Top Banner
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 Disusun oleh : Kelompok 1 A 1. KHAIRUL ANWAR 1307035148 2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131 3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135 4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158 LABORATORIUM KIMIA FISIK DAN ANORGANIK FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS MULAWARMAN SAMARINDA 2014
132

LAPORAN ANORGANIK I

Feb 25, 2023

Download

Documents

Aridah Darmah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: LAPORAN ANORGANIK I

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1

Disusun oleh :

Kelompok 1 A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

LABORATORIUM KIMIA FISIK DAN ANORGANIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA

2014

Page 2: LAPORAN ANORGANIK I

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya

”Laporan Praktikum Anorganik 1” ini dapat kami susun dan sajikan sesuai dengan

waktu yang telah ditetapkan.

Adapun maksud dan tujuan kami dengan membuat ”Laporan Praktikum Anorganik

1” ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum kami. Selain dari pada itu semoga

pembuatan laporan ini juga dapat membantu rekan - rekan mahasiswa lain untuk dapat

digunakan sebagai literatur tambahan.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami selama praktikum hingga tersusun laporan ini, khususnya para asisten

yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum dan pembuatan

laporan.

Akhirnya jika dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan saran

yang membangun dari pembaca sekalian sangat kami harapkan. Harapan kami semoga

laporan ini bermanfaat bagi kita semua.

Samarinda, 28 November 2014

Penyusun

Kelompok 1A

Page 3: LAPORAN ANORGANIK I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1

“KOROSI BESI”

Disusun oleh :

Kelompok 1A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

Samarinda, 28 November 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si

NIP. 19711203 200012 1 001

Asisten Praktikum,

M. Arief R.F.D

NIM. 1107035038

Page 4: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai berbagai macam-macam

logam yang ada disekitar kita, misalnya besi baja dan alumunium yang tidak terawat

dengan baik dan menyebabkan logam tersebut rusak dan berkarat. Besi merupakan

logam yang digunakan banyak orang karena haranya tidak terlalu mahal dan mudah

didapat serta daya tahannya kuat.

Dalam kimia, korosi adalah kerusakan degrasi logam akibat reaksi-reaksi

redoks antara suatu logam berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan

senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi

disebut pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah pengkaratan besi.

Reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron

antara pereaksi yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah.

Korosi mendatangkan kerugian yang tahan, tidak indah dan tidaklah aman

untuk dipakai dalam bangunan-bangunan maupun pengkaratan yang memakai besi

dan sebagainya. Terjadinya karat pada besi disebabkan karena terjadinya reaksi

kimia oleh pengaruh lingkungan misalnya karena oksigen atau gas lain dari

atmosfer air larutan garam asam dan basa. Proses terjadinya karat disebut korosi.

Oleh karena itu dilakukan percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui reaksi

oksidasi maupun reduksi yang terjadi pada besi, baja, alumunium, perak dan

lainnya. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya

korosi. Proses elektrokimia yang terjadi dalam proses pengkaratan (korosi) yang

terjadi dalam kali ini yang dilakukan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-

hari dan macam-macam cara untuk mengatasi korosi besi baik secara sederhana

maupun dengan cara proses yang menggunakan peralatan canggih.

1.2 Tujuan percobaan

- Mengetahui besarnya efek korosi pada paku dengan kontrol dalam 48 jam

1

Page 5: LAPORAN ANORGANIK I

- Mengetahui reaksi yang terjadi pada kontrol dan indikator pp

- Mengamati korosi yang terjadi terhadap reagen

1.3 Prinsip percobaan

Sifat asam kuat dari HCl mempercepat terjadinya korosi pada besi sedangkan

pada senyawa basa kuat NaOH proses reaksi korosi berlangsung lambat karena

NaOH melindungi besi dan lama kelamaan menyebabkan korosi. Senyawa

K3Fe(CN)6 mengoksidasi paku, indikator pp mendeteksi kandungan OH- pada paku,

pada setiap penambahan reagen paku bengkok lebih banyak mengalami korosi

karena lapisan permukaan paku telah rusak. Dan pada proses ini terjadi reaksi

redoks dimana besi yang mengalami oksidasi dan oksigen (udara) yang mengalami

reduksi. Sedangkan oksigen tereduksi menjadi 4OH- dan adapun faktor-faktor yang

dapat mempercepat terjadinya korosi pada percobaan kali ini adalah dengan

penambahan NaOH, HCl, K3Fe(CN)6 dan indikator pp. pada kecepatan korosi pada

paku akibat terjadinya oksidasi logam besi sehingga dihasilkan Fe dan Fe2+ karena

penambahan NaOH, K3Fe(CN)6, indikator pp, HCl yang mempengaruhi korosi

Page 6: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Korosi adalah kerusakan atau degredasi logam akibat reaksi-reaksi redoks

antara suatu logam berbagai zat dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-

senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut

pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah pengkaratan besi. Reaksi

reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara

pereaksi yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah

oksidasi diterapkan untuk proses. Proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat.

Maka reduksi dianggap sebagai proses, dimana oksigen diambil dari dalam suatu

zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan

hidrogen harus disebut dengan oksidasi (Svehla, 1985).

Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan

pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan

lainnya sebagai anoda dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran elektron menuju

besi itu sendiri. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi sedangkan

oksigen (udara) mengalami reduksi karat logam umumnya dalah berupa oksdia dan

karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3, xH2O, suatu zat pada yang

berwarna coklat, merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada proses besi,

bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode dimana besi mengalami oksidasi

Fe(S) ↔ Fe2+ + 2e

Elektron yang dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi itu yang

bertindak sebagai katode, dimana oksigen tereduksi

O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(e)

O2(g) + 2H2O(e) + 4e↔ 4OH-(aq)

Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion

besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksidasi terhidrasi yaitu karat besi.

Mengenai bagai mana, dari besi itu bertindak sebagai anode dan bagian mana yang

sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor atau

Page 7: LAPORAN ANORGANIK I

perbedaan rapatan logam itu. Besi murni adalah logam yang berwarna putih perak

yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial

yang murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan

sulfida dari besi. Serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini menaikkan peran penting

dalam kelarutan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam

merah muda, yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur pada suhu 1038oC.

Karena potensial elektron standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan

asam sulfat encer, meskipun adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).

Terdapat beberapa teknik untuk mencegah korosi. Pelapisan permukaan

dengan suatu lapisan tak tertembuskan, seperti cat, dapat mencegah masuknya

udara lembab. Sayangnya, perlindungan ini akan gagal dan menimbulkan

malapetaka jika cat menjadi berpori. Jika demikian maka oksigen dapat masuk ke

dalam logam yang tersingkap, dan korosi terus berlanjut dibawah lapisan cat bentuk

lain pelapisan permukaan dilakukan dengan galvanisasi yaitu pelapisan benda besi

dengan seng. Karena potensial elektroda seng adalah 0,76 V yang lebih negatif dari

pasangan besi itu maka korosi seng dipermudah secara temodinamika. Sehingga

besi itu bertahan (seng itu bertahan karena dilindungi oleh lapisan oksida

terhidrasi). Sebagai perbandingan, pelapisan timah menyebabkan korosi besi yang

sangat cepat, begitu permukaanya tergores dan besinya tesikap. Hal ini disebabkan

pasangan timah (Eo= -0,14 eV) mengoksidasi pasangan besi (Eo= -0,44 eV).

Beberapa oksida bersifat lambat secara kinetika dalam arti bahwa oksida itu

melekat pada permukaan logam dan membentuk lapisan tak tertembuskan pada

jarak pH yag cukup lebar. Pasifasi atau perlindugnan kinetika itu dapat dipandang

sebagai suatu cara untuk menurunkan arus pertukaran, dengan penutupan

permukaan. Jadi, alumunium lambat di udara, walaupun potensial reduksinya

sangat negatif (-1,66V).

Metode perlindungan lainnya adalah mengubah potensial objek dengan

memompa elektron yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan reduksi oksigen,

tanpa melibatkan oksidasi logam. Dalam perlindungan katode objek dihubungkan

dengan logam yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif seperti

magnesium (2,36 V). Magnesium bertindak sebagai anoda karbon yang memberika

Page 8: LAPORAN ANORGANIK I

elektrodanya pada besi dan dalam proses itu teroksidasi menjadi Mg2+. Pengganti

balok magnesium sekali-kali jauh lebih murah dari pada kapal, bangunan, atau pipa

saluran, sebagai pengorbanan. Dalam perlindungan katoda arus terpasang, sel luar

menyediakan elektron sehingga menghilangkan kebutuhan besi untuk mentrasnfer

elektronnya sendiri (Attkins, 1990).

Pembentukan oksida logam yang berasal dari reaksi antara logam dengan

oksigen adalah kejadian biasa. Kenyataanya dalam bentuk karatan (korosi)

pembentukkan oksida ini merupakan sumber kerugian ekonomi dalam dunia

modern ini. Besi akan beraksi dengan oksigen apabila ada uap air untuk membentuk

karat yaitu oksida yang kristalnya mengandung molekul air dalam jumlah beragam

(ditunjukan oleh koefisien x pada persamaan berikut):

2Fe(s) + 3

2O2(g) + xH2O(l) → Fe2O3.xH2O

(karat)

Karat adalah besi (III) oksida yang tehidrasi alumunium juga akan membentuk

oksida apabila bereaksi dengan oksigen di udara

2Al(s) + 3

2O2(g) → Al2O3(s)

Seperti telah dipelajari, alumunium akan lebih mudah dioksidasikan dari pada besi,

sehingga permukaan logam alumunium yang masih segar akan cepat bereaksi

dengan O2 dan akan membentuk lapisan oksida pada permukaan tersebut. Namun

berbeda dengan karat besi. Al2O3 akan mengikat secara kuat pada permukaannya

sehingga akan melindungi logam tersebut dari kerusakan selanjutnya. Kenyataanya

karena demikian mudahnya alumunium dipakai sebagai logam bangunan (struktur

mental) (Brady, 1986).

Oksidan dan hidroksida, penambahan OH- kepada larutan Fe2+ menghasilkan

hidroksida hijau pucat yang mudah teroksidasi oleh udara memberika ferri oksida

hidrat yang coklat merah Fe(OH)2 suatu hidroksida sejati dengan struktur Mg(OH)2

agak bersifat amfoter. Seperti Fe, zat ini larut dalam NaOH pekat, dari kelarutan ini

dapat diperoleh kristal-kristal biru Na4[Fe(OH)6]. Oksidasinya FeO bisa diperoleh

sebagai bentuk serbuk hitam bersifat pirofor dengan menyalakan Fe2+ oksalat

Page 9: LAPORAN ANORGANIK I

biasanya non stoikiometeri Fe0,95 O, berarti bahwa ada beberapa Fe3. Penambahan

OH- kepada larutan ferri memberikan massa gelatin coklat merah umumnya,

disebut ferri hidroksida tetapi diberikan sebagai oksida hidrat Fe2O3.nH2O. zat ini

mempunyai beberapa bentuk, salah satu FeO (O) terdapat dalam mineral

lepidoctocite, dan dapat dibuat dengan hidrolisis feri klorida pada suhu tinggi.

Pemanasan pada 200oC oksdia hidrat membentuk ∂-Fe2O3 coklat merah yang

terdapat sebagai mineral hematile ini mempunyai struktur korondum dengan

tatanan hcp dari O dan Fe3+ dalam interaksi oktahedral (Cotton, 2009).

Besi adalah logam yang kedua melimpahnya sesudah Al dan unsur eempat

yang paling melimpah dalam kulit bumi, teras bumi dianggap terutama terdiri atas

Fe dan NI. Bijih yang utama adalah hematite Fl2O3, magnetite Fe3O4 limonite Fe

O(OH) dan side FeO3. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat

teroksdiasi memberikan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup

melindungi karena zat ini hancur dan memberika permukaan logam ang baru,

terbuka. Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam

mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh Fe2+ dengan

adanya udra atu bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe3+

(Cotton, 2009).

Oksidasi logam besi secara perlahan oleh dioksigen udara dikenal sebagai

proses pengkaratan. Dengan menggunakan indikator dapat ditunjukkan adanya

kenaikan pH disekitar permukaan besi yang berkarat. Proses pengkaratan besi

merupakan pembentukan oksida terhidrat Fe3(OH)3 atau Fe(OH) secara

elektrokimia ini hanya hadir karena adanya oksigen air dan suatu elektrolit. Jika

salah satu dari ketiga zat tersebut tidak ada roses pengkaratan akan terhambat

(Sugiyarto, 2010).

Garam-garam besi (II) (atau fero) diturunkan dari besi (II oksida) FeO. Dalam

larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-

ion gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum.

Ion besi (II dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat

pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini

dalam suasana netral atau basa bahan oksigen dari atmosfer akan megnoksidasikan

Page 10: LAPORAN ANORGANIK I

ion besi (II). Maka larutan besi (III) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk

waktu yang agak lama (Svehla, 1985).

Garam-garam besi (II) (atau feri) diturunkan dari oksdia besi (III), Fe2O3.

Mereka lebih stabil dai pada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat kation-

kation Fe3+ ang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida warna

menjadi semakin kuat zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II)

(Svehla, 1985).

Karena ion heksasianoferat (II) adalah ion kompleks tidak memberi reaksi-

reaksi besi yang khas. Besi yang ada dalam larutan demikian, bisa di deteksi dengan

menguraikan ion kompleks itu dengan mendidihkan larutan dengan asam sulfat

pekat dalam kamar asam mempunyai ventilasi yang baik pada mana tebentuk gas

karbon monoksida:

[Fe(CN)6]4- + 6H2SO4 + 6H2O → Fe2+ + 6CO↑ + 6NH4

+ + 6SO2-4

(Svehla, 1985).

Page 11: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

- Pipet tetes

- Cawan petri

- Beaker glas

- Botol reagen

- Stopwatch

- Kamera

- Batang pengaduk

- Hot plate

- Keranjang

3.1.2 Bahan

- Paku

- Amplas

- Agar-agar

- Tissue

- Serbet

- Kertas label

- Larutan indikator pp

- Larutan NaCl

- Larutan NaOH

- Larutan K3Fe(CN)6

- Aquades

- Sabun cair

3.2 Prosedur percobaan

- Dimasukan agar-agar sebanyak 1 bungkus ke dalam gelas beaker

- Ditambah 400 mL aquades

8

Page 12: LAPORAN ANORGANIK I

- Dipanaskan hingga larut

3.2.1 Kontrol

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri sampai semua bagian paku

terendam

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

3.2.2 Kontrol + NaCl

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan NaCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

3.2.3 Kontrol + K3Fe(CN)6

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 sebanyak 2 pipet pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

3.2.4 Kontrol + Indikator pp

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan Indikator pp sebanyak 2 pipet pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

3.2.5 Kontrol + HCl

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan HCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

Page 13: LAPORAN ANORGANIK I

3.2.6 Kontrol + NaOH

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan NaOH sebanyak 2 pipet pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

3.2.7 Kontrol + NaCl + K3Fe(CN)6 + Indikator pp

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6, dan Indikator pp sebanyak 2 pipet

pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

3.2.8 Kontrol + NaOH + K3Fe(CN)6 + Indikator pp + HCl

- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri

- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri

- Ditambahkan larutan NaOH, K3Fe(CN)6, Indikator pp dan HCl sebanyak

2 pipet pada cawan petri

- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam

- Dicatat

Page 14: LAPORAN ANORGANIK I

3.3 Flow sheet

3.3.1 Kontrol

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitBelum terjadi korosi

30 menitbelum terjadikorosi

1 jam belum terjadi korosi

1.5 jam

tidak terjadi

korosi

48 jam

tidak terjadi korosi

dipanaskan

3.3.2 Kontrol+NaCl

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitTerdapatgelembung

30 menitTerdapat gelembung

1 jam Terdapatgelembung

1.5 jam

Terjadi sedi-

kit korosi

48 jam

terjadikorosi

dipanaskan

ditambahkan larutan NaCl

Page 15: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.3 Kontrol+K3Fe(CN)6

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitTimbul warnabiru pada pa-ku

30 menitTerdapat ge-lembung ter-jadi korosi

1 jam Terjadi korosi

1.5 jam

Terjadai ko-

rosi lebih ba-

nyak

48 jam

Terjadi koro-si pada paku

dipanaskan

ditambahkan larutan K3Fe(CN)6

3.3.4 Kontrol+Indikator pp

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitTidak ada ko-rosi

30 menitTerdapat war-na merah lem-bayung

1 jam

Terdapat war-na merah lem-bayung

1.5 jam

Terdapat war-na merah lem-bayung

48 jam

Terdapat banyak

warna merah lembayung

dipanaskan

ditambahkan larutan Indikator pp

Page 16: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.5 Kontrol+HCl

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitBelum ada ko-rosi

30 menitBelum ada ko-rosi

1 jam Hanya di te-mukan ge-lembung

1.5 jam

Belum ada

korosi

48 jamTerjadi ko-rosi dalam jumlah banyak

dipanaskan

ditambahkan larutan HCl

3.3.6 Kontrol+NaOH

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitBelum ada ko-rosi

30 menitTerdapat ge-lembung

1 jam

Terjadi sedikitkorosi

1.5 jam

Terjadi sedikitkorosi

48 jam

Paku tidak me-ngalami korosi

dipanaskan

ditambahkan larutan NaOH

Page 17: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.7 Kontrol+K3Fe(CN)6+NaCl+Indikator pp

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menit

Terdapat ge-lembung

30 menitTerdapat ge-lembung

1 jam

Terdapat ge-lembung

1.5 jam

Terjadi sedikitkorosi

48 jamTerjadi korosi

pada paku

dipanaskan

ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6

dan indikator pp

3.3.8 Kontrol+K3Fe(CN)6+NaCl+Indikator pp+HCl

Agar-agar Aquades Paku

dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades

dipanaskan hingga larut

dimasukan paku dalam cawan petri

dimasukan agar-agar dalam cawan petri

0 menitBewarna kun-ing pada per-mukaan agar-agar

30 menitWarna merahlembanyungpada permu-kaan paku

1 jam

Terjadi korosipada paku

1.5 jam

Terjadi korosipada besi

48 jamTerjadi korosi

pada paku

dipanaskan

ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6

, indikator pp dan HCl

Page 18: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan

Sampel Waktu

0 menit 30 menit 1 jam 1.5 jam 48 jam

- Kontrol Tidak ada

perubahan

Agar-agar

mengeras

Belum ada

pengkorosia

n

Agar-agar

mengereas

sebelumnya

Hanya

terdapaat

sedikit krosi

- Kontrol

+ NaCl

Ada sedikit

gelembung

Agar-agar

mengeras

Belum ada

pengkorosia

n

Agar-agar

mengeras

sebelumnya

Hanya sedikit

saja korosi

- Kontrol

+ HCl

Ada sedikit

gelembung

Mulai

nampak ada

korosi

Korosi

mulai

terjadi

Agar-agar

mengeras

Pakuu

terkorosi

hingga keluar

dari agar-agar

- Kontrol

+ NaOH

Sedikit

gelembung

Agar-agar

mengeras

Belum

nampak ada

korosi

Belum

nampak ada

koroi

Hanya sedikit

saja korosi

- Kontrol

+

K3Fe(CN

)6

Warna

larutan

menguning

Mulai sedikit

terkorosi

Korosi

menyebar

Muncul biru

turnbull

Korosi terjadi

disertai biru

turnbull

- Kontrol

+

Indikator

pp

Ada

gelembung

sedikit

Mulai muncul

warna merah

lembayung

Agar-agar

mengeras

Belum

terjadi

korosi

Muncul

merah

lembayung

disekitar paku

15

Page 19: LAPORAN ANORGANIK I

4.2 Reaksi

4.2.1 Indikator pp + basa

OHOH

C

O

O

2OH-

O

C

O-

2H2O+

C

O

C +

O-

(Kopkhar, 1990).

4.2.2 Pengkaratan

- Kontrol

+

Indikator

pp +

K3Fe(C

N)6

Warna

larutan

menjadi

kuning

Mulai muncul

warna merah

lembayung

Muncul

warna biru

turnbull

Mulai

muncul

korosi

Warna

larutan

menjadi

kehijauan dan

paku

mengalami

korosi

- Kontrol

+ HCl +

NaCl +

Indikator

pp +

K3Fe(C

N)6

Warna

larutan

berwarna

kuning

Mulai muncul

warna biru

turnbull

Ada sedikit

warna

merah

lembayung

Warna

larutan

mulai

dominan

biru

Warna

menjadi biru

turnbull,

disertai

pengkorosian

pada paku

Page 20: LAPORAN ANORGANIK I

Oksidasi : Fe → Fe2+

Reduksi : O2 → 4OH-

Oksidasi : 2 Fe → 2 Fe2+

Reduksi : O2 + 2H2O → 4OH

2 Fe → 2 Fe2+ + 4e-

O2 + 2H2O + 4e- → 4OH

2 Fe + O2 + 2H2O → 2 Fe2+ + 4 OH-

(Hiskia, 1992).

