Page 1
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1
Disusun oleh :
Kelompok 1 A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
LABORATORIUM KIMIA FISIK DAN ANORGANIK
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2014
Page 2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga pada akhirnya
”Laporan Praktikum Anorganik 1” ini dapat kami susun dan sajikan sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan.
Adapun maksud dan tujuan kami dengan membuat ”Laporan Praktikum Anorganik
1” ini adalah untuk memenuhi tugas praktikum kami. Selain dari pada itu semoga
pembuatan laporan ini juga dapat membantu rekan - rekan mahasiswa lain untuk dapat
digunakan sebagai literatur tambahan.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami selama praktikum hingga tersusun laporan ini, khususnya para asisten
yang telah membimbing dan mengarahkan kami dalam praktikum dan pembuatan
laporan.
Akhirnya jika dalam penyajian laporan ini masih ada kekurangan, kritik dan saran
yang membangun dari pembaca sekalian sangat kami harapkan. Harapan kami semoga
laporan ini bermanfaat bagi kita semua.
Samarinda, 28 November 2014
Penyusun
Kelompok 1A
Page 3
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1
“KOROSI BESI”
Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
Samarinda, 28 November 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si
NIP. 19711203 200012 1 001
Asisten Praktikum,
M. Arief R.F.D
NIM. 1107035038
Page 4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai berbagai macam-macam
logam yang ada disekitar kita, misalnya besi baja dan alumunium yang tidak terawat
dengan baik dan menyebabkan logam tersebut rusak dan berkarat. Besi merupakan
logam yang digunakan banyak orang karena haranya tidak terlalu mahal dan mudah
didapat serta daya tahannya kuat.
Dalam kimia, korosi adalah kerusakan degrasi logam akibat reaksi-reaksi
redoks antara suatu logam berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan
senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi
disebut pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah pengkaratan besi.
Reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron
antara pereaksi yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah.
Korosi mendatangkan kerugian yang tahan, tidak indah dan tidaklah aman
untuk dipakai dalam bangunan-bangunan maupun pengkaratan yang memakai besi
dan sebagainya. Terjadinya karat pada besi disebabkan karena terjadinya reaksi
kimia oleh pengaruh lingkungan misalnya karena oksigen atau gas lain dari
atmosfer air larutan garam asam dan basa. Proses terjadinya karat disebut korosi.
Oleh karena itu dilakukan percobaan kali ini yaitu untuk mengetahui reaksi
oksidasi maupun reduksi yang terjadi pada besi, baja, alumunium, perak dan
lainnya. Mengetahui apa saja yang mempengaruhi dan menyebabkan terjadinya
korosi. Proses elektrokimia yang terjadi dalam proses pengkaratan (korosi) yang
terjadi dalam kali ini yang dilakukan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-
hari dan macam-macam cara untuk mengatasi korosi besi baik secara sederhana
maupun dengan cara proses yang menggunakan peralatan canggih.
1.2 Tujuan percobaan
- Mengetahui besarnya efek korosi pada paku dengan kontrol dalam 48 jam
1
Page 5
- Mengetahui reaksi yang terjadi pada kontrol dan indikator pp
- Mengamati korosi yang terjadi terhadap reagen
1.3 Prinsip percobaan
Sifat asam kuat dari HCl mempercepat terjadinya korosi pada besi sedangkan
pada senyawa basa kuat NaOH proses reaksi korosi berlangsung lambat karena
NaOH melindungi besi dan lama kelamaan menyebabkan korosi. Senyawa
K3Fe(CN)6 mengoksidasi paku, indikator pp mendeteksi kandungan OH- pada paku,
pada setiap penambahan reagen paku bengkok lebih banyak mengalami korosi
karena lapisan permukaan paku telah rusak. Dan pada proses ini terjadi reaksi
redoks dimana besi yang mengalami oksidasi dan oksigen (udara) yang mengalami
reduksi. Sedangkan oksigen tereduksi menjadi 4OH- dan adapun faktor-faktor yang
dapat mempercepat terjadinya korosi pada percobaan kali ini adalah dengan
penambahan NaOH, HCl, K3Fe(CN)6 dan indikator pp. pada kecepatan korosi pada
paku akibat terjadinya oksidasi logam besi sehingga dihasilkan Fe dan Fe2+ karena
penambahan NaOH, K3Fe(CN)6, indikator pp, HCl yang mempengaruhi korosi
Page 6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Korosi adalah kerusakan atau degredasi logam akibat reaksi-reaksi redoks
antara suatu logam berbagai zat dilingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam bahasa sehari-hari, korosi disebut
pengkaratan. Contoh korosi yang paling lazim adalah pengkaratan besi. Reaksi
reduksi dan oksidasi merupakan reaksi yang disertai pertukaran elektron antara
pereaksi yang menyebabkan keadaan oksidasi berubah. Dari sejarahnya, istilah
oksidasi diterapkan untuk proses. Proses dimana oksigen diambil oleh suatu zat.
Maka reduksi dianggap sebagai proses, dimana oksigen diambil dari dalam suatu
zat. Kemudian penangkapan hidrogen juga disebut reduksi, sehingga kehilangan
hidrogen harus disebut dengan oksidasi (Svehla, 1985).
Korosi dapat digambarkan sebagai sel galvanik yang mempunyai hubungan
pendek dimana beberapa daerah permukaan logam bertindak sebagai katoda dan
lainnya sebagai anoda dan rangkaian listrik dilengkapi oleh aliran elektron menuju
besi itu sendiri. Pada peristiwa korosi, logam mengalami oksidasi sedangkan
oksigen (udara) mengalami reduksi karat logam umumnya dalah berupa oksdia dan
karbonat. Rumus kimia karat besi adalah Fe2O3, xH2O, suatu zat pada yang
berwarna coklat, merah. Korosi merupakan proses elektrokimia. Pada proses besi,
bagian tertentu dari besi itu berlaku sebagai anode dimana besi mengalami oksidasi
Fe(S) ↔ Fe2+ + 2e
Elektron yang dibebaskan di anode mengalir kebagian lain dari besi itu yang
bertindak sebagai katode, dimana oksigen tereduksi
O2(g) + 4H+(aq) + 4e ↔ 2H2O(e)
O2(g) + 2H2O(e) + 4e↔ 4OH-(aq)
Ion besi (II) yang terbentuk pada anode selanjutnya teroksidasi membentuk ion
besi (III) yang kemudian membentuk senyawa oksidasi terhidrasi yaitu karat besi.
Mengenai bagai mana, dari besi itu bertindak sebagai anode dan bagian mana yang
sebagai katode, bergantung pada berbagai faktor, misalnya zat pengotor atau
Page 7
perbedaan rapatan logam itu. Besi murni adalah logam yang berwarna putih perak
yang kukuh dan liat. Ia melebur pada suhu 1535oC. Jarang terdapat besi komersial
yang murni biasanya besi mengandung sejumlah kecil karbida, silsida, fosfida, dan
sulfida dari besi. Serta sedikit grafit. Zat-zat pencemar ini menaikkan peran penting
dalam kelarutan struktur besi. Berbeda dengan tembaga, tembaga adalah logam
merah muda, yang lunak, dapat ditempa dan liat. Melebur pada suhu 1038oC.
Karena potensial elektron standarnya positif, ia tidak larut dalam asam klorida dan
asam sulfat encer, meskipun adanya oksigen ia bisa larut sedikit (Svehla, 1990).
Terdapat beberapa teknik untuk mencegah korosi. Pelapisan permukaan
dengan suatu lapisan tak tertembuskan, seperti cat, dapat mencegah masuknya
udara lembab. Sayangnya, perlindungan ini akan gagal dan menimbulkan
malapetaka jika cat menjadi berpori. Jika demikian maka oksigen dapat masuk ke
dalam logam yang tersingkap, dan korosi terus berlanjut dibawah lapisan cat bentuk
lain pelapisan permukaan dilakukan dengan galvanisasi yaitu pelapisan benda besi
dengan seng. Karena potensial elektroda seng adalah 0,76 V yang lebih negatif dari
pasangan besi itu maka korosi seng dipermudah secara temodinamika. Sehingga
besi itu bertahan (seng itu bertahan karena dilindungi oleh lapisan oksida
terhidrasi). Sebagai perbandingan, pelapisan timah menyebabkan korosi besi yang
sangat cepat, begitu permukaanya tergores dan besinya tesikap. Hal ini disebabkan
pasangan timah (Eo= -0,14 eV) mengoksidasi pasangan besi (Eo= -0,44 eV).
Beberapa oksida bersifat lambat secara kinetika dalam arti bahwa oksida itu
melekat pada permukaan logam dan membentuk lapisan tak