Top Banner
LAPORAN BAKTERIOLOGI ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DARI SAMPEL SWAB ANUS PADA KUCING Ika Septiana Anggun Puspita, SKH B94144221 Ni Nengah Yogiswari Resyana, SKH B94144232 PPDH Angkatan II Tahun 2014/2015 Grup F-1 Di bawah bimbingan: Prof Dr Drh Fachriyan H Pasaribu LABORATORIUM DIAGNOSTIK PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
20

Laporan Bakteriologi

Dec 05, 2015

Download

Documents

Laporan Identifikasi bakteri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Laporan Bakteriologi

LAPORAN BAKTERIOLOGI

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI DARI SAMPEL

SWAB ANUS PADA KUCING

Ika Septiana Anggun Puspita, SKH B94144221

Ni Nengah Yogiswari Resyana, SKH B94144232

PPDH Angkatan II Tahun 2014/2015

Grup F-1

Di bawah bimbingan:

Prof Dr Drh Fachriyan H Pasaribu

LABORATORIUM DIAGNOSTIK

PENDIDIKAN PROFESI KEDOKTERAN HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

Page 2: Laporan Bakteriologi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Diare adalah kandungan air yang berlebih pada feses. Diare dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya perubahan pakan, intolerans terhadap

pakan, infeksi parasit, toksin atau sebagai tahap awal penyakit kronis (serius) (Shaw

dan Ihle 1997). Menurut Ciesla et al. (2003) dan Guerrant et al. (2001), diare adalah

defekasi disertai tinja berbentuk cair atau setengah cair (setengah padat), kandungan

air tinja lebih banyak daripada biasanya, yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24

jam. Definisi diare lainnya berdasarkan kriteria frekuensi, yaitu defekasi dengan

konsistensi encer lebih dari tiga kali per hari. defekasi encer tersebut dapat disertai

atau tanpa lendir dan darah.

Diare dapat dikelompokkan menjadi dua jenis antara lain diare akut dan diare

kronis. Diare akut adalah diare yang onset gejalanya tiba-tiba dan berlangsung kurang

dari 1 hari, sedangkan diare kronis adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.

Diare dapat disebabkan adanya infeksi maupun non infeksi. Penyebab diare terbanyak

adalah adanya infeksi oleh virus, bakteri, dan parasit (Lung 2003). Terdapat beberapa

bakteri penyebab diare di antaranya Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Vibrio

cholerae, Eschericia coli, Campylobacter, Salmonella typhoid dan nontyphoid

(Ciesla et al. 2003; Guerrant et al. 2001; Procop dan Cockerill 2003).

Diare yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan gangguan

kesehatan yang lebih serius pada hewan termasuk kucing, salah satunya adalah

dehidrasi. Peneguhan diagnosa mengenai penyebab diare dibutuhkan sebab kausa

terjadinya diare yang bervariasi. Evaluasi atau pemeriksaan laboratorium terhadap

penyebab diare biasanya diawali dengan pemeriksaan feses. Pemeriksaan

laboratorium berguna untuk menentukan pengobatan yang akan diberikan.

Tujuan

Pengujian ini bertujian mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri dari sampel

swab anus kucing yang mengalami diare.

TINJAUAN KASUS

Asal sampel : Dramaga Regensi milik Andra Adi Esnawan

Jenis sampel : Swab anus

Anamnesa

Page 3: Laporan Bakteriologi

Kucing mengalami diare kurang lebih 7 hari sebelum dilakukan pengambilan

sampel swab anus. Pemilik sudah memberikan obat berupa antihelmentik, namun

kucing masih mengalami diare. Anus kucing tampak bengkak dan merah.

Signalement

Nama hewan : Bianca

Jenis hewan : Kucing

Bangsa : Persian

Umur : 3 bulan

Jenis kelamin : Betina

Gejala Klinis dan Diagnosa

Kucing mengalami kebengkakan dan kemerahan di anus, nafsu makan dan

minum masih baik, Ada diare yang terjadi. Konsistensi fesesnya cair, dan berwarna

kuning. Terdapat alopecia pada daerah sekitar anus ddan paha. Diduga terjadi diare

akibat bakteri yang diawali dari infestasi cacing.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Pengambilan sampel dilakukan di rumah pemilik kucing, Andra Adi Esnawan

yang terletak di Dramaga Regensi pada Selasa, 23 Juni 2015. Kegiatan pengujian

dimulai pada Selasa, 23 Juni 2015 hingga 4 Juli 2015 di Laboratorium Virologi dan

Laboratorium Terpadu, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat

Veteriner (IPHK), Fakultas Kedokteran Hewan (FKH), Institut Pertanian Bogor

(IPB).