4.3 Pembahasan

Korosi adalah kerusakan atau degredasi logam akibat reaksi redoks antara

suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-

senyawa yang tidak kita kehendaki. Kata lain dari korosi adalah perkaratan.

Beberapa faktor yang mempengaruhi korosi sebagai berikut:

1. Kontak langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi

redoks

2. Keberadaan zat pengotor

Zat pengotor dipermukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi

tambahan, sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi dengan demikian

proses korosi semakin cepat

3. Kontak dengan elektrolit

Keberadaan elektrolit seperti garam dalam larutan dapat mempercepat laju

korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan sedangkan konsentrasi dan

elektrolit yang besar dapat melakukan laju reaksi elektron

4. Temperatur

Semakin tinggi temperatur, semakin cepat terjadi korosi. Hal ini disebabkan

dengan meningkatnya temperatur, maka meningkat pula energi kinetik partikel,

sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin

besar

Page 21: LAPORAN ANORGANIK I

5. pH

peristiwa korosi pada kondisi asam pH <7, semakin besar karena adanya reaksi

reduksi tambahan yang berlangsung pada katode, yaitu:

2H+(aq)

+ 2e- → H2

6. Permukaan logam

Permukaan yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki

kecendrungan untuk menjadi anoda yang terkorosi

Ada pula beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi:

- Pembalutan dengan plastik

- Pelapisan dengan timah

- Pelapisan dengan kromim

- Pelapisan dengan zink

- Pengecatan

- Pelumuran dengan oli dan gemuk

Pada percobaan pertama paku dihamplas terlebih dahulu agar lapisan catnya

terbuka. Lalu diberi larutan agar-agar sebagai jembatan garam yang berfungsi untuk

melindungi paku dari udara dan kelembaban. Pada 0 menit belum ada perubahan.

Pada 30 menit agar-agar sudah mengeras, pada 1 jam 1.5 jam perubahan belum juga

nampak. Pada 48 jam barulah muncul korosi, dan itu hanya terjadi disekitar kepala

paku. Hal ini disebabkan lapisan paku yang sebelumnya telah di hamlas, sehingga

agar-agar ang awalnya cair tadi mengenai kebagian dari besi tersebut.

Pada percobaan selanjutnya yaitu kontrol + NaCl. Perlakuan masih sama

sebelumnya. Pada pengamatan 0 menit mulai nampak gelembung udara disekitar

paku, hal ini dikarenakan NaCl mulai membuka lapisan terluar. Pada 30 menit agar-

agar mengeras. Pada 1 dan 1.5 jam belum ada perubahan yang berarti. Namun, pada

48 jam agar-agar menjadi sangat keras dan nampak korosi disekitar leher paku dan

daerah badan paku yang di bengkokan. Hal ini dikarenakan penambahan NaCl yang

bersifat asam.

Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + HCl. Perlakuan masih sama

seperti sebelumnya. Pada 0 menit saja sudah banyak busa disekitar paku, hal ini

dikarenakan HCl yang langsung membuka lapisan paku. Pada 30 menit agar-agar

Page 22: LAPORAN ANORGANIK I

mengeras dan nampak korosi telah terjadi disekitar badan paku yang telah

dibengkokan. Pada waktu 1 dan 1.5 jam korosi terus menyebar. Dan pada 48 jam

korosi terjadi seutuhnya di badan paku. Hal ini dikarenakan adanya penambahan

asam kuat.

Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + NaOH. Perlakuanpun masih

sama, pada 0 menit warna larutan agar-agar menjadi lebih putih, ini dikarenakan

adanya penambahan NaOH. Pada 30 menit agar-agar mulai mengeras disertai

adanya gelembung udara disekitar paku, hal ini dikarenakan NaOH yang membuka

lapisan awal dari paku tersebut. Selanjutnya pada 1 dan 1.5 jam belum ada

perubahan lebih lanjut lagi. Dan pada 48 jam mulai terjadi korosi disekitar leher

dan badan paku yang dibengkokan. Hal ini dikarenakan NaOH yang bersifat basa

kuat mampu untuk mengkorosikan besi walaupun tak secepat asam kuat.

Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + indikator pp. Perlakuan masih

sama seperti sebelumnya, pada 0 menit mulai ada gelembung. Pada 30 menit mulai

muncul warna merah lembayung disekitar bdan paku. Hal ini dikarenakan adanya

indikator pp yang akan berubah warna bila terdapat OH-. Pada 1 dan 1.5 jam belum

ada perubahan berarti. Dan pada 48 jam warna merah lembayung menyebar rata

pada permukaan paku, dan terdapat korosi disekitar badan paku yang dibengkokan.

Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + K3Fe(CN)6. Pada 0 menit

gelembung udara muncul diatas permukaan dan warna larutan disekitar paku. Ini

disebabkan adanya penambahan K3Fe(CN)6. Pada 30 menit mulai nampak terjadi

korosi, dan pada 1 jam keluar warna biru turnbull disekitar paku yang terkorosi,

warna ini muncul karena K3Fe(CN)6 berfungsi untuk mendeteksi ion Fe2+ yang

merupakan hasil dari korosi. Dan pada 1.5 jam warna biru turnbull mulai menyebar.

Dan pada 48 jam korosi terjadi dan biru turnbull muncul disekitar paku, sehingga

warnanya menjadi kehijauan dikarenakan campuran warna biru dan kuning.

Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + NaCl + indikator pp +

K3Fe(CN)6. Pada 0 menit hanya terdapat sedikit gelembung. Pada 30 menit terdapat

Fe2+, hal ini dikarenakan K3Fe(CN)6 akan menghasilkan warna biru turnbull bila

terdapat ion tersebut. Pada 1 dan 1.5 jam muncul warna merah lembayung, hal ini

dikarenakan adanya OH- yang terdeteksi oleh indikator pp dan pada 48 jam warna

Page 23: LAPORAN ANORGANIK I

agar-agar mulai menjadi hijau dikarenakan adanya campuran warna kuning dan

biru, serta terjadi korosi pada hampir seluruh permukaan paku

Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + HCl + NaCl + Ind. Pp +

K3Fe(CN)6. Pada 0 menit saja warna merah lembayung muncul karena

terdeteksinya OH- yang disebabkan NaCl yang membuka lapisan awal paku. Pada

30 menit warna biru turn bull mulai muncul karena adanya ion Fe2+. Dan pada 1

jam agar-agar mulai mengeras. Pada 1.5 jam warna biru turnbull mulai muncul

dominan hal ini dikarenakan adanya HCl. Dan pada 48 jam warna agar-agar

menjadi hijau tosca. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakannya sangat tinggi,

sehingga Fe2+ yang terdeteksi K3Fe(CN)6 banyak pula.

Faktor kesalah dalam percobaan ini adalah pnghamplasan yang terlalu dalam,

sehingga korosi terjadi pada waktu yang lebih cepat

Elektrokimia didefinisikan sebagai studi mengenai perubahan energi kimia

menjadi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kimia oleh arus listrik

secara tidak spontan. Perbedaan elektrokimia dan elektrolisis yaitu sebagai berikut:

Pada elektrokimia:

- Perubahan energi kimia menghasilkan energi listrik

- Merupakan reaksi spontan

- Katoda bermuatan positif

- Anoda bermuatan negatif

Pada elektrolisis:

- Perubahan dari energi listrik menjadi energi kimia

- Merupakan reaksi tidak spontan

- Katoda bermuatan negatif

- Anoda bermuatan positif

Redoks (singkatan dari reduksi dan oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan

berubanhya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi

kimia. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat

dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:

- Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul atom atau ion

- Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom atu ion

Page 24: LAPORAN ANORGANIK I

Deret volta adalah deretan unsur logam (ditambah hidrogen) yang disusun

beraturan berdasarkan potensial reduksi standarnya (Fo)

Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-

Pt-Au

Dari deret volta tersebut semakin ke kiri, logam semakin reaktif dan merupakan

reduktor yang semakin kuat

Indikator pp adalah suatu indikator yang bersifat asam dan akan memberikan

warna merah lembayung bila beraksi dengan basa

Fungsi bahan dalam percobaan kali ini adalah:

- HCl sebagai senyawa penyebabnya korosi

- K3Fe(CN)6 senyawa pendeteksi adanya Fe2+

- Indikator pp larutan pendeteksi adanya OH-

- Paku sampel yang diujikan sebagai pembuktian korosi besi

- NaOH sebagai senyawa pembuat korosi

Fungsi alat dalam percobaan ini adalah:

- Hot plate: alat pemanas

- Cawan petri: tempat diletakannya paku

- Pipet tetes: untuk mengambil larutan

- Botol reagen: wadah diletakannya reagen

Page 25: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Pada percobaan kontrol dengan indikator pp terjadi warna merah lembayung

disekitar paku yang menandakan adanya OH-

- Pada HCl korosi terjadi lebih cepat karena keasaman mempengaruhi

kecepatan reaksi sedangkan pada NaOH korosi berlangsung lambat

- Setelah 48 ja paku dalam kontrol terjadi sedikit korosi karena paku beraksi

dengan air dan udara sedangkan kontrol melindungi paku dari pengaruh luar

dan tidak menggangu reaksi di dalam paku

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan larutan HNO3 yang

dicampurkan dengan kontrol agar hasil yang didapat bisa dibandingkan dengan

kontrol yang ditambahkan dengan HCl

Page 26: LAPORAN ANORGANIK I

DAFTAR PUSTAKA

Attkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.

Brady, James. 1985. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Pura

Askara.

Cotton, Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.

Sugiyarto. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Svhela. 1985. Analisa Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: Kalman Media

Pustaka.

Page 27: LAPORAN ANORGANIK I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1

“STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DAN GARAM”

Disusun oleh :

Kelompok 1A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

Samarinda, 28 November 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si

NIP.3143u134u0914890138409

Asisten Praktikum,

Wahdana Kusuma Sari

NIM. 1207035026

Page 28: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering memanfaatkan sifat kimia dalam hal

mencampurkan materi. Dengan melakukan pencampuran materi tersebut, akan

diperoleh suatu materi yang baru serta berbeda dari materi sebelumnya entah materi

baru itu bermanfaat baik atau tidak. Namun, kita selalu berusaha untuk

menghasilkan suatu energy materi baru yang memiliki manfaat bagi kehidupan

manusia.

Sebagai tahap pertama mengembangkan keterampilan kita dalam stoikiometri,

akan dibahas penulisan-penulisan untuk beberapa tipe zat-zat. Kemudian

pengembangan persamaan untuk beberapa tipe reaksi yang umum.

Stoikiometri, merupakan bidang dalam ilmu kimia yang berkaitan dengan

analisa kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai

pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri berasal dari Bahasa yunani, yaitu

stoicheon yang berarti unsur dan metrain yang berarti mengukur stoikiometri juga

merupakan perbandingan atom unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya

perbandingan atom H dan O dalam molekul H2O. stoikiometri erat kaitanya dengan

perhitungan kimia untuk menyelesaikan perhitungan kimia digunakan asas-asas

stoikiometri seperti persamaan kimia dan konsep mol.

Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk mengetahui proses standarisasi

larutan KMnO4 didalam suasana asam. Selain itu juga dapat mengetahui volume

larutan setelah standarisasi, mengerti apa itu larutan standar primer dan sekunder,

maupun membedakan antara titik akhir titrasi dengan ekivalen, perbedaan antara

autokatalisator. Dilakukan percobaan ini untuk mengetahui konsentrasi KMnO4

dengan cara titrasi, mengetahui pula volume KMnO4 yang digunakan, mengetahui

suhu optimum pemanasan antara H2SO4 dan KMnO4, maupun membedakan titik

akhir dan titik equvalen dari titrasi KMnO4 secara mampu mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari. Mengetahui mol MnO4- yang digunakan, mol C2O4

Page 29: LAPORAN ANORGANIK I

yang digunakan, mengetahui mol Fe3+ dan Cu yang digunakan. untuk mengetahui

hasil reaksi dari H2C2O4 logam Cu dan Fe sehingga terjadi reaksi antara 10 gram

dan garam yaitu antara Cu dengan FeCl3 dimana logam Cu mengaalami oksidasi

dan FeCl mengalami reduksi.

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui volume KMnO4 yang diperoleh dari titrasi pada percobaan

standarisasi KMnO4

Mengetahui volume KMnO4 yang diperoleh dari titrasi pada percobaan

stoikiometri Cu dan Fe

Mengetahui konsentrasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Standarisasi KMnO4

Prinsip dari standarisasi KMnO4 adalah penentuan konsentrasi KMnO4

dengan H2C2O4 sebagai larutan standar primer yang sudah diketahui konsentrasinya

dan KMnO4 oksidator dan sebagai larutan standar sekunder. Selain bereaksi,

KMnO4 juga berperan sebagai indikator dengan perubahan warna merah

lembayung. H2C2O4 juga berguna untuk mempercepat jalannya reaksi serta

membuat suasana asam dan mol C2O42- dapat diketahui dari hasil pembagian antara

koefisien MnO42- dibagi koefisien C2O4

2- dan dikali mol C2O42- dan molaritas

MnO42- dapat diketahui dengan nKMnO4 dibagi V KMnO4 dimana KMnO4

mengalami reduksi.

1.3.2 Stoikiometri logam Cu dan Fe

Prinsip percobaan ini ialah dengan mereaksikan antara FeCl3 dan logam Cu,

dimana H2SO4 berperan sebagai katalis. Dan secra analisa kuantitatif, selain itu

perbandingan jumlah mol dimana ion F3+ bereaksi dengan logam Cu, yang

berdasarkan reaksi redoks, serta antara mol Cu dan Fe3+. Dimana FeCl3 mengalami

reduksi dan logam Cu mengalami oksidasi.

Page 30: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan hubungan berat antara unsur dan

senyawa dengan dalam reaksi-reaksi kimia disebut stoikioemetri. Karena larutan-

larutan dalam air dominan umum dipakai [ada banyaknya bidang antara kualitatif,

kita akan kupas disini cara-cara yang digunakan untuk menyatakan jumlah solute

dalam larutan dan perhitungan stoikiometri yang mengenai larutan (underwood,

1993).

Analisa titrimetri merupakan suatu dari bagian utama dari kimia analitik dan

bahwa. Perhitungannya yang terangkan berdasarkan hubungan stoikiometri

sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Dasar-dasar umum analisa cara titrimetric

berdasarkan reaksi kima seperti

aA + tI → hasil

dengan keterangan a molekul analitik A bereaksi dengan t molekul T pereaksi T

disebut titran ditambahkan secara sedikit demi sedikit, biasanya disebut buret

dengan konsentrasi yang diketahui larutan yang disebut belakangan disebut larutan

standarisasi dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses yang disebut

standarisasi penambahan titran dilanjutkan hungga jumlah T yang kimia equivalen

dengan A telah ditambahkan maka di kara bahwa titik equivalen tirtran telah

tercapai agar mengetahui bila penambahan titan berhenti kimiawan dapat

menggunakan zat kimia, yang disebut indicator yang bertanggap terhadap adanya

titran berlebihan dengan perubahan bahan warna perubahan warna ini dapat atau

tidak dapat terjadi tepat pada titik equivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah

warna disebut titik akhir istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume

titran yang diperlukan untuk mencapai titik equivalen (Underwood, 1995).

Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan

persamaan, persamaan berimbang dirujuk sebagai Stoikiometri (dari Bahasa yunani

stoicheon, unsur dan metria, ilmu pengukuran). Suatu pereaksi ini zat apa saja yang

mula-mula terdapat dan kemudia diubah selam suatu reaksi kima suatu persamaan

kimia (atau persamaan kimia berimbang) menunjukan rumus pereaksi, kemudian

Page 31: LAPORAN ANORGANIK I

suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi dengan banyaknya atom tiap unsur

dikiri dan dikanan anak panah sama. Misalnya persamaan berimbang untuk reaksi

antara hidrogen dan oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai

2H2 + O2 → 2H2O

Rumus H2 menyatakan sebuah molekul hidrogen tersusun dari dua atom. Itu adalah

molekul diatom, sama seperti molekul oksigen O2 molekul air H2O merupakan

molekul air H2O merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua

hidrogen dan satu oksigen (keenan, 1986).

Kita telah menggunakan istilah penetralan dalam reaksi asam basa

membentuk garam dan air, dan kita telah memahami reaksi dasar yang terjadi

selama penetralan, yaitu:

H3O+ + OH-→2H2O

Prinsip stoikiometri untuk menentukan kelebihan pereaksi garam kuat, sehingga

kita dapat menghitung [H3O+] dalam larutan hasilnya keadaan yang sama

pentingnya ialah jika baik asam dan basa dikonsumsi dengan penetralan dan

kedunya tidak berlebih. Keadaan ini dinamakan titik setara (equivalence point) dari

penetralan untuk mencari titik setara ini dalam penetralan perlu tindakan yang

sangat berhati-hati pada waktu menambahkan basa keasam (atau asam kebasa).

Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan misalnya asam, dimasukkan

kedalam wadah tabung. Larutan lain yaitu basa dimasukkan kedalam buret lalu

dimasukkan kedalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai

titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satunya untuk mencari titik setara

adalah adalah melalui perubahan warna dinamakan titik akhir (end point) dari

indicator. Yang perlu diperhatikan adalh memadamkan titik akhir indikator dengan

titik setara dari penetralan ini daapat tercapai jika dapat menentukan indicator yang

perubahan warnanya menjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik

setara (Petrucci,1985).

Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam cara. Cara ini

dapat dibagi dua yaitu:

1. Massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut atau larutan

Page 32: LAPORAN ANORGANIK I

2. Massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan masing-masing cara

mempunyai keuntungan, namun demikian dengan cara pertama lebih baik,

karenaa konsentrasi pelarut disini tidak dipengaaruhi oleh temperatur

Cara 1

a) Suasana berat

Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah gram dari zat terlarut

tapi 1000 gram pelarut.

b) Persen berat

Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.

Larutan 25% asam cuka artinya 25gram asam cuka dalam 100 gram larutan

atau dalam 100 gram larutan atau dalam 75 gram air

c) Molaritas

Molaritas adalah jumlah mol terlarut dalam 1000 gram pelarut. Larutan 0,1

glukosa atrinya 0,1 mol glukosa tiap 1000 gram air

d) Fraksi mol (N)

Fraksi mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut adalah jumlah mol zat

terlarut dalam pelarut.

Nzat terlarut = nZat terlarut

n zatterlarut+n zat pelarut

N= jumlah mol

e) Persen mol

Persen mol adalh fraksi mol x 100

Peresen mol N x 100

N = fraksi mol

Cara II

a) Berat persen volume

Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan dalam garam perliter larutan

b) Molaritas

Molaritas adalh jumlah mol zat terlarut tiap liter larutan. Untuk larutan pekat

atau sebaliknya bila rapat larutan diketahui

c) Persen milligram

Page 33: LAPORAN ANORGANIK I

Konsentrasi larutan biologis biasanya dinyatakan asam persen milligram

yaitu jumlah zat yang digunakan tiap 100 mL larutan.

d) Normalitas

Normalitas adalah jumlah gram equivalen zat relarut perliter laruta. Larutan

0,1 N HaSo4 = H2SO4 artinya 0,1 gram H2SO4 dalam 1 liter larutan

(sukardjo, 1985).

Katalis menurunkan energi aktivasi reaksi dan meningkatkan laju reaksi

melalui peningkatan. Konstanta laju oleh karenaa itu, katalis sangat penting dalam

industri kimia, penanganan gas buang dan reaksi kimia lain. walaupu esensi katalis

secara kimia agak kabur, aspek praktis katalis batalis telah dikembang berbasiskan

akumulasi penegetahuan empiris. Pengetahuan kita tentang mekanisme katalis

homogeny berkembang seiring dengan perkembangan kimia anorganik demikian

juga pemahaman tentang katalis padat (saito, 1996).

Kalium permanganat, zat padat cokelat tua yang menghasilkan larutan ungu

biru dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganate.

