LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGIANTAGONISME ANTAR BAKTERI
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah MikrobiologiYang dibina
oleh Agung Witjoro, S.Pd, M.Kes
Oleh:Kelompok 1 / Offering B / 2011Happy Kamala R
(110341421543)Hosnul Khotimah (110341421555)Isma Nisaatul
U(110341421533)Nadidah Safitri (110341421516)Rinda Annisaa
(110341421542)
The Learning University
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAMJURUSAN BIOLOGINovember 2013
A. Topik Antagonisme Antar Bakteri
B. Hari, tanggal Praktikum Jumat, 15 November 2013
C. Tujuan Untuk mempelajari sifat antagonisme antara kapang
dengan bakteri.
D. Dasar TeoriSeperti halnya makhluk hidup lain, mikroba
(mikroorganisme) juga melakukan interaksi baik dengan individu
sejenis maupun individu yang berlainan. Presscott (: 605)
menyebutkan interaksi microbial tidak hanya terjadi antar mikroba
saja, melainkan juga dengan tumbuhan dan hewan. Interaksi ini bisa
bersifat positif maupun negatif, seperti dijelaskan dalam gambar
berikut:
Selain itu, secara garis besar interaksi microbial (interaksi
antar mikroba) terbagi menjadi interaksi simbiotik dan
non-simbiotik. Dikatakan simbiotik apabila spesies yang satu dengan
yang lain saling berkaitan dan membutuhkan. Dalam asosiasi ini,
hubungan antar mikroba terbagi menjadi hubungan mutualisme,
komensalisme, dan parasitisme. Sementara asosiasi non-simbiotik
terjadi pada 2 spesies yang tidak saling terkait untuk mendukung
kehidupannya. Dalam hubungan ini terdapat hubungan sinergisme dan
antagonism (Talaro, 2001: 215).
Antagonisme merupakan suatu bentuk asosiasi antara spesies yang
tidak saling berkaitan (secara alamiah) dan akan terbentuk
(asosiasi ini) ketika terjadi persaingan komunitas. Jacquelyn (400)
menyebutkan, asosiasi ini ditunjukkan dengan adanya interaksi
antara 2 spesies yang saling merusak satu sama lain. Dalam hal ini,
suatu mikroba mensekresikan substansi kimia tertentu ke lingkungan
sekitar yang dapat menghambat atau menghancurkan mikroba lain di
habitat yang sama. Mikroba yang mensekresikan substansi tersebut
biasanya mendapat keuntungan karena dapat memperluas wilayah dan
menyerap nutrisi yang ada pada daerah tersebut (Talaro, 2001: 217).
Biasanya, interaksi ini terjadi di lingkungan tanah, dimana pada
lingkungan tersebut banyak terdapat nutrisi dan koloni-koloni
microbial. Namun begitu, interaksi antagonisme juga terdapat di
dalam tubuh manusia, semisal pada sistem respiratori, di usus
besar, maupun di sistem reproduksi (Cowan, 2012: 624).E. Alat dan
Bahan Alat : Bahan : 1. Jarum Inokulasi berkolong 1. Medium lempeng
Skim Milk Agar2. LAF (Laminar Air Flow) 2. Medium tegak Nutrien
Agar Steril 3. Kompor gas3. Biakan murni Penicillium chrysogenum4.
Inkubatordan Staphylococcus aureus5. Beaker Glass6. Spirtus7. Cawan
Petri Steril
F. Cara Kerja
G. Data Data yang kami peroleh adalah sebagai berikut : Ulangan
ke-Diameter zona jernih (mm)Diameter koloni P. Chrysogenum
(mm)Diameter zona hambat (mm)
115181777781110
2151516777889
H. Analisa Data Perhitungan diameter zona hambat bakteri S.
aureus diperoleh dari diameter zona jernih dikurangi diameter
koloni P. Chrysogenumyang dilakukan sebanyak 2 kali ulangan. Pada
masing-masing ulangan diameter zona hambat yang ditunjukkan
berbentuk tidak berbentuk lingkaran sepenuhnya, yaitu memiliki
diameter yang berbeda. Oleh karenanya perlu diukur jarak antara
sisi terluar dari zona jernih terhadap pusat koloni P.