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada pengujian ini adalah tabung reaksi, tabung Durham,

rak tabung reaksi, pembakar bunsen, cawan petri, cotton bud steril, batang ose, kapas,

gelas obyek, inkubator, mikroskop cahaya, coolbox, kertas label dan alat tulis.

Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan untuk identifikasi bakteri antara lain

alkohol 70%, media transport berupa brain heart infussion ((BHI), blood agar (BA),

McConkey agar (MCA), tryptic soy agar (TSA), mannitol salt Agar (MSA), Triple

sugar iron agar (TSIA), eosin methylene blue agar (EMBA), media uji indol, media

uji urea, media uji sitrat, dan media uji fermentasi karbohidrat antara lain glukosa,

sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol. Reagen yang digunakan di antaranya Ehrlich

indole reagent, serum kelinci, larutan H2O2 3 %, larutan 3%, larutan kristal violet,

larutan lugol, larutan pemucat (aseton alkohol), dan larutan safranin.

Page 4: Laporan Bakteriologi

Metode

Pengambilan sampel

Sampel yang diuji berasal dari swab anus kucing dengan gejala klinis diare

disertai anus yang terlihat membengkak dan merah. Sampel diambil secara aseptis

menggunakan cotton bud steril yang dimasukkan ke dalam anus hingga ¾ bagian

cotton bud masuk ke dalam anus, kemudian cotton bud dimasukkan ke dalam media

transport (brain heart infussion (BHI)), selanjutnya dimasukkan ke dalam coolbox

untuk dibawa ke Laboratorium Virologi dan Laboratorium Terpadu, Departemen

IPHK, FKH IPB.

Pewarnaan Sederhana

Pewarnaan sederhana dilakukan untuk mengetahui morfologi bakteri.

Pewarnaan ini dilakukan dengan menambahkan zat warna metylen blue. Pertama,

bakteri dari BHI diambil menggunakan ose yang telah dipijarkan dan didinginkan

dengan menyentuhkan ose ke dinding tabung bagian dalam, diambil sebanyak dua

mata ose. Setelah ditu, diletakkan pada objek glass yang telah dibersihkan dengan

kapas beralkohol. Setelah itu dilakukan fiksasi dengan melewatkan pada api Bunsen

selama beberapa kali. Pewarnaan dilakukan dengan menambahkan metylen blue

selama 30 detik. Setelah itu dicuci dengan aquades dan dikeringkan dengan hati-hati

menggunakan kertas saring. Hasil diamati pada perbesaran objektif 100x dengan

bantuan minyak emersi.

Pewarnaan Gram

Pewarnaan gram dilakukan untuk melihat keberadaan bakteri dan jenis bakteri

(Gram positif atau Gram negatif) pada sampel. Sebelum dilakukan pewarnaan Gram,

sampel swab anus kucing yang telah ditambahkan BHI disentrifugasi selama kurang

lebih 5 menit, diharapkan bakteri yang berhasil diambil dan menempel pada cotton

bud dapat bercampur merata di dalam BHI. Pekerjaan dilakukan secara aseptis

dengan menggunakan api bunsen selama pengujian. Setelah ose dipijarkan pada api

bunsen, penutup tabung dibuka dan mulut tabung dipanaskan di atas api. Suspensi

bakteri dengan dengan mata ose, dipastikan mata ose sudah tidak panas dengan

menempelkannya pada dinding bagian dalam tabung. Kemudian mulut tabung

dipanaskan dan ditutup kembali. Ose yang berisi suspensi bakteri diletakkan di atas

gelas obyek untuk dibuat preprat ulas kemudian preparat dibiarkan mengering di

udara sebentar, lalu difiksasi di atas api bunsen. Selanjutnya preparat ulas diberi

larutan kristal violet dan dibiarkan selama 1 menit. Kemudian dicuci dengan aquades

serta diteteskan dengan larutan lugol dan didiamkan selama 1 menit dilanjutkan

dengan pemberian larutan pemucat (aseton alkohol) selama kurang lebih 10-15 detik

lalu dibilas dengan aquades. Pewarnaan terakhir, preparat diberi safranin dan

didiamkan selama 15 detik lalu dicuci dengan aquades, kemudian diamati di bawah

mikroskop menggunakan minyak emersi dengan perbesaran obyektif 100x.

