Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo Disusun Oleh : Nama : ISNAINI MILLIA TRISTANTI NIM : 201310070311089 Kelas : Biologi 4 C LABORATORIUM BIOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015
14

laporan eologi hewan

Mar 29, 2023

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan eologi hewan

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI HEWAN

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Praktikum Ekologi Hewan

Asisten Koordinator : Rusnia J. Robo

Disusun Oleh :

Nama : ISNAINI MILLIA TRISTANTI

NIM : 201310070311089

Kelas : Biologi 4 C

LABORATORIUM BIOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

Page 2: laporan eologi hewan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Setiap makhluk hidup di bumi melakukan adaptasi baik secara respon

morfologi, fisiologis dan tingkah laku. Pada lingkungan perairan, faktor fisik,

kimiawi dan biologis berperan dalam pengaturan homeostatis yang diperlukan

bagi pertumbuhan dan reproduksi biota perairan (Isnaeni,2006).

Makhluk hidup memiliki salah satu ciri yang berupa menanggapi

rangsang dan melakukan tanggapan. Salah satu contonya adalah perubahan

kondisi lingkungan, dimana ketika lingkungan berubah maka hewan akan

mengalami adaptasi untuk tetap mempertahankan hidupnya. Selain perubahan

lingkungan ada juga perubahan suhu.

Perubahan suhu dapat terjadi di udara ataupun di dalam air. Air memiliki

beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air berjalan

lebih lambat dari pada udara. Selanjutnya Soetjipta menambahkan bahwa

walaupun suhu kurang mudah berubah di dalam air daripada di udara, namun

suhu merupakan faktor pembatas utama, oleh karena itu mahluk akuatik sering

memiliki toleransi yang sempit.

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan

panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu

lingkungan sekelilingnya (Hoole et al, dalam Isnaini,2006). Sebagai hewan air,

ikan memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan

darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan

disesuaikan dengan kondisi lingkungan (Starr,2013).

Tujuan

a. Mahasiswa dapat mengetahui efek pembatasan faktor suhu terhadap

sebaran individu-individu dari sejenis hewan aquatik yang mobil serta

menentukan kisaran suhu preferendumnya.

b. Mahasiswa dapat mengetahui preferensi makanan pada semut hitam.

c. Mahasiswa dapat mengetahui ada tidaknya pengaruh aklimasi terhadap

pola sebaran individu dan preferensi.

Dasar teori

Preferensi merupakan sebuah wujud perilaku memilih sesuatu karena

faktor selera atau kesukaan pada suatu benda atau keadaan yang mendukung

suatu organisme. Suatu organisme hanya dapat hidup dalam kondisi lingkungan

yang dapat ditoleransinya. Menurut hokum toleransi Shelford bahwa setiap

organisme mempunyai kisaran minimum dan maksimum toleransi ekologi

terdapat suatu faktor lingkungannya (Sukarsono,2012)

Page 3: laporan eologi hewan

Suhu adalah faktor penting dalam ekosistem perairan.Kenaikan suhu air

dapat akan menimbulkan kehidupan ikan dan hewan air lainnya terganggu. Air

memiliki beberapa sifat termal yang unik, sehingga perubahan suhu dalam air

berjalan lebih lambat dari pada udara. Suhu sulit berubah di dalam air daripada

di udara, namun suhu merupakan faktor pembatas utama. Sehingga hewan

akuatik sering memiliki toleransi yang sempit (Sapriana dkk,2009).

Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang

hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata

yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh

dunia. Sebagian besar organisme laut bersifat poikilotermik (suhu tubuh sangat

dipengaruhi suhu massa air sekitarnya), oleh karenanya pola penyebaran

organisme laut sangat mengikuti perbedaan suhu laut secara geografik

(Campbell,2004)

Ikan merupakan hewan ektotermik yang berarti tidak menghasilkan

panas tubuh, sehingga suhu tubuhnya tergantung atau menyesuaikan suhu

lingkungan sekelilingnya. Sebagai hewan air, ikan memiliki beberapa

mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat

menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi

lingkungan (Soemarwoto,2001)

Kesukaan hewan terhadap pakannya sangat tergantung kepada jenis dan

jumlah pakan yang tersedia. Bila jumlah pakan yang tersedia tidak sebanding

dengan jumlah pakan yang dibutuhkan, perpindahan kesukaan terhadap jenis

pakan dapat terjadi (Widyaningrum, 2009).

Kesukaan atau yang dikenal dengan preferensi hewan spesifik dari suatu

jenis, namun dapat berubah oleh pengalaman. Preferensi berarti bahwa jeniss

makanan itu lebih diperlukan dibandingkan jenis makanan lain yang terdapat

dilingkungan. Preferensi hewan terhadap suatu jenis makanan atau mangsa

tertentu sifatnya tetap dan pasti, tidak dipengaruhi poleh ketersediaannya

dilingkungan (Bismark,2012).

