difokuskan di depan retina
3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82 sebagai kaca mata sehingga bayangan menjadi tegas.P-VI.2.10. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi keadaan ini? Lensa divergen atau lensa cekung atau lensa negatif
4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di 81 dan 82.P-VI.2.11 Bagaimana menyatakan arah sumbu lensa silindrisCatatan : untuk percobaan S, C dan D model mata Cenco Ingersoll disusun sebagai mata dalam keadaan yang tidak berakomodasi (istirahat)
B. Astigmatismus1. Angkat lensa sferis negatif dari 81/82 dan pindahkan retina ke R.2. Lentakkan lensa silindris -5,5D di 82. Perhatikan sebagian bayangan menjadi
kabur.p-VI. 2.12. Sebutkan kelainan refraksi mata yang analog dengan keadaan ini.
Miophia3. Perbaiki kelainan ini dengan meletakkan lensa yang sesuai di 81 atau 82 dan
mengatur arah sumbunya sehingga seluruh bayangan menjadi tegas.p-VI. 2.13. Lensa apa yang digunakan untuk koreksi keadaan ini?
Sferis silindris4. Catat jenis, kekuatan dan arah sumbu lensa yang saudara pasang di 81 atau 82.
p-VI. 2.14. Bagaimana menyatakan arah lensa sumbu silindris?Catatan : Untuk percobaan B, C dan D model mata Cenco Ingersoll disusun
sebagai mata dalam keadaan tidak berakomodasi (istirahat).
C. Akomodasi1. Angkat kedua lensa silindris yang dipasang di G2 dan 81 atau 82.2. Tanpa mengubah keadaan model mata Cenco Ingersoll tempatkan benda yang
bercahaya 25 cm di depan model mata tersebut. Perhatikan bayangan yang kabur.3. Ganti lensa sferis +7D (lensa kristalina) dengan sebuah lensa sferis lainnya yang
memberikan bayangan yang tegas pada retina.p-VI. 2.15. a. Jenis lensa apa yang saudara perlukan untuk tujuan tersebut
1. Pemeriksaan Luas Lapang Pandang (Perimeter)Tujuan Praktikum
Pada akhir latihan ini, mahasiswa harus dapat:3. Menimbulkan peristiwa fosfen tekan dan menyebutkan hukum serta fenomena
yangberhubungan dengan peristiwa tersebut4. Memeriksa luas lapangan pandang untuk beberapa macam warna dengan
menggunakan perimeter.5. Menimbulkan peristiwa diplopia dan menerangkan mekanismenya.6. Memeriksa refleks pupil langsung dan tidak langsung (konsensui) dengan refleks
pupil pada akomodasi7. Menyatakan adanya bintik buta dengan menggambarkan proyeksinya di kertas.8. Melihat gerakan eritrosit retina sendiri.
Alat yang diperlukan2. Perimeter + Formulir3. Lampu senter + Kaca biru atau kaca ungu
Teori DasarLapang pandang masing-masing mata adalah area yang dapat dilihat oleh sebuah mata
pada suatu jarak tertentu. Dibagi menjadi bagian nasal (medial) dan bagian temporal (lateral). Proses pemetaan lapang pandang disebut perimetri, dengan menggunakan alat yang disebut perimeter. Perimetri dilakukan dengan menutup satu mata, dengan mata lain melihat pada suatu titik sentral di depan matanya. Kemudian suatu bintik kecil cahaya atau benda kecil digerakkan ke arah titik sentral ini di seluruh lapangan pandang, ke arah nasal dan lateral serta ke atas dan ke bawah, dan orang yang diperiksa memberitahu jika bintik cahaya atau benda tersebut sudah terlihat dan bila tidak terlihat. Pada saat yang sama, dibuat peta lapang pandang mata yang diperiksa, yang menunjukkan area orang tersebut dapat atau tidak dapat melihat target. Dengan memperhatikan lokasi dimana target tidak terlihat dan menjadi terlihat lagi, bintik buta juga dapat dipetakan.
Di bagian lapangan pandang yang ditempati diskus optikus terdapat sebuah titik buta (blind spot). Titik buta di bagian lain lapangan pandang disebut skotoma. Pada retinitis pigmentosa, bagian-bagian retina mengalami degenerasi dan terjadi pengendapan berlebihan pigmen melanin dibagian-bagian ini. proses biasanya berawal di retina perifer dan kemudian meluas kearah tengah.