Chrysogenumdi tempat yang berbeda. Hal ini dilakukan sebanyak 3
kali pengukuran.
Keterangan :A : ulangan 1B : ulangan 216 mm15 mm15 mm18 mm17
mm15 mmBAGambar 1. Hasil amatan praktiumDengan demikian, maka perlu
dicari rata-rata diameter zona hambat koloni P. Chrysogenum
terhadapS. aureustersebut. Rata-rata zona hambat pada :Ulangan 1 =
= 9,67 mmUlangan 2 = = 8,33 mmBerdasarkan hasil perhitungan
tersebut dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara ulangan 1
dan ulangan 2. Rata-rata zona hambat P. Chrysogenum terhadap
bakteri S. aureus pada ulangan 1 adalah 9,67 mm. Hasil tersebut
lebih besar dibandingkan rata-rata zona hambat P. Chrysogenum
terhadap bakteri S. aureus yang ditunjukkan pada ulangan kedua
yaitu 8,33 mm. Dengan adanya perbedaan ini, maka pengamat mengambil
kesimpulan sementara bahwa zona hambat P. Chrysogenum terhadap
bakteri S. aureus berkisar antara 8,33 9,67 mm.I. Pembahasan Dalam
suatu lingkungan yang kompleks yang berisi berbagai macam
organisme. Aktivitas metabolisme suatu organisme akan berpengaruh
terhadap lingkungannya. Mikroorganisme seperti halnya organisme
lain yang berada dalam lingkungan yang kompleks senantiasa
berhubungan baik dengan pengaruh faktor biotik dan faktor abiotik.
Sedikit sekali suatu mikroorganisme yang hidup di alam mampu hidup
secara individual. Hubungan mikroorganisme dapat terjadi baik
dengan sesama mikroorganisme, hewan ataupun dengan tumbuhan.
Hubungan ini membentuk suatu pola interaksi yang spesifik yang
dikenal dengan simbiosis (Kusnadi, 2003).Interaksi antar
mikroorganisme yang menempati suatu habitat yang sama akan
memberikan pengaruh positif atau saling menguntungkan dan pengaruh
negative atau saling merugikan dan juga netral, tidak ada pengaruh
yang berarti (Kusnadi, 2003). Beberapa macam hubungan antar spesies
bakteri di alam antara lain komensalisme, mutualisme serta
antagonisme atau amensalisme.Hubungan mikroorganisme dengan
organisme lain yang saling menekan pertumbuhannya disebut
antagonisme. Praktikum kali ini dilakukan untuk mempelajari sifat
antagonisme antara kapang dengan bakteri. Pada praktikum ini
digunakan koloni Penicillium chrysogenum yang menghasilkan cairan
berwarna kekuning-kuningan yang sebelumnya dikembangbiakan di dalam
medium SMA (Skim Milk Agar). Digunakan medium ini karena medium ini
kaya akan nutrisi sehingga pertumbuhan Penicillium chrysogenum akan
optimal. Kemudian digunakan bakteri Staphyllococcus aureus yang
sudah diinokulasikan kedalam cawan steril dari medium NA. Kemudian
memotong Penicillium chrysogenum berbentuk lingkaran dengan
diameter 7 mm. Potongan bakteri tersebut disertakan cairan
kekuning-kuningan yang merupakan senyawa antibiotic yang dihasilkan
oleh kapang Penicillium chrysogenum. Setelah itu meletakkan
potongan kapang diatas bakteri Staphyllococcus aureus. Setelah 1 x
24 jam diamati pertumbuhannya, ternyata terbentuk zona penghambat
berada disekitar kapang Penicillium chrysogenum. Zona penghambat
ini berwarna lebih jernih (putih) daripada daerah disekitarnya.