Semut merupakan salah satu kelompok hewan yang dikatakan sebagai

indikator hayati, sebagai alat monitoring perubahan kualitas lingkungan dan

penentuan kawasan konservasi. Hal ini didukung oleh beberapa sifat yang

dimiliki semut, yaitu hidup diberbagai habitat, mempunyai toleransi yang sempit

terhadap perubahan lingungan, biomassa dominan, mempunyai sifat penting

dalam ekosistem, mudah di koleksi serta secara taksonomi relatif maju

(Riyanto,2007).

Page 4: laporan eologi hewan

Preferensi semut hitam terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli

zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi

dan adaptasi struktur. Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang

cocok bagi kehidupan semut hitam, bila makanan tidak cocok bagi semut

dengan sendirinya populasi semut tidak akan dapat berkembang sebagaimana

biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan

unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan,

permukaan material yang keras dan bentuk materialnya (Fallahudin, 2012).

Page 5: laporan eologi hewan

METODE PRAKTIKUM

Alat dan Bahan

o Preferensi suhu

No Foto Keterangan

1. Box preferendum suhu

2. Thermometer batang

3. Cyprinus carpio

Page 6: laporan eologi hewan

o Preferensi Makanan

No Foto Keterangan

1. Box Preferensi makanan

2. Roti Coklat

3. Roti Kukus

3. Semut hitam

Page 7: laporan eologi hewan

Cara kerja

No Foto keterangan

1. Menyiapkan bahan

Cyprinus carpio dan alat

yang akan digunakan

2. Menyiapkan alat berupa

box referendum

3. Mengisi box referendum

dengan air

4. Mengukur air yang diisi

dengan es batu dan air

panas menggunakan

termometer

Page 8: laporan eologi hewan

5. Memasukkan ikan

dengan jmlah 15 ekor

kedalam box referendum

6. Melakukan pengamatan

menit ke 3 pada setiap

zona

7. Melakukan pengamatn

menit ke 6 pada setiap

zona

8. Melakukan pengamatn

pada menit ke 9 pada

setiap zona

Page 9: laporan eologi hewan

9. Melakukan pengontrolan

suhu agar tetap konstan

10. Menyiapkan alat untuk

preferensi makanan

11. Memasukkan semut

kedalam box yang sudah

diisi dengan 4 jenis

makanan yang berbeda

Page 10: laporan eologi hewan

12. Melakukan pengamatn

pada menit ke 5 pada

setiap sisi box

13. Melakukan pengamatan

pada menit ke 10 pada

setiap sisi box

( sumber : Dokumen pribadi)

Page 11: laporan eologi hewan

PEMBAHASAN

Pada praktikum kali ini bab yang dibahas adalah Kisaran Preferensi

terhadap kondisi suhu lingkungan dan kecenderungan makanan. Preferensi suhu

dilakukan dengan pengamatan pada Cyprinus carpio yang dimasukkan kedalam

box referendum yang memiliki 3 zona dengan suhu yang berbeda-beda. Pada

zona pertama memiliki suhu 22 C, zona kedua 26 C dan zona ketiga bersuhu 28

C.

Pengamatan Cyprinus carpio pada zona 1 dengan selang waktu 3 menit

berjumlah 4 ekor, pada zona 2 berjumlah 2 ekor, dan pada zona 3 berjumlah 9

ekor. Setelah 6 menit dilakukan penghitungan kembali dan didapatkan hasil

yaitu pada zona 1 berjumlah 4 ekor, zona 2 ada 5 ekor, dan zona 3 ada 6 ekor.

Pengamatan jumlah ikan pada menit ke 9 didapatkan hasil yaitu zona 1 ikan

berjumlah 6 ekor, zona 2 berjumlah 2 ekor, zona 3 terdapat 7 ekor. Setelah

didapatkan semua data dan dirata- rata pada zona 1 memiliki rata-rata sebesar

4,6 dan pada zona 2 sebesar 3 sedangkan pada zona 3 sebesar 7,3. Dilihat dari

rata-rata menunjukkan bahwa pada zona 3 memiliki rata-rata paling tinggi jika

dibandingkan dengan yang lain.

Ikan Cyprinus carpio memiliki selera atau preferensi terhadap suhu yaitu

pada kisaran suhu air diantara 26 – 28 0

C. Berdasarkan data hasil pengamatan,

menunjukan bahwa sebagian Cyprinus carpio dominan terhadap suhu optimum

di antara 26 – 28 0

C. Untuk Cyprinus carpio yang diaklimasi dengan es atau air

dingin, mereka cenderung lebih banyak terdapat di daerah yang panas. Dan yang

terakhir yaitu Cyprinus carpio yang di aklimasi dengan air hangat mereka lebih

banyak berkumpul pada zona yang diberi es karena mereka menyesuaikan diri

antara suhu tubuh dengan lingkungannya. Mengingat bahwa ikan adalah hewan

poikiloterm maka ketika suhu yang dibutuhkan oleh tubuhnya berkisar antara

35 0C, ketika lingkungan luarnya berubah maka mereka akan beradaptasi dengan

cara perilaku ataupun reaksi fisiologis agar mempertahankan suhu di luar tubuh

dengan yang di dalam tubuhnya itu dapat sesuai.