Kalium permanganate merupakan zat pengoksid kuat, yang bekerja berlainan

menurut pH dari medium. Dalam larutan asam ion permanganate direduksi menurut

proses lima-elektron, bila bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 ke + 2

MnO4- + 8 H+ 5 elekton → Mn2+ dan 4H2O

Beberapa oksidasi yang penting yang menggunakan ion permanganate

adalah sebgai berikut:

MN42 + 5Fe2+ 8H+ →Mn2+ + 5Fe2++ 4H2O

2MN42 + 101+ + 16H+ →2Mn2+ + 5I2+ 8H2O

2MN42 + 5H26 6H+ →2Mn2+ + 5S↓+ 8H2O

Dalam larutan netral atau sedikit basa permanganate direduksi menjadi

mangan dioksidasi, bila dalam suatu proses tiga elektron keadaan oksidasi mangan

berubah dari +7 ke +4:

MnO4 + 4H+ 3e- → MnO2↓+ 2H2O

Bilangan oksidasi mangan dalam mangan adalah +6. Ion MnO42-

menunjukan suatu warna hijau khas. Bila permanganat dipanaskan dengan basa

terjadi reduksi semacam itu dan terbentuk oksigen (Svehla, 1990).

Page 34: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Gelas ukur

Buret

Klem

Tiang statif

Labu Erlenmeyer

Hot plate

Beakerglass

Pipet tetes

Batang pengaduk

Spatula

Thermometer

Corong kaca

Sikat tabung

Botol semprot

Neraca analitik

3.1.2 Bahan

Aluminium foil

Aquades

Tissue

Logam Cu

Larutan KMnO4

Larutan H2SO4 0,01 M

Larutan H2C2O4 0,01 M

Larutan FeCl3

Kertas label

Page 35: LAPORAN ANORGANIK I

3.2 Prosedur percobaan

3.2.1 Standarisasi KMnO4

Diukur H2SO4 2 M sebanyak 3 ml

Diukur H2C2O4 0,1 M 5 ml

Dicampurkan dalam erlenmayer

Dipanaskan hingga suhu 60 oC- 70 oC

Dititrasi dengan KMnO4 0,1 M

Dicatat volume titrasi

Dilakukan duplo

3.2.2 Stoikiometri Cu dengan Fe

Ditimbang logam Cu sebanyak 0,1 gram

Ditambahkan FeCl3 0,1 M 1,5 ml

Ditambahakan H2SO4 2 M 7,5 ml

Dipanaskan hingga terjadi perubahan warna

Didinginkan

Diencerkan sebanyak 50 ml aquades

Diambil 12,5 mL dari larutan yang telah diencerkan

Dititrasi dengan KMnO4

Dicatat

Page 36: LAPORAN ANORGANIK I

3.3 Flowsheet

3.3.1 Standarisasi KMnO4

Larutan H2SO4 3 mL Larutan H2C2O4 5 mL

Larutan bening

warnan larutan menjadi merah

lembayung dengna volume

9.10-3 mL

Didapat konsentrasi0,04M

Larutan tetapbening

dicampurkan kedalam erlenmeyer

dipanakan hingga suhu 60-70oC

dititrasi dengan KMnO4

dihitung konsentrasinya

Page 37: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.2 Stoikiometri logam Cu dan Fe

Logam Cu 0,1 gr Larutan FeCl 1.5 ml

Larutan berwarna kekunignan

Larutan bening

Larutan bewarna kuning

Larutan bewarna kekuningan

Larutan beruah menjadi ber-warna merah lembayungdengan volume titrasi 1,5 mL

Dimasukan dalam beaker glass

Ditambahkan H2SO4 7,5 mL

Dipanaskan

Didinginkan

Diencerkan dengan aquades 50 mL

Dititrasi dengan KMnO4

Page 38: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan

1. Standarisasi KMnO4

Diukur H2SO4 2 M sebanyak 3

mL

Diukur H2C2O4 0.1 M sebanyak

5 mL

Dicampurkan dalam

Erlenmeyer

Dititrasi dengan KMnO4 0.1 M

Dihitung konsentrasi KMnO4

2. Stoikiometri Cu dan Fe

Diambil 0.1 gr logam Cu

Ditambah FeCl3 0.1 M 1.5 mL

Ditambah H2C2O4 2 M 7.5 mL

Dipanaskan hingga berubah

warna

Didinginkan dan diencerkan 50

mL aquades

Diambil alikuot (12.5 mL)

Dititrasi

Dicatat volume

Warna larutan bening

Warna larutan bening

Warna campuran bening

Warna menjadi kecokelatan

dan terdapat endapan

V1KMnO4 = 0,5 mL

Warna larutan menjadi

merah lembayung

V2 KMnO4 = 1,3 mL

Didapat konsentrasi dari

KMnO4

Warna Cu seperti tembaga

Warna larutan kuning

Warna larutan bening

Larutan berwarna kuning

pudar

Warna larutan menjadi hijau

kekuningan

Warna larutan berubah

menjadi merah lembayung

V1 = 0,2 mL

V2 = 0,1 mL

Page 39: LAPORAN ANORGANIK I

4.2 Reaksi

4.2.1 KMnO4 + H2C2O4 (asam)

MnO4- → Mn2+

MnO4- → Mn2+ + 4 H2O

MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O

Reduksi setengah sel

C2O4 → 2 CO2

C2O4 → 2 CO2 + 2 e-

Reaksi redoks

Red : MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O x 2

Oks : C2O4 → 2 CO2 + 2 e- x 5

Red : 2 MnO4- + 16 H+ + 10 e- → 2 Mn2+ + 8 H2O

Oks : 5 C2O4 → 10 CO2 + 10 e-

Reaksi : 2 MnO4- + 16 H+ +5 C2O4 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2

4.2.2. Stoikiometri Cu dan Fe

Red : MnO4- → Mn2+

MnO4- → Mn2+ + 4 H2O

MnO4- + 8 H+ → Mn2+ + 4 H2O

MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O

Oks : Fe2+ → Fe3+

Fe2+ → Fe3+ + e-

Red : MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O x 1

Oks : Fe2+ → Fe3+ + e- x 5

MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O

5 Fe2+ → 5 Fe3+ + 5 e-

MnO4- + 8 H+ + 5 Fe2+ → Mn2+ + 4 H2O + 5 Fe3+

Page 40: LAPORAN ANORGANIK I

4.3 Perhitungan

4.3.1 Stoikiometri KMnO4

M C2SO4 = 0,01 M

V = 0,5 mL

M MnO4 = 0.1 M

V = 1,3 mL

2 MnO4- + 16 H+ +5 C2O4 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2

Mol C2O4 = M x V

= 0.01 x 9x10-3

= 9x10-5 mmol

Mol MnO4 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑛𝑂4

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶2𝑂4

= 2

5 × 9 × 10−4

= 3.6 × 10−5 mol

M MnO4 = 𝑚𝑜𝑙 𝑀𝑛𝑂4

𝑉 𝑀𝑛𝑂4−

= 3.6×10−6

9×10−5

= 0.04 M

4.3.2 Stoikiometri Cu dan Fe

Diket : M MnO4 = 0.4 M

V MnO4 = 19 mL

Mol MnO4 = M x V

= 0.04 x 9x10-3

= 3.6 x 10-4 mmol

Mol Fe2+ = Koefisien Fe3+

Koefisien MnO4× mol MnO4

= 5

1× 3.6 × 10−4

= 1.8 x 10−3mol

Page 41: LAPORAN ANORGANIK I

Mol Cu = gr logam Cu

Ar logam Cu

= 0.1

63.5

= 1.57 x 10-3 mol

R =n Fe3+

n Cu

= 1.8𝑥10−3

1.57𝑥10−3

= 1,146

4.4 Pembahasan

Stoikiometri merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan suatu

zat secara kuantitatif yang meliputi konsentrasi, molal, molar, dan lain sebagainya.

Dan juga stoikiometri mempelajari sebelum dan sesudah jalanya reaksi secara

kuantitatif.

Pada percobaan standarisasi KMnO4 diukur H2C2O4 sebanyak 5mL dan H2SO4

sebanyak 3mL. setelah kedua larutan yang berwarna bening tersebut dicampurkan,

warna larutan tetap bening lalu di panaskan hingga suhu dibawah 60°C maka

KMnO4 akan mengendap menjadi MnO4- sedangkan bila suhu diatas 70°C H2C2O4

akan menguap menjadi CO2 dan H2O. Lalu setelaah dititrasi dengan KMnO4

sebanyak 0,5 mL warna larutan berubah menjadi coklat dan terdapat endapan

MnO4- . Hal ini dikarenakan pada saat titrasi suhu campuran H2C2O4 dan H2SO4

menurun. Lalu pada saat duplo didapat volume KMnO4 sebanyak 1,3 mL dengan

warna warna larutan menjadi merah lembayung dan setelah dihitung diketahui

konsentrasi KMnO4 sebesar 0,04M

Pada percobaan stoikiometri logam Cu dan FeCl3, ditimbang Fe sebesar 0,1

gram menggunakan neraca ohaus dimana logam Cu memiliki warna seperti

tembaga. Disiapkan larutan FeCl3 yang berwarna kuning sebanyak 1,5 mL dan

H2SO4 sebanyak 7,5 mL yang berwarna bening. Lalu bahan tersebut dicampurkan

warnanya berubah menjadi kuning keemasan. Lalu larutan dipanaskan

menggunakan hot plate. Warna larutan berubah menjadi hijau terang. Setelah itu

diencerkan dengan aquadest sebanyak 50 mL dan warnanya menjadi bening.

Page 42: LAPORAN ANORGANIK I

Perubahan warna ini bisa terjadi karna solven lebih banyak dari solute. Setelah itu

disaring dengan kertas saring, hasil dari saringan yang menggunakan kertas saring

didapati filtrat yang bening dan residu berupa logam Cu. Setelah di tritrasi dengan

KMnO4 didapat warna merah lembayung. Kemudian dititrasi dengan KMnO4 maka

didapat V1 KMnO4 sebesar 0,2 mL dan V2 KMnO4 sebesar 0,1 mL. Ada dua volume

titrasi KMnO4 karena dilakukan secara duplo.

Adapun beberapa alat yang berguna sebagai berikut

Hot plate untung mengukur larutan

Neraaca analitik untuk menimbang Cu

Gelas ukur untuk mengukur larutan

Pipet tetes untuk mengambila suatu larutan dalam jumlah tetesan

Spatula untuk mengambil Cu

Tiang statif untuk tempat meletakkannya buret

Erlenmeyer untuk tempat diletakkan titrat

Ada pula bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah:

H2C2O4 sebagai larutan standar primer untuk membakukan KMnO4. Untuk

mencari kadarasam pada standarisasi KMnO4

H2SO4 sebagai autoindikator yang memberikan suasan asam

FeCl3 sebagai larutan garam yang akan dicampurkan dengan logam

Logam Cu sebagai logam yang ingin diketahui berapa besar reaksi stoikiometri

dengan larutan garam FeCl

Aquadest sebagai pengencer, untuk mencuci alat setelah digunakan

Autoindikator adalah senyawa yang dapat digunakan sebagai pereaksi ataupun

indicator. Contohnya KMnO4 K2Cr2O4 dan I2 . autoindikator juga merupakan

senyawa yang dapat merubah senyawanya yang menunjukan bahwa terdapat

senyawa lain.

Autokatalisator adalah senyawa yang dapat mempercepat laju reaksi namun

tidak ikut bereaksi, contohnya H2SO4, NOH, dan HNO3. Autokatalisator dapat

digunakan untuk menghitung kualitas dari produk dalam persamaan kimia

contohnya autokatalisator: KBrO3 dan Na2S2O3 . larutan standar primer merupaan

Page 43: LAPORAN ANORGANIK I

suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan cara penimbangan.

Contoh dari larutan standar primer adalah Na2CO3, K2CrO4 dan NaCl. Adapun

syrat-syarat agar suatu reagen dapat dikatakan sebagai larutan standar prmer, yaitu

Berat equivalen tinggi

Rumus molekul jelas

Tidak mengalami perubahan saat proses penimbang

Drajat kemurnian tinggi

Larutan stabil dalam penyimpanan

Aplikasi dari stoikiometri adalah:

Reaksi reduksi oksidasi

Reaksi pengendapan

Reaksi pembatas

Perhitungan reaksi kimia

Reaksi pembentukakan senyawa kovalen

Larutan standar skunder adalah suatu larutan yang konsentrasinya baru dapat

diketahui dengan cara pembakuan dengan larutan standar primer, contoh dari

larutan standar sekunder adalah KMnO4, Na2SO4, dan AgNO3. Adapula syarat-

syarat agar suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan standar sekunder, yaitu:

Berat equivalen lebih rendah dari larutan standar sekunder

Drajat kemurnian lebih rendah larutan standar primer relatif stabil dalam

penyimpanan

Larutan KmNO4 perlu distandarisasikan karenmenentukan konsentrasi dari

KMnO4 perlu dilakukan standarisasi dalam suasana asam atau basa yang berperran

sebagai reduktor dan KMnO4 sebagai oksidator. Karena KMnO4 merupakan larutan

standar sekunder, hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan larutan larutan standar

sekunder, hal ini dikarenakan KMnO4 memenuhi syarat sebagai larutan sekunder

maka distandarisasi dengan larutan standar primer yang telah diketahui kadarnya.

Titik akhir titrasi (TAT) merupakan keadaan dimana berakhirnya proses titrasi

ditandai dengan perubahan warna pada titrat dan merupakan 1-3 tetes kelebihan

Page 44: LAPORAN ANORGANIK I

titran. Titik equivalen atau TE merupan keadaan diman konsentrasi titrat dan titran

setimbang.

Page 45: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Volume yang didapat dari standarisasi KMnO4 adalah 0,9mL

Volume yang didapat dari standarisasi KMnO4 dalam stoikiometri FeCl3

dengan logam Cu sebesar 0,15 mL

Diketahui konsentrasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4 dalam

standarisasi KMnO4 sebesar 0,004 molar

5.2 Saran

Sebaiknya dapat digunakan senyawa reduktor lain seperti K2Cr2O4 adar

didapati hasilnya yang berbeda dan bervariasi lagi.

Page 46: LAPORAN ANORGANIK I

DAFTAR PUSTAKA

Keenan,Charle. W.1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga

Petrucci, Ralp.H.1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakaarta:

Erlangga

Sato, Taro.1996. Buku Teks Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Publisher.

Sukardjo.1985. Kimia Anorganik. Jakarta: Rineka Cipta

Svehla. G.1990. Vogel Buku Teks Analisa Kimia Anorganik kualitatif Makro dan

semi makro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka

Underwood.A.L.1993. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga

Page 47: LAPORAN ANORGANIK I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1

“PEMBUTAN TAWAS”

Disusun oleh :

Kelompok 1A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

Samarinda, 28 November 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si

NIP. 19711203 200012 1 001

Asisten Praktikum,

Maria Amelia K

NIM. 1207035029

Page 48: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dengan terus berkembangnya jaman manusia terus berkarya, khususnya dalam

industri air minum. Air minum kemasan dikemas sedemikian rupa agar menarik

pembeli. Namun dalam prosesnya ada beberapa tahapan yang dikerjakan. Jika kita

kembali ke zaman dahulu sebenarnya hal itu sudah dilakukan orang tua kita dengan

menambahkan tawas.

Tawas merupakan sekelompok garam berhidrat berupa kristal dan bersifat

isomorph. Isomorph adalah dimana 2 kristal memiliki bentuk yang sama. Dari

rumus molekul tawa KAl (SO4).12H2O, dapat dilihat senyawa pembentukan tawas

yaitu kalium, alumunium dan sulfat. Dimana dalam prosesnya di buat endapan putih

dari campuran antar KNO3, H2SO4 dan logam Al, alumunium sendiri merupakan

unsur, melimpah ketiga terbanyak di bumi.

Tawas atau alum adalah suatu senyawa alumunium sulfat dengan rumus kimia

Al2(SO4).18H2O, pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan material

yang mengandung Al2O3 dalam tanah kaolin sulfat akan menghasilkan larutan

alumunium sulfat. Tawas padat diperoleh dari proses rekristalisasi larutan jenuh

alumunium sulfat.

Oleh karena itu dilakukan percobaan ini agar dapat mengetahui cara pembuatan

tawas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, selain itu juga perlu diketahui

berapa banyak H2SO4 yang digunakan untuk menurunkan kadar kesamaan dari

tawas, serta mampu mengetahui banyaknya tawas yang terbentuk, dan mampu

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan percobaan

- Mengetahui banyak tawas yang terbentuk

- Mengetahui banyaknya H2SO4 yang dibutuhkan untuk menurunkan pH Kal

menjadi 1-2

- Mengetahui hasil reaksi antar KOH dan logam Al

Page 49: LAPORAN ANORGANIK I

1.3 Prinsip percobaan

Prinsip percobaan ini berdasarkan pada reaksi antara KOH dengan Al yang

kemudian akan di tambahkan dengan H2SO4 menjadi koloid berwarna putih,

dimana ukuran partikelnya 1-10 nm. Dimana akan terjadi koagulasi atau

penggumpalan pada reaksi antara H2SO4 dan Al(OH)3

Page 50: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai dalam

praktek analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai hasil penambahan suatu

reagensia tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion tertentu. Dalam hal

demikian, kita cukup terbentuk mempunyai warna dan tampilan umum yang tepat,

dan kadang-kadang menguji lagi dengan reagensia-reagensia lebih lanjut, dengan

mengamati efeknya terhadap endapan. Namun, pengendapan bisa juga dilakukan

untuk pemisahan. Untuk melakukan ini, suatu reagensia yang sesuai di tambahkan,

yang membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya satu atau beberapa ion

yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia dalam jumlah yang sesuai,

endapan disaring dan dicuci. Sebagian ion tetap terlarut, sedangkan yang lain-lainya

dapat ditemukan dalam endapan. Agar dicapai pemisahan yang kuantitatif sejauh

mungkin, endapan harus mudah disaring dan bebas dari pencemaran (kontaminasi)

(Svehla, 1990).

Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada

dua faktor penting, yaitu laju pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti

yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan init tinggi, banyak

sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satupun dai ini akan tumbuh menjadi

terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju

pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan (Svehla, 1990).

Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi

ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ni tinggi,

kristal yang besar-besar terbentuk. Laju pertumbuhan kristal juga tergantung pada

derajat lewat jenuh. Namun, sebaiknya kita menciptakan kondisi-kondisi pada

mana lewat jenuhnya sedang-sedang saja. Yang hanya memungkinkan

terbentuknya sejumlah inti yang relatif sedikit, yang pada gilirannya dapat timbul

menjadi kristal-kristal yang besar (Svehla, 1990).

Page 51: LAPORAN ANORGANIK I

Alumunium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan

terdapat dalam batuan seperti fosfat dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh

adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al2O.nH2O dan kryolit, Na3AlF. Galium dan

In terdapat hanya dalam runutan bantuan Al dan Zn. Thalium juga dapat dikatakan

sebagai unsur yang jarang diperoleh kembali dari debu asap yang berasal dari

pemanggangan pyrit dan batuan sulfida lainnya (Cotton, 1989).

Logam alumunium mempunyai banyak kegunaan dan beberapa garamnya

sulfat, dibuat dalam skala besar. Gallium digunakan untuk keadaan padat dan

ditentukan sebagai gas. Thallium terutama digunakan sebagai TI UII karboksilat

dalam sintesis organik. Unsur-unsurnya lebih bersifat logam dari pada bhor, dan

kimiawi senyawanya lebih ionik. Meskipun demikian banyak senyawa-senyawa

berat pada garis batas sifat ionik kovalen. Keempat unsur seluruhnya memberikan

senyawaan trivalensi, tetapi keadaan univalensi menjadi bertambah penting bagi

Ga, In, dan Ti. Bagi Ti dua keadaan tersebut hampir sama pentingnya dan sistem

redoks Ti-Ti(III) mendominasi kimiawi. Ion Ti+ dapat ditentukan dengan baik

dalam larutan (Cotton, 1989).

Alumunium dibuat dalam skala yang sangat besar dai bauksit Al2O2.nH2O (n

1-3). Ia dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH akua dan di endpakan yang

sebagai Al(OH)3 dengan menggunakan CO2. Hasil dehidrasinya dilarutkan dalam

lelehan kryolit, dan lelehnya pada 800 sampai 1000 dielektrolisis. Alumunium

adalah logam yang keras, kuat, dan berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif,

ia bagaimanapun juga tahan terhadap korosi, karena lapisan oksidan yang kuat dan

liat terbentuk pada permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali di

lapiskan secara elektrolit pada alumunium, yaitu proses yang disebut anodasiasi,

lapisan-lapisan yang sangat dapat diwarnai dengan pigmen. Alumunium larut

dalam asam encer, tetapi "dipasifkan" oleh HNO3 pekat. Bila pengaruh

perlindungan lapisan oksida dirusakan, misalnya dengan pengerasan atau dengan

amalgamasi, penyerapan cepat meskipun oleh air sekalipun dapat terjadi, logamnya

mudah bereaksi oleh larutan NaOH panas, halogen dan berbagai non logam

(Cotton, 1989).

