BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL VERTIGOPENDAHULUAN
Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah vertigo yang
timbul bila kepala mengambil posisi atau sikap tertentu. Serangan
vertigo dapat dicetuskan oleh perubahan sikap, misalnya bila
penderita berguling di tempat tidur, menolehkan kepala, melihat ke
bawah, menengadah. BPPV merupakan vertigo yang berasal dari
kelainan perifer terbanyak, paling sering dijumpai di masyarakat,
yaitu sekitar 30%. Wanita agak lebih sering daripada
pria.Penatalaksanaan BPPV salah satunya adalah Epley maneuver yang
sering dilakukan oleh dokter. Maneuver ini dapat dilakukan olh
pasien bersama dokter maupun di rumah. Tetapi memang untuk pertama
kalinya akan lebih aman pada pasien apabila melakukannya bersama
dokter. Manuver Epley memiliki keefektifan pada BPPV sekitar
80%.BPPV bukanlah penyakit yang secara langsung membahayakan jiwa,
tetapi apabila gejalanya sering timbul dapat menimbulkan kecemasan
pada pasien. Manuver Epley adalah serangkaian posisi yang dapat
diterapkan pada pasien BPPV. Pada referat kali ini akan dibahas
mengenai maneuver Epley tersebut pada BPPV.TINJAUAN PUSTAKAA.
Pengertian Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)
Vertigo merupakan keluhan yang sering dijumpai, yang sering
digambarkan sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil
(giddiness, unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Vertigo
berasal dari bahasa latin vertere yang artinya memutar, merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan
seseorang, umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim
keseimbangan.Asal terjadinya vertigo dikarenakan adanya gangguan
pada sistem keseimbangan tubuh. Bisa berupa trauma, infeksi,
keganasan, metabolik, toksik, vaskuler atau autoimun. Sistem
keseimbangan tubuh kita dibagi menjadi dua yaitu sistem vestibuler
(pusat dan perifer) dan non vestibuler (visual : retina, otot bola
mata, dan somatokinetik : kulit, sendi, dan otot). Sistem
vestibuler sentral terletak pada batang otak, serebelum dan
serebrum. Sebaliknya sistem vestibuler perifer meliputi labirin dan
saraf vestibular.Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau
disebut juga Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah
gangguan keseimbangan perifer yang sering dijumpai. Gejala yang
dikeluhkan adalah vertigo yang datang tiba-tiba pada perubahan
posisi kepala. Beberapa pasien dapat mengatakan dengan tepat posisi
tertentu yang menimbulkan keluhan vertigo. Biasanya vertigo
dirasakan sangat berat, berlangsung singkat hanya beberapa detik
saja. Keluhan dapat disertai mual bahkan sampai muntah, sehingga
penderita merasa khawatir akan timbul serangan lagi. Hal ini yang
menyebabkan penderita sangat berhati-hati dalam posisi tidurnya.
Vertigo jenis ini sering berulang kadang-kadang dapat sembuh dengan
sendirinya. Vertigo pada BPPV termasuk vertigo perifer karena
kelainannya terdapat pada telinga dalam, yaitu pada sistem
vestibularis. Dari vertigo yang berasal dari kelainan perifer maka
BPPV ini yang paling sering dijumpai sekitar 30%. BPPV pertama kali
dikemukakan oleh Barany pada tahun 1921. Karakteristik nistagmus
dan vertigo berhubungan dengan posisi dan menduga bahwa kondisi ini
terjadi akibat gangguan otolit.B. Epidemiologi BPPV adalah gangguan
keseimbangan perifer yang sering dijumpai, kira-kira 107 kasus per
100.000 penduduk, dan lebih banyak pada perempuan serta usia tua
(51-57 tahun). Jarang ditemukan pada orang berusia dibawah 35 tahun
yang tidak memiliki riwayat cedera kepala. BPPV sangat jarang
ditemukan pada anak. C. Anatomi dan Fisiologi Alat KeseimbanganAlat
vestibuler (alat keseimbangan) terletak di telinga dalam (Iabirin),
terlindung oleh tulang yang paling keras yang dimiliki oleh tubuh.