Salah satu kegunaan perimetri yang penting adalah untuk mengetahui lokalisasi lesi di jaras saraf penglihatan. Lesi pada saraf optik, kiasma optikum, traktus optikus, dan radiasio optika menimbulkan pola daerah kebutaan lapang pandang yang berbeda. Kerusakan pada saraf optik menimbulkan kebutaan pada mata tersebut. Kerusakan kiasma optikum menghambat penjalaran impuls pada kedua retina bagian nasal yang berfungsi untuk melihat lapang pandang bagian temporal. Gangguan pada traktus optikus memutuskan persarafan separuh bagian tiap retina pada sisi yang sama dengan lesi. Akibatnya, kedua mata tidak dapat melihat objek pada sisi yang berlawanan. Keadaan ini disebut hemianopsia homonim.
Kerusakan pada radiasio optika atau pada korteks penglihatan juga akan menyebabkan hemianopsia homonim.
Tata Kerja1. Suruh o.p. duduk membelakangi cahaya menghadap alat perimeter.2. Tutup mata o.p. dengan sapu tangan.3. Letakan dagu o.p. ditempat sandaran dagu yang dapat diatur tingginya, sehingga tepi
bawah mata kanannya terletak setinggi bagian tas batang vertikal sandaran dagu.4. Pasang formulir untuk mata kanan disebelah belakang piringan perimeter.
Sebagai berikut: a. Putar busur perimeter sehingga letaknya horizontal dan penjepit berada dibagian atas perimeter.b. Jepit formulir tersebut pada piringan sehingga garis 180-0 formulir letaknya berimpit dengan garis 0-180 piringan perimeter, dan lingkaran konsentris formulir letaknya skala perimeter
5. Suruh o.p. memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah perimeter. Selama pemeriksaan, penglihatan op harus tetap dipusatkan pada titik fiksasi tersebut.
6. Gunakan benda yang dapat digeserpada busur perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang. Pilih bulatan berwarna putih dengan diameter sedang (±5mm) pada benda tersebut.
P-VI 3.3 Bagaimana caranya memilih warna dan mengatur diameter bulatan?
Dalam busur perimetri, sudah tersedia bulatan dengan beberapa ukuran diameter bulatan. Setiap bulatan terdiri dari beberapa warna berbeda, yaitu putih, merah, biru, kuning dan hijau. Kita hanya tinggal mencari diameter yang sesuai dan memutar warna sesuai yang kita inginkan. Dalam praktikum kali ini, kita menggunakan diameter sedang (±5mm) selanjutnya kita pilih warna, dengan cara memutar bulatan sampai menemukan warna yang sesuai. Sebagai contoh, kita ingin melalukan tes lapang pandang untuk mata kanan dengan warna merah. Maka kita putar bulatan tersebut hingga tampak warna merah pada bulatan.
7. Gunakan perlahan bulatan putih itu menyusuri busur di tepi kiri o.p. ketengah tepat saat o.p. melihat bulatan putih tersebut penggeseran benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat.P-VI 3.4 Bagaimana caranya mencatat tempat itu pada formulir?
Dalam busur perimetri sudah dilengkapi oleh ukuran derajat yang sesuai. Sehingga saat O.P. sudah tidak bisa melihat lagi warna pada bulatan, maka dititik itulah kita membaca sampai di derajat berapakah lapang pandang matanya, kemudian pindahkan kedalam tabel.
9. Ulangi tindakan no 7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi busur.10. Ulangi tindakan no 7,8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari
pemeriksa, sampai posisi busur vertikal.11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula, pada posisi ini tidak perlu
dilakukan pencatatan lagi.12. Ulangi tindakan no 7,8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30° sesuai arah jarum dari
pemeriksa, sampai tercapai posisi busur 60° dari bidang horizontal.13. Periksa juga lapang o.p. untuk berbagai warna lain : Merah, Hijau, Kuning dan Biru
seperti cara diatas.14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kiri hanya dengan bulatan
berwarna putih.P-VI.3.5 Apa kriteria lapang pandang yang normal untuk cahaya putih dan berwarna?
Pada pemeriksaan lapang pandang, kita menentukan batas perifer dari penglihatan, yaitu bats sampai dimana benda dapat dilihat jika mata difiksasi pada satu titik. Lapang pandang normal adalah memiliki bentuk tertentu, dan tidak sama kesemua arah. Ada 4 fotopigmen berbeda, 1 di sel batang dan masing masing di 3 sel kerucut rodopsin.Fotopigmen menyerap semua panjang gelombang cahaya, oleh karena itu sel batang hanya mendeteksi perbedaan intensitas, memberi bayangan abu-abu. Tanpa mendekripsikan perbedaan warna. Sedangkan foto pigmen diketiga jenis sel kerucut-kerucut merah,hijau,biruberespon selektif terhadap berbagai gelombang cahaya, sel kerucut inilah yang menyebabkan kita dapat membedakan berbagai warna.