Page 52: LAPORAN ANORGANIK I

Tawas atau alum adalah suatu senyawa alumunium sulfat dengan rumus kimia

Al2(SO4).18H2O. pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan alumunium

sulfat. Tawas padat diperoleh dari proses kristalisasi larutan jenuh alumunium sulfat

(Jalaludin, 2005).

Tawas merupakan kelompok garam rangkap berhidrat beruap kristal dan

bersifat isomorph. Tawas berperan sebagai koagulan di dalam pengolahan air

maupun limbah. Tawas juga digunakan dalam industri kertas dan karton, bahan

aditif pada makan serta penolak api pada tekstil (Jalaludin, 2005).

Alumunium merupakan unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi

(sesudah oksigen dan silicon) mencapai 8.2% dari massa total. Bijih yang penting

dalam alumunium adalah bauksit. Bauksit dimurnikan dalam proses barier yang

mengambil manfaat bawa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat tetapi besi

(III) oksida tidak (Oxtoby, 2003).

Alumunium adalah logam putih, liat dan dapat ditempa. Bubuknya berwarna

abu-abu ia melebur pada 669oC. bila terkena udara objek-objek alumunium

teroksidasi pada permukaannya. Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif.

Alumunium sulfat membentuk garam-garam rangkap dengan sulfat dari kation-

kation monovalen dengan bentuk kristal yang menarik yang disebut tawas (Svehla,

1990).

Alumunium merupakan logam golongan III sejumlah garam alumunium

seperti halnya logam golongan IIA, mengkristal dari larutannya sebagai hidrat,

sebagian dari hidrat ini amat larut dalam air dan satu dari sedikit logam yang larut

dalam larutan asam dan basa, ada kemungkinan untuk melarutkan Al2O3 dalam

H2SO4(P) menghasilkan Al2(SO4).18H2O. salah satu kegunaan menarik dari

Al(SO4)3 adalah sebagai pemadam api jenis busa, kegunaan lain adalah sebagai

pewarna penolak air, aditif pada makanan dan dalam pengolahan limbah ari dan

perusahaan air minum. Konsumsi air dan perusahaan air capai 1.106 ton. Kira-kira

setengahnya digunakan dalam industri kertas dan karton. Kegunaan lainnya adalah

sebagai pewarna penolak air dan pewarna kain pad tekstil, sebagai aditif pada

makanan dan pengolahan limbah air atau banyak digunakan dalam perindustrian air

murni karena sifatnya yang koagulan (Saito, 1996)

Page 53: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat

- Pipet tetes

- Beaker glass

- Spatula

- Batang pengaduk

- Neraca analitik

- Gelas ukur

- Desikator

- Hot plate

- Batang pengaduk

- Stopwatch

- Thermometer

- Gunting

- Botol timbang

3.1.2 Bahan

- Aquades

- Larutan H2SO4 50%

- Padatan KOH

- Padatan Al

- pH universal

- Alumunium foil

- Tissue

- Kertas label

3.2 Prosedur percobaan

3.2.1 Pembuatan KOH

- Ditimbang KOH 2,5 gr

Page 54: LAPORAN ANORGANIK I

- Ditambahkan aquades 37,5 gr

- Dihomogenkan

3.2.2 Pembuatan Tawas

- Disiapkan larutan KOH yang udah dilarutkan

- Ditimbang padatan Al sebanyak 0,75 gr dan dimasukan ke dalam gelas

kimia yang telah berisi larutan KOH

- Diaduk sampai Al larut sempurna sambil dipanaskan

- Diamati reaksi yang terjadi

- Diamkan selama 10-15 menit

- Ditambahkan H2SO4 50% tetes demi tetes ke dalam beaker glass yang

berisi filtrat

- Diukur pH larutan sekitar 1-2 dan penambahan H2SO4 dihentikan

- Dipanaskan campuran di atas hot plate sampai suhu 60-70oC selama 10

menit

- Didiamkan dan dimasukan ke dalam desikator selama 48 jam

- Disaring kristal dan ditimbang

3.3 Flow sheet

3.3.1 Pembuatan larutan KOH

KOH 2,5 gram

Larutan KOH 40 mL

Ditambahkan aquade 37.5 mL

Dihomogenkan

Page 55: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.2 Pembuatan tawas

Larutan KOH 40 mLPadatan Al 0,75 gr

Ada gelembung dan warnalarutan hitam keabu-abuan

Warna larutan hitam

Residu bewarna hitam

Filtrat bening

Warna larutan putihdan pH turun menjadi1

Larutan bewarna putih

Terbentuk endapan putih

Kristal tawas yang terbentuk sekitar 8,497 gr

dicampurkan

diaduk, sambil dipanaskan

didiamkan larutan 10-15 menit

disaring

dibuang

ditambahkan H2SO4 78 tetes

diaduk

dipanaskan hingga suhu 60-

80oC

dimasukan dalam desikator6 hari

disaring

ditimbang kristal yang terbentuk

Page 56: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data pengamatan

No Perlakuan Data pengamatan

1.

-

-

-

Pembuatan larutan KOH

Ditimbang KOH 2,5 gr

Ditambahkan aquades 37,5 mL

Dihomogenkan

- Padatan putih halus

- Larutan bening

- Larutan bening

2.

-

-

-

-

-

-

-

-

Pembuatan Tawas

Disiapkan larutan KOH yang

sudah dilarutkan

Ditimbang Al sebanyak 0,75 gr

dan dimasukan kedalam gelas

kimia yang telah berisi larutan

KOH sedikit demi sedikit

Diaduk Al sampai larut sempurna

sambil dipanaskan

Diamkan selama 10-15 menit

Disaring

Ditambahkan H2SO4 50% tetes

demi tetes ke dalam beaker glass

yang berisi filtrat

Diukur pH larutan sekitar 1-2 dan

penambahan H2SO4 dihentikan

Dipanaskan campuran di atas hot

plate sampai suhu 60-70oC

sampai dihentikan

- Larutan bening

- Al berwarna abu-abu, dan saat

dicampurkan terdapat gelembung

dan berwarna abu-abu

- Larutan berwarna abu-abu

- Warna larutan hitam

- Filtrat benign dan residu berwarna

hitam

- Terbentuk gumpalan putih, dan

setelah diaduk larutan menjadi

putih

- Dibutuhkan 78 tetes hingga pH turun

menjadi 1

- Larutan panas, dan lumayan cair

Page 57: LAPORAN ANORGANIK I

-

-

Dimasukan dalam desikator

selama 6 hari

Disaring kristal dan ditimbang

- Didapat berat kristal tawas sebesar

8,497 gr

4.2 Reaksi

4.2.1. 2 Al + 2KOH + 2H2O → 2KAlO2 + 3H2

4.2.2. 2KAlO2 + 2H2O + H2SO4 → 2K2SO4 + Al(OH)3

H2SO4 + K2SO4 + 2Al(OH)3 → 2KAl(SO4)2 + 6H2O

4.3. Perhitungan

Mol Al =gram

mr

=0,75

26,9

= 0,027 mol

Berat Teori = mol x mr tawas

= 0,027 x 186,02

= 5,022

Berat Hasil = (Berat Beaker+Endapan)-berar beaker

= (82,2978)-35,8573

= 46,4405 gram

% yeald =berat hasil

berat awal (Al)x100%

=46,4405

0,75x100%

=6,192%

4.4 Pembahasan

Tawas adalah sekelompokk garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat

isomorph. Tawas ini dikenal dengan nama KAI(SO4).12H2O yang banyak dikenal

sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum

sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam

Page 58: LAPORAN ANORGANIK I

bentuk koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang

dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satu biasanya Al(SO4). Alum

kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal

oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan alumunium sulfat keduanya

dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum

kalium memiliki titik leleh 900oC. kalium alumunium sulfat deodekahidrat (tawas

kalium) dengan rumus KAI(SO4).12H2O digunakan dalam pemurnian air,

pengolahan limbah, dan bahan pemadam api. Tawas kalium alumunium sulfat

dihasilkan dengan mereaksikan logam alumunium (Al) dalam larutan asa kuat

(Kalium hidroksida akan larut membentuk aluminat

2Al + 2KOH + 2H2O → 2KAIO2 + 3H2

Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk endapan

berwarna putih dari alumunium hidroksida Al(OH)3

2KAIO2 + 2H2O + H2SO4→ K2SO4 + Al(OH)3

Dengan penambahan asam sulfa endapan putih semakin banyak dan jika asam sulfat

berlebihan endapan akan larut membentuk kation K+, Al3+, dan SO42-

, jika

didiamkan akan terbentuk kristal tawas kalium alumunium sulfat. Secara singkat

reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut

H2SO4 + K2SO4 + 2Al(OH)3 → 2Kal(SO4)2 + 6H2O

Alum kalium sangat larut dalam air panas, sehingga ketika penambahan H2SO4

yang membentuk endapan dan kemudian dipanaskan. Pada proses pemanasan akan

terjadi penguapan sehingga saat didinginkan akan terbentuk kristal dari

Kal(SO4)2.12H2O. Maka reaksi keseluruhannya adalah

2Al + 2KOH + 10H2O + H2SO4 → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H

Aplikasi dari tawas sendiri dapat digunakan sebagai penjernih air, pewarna

bahan tekstil, deodoran, pemadam api dalam bentuk busa, penghilang lumut hingga

obat sariawan.

Pada percobaan pertama diukur aquades terlebih dahulu sebanyak 37,5 mL

dengan menggunakan gelas ukur. Setelah itu diambil padatan KOH dengan spatula

lalu ditimbang sebanyak 2,5 gr dengan alat neraca analitik, dimana padatan KOH

tersebut diletakan dalam botol timbang agar tidak mencair. Lalu kedua zat tersebut

Page 59: LAPORAN ANORGANIK I

di homogenkan, dan larutan tercampur rata. Selanjutanya ditimbang Al sebanyak

0,75 gr dengan neraca analitik. Setelah itu dimasukan perlahan-lahan logam Al

kedalam larutan KOH tersebut. Dimasukan Al perlahan-lahan agar mudah dalam

mencampurkannya, serta agar Al tercampur merata. Pengadukan dan pemanasan

bertujuan untuk mempercepat jalannya reaksi antara logam Al dan larutan KOH,

saat direaksikan warna larutan berubah menjadi hitam keruh yang merupakan

warna dari Al. selain itu reaksi ini juga tergolong reaksi eksoterm karena

melepaskan kalor, dimana pada dinding beaker glass terasa hangat dan adanya

gelembung itu karena adanya gas H2. Pengadukan yang membantu mempercepat

jalannya reaksi dihentikan bila gelembung-gelembung telah hilang yang

menunjukan reaksi antara KOH dan Al sudah selesai. Dan berhenti pula

pengadukan, sehingga membentuk larutan aluminat dan mengikat K+ dan O. Serta

saat pengadukan dilakukan pula pemanasan dengan menggunakan hot plate yang

bertujuannya sama dengan pengadukan. Lalu larutan didiamkan agar suhunya

kembali menjadi suhu ruangan. Selanjutnya larutan disaring dengan kertas saring,

maka didapatkan filtrat bening dan residu yang berwarna hitam. Dimana residu

tersebut merupakan zat pengotor atau filtrat ditambah dengan larutan H2SO4

sebanyak 78 tetes hingga pHnya turun menjadi 1-2 saat ditambahkan terbentuk

gumpalan putih, dimana gumpalan putih ini terbentuk karena H2SO4 melarutkan

Al(OH)3 berupa larutan bening tak berwara. Senyawa Al2 (SO4)3 yang terbentuk

pada reaksi Al(OH)3 dengan H2SO4 bereaksi kembali dengan K2SO4 yang

membentuk kristal KAl(SO4)2.12H2O yang berwarna putih. Selanjutnya dilakukan

pemanasan selama 10 menit dengan suhu antara 60-70oC yang bertujuan untuk

menguapkan air. Bila suhu diatas70oC maka tawas akan larut dalam air mendidih.

Lalu didiamkan dalam desikator selama 6 hari agar tawas tidak terkena air selain

itu untuk menjaga kesetimbangannya. Pada saat dihitung massa tawas didapatkan

8,47 gram

Sifat fisik dan sifat kimia dari tawas kalium adalah

1. Tawas Kalium

Sifat fisik

- Massa molar = 258,21 g/mol

Page 60: LAPORAN ANORGANIK I

- Titik lelah = 92 – 93oC

- Densitas = 1,76 gr/cn3

- Titik didih = 200oC

Sifat kimia

- Rumus molekul = KAl(SO4)2

- Kelarutan Adam air = 50oC

2. Aluminium

Sifat fisik

- Valensi = 3

- Titik lebur = 660oC

- Titik didih = 2452

- Tegangan permukaan = 900 dyne/cm

- Massa atom = 26,98

- Panas uap = 200

Sifat kimia

- Nomor atom = 1

- Bersifat amfoterm

- Mudah teroksidasi

- Sangat reaktif

- Massa jenis 27gr/cm3

3. Asam sulfat

Sifat fisik:

- Larutan tak bewarna

- Viskositas tinggi

- Konsentrasi tinggi

- Bersifat toxic

Sifat kimia:

- Rumus molekul H2SO4

- Asam kuat

- Bersifat polar

- Hidrasi bersifat eksotermik

Page 61: LAPORAN ANORGANIK I

- Reaktif

- Oksidator

Faktor kesalah dalam percobaan ini adalah:

- Pencampuran KOH dan logam Al beaker glass tidak steril sehingga saat kedua

zat dihomogenkan warna larut menjadai hijau keruh

Pada saat pengujian digunakan air limbah yang keruh, kemudian dimasukkan

kristal tawas yang terbentuk maka akan menghasilkan larutan yang jernih dan zat

pengotor yang ada pada larutan terabsorbsi oleh kristal tawas dimana tawas

sebagian koagulan dalam penjernihan air limbah. Tawas mengendapkan partikel

yang melayang baik dalam bentuk koloid dan endapan

Page 62: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

- Dari percobaan ini adalah massa tawas yang terbentuk sebanyak 8,247

gram

- Dari percobaan ini untuk menurunkan kadar ph tawas menjadi 1-2, ialah

sebanyak 78 tetes

- Hasil reaksi antara KOH dengan Al menghasilkan K[Al(OH)], serta

larutan berwarna abu-abu dimana reaksi bersifat eksoteris, serta adanya

gelembung merupakan tanda adanya gas H2 dengan KAlO2

5.2. Saran

Sebaiknya pada percobaan pembuatan tawas selanjutnya dengan menggunakan

logam Al dari kaleng bekas agar dapat dibandingkan dengan hasil yang sudah ada.

Page 63: LAPORAN ANORGANIK I

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, F.A. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press

Jalaluddin. 2005. Pemanfaatan Kaolin Sebagai Bahan Baku Pembuatan

Alumunium Sulfat Dengan Metode Adsorbsi. Jurnal sistem teknik industri vol

6, hal 71.

Oxtoby, P.W. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid II.

Jakarta: Erlangga.

Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik. Tokyo. Iwanami Shoten

Publisher.

Svehla, G. 1990. VOGEL Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan

Semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.

Page 64: LAPORAN ANORGANIK I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1

“PEMBUATAN KALIUM NITRAT”

Disusun oleh :

Kelompok 1A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

Samarinda, 28 November 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Dwi Fitria S.Si

NIP.

Asisten Praktikum,

Citra Uli Sitompul

NIM. 1207035121

Page 65: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Garam nitrat dan hampir semua logam telah dikenal di alam. Garam nitrat

banyak dijumpai di Chilli terutama dalam bentuk natrium nitrat. Mungkin oleh

karena nama umum garam natrium nitrat adalah sendawa Chilli, sedangkan istilah

sendawa digunakan untuk nama umum garam kalium nitrat. Sebagian besar garam-

garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air. Beberapa garam nitrat

dapat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak mengalami dekomposisi pada

pemanasan yang cukup tinggi.

Asam nitrat dan garamnya merupakan senyawa okso dari nitrogen yang

sangat penting. Asam nitrat sampai sekarang sebagian besar dibuat dari merubah

nitrogen dalam atmosfir menjadi ammonia, kemudian ammonia dioksidasi menjadi

NO dengan adanya katalisator dan kemudian NO diserap kedalam air yang

mengandung oksigen. Asam nitrat jenuh memiliki sifat oksidator sangat kuat

terhadap unsur-unsur logam. Untuk reksi-reaksi dengan logam-logam seperti emas

dan platina, asam nitrat dicampur dengan asam klorida menjadi aquaregia (3 bagian

HCl pekat dengan 1 bagian HNO3 jenuh) adanya kompleksasi dari ion klorida juga

penting untuk meningkatkan efeksitas aquaregia dibandingkan asam nitrat. Unsur-

unsur nonlogam biasanya dioksidasi oleh asam nitrat pekat menjadi oksida atau

asam okso.

Yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan kalium nitrat adalah untuk

mengetahui proses-proses dalam pembuatan kalium nitrat dengan mereaksikan

padatan KCl dan NaNO3 dalam aquades hingga menghasilkan kristalisasi dari

KNO3 dan dilakukan rekristalisasi terhadap KNO3.

Oleh karena itu, percobaan pembuatan kalium nitrat ini penting untuk

dilakukan agar kita dapat mengetahui proses-proses pembuatan KNO3 dengan

mereaksikan KCl dan NaNO3 serta mengetahui proses pemurnian dari KNO3 yang

terbentuk dari proses kristalisasi terhadap KNO3 serta dapat mengaplikasikannya

dalam kehidupan sehari-hari.

Page 66: LAPORAN ANORGANIK I

1.2 Tujuan Percobaan

Untuk mengetahui jumlah mol KNO3 yang terbentuk secara praktek

Untuk mengetahui % yield dalam percobaan

Mengetahui massa kristal KNO3 yang dihasilkan dalam percobaan

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Pembuatan KNO3

Prinsip percobaan didasarkan pada kristalisasi diman KCl dan NaNO3

dilarutkan dengan aquades lalu dipanaskan hingga ½ volume dan disaring

kemudian dipanaskan lagi untuk mempercepat reaksi dan mengurangi kadar

aquades dalam larutan hingga terbentuk sedikit endapan yang lalu didinginkan.

Dilakukan proses dekantasi untuk memisahkan endapan dan larutan. Dimana kristal

yang terbentuk masih mengandung pengotor sehingga masih perlu pemurnian lebih

lanjut dimana karakteristik kristal KNO3 adalah berupa padatan, berwarna putih,

berukuran besar dan kasar serta masih terdapat sedikit zat cair pada kristal kalium

nitrat.

1.3.2 Pemurnian Kristal KNO3

Prinsip percobaan didasarkan pada proses rekristalisasi dimana dilakukan

pemurnian terhadap kristal KNO3 dengan melarutkannya kedalam aquades dan

dilakukan pemanasan hingga kembali terbentuk endapan dan didinginkan.

Dilakukan proses dekantasi untuk memisahkan endapan dan larutan kemudian

endapan yang terbentuk dimasukkkan kedalam desikator selama 24 jam sampai

diperoleh hasil rekristalisasi kristal KNO3, dimana pada proses pemanasan dengan

aquades terjadi proses salting out dimana aquedes yang menguap telah mengikat

zat pengotornya lalu dapat diketahui massa kristal KNO3 yang terbentuk maka

dapat diketahui persen rendemennya.

Page 67: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kalium adalah logam putih perak yang lunak logam ini melebur pada 63,50C.

Ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam

udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam itu menguraikan

air dengan dahsyat, sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala

lembayung :

2K+ + 2H2O → 2K+ + 2OH− + H2 ↑

Kalium bisanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garamkalium mengandung

kation monovalen K+. Garam-garam ini biasanya larut dan membentuk larutan yang

tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna (Svehla, 1985).

Perbedaan kelarutan dengan suhu yang berlainan ini dapat dimanfaatkan

untuk memurnikan zat dari kotoran-kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara

rekristalisasi bertingkkat pada cara ini zat yang masih bercampur deengan pengotor

dengan dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana pengotor lebih mudah larut

dalam air dari pada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin kotoran akan

tetinggal dalam larutan dan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni

yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan (Yazid, 2005).

Partikel-partikel solut yang baik berupa molekul atau ion didalam air selalu

dalam keadaan terhidrasi. Makin banyak partikel solut makin banyak molekul air

yang diperlukan untuk menghidrasi partikel solut. Larutan jenuh adalah larutan

yang telah mengandung zat terlarut dengan jumlah maksimal sehingga tidak dapat

melarutkan zat terlarut lagi. Keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang

tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Perlu

diketahui bahwa istilah jenuh dan tak jenuh tidak ada hubungannya secara langsung

dengan larutan pekat dan encer (Yazid, 2005).