Page 5: Laporan Bakteriologi

Penanaman Isolat Bakteri

Setelah dilihat morfologi dan Gram bakteri, maka dilakukan penanaman

bakteri pada media Blood Agar(BA) dan Mac Conkey Agar (MCA). Media BA

digunakan untuk menumbuhkan bakteri yang sulit untuk dibiakkan dan juga untuk

membedakan sekelompok mikroorganisme yang melisis atau tidak melisis eritrosit.

Media Ba mengandung darah domba 5%. Lisis eritrosit dibedakan atas zona

hemolisisnya. Zona hemolisis terdapat pada tabel 1.

Tabel 1 Zona hemolisis dan perubahan yang terjadi pada media BA

Zona hemolisis Penampakan pada BA Contoh

mikroorganisme

Α hemolisis

Lisis sempurna ditandai dengan

adanya zona bening di sekitar koloni

S.aureus

Β hemolisis Lisis sebagian ditandai dengan warna

kehijauan pada sekitar koloni S.intermedius

γ hemolisis

Tidak melisiskan darah ditandai

dengan tidak adanya perubahan pada

warna media

S.faecalis

Lay (1994)

MCA digunakan untuk menumbuhkan bakteri Gram negatif saja karena pada

MCA mengandung laktosa, garam empedu, dan merah netral. Garam empedu dan

Kristal violet akan menghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Bakteri Gram

negatif yang tumbuh dibedakan atas kemampuannya memfermentasikan laktosa.

Beberapa contoh pertumbuhan koloni bakteri terlihat pada tabel 2.

Tabel 2 contoh pertumbuhan koloni pada MCA

Koloni Mikroorganisme

Serupa Media Salmonella, Shigella

Merah dikelilingi oleh zona keruh E.coli

Merah muda dan mukoid E.klebsiella

Kecil dan tidak terang tembus Enterococcus, Staphylococcus

Lay (1994)

Penanaman dilakukan dengan menggoreskan ose berisi bakteri yang diambil

dari BHI. Sebelumnya ose dipijarkan dan didinginkan dengan menyentuhkan ose

pada dinding tabung bagian dalam. Penanaman dilakukan dengan teknik goresan T.

Teknik goresan ini membagi media menjadi 3 bagian. Goresan dimulai dari zona 1,

kemudian ose dipijarkan lalu goresan kedua pada zona 2 yang dimulai dari sebagian

Page 6: Laporan Bakteriologi

I

zona 1, goresan pada zona 3 dimulai dari sebagian wilayah zona 3 setelah

memijarkan ose. Teknik goresan T dapat dilihat pada gambar 1. Setelah digoreskan

pada agar, lalu dilakukan inkubasi pada suhu 37OC selama 24-48 jam.

Gambar 1 Teknik Goresan T

Penanaman isolat murni bakteri

Setelah dilakukan pembiakan pada BA dan MCA maka akan didapatkan koloni

yang terpisah dari tiap agar tersebut. Koloni pada tiap media dibiakkan lagi pada

media agar miring tryptic soy agar (TSA), namun jika setelah diinkubasi tidak ada

koloni bakteri yang tumbuh pada MCA maka penanaman isolat bakteri pada media

TSA tidak dilakukan.. Penanaman isolat murni bakteri dilakukan secara aseptis dari

masing-masing media, dengan cara satu koloni bakteri yang tumbuh pada setiap

media diambil menggunakan ose dan ditanam ke media TSA lalu diinkubasi selama

24 jam pada suhu 37 ºC.

Uji KOH 3%

Pengujian KOH 3% dari media BA dilakukan dengan aseptis. Sebanyak satu

tetes KOH 3% diletakkan di atas gelas objek. Lalu pada gelas obyek tersebut

ditambahkan sebanyak satu mata ose biakan murni pada TSA kemudian

dihomogenkan. Reaksi positif ditandai oleh adanya benang-benang halus yang

terbentuk pada gelas objek. Alur pengujian KOH 3% seperti pada gambar 2

Gambar 2 Alur pengujian KOH 3%

I

III

IIII

I

Page 7: Laporan Bakteriologi

Uji Katalase

Pengujian katalase dilakukan secara aseptis menggunakan ose, biakan diambil

dan dicampurkan dengan H2O2 3% di atas gelas objek. Reaksi positif ditandai oleh

adanya gelembung-gelembung udara yang terbentuk pada gelas objek.

