PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan tersebut dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami ( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan – bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia Bunga rosella merupakan tanaman yang sekarang terkenal hampir di seluruh penjuru dunia. Tanaman ini juga mulai populer di Indonesia. bunga rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga mempunyai efek antibakteri. Adapun kandungan kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid, flavonoid, triterpen, steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang diduga mempunyai efek sebagai antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan flavonoid mampu menghambat dan membunuh kuman - kuman, mikroorganisme yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia (Duke, 1998) .
28
Embed
Laporan Praktikum Mikrobiologi daya hambat anti bakteri
ekstrak rosella memiliki anti mikroba yang baik sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri E.coli dan bakteri Staphylococcus aureus
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang memiliki ribuan jenis tumbuhan yang
harus dilestarikan dan dimanfaatkan dengan baik. Sebagian besar tumbuhan
tersebut dapat digunakan sebagai obat tradisional. Hal ini menandakan adanya
kesadaran masyarakat untuk kembali ke alam dalam rangka mencapai kesehatan
yang optimal dan untuk mengatasi berbagai penyakit secara alami
( Wiayakusuma, 1997). Obat tradisional yang berasal dari tumbuhan dan bahan –
bahan alami murni, memiliki efek samping, tingkat bahaya dan resiko yang jauh
lebih rendah dibandingkan dengan obat kimia
Bunga rosella merupakan tanaman yang sekarang terkenal hampir di
seluruh penjuru dunia. Tanaman ini juga mulai populer di Indonesia. bunga
rosella mengandung senyawa metabolit sekunder yang diduga mempunyai efek
antibakteri. Adapun kandungan kimia dari tumbuhan rosella adalah alkaloid,
flavonoid, triterpen, steroid, dan fenolik. Kandungan kimia bunga rosella yang
diduga mempunyai efek sebagai antibakteri adalah flavonoid. Dimana kandungan
flavonoid mampu menghambat dan membunuh kuman - kuman, mikroorganisme
yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia (Duke, 1998).
Bakteri merupakan suatu mikroorganisme yang tidak terlepas dari bagian
kehidupan yang dapat memberikan manfaat contohnya Escherichia coli yang
berperan dalam sintesis vitamin K dalam usus. Sebagian besar bakteri dapat
menimbulkan bermacam-macam penyakit/infeksi dengan cara menginvasi dan
berkembang biak dalam jaringan tubuh atau rongga mulut. Bakteri menimbulkan
infeksi terutama Staphylococcus aureus yang dapat menyebabkan abses, gingivitis
dan Denture stomatitis.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas dan daya hambat
antibakteri pada bunga Rosella (Hisbiscus Sabdariffa L.) terhadap Escherichia
coli, Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.)
Tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kelopak bunga
rosella (Hibiscus sabdariffa L.). Uraian tanaman rosela meliputi klasifikasi
tanaman, deskripsi tanaman, khasiat dan kegunaan tanaman, dan kandungan kimia
tanaman. Bunga rosella tumbuh dari biji dengan ketinggian mancapai satu meter
danmengeluarkan bunga hampir sepanjang tahun. Bunga rosella berwarna cerah,
kelopak bunga (kaliks) berwarna merah gelap dan lebih tebal jika dibandingkan
dengan bunga raya (sepatu). Bagian bunga rosella yang diproses menjadi makanan
adalah kaliks yang mempunyai rasa asam. (Mardiah. 2010)
Klasifikasi tanaman bunga rosella adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Class : Angiospermae
Subclass : Dicotyledoneae
Ordo : Malvaceales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa Linn
Gambar 1 : Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa Linn)
Seperti bunga lain rosella dimanfaatkan sebagai tanaman hias karena
bentuk dan warnanya menarik. Tanaman yang memiliki nama latin Hibiscus
Sabdariffa L, berkhasiat diuretik (melancarkan air seni), antiseptik, menurunkan
panas, meluruhkan dahak, antiradang, antihipertensi, antibakteri dan
memperlancar buang air besar (menstimulasi gerak peristaltik usus). Daun dan biji
bunga rosella berperan sebagai diuretik, antisariawan dan pereda nyeri. Kelopak
bunga rosella mengandung vitamin C, vitamin A dan asam amino yang diperlukan
oleh tubuh. Kelopak bunga rosella dapat mengatasi panas dalam, sariawan,
kolesterol tinggi, gangguan jantung, sembelit, mengurangi resiko osteoporosis dan
mencegah kanker darah. Senyawa asam amino yang terdapat pada bunga rosella
yaitu arginin dan legnin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh. Selain
itu pada kelopak bunga rosella juga mengandung protein dan kalsium. Sebagai
obat tradisional bunga rosella berkhasiat sebagai antiseptik, aprodisiak, diuretik,
pelarut dan lain-lain. (Duke, 1998)
Senyawa Aktif dalam Bunga Rosella
Kandungan penting yang terdapat pada kelopak bunga rosella adalah
pigmen antosianin yang membentuk flavonoid yang berperan sebagai antioksidan.