Daya larut cairan dalam cairan lain sangat sangat berbeda-beda mulai dapat

bercampur dengan sempurna, bercampur sebagian sampai tidak bercampur sama

sekali. Demikian juga zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna

Page 68: LAPORAN ANORGANIK I

sampai dengan yang tidak larut. Kelarutan zat selain bergantung dari sifat solut dan

pelarutnya juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan (Yazid, 2005).

Kimiawan membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat

terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut didalam pelarut,

pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik

jenuh tercapai larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution); larutan

ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan kemampuannya untuk

melarutkan. Jenis ketiga larutan lewat jenuh (supersaturated solution) mengandung

lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat didalam larutan jenuh. Larutan

lewat jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat terlarut

akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut

dari larutan dan membentuk kristal dinamakan kristalisasi (crystalization).

Perhatikan bahwa pengendapan dan kristalisasi kedua-duanya menjelaskan

terpisahnya zat padat berlabih dari larutan lewat jenuh. Kita biasanya

membayangkan bahwa endapan terbentuk dari partikel kecil, sementar kristal dapat

berukuran besar dan bentuknya bagus (Chang, 2005).

Asam nitrat adalah zat kimia yang sangat penting terutama sebagai bahan

pembuat pupuk (NH4NO3) dan pembuat bahan peledak, seperti trinitrotoluen (TNT)

dan nitrogliserin. Oleh sebab itu, asam nitrat harus dibuat secara besar-besaran

dengan melarutkan NO2 dalam air sedangkan NO2 dibuat melalui proses Ostwald.

Di laboratorium asam nitrat dibuat dengan reaksi :

KNO3 + H2SO4 → KHSO4 + HNO3

Asam yang terbentuk dapat dipisahkan dengan mengembunkan karena berwujud

gas. Asam nitrat murni adalah cairan tidak berwarna yang mudah teruarai diatas

00C menjadi NO2, H2O dan O2. Oleh sebab itu, HNO3 dengan konsentrasi sekitar

70% atau lebih akan berwarna sedikit kuning, karena adanya NO2 yang terbentuk

dari penguraian oleh cahaya. Asam nitrat encer dengan pereduksi kuat dapat

mereduksi nitrogen sampai bilangan oksidasi-3 (Syukri, 1999).

Karena kereaktifannya, logam alkali tidak ditemukan dalam keadaan bebas di

alam, tetapi sebagai ion positif (L+) dalam senyawa ion kebanyakan senyawanya

larut dalam air sehingga logam ini banyak terdapat di air laut. Logam alkali yang

Page 69: LAPORAN ANORGANIK I

banyak dikulit bumi adalah natrium dan kalium, sadeangkan litium, rubidium dan

cesium jauh lebih kecil. Fransium (Fr) sebagai unsur keenam golongan alkali tidak

stabil (radioaktif) dengan waktu paro 21 menit, sehingga sulit dipelajari. Logam

alkali umumnya dibuat dengan mengelektrolisis cairan garamnya atau

hidroksidanya (Syukri, 1999).

Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan yang

datar karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa dan salju ada di daam bentuk-

bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuan menduga bahwa atom, ion

ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara sistematis. Penampilan kristal

kita boleh menyimpulkan begitu saja penataan partikel dalam sebuah kristal besar.

Semata-mata dari penampilan luarnya. Bila suatu zat dengan keadaan cair atau

larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke suatu atom dari

pada ke atom yang lain menunjukkan bagaimana sebuah kubus kecil dapat

berkembang menjadi salah satu dari tiga bentuk yang mungkin sebuah kubus besar.

Sebuah lempeng datar atau suatu struktur kristal kubik yang sama namun bentuk

keseluruhannya berbeda (Keenan, 1984).

Sifat-sifat yang terutama menentukan kegunaan suatu pelarut adalah:

Daerah suhu pelarut tersebut dalam keadaan cair

Tetapan dielektritnya

Sifat-sifatnya sebagai donor akseptor (asam basa lewis)

Keasaman protonik atau kebasaan

Sifat dan derajat otodiososiasi

(Cotton, 1989).

Pelarut berupa cairan pada suhu kamar dan tekanan satu atmosfer paling

berguna karena mudah dikelola. Selain itu, juga diinginkan agar pengukuran atau

reaksi kimia bisa terjadi bisa terjadi diatas maupun dibawah suhu kamar. Zat cair

nonpolar atau kecil kepolarannya zat cair tidak teroksidasi (Cotton, 1989).

Katalis adalah suatu zat yang mempunyai laju reaksi tanpa perubahan secara

kimia pada akhir reaksi. Beberapa catatan tentang katalis :

Komposisi kimia dari katalis tidak berubah pada akhir reaksi

Katalis yang diperlukan suatu reaksi sangat sedikit

Page 70: LAPORAN ANORGANIK I

Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi mempengaruhi laju reaksi

Katalis bekerja secara spesifik

Katalis mempunyai temperatur optimum

Katalis tidak mempengaruhi keadaan akhir suatu reaksi kesetimbangan (tidak

mengubah harga tetapan kesetimbangan)

Katalis dapat diracuni oleh suatu zat dengan jumlah yang sangat sedikit yang

disebut racun katalis

Katalis yang memperlambat laju reaksi disebut katalis negatif

(Hiskia, 1992).

Perubahan kelarutan dengan tekanan yang mempunyai arti penting yang

praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan

dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer. Perubahan yang sedikit dari tekanan

atmosfer tak mempunyai tekanan yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting

adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Reduksi nitrat dalam suasana basa

amonia akan dilepaskan (dideteksi dari baunya) dari kerjanya atas kertas lakmus

merah dan atas kertas merkurium (I) nitrat atau uji asam talat perak nitrat, bila

suatu larutan nitrat dididihkan dengan serbuk zink akan dipanaskan perlahan-lahan

dengan bubuk aluminium dan larutan natrium hidroksida (Svehla, 1985).

Page 71: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Spatula

Pipettetes

Beaker glass

Hot plate

Neraca analitik

Baskom

Gelas ukur

Desikator

Erlenmeyer

Batang pengaduk

Corong kaca

3.1.2 Bahan

Aquades

Es batu

Padatan NaNO3

Padatan KCl

Garam

Tissu

Aluminium foil

Kertas label

Kertas saring

Masker

Sarung tangan

Sabun cair

Page 72: LAPORAN ANORGANIK I

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pembuatan KNO3

Ditimbang massa beaker glass

Dilarutkan 2 gr KCl dan 3 gr NaNO3 masing-masing dalam 5 mL air panas

Dicampurkan kedua larutan lalu diuapkan hingga setengah volume

Disaring larutan dalam keadaan lalu diuapkan hingga setengah volume

Didinginkan larutan dalam es batu kemudian dibuang larutan yang tersisa

dengan cara dekantasi

3.2.2 Pemurnian Kristal KNO3

Dilarutkan kristal KNO3 dengan 1 pipet aquades

Dipanaskan

Didinginkan dengan menggunakan es batu

Larutan yang tersisa dibuang dengan cara dekantasi

Dimasukkan kedalam alat desikator selama 24 jam

Ditimbang kristal KNO3 yang didapat

Page 73: LAPORAN ANORGANIK I

3.3 Flow sheet

3.3.1 pembuatan kristal KNO3

2 gr KCl 3 gr NaNO3

Larutan bening, volume larutan berkurang

larutan lebih bening

larutan bening

terbentuk kristal kasardan berwarna putihkehitaman

dilarutkan dalam5 ml air pans

dilarutkan dalam5 ml air pans

dicampurkan

dipanaskan hingga 1/2 volume

disaring

dipanaskan 1/2 volume

didinginkan

Page 74: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.2 Pemurnian kristal KNO3

Larutan keruh

larutan menguap dan volumeberkurang

endapan putih kristal KNO3

didapat kristal KNO3 putih

dilarutkan

dipanaskan

didinginkan

didiamkan selama 24 jamdalam desikator

Kristal KNO3

ditimbang

kristal terbentuk2,727 gr

Page 75: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

No Perlakuan Pengamatan

1

2

Pembuatan KNO3

Ditimbang massa beaker glass

Dilarutkan 2 gr KCl dan 3 gr

NaNO3 masing-masing dalam 5

mL air panas

Dicampurkan kedua larutan lalu

diuapkan hingga setengah

volume

Disaring larutan dalam keadaan

lalu diuapkan hingga setengah

volume

Didinginkan larutan dalam es

batu kemudian dibuang larutan

yang tersisa dengan cara

dekantasi

Pemurnian Kristal

Dilarutkan kristal KNO3 dengan

1 pipet aquades

Dipanaskan hingga ½ volume

Didinginkan menggunakan es

batu

Larutan yang tersisa dibuang

dengan cara dekantasi

Dimasukkan kedalam alat

desikator selama 24 jam

- Massa beaker glass 65,8997 gr

- Padatan KCl berwarna putih

- Padatan NaNO3 berwarna putih

- Terbentuk larutan bening

- Aquades menguap saat

dipanaskan

- Filtrat larutan bening

- Tidak ada residu, larutan bening

dengan sedikit kristal

- Terdapat endapan putih dan

cairan putih

- Terdapat endapan KNO3

didalam beaker glass

- KNO3 berupa padatan putih

- Terbentuk larutan yang kental

- Terdapat endapan putih

Page 76: LAPORAN ANORGANIK I

Ditimbang kristal KNO3 yang

didapat

- Larutan berbentuk padatan

- Larutan berbentuk padatan putih

yang melekat pada beaker glass

- Massa KNO3 2,4148 gr

4.2 Reaksi

KCl + H2O → K+ + Cl- + H2O

NaNO3 + H2O → Na+ + NO3 + H2O

KCl + NaNO3 → KNO3 + NaCl

4.3 Perhitungan

4.3.1 Secara Praktek

mol KCl = 𝑔𝑟

𝑀𝑟=

2

74,54= 0,027 𝑚𝑚𝑜𝑙

mol NaNO3 = = 𝑔𝑟

𝑀𝑟=

3

85= 0,035 𝑚𝑚𝑜𝑙

KCl + NaNO3 → KNO3 + NaCl

M 0,027 mmol 0,035 mmol

B 0,027 mmol 0,027 mmol 0,027 mmol 0,027mmol

S - 0,008 mmol 0,027 mmol 0,027 mmol

Page 77: LAPORAN ANORGANIK I

Massa KNO3 yang terbentuk :

m KNO3 = mol KNO3 × Mr KNO3

= 0,027 mmol × 101,09

= 2,73 gr

4.3.2 Secara Teori

mol KCl = gr

Mr=

2,4148

101= 0,024 mmol

% yield = gr KNO3 (prektek)

gr KNO3 (teori)

= 2,4148

2,73 × 100%

= 88,55%

% Kesalahan = gr KNO3 (teori)−gr KNO3 (praktek)

gr KNO3 (teori) × 100%

= 2,73−2,4148

2,73 × 100% = 11,45 %

4.3 Pembahasan

Rekristalisasi adalah suatu proses pemurnian zat atau bahan padat dari

pengotornya dengan menambahkan pelarut yang sesuai. Kristalisasi adalah

pemisahan bahan padatdari larutannya dengan carapemanasan atau pendinginan

(dari sbahan cair menjadi bentuk kristal.

Berikut perbedaan kristalisasi dan rekristalisasi :

Rekristalisasi Kristalisasi

- Pemurnian zat padat dari

pengotornya

- Kristal yang diperoleh warna

putih bersih

- Ukuran partikel lebih kecil

- Pemisahan zat padat dari suatu

larutan

- Kristal yang diperoleh masih

nampak keruh

- Ukuran partikel lebih besar

dibanding rekristalisasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain:

Page 78: LAPORAN ANORGANIK I

a. Jenis pelarut dan zat terlarut , zat terlarut yang polar larut di pelarut yang polar

begitu juga sebaliknya

b. Pengadukan, dimana semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin besar

zat yang terlarut

c. Suhu, dimana semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutannya

d. Luas permukaan, diman semakin besar luas permukaan maka semakin cepat

reaksi berlangsung

e. Ion senama, diman endapan lebih mudah larut dalam air murni dibanding dalam

larutan yang mengandung salah satu ion endapan

Aplikasi dari pembuatan kalium nitrat antara lain :

- Bahan dalam pembuatan popok

- Bahan pembuatan roket

- Bahan pembuatan petasan

- Bahan yang berperan dalam pengawetan makanan pada pengolahan daging

Pada percobaan pembuatan KNO3 dilarutkan 2 gr KCl berupa padatan

berwarna putih dan 3 gr NaNO3 berupa padatan berwarna putih dalam 5 mL air

panas menghasilkan larutan bening kemudian larutan dipanaskan hingga ½ volume

aquades menguap lalu larutan disaring tidak terdapat residu di kertas saring

kemudian larutan dipanaskan hingga 1//2 volume terdapat sedikit endapan putih

dan larutan bening dan ketika didinginkan dengan air es terdapat endapan putih dan

cairan putih yang kemudian dipisahkan dengan cara dekantasi diman cairan

dibuang dan tersisa endapan KNO3. Ketika dipanaskan aquades menguap karena

titik didihnya lebih rendah. Pemisahan dilakukan dengan cara dekantasi

berdasarkan berat partikel dan adanya gaya gravitasi.

Pada percobaan pemurnian KNO3, kristal KNO3 dilarutkan dalam i pipet

aquades hingga terbentuk larutan yang kental berwarna putih lalu dipanaskan

hingga ½ volume menghasilkan endapan putih sedangkan aquades menguap dan

didinginkan dengan air es, kristal KNO3 yang terbentuk terlihat mengeras dan

terdapat cairan putih kemudian dibuang larutan sisa dengan cara dekantasi dimana

berdasarkan perbedaan berat partikel dari kristal KNO3 dengan aquades. Kemudian

dimasukkan kedalam desikator selama 24 jam diperoleh massa KNO3 2,4248 gr

Page 79: LAPORAN ANORGANIK I

kristal KNO3 yang terlihat lebih putih karena telah melalui proses rekristalisasi

(pemurnian kristal KNO3).

Adapun fungsi alat dalam percobaan :

- Beaker glass untuk tempat mereaksikan larutan

- Erlenmeyer sebagai tempat mereaksikan larutan

- Hot plate untuk memanaskan larutan

- Batang pengaduk untuk mengaduk larutan

- Corong kaca untuk membantu penyaringan dengan kertas saring

- Pipet tetes untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan dalam jumlah

tetesan

- Botol reagen untuk menyimpan larutan/reagen

- Spatula untuk mengambil padatan KCl dan NaNO3

- Neraca analitik untuk menimbang padatan KCl dan NaNO3

Fungsi bahan dalam percobaan ini antara lain:

- Padatan KCl dan padatan NaNO3 sebagai bahan dalam pembuatan KNO3

- Aquades untuk melarutkan padatan KCl dan NaNO3

- Aluminium foil untuk tempat menimbang padatan KCl dan NaNO3

- Kertas label untuk menandai larutan

- Kertas saring untuk menyaring larutan

- Tissu untuk mengelap alat dalam percobaan

Adapun fungsi perlakuan dalam percobaan adalah:

- Dipanaskan untuk menaikkan suhu dan mempercepat laju reaksi

- Didinginkan agar menurunkan suhu

- Ditimbang untuk mengetahui massa dari larutan dan beaker glass

- Diaduk agar larutan dimana zat terlarut dan pelarut menyatu

Adapun faktor kesalahan dalam percobaan :

- Jumlah volume yang diambil dengan pipet tetes tidak sama

- Pemanasan yang tidak maksimal

- Air yang terlalu dingin

- Kurangnya waktu dalam percobaan

- Kurang telitinya menimbang padatan KCl dan NaNO3

Page 80: LAPORAN ANORGANIK I

Struktur KNO3 :

O

O

N+

O-K+

Sifat fisik dan kimia KCl :

- Sangat larut dalam air

- Titik leleh 7720C

- Menyublim pada 15000C

- Berupa padatan kristal putih

- Berat molekul 74,559/mol

- Rasanya garam

Sifat kimia dari KCl :

- Kelarutan lebih banyak dibanding NaCl tetapi lebih sedikit dalam air dingin

- Sangat sedikit larut dalam metanol, n-oktanol

- Berbau merangsang

- Berperan dalam sejumlah proses fisioterapi

Sifat fisik dari NaNO3 :

- Berat molekul 84,99 g/mol

- Berwarna putih berupa padatan

- Titik didih: suhu dekomposisi 3800C

- Titik lebur 5800K (3070C)

- Densitas 2,3 × 103 kg/m3

- Spesifik gravity densitas 2,26

- Dapat menyebabkan iritasi pada mata

Sifat kimia dari NaNO3 :

- Mudah larut dalam air panas

- Sangat larut dalam amonia cair

- Kelarutan 92 gr dalam 100 mL air

- Berbentuk bubuk putih

- Bobot senyawa 85,0 sma

Page 81: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

- Jumlah mol KNO3 yang terbentuk secara praktek dari percobaan yang telah

dilakukan adalah 0,024 mol

- Besarnya % yield dalam percobaan pembuatan dan pemurnian KNO3 sebesar

88,55 %

- Massa KNO3 yang dihasilkan dalam percobaan adalah 2,73 gr

5.2 Saran

Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya dapat digunakan padatan AgNO3 agar

dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan NaNO3

Page 82: LAPORAN ANORGANIK I

DAFTAR PUSTAKA

Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.

Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.

Hiskia, Ahmad. 1992. Kinetika Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti.

Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

Svehla, g. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.

Jakarta: Kalman Media Pusaka.

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.

Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi-Offset.

Page 83: LAPORAN ANORGANIK I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1

“TOKSIK”

Disusun oleh :

Kelompok 1A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

Samarinda, 28 November 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Dwi Fitria S.Si

NIP. 19711203 200012 1 001

Asisten Praktikum,

M. Arief R.F.D

NIM. 1107035038

Page 84: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari bidang biologi terapan seperti

kedokteran, farmasi, ilmu lingkungan dan lain-lain dalam khusus ini dipelajari

tentang racun (daya racun dan keracunan) yang dapat ditimbulkan oleh suatu

senyawa. Perkembangan yang pesat mengenai toksikologi memberikan dampak

yang kurang baik dan bahkan sangat buruk lagi bagi manusia sendiri.

Bahan-bahan sisa yang merupakan bahan buangan dari industri berteknologi

tinggi mempunyai daya racun yang kuat dan dapat menyebabkan kematian, bukan

saja terhadap tumbuhan dan hewan tetapi juga manusia. Buangan industri yang

mengandung unsur atau senyawa yang mempunyai daya racun tinggi.

Toksikologi berasal dari kata toksik yang berarti racun dan logo yang berarti

ilmu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas tentang

toksikologi adalah semua substansi yang digunakan dibuat atau hasil dari suatu

formasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke lingkungan dan dapat

menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif bagi makhluk hidup.

Oleh karena itu percobaan mengenai senyawa toksik ini penting untuk

dilakukan agar kita dapat mengetahui tingkat toksisitas dari logam berat,

mengetahui logam berat yang memiliki toksisitas paling tinggi dimana dengan

penambahan larutan ion logam berat terhadap susu, yakult, yoghurt, teh, tes,

Mizone, Hidrococo, kopi dan telur. Dimana logam berat yang digunakan Hg2+,

Cd2+,Pb2+ Zn2+, Cu2+, dan Ba2+. Percobaan analisa senyawa toksik dilakukan untuk

mengetahui proses terjadinya denaturasi protein akibat adanya penambahan logam

berat pada sampel yang digunakan dalam percobaan.

1.2. Tujuan Percobaan

- Mengetahui hasil reaksi susu beruang terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+,

Cd2+, Cu2+ dan Ba2+

Page 85: LAPORAN ANORGANIK I

- Mengetahui hasil reaksi telur puyuh terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+

Cd2+, Cu2+ dan Ba2+

- Mengetahui hasil reaksi teh terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+

dan Ba2+

- Mengetahui hubungan dari denaturasi protein dan senyawa toksik

- Mengetahui hasil reaksi senyawa toksik pada sampel Tebs

1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan berdasarkan menentukan tingkat toksisitas dari ion logam

berat Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+ dan Ba2+ yang direaksikan dengan susu, telur dan

sampel yang mengandung protein. Dimana sampel akan mengalami denotasi

protein sedangkan sampel yang mengandung antioksidan dapat mengikat logam

berat yang ditambahkan pada sampel . penambahan logam berat menyebabkan

terjadinya denaturasi protein Diana terjadi kerusakan struktur sekunder, tersier dan

kuarterner pada struktur protein. Terjadinya denaturasi protein dimana protein

berikatan dengan logam – logam berat yang akan menghasilkan perubahan

endapan, warna dan gumpalan sehingga menjadikan senyawa toksik tersebut.