Uji Mikroaerofilik

Uji ini bertujuan mengetahui kemampuan isolat bakteri dalam menghidrolisis

glukosa dalam suasana aerob atau anaerob. Pengujian ini menggunakan media

glukosa, yang berisi isolat bakteri, lalu dimasukkan dalam inkubator 37 ºC selama 24

jam. Hasil uji positif jika terlihat perubahan warna media dari merah menjadi kuning.

Uji Koagulase

Uji koagulase dilakukan untuk mengetahui sifat atau patogenitas spesies

Staphylococcus dari bakteri Gram positif. Plasma kelinci dan aquades dimasukkan

dalam microtube dengan perbandingan 1:4. Lalu isolat bakteri diambil menggunakan

ose dan dimasukkan ke dalam microtube. Microtube lalu diinkubasi 37 ºC selama 24

jam. Hasil uji koagulase positif jika terbentuk gumpalan (koagulase) dan tidak

berubah posisi apabila microtube dibalik.

Penanaman isolat pada media mannitol salt agar (MSA)

Hasil positif pada uji koagulase dilanjutkan dengan pembiakan pada MSA.

Sebanyak satu mata ose biakan bakteri pada media TSA dari media BA diambil lalu

digoreskan pada media (sama seperti penanaman isolat bakteri pada media BA atau

MCA) diinkubasi 37 ºC selama 24 jam. Hasil positif ditandai oleh perubahan warna

media dari merah menjadi kuning.

Uji Biokimia

Uji ini menggunakan beberapa media di antaranya media TSIA, urea, indol,

sitrat, dan karbohidrat (manitol, sukrosa, laktosa, glukosa, dan maltosa). Pada uji

TSIA, pengujian dilakukan dengan menusuk media menggunakan ose dengan ujung

lurus yang sudah terdapat biakan murni bakteri dan menggoreskan ose pada bagian

permukaan agar miring. Pada uji urea dan uji sitrat, pengujian dilakukan dengan

mengambil isolat bakteri menggunakan ose lalu digoreskan pada permukaan media

agar miring, sedangkan pada uji indol, bakteri hanya ditusukkan tegak lurus terhadap

media menggunakan ose yang telah berisi isolat bakteri murni pada media TSA dari

MCA. Adanya pembentukan indol oleh bakteri dapat diketahui dengan menambahkan

beberapa tetes reagen Ehrlich pada media indol setelah diinkubasi.

Page 8: Laporan Bakteriologi

Penanaman pada EMB Agar

Uji ini menggunakan Eosin-Metylen Blue Agar(EMBA). Agar ini digunakan

untuk mengisolasi dan diferensiasi bakteri Gram enteric bacilli Gram negatif terutama

untuk mendeteksi dan konfirmasi bakteri koliform. Agar ini mengandung laktosa dan

sukrosa dengan dua indikator yaitu Eosin Y dan Metylen Blue. Perubahan yang terjadi

pada penggunaan agar ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3 Perubahan pada EMBA

Mikroorganisme Pertumbuhan Reaksi

E.faecalis Sebagian dihambat -

E.coli Tumbuh Hitam kebiruan pada bagian tengah

koloni dan terlihat hijau metalik.

P. Aeruginosa Tumbuh Tidak berwarna

Lay (1994)

Page 9: Laporan Bakteriologi

Tahapan Identifikasi Bakteri Gram Positif

Gambar 3 Tahapan identifikasi bakteri Gram positif

Inokulasi

Pewarnaan Gram

Basil Kokus

Uji katalase

Positif Negatif Bergerombol

Berantai Uji mikroaerofilik

Positif Negatif

Uji Koagulase Uji MSA

Page 10: Laporan Bakteriologi

Tahapan Identifikasi Bakteri Gram Negatif

Gambar 4 Identifikasi bakteri Gram negatif

Inokulasi

Pewarnaan Gram

TSIA EMBA Indol Urea SItrat Fermentasi Karbohidrat

Manitol

Maltosa

Sukrosa

Glukosa

Laktosa

Manitol

Maltosa

Page 11: Laporan Bakteriologi

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil identifikasi bakteri dari sampel swab anus kucing diperoleh 2 genus

bakteri. Identifikasi bakteri didasarkan pada Jang et al. (1976). Berikut hasil dari uji

yang telah dilakukan terhadap sampel swab anus kucing.