Pigmen antosianin ini yang membentuk warna merah yang menarik di kelopak
bunga rosella. Zat gizi lain yang penting terkandung dalam rosella adalah kalsium,
niasin, riboflavin, dan besi yang cukup tinggi. Selain itu, kelopak rosella juga
mengandung protein, sodium, vitamin C, dan vitamin A. Kandungan vitamin A
dan vsitamin C rosella cukup tinggi dibandingkan buah-buahan seperti jeruk, apel,
pepaya, dan jambu biji (Mardiah et al., 2009).
Kandungan kimia tanaman ini adalah alohidroksi asam sitrat lakton, asam
malat dan asam tartrat. Antosian yang menyebabkan warna merah pada tanaman
ini mengandung delfinidin-3-siloglukosida, delfinidin-3-glukosida, sianidin-3-
siloglukosida, sedangkan flavonoidnya mengandung gosipetin dan mucilage
(rhamnogalakturonan, arabinogalaktan, arabinan)
Antosianin terbagi atas tiga kelompok yaitu antosianin, aglikon, dan
glukosida. Antosianin yang merupakan inti aglikon dari antosianin yang
menyebabkan terbentuknya warna merah, biru, dan kuning pada sayuran dan
buah-buahan. Antosianin dengan struktur orto hidroksifenil pada cincin beta dapat
menginduksi apoptosis (kematian sel). Elphinidin merupakan antosianidin dengan
dua gugus orto-dihidroksifenol yang dapat menginduksi produksi hidrogen
peroksida pada sel leukimia manusia.
Bunga rosella mengandung sekitar 14 macam antioksidan terutama dari
golongan flavonoid. Chung et al., (1998) mengemukakan bahwa flavonoid
merupakan protektor yang bekerja melindungi tanaman dari pertumbuhan
mikroorganisme tertentu, seperti proanthocyanidins pada strawberi dapat bekerja
menghambat pertumbuhan Botrytis ceneriaa. Lebih lanjut Bors et a.,l (1990)
mengemukakan bahwa flavonoid bekerja dengan bereaksi terhadap hidroxyl (-
OH), azil (-N3) dan peroxyl (ROO-).
Hibiscus sabdariffa L juga mngandung senyawa fenol yang dapat
didefinisikan secara kimiawi oleh adanya satu cincin aromatik yang membawa
satu (fenol) atau lebih (polifenol) substitusi hydroksil, termasuk derifat
fungsionalnya. Polifenol adalah kelompok zat kimia yang ditemukan pada
tumbuhan.
Cara kerja fenol dalam membunuh mikrooraganisme yaitu dengan cara
mendenaturasi protein sel. Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui
proses adsorpsi yang melibatkan ikatan hitrogen. Pada kadar rendah terbentuk
komplek protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mangalami peruraian,
diikuti penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi
protein. Pada kadar tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel
membrane mengalami lisis (Hamdani,2013).
Pemanfaatan Ekstrak Bunga Rosella dalam Pengolahan Pangan
Bunga rosella memiliki banyak manfaat dalam kesehatan. Berdasarkan
hasil penelitian, khasiat rosella antara lain untuk menurunkan asam urat,
Hinton agar (M1HA). Mikroba uji yang digunakan antara lain Eschericia coli dan
Staphylococcus aureus.