Labirin terdiri atas labirin tulang dan labirin membran. Labirin
membran terletak dalam labirin tulang dan bentuknya hampir menurut
bentuk labirin tulang. Antara labirin membran dan labirin tulang
terdapat perilimfa, sedang endolimfa terdapat di dalam labirin
membran. Berat jenis cairan endolimfa lebih tinggi dari pada cairan
perilimfa. Ujung saraf vestibuler berada dalam labirin membran yang
terapung dalam perilimfa, yang berada dalam labirin tulang. Setiap
labirin terdiri dari 3 kanalis semisirkularis, yaitu kanalis
semisirkularis horizontal (lateral), kanalis semisirkularis
anterior (superior) dan kanalis semisirkularis posterior
(inferior). Selain ketiga kanalis ini terdapat pula utrikulus dan
sakulus.Gerakan atau perubahan kepala dan tubuh akan menimbulkan
perpindahan cairan endolimfa di labirin dan selanjutnya silia sel
rambut akan menekuk. Tekukan silia menyebabkan permeabilitas
membran sel berubah, sehingga ion kalsium akan masuk ke dalam sel
yang menyebabkan terjadinya proses depolarisasi dan akan merangsang
pelepasan neuro-transmiter eksitator yang selanjutnya akan
meneruskan impuls sensoris melalui saraf aferen ke pusat
keseimbangan di otak. Sewaktu berkas silia terdorong ke arah
berlawanan, maka terjadi hiperpolarisasi.Organ vestibuler berfungsi
sebagai transduser yang mengubah energi mekanik akibat rangsangan
otolit dan gerakan endolimfa di dalam kanalis semisirkularis
menjadi energi biolistrik, sehingga dapat memberi informasi
mengenai perubahan posisi tubuh akibat percepatan linier atau
percepatan sudut. Dengan demikian dapat memberi informasi mengenai
semua gerak tubuh yang sedang berlangsung.Sistem vestibuler
berhubungan dengan sistem tubuh yang lain, sehingga kelainannya
dapat menimbulkan gejala pada sistem tubuh bersangkutan. Gejala
yang timbul dapat berupa vertigo, rasa mual dan muntah. Pada
jantung berupa bradikardi atau takikardi dan pada kulit reaksinya
berkeringat dingin.
D. Etiologi Pada sekitar 50% kasus penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik). Beberapa kasus BPPV diketahui setelah mengalami jejas
atau trauma kepala leher, infeksi telinga tengah atau operasi
stapedektomi. Banyak BPPV yang timbul spontan, disebabkan kelainan
di otokonial berupa deposit yang berada di kupula bejana
semisirkuler posterior. Deposit ini menyebabkan bejana menjadi
sensitif terhadap perubahan gravitasi yang menyertai keadaan posisi
kepala yang berubah. Penyebab utama BPPV pada orang di bawah umur
50 tahun adalah cedera kepala. Pada orang yang lebih tua, penyebab
utamanya adalah degenerasi sistem vestibuler pada telinga tengah.
BPPV meningkat dengan semakin meningkatnya usia. Selain itu
disebutkan juga bahwa BPPV dapat merupakan suatu komplikasi dari
operasi implant maksilaris.