Semakin besar, berat molekul maka semakin banyak endapan yang terbentuk dan

hal ini mengakibatkan sampel yang mengandung protein mengalami perubahan

struktur.

Page 86: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Kation golongan pertama, memberntuk klorida-klorida yang tak larut.

Namun, timbel klorida sedikit larut dalam air dan karena itu Timbel tak pernah

mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu

cuplikan ion yang timbel tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen

sulfida dalam asam bersama-sama kation golongan kedua (Svehla, 1985).

Timbel adalah logam berwarna abu-abu kebiruan dengan rapatan yang tinggi

(11,48 g ml-1 ada suhu kamar). Dia mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang

pekatnya (8 M dan terbentuk juga nitrogen oksida dengan asam nitrat pekat,

terbentuk lapisan pelindung berupa timbel nitrat pada permukaan logam. Yang

mencegah pelarut lebih lanjut. Asam klorida encer dan asam sulfat encer

mempunyai pengaruh yang hanya sedikit karena terbentuknya timbal klorida atau

timbel sulfat yang tidak larut pada permukaan logam itu (Svehla, 1985).

Merkurium atau raksa adalah logam cair putih yang kepadatan pada suhu

biasa dan mempunyai rapatan 13,5349 ml-1 pada 25oC. Ia tak dipengaruhi asam

klorida atau asam sulfat encer (2M) tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat yang

dingin dan sedang pekatnya 8 M), dengan merkurium yang berlebihan

menghasilkan ion merkurium (I) (Svehla, 1985)

Tembaga Cu adalah logam merah muda, yang lunak dapat ditempa dan liat.

Ia melebur pada 1038oC, karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V

untuk pasangan Cu/Cu2+). Ia tak larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat

encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang

sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga. Ada dua deret senyap

Kwa tembaga. Senyawa-senyawa merah dan mengandung ion tembaga (I), Cu+

senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I), tak larut dalam

air, prilakunya mirip prilaku senyawa perak (I) mereka mudah di okidasi menjadi

senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga (Ti) oksida, CuO, hitam.

Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik serat atau globoral

(membulat) protein serat (fibreas protein) ialah material struktural hewan dengan

Page 87: LAPORAN ANORGANIK I

demikian bersifat tidak larut dalam air. Selanjutnya, protein serat terbagi lagi

menjadi kategori umum, keratin yang menyusun jaringan pelindung seperti kulit,

rambut bulu, cakar dan kuku. Halogen yang berbentuk ikat seperti tulang rawan,

tenden dan pembuluh darah dan sutera seperti firolin dari sarang laba-laba dan ketin

(kepompong) (Fessenden , 1982).

Seng dan kadmium adalah logam-logam putih mengkilap, namun mudah

ternoda. Strukturnya berubah dari keemasan rapat heksagonal yang And baik

dengan pemajangan senjang sepanjang seperenam sembu. Air raksa adalah carian

yang bersinar pada suhu basa. Semuanya ditandai sebagai logam berat, air raksa,

air raksa juga demikian. Air raksa memberikan uap mono atom dan mempunyai

tekanan au (1,3x10-3). Pada 20oC, tidak disangka ia larut dalam cairan dolar maupun

tidak plat, satu larutan jenuh dalam air pada 25oC mempunyai 6x10-8J/g. Arena

penguapan dan toksisitas yang tinggi, air, raksa harus selalu disimpan dalam

kemasan tertutup dan ditangani di iklim ruang yang cukup pertukaran udaranya.

Dalam biosfer ia beracun karena konversi oleh bakteri menjadi CH3Hg+ . air raksa

mudah hilang dari larutan aqua garam air raksa karena reduksi oleh runutan bahan

pereduksi dan dengan disproporsionasi Hg22+ (Cotton, 1984).

Baik Zn maupun Cd mudah bereaksi dengan asam bukan pengoksidasi

melepaskan H2 dan menghasilkan ion bivanlensi. Hb inert terhadap asam bukan

pengoksidasi seng juga larut, dam basa kuat karena kemampuannya membentuk ion

zin. Kadmium tidak larut dalam basa, seng, Cd dan Hg membentuk ion-ion N22+.

Ion-ion Zn22+ dan Cd2

2+ tidak stabil,khususnya Zn dan dikenal hanya dalam bentuk

lelehan atau padatan. Jadi penambahan Zn pada leburan ZnCl menghasilkan larutan

kuning yang mengandung Zn2+.ion merkuri Hg22+ dibentuk dengan reduksi.

Garam air raksa dalam larutan akua dimana ada hidroksida, oksida ataupun

sulfida tidak dapat diperoleh dengan penambahan-penambahan anion yang tepat

pada larutan Hg22+ (Cotton, 1989).

Kadmium Cd adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan liat . ia

melebur pada 321oC. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan

melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodenya yang negatif

(Svehla,1985).

Page 88: LAPORAN ANORGANIK I

Secara luas protein dapat dikategorikan menurut tipe gugus yang

dilaksanakan. Protein serat (fibrus protein) juga disebut protein struktural yang

membentuk kulit, otot pembuluh darah dan rambut terdiri dari molekul panjang

mirip benang yang kuat dan tidak larut (Fessenden, 1982).

Protein konjugasi yang dihubungkan ke suatu bagian non protein seperti gula

melakukan berbagai fungsi dalam seluruh tubuh secara hubungan yang lazim antara

protein dan non protein adalah dengan suatu rantai samping fungsional dari protein

(Fessenden, 1982).

Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh

terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang menyatukan

molekul. Akibat suatu denaturasi protein adalah hilangnya banyak sifat biologis

protein itu . protein adalah polianida dengan lebih dari 30 residu (satuan dalam asam

logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang membentuk barium hidroksida dan

hidrogen) (Svehla, 1985).

Semua sistem kehidupan mengandung sejumlah besar protein yang berbeda.

Perbedaannya mungkin terdapat dada asam amino kandungan sejumlah besar

protein yang menentukan konfirmasi protein untuk menentukan struktur protein

tertentu kita harus memisahkan protein dari bahan non protein dan dari protein yang

lain ini kadang-kadang merupakan tugas yang sangat Bear dan harus menggunakan

sejumlah kriteria berbeda untuk menetapkan kehomogenannya (Hart,2003).

Seperti halnya lemak dan karbohidrat, protein adalah zat yang dibentuk oleh

sel – sel yang hidup lebih dari separuh zat-zat yang berbentuk padat di dalam jaring-

jaring manusia dan bentang,, mamalia terdiri dari protein-protein mempunyai

peranan penting dalam tubuh manusia dan binatang. Karena ia bertanggung jawab

untuk menggerakkan otot-otot, protein hemoglobin mempunyai peranan

menyangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan ke seluruh tubuh. Sehingga protein

sangat penting untuk masing-masing individu berbeda dengan lemak dan

karbohidrat dimana susunan dasarnya adalah C, H O Maka protein kecuali disusun

atas tiga unsur tersebut masih mengandung juga unsur lain seperti nitrogen belerang

dan kadang besi (Sastrohamidjojo, 2009).

Page 89: LAPORAN ANORGANIK I

Karbohidrat merupakan senyawa organik yang paling banyak terdapat pada

ala. Hampir semua tanaman dan hewan mensistesis dan menetabolisme

karbohidrat-karbohidrat biosintesis melalui proses yang kompleks, sinar matahari

mengubah oksigen dari udara dan dari dalam tanah (dengan tekanan osmosis)

diangkut kehijauan dan (klorofil) menjadi glukosa (Sastrohamidjojo, 2009)

Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar seperti di bawah

ini

- Karbohidrat kompleks (disakarida dan polisakarida)

- Karbohidrat sederhana (monosakarida)

Glukosa merupakan karbohidrat yang sederhana yang pertama kali dapat

digunakan dan mempunyai rumus molek C6H12O6. Karbohidrat seringkali dianggap

berasal dari kata karbo dan terhidrat C2(H2O)6. Saat ini ternivikasi karbohidrat yang

dipakai adalah senyawa polihidroksi adehida atau keton dan biasanya dikenal

dengan nama gula (sugar) (Riswiyanto, 2009).

Struktur sekunder suatu protein ditandai dengan adanya ikatan hidrogen

diantara asam amino dalam rantai peptida. Ikatan itu dapat terjadi antara asam

amino yang agak berdekatan dalam rantai tersebut jika ikatan ini terjadi secara

teratur mengakibatkan rantai peptida melilit yang disebut x-haliks. Satu pilih dalam

x-haliks rata-rata mengandung 23,6 asam amino, struktur ini paling stabil

dibandingkan dengan yang lain karena ikatan pada hidrogen-hidrogennya rapat dan

gugus R- nya mengarah keluar spiral protein dapat hampa serabut bila tiga x-heliks

berjalan membentuk halogen yaitu heliks ganda struktur tersier.

Protein mempunyai struktur tersier bila satu untaian x-helis melipat dan

bersilang beberapa kali sehingga membentuk gumpalan. Dengan demikian struktur

menjadi mempunyai Mr 16.700 dan mengandung 153 asam amino.

- Struktur kuarterner

Protein berstruktur kuarterner bila mempunyai dua polipeptida atau lebih

yang beruntung disebut protomer, sedangkan proteinnya disebut oligamer,

contohnya hemoglobin mengandung 4 peptida yang banyak (Syukri, 1999).

Protein tidak hanya bervariasi dalam jumlah dan urutan asam amino tetapi

jaga dalam alur rantai peptidanya. Rantai itu mungkin lurus, membelok, memutar,

Page 90: LAPORAN ANORGANIK I

melilit dan melipat dalam tiga dimensi berdasarkan alur tersebut protein dapat

dibagi atas struktur sekunder, primer, tersier dan kuarterner.

- Struktur primer

Protein disebut berstruktur primer bila rantai peptida membujuk dan

membelok sehingga terdapat perimpitan di beberapa tempat dan terjangkau oleh

ikatan S-S seperti pada insulin sapi (Syukri,1999).

Dalam larutan netral H pada gugus karboksilat pindah ke gugus amino

sehingga membentuk dua kutub yang berlawanan. Molekul seperti itu disebut

zwilter ion (Syukri,1999).

Page 91: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1. Alat

- Tabung reaksi

- Rak tabung reaksi

- Pipet tetes

- Beaker Glass

- Botol reagen

- Kamera

- Erlenmeyer

- Batang pengaduk

- Sikat tabung

- Botol semprot

- Gelas ukur

- Spatula

3.1.2. Bahan

- Susu beruang

- Susu ultra

- Yakult

- Telur puyuh

- Telur bebek

- Tebs

- Yougurt

- Mizone

- Hydrococo

- Teh

- Kopi hitam

- Kopi lawak

- Larutan HgCl2

Page 92: LAPORAN ANORGANIK I

- Larutan BaCl2 0,5 M

- Larutan CuSO4 0,1 M

- Larutan Cd(CH3COO)2

- Larutan FeCl3

- Larutan PbCl2 1000 ppm

- Larutan ZnSO4 0,1 M

- Sabun cair

- Aquades

- Tisu

- Kertas label

3.2. Prosedur percobaan

3.2.1. Susu beruang

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet susu beruang ke dalam 7 tabung reaksi

ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.2. Susu Ultra

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet susu ultra ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5

tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.3. Yakult

- Disediakan 7 tabung reaksi

Page 93: LAPORAN ANORGANIK I

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet yakult ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5

tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.4. Yougurt

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet yougurt ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5

tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.5. Mizone

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet mizone ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5

tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.6. Hidrococo

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet hidrococo ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan

5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.7. Telur Puyuh

Page 94: LAPORAN ANORGANIK I

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet telur puyuh ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan

5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.8. Telur bebek

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet telur bebek ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan

5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.9. Tebs

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet Tebs ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes

larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.10. Teh

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet teh ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes

larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

Page 95: LAPORAN ANORGANIK I

3.2.11. Kopi hitam

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet kopi hitam ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan

5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.2.12. Kopi Luwak

- Disediakan 7 tabung reaksi

- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan

Ba2+

- Dimasukkan 1 pipet kopi luak ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan

5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label

- Dikocok

- Diamati

3.3. Flowsheet

3.3.1. Susu Beruang

1 pipet susu beruang

berwarna putih

Tabung 1

Hg2+

+++++

ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

+++

ada endapan

Tabung 5

Cu2+

++++++

ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

Page 96: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.2. Susu Ultra

3.3.3. Yakult

3.3.4. Yoghurt

1 pipet susu ultra berwarna putih

Tabung 1

Hg2+

++++++

ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++++

ada endapan

Tabung 3

Pb2+

+++++

ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++

ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+++

ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet Yakult putih berwarna

kekuningan

Tabung 1

Hg2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet Yoghurt berwarna putih

Tabung 1

Hg2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

Page 97: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.5. Mizone

3.3.6. Hidrococo

3.3.7. Telur Puyuh

1 pipet Mizone berwarna bening

Tabung 1

Hg2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet Hidrococo berwarna putih

keruh

Tabung 1

Hg2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

+

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

++

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet telur puyuh berwarna putih

kekuningan

Tabung 1

Hg2+

++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

Page 98: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.8. Telur Bebek

3.3.9. Tebs

3.3.10. Teh

1 pipet telur Bebek keruh dan kental

Tabung 1

Hg2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet Tebs putih berwarna

keruh

Tabung 1

Hg2+

+

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet Teh putih berwarna coklat

Tabung 1

Hg2+

++++++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

+++

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

Page 99: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.11. Kopi Hitam

3.3.12. Kopi Luwak

1 pipet kopi hitam berwarna

hitam

Tabung 1

Hg2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

+

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

++++++

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

1 pipet Kopi Luwak berwarna

putih cream

Tabung 1

Hg2+

+++++

tidak ada endapan

Tabung 2

Cd2+

++

tidak ada endapan

Tabung 3

Pb2+

+++

tidak ada endapan

Tabung 4

Zn2+

++++

tidak ada endapan

Tabung 5

Cu2+

+

tidak ada endapan

Tabung 6

Ba2+

++++++

tidak ada endapan

- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi

- dihomogenkan

- diamati

Page 100: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Pengamatan

No. Sampel Hg2+ Cd2+ Pb2+ Zn2+ Cu2+ Ba2+ Blangko

1 Susu

beruang

++++

+

Banya

k

gump

alan

++++

Gump

alan

putih

++

Sedik

it

gump

alan

+++

Gum

palan

putih

++++

++

Bany

ak

gump

alan

+

Larut

an

putih

Putih Cream

2 Susu

ultra

++++

+

Banya

k

gump

alan

++++

Gump

alan

putih

++

Sedik

it

Gum

palan

+++

Gum

palan

Putih

++++

Bany

ak

gump

alan

+

Larut

an

putih

Putih

3 Yakult ++++

++

Banya

k

endap

an

+++

Endap

an

putih

++++

Enda

pan

putih

++

Sedik

it

dend

apan

+++

Enda

pan

putih

+

Larut

an

putih

Putih

kekuningan

4 Yougur

t

++++

+

Banya

k

gump

alan

+++

Gump

alan

putih

++++

++

Bany

ak

gump

alan

++++

Gum

pan

putih

++

Sedik

it

gump

alan

+

Larut

an

putih

Putih

Page 101: LAPORAN ANORGANIK I

5 Mizone +

Benin

g

+++

Warn

a

nyala

++++

++

Sang

at

keruh

++

Sedik

it

pudar

++++

+

Larut

an

keruh

++++

Agak

keruh

Bening

6 Hidroc

oco

++

Laruta

n

keruh

++++

Sediki

t

endap

an

++++

++

Sang

at

keruh

+

Keru

h dan

pudar

++++

+

Sedik

it

keruh

++

Larut

an

keruh

Keruh

7 Putih

Telur

puyuh

++

Laruta

n

putih

++++

Ada

gump

alan

+++

Larut

an

keruh

++++

+

Gum

palan

sedik

it

++++

++

Bany

ak

gump

alan

+

Larut

an

keruh

Putih

kekuningan

8 Putih

Telur

bebek

+++

Gump

alan

putih

++++

+

Gump

alan

banya

k

++

Larut

an

keruh

++++

Gum

palan

sedik

it

++++

++

Gum

palan

bany

ak

+

Larut

an

keruh

Keruh

Kental

10. Larutan

Teh

++++

++

Cokla

t tua

++

Cokla

t

pudar

++++

Cokl

at tua

++++

+

Cokl

at tua

+

Cokl

at

pudar

+++

Cokla

t

pudar

Coklat

12. Kopi

luwak

++++

Cokla

t

++

Cokla

t

banya

+++

Cokl

at

bany

++++

Cokl

at

+

Enda

pan

++++

++

Cokla

t

Putih Cream

Page 102: LAPORAN ANORGANIK I

endap

an

k

endap

an

ak

enda

pan

enda

pan

sedik

it

endap

an

11. Kopi

hitam

+++

Hitam

pudar

++

Hitam

pekat

+

Hita

m

pudar

++++

Hita

m

pudar

++++

+

Hita

m

pekat

++++

++

Hitam

pudar

Hitam

9 Tebs +

Cokla

t

pudar

+++

Cokla

t

keruh

++++

++

Cokl

at tua

++

Cokl

at

pudar

++++

+

Cokl

at tua

++++

Keco

klatan

Keruh

kental

4.2. Reaksi

4.2.1. Protein dengan logam berat

4.2.1.1. Protein dengan Hg2+

HN C

HC

R1 O

HN C

H

R2

CHN

O

+ Hg2+

n

HN C

HC

O

HN C

HC

R2R1

HN

O

NH

HC C N

H

HC C

HN

R1 R2O O

Hg2+

n

4.2.1.2. Protein dengan Pb2+

HN C

HC

R1 O

HN C

H

R2

CHN

O

+ Pb2+

n

HN C

HC

O

HN C

HC

R2R1

HN

O

NH

HC C N

H

HC C

HN

R1 R2O O

Pb2+

n

Page 103: LAPORAN ANORGANIK I

4.2.1.3. Protein dengan Zn2+

HN C

HC

R1 O

HN C

H

R2

CHN

O

+ Zn2+

n

HN C

HC

O

HN C

HC

R2R1

HN

O

NH

HC C N

H

HC C

HN

R1 R2O O

Zn2+

n

4.2.1.4. Protein dengan Cu2+

HN C

HC

R1 O

HN C

H

R2

CHN

O

+ Cu2+

n

HN C

HC

O

HN C

HC

R2R1

HN

O

NH

HC C N

H

HC C

HN

R1 R2O O

Cu2+

n

4.2.1.5. Protein dengan Ba2+

HN C

HC

R1 O

HN C

H

R2

CHN

O

+ Ba2+

n

HN C

HC

O

HN C

HC

R2R1

NH

O

NH

HC C N

H

HC C

HN

R1 R2O O

Ba2+

n

4.2.1.6. Protein dengan Cd2+

HN C

HC

R1 O

HN C

H

R2

CHN

O

+ Cd2+

n

HN C

HC

O

HN C

HC

R2R1

HN

O

NH

HC C N

H

HC C

HN

R1 R2O O

Cd2+

n

Page 104: LAPORAN ANORGANIK I

4.2.1.7. Polifenol dengan Pb2+

OH

n

+ Pb2+Putih

(Fessenden,1985)

4.2.1.8. Mizone dengan Pb2+

Pb2+ + Cl- PbCl2 Putih

4.2.1.9. Tebs dengan Pb2+

Pb2+ + CO32- PbCO3 Putih

4.3. Pembahasan

Secara umum toksik (racun) merupakan St padat cair, gas yang dapat

mengganggu proses kehidupan sel atau suatu organisme. Zat beracun dapat

merusak sel atau suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui

jalur oral (mulut) maupun topikal (bagian tubuh).

Senyawa toksik adalah senyawa yang berbahaya bagi lingkungan karena

memiliki efek destruktif bagi fungsi sel dan struktur tubuh. Senyawa toksik adalah

senyawa yang mengandung racun dan memberi efek cidera bagi tubuh.