Berdasarkan praktikum zona penghambat ulangan 1 adalah 9,67 mm dan
pada ulangan 2 adalah 8,33 mm. Hal ini menunjukkan bahwa
P.chrysogenum menghambat pertumbuhan dari bakteri S.aureus sehingga
dapat dikatakan hubungan di antara kedua mikroorganisme tersebut
bersifat antagonis. Hasil ini senada dengan hasil penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Alexander fleming (1929) dengan
menggunakan S. aureus dan P. notatum. Daerah bening sekitar koloni
jamur menunjukkan bahwa jamur memproduksi suatu senyawa yang
mematikan bakteri atau tidak mengijinkannya tumbuh (Wheeler,
1988).Antagonisme menyatakan hubungan yang berlawanan, dapat
dikatakan sebagai hubungan yang asosial. Spesies yang satu
menghasilkan sesuatu yang meracuni spesies yang lain, sehingga
pertumbuhan spesies yang terakhir sangat terganggu. Zat yang
dihasiIkan oleh spesies yang pertama mungkin berupa suatu ekskret,
sisa makanan dan yang jelas bahwa zat itu "menentang" kehidupan
yang lain. Zat penentang tersebut dinamakan antibiotika
(Lasriantoni, 2010). Mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik
yang dapat menekan, menghambat dan memusnahkan mikroba lainnya.
Mikroba antagonis ini dapat berupa bakteri, jamur atau cendawan,
actinomycetes atau virus (Suryadi, 2009). Dalam praktikum ini
mikroba antagonis adalah dari jamur yaitu Penicillium chrysogenum.
Pertumbuhan Staphylococcus aureus yang terhambat terbatas pada
daerah tertentu saja yaitu pada daerah yang terjangkau oleh sekret
yang terbatas pada daerah di sekitar cetakan P. chrysogenum saja.
Hasil praktikum ini telah menunjukkan terjadinya antagonisme antara
Staphylococcus aureus dan Penicillium chrysogenum. Odum (1957)
dalam Dwidjoseputro (2009) menggunakan istilah amensalisme untuk
hubungan antagonisme tersebut. Spesies yang terhambat
pertumbuhannya disebut amensal, sedang spesies yang menghambat
pertumbuhan disebut antagonis. Pada praktikum ini, Staphylococcus
aureus berperan sebagai amensal dan kapang Penicillium chrysogenum
berperan sebagai antagonis. Ada tiga mekanisme yang digunakan oleh
bakteri antagonis untuk mencegah bakteri merugikan. Pertama,
menimbulkan persaingan makanan sedemikian rupa sehingga bakteri
pembusuk sulit mendapatkan makanan; kedua, menurunkan pH lingkungan
sehingga aktivitas bakteri pembusuk terganggu dan menjadi tidak
dapat bertahan hidup; dan ketiga, menghasilkan produk metabolit
yang bersifat racun bagi bakteri bakteri merugikan (Lasriantoni,
2010). Berdasarkan mekanisme kerja anti bakterinya, antibiotika
dibedakan beberapa macam, yaitu:a. Penghambat sitesis dinding selb.
Penghambat sintesis proteinc. Kerusakan membran seld. Penghambatan
sintesis DNA atau RNAAntibiotik yang dihasilkan oleh Penicillium sp
menghasilkan antibiotik yang dinamakan penicillin. Antibiotik jenis
ini menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara yang pertama yaitu
mengahmbat sintesis dinding sel (Tobing, 2010).Penicillium
chrysogenum yang menghasilkan cairan berwarna kekuning-kuningan
yaitu Penisilin. Penisilin adalah antibiotik yang dihasilkan oleh
beberapa jenis jamur yaitu Penicillium notatum dan Penicillin
chrysogenum, sangat mujarab untuk mengobati beberapa penyakit
menular yang disebabkan oleh bakteri (Anonim, 2012). Penisilin
dalah sebuah kelompok antibiotika -laktam yang digunakan dalam
penyembuhan penyakit infeksi karena bakteri, biasanya berjenis Gram
positif. Semua penisilin memiliki dasar rangka Penisilin yang
memiliki rumus molekul R-C9H11N2O4S, dimana R adalah rangka samping
yang beragam. Penisilin dalam lingkup sempit dikembangkan untuk
meningkatkan keefektifitas melawan beta-laktamase yang dibuat oleh
Staphylococcus aureus,dan dikenal dengan penisilin
anti-staphylococcal (Anonim, 2012).