E. PatofisiologiPatofisiologi BPPV dapat dibagi menjadi dua,
antara lain1. Teori Cupulolithiasis Pada tahun 1962 Horald
Schuknecht mengemukakan teori ini untuk menerangkan BPPV. Dia
menemukan partikel-partikel basofilik yang berisi kalsiurn karbonat
dari fragmen otokonia (otolith) yang terlepas dari macula utriculus
yang sudah berdegenerasi, menempel pada permukaan kupula. Dia
menerangkan bahwa kanalis semisirkularis posterior menjadi sensitif
akan gravitasi akibat partikel yang melekat pada kupula. Hal ini
analog dengan keadaan benda berat diletakkan di puncak tiang, bobot
ekstra ini menyebabkan tiang sulit untuk tetap stabil, malah
cenderung miring. Pada saat miring partikel tadi mencegah tiang ke
posisi netral. Ini digambarkan oleh nistagmus dan rasa pusing
ketika kepala penderita dijatuhkan ke belakang posisi tergantung
(seperti pada tes Dix-Hallpike). Kanalis semisirkularis posterior
berubah posisi dari inferior ke superior, kupula bergerak secara
utrikulofugal, dengan demikian timbul nistagmus dan keluhan pusing
(vertigo). Perpindahan partikel otolith tersebut membutuhkan waktu,
hal ini yang menyebabkan adanya masa laten sebelum timbulnya pusing
dan nistagmus. 2. Teori Canalolithiasis Tahun 1980 Epley
mengemukakan teori canalolithiasis, partikel otolith bergerak bebas
di dalam kanalis semisirkularis. Ketika kepala dalam posisi tegak,
endapan partikel ini berada pada posisi yang sesuai dengan gaya
gravitasi yang paling bawah. Ketika kepala direbahkan ke belakang
partikel ini berotasi ke atas sarnpai 900 di sepanjang lengkung
kanalis semisirkularis. Hal ini menyebabkan cairan endolimfe
mengalir menjauhi ampula dan menyebabkan kupula membelok
(deflected), hal ini menimbulkan nistagmus dan pusing. Pembalikan
rotasi waktu kepala ditegakkan kernbali, terjadi pembalikan
pembelokan kupula, muncul pusing dan nistagmus yang bergerak ke
arah berlawanan. Model gerakan partikel begini seolah-olah seperti
kerikil yang berada dalam ban, ketika ban bergulir, kerikil
terangkat sebentar lalu jatuh kembali karena gaya gravitasi.
Jatuhnya kerikil tersebut memicu organ saraf dan menimbulkan
pusing. Dibanding dengan teori cupulolithiasis teori ini lebih
dapat menerangkan keterlambatan "delay" (latency) nistagmus
transient, karena partikel butuh waktu untuk mulai bergerak. Ketika
mengulangi manuver kepala, otolith menjadi tersebar dan semakin
kurang efektif dalam menimbulkan vertigo serta nistagmus. Hal
inilah yag dapat menerangkan konsep kelelahan "fatigability" dari
gejala pusing.
F. Diagnosis
Diagnosis BPPV dapat ditegakkan berdasarkan :1. Anamnesis Pasien
biasanya mengeluh vertigo dengan onset akut kurang dari 10-20 detik
akibat perubahan posisi kepala. Posisi yang memicu adalah berbalik
di tempat tidur pada posisi lateral, bangun dari tempat tidur,
melihat ke atas dan belakang, dan membungkuk. Vertigo bisa diikuti
dengan mual. 2. Pemeriksaan fisik
Pasien memiliki pendengaran yang normal, tidak ada nistagmus
spontan, dan pada evaluasi neurologis normal. Pemeriksaan fisis
standar untuk BPPV adalah : Dix-Hallpike dan Tes kalori.a.
Dix-Hallpike. Tes ini tidak boleh dilakukan pada pasien yang
memiliki masalah dengan leher dan punggung. Tujuannya adalah untuk
memprovokasi serangan vertigo dan untuk melihat adanya nistagmus.
Cara melakukannya sebagai berikut : Pertama-tama jelaskan pada
penderita mengenai prosedur pemeriksaan, dan vertigo mungkin akan
timbul namun menghilang setelah beberapa detik. Penderita
didudukkan dekat bagian ujung tempat periksa, sehingga ketika
posisi terlentang kepala ekstensi ke belakang 30o40o, penderita
diminta tetap membuka mata untuk melihat nistagmus yang muncul.
Kepala diputar menengok ke kanan 45o (kalau kanalis semisirkularis
posterior yang terlibat). Ini akan menghasilkan kemungkinan bagi
otolith untuk bergerak, kalau ia memang sedang berada di kanalis
semisirkularis posterior. Dengan tangan pemeriksa pada kedua sisi
kepala penderita, penderita direbahkan sampai kepala tergantung
pada ujung tempat periksa. Perhatikan munculnya nistagmus dan
keluhan vertigo, posisi tersebut dipertahankan selama 10-15 detik.