Tingkat toksisitas berdasarkan keelektronegatifannya, dimana suatu senyawa

cenderung untuk menarik elektron kepihaknya. Hal ini dapat dilihat pada afinitas

elektron dan energi ionisasi unsur tersebut, adapun besarnya keelektronegatifan dari

senyawa- senyawa toksik yaitu:

Cu 1,9

Cd : 1,7

Ag : 1,8

Pb : 1,8

Zn : 1,6

Fe : 1,7

Page 105: LAPORAN ANORGANIK I

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkatan toksisitas menurut besarnya

keelektronegatifan yaitu

Cu > Pb > Ag > Fe > Cd > Zn

Tingkat toksisitas, bila diurutkan sesuai dengan berat molekulnya maka

terpengaruh pada tingkat toksisitasnya dimana semakin berat molekul suatu unsur

maka makin toksik dia

Pb2 = 207,02

Hg2+ = 206,59

Zn2+ = 63,38

Cu2+ = 63,5

Fe2+ = 55,85

Cd2+ = 112,

Jadi, dapat diurutkan tingkat toksisitasnya berdasarkan berat molekulnya yaitu

Pb2+>Hg2+>Cd2+>Cu2+>Fe2+

Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh rusaknya

ikatan hidrogen dari gaya-gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu.

Berubahnya susunan rantai polipeptida suatu protein, tepatnya terjadi pada struktur

sekunder, tersier dan kuarterner dimana hanya struktur primer yang utuh

Faktor-faktor yang mempengaruhi denaturasi protein antara lain:

1. Ph

Perubahan pH (penambahan asam dan basa) dapat merusak struktur ikatan

hidrogen dari protein

2. Pemanasan

Pemanasan dapat menyebabkan terhadap ikatan hidrogen itu sendiri

3. Penambahan logam berat

Logam berat akan bereaksi dengan ikatan hidrogen yang ada dalam protein,

sehingga akan merusak strukturnya

4. Pengadukan

Pengadukan dapat menyebabkan ikatan hidrogen terganggu. Kerusakan terhadap

protein

5. Sinar UV

Pemberian sinar UV juga dapat menyebabkan terjadinya denaturasi

Antioksidan sinar adalah substansi yang menetralkan radikal bebas. Karena

senyawa-senyawa tersebut mengorbankan dirinya agar teroksidasi sehingga sel-sel

Page 106: LAPORAN ANORGANIK I

lainnya dapat terhindar dari radikal bebas ataupun melindungi sel dari efek berbahaya

radikal bebas oksigen reaktif jika hal itu berkenaan dengan penyakit dimana radikal

bebas itu sendiri dapat berasal dari hasil metabolisme tubuh.

Pembagian antioksidan berdasarkan fungsinya yaitu

1. Antioksidan primer

Mencegah terbentuknya radikal bebas baru dengan memutus reaksi

2. Antioksidan sekunder

Menangkap radikal bebas mencegah reaksi berantai

3. Antioksidan tersier

Memperbaiki sel-sel dari jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas

Pada percobaan kali ini digunakan12 sampel berbeda namun hasil yang didapat

tidaklah sama pada setiap sampel. Sampel pertama digunakan susu beruang berwarna

putih. Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Sampel

yang paling banyak gumpalan adalah Cu2+, sedangkan yang paling sedikit adalah Ba2+.

berikut urutan endapan pada sampel susu beruang.

Cu2+ > Hg2+ > Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+

pada sampel kedua digunakan sampel susu kotak yang berwarna putih dan

dimasukkan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dan didapat logam Cu2= yang

paling banyak menyebabkan endapan sedangkan Ba2+ tidak menghasilkan perubahan

apa-apa. Berikut urutan endapan pada sampel susu kotak.

Hg2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+

Pada sampel ketiga digunakan yakult berwarna utuh tulang yang ditambahkan

dengan logam Hg2+ yang paling banyak menyebabkan terjadinya pendapa. Sedangkan

Ba2+ paing sedikit membuat adanya endapan. Berikut urutan endapan pada sampel

yakult.

Hg2+ > Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Ba2+

Pada sampel keempat digunakan youghurt berwarna putih lalu ditambahkan

dengan logam v dimana penambahan Pb2+ yang paling banyak endapan. Sedangkan

penambahan Ba2+ tidak menunjukkan adanya perubahan. Berikut urutan endapan yang

disebabkan logam pada sampel youghurt

Pb2+ > Hg2+ > Zn2+ > Cd2+ > Cu2+ > Ba2+

Page 107: LAPORAN ANORGANIK I

Pada sampel yang kelima digunakan Mizone yang bening lalu ditambahkan

dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana dengan penambahan

Lam Pb2+ yang paling banyak endapan serta penambahan Hg2+ yang paling sedikit

perubahannya. Berikut urutan logam berdasarkan banyaknya endapan pada sampel

Mizone.

Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Ba2+ > Hg2+

Pada sampel keenam digunakan hydrococo yang bening lalu ditambahkan dengan

logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dimana penambahan Hg2+ yang Peking

banyak membuat larutan keruh, sedangkan penambahan Zn2+ tidak terlihat perubahan.

Berikut urutan logam berdasarkan tingkatannya pada hidrococo

Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Hg2+ > Ba2+ > Zn2+.

Pada sampel ketujuh digunakan putih telur puyuh yang keruh. Lalu ditambahkan

dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dan penambahan logam Cu2+ Lay

yang paling banyak menyebabkan gumpalan. Sedangkan Ba2+ paling sedikit

gumpalan. Berikut urutan logam yang paling banyak menyebabkan endapan.

Cu2+ > Zn2+ > Cd2+ > Pb2+ > Hg2+ > Ba2+.

Pada sampel kedelapan digunakan putih telur bebek yang keruh. Lalu

ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana dengan

penambahan Cu2+ yang paling banyak endapan dan penambahan logam Ba2+ yang

paling sedikit menyebabkan adanya gumpalan. Berikut urutan logam yang paling

banyak menyebabkan endapan

Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Hg2+ > Pb2+ > Ba2+

Pada sampel kesembilan digunakan larutan teh yang berwarna merah kecoklatan.

Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana

penambahan logam Hg2+ yang paling membuat merah teh dan penambahan logam Cu2+

tidak nampak adanya perubahan. Berikut urutan berdasarkan perubahan warna teh.

Ba2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+ > Cd2+ > Cu2+.

Pada sampel kesepuluh digunakan kopi luak yang berwarna cokelat Cream lalu

ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana

penambahan Hg2+ yang paling banyak endapan dan penambahan logam Ba2+ yang

Page 108: LAPORAN ANORGANIK I

paling sedikit ada perubahannya. Berikut banyaknya endapan berdasarkan

penambahan logam pada sampel kopi luak

Pb2+ > Cd2+ > Hg2+ > Zn2+ > Cu2+ > Ba2+.

Pada sampel kesebelas digunakan Kopi hitam lalu ditambahkan dengan Lam

Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana penambahan logam Cu2+ yang paling

memekatkan warna kopi dan penambahan logam Ba2+ tidak dapat dilihat

perubahannya. Berikut urutan logam berdasarkan kepekatan warna pada sampel kopi.

Cu2+ > Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Ba2+

Pada sampel kesebelas digunakan tebs berwarna cokelat keemasan, lalu

ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana

penambahan Cu2+ memerahkan tebs dan penambahan logam Hg2+ tidak nampak

adanya perubahan. Berikut urutan logam berdasarkan tingkat kemerahan warna pada

tebs

Cu2+ > Zn2+ > Ba2+ > Cd2+ > Pb2+ > Hg2+

Faktor kesalahan dalam percobaan ini adalah

- Kurang teliti dalam mengamati perubahan pada sampel

Pada Ba2+ tidak bereaksi bisa saja dikarenakan reagennya telah rusak. Karena

menurut teori semakin berat molekul dari suatu unsur itu besar maka ia semakin

bersifat toksik. Dimana Ba2+ sendiri memiliki berat molekul sebesar 137. Seharusnya

ia lebih reaktif daripada Cu2+ dan Fe2+ karena berat molekulnya tidak lebih berat dari

Ba2+.

Kandungan dari sampel-sampel yang digunakan pada percobaan kali ini adalah

- Susu beruang mengandung protein

- Susu kotak mengandung protein

- Yakult mengandung bakteri lactobacilus protectus, gula (sukrosa), susu bubuk

- Yougurt mengandung hasil fermentasi dari bakteri, asam flat asam penteleat dan

brorin

- Mizine mengandung karboksilat, atrium, gula dan elektrolit

- Hydrococo mengandung isotonik alami serta mengandung anak elektrolit

- Teh mengandung polifenol yang dalam tubuh dapat membentuk kinerja enzim

superazide untuk nelayan radikal bebas

Page 109: LAPORAN ANORGANIK I

- Kopi hitam dan kopi luak mengandungb kafein pada kopi hitam

- Tebs mengandung karbonat

Dari percobaan ini didapat bahwa unsur logam dapat menyebabkan denaturasi

protein yang ditandai dengan adanya pengendapan. Dimana logam berat dapat

bereaksi dengan protein karena ia memutus ikatan hidrogen ada larutan protein.

Setelah pemutusan ikan hidrogen karbon logam berat bereaksi dengan elektron bebas

pada atom nitrogen iman semakin besar berat molekul maka logam tersebut semakin

bersifat toksik yang memiliki apak buruk bagi organ tubuh manusia

Page 110: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

- Hasil reaksi susu beruang terhadap logam yang digunakan dari larutan paling

kental adalah Cu2+, Hg2+, Cd2+, Zn2+, Pb2+ dan Ba2+

- Hasil reaksi telur puyuh terhadap logam yang digunakan dari larutan paling

kental adalah Cu2+, Zn2+, Cd2+, Pb2+, Hg2+ dan Ba2+

- Hasil reaksi teh terhadap logam yang digunakan dari larutan paling kental

adalah Hg2+, Zn2+, Pb2+, Ba2+, Cd2+ dan Zn2+

- Pada suatu nyawa protein dapat mengikat senyawa toksik yang dapat sebagai

penetral dari senyawa toksik

- Pada penambahan logam Cu2+, Zn2+, Cd2+, Pb2+, Hg2+ dan Ba2+ pada tebs

menghasilkan endapan dari yang paling toksik yaitu Pb2+, Hg2+, Cd2+, Ba2+,

Cu2+ dan Zn2+

5.2. Saran

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan logam Fe2+ dan Fe3+

agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan logam Hg2+, Pb2+, Cd2+, Ba2+, Cu2+

dan Zn2+

Page 111: LAPORAN ANORGANIK I

DAFTAR PUSTAKA

Cotton, FA.1989.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:UI-Press

Fessenden.1982.Kimia Organik.Jakarta:Erlangga

Hart,Harold.2003.Kimia Organik Edisi 2.Jakarta:Erlangga

Sastrohamidjojo,Harjono.2009.Sintesis Senyawa Organik.Bandung:ITB

Svehla.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro.

Jakarta:PT.Kalman Media Pustaka

Riswiyanto.2009.Kimia Organik.Jakarta:UI-Press

Page 112: LAPORAN ANORGANIK I

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1

“KEREAKTIFAN UNSUR HALOGEN”

Disusun oleh :

Kelompok 1A

1. KHAIRUL ANWAR 1307035148

2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131

3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135

4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158

Samarinda, 28 November 2014

Mengetahui,

Dosen Pembimbing,

Dwi Fitria S.Si

NIP. 19711203 200012 1 001

Asisten Praktikum,

M. Arief R.F.D

NIM. 110703503

Page 113: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Berbagai jenis bahan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.

Penggunaan suatu bahan bergantug pada sifat-sifat dari bahan tersebut. Kita membedakan

sifat-sifat zat atas sifat fisis dan sifat kimia. Sifat fisis menyangkut penampilan serta sifat-sifat

yang tidak melibatkan pengubahan zat itu menjadi zat lain. Sifat kimia berkaitan dengan

reaksi-reaksi yang dapat dijalani oleh zat itu, seperti kereaktifan, daya oksidasi, sifat asam dan

sifat basa.

Unsur-unsur golongan VIIA disebut halogen. Nama itu berasal dari bahasa Yunani yang

berarti “pembentuk garam” dinamai demikian karena unsur-unsur tersebut bereaksi dengan

logam membentuk garam. Misalnya, klorin bereaksi dengan natrium membentuk NaCl yaitu

garam dapur. Halogen merupakan kelompok unsur nonlogam yang paling reaktif. Namun

demikian, kereaktifannya menurun dari Fluorin ke Iodin. Hal itu sesuai dengan

keelektronegatifan yang makin kecil dari Fluorin ke Iodin. Halogen mempunyai warna da

aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda,klorida berwarna hijau muda, bromin berwarna

merah tua, iodin padat berwarna hitam dan uapnya berwarna ungu.

Oleh karena itu, percobaan mengenai kereaktifan halogen ini dilakukan untuk mengetahui

kereaktifan unsur halogen dan kepolarannya dengan mereaksikan FeCl3 dan NaOH yang

ditambakan unsur halogen diantaranya NaI, NaBr, NaCl, dan NaF serta mengetahui

kepolarannya dengan penambahan aquades yang bersifat polar dan kloroform yang bersifat

nonpolar, mengetahui proses pembuatan halogen dengan mereaksikan KMnO4 dengan HCl

dan MnO2 dengan HCl

1.2 Tujuan Percobaan

Mengetahui hasil reaksi dari KMnO4 dengan HCl

Mengetahui hasil reaksi NaF, NaCl, NaBr, dan NaI saat ditambahkan CHCl3

Untuk mengetahui urutan kereaktifan urutan kereaktifan unsur-unsur halogen yang

digunakan saat percobaan kereaktifan halogen

1.3 Prinsip Percobaan

1.3.1 Pembuatan Halogen

Page 114: LAPORAN ANORGANIK I

Prinsip percobaan didasarkan pada kereaktifan antara MnO2 dan KMnO4 yang

direaksikan dengan larutan HCl dimana hasil reaksinya menghasilkan uap yang dapat

memutihkan kertas saring yang berwarna merah lembayung. KMnO4 lebih reaktif dari MnO2

dan merupakan oksidator yang kuat sehingga KmnO4 lebih cepat memutihkan kertas saring

dibandingkan MnO2. Reaksi antara KmnO4 dan MnO2 dimana KMnO4 dan MnO2 mengalami

reduksi menjadi Mn2+ sedangkan HCl teroksidasi menjadi Cl- berupa gas yang akan membuat

warna merah lembayung yang berasal dari reaksi antara KMnO4 dengan HCl lebih cepat

menghilangkan warna merah lembayung pada kertas saring.

1.3.2 Kereaktifan Unsur Halogen

Prinsip percobaan didasarkan pada kereaktifan unsur-unsur halogen diman dalam satu

golongan semakin ke bawah kereaktifan semakin besar, F<Cl<Br<I dimana ketikan unsur-

unsur ini dreaksikan dengan larutan NaOH dan FeCl3 endapan yang paling banyak ada pada

I, serta uji kepolaran dari unsu ini dengan pelarut kloroform yang bersifat nonpolar sehingga

larutan yang paling banyak endapan bersifat polar berdasarkan prinsip like dissolves like,

kepolaran unsur halogen yaitu F>Cl>Br>I semakin kebawah emakin nonpolar. Pada reaksi

kepolaran unsur halogen direaksikan dengan kloroform dan aquades untuk mengetahui

kepolarannya dan direaksikan NaOH dan FeCl3 dengan unsur halogen untuk mengetahui

kereaktifannya.

Page 115: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Golongan halogen merupakan kelompok unsur yang sangat reaktif terhadap golongan

alkali. Alkali adalah kelompok logam yang sangat reaktif dan bersifat elektropositif sedangkan

halogen adalah terdapat pada unsur yang paling bawah sedangkan untuk halogen terdapat

pada unsur yang paling atas dari golongannya di dalam suatu sistem periodik unsur-unsur

dalam kimia (Sugiarto, 2010).

Dalam kondisi CATF, Fluorin berupa gas dan tidak berwarna. Klorin berupa gas hijau

pucat. Klorines berupa cairan minyak yang berwarna merah cokelat dan iodisis berupa padatan

hitam metalik. Titik didih dan titik leleh molekul diabrome ini naik secara perlahan dan hal ini

berkaitan dengan sifat polar stabilitas molekul-molekul yang bersangkutan. Sifat pelarut

stabilitas molekul-molekul diatomik halogen naik secara perlahan dengan menunjuk nomor

atom. Hal ini dijelaskan oleh naiknya jari-jari atom tersebut ataupun volume dari atom dan

jumlah total dari elektron sehingga posisi elektron sehingga posisi elektron semakin mudah

terdispersikan secara tidak homogen disepanjang elektrolitnya. Dengan deikian akan berakibat

pada naiknya gaya dispersi akibat dari gaya ionidasi dan titik didihnya yang bersangkutan

(Sugiarto, 2010).

Bromin merupakan unsur halogen yang beracun dan mudah menguap untukmembentuk

moleku gas diatomik dan berbentuk membentuk molekul gas diatomik dan berbentuk cairan.

Bromium dapat mendereksikan dan menimbilkan luka apabila kontak langsung dengan kulit

dan luka tersebut dapat sembuh dalam jangka waktu yang lama. Bromium dapat larut dalam

air dan sangat laut dalam pearut-pelarut organik seperti etanol, eter, karbon disulfida dan

kloroform. Selain itu juga brom dapatmembentuk senyawa-senyawa beracun. Beberapa

senyawa lainnya seperti bromin tidak terdapat dalam bentuk unsur bebas, tetapi ditemukan

dalam ssenyawa-senyawa klorida. Brom memiliki sifat fisik yaitu jari-jari atom Br1,12 A,

massa sekitar 79,95 gr dan memiliki titik didih 830C. Brom dapat digunakan dalam obat irup

untuk membuat senyawa dibromutana yang diguanakan sebagai bahan baku zat anti oksidan

dalam tubuh. Iodin berupa padatan berwarna ungu kehitaman dan cepat menyubim pada suhu

kamar. Serta memberikan uap berwarna ungu. Iodin mempunyai sifat seperti nista dan iodin

mempunyai sifat yang merupakan senyawa yang mempunyai sifat sangat penting dalam

senyawa pelarut organik (Svehla, 1985).

Page 116: LAPORAN ANORGANIK I

Dalam pelarut-pelarut polar, hidrokarbon tidak semua dan SO4 cair, berbentuk larutan

cokelat ataupun cokelat kemerahjambuan. Warna-warna ini menunjukkan pembentukan

kompleks lemah yaitu I2>I yang dikenal sebagai kompleks penyerahan muatan sebagian dari

muatan dalam air I25+.Iod membentuk kompleks biru dengan pasti dimana atom-atom ion

terarah dalam satuan ataupun terarah pada saluran-saluran polisakarida amilase. Iod

merupakan padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan atmosfer iodnya

menyublim tanpa meleleh seperti pada Cs2 dan CCl4. Larutan semacam itu berwarna merah

lembayung seperti dalam uapnya pada saat terjadi reaksi (Cotton, 1989).

Senyawa brom terdapat sebagai leomida dalam jumlah yang jauh lebih kecil bersama

klorida brom diperoleh dari air laut melalui reaksi :

2Br− + Cl2 pH 2,3,3

→ 2Cl− + Br2

Ia di sapu keluar dengan aliran udara brom adalah cairan kental, mudah terbakar berwarana

merah tua pada suhu kamar, melarut sedang dalam air dan dapat bercampur dengan pelarut

nonpolar seperti Cs2 dan CCL4. Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut dan ia sebagai iodat

dalam garam. Berbagai bentuk kehidupan di laut mengkonsekuensikan iod. Produksi I2

menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi iodat menjadi I- diikuti oleh oksidasi

MnO2 dalam larutan asam massanya digunakan dalam sebagai pengoksidasi. Klor merupakan

gas yang berwarna kehijauan. Klor melarut sedang dalam air sambil bereaksi (Cotton, 1989).

Klor terdapat sebagai NaCl, KCl, MgCl2 dan sebagainya dalam aur laut, danau bergaram

dan sebagai deposit yang berasal dari penguapan prasejarah danau.

Beragam klor diperoleh melalui elektrolisis air laut dengan menggunakan anoda air

raksa dimana senyawa natrium melarut :

Na+ + e− + Na

Cl− + 1

2Cl2

− + e−

Kemudian natriumnya dihilangkan secara terpisah dengan mencuci emulgan dengan air

memberikan NaOH murni. Kecenderungan prosedur ini adalah bahwa senyawa Hg merupakan

bahaya polisi yang utama dan beberapa pabrik telah ditutup. Penggunaan elektroda lain

menghasilkan NaOH yang kurang murni pada kandungannya (Cotton, 1989).

Kereaktifan F2 yang besar sebagian dikaitkan kepada energi defotasi yang rendah dari

ikatan F-F dan fakta bahwa reaksi flour atomatik sangat eksoterm. Energi ikatan F-F yang

rendah mungkin disebabkan oleh tolakan antara elektron non ikatan. Efek yang serupa dapat

menerangkan adanya energi ikatan yang rendah dalam H2O2 dan N2H4. Flour paling reaktif

secara kimia dan sekalian unsur dimana akan segera bereaksi pada suhu biasa atau dengan

Page 117: LAPORAN ANORGANIK I

suhu tinggi. Sering kali dengan sangat kuat ia juga menyerang banyak senyawaan lain,

memecahkan menjadi fluori dan akan terbakar dalam F2-. Fluor terdapat secara meluas

misalnya sebagai flourspar, CaF2 kryait, NO3 dan sebagainya melalui penjenuhan kembali

dengan HF dari tangki penyimpanan sel flour dikonstruksi dari baja dan terlapisi oleh selaput

(Cotton, 1989).