Pembahasan Dari hasil percobaan yang dilakukan, didapatkan nilai lapangan pandang pada meridian tertentu lebih rendah dari nilai normalnya. Namun beberapa meridian memiliki nilai lapangan pandang yang normal. Secara keseluruhan, diketahui bahwa total kumulatif luas lapangan pandang pada o.p. lebih rendah dari nilai normal. Kemungkinan hal ini disebabkan karena ada kesalahan selama proses percobaan, seperti misalnya posisi derajat busur yang kurang akurat atau karena bulatan putih yang warnanya sudah agak kusam (sehingga lebih sulit terlihat).
KesimpulanLapang pandang terjauh adalah ketika melihat bulatan berwana merah, hijau dan biru hal ini dikarenakan fotopigmen di ketiga sel kerucutmerah,biru,hijauberespon selektif terhadap berbagai panjang gelombang cahaya.
Pendengaran
Tujuan :
1. Mengukur ketajaman pendengaran dengan menggunakan Audiometer (Pemeriksaan
Audiometer)
2. Menmbuat kesimpulan menegenai “hearing loss” dari hasil pemeriksaan audiometer
sehingga dapat menetapkan apakah pendengaran orang percobaan dalam batas-batas
Perlakuan HasilJalan lurus ke depan jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan mata tertutup jalan lurus, tidak terjadi deviasiJalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri
Terjadi sedikit deviasi ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kiri serta mata tertutup
Terjadi deviasi ke kanan
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan
Terjadi sedikit deviasi ke kiri
Jalan lurus ke depan dengan kepala dimiringkan dengan kuat ke kanan serta mata tertutup
Terjadi deviasi ke kiri
PERCOBAAN KESEIMBANGAN PADA MANUSIA
TUJUAN :
1. Mendemonstrasikan kepentingan kedudukan kepala dan mata dalam mempertahankan
keseimbangan badan pada manusia.
2. Mendemonstrasikan dan menerangkan pengaruh percepatan sudut :
a. Dengan kursi barany terhadap : gerakan bola mata
b. Dengan berjalan mengelilingi statif
ALAT YANG DIPERLUKAN :
Kursi Brany + Tongkat/statif yang panjang
PERCOBAAN DENGAN KURSI BARANY 1
1. Tata Kerja
Nistagmus
a. Suruh orang percobaan duduk tegak dikursi Barany dengan kedua tangannya
memegang erat tangan kursi.
b. Tutup kedua matanya dengan sapu tangan dan tundukkan kepala o.p 30 derajat
kedepan.
c. Putarlah kursi ke kanan 10 kali dalam 20 detik secara teratur dan tanpa sentakan
d. Hentikan pemutaran kursi tiba-tiba
e. Bukalah sapu tangan dan suruhlah o.p melihat jauh kedepan
f. Perhatikan adanya nistagmus
Tetapkanlah arah komponen lambat dan cepat nistagmus tersebut
2. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
OP diputar ke kanan sebanyak 10 kali
Kepala dalam keaadaan menunduk 300 , nistagmus: sisi kiri, jatuh: (-), vertigo (-)
Pada keadaaan hiperextensi: nistagmus: (-), jatuh: ke kiri, vertigo: kanan
Pada kedaan kepala dimiringkan, nistagmus: vertikal, jatuh: ke belakang,
spinning: ke kanan
3. Menjawab Pertanyaan
1. Apa maksud tindakan penundukan o.p 30 derajat kedepan?
Jawab :
Agar canalis semisirkularis anterior sejajar dengan bidang bumi
2. Menetapkan adanya titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri dikulit.
3. Memriksa daya menentukan tempat rangsangan taktil (lokalisasi taktil).
4. Memeriksa daya membedakan dua titik tekan (diskriminasi taktil) pada perangsangan
serentak (simultan) dan perangsangan berurutan (suksetif).
5. Menentukan adanya perasaan iringan dan menerangkan mekanisme terjadinya
(afterimage).