Tabel 4 Hasil pengamatan koloni terpisah pada media BA

Parameter Koloni 1 Koloni 2

Ukuran Kecil (1 mm) Besar (>2 mm)

Bentuk Bulat Bulat

Permukaan Halus Halus

Aspek Mengkilat Mengkilat

Tepi Rata Timbul

Elevasi Timbul Cembung

Sifat Tembus Translusen Translusen

Pigmentasi Tidak berpigmen Tidak berpigmen

Hemolisis β hemolisis α hemolisis

Gambar 5 Hasil penanaman pada media agar darah (BA). A. tampak depan; B.

tampak belakang

A B

Page 12: Laporan Bakteriologi

Tabel 5 Hasil pengamatan koloni terpisah pada media MCA

Parameter Koloni 1

Ukuran Besar (>2 mm)

Bentuk Bulat

Permukaan Halus

Aspek Mengkilat

Tepi Timbul

Elevasi Cembung

Sifat Tembus Translusen

Pigmentasi Merah dengan tepi keruh

Gambar 6 Hasil biakan pada media MCA

Tabel 6 Hasil pewarnaan Gram koloni bakteri pada media BA dan MCA

Parameter Koloni 1 BA Koloni 2 BA Koloni 1 MCA

Bentuk Batang Kokus Batang

Susunan Soliter Bergerombol Soliter

Warna Merah Ungu Merah

Sifat Gram Negatif Positif Negatif

Page 13: Laporan Bakteriologi

Gambar 7 Hasil Pewarnaan Gram. A. Hasil biakan TSA dari BA; B. Hasil biakan

TSA dari MCA

Tabel 7 Hasil uji biokimiawi Pengujian Koloni TSA BA Koloni TSA MCA

Pewarnaan gram

Kokus, bergerombol, ungu

Basil, berantai, merah

KOH 3% - +

Katalase + Tidak diuji

Mikroaerofilik + Tidak diuji

Koagulase + Tidak diuji

Indol Tidak diuji +

Sitrat Tidak diuji -

Urea Tidak diuji -

Motilitas Tidak diuji Motil

TSIA Tidak diuji (A/A) (G/-) Fermentasi: Glukosa Tidak diuji (A/G)

Sukrosa Tidak diuji (A/G)

Manitol Tidak diuji (A/G)

Maltosa Tidak diuji (A/G)

Laktosa Tidak diuji (A/G)

Media MSA kuning Tidak diuji

Media EMBA Tidak diuji

Bagian tengah hitam

kebiruan dan berwarna

hijau metalik

Keterangan: + = positif; - = negatif ; A=asam; G=Gas

A B

Page 14: Laporan Bakteriologi

Gambar 8 Hasil pengamatan uji katalase

Gambar 9 Hasil uji mikroaerofilik terbentuk gas dan suasananya asam (kuning)

Gambar 10 Hasil uji koagulase

Page 15: Laporan Bakteriologi

Gambar 11 Hasil pengamatan koloni pada media MSA

Gambar 12 Hasil uji indol, TSIA, urea dan sitrat. A. sebelum uji; B. sesudah uji;

A1=indol sebelum; A2=TSIA sebelum; A3=urea sebelum; A4=sitrat

sebelum; B1=TSIA sesudah; B2=sitrat sesudah; B3=urea sesudah;

B4=indol sesudah.

Gambar 13 Hasil uji fermentasi karbohidrat. A. sebelum; B.sesudah. Semua gula

menjadi kuning (asam) dan terbentuk gas

A B 1 1 2 3 4 2 3 4

Page 16: Laporan Bakteriologi

Gambar 14 Hasil biakan pada media EMBA

Pembahasan

Isolasi dan identifikasi suatu jenis bakteri dilakukan melaui serangkain

pengujian dan pengamatan. Berdasarkan pengujian pewarnaan Gram, diketahui

bahwa isolat bakteri yang diperoleh dari swab anus kucing terdiri atas dua kelompok

bakteri, yaitu bakteri Gram positif dan Gram negatif. Identifikasi bakteri dengan

pewarnaan Gram dilakukan berdasarkan perbedaan struktur dinding sel bakteri.

Sampel yang baru diambil terlebih dahulu dilakukan pewarnaan Gram untuk

mengetahui kelompok bakteri berdasarkan struktur dinding sel dan bentuk bakteri.