Gambar Struktur PenisilinAsam 6-Aminopenisilanat, Inti dari
setiap turunan Penisilin(Sumber : Anonim, 2012)Antibiotika -laktam
bekerja dengan menghambat pembentukan peptidoglikan di dinding sel.
Beta-laktam akan terikat pada enzim transpeptidase yang berhubungan
dengan molekul peptidoglikan bakteri, dan hal ini akan melemahkan
dinding sel bakteri ketika membelah. Dengan kata lain, antibiotika
ini dapat menyebabkan perpecahan sel (sitolisis) ketika bakteri
mencoba untuk membelah diri. Pada bakteri Gram positif yang
kehilangan dinding selnya akan menjadi protoplas, sedangkam Gram
negatif menjadi sferoplas. Protoplas dan sferoplas kemudian akan
pecah atau lisis (Anonim, 2012).
J. Kesimpulan Ada hubungan antagonisme antara koloni kapang
Penicillium chrysogenum dan bakteri Staphylococcus aureus yang
ditunjukkan adanya zona hambat bakteri. Zona hambat bakteri
disebabkan oleh adanya antibiotik penisilin yang dihasilkan oleh
Penicillium chrysogenum yang dapat menghambat sintesis dinding sel
bakteri Staphylococcus aureus.
K. Diskusi 1. Adakah daerah jernih pada medium yang tidak
ditumbuhi bakteri? Bila ada, mengapa hal ini terjadi?Jawab: Ada.
Daerah jernih dapat terbentuk karena P. chrysogenum mensekresikan
substansi kimia penicillium yang menyebabkan Staphilococcus aureus
tidak bisa tumbuh di daerah (medium) tersebut. Bakteri ini tidak
bisa tumbuh pada daerah yang mengandung penicillium karena
substansi ini menghambat sintesis dinding bakteri melalui
penghambatan enzim transpeptidase. Gagalnya pembentukan dinding sel
bakteri menyebabkan bakteri lebih mudah mengalami lisis dan tidak
bisa tumbuh dengan baik. Karena Staphilococcus aureus tidak bisa
tumbuh pada daerah tersebut, maka medium tampak berwarna jernih. 1.
Mengapa digunakan medium Skim Milk Agar untuk membiakkan P.
chrysogenum?Jawab: Karena dalam medium SMA terdapat protein yang
dibutuhkan P. chrysogenum untuk membentuk penicillium.
Lampiran
DAFTAR RUJUKAN
Anonim. 2012. Penisilin. (Online).
(http://kateglo.bahtera.org/?mod=dictionary&action=view&phrase=penisilin,
diakses pada 17 November 2013 pukul 08.00)Cowan, Marjerie Kelly.
2012. Microbiology, a system approach 3rd edition. USA: McGraw-Hill
companies.Dwidjoseputro, D. 2009. Dasar-dasar Mikrobiologi.
Jakarta: Penerbit Djambatan.Eafrianto. 2009. Bakteri Antagonis.
(Online).
(http://eafrianto.wordpress.com/2009/11/29/bakteri-antagonis/,
diakses pada 17 November 2013 pukul 08.00)Jacquelyn, Black. 2012.
Microbiology 8thed, Principles and Exploration. USA: John Wiley
& sons, Inc.Kusnadi, dkk. 2003. Mikrobiologi. Bandung:
JICALasriantoni, Redho. 2010. Hubungan Antar Spesies. (Online).
(http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2081945-hubungan-antar-spesies/,
diakses pada 17 November 2013 pukul 08.00)Prescott, Lansing M.
2002.Microbiology 5th edition. USA: McGraw-Hill companies.Suryadi ,
Yadi dan M. Machmud M. 2009. Seleksi dan Karakterisasi Mikroba
Antagonis.
Online.(http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr262044.pdfhttp:/
/www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/.pdf , diakses pada 17 November
2013 pukul 08.00)Talaro, Kathleen Park & Arthur Talaro. 2001.
Foundations in Microbiology 4th edition. USA: McGraw-Hill
companiesWheeler, MArgareth F. Volk, Wesley A. 1988. Dasar-dasar
Mikrobiolgi. Erlangga: Jakarta.