6. Memeriksa daya membedakan berbagai sifat benda:
a. Kekerasan permukaan
b. Bentuk
c. Bahan pakaian
7. Memriksa daya menetukan sikap anggota tubuh.
8. Mengukur waktu reaksi.
9. Menyebutkan faktor-faktor sikap anggota tubuh.
II. ALAT YANG DIPERLUKAN
1. 3 waskom dengan air bersuhu 20o, 30o, dan 40oC2. Gelas beker dan termometer kimia3. Alkohol atau eter4. Es5. Kerucut kekuningan + bejana berisi kikiran kuningan + estesiometer rambut Frey dan
jarum6. Pensil + jangka + pelbagai jenis amplas + benda-benda kecil + bahan-bahan pakaian7. Mistar pengukur reaksi
Teori dasar :Sistem sensorik pada dasarnya berperan untuk melindungi seseorang dengan cara mengenali perubahan yang terjadi di lingkungan. Perubahan lingkungan akan menjadi rangsangan yang memicu impuls saraf yang merambat menuju ke sistem saraf pusat melalui neuron sensorik (aferen). Berbagai rangsangan datang dari lingkungan luar dan dikenali pada atau dekat dengan permukaan tubuh. Ada pula rangsangan yang berasal dari dalam, misalnya dari organ-organ dalam tubuh (visera) yang membantu memelihara homeostasis.
Dalam arti luas, 'sensasi' menggambarkan adanya kewaspadaan akan kondisi external dan internal tubuh. Sedang yang dimaksud dengan 'persepsi' adalah pencatatan secara sadar suatu rangsangan sensorik. Agar suatu sensasi berlangsung ada empat syarat yang harus dipenuhi, yaitu:
1. Adanya suatu rangsang (stimulus) atau perubahan di lingkungan yang mampu memicu tanggapan (respons) oleh siste, saraf
2. Suatu reseptor harus menerima dan mengubah (convert) rangsang menjadi impuls saraf
3. Impuls harus dijalankan (konduksi) sepanjang lintasan saraf dari reseptor sampai otak
4. Suatu daerah di otak harus menerjemahkan impuls menjadi sensasi. Reseptor bagi rangsangan-rangsangan tersebut mungkin tersebar luas pada permukaan tubuh (reseptor umum) seperti reseptor untuk nyeri, rabaan dan suhu, atau terkumpul pada suatu organ sensorik khusus (indera khusus). Akan tetapi rangsangan hanya akan dirasakan jika impuls saraf yang ditimbulkannya ditafsirkan oleh area khusus pada korteks serebri yang dituju.
Penggolongan penginderaan ada berbagai ragam, di antaranya mencakup:
1. penglihatan dari reseptor di dalam mata 2. pendengaran dari reseptor di dalam telinga 3. pengecapan dari reseptor pada lidah 4. pembauan dari reseptor pada bagian atas rongga
hidung 5. rabaan, tekanan, papas, dingin, dan nyeri dari kulit 6. posisi dan keseimbangan dari otot, sendi, dan saluran
setengah lingkaran (canalis semicircularis) di dalam telinga.
Sensasi somatis mengacu pada sensasi di permukaan kulit. Somato sensoris tampaknyahanya mengacu pada satu sistem saja, yaitu sistem peraba, namun sebenamya ia memiliki tigasistem yang berbeda namun saling berinteraksi satu sarna lain, yaitu:
1) Sistem Exteroceptive, yang mengindera stimulus ekstemal yang dirasakan kulit2) Sistem Proprioceptive, yang memonitor informasi tentang posisi tubuh berdasarkan
reseptor di otot, persendian, dan organ-organ keseimbangan3) SistemInteroceptive, yang mampu menyediakansemua informasitentang kondisi
Pada bagian ini, akan dititikberatkanpada sistem exteroceptive yang mampu menginderastimulus eksternal yang dirasakan kulit.
1. Anatomi Organon TactusOrganon Tactus adalah alat yang berkaitan dengan indera peraba. Organon tactus meliputi kulit dan alat-alat tambahan.
Kulit adalah pelindung terhadap dunia luar, sebagai penghalang dari kerusakan dankuman. Kulit juga membantu membuang zat-zat yang tidak berguna dan mengatur suhu badan. Kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu:a) Cutis, terdiri dari epidermis dan coriumb) Subcutis, mengandung banyak lemak terdiri dari Stratum Corneum dan Stratum
GemanaticumDi dalam kulit terdapat berbagai macam organ, yaitu:
a) Rambut, akarrambut tertanam dalam-dalam di dermis. Tiap helai rambut terdiri dari akar dan batang yang tumbuh melalui epidermis ke permukaan kulit. Akar rambut terpancang dalam liang yang disebut folikel dan mendapat suplai makanan dari darah melalui bagian kembang yang disebut papUa.
b) Kelenjar, terdiri dari:- Kelenjar Minyak, berhubungan dengan folikel rambut dan menghasilkan minyak
untuk melumasi kulit- Kelenjar Keringat, terletak pada dermis yang terbuka pada permukaan kulit, dan
melepaskan air serta sisa-sisa metabolisme tubuh.c) Panca Indera, terdiri dari:
- Inter Epithelial, merupakan jaringan-jaringan yang bersama-sama membentuk organ kulit, termasuk didalamnya jaringan saraf
- Jaringan Pengikat, mendukung dan membungkus sel-sel kulit dan memungkinkan makanan dari dalam darah masukke sel. Seljaringan ikat inijuga menyimpan lemak dan terutama terdapat di lapisan kulit yang terbawah dan di sekitar usus.