Bakteri Gram negatif akan memberikan warna merah karena lipid yang terdapat di

dalam dinding selnya akan larut pada waktu pencucian dengan alkohol (larutan

pemucat) sehingga pori-pori dan dinding sel akan membesar yang menyebabkan

terlepasnya kompleks kristal violet yang diserap sebelumnya serta bakteri akan

berwarna merah setelah diberikan safranin (Brown 2001). Hasil ini juga dibuktikan

pada penanaman isolat bakteri dalam media BA dan MCA.

Uji identifikasi bakteri gram positif selanjutnya adalah dengan uji katalase

menggunakan larutan H2O2 3%. Uji katalase dilakukan untuk membantu

mengidentifikasi bakteri yang tergolong dalam famili Micrococcaciae atau famili

Sterptococcaceae. Hasil yang diperoleh dari uji ini yaitu terbentuk gelembung

sehingga dapat dikatakan bahwa bakteri yang diisolasi merupakan bakteri yang

bersifat katalase positif dan termasuk dalam famili Micrococcaciae. Pada bakteri

Page 17: Laporan Bakteriologi

kokus, uji katalase digunakan untuk membedakan Staphylococcus dan Streptococcus

berdasarkan kemampuan bakteri untuk menghasilkan enzim katalase. Enzim katalase

berfungsi untuk memecah hidrogen peroksida (H2O2) yang terbentuk dari proses

respirasi aerob dan bersifat toksik terhadap bakteri, menjadi dihidrogen oksida (H2O)

dan oksigen (O2) yang tidak toksik. Hasil pengujian pada koloni 1 BA pada TSA

menunjukkan bahwa bakteri dapat dapat membentuk gelembung sehingga tergolong

ke dalam bakteri Staphylococcus sp..

Hasil uji katalase positif dilanjutkan dengan uji glukosa mikroaerofiliik, yang

bertujuan untuk mengetahui kemampuan isolat bakteri dalam menghidrolisis glukosa

dalam suasana aerob atau anaerob. Bakteri yang mampu memfermentasi glukosa akan

mengubah warna media dari merah menjadi kuning. Berdasarkan hasil pengujian

didapatkan bahwa isolat koloni 1 BA pada TSA mampu mengubah warna merah

menjadi warna kuning, hal tersebut menunjukkan bakteri mampu memecah glukosa

dalam suasana anaerob. Hasil uji dapat diketahui bahwa bakteri ini berasal dari genus

Staphylococcus (Raihana 2011).

Uji koagulase dilakukan untuk mengetahui patogenitas dari bakteri dengan

membedakan spesies Staphylococcus yang mampu mengkoagulasi plasma kelinci.

Hasil pengujian kali ini menunjukkan hasil positif pada koloni 1 BA pada TSA yang

menunjukkan kemampuan bakteri menggumpalkkan plasma oxalat karena adanya

faktor koagulasi reaktif dalam serum yang bereaksi dengan enzim esterase. Enzim ini

dapat meningkatkan penggumpalan plasma sehingga terbentuk deposit fibrin pada

permukaan sel bakteri yang menghambat fagositosis. Staphylococcus yang memiliki

uji kaogulase positif adalah bekteri yang bersifat patogen, contohnya adalah

Staphylococcus aureus (Setiawati 2010).

Peneguhan identifikasi spesies bakteri Staphylococcus aureus juga dilakukan

pengujian menggunakan media MSA. Media ini mengandung kadar garam yang

tinggi (7,5% NaCl) yang menghambat pertumbuhan bakteri selain Staphylococcus.

Staphylococcus patogen (Staphylococcus aureus) akan memperlihatkan koloni

berwarna kuning, sedangkan Staphylococcus non patogen akan memperlihatkan

koloni berwarna merah menyerupai warna media. Hasil pengujian kali ini didapatkan

perubahan warna media MSA menjadi kuning. Adanya fermentasi mannitol pada

media MSA akan menunjukkan hasil positif ditandai dengan perubahan warna media

dari merah menjadi kuning, seperti salah satu contohnya adalah Staphylococus aureus

(Toelle dan Lenda 2014).