Metode Praktikum
Langkah pertama dalam pengujian aktivitas antibakteri yaitu dengan
membuat pengenceran, kultur bakteri Escherichia coli atau Staphylococcus aureus
diambil menggunakan ose kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yan
berisi NaCl 0,85% 9 mL sampai mencapai 108 dengan menggunakan MC Ferland
0,5 sebagai indikator kekeruhan. Selanjutnya, diencerkan menjadi 107 kemudian
dihomogenkan dan selanjutnya dibuat hingga konsentrasi 106. Uji Aktivitas
antibakteri ekstrak bunga rosella dengan metode disc diffusion yaitu pertama
Disiapkan cawan petri steril, kemudian homogenkan kembali sampel bakteri
konsentrasi 106, selanjutnya dimasukkan sampel bakteri kedalam cawan petri
steril @ 1 ml. Dimasukkan 20 mL m1HA encer kedalam cawan petri yang telah
berisi sampel tutup cawan petri dilapisi dengan menggunakan kertas saring lalu
tunggu beberapa menit hingga media menjadi padat. Selanjutnya dibuat sumuran
masing-masing tiga pada satu cawan, 2 sumuran untuk duplo bahan, dan satu
sumuran untuk kontrol. Memasukkan 50µl ekstrak rosella kedalam sumuran
simplo dan duplo.Kemudian dimasukkan ke dalam kulkas selama 2-3 jam lalu
dimasukkan ke dalam inkubator selama 1x24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan
pengukuran diameter zona hambat atau zona bening yang terbentuk sebagai hasil
dari aktivitas antibakteri rosella, kemudian didokumentasikan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Antimikroba Pada Staphylococcus aureus
Uji Aktivitas anti bakteri menggunakan Ekstrak bunga rosella mengunakan
metode disc diffussi terhadap bakteri Staphylococcus aureus di Inkubasi Selama 1
X 24 Jam. Dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Data Diameter zona Hambat Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak BungaRosella
Daya Hambat / Zona Bening (mm)
Simplo 26
Duplo 27,32
Berdasarkan dari Tabel 2. Menunjukkan pemberian ekstrak bunga rosella
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Diameter zona
hambat pada simplo sebesar 26mm dan duplo 27,32mm. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kasogi et al bahwa semakin besarnya nilai hambatan antimikroba
kemungkinan disebabkan oleh kandungan senyawa antimikroba seperti flavonoid,
tanin dan saponin. Zuhrontun et al (2009) menyatakan bahwa berdasarkan data
kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak bunga rosella diduga
adalah flavonoid, steroid dan saponin berperan dalam aktivitas antibakteri
terhadap beberapa spesies Staphylococcus aureus.
Gambar 1. menunjukkan bahwa ekstrak bunga rosella mampu
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, pada inkubasi 1 x 24 jam,
terbukti dari adanya zona bening disekitarsumur ekstrak rosella. Menurut Kasogi
et al, Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif yang
mempunyai dinding sel sederhana dan menyebabkan bakteri sensitif terhadap
antibaktei yang mempunyai target penghambatan dinding sel. Suatu bahan uji
dapat membunuh suatu mikroorganisme apabila bahan uji tersebut dapat masuk ke
dalam sel dengan melalui dinding sel dan kelompok bakteri dari gram positif
seperti Staphylococcus aureus memiliki struktur dinding sel yang sedikit.
pH juga mempunyai mempengaruhi pertumbuhan bakteri S. aureus,
dimana pH dari ekstrak rosella tergolong pH asam, dengan pH 2,236. Sehingga
bakteri S.aureus dapat dihambat pertumbuhannya oleh ekstrak rosella. Kisaran pH
pertumbuhan S.aureus antara 4.0 hingga 9.8, dengan pH optimum 6.0-0.7. (Adam
dan Mos,1995).
Uji Antimikroba Pada Eschericia coli
Uji Aktivitas Ekstrak bunga rosella (mengunakan metode disc difussi) terhadap
bakteri Escherichia coli yang di Inkubasi Selama 1 X 24 jam. Dapat dilihat pada
Tabel. 3
Tabel 3. Data Diameter Hambat Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Bunga RosellaDaya Hambat / Zona Bening (mm)
Simplo 26, 45
Duplo 25,70
Berdasarkan Tabel 3. diketahui bahwa ekstrak bunga rosella (Hibiscus
Sabdariffa Linn) diketahui mampu menghambat pertumbuhan bakteri gram
negatif yaitu Escherichia coli yaitu 26,45mm untuk simplo dan 25.70mm untuk
duplo. Hal ini sesuai dengan penelitian Rostinawati (2009) yang menggunakan
ekstrak rosella 0,8 g/ml terhadap Escherichia coli zona hambat yang dihasilkan
26,2mm.
Gambar 2. menunjukkan efektifitas daya hambatan yang terjadi pada
bakteri gram negatif. mampu menghambat 26,45 mm, pada inkubasi 1 x 24
jam. Pada literatur yang ada dikatakan menghambat bakteri apabila zona bening
pada cawan petri lebih dari separuh. Sehingga dapat dianalisa bahwa aktivitas
ekstrak bunga rosella mampu menghambat bakteri gram negatif, karena terdapat
zona bening disekitar sumuran ekstrak rosella. Adanya zona bening diakibatkan
kandungan fenol, flavonoid dan tanin pada ekstrak bunga rosella. Cara kerja fenol
dalam membunuh mikrooraganisme yaitu dengan cara mendenaturasi protein sel.