Fluor yang aktif secara kimia dan secara unsur dan segera berhubungan kepad suatu

massa atau dengan suhu tinggi dengan unsur. Selain O2, H2 Ne dan Br. Seringkali dengan

sangat kuat menyerang banyak senyawaan dan memurnikannya menjadi fluorida bahan

organik seringkali reaktif (Cotton, 1989).

Suatu senyawa agak lebih bening dalam organisme laut. Contohnya dalam seperti

ganggang dan rumput laut, zat warna ungu funds adalah suatu senyawa brom yang diperoleh

dalam suatu proses reduksi dan sejumlah kecil dan jenis langkah dari organisme sifut di dalam

laut warna ungu bening dapat digunakan sebagai suatu zat warna oleh kandungan plienit dari

organisme ini dan sesudah itu dapat digunakan dalam berbagai hal. Senyawa halogen

digunakan secara meluas dalam masyarakat modern sebagai pelarut. Infeksitida dari bahan-

bahan di alam pada suatu senyawa organik dimana kebanyakan senyawa organik dimana

halogen merupakan sintesis didalam senyawa organik yang dapat di jumpai di alam

(Fessenden, 1982).

Ekektron yang iberikan oleh atom-atom ini kemudian ditampung dalam orbital yang

energinya paling rendah dengan tidak lebih dari dua elektron yang dapat menempati satu

orbital sehingga harus dipanaskan terlebih dahulu, seperti dalam suatu atom jika ada beberapa

orbital molekul terativasi kita dapat menambahkan elektron-elektron itu pada setiap orbital

ditempati oleh dua elektron karena hal itu mengulangi teroksidasinya elektron (Atkins, 1999).

Florida merupakan salah satu contoh unsur halogen yang berbentuk gas (nonlogam)

yang sangat reaktif, beracun korosif, berbau menyengat dan tidak enak serta berwarna kuning

kehijau-hijaun karena merupakan unsur yang sangat reaktif maka fluorin dapat membentuk

beberapa jenis senyawaan seperti hidrogen fluorid, natrium florida dan lain-lain dalam bentuk

klorofrolekarbon (CFC) dapat digunakan sebagai minyak pelumas. Fluor memiliki massa atom

18,9840 dengan jari-jari 0,57 A dengan titik didih 0 J0C (Svehla, 1985).

Page 118: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 3

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

Neraca analitik

Pipet tetes

Tabung reaksi

Rak tabung

Sikat tabung

Penggaris

Gunting

Spatula

3.1.2 Bahan

Larutan HCl(p)

Larutan indikator pp

Larutan NaOH

Padatan KMnO4

Padatan MnO2

Larutan FeCl3

Kertas saring

Kertas label

Aquadest

Tissue

Larutan NaBr

Larutan NaCl

Sabun cair

Larutan NaI

Larutan CHCl3

Larutan NaF

Plastik wraping

Page 119: LAPORAN ANORGANIK I

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Pembuatan Halogen

3.2.1.1 MnO2

Ditimbang 0,1 gram MnO2

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Disiapkan kertas saring ukuran 4x4 cm ditetesi dengan NaOH dan indicator pp

Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam tabung reaksi

Ditutup tabung reaksi dengan kertas saring

3.2.1.2 KMnO4

Ditimbang 0,1 gram KMnO4

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Disiapkan kertas asring 4x4 cm ditetesi dengan NaOH dan indicator pp

Ditambahkan 1 pipet HCl kedalam tabung reaksi

Ditutup tabung reaksi dengan kertas saring

3.2.2 Kereaktifan unsur halogen

3.2.2.1 Klorofrom

Disiapkan 4 tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet FeCl dan 1 pipet NaOH

Diamati

Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NAbr NaI pada setiap tabung

Diamati

Ditambahkan CHCl3 1 pipet

Diamati dan didinginkan perubahan yang terjadi

3.2.2.2 Aquades

Disiapkan 4 tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet FeCl dan 1 pipet NaOH

Diamati

Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NAbr NaI pada setiap tabung

Diamati

Ditambahkan Aquadest 1 pipet

Diamati dan didinginkan perubahan yang terjadi

Page 120: LAPORAN ANORGANIK I

3.3 Flow sheet

3.3.1 Pembuatan halogen

3.3.1.1 MnO2

0,1 gram MnO2

berwarna hitam

ditambah 1 pipet HCl(P)

dihomogenkan

ditutup tabung reaksi dengankertas saring yang telah ditetes indikator pp dan NaOH

didiamkan

diamati

Larutan hitam pekat danterdapat gelembung

Larutan hitam pekat dankertas saring merah lembayung

Warna pada kertas saring menghi-lang secara perlahan-lahan

3.3.1.2 KmnO2

0,1 gram KMnO4

berwarna hitam

ditambah 1 pipet HCl(P)

dihomogenkan

ditutup tabung reaksi dengankertas saring yang telah ditetes indikator pp dan NaOH

didiamkan

diamati

Larutan hitam pekat danterdapat gelembung

Larutan hitam pekat dankertas saring merah lembayung

Warna pada kertas saring menghi-lang dan terdapat warna kekuningan

3.3.2 Kereaktifan unsur halogen

Page 121: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.2.1 Kloroform

Larutan H2SO4 3 mL Larutan H2C2O4 5 mL

dicampurkan kedalam erlenmeyer

Larutan dan endapann berwarnacoklat

ditambah 1 pipet

NaF bening

diamati

ditambah 1 pipet

NaCl bening

ditambah 1 pipet

NaBr beningditambah 1 pipetNaI bening

diamati diamati diamati

Larutan merahkecoklatan dan endapan coklat

endapan coklat endapan warna coklat

terdapat enda-pan coklat

ditambahkan

1 pipet CHCl3

ditambahkan

1 pipet CHCl3

ditambahkan

1 pipet CHCl3

ditambahkan

1 pipet CHCl3

larutan 2 fasebening dan en-dapan coklat

terdapat 3fasebening diatas dan bawah ditengahendapan coklat

terdapat 3 fase larutan beningdi fase atas danbawah endapancoklat ditengah

terdapat 2 fase fase bawah endapan coklat dan faseatas larutan coklat

Page 122: LAPORAN ANORGANIK I

3.3.2.2 Aquades

Larutan H2SO4 3 mL Larutan H2C2O4 5 mL

dicampurkan kedalam erlenmeyer

Larutan dan endapann berwarnacoklat

ditambah 1 pipet

NaF bening

diamati

ditambah 1 pipet

NaCl bening

ditambah 1 pipet

NaBr beningditambah 1 pipetNaI bening

diamati diamati diamati

Larutan merahkecoklatan dan endapan coklat

endapan coklat endapan warna coklat

terdapat enda-pan coklat

ditambahkan1 pipet aquades

ditambahkan1 pipet aquades

ditambahkan1 pipet aquades

ditambahkan1 pipet aquades

endapan berku-rang larutan berwarna cok-lat

endapan berku-rang larutan berwarna cok-lat

endapan berku-rang, warna coklat kemera-han

endapan ber-kurang larutanwarna coklatpekat

Page 123: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Pengamatan

Perlakuan Pengamatan

1. Pembuatan Halogen

a) MnO2

Ditimbang 0.1 gram MnO2

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Sisiapkan kertas saring ukuran 4x4 cm

ditetes dengan NaOH dan Indikator pp

Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam

tabung reaksi

Ditutup tabung reaksi reaksi dengan

kertas saring

b) KMnO4

Ditimbang 0.1 gram KMnO4

Dimasukkan kedalam tabung reaksi

Disiapkan kertas saring ukuran 4x4cm

ditetesi dengan NaOH dan indikator pp

Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam

tabung reaksi

Ditutup tabung reaksi dengan kertas

saring

2. Kereaktifan logam halogen

Disiapkan 4 tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet FeCl3 dan 1

pipet NaOH

Diamati

Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl,

NaBr, NaI pada tiap tabung reaksi

Padatan MnO2 berwarna hitam

NaOH bening dan indikator pp

bening, ketika diteteskan pada

kertas saring, berubah menjadi

merah lembayung HCl(p)

bening

Larutan hitam bergelembung

dan uapnya menyebabkan

kertas menjadi putih

Padatan KMnO4 berwarna

hitam

NaOH bening dan indikator pp

bening, ketika diteteskan pada

kertas saring, berubah menjadi

merah lembayung

HCl bening

Larutan hitam bergelembung

dan uapnya menyebabkan

kertas saring menjadi putih

Page 124: LAPORAN ANORGANIK I

Diamati

Ditambahkan 1 pipet CHCl3

FeCl3 berwarna kuning

NaOH bening

Larutan cokelat dan endapan

cokelat

Larutan NaF, NaCl, NaBr, dan

NaI bening

Pada tabung NaF larutan 2

fase dan endapan berkurang

Pada tabung NaCl terdapat

endapan cokelat dan larutan

berwarna cokelat

Pada tabung NaBr, larutan 2

fase, larutan cokelat dan

endapan cokelat yang

berkurang

Pada tabung NaI terdapat

larutan cokelat dan banyak

endapan

CHCl3 bening

Pada tabung NaF membentuk

3 fase, fase atas dan bawah

bening dan sedikit endapan

pada fase tengah berwarna

cokelat kemerahan

Pada tabung NaCl membentuk

3 fase atas dan bawah bening

dan endapan berwarna cokelat

kemerahan ditengah, endapan

lebih banyak disbanding pada

NaF

Page 125: LAPORAN ANORGANIK I

3. Kereaktifan logam halogen

Disiapkan 4 tabung reaksi

Ditambahkan 1 pipet FeCl3 dan 1

pipet NaOH

Diamati

Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl,

NaBr, NaI pada tiap tabung reaksi

Diamati

Pada tabung NaBr membentuk

3 fase, fase tengah endapan

cokelat kemerahan

Pada tabung NaI membentuk 2

fase dimana larutan cokelat

dan terdapatbanyak endapan

berwarna cokelat dan

berwarna cokelat kemerahan

FeCl3 berwarna kuning

NaOH bening

Larutan cokelat dan endapan

cokelat

Larutan NaF, NaCl, NaBr, dan

NaI bening

Pada NaF larutan menjadi

cokelat kemerahan

Pada NaCl endapan berkurang

warna larutan cokelat

kekuningan

Pada NaI endapan berkurang

Pada NaBr endapan cokelat

kemerahan

Pada NaCl endapan berkurang

warna larutan

cokelatkekuningan

Pada NaF endapan berkurang

warna menjadi cokelat

Page 126: LAPORAN ANORGANIK I

Pada NaBr endapan berkurang

warna larutan cokelat

kemerahan

Pada NaF endapan berkurang

warna cokelat pekat

Berdasarkan kepolaran

F<Cl<Br<I

4.2 Reaksi

4.2.1 KMnO4 dengan HCl

Oksidasi : HCl → H+ + Cl−

Cl− → Cl2

2Cl− → Cl2 + 2e−

Reduksi : KMnO4 → K+ + MnO4−

MnO4− → Mn2+

MnO4− → Mn2+ + 2H2O

MnO4− + 8H+ → Mn2+ + 4H2O

MnO4− + 8H+ + 5e− → Mn2+ + 4H2O

Oksidasi : 2Cl− → Cl2 + 2e−

Reduksi : Mn04− + 8H+ + 5e− → Mn2+ 4H2O

10Cl− → 5Cl2 + 10e−

2MnO4− + 16H+ + 10e− → 2Mn2+ + 8H2O

10Cl− + 2MnO4− + 16H+ → 5Cl2+2Mn2+ + 8H2O

4.2.2 MnO2 dengan HCl

Oksidasi : HCl → H+ + Cl−

Cl− → Cl2

2Cl− → Cl2 + 2e−

Reduksi : MnO2− → Mn2+

MnO2− → Mn2+ + 2H2O

Page 127: LAPORAN ANORGANIK I

MnO2− + 4H+ → Mn2+ + 2H2O

MnO2− + 4H+ + 2e− → Mn2+ + 2H2O

Oksidasi : 2Cl− → Cl2 + 2e−

Reduksi : Mn02− + 4H+ + 2e− → Mn2+ 2H2O

2Cl− + MnO2− + 4H+ → Cl2+Mn2+ + 2H2O

4.2.3 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl

3NaF+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeF3

4.2.4 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl

3NaCl+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeCl3

4.2.5 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl

3NaBr+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeBr3

4.2.6 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl

3NaI+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeI3

4.2.7 Indikator PP dengan NaOH

OH OH

C

C

O

+ 2NaOH

O

ONa

C

C

O

0

ONa

+ 2H2O

Page 128: LAPORAN ANORGANIK I

4.4 Pembahasaan

Pada percobaan pembuatan halogen direaksikan dengan MnO2. Padatan halogen

direaksikan dengan MnO2 yangan berwarna hitam sebanyak 0,1 gram direaksikan dengan 1

pipet HCl(p) bening lalu dihomogenkan agar keduanya dapat bercampur menghasilkan larutan

hitam pekat dan bergelembung dan mengalami atau mempunyai uap. Pada tabung reaksi yang

berisi dengan MnO2 dan HCl ditutup denga kertas saring yang telah ditetesi NaOH bening

yang bersifat basa dan indikator pp bening sehingga pada kertas saring berwarna merah

lembayung karena indicator pp mendeteksi adanya senyawa basa sedangkan NaOH sebagai

pemberi suasana basa. Kertas saring berwarna merah lembayung ditutupi pada mulut tabung

kemudian setelah beberapa menit kertas saring berubah menjadi putih hal ini dikarenaakan

campuran MnO2 dan HCl bersifat asam sehingga kertas saring kembali berwarna putih dimana

indicator pp tidak bereaksi dengan senyawa yang bersifat asam. Perlakuan yang sama

dilakukan terhadap padatan KMnO4 0,1 gram berwarna hitam direaksikan dimana kertas

saring yang berwarna merah lembayung lebih cepat berubah menjadi warna putih

dibandingkan dengan MnO2 hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan senyawa desikator yang

lebih kuat dibandingkan dengan MnO2.

Pada percobaan kereaktifan unsur halogen, direaksikan larutan FeCl3 sebanyak 1 pipet

berwarna kuning dengan 1 pipet NaOH bening menghasilkan ini dilakukan pada 4 tabung

reaksi. Pada tabung 1 ditambahkan larutan NaF sebanyak 1 pipet bening menghasilkan larutan

coklat dan endapan cokelat yang berkurang dari sebelumnya. Demikian juga dengan tabung

yang ditambahkan NaCl, NaBr, dan NaI bening dihasilkan larutan cokelat dan endapan

cokelat. Akan tetapi dari keempat tabung reaksi terdapat perbedaan jumlah endapan dimana

endapan yang paling banyak secara berurutan dan pada tabung NaI, NaBr, NaCl dn tabung

NaF hal ini menandakan bahwa semakin banyak jumlah endapan semakin reaktif unsur

tersebut. Pada unsur halogen urutan kereaktifannya ialah I, Br, Cl, F sehingga pada percobaan

NaI lebih banyak endapannya dan NaF endapannya lebih sedikit karena NaI lebih reaktif dari

pada NaF, Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 1 pipet klorofrom (CHCl3)

bening yang bersifat non polar. Kloroform ditambahkan untuk mengetahui kepolaran dari

unsur-unsur halogen pada percobaan. Setelah penambahan kloroform. Pada tabung NaF, NaCl,

dan NaBr terbentuk 3 fase yaitu fase bawah bening yang bersifat nonpolar dan fase atas bening

besifat polar. Pada fase tengah terdapat endapan cokelat kemerahan dimana ketika

dihomogenkan akan bercampur dengan senyawa polar hal ini karena endapan memilki sifat

polar sehinggaa dapat bercampur dengan polar. Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolves

like dimana senyawa polar dapat larut dalam polar dan nonpolar dengan non polar sedangkan

Page 129: LAPORAN ANORGANIK I

larutan polar tidak dapat bercampur dengan non polar. Pada keadaan ini endapan paling

banyak ada pada NaF karena NaF bersifat cenderung plar dibandingkan dengan NaBr, NaCl,

dan NaI, dimana semakin banyak endapan maka larutan semakin bersifat polar. Urutan

kepolaran dari unsur halogen yaitu F>Cl>Br>I sehingga pada NaI larutan terlihat bercampur

karena NaI cenderung bersifat nonpolar.

Adapun dalam percobaan kereaktifan unsur halogen dengan menambahakan aquadest

yang bersifat polar terdapat endapan yang paling banyak pada larutan NaI. Dimana

berdasarkan tingkat kepolaran dari unsur halogen F>Cl>Br>I. Oleh karena itu berdasarkan

prinsip like dissolves like dimana dengan pelarut aquades yang bersifat polar kelarutan yang

lebih besar ada pada F sedangkan pada I terdapat endapan dan larutan cokelat karena I pada

unsur halogen cenderung yang paling bersifat nonpolar disbanding unsur lainnya.

Adapun faktor kesalahan dalam percobaan ini:

Kesalahan dalam mengukur atau mengambil larutan

Kuranng telitinya memperhatikan warna larutan dan endapan

Kurang tepatnya ketika menutup tabung reaksi dengan kertas saring ssehingga ada uap

HCl dan MnO2 yang tidak melewati kertas saring

Unsur-unsur golongan VIIA disebut halogen. Nama itu berasal dari Bahasa yunani

yang berarti “pembentukan garam”. Dinamai demikian karena unsur-unsur tersebut dapat

berekasi dengan logam membentuk garam. Unsur-unsur golongan ini: Floor(F), klor(Cl),

Brom(Br), iodin(I), dan astatin(Al).

Aplikasi dari golongan halogen yaitu:

Pasta gigi mengandung senyawa fluorida untuk mencegah kerusakan gigi

Flour digunakan sebagai pendingin

Klor digunakan untuk penjernihan air dan pembuatan kramik

AgBr sensitif terhadap cahaya dan digunakan dalam film foto grafi dan sinar x

Iodin digunakan sebagai antiseptic yang dilarutkan dalam alcohol dan diusapkan pada

luka

Adapun sifat fisik dan kimia dari KMnO4:

Rumus molekul

Berat molekul 158,03 gram

Tidak berbau

Mudah larut dalam air

Merupakan oksidator kuat

Page 130: LAPORAN ANORGANIK I

Adapun sifat fisik dan kimia dari NaOH:

Berat molekul 39,79971 g/mol

Densitas 2,1 g/cm3 padat

Titik didih 1390°C

Titik lebur 318°C

Berupa cairan

Adapun sifat fisik dan kimia dari HCl(p):

Berupa cairan bening

Berbau pekat

Titik lebur 101°C

Dapat larut dalam alkali monoksida, kloroform dan eter

Energi ionisasi 1250 Kj/mol

Kalor jenis 0,115 Kal/gr°C

Adapun fungsi alat dalam percobaan kali ini adalah

Neraca analitik untuk menimbang massa KMnO4 dan MnO2

Tabung reaksi untuk wadah mereaksikan larutan

Spatula untuk mengambil padatan yang ditimbang

Adapun fungsi bahan:

NaI, NaBr, NaCl, NaF, sebagai larutan senyawa halogen

Indicator pp untuk mendeteksi basa

NaOH sebagai larutan asam

Page 131: LAPORAN ANORGANIK I

BAB 5

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil reaksi dari KMnO4 dengan HCl menghasilkan larutan bening dan uapnya bersifat

asam yang ditandai dengan uapnya dapat memutihkan kertas saring berwarna merah

lembayung akibat ditetesi indikator PP dan NaOH

Saat ditambahkan CHCl3 reaksi yang terbentuk 3 fase pada NaF, NaCl, dan NaBr

sedangkan pada NaI terbentuk endapan cokelat pekat

Urutan unsur-unsur halogen yang digunakan saat praktikum adalah mulai yang paling

reaktif adalah NaI, NaBr, NaCl dan NaF

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat digunakan larutan n-heksan yang bersifat

nonpolar agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan kloroform pada uji kepolaran

halogen.

Page 132: LAPORAN ANORGANIK I

DAFTAR PUSTAKA

Atkins.1999. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga

Cotton.1989. Kimia Organik Dasar. Jakarta: UI – Press

Fessenden.1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga

Svehla.1985. Vogel Analisis kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalma

Media Pustaka

Sugiarto, dkk.2010. Kimia Anorganik Dasar. Yogyakarta Graha Ilmu