Pada pengamatan kedua adalah pengamatan semut hitam Camponotus

caryae terhadap preferensi makanan. Pada praktikum preferensi makanan yang

digunakan ada 4 jens makanan yaitu roti kukus, kue sus, roti isi coklat, dan

permen. Pengamatan menit ke 5 dapat dilihat pada roti kukus sebanyak 1 ekor,

kue sus 8 ekor, roti coklat 3 ekor, permen 3 ekor. Selanjutnya pengamatan

dilakukan pada menit ke 10 dengan didapatkan pada roti kukus ada 2 ekor semut

hitam, kue susu ada 7 ekor semut hitam, roti coklat 4 ekor semut hitam, permen

ada 2 ekor semut hitam. Pengmatan menit ke 15 didapatkan bahwa terdapat 3

Page 12: laporan eologi hewan

ekor semut hitam pada kue kukus, 6 ekor semut hitam pada kue sus, 4 ekor

semut hitam pada roti coklat, dan 2 ekor semut hitam pada permen. Dari 15

menit pengamatan dapat dilihat jumlah semut hitam yang menghampiri makanan

paling banyak adalah pada kue sus, lalu roti coklat, permen, dan yang terakhir

adalah roti kukus.

Preferensi semut hitam terhadap jenis makanan dipengaruhi oleh stimuli

zat kimia chemotropisme yang terutama menentukan bau dan rasa, mutu gizi

dan adaptasi struktur. Tersedianya makanan yang cukup maksudnya adalah yang

cocok bagi kehidupan semut hitam, bila makanan tidak cocok bagi semut

dengan sendirinya populasi semut tidak akan dapat berkembang sebagaimana

biasanya. Ketidak cocokan makanan dapat timbul karena kurangnya kandungan

unsur yang diperlukan, rendahnya kadar air dalam kandungan makanan,

permukaan material yang keras dan bentuk materialnya

Sehingga dari data menunjukkan bahwa kue sus memiliki stimulasi yang

terutama bau dan rasa sehingga jumlah semut yang menghampiri kue sus lebih

banyak jika dibandingkan dengan makanan yang lainnya.

Page 13: laporan eologi hewan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

o Preferensi adalah perilaku memilih sesuatu sesuai kesukaan

o Preferensi suhu pada ikan lebih banyak di zona air hangat yang berkisar 26-

32 oC

o Preferensi makanan semut hitam lebih banyak menghampiri kue sus karena

memiliki baud an rasa yang lebih disukai oleh semut hitam

Saran

Sebaiknya saat menjelaskan instruktur lebih detail dalam menjelaskan agar lebih

paham. Dan lebih baik laporan di tulis tangan saja karena kalau diketik lebih

merepotkan lagi, juga sumber yang diminta terlalu banyak sedangkan buku dan

jurnal yang kami miliki terbatas.

Page 14: laporan eologi hewan

Daftar Pustaka

Bismark M, & Warsito H. 2012. Preferensi dan Komposisi Pakan Kasusari

Gelambir Ganda (Casuarius casuarius Linn 1758) Di Penangkaran (Food

Composition and Preference of Double Jowls Cassowary (Casuarius

casuarius Linn 1758) in Captivity). Jurnal Penelitian Hutan dan Alam. Vol.

9 No.1 : 013-021, 2012

Campbell, Neil A. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Jakarta : Erlangga

Falahudin, I. 2012. Peranan Semut Rangrang (Oecophylla smaragdina) dalam

Pengendalian Biologis Pada Perkebunan Kelapa Sawit. Conference

Proceeding. 11(1): 2604-2647.

Starr Cecie. 2013. Biologi Kesatuan dan Keragaman Mahkluk Hidup. Jakarta :

Salemba Teknika

Soemarwoto, otto. 2001. Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :

Djambatan.

Isnaini Wiwie. 2006. Fisiologi Hewan.Yogyakarta: Kanisius

Sukarsono. 2012. Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press

Widyaningrum P. 2009. Pertumbuhan Tiga Jenis Jangkrik Lokal yang

dibudidayakan pada Padat Penebarandan Jenis Pakan Berbeda. Jurnal

FMIPA Biologi. : 14 (173–177), 2009

Sapriana,., Nuraini., & Alawi H. 2009. Induksi Triploid Selais (Kryptopterus

lympok) Megunakan Kejutan Panas.Jurnal Perikanan dan Kelautan 37-47

vol 14

Riyanto. 2007. Kepadatan, Pola Distribusi dan Peranan Semut pada Tanaman

di Sekitar Lingkungan Tempat Tinggal. Jurnal Penelitian Sains: Volume

10, Nomor 2, Mei 2007. Hal 241-253