Komponen cepat nistagmus harusnya up-bet (ke arah dahi) dan
ipsilateral. Kembalikan ke posisi duduk, nistagmus bisa terlihat
dalam arah yang berlawanan dan penderita mengeluhkan kamar berputar
ke arah berlawanan. Berikutnya manuver tersebut diulang dengan
kepala menoleh ke sisi kiri 45o dan seterusnya. Berikut adalah
gambaran Dix-Hallpike cdk
Gambar Uji Dix-HallpikePada orang normal nistagmus dapat timbul
pada saat gerakan provokasi ke belakang, namun saat gerakan selesai
dilakukan tidak tampak lagi nistagmus. Pada pasien BPPV setelah
provokasi ditemukan nistagmus yang timbulnya lambat, 40 detik,
kemudian nistagmus menghilang kurang dari satu menit bila sebabnya
kanalitiasis, pada kupulolitiasis nistagmus dapat terjadi lebih
dari satu menit, biasanya serangan vertigo berat dan timbul
bersamaan dengan nistagmus.b. Tes kalori
Tes kalori ini dianjurkan oleh Dick dan Hallpike. Pada cara ini
dipakai 2 macam air, dingin dan panas. Suhu air dingin adalah 30oC,
sedangkan suhu air panas adalah 44oC. volume air yang dialirkan
kedalam liang telinga masing-masing 250 ml, dalam waktu 40 detik.
Setelah air dialirkan, dicatat lama nistagmus yang timbul. Setelah
telinga kiri diperiksa dengan air dingin, diperiksa telinga kanan
dengan air dingin juga. Kemudian telinga kiri dialirkan air panas,
lalu telinga dalam. Pada tiap-tiap selesai pemeriksaan (telinga
kiri atau kanan atau air dingin atau air panas) pasien
diistirahatkan selama 5 menit ( untuk menghilangkan pusingnya).G.
Diagnosis Banding1. Vestibular NeuritisVestibular neuronitis
penyebabnya tidak diketahui, pada hakikatnya merupakan suatu
kelainan klinis di mana pasien mengeluhkan pusing berat dengan
mual, muntah yang hebat, serta tidak mampu berdiri atau berjalan.
Gejala-gejala ini menghilang dalam tiga hingga empat hari. Sebagian
pasien perlu dirawat di rumah sakit untuk mengatasi gejala dan
dehidrasi. Serangan menyebabkan pasien mengalami ketidakstabilan
dan ketidakseimbangan selama beberapa bulan, serangan episodik
dapat berulang. Pada fenomena ini biasanya tidak ada perubahan
pendengaran.2. LabirintitisLabirintitis adalah suatu proses
peradangan yang melibatkan mekanisme telinga dalam. Terdapat
beberapa klasifikasi klinis dan patologik yang berbeda. Proses
dapat akut atau kronik, serta toksik atau supuratif. Labirintitis
toksik akut disebabkan suatu infeksi pada struktur didekatnya,
dapat pada telinga tengah atau meningen tidak banyak bedanya.
Labirintitis toksik biasanya sembuh dengan gangguan pendengaran dan
fungsi vestibular. Hal ini diduga disebabkan oleh produk-produk
toksik dari suatu infeksi dan bukan disebabkan oleh organisme
hidup. Labirintitis supuratif akut terjadi pada infeksi bakteri
akut yang meluas ke dalam struktur-struktur telinga dalam.
Kemungkinan gangguan pendengaran dan fungsi vestibular cukup
tinggi. Yang terakhir, labirintitis kronik dapat timbul dari
berbagai sumber dan dapat menimbulkan suatu hidrops endolimfatik
atau perubahan-perubahan patologik yang akhirnya menyebabkan
sklerosi labirin.3. Penyakit Meniere Penyakit Meniere adalah suatu
kelainan labirin yang etiologinya belum diketahui, dan mempunyai
trias gejala yang khas, yaitu gangguan pendengaran, tinitus, dan
serangan vertigo. Terutama terjadi pada wanita dewasa.
H. PenatalaksanaanBPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan
sederhana perlu dikeluarkan dari kanal semisirkular posterior dan
mengembalikannya ke mana mereka berasal.Beberapa manuver yang dapat
dilakukan, antara lain:1. Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley
manuver :
CRP adalah pengobatan non-invasif untuk penyebab paling umum
dari vertigo, terutama BPPV, CRP pertama kali digambarkan sebagai
pengobatan untuk BPPV di tahun 1992. Saat ini CRP atau maneuver
Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena dapat mengurangi
gejala BPPV pada 88% kasus. CRP membimbing pasien melalui
serangkaian posisi yang menyebabkan pergerakan canalit dari daerah
di mana dapat menyebabkan gejala (yaitu, saluran setengah lingkaran
dalam ruang cairan telinga dalam) ke daerah telinga bagian dalam
dimana canalit tidak menyebabkan gejala (yaitu, ruang depan).
Canalit biasanya berada pada organ telinga bagian dalam yang
disebut organ otolith, partikel kristal ini dapat bebas dari organ
otolith dan kemudian menjadi mengambang bebas di dalam ruang
telinga dalam.Dalam kebanyakan kasus BPPV canalit bergerak di kanal
ketika posisi kepala berubah sehubungan dengan gravitasi, dan
gerakan dalam kanal menyebabkan defleksi dari saraf berakhir dalam
kanal (cupula itu). Ketika saraf berhenti dirangsang, pasien
mengalami serangan tiba-tiba vertigo. Berdasarkan penelitian meta
analisis acak terkendali CRP memiliki tingkat efektivitas yang
sangat tinggi. CRP telah diuji dalam berbagai percobaan terkontrol,
dalam studi ini, 61-80% dari pasien yang diobati dengan CRP
memiliki resolusi BPPV dibandingkan dengan hanya 10-20% dari pasien
dalam kelompok kontrol. Berdasarkan temuan dari tinjauan sistematis
literatur, American Academy of Neurology menyimpulkan bahwa CRP
adalah "merupakan terapi yang efektif dan aman yang ditetapkan yang
harus ditawarkan untuk pasien dari segala usia dengan BPPV kanal
posterior (Level rekomendasi A)". Selain itu, American Academy of
Otolaryngology - Bedah Kepala dan Leher Foundation, membuat
rekomendasi bahwa "dokter harus memperlakukan pasien dengan BPPV
kanal posterior dengan Manuver reposisi partikel"Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Yoon Kyung Kim dan teman-teman
ditunjukkan bahwa untuk mengontrol gejala BPPV maka diperlukan
pelaksanaan maneuver Epley 1,97 kali. Hal ini membuktikan bahwa
maneuver Epley marupakan maneuver yang paling efektif pada
BPPV.Terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Ronald dengan
menggunakan subyek sebanyak 40 pasien dengan BPPV dirawat dengan
menggunakan prosedur reposisi canalith (maneuver Epley)
dibandingkan dengan pembiasaan latihan vestibular untuk menentukan
pendekatan pengobatan yang paling efektif. Dua puluh pasien
tambahan dengan BPPV tidak diobati dan menjadi kelompok kontrol.
Intensitas dan durasi gejala dimonitor selama periode 3 bulan.
Semua pasien telah menunjukkan pengurangan gejala-gejala di
kelompok perlakuan. Prosedur reposisi canalith tampaknya memberikan
resolusi gejala dengan perlakuan yang lebih sedikit, tetapi hasil
jangka panjangnya bagus, efektif dalam mengurangi BPPV. Sejumlah
besar pasien dalam kelompok kontrol (75%) terus punya
vertigo.Indikasi Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :1.
Episode berulang pusing dipicu BPPV. 2. Positif menemukan gejala
dan nistagmus dengan pengujian posisi (misalnya, uji Dix-Hallpike).
Keterbatasan Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver :1.
Penggunaan CRP pada pasien tidak memiliki BBPV (diagnosis yang
salah). 2. Salah kinerja masing-masing komponen CRP. Prosedur
manuver Epley :
Gambar 1. Manuver Epley
Pertama posisi duduk, kepala menoleh ke kiri ( pada gangguan
keseimbangan / vertigo telinga kiri ) (1) Kemudian langsung tidur
sampai kepala menggantung di pinggir tempat tidur (2), tunggu jika
terasa berputar / vertigo sampai hilang, kemudian putarkepala ke
arah kanan (sebaliknya) perlahansampai muka menghadap ke lantai
(3), tunggu sampai hilang rasa vertigo.
Kemudian duduk dengan kepala tetap pada posisi menoleh ke kanan
dan kemudianke arah lantai (4), masing-masing gerakan ditunggu
lebih kurang 30 60 detik. Dapat dilakukan juga untuk sisi yang lain
berulang kali sampai terasa vertigo hilang.
Manuver Epley di rumah :
Prosedur ini lebih efektif dari prosedur di ruangan, karena
diulang setiap malam selama seminggu. Metode ini (untuk sisi kiri),
seseorang menetap pada posisi supine selama 30 detik dan pada
posisi duduk tegak selama 1 menit. Dengan demikian siklus ini
membutuhkan waktu 2 menit. Pada dasarnya 3 siklus hanya
mengutamakan untuk beranjak tidur, sangat baik dilakukan pada malam
hari daripada pagi atau siang hari, karena jika seseorang merasa
pusing setelah latihan ini, dapat teratasi sendiri dengan tidur.Ada
beberapa masalah yang timbul dengan metode lakukan sendiri, antara
lain :
a. Jika diagnosis BPPV belum dikonfirmasi, metode ini tidak
berhasil dan dapat menunda penanganan penyakit yang tepat. b.
Komplikasi seperti perubahan ke kanal lain dapat terjadi selama
maneuver Epley, yang lebih baik ditangani oleh dokter daripada di
rumah. c. Selama maneuver Epley sering terjadi gejala neurologis
dipicu oleh kompresi pada arteri vertebralis. Operasi dilakukan
pada sedikit kasus pada pasien dengan BPPV berat. Pasien ini gagal
berespon dengan manuver yang diberikan dan tidak terdapat kelainan
patologi intrakranial pada pemeriksaan radiologi. Gangguan BPPV
disebabkan oleh respon stimulasi kanalis semisirkuler posterior,
nervus ampullaris, nervus vestibuler superior, atau cabang utama
nervus vestibuler. Oleh karena itu, terapi bedah tradisional
dilakukan dengan transeksi langsung nervus vestibuler dari fossa
posterior atau fossa medialis dengan menjaga fungsi
pendengaran.Prognosis setelah dilakukan CRP (canalith repositioning
procedure) biasanya bagus. Remisi dapat terjadi spontan dalam 6
minggu, meskipun beberapa kasus tidak terjadi. Dengan sekali
pengobatan tingkat rekurensi sekitar 10-25%. CRP/Epley maneuver
terbukti efektif dalam mengontrol gejala BPPV dalam waktu lama.Dari
beberapa latihan, umumnya yang dilakukan pertama adalah CRT atau
Semont Liberatory, jika masih terasa ada sisa baru dilakukan
Brand-Darroff exercise. Pada sebuah penelitian disebutkan bahwa
dalam setelah pelaksanaan maneuver-manuver terapi BPPV tidak perlu
dilakukan pembatasan terhadap gerak tubuh maupun kepala. Epley
maneuver sangat sederhana, mudah dilakukan, hasil yang diharapkan
untuk mengurangi gejala cepat muncul, efektif, tidak ada
komplikasi, dan dapat diulang beberapa kali setelah mencoba pertama
kali sehingga sangat dianjurkan kepada orang yang menderita BPPV.2.
Latihan Semont Liberatory :
Gambar 2. Manuver Semont Liberatory
Keterangan Gambar :
Pertama posisi duduk (1), untuk gangguan vertigo telinga kanan,
kepala menoleh ke kiri.
Kemudian langsung bergerak ke kanan sampai menyentuh tempat
tidur (2) dengan posisi kepala tetap, tunggu sampai vertigo hilang
(30-6- detik)
Kemudian tanpa merubah posisi kepala berbalik arah ke sisi kiri
(3), tunggu 30-60 detik, baru kembali ke posisi semula. Hal ini
dapat dilakukan dari arah sebaliknya, berulang kali.Latihan ini
dikontraindikasikan pada pasien ortopedi dengan kasus fraktur
tulang panggul ataupun replacement panggul.3. Latihan Brandt
DaroffLatihan Brand Daroff merupakan suatu metode untuk mengobati
BPPV, biasanya digunakan jika penanganan di praktek dokter gagal.
Latihan ini 95% lebih berhasil dari pada penatalaksanaan di tempat
praktek. Latihan ini dilakukan dalam 3 set perhari selama 2 minggu.
Pada tiap-tiap set, sekali melakukan manuver dibuat dalam 5 kali.
Satu pengulangan yaitu manuver dilakukan pada masing-masing sisi
berbeda (membutuhkan waktu 2 menit).Cara latihanBrand-Darroff :
Gambar 3. Manuver Brand-Darroff
Hampir sama dengan Semont Liberatory, hanya posisi kepala
berbeda, pertama posisi duduk, arahkan kepala ke kiri, jatuhkan
badan ke posisi kanan, kemudian balik posisi duduk, arahkan kepala
ke kanan lalu jatuhkan badan ke sisi kiri, masing-masing gerakan
ditunggu kira-kira 1 menit, dapat dilakukan berulang kali, pertama
cukup 1-2 kali kiri kanan, besoknya makin bertambah.4. Manuver
Rolling / Barbeque
Lima sampai 10% BPPV disebabkan oleh varian semisirkular
horizontal. Manuver ini merupakan salah satu cara yang efektif
untuk BPPV. Untuk Rolling/Barbeque maneuver, dilakukan dengan cara
berguling sampai 360o, mula-mula posisi tiduran kepala menghadap ke
atas, jika vertigo kiri, mulai berguling ke kiri ( kepala dan badan
) secara perlahan-lahan, jika timbul vertigo,berhenti dulu tapi
jangan balik lagi, sampai hilang, setelah hilang berguling
diteruskan, sampai akhirnya kembali ke posisi semula.BAB
IIIPENUTUP
Vertigo posisi paroksismal jinak (VPPJ) atau disebut juga Benign
Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV) adalah gangguan keseimbangan
perifer yang sering dijumpai. Gejala yang dikeluhkan adalah vertigo
yang datang tiba-tiba pada perubahan posisi kepala. Vertigo
merupakan keluhan yang sering dijumpai, yang sering digambarkan
sebagai rasa berputar, rasa oleng, tak stabil (giddiness,
unsteadiness) atau rasa pusing (dizziness). Patofisiologi BPPV
dapat dibagi menjadi dua, antara lain teori cupulolithiasis dan
teori canalolithiasis.
BPPV dengan mudah diobati. Partikel dengan sederhana perlu
dikeluarkan dari kanal semisirkular posterior dan mengembalikannya
ke mana mereka berasal. Salah satu manuver yang dapat dilakukan
adalah Canalith Reposisi Prosedur (CRT)/Epley manuver. Saat ini CRP
atau maneuver Epley telah digunakan sebagai terapi BPPV karena
dapat mengurangi gejala BPPV pada 88% kasus. Prosedur reposisi
canalith tampaknya memberikan resolusi gejala dengan perlakuan yang
lebih sedikit, tetapi hasil jangka panjangnya bagus, efektif dalam
mengurangi BPPV.DAFTAR PUSTAKA
1. Wreksoatmojo BR. Vertigo-Aspek Neurologi. [online] 2009
[cited 2009 May 30th]. Available from :
URL:http://www.google.com/vertigo/cermin dunia kedokteran .html2.
Joesoef AA. Vertigo. In : Harsono, editor. Kapita Selekta
Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2000.
p.341-593. Bashiruddin J. Vertigo Posisi Paroksismal Jinak. Dalam :
Arsyad E, Iskandar N, Editor. Telinga, Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012.4.
Bashiruddin J., Hadjar E., Alviandi W. Gangguan Keseimbangan. Dalam
: Arsyad E, Iskandar N, Editor : Telinga, Hidung Tenggorok Kepala
& Leher. Edisi Keenam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. 2012. 5.
Anderson JH dan Levine SC. Sistem Vestibularis. Dalam : Effendi H,
Santoso R, Editor : Buku Ajar Penyakit THT Boies. Edisi Keenam.
Jakarta : EGC. 1997.6. Sherwood L. Telinga, Pendengaran, dan
Keseimbangan. Dalam: Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2.
Jakarta: EGC. 1996.21