Identifikasi bakteri batang Gram negatif dilakukan dengan pembiakan pada

media selektif-diferensial dan serangkaian uji biokimia antara lain uji TSIA, uji indol,

uji sitrat, uji urea dan uji fermentasi karbohidrat .Media yang bersifat selektif adalah

media yang hanya menunjang pertumbuhan sekelompok bakteri dan menghambat

pertumbuhan kelompok bakteri lain, sedangkan media diferensial adalah media yang

dapat membedakan sifat tertentu, pada umumnya berdasarkan perbedaan warna

koloni bakteri yang tumbuh. Mac Conkey agar (MCA) adalah media selektif yang

menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan merupakan media diferensial

untuk dapat membedakan kemampuan bakteri dalam memfermentasi laktosa. Bakteri

laktosa positif berwarna merah bata sedangkan bakteri laktosa negatif koloninya

Page 18: Laporan Bakteriologi

berwarna sama dengan media. Escherichia coli merupakan bakteri laktosa positif,

sedangkan Salmonella sp. merupakan bakteri laktosa negatif (Raihana 2011)

Uji lanjutan yang dilakukan untuk pengujian bakteri Gram negatif dilakukan

dengan menanan bakteri pada Mac Conkey Agar (MCA). MCA merupakan media

selektif-diferensial. Media selektif merupakan media yang hanya menunjang

pertumbuhan sekelompok bakteri dan menghambat pertumbuhan kelompok bakteri

lain, sedangkan media diferensial adalah media yang dapat membedakan sifat

tertentu, pada umumnya berdasarkan perbedaan warna koloni bakteri yang tumbuh.

Mac Conkey agar (MCA) adalah media selektif yang menghambat pertumbuhan

bakteri Gram positif karena pada MCA mengandung laktosa, garam empedu, dan

merah netral. Garam empedu dan Kristal violet akan menghambat pertumbuhan

bakteri gram positif. Media diferensial MCA dapat membedakan kemampuan bakteri

dalam memfermentasi laktosa. Bakteri laktosa positif berwarna merah bata sedangkan

bakteri laktosa negatif koloninya berwarna sama dengan media. Escherichia coli

merupakan bakteri laktosa positif, sedangkan Salmonella sp. merupakan bakteri

laktosa negatif. Dari hasil yang diperoleh seperti pada tabel , maka menurut Lay

(1994) merupakan bakteri E.coli.

Untuk meneguhkan hasil penanaman pada MCA, maka dilanjutkan dengan uji

biokimia. UJi biokimia yang dilakukan adalah dengan uji TSIA, indol, urea, sitrat,

dan fermentasi karbohidrat. Uji TSIA merupakan uji untuk membedakan genus

bakteri dalam famili Enterobacteriaceae (semua bakteri batang halus Gram negatif).

Uji ini dilakukan dengan inokulasi pada media agar miring TSIA dan diinkubasikan

pada suhu 37 oC selama 18-24 jam. Perubahan yang diamati adalah reaksi slant,

reaksi butt, pembentukan gas/H2S. Hasil uji TSIA menunjukkan bahwa bakteri

mampu mefermentasikan laktosa, sukrosa dan glukosa ditandai dengan perubahan

warna pada slant dan butt menjadi kuning. Selain itu terbentuk gas ditandai dengan

pecahnya media. Pembentuka H2S yang ditandai dengan pembentukan warna hitam

tidak terjadi pada uji TSIA (Lay 1994)

Setelah itu, uji indol dilakukan untuk melihat motilitas dan pembongkaran

triptofan menjadi indol oleh bakteri. Uji Indol dilakukan dengan cara inokulasi

bakteri pada tryptone broth dan kemudian diiinkubasikan pada suhu 37 °C selama 24

jam. Uji indol dilakukan dengan menambahkan 0.2 ml Ehrlich indole reagent ke

dalam tryptone broth yang telah diinkubasi. Reaksi positif ditandai oleh warna merah

yang terbentuk di bagian atas larutan akibat reaksi antara indol dengan reagen. Uji

juga dapat digunakan untuk melihat adanya motilitas dari bakteri yang dibiakkan,

karena media bersifat semisolid. Bakteri yang bersifat motil. Salah satu bakteri yang

dapat membongkar triptofan dan motil adalah E.coli.

Selanjutnya adalah uji hidrolisis urea dan sitrat. Pada uji urea positif, bakteri

mampu menghasilkan urease yang mampu menhasilkan enzim urease yang

menguraikan urea menjadi ammonium dan CO2. Hasil positif ditandai dengan warna

indikator (merah fenol) menjadi merah muda-merah (basa).Sedangkan pada uji sitrat

positif , mikroorganisme mampu menggunakan sitrat sebagai satu-satunya sumber

karbon dan energi. Reaksi positif ditandai dengan berubahnya warna media (hijau)

menjadi biru. Pada pengujian didapatkan kedua hasil pengujian ini adalah negatif

(Raihana 2011)