2. Reseptor Kulit dan Hantaran Impuls di Saraf PeriferKulit berfungsi sebagai:
a. Mekanoreseptor, berkaitan dengan indera raba, tekanan, getaran, dan kinestesib. Thermoreseptor, berkaitan dengan penginderaan yang mendeteksi panas dan
dinginc. Reseptor Nyeri, berkaitan dengan mekanisme protektif bagi tubuh.
Pada glabrous atau kulit yang tidak memiliki rambut (seperti pada telapak tangan). Memiliki empat macam reseptor. Dua diantaranya sangat mudah beradaptasi dan merespon stimulasi taktil yang datang, yaitu Pacinian Corpuscle (Corpuscullus Lamellosum Paccini), reseptor terbesar dan letaknya paling dalam (pada subcutis); dan Meissner Corpuscle (Corpuscullus Tactus dari Meissner) yang terietak persis di bawah kulit terluar (epidermis).
Sebaliknya, reseptor Merkel dan Ruffini Corpuscle (Corpuscullus Ruffini) hanya akanmerespon terhadap stimulasi taktil yang lama. Seperti halnya pada kulit glabrous, kulit yang berambut juga memiliki corpuscullus Paccini, corpuscullus Ruffini, reseptor Merkel, tetapi ia tidak memiliki corpuscullus Meissner.
Sebagai gantinya, maka terdapat reseptor rambut yang terietak didekat pangkal akar rambut.Berdasarkan reseptor-reseptortadi, makaseseorang dapat mengidentifikasi objek melalui sentuhan (stereognosis).
Modal peraba bagi tubuh adalah taktil, sakit atau nyeri, panas, dingin, dan tekanan. Reseptor taktil dan sakit adalah corpuscullus Tactus dari Meissner. Reseptor panas adalah corpuscuIIus Ruffini (di dekat subcutis dan corium), reseptor dingin adalah CorpuscuIIus Bulbo ldeakrauso (di dekat subcutis dan corium). Reseptor tekanan adalah corpuscuIIus LameIIosum Paccini yang terletak di subcutis.
Tata kerja :I. Perasaan subyektif panas dan dingin
1. Sediakan 3 waskom yang masing-masing berisi air dengan suhu kira-kira 20o, 30o, dan 40oC
2. Masukkan tangan kanan ke dalam air bersuhu 20o dan tangan kanan ke dalam air bersuhu 40oC untuk ± 2 menit. Catat kesan apa yang saudara alami.
3. Kemudian masukkan segera kedua tangan itu serentak ke dalam air bersuhu 30oC. Catat kesan apa yang saudara alami.VII.1. Apakah ada perbedaan perasaan subyektif antara kedua tangan tersebut? Apa
sebabnya?Jawaban : Tangan kanan terasa lebih panas dibandingkan dengan tangan kiri,
karena perubahan suhu yang diterima oleh kulit.4. Tiup perlahan-lahan kulit punggung tangan yang kering dari jarak ± 10 cm.5. Basahi sekarang kulit punggung tangan tersebut dengan air dan tiup sekali lagi dengan
kecepatan seperti di atas. Bandingkan kesan yang saudara alami hasil tiupan suhu pada sub. 4 dan 5.
6. Olesi sebagian kulit punggung tangan dengan alkohol atau eter.VII.2. Apakah ada perbedaan antara ke-3 hasil tindakan pada sub. 4, 5 dan 6? Apa
sebabnya?Jawaban : Ada, pada tangan yang di olesi alkohol dingin terasa lebih lama.
Hasil praktikum dan pembahasan OP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis Kelamin : Perempuan.
NO Suhu Perasaan Subjektif1. 20 derajat Tangan kanan : Dingin2. 40 derajat Tangan kiri : Panas3. 30 derajat Tangan kanan : Hangat
Tangan kiri : Semakin hangat
Hal ini terjadi karena pada saat waskom yang berisi air biasa ada pengurangan kalor pada tangan kiri (dari hangat sampai dingin) dan ada penambahan kalor pada tangan kanan (dari dingin sampai hangat). Pada kulit punggung tangan terasa lebih dingin setelah dibasahi dengan alcohol atau eter.