Turunan fenol berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses adsorpsi yang
melibatkan ikatan hitrogen. Pada kadar rendah terbentuk komplek protein fenol
dengan ikatan yang lemah dan segera mangalami peruraian, diikuti penetrasi fenol
ke dalam sel dan menyebabkan presipitasi serta denaturasi protein. Pada kadar
tinggi fenol menyebabkan koagulasi protein dan sel membrane mengalami lisis
(Hamdani. 2013).
pH dari ekstrak rosella juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Escherichia coli. Hal ini di karenakan pH dari ekstrak rosella adalah 2,236,
sedangkan pH minimum untuk pertumbuhan bakteri E. coli adalah 4. Oleh karena
itu, bakteri E. coli tidak dapat tumbuh pada zona yang telah diberi ekstrak rosella.
Hal ini sesuai dengan pendapat Schlegel, Hans G. (1994) yang menyatakan bahwa
faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba adalah keasaman (pH). E.
Coli tidak dapat tumbuh pada pH=2, namun dapat tumbuh pada pH=5, terlebih
pada pH=7, E. Coli dapat tumbuh dengan baik. E. Coli tidak bisa hidup dalam
suasana yang terlalu asam. E. Coli dapat hidup dalam suasana netral atau hampir
netral yang tidak asam dan tidak juga basa. E. Coli digolongkan sebagai mikroba
mesofil (neutrofil), yaitu kelompok mikroba yang dapat hidup pada pH 5,5-8,0.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum uji aktivitas antibakteri dapat disimpulkan
seba
DAFAR PUSTAKA
Adams M.R., dan Moss. M. O. (1995). The Royal of Society of Chemistry. Cambridge : University of Survey Guidford. Hal 264.
Anonim.2010.Staphylococcus aureus.(Online).(http://digilib.unimus.ac.id/ files/disk1/105/jtptunimus-gdl.indartigo3-5224-2-bab2.pdf, diakses 15 Oktober 2014)
Bors, W., Heller, W., Michel, C., and Saran, M. 1990. Flavonoids as Antioxidants: Determination of Radical-scavenging Efficiencies. Methods Enzymol. 186:343–355.
Chung, K.-T., Wong, T.Y., Wei, C.-I., Huang, Y.-W., and Lin, Y. 1998. Tanninsand humanhealth: A review. Crit. Rev. Food Sci. Nutr. 38(6):421–464.
Duke, James A.1998. Handbook Of Energy Crops : Hibiscus Sabdariffa Linn,Malvacea, Roselle. Center For New Crops And Plants Products, PurducUniversity
Emingko.2011.Manfaat dan Bahaya Bakteri. (Online). (http://www.emingko. Com/2011/06/manfaat-dan-bahaya-bakteri-e-coli.html, diakses 17 Oktober 2014)
Hamdani. 2013. Daya Hambat Air Rebusan Bunga Rosella (Hibiscus Sabdariffa L.) Terhadap Koloni Bakteri Pada Sikat Gigi. Skripsi. Makassar(Id): Universitas Hasanuddin Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Hans G.1994. Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta
Irfa.2011.Karakteristik Bakteri Pseudomonas.(Online).(http://irfa.blogspot. com/2011 /12/karakteristik-bakteri-pseduomonas.html, diakses 13 Oktober 2014)
Kasogi I, Sarwiyono, Surjowardojo P. Ekstrak Metanol Daun Kersen (Muntingia calabura L) Sebagai Antimikroba Alami Terhadap Bakteri Pada Sapi Perah Di Daerah Ngantang Malang. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Mardiah. 2010. Ekstraksi kelopak bunga dan batang rosella (Hibiscus sabdariffa
Linn) sebagai Pewarna Merah Alami. Seminar Fakultas Agribisnis dan Teknologi Pangan Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi Universitas Djuanda, Bogor.
Pelczar,M.J dan Chan,E.C.S.1988.Dasar-dasar Mikrobiologi Jilid 2.Jakarta: Universitas Indonesia.997 halaman
Puji.2012.Bakteri Staphylococcusaureus.(Online).(http:// pujipeje. blogspot. com/2012/ 05/bakteri-staphylococcus.html, diakses 15 Oktober 2014
Rostinawati Tina, 2009.Aktivitas antibakteri ekstrak etanol bunga rosella (hibiscus sabdariffa l.) Terhadap escherichia coli, salmonella typhi dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar. fakultas farmasi. Universitas padjadjaran.
Rudi, S. 2010. Pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosella (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (Rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Wijayakusuma. 1997. Roselle (Hibiscus sabdariffa) calyx Diet and histopatological Changes in Liver Albino Rats. J Food Tec 5(2): 110-113.
Zuhrotun A, Hendriani R, Kusuma SAF. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Air Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus Sabdriffa L)Asal Kabupaten Bandung Barat Sebagai Antiinfeksi Terhadap Beberapa Genus Bakteri Staphylococcus. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Univertsitas Padjadjaran.
Lampiran
Gambar 2. Aktivitas antibakteri pada bakteri Staphylococcus aureus
Gambar 3. Aktivitas antibakteri pada bakteri Eschericia coli