Page 19: Laporan Bakteriologi

Pada fermentasi karbohidrat, yang menggunakan maltosa, manitol, glukosa,

sukrosa dan laktosa. Uji ini untuk melihat adanya pembentukan asam dan gas oleh

mikroorganisme. Hasil proses fermentasi berupa asam akan menurunkan pH media

dan mengubah warna indikator merah fenol menjadi kuning. Gas yang terbentuk pada

saat fermentasi akan ditangkap oleh tabung durham. Hasil uji ini adalah hasil

fermentasi/pembentukan gas. Hasil pengujian kaldu karbohidrat menunjukkan pada

kelima gula menghasilkan gas dan bersifat asam. Dilihat dari koloni pada MCA, dan

hasil uji biokimia menurut Armburst (2010), maka bakteri gram negatif yang diisolasi

merupakan Eschericia coli.

Peneguhan kembali dilakukan dengan penanaman bakteri pada media Eosin-

Metylen Blue Agar(EMBA). Pada penanaman ini, bakteri yang tumbuh berwarna biru

kehitaman pada bagian tengah dan terlihat berwarna hijau metalik. Menurut

Acumedia (2011) dilihat dari reaksi yang timbu pada EMBA bakteri tersebut

merupakan E.coli.

KESIMPULAN

Berdasarkan serangkaian tahap pengujian isolasi dan indektifikasi yang

dilakukan dapat diketahui bahwa bakteri yang diisolasi dari swab anus kucing adalah

Staphylococcus aureus dan Eschericia coli.

Page 20: Laporan Bakteriologi

DAFTAR PUSTAKA

Amburst A, Gerald AC, Paul DF, Jodi G, Steve H, Peter CI, Jan K, Jessica C, Mark

Rupp, Kathy T, Kate T, Trevor C. 2010. Antimicrobial and Clinical

Microbiology Guidebook. [internet] [diunduh 2015 Juli 7].

http://www.nebraskamed.com/app_files/pdf/careers/educationprograms/asp/gui

debook.pdf

ACUMEDIA. 2011. Eosin Methylen Blue Agar, Levine (1703). [internet]. [diunduh

2015 juli 6]. http://www.neogen.com/Acumedia/pdf/ProdInfo/7103_PI.pdf

Bibiana WL. 1994. Analisis Mikroba Di laboratorium. 1st Ed. Jakarta (ID): PT. Raja

Grafindo Persada.

Brown A. 2001. Benson: Microbiological Applications Lab Manual. 8th Ed. New

York (US): The McGraw-Hill Companies.

Ciesla WP, Guerrant RL. 2003. Infectious diarrhea. Di dalam: Wilson WR, Drew

WL, Henry NK, editor. Current Diagnosis and Treatment in Infectious Disease.

New York: Lange Medical Books.

Guerrant RL, Gilder TV, Steiner TS. Practice guidliness for the management of

infectious diarrhea. Clin Inf Dis. 32: 331-351.

Jang SS, Biberstein AL, Hirsh DC. 1976. A Manual of Veterinary Clinical

Bacteriology and Mycology. California (US): University California Pr.

Lung E. 2003. Acute diarrheal disease. Di dalam: Friedman SL, McQuaid KR,

Grendell JH, editor. Current Diagnosis and Treatment in gastroenterology. 2nd

ed. New York: Lange Medical Books.

Procop GW, Cockerill F. 2003. Enteritis caused by Eschericia coli, Shigella and

Salmonella sp. Di dalam: Wilson WR, Drew WL, Henry NK, editor. Current

Diagnosis and Treatment in Infectious Disease. New York: Lange Medical

Books.

Raihana N. 2011. Profil kultur dan uji sensitivitas bakteri aerob dari infeksi luka

operasi laparotomi RSUP Dr. M. Djamil Padang. [tesis]. Padang (ID):

Universitas Andalas Pr.

Setiawati Ayu. 2010. Isolasi dan identifikasi Staphylococcus sp koagulase positif dari

luka pada kulit anjing di Surabaya. [skripsi]. Surabaya (ID): Universitas

Airlangga Pr.

Shaw DH, Ihle SL. 1997. Small Animal Internal Medicine. 1st ed. Victoria: Blackwell

Publishing.

Toelle NN, Lenda V. 2014. Identifikasi dan karakteristik Staphylococcus sp dan

Streptococcus sp dari infeksi ovarium pada ayam petelur komersial. J Ilmu

Ternak. 1(7): 32-37.