II. Titik-titik panas, dingin, tekan dan nyeri di kulit1. Letakkan punggung tangan kanan saudara diatas sehelai kertas dan tarik garis pada
pinggir tangan dan jari-jari sehingga terdapat lukisan tangan.2. Pilih dan gambarkan di telapak tangan itu suatu daerah seluas 3 x 3 cm dan
gambarkan pula daerah itu di lukisan tangan pada kertas.3. Tutup mata orang percobaan dan letakkan punggung tangan kanannya santai di meja.
4. Selidiki secara teratur menurut garis-garis sejajar titik-titik yang memberikan kesan panas yang jelas pada telapak tangan tersebut dengan menggunakan kerucut kekuningan yang telah dipanasi. Cara memanasi kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air panas bersuhu 50oC. Tandai titik-titik panas yang diperoleh dengan tinta.
5. Ulangi penyelidikan yang serupa pada sub. 4 dengan kerucut kekuningan yang telah didinginkan. Cara mendinginkan kerucut kekuningan yaitu dengan menempatkannya dalam bejana berisi kikiran kuningan yang direndam dalam air es.
6. Selidiki pula menurut cara diatas titik-titik yang memberikan kesan tekan dengan menggunakan estesiometer rambut Frey dan titik-titik yang memberikan kesan nyeri dengan jarum.
7. Gambarkan dengan simbol yang berbeda semua titik yang diperoleh pada lukisan tangan di kertas.VII.3. Menurut teori, kesan apakah yang akan diperoleh bila titik dingin dirangsang
oleh kedua benda panas? Bagaimana keterangannya?Jawaban : Tidak terdapat reaksi karena pada titik tersebut hanya terdapat reseptor
dingin dimana reseptor tersebut bekerja bila diberikan rangsangan dingin.Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan
Titik kiri atas merasa paling dingin diantara ketiga titik lainnya.Titik kanan bawah merasa paling nyeri dan ditekan diantara ketiga titik lainnya.Titik kanan atas meras paling panas dari ketika titik lainnya.
III. Lokalisasi taktil1. Tutup mata orang percobaan dan tekankan ujung pensil pada suatu titik di kulit ujung
jarinya.2. Suruh sekarang orang percobaan melokalisasi tempat yang baru dirangsang tadi
dengan ujung sebuah pensil pula.3. Tetapkan jarak antara titik rangsang dan titik yang ditunjuk.4. Ulangi percobaan ini sampai 5 kali dan tentukan jarak rata-rata untuk kulit ujung jari,
telapak tangan, lengan bawah, lengan atas dan tengkuk.VII.4. Apakah kemampuan lokalisasi taktil seseorang sama besarnya untuk seluruh
bagian tubuh?Jawaban : Kemampuan lokalisasi taktil pada seluruh bagian tubuh berbeda-beda.
Reseptor taktil adalah mekanoreseptor. Reseptor taktil yang berbeda memiliki kepekaan dan kecepatan mengirim impuls yang berbeda pula, seperti pada ujung jari dan bibir yang akan lebih sensitif terhadap rangsangan dibanding telapak tangan, lengan atas dan tengkuk.
VII.5. Apakah istilah kemampuan seseorang untuk menentukan tempat rangsang taktil?
Jawaban : Lokalisasi taktil/ TPL (Two Point Localization)Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan
Lokasi Sentuhan Kulit Hasil yang DidapatUjung Jari Sentuhan I = 0 cm
Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 0 cm
Telapak Tangan Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 0 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1,5 cm
Lengan Atas Sentuhan I = 1,5 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0,5 cm Sentuhan V = 1 cm
Lengan Bawah Sentuhan I = 2 cm Sentuhan II = 1 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 0 cm Sentuhan V = 1 cm
Tengkuk Sentuhan I = 0 cm Sentuhan II = 2 cm Sentuhan III = 0 cm Sentuhan IV = 2 cm Sentuhan V = 0 cm
Rata-rata hasil :Lokalisasi taktil
Jarak titik di kulit ujung jari = 0 cmJarak titik di telapak tangan = 0,3 cmJarak titik di lengan atas = 1cmJarak titik di lengan bawah = 0,8 cmJarak titik di tengkuk = 0,8 cm
Dari data yang didapatkan lokalisasi taktil yang dilakukan normal. Hampir semua informasi mengenai sentuhan, tekanan, dan getaran masuk ke korda spinalis melalui akar dorsal saraf spinal yang sesuai.
IV. Diskriminasi taktil1. Tentukan secara kasar ambang membedakan dua titik untuk ujung jari dengan
menempatkan kedua ujung sebuah jangka secara serentak (simultan) pada kulit ujung jari.
2. Dekatkan kedua ujung jangka itu sampai di bawah ambang dab kemudian jauhkan berangsur-angsur sehingga kedua ujung jangka itu tepat dapat dibedakan sebagai 2 titik.VII.6. Bagaimana caranya saudara mengetahui bahwa jarak antara ke 2 ujung
jangka dibawah ambang diskriminasi taktil?Jawaban :Ketajaman taktil relatif suatu bagian dapat ditentukan dengan uji ambang
diskriminasi 2 titik. Apabila 2 ujung dari jangka tersebut ditempelkan ke permukaan kulit dan merangsang 2 medan reseptif yang berbeda, maka dirasakan 2 titik terpisah. Namun jika kedua ujung jangka tersebut menempel di permukaan kulit dan merangsang medan reseptif yang sama, akan dirasakan sebagai 1 titik. Ambang 2 titik berkisar dari 2mm di ujung jari, dan 48mm di kulit betis yang diskriminasinya paling rendah.
3. Ulangi percobaan ini dari suatu jarak permulaan diatas ambang. Ambil angka ambang terkecil sebagai ambang diskriminasi taktil tempat itu.
4. Lakukan percobaan diatas sekali lagi, tetapi sekarang dengan menempatkan kedua ujung jangka secara berturut-turut (suksesif).
5. Tentukan dengan cara yang sama (simultan dan suksesif) ambang membedakan dua titik ujung jari, tengkuk, bibir, pipi, dan lidah.
6. Berikan sekarang jarak kedua ujung jangka yang sebesar-besarnya yang masih dirasakan oleh kulit pipi depan telinga sebagai satu titik. Dengan jarak ini, gerakan jangka itu dengan ujungnya pada kulit ke arah pipi muka, bibir atas dan bibir bawah. Arah gerakan harus tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan kedua ujung jangka.
7. Catat apa yang saudara alami.
Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan
Lokasi Diskriminasi Taktil (cm)
Ujung Jari 0,5Bibir 1,0Pipi 0,8
Tengkuk 0,3Lidah 0,8
Dari data yang didapatkan dari praktikum diskriminasi taktil, apabila kedua titik menyentuh lapangan reseptif yang sama, keduanya akan dirasakan sebagai satu titik. TPL (Two Point Localization) lebih peka pada bagian yang menonjol, seperti bibir, pipi. Jarak tusuk 1 dan 2 tergantung waktu, jadi waktu mempengaruhi sehingga ada penyebaran sensasi.
V. Perasaan iringan (After image)1. Letakkan sebuah pensil antara kepala dan daun telingan dan biarkan di tempat selama
saudara melakukan percobaan VI.2. Setelah saudara selesai dengan percobaan VI angkatlah pensil dari telingan saudara
dan apalah yang saudara rasakan setelah pensil itu diambil?VII.7. Bagaimana mekanisme terjadinya perasaan iringan?
Jawaban : Hal ini dapat terjadi karena adanya reseptor fasik yang cepat beradaptasi. Karena cepatnya beradaptasi reseptor yang mencakup reseptor taktil ini, maka titik yang terus menerus diletakkan pensil atau menggunakan jam tangan, akan tidak dirasakan lagi karena sudah terbiasa dan karena adaptasi cepat reseptor ini.
Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : PerempuanOP dapat merasakan adanya pensil saat pensil pertama kali diletakkan di atas daun telinga, namun ketika setelah percobaan VI selesai, OP tidak merasa ada pensil yang sebelumnya diletakkan di daun telinganya. Namun, ketika pensil tersebut diangkat dari daun telinganya, Op merasakan kembali adanya pensil tersebut.Ketika pulpen atau pensil dilepas seperti ada yang hilang karena beratnya sudah konstan atau sudah biasa atau sudah kembali. Adanya adaptasi reseptor terhadap rangsangan benda yang dihasilkan melalui tekanan, getaran dan sifat fisik benda, mengakibatkan kita terbiasa dalam memakai benda tersebut.
VI. Daya membedakan berbagai sifat bendaA. Kekasaran permukaan benda
1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba permukaan ampelas yang derajat kekasaran yang berbeda-beda
2. Perhatikan kemampuan orang percobaan untuk membedakan derajat kekasaran ampelas.
Jenis Ampelas Permukaan yang dirasakanAmpelas 1 – Ampelas baru Kasar bangetAmpelas 2 – Kain Tenun Kasar agak halusAmpelas 3 – Kain Halus
B. Bentuk benda1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan memegang-megang benda-benda
kecil yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan menyebutkan nama/bentuk benda-benda itu.
Dari 3 benda yang diberikan op dapat menyebutkan dan membedakan semua dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan bentuk benda pada op normal.
C. Bahan pakaian1. Dengan mata tertutup suruh orang percobaan meraba-raba bahan-bahan
pakaian yang saudara berikan.2. Suruh orang percobaan setiap kali menyebutkan jenis/bentuk benda-benda itu.
VII.8. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam membedakan sifat benda (ukuran, bentuk, berat, permukaan), apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?
Jawaban : Terjadi lesi pada lobus parietal yang tidak dominan gangguannya disebut “agnosia”. Jika pasien mempunyai daya visus normal dan tidak dapat mengenali benda disebut “agnosia visual”. Jika ketidakmampuan seorang pasien mengenali sebuah benda dengan palpasi tanpa adanya gangguan sensorik sebut “agnosia taktil”.
Dari 3 kain yang diberikan op dapat menyebutkan jenis/benda yang diberikan dengan benar. Sehingga dapat disimpulkan kemampuan membedakan pada op normal.
Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan
Percobaan HasilA Dapat membedakan sifat bendaB Dapat membedakan benda-benda kecil. Cth : pensil, mistar, penghapusC Dapat menyebutkan jenis dan bentuk bahan yang diberikan penguji
VII. Tafsiran sikap1. Suruh orang percobaan duduk dan tutup mata.2. Pegang dan gerakkan secara pasif lengan bawah orang percobaan ke dekat kepalanya,
ke dekat dadanya, ke dekat lututnya dan akhirnya gantungkan di sisi badannya.3. Tanyakan setiap kali sikap dan lokasi lengan orang percobaan.4. Suruh orang percobaan dengan telunjuknya menyentuh telinga, hidung, dan dahinya
dengan perlahan-lahan setelah setiap kali mengangkat lurus lengannya.5. Perhatikan apakah ada kesalahan.
VII.9. Bila orang percobaan membuat kesalahan dalam melokalisasi tempat-tempat yang diminta, apa nama kelainan neurologis yang dideritanya?
Jawaban : Apabila pasien tidak mampu mengenali tubuh pasien sendiri disebut “autopagnosia”. Jika pasien tidak mampu melakukan suatu gerakan volunter tanpa adanya gangguan dalam kekuatan, sensasi atau koordinasi motorik disebut “apraksia”, dan jika pasien dapat mendengar dan memahami perintah tetapi tidak dapat mengintegrasikan aktivitas motorik yang akan melakukan gerakan itu disebut “dispraksia”.
Hasil praktikum dan pembahasan Op : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : PerempuanOP dapat menyebutkan lokalisasi dimana lengannya di dekatkan dan dapat menunjuk dengan tepat dengan telunjukkan bagian-bagian dari kepala yang disebutkan oleh penguji. Sehingga dapat dikatakan bahwa OP memiliki tafsiran sikap yang normal dan bagus.
VIII. Waktu reaksi1. Suruh orang percobaan duduk dan meletakkan lengan bawah dan tangan kananya di
tepi meja dengan ibu jari dan telunjuk berjarak 1 cm siap menjepit.2. Pemeriksa memegang mistar pengukur waktu reaksi pada titik hitam dengan
menempatkan garis tebal diantara dan setinggi ibu jari dan telunjuk orang percobaan tanpa menyentuh jari-jari orang percobaan.
3. Dengan tiba-tiba pemeriksa melepaskan mistar tersebut dan orang percobaan harus menangkap selekas-lekasnya. Ulangi percobaan ini sebanyak 5 kali.
4. Tetapkan waktu reaksi orang percobaan (rata-rata dari ke 5 hasil yang diperoleh).VII.10. Apa yang menentukan waktu reaksi seseorang?Jawaban : Waktu reaksi seseorang dipengaruhi kecepatan dalam merespon
rangsangan dari luar. Pada ujung ujung perifer, neuron aferen memiliki reseptor yang memberitahu SSP mengenai perubahan yang dapat di deteksi atau rangsangan baik dari dunia luar maupun lingkungan dalam dengan membangkitkan potensial aksi sebagai respon terhadap rangsangan.
Hasil praktikum dan pembahasanOP : Raesya Dwi Ananta (20 tahun)Jenis kelamin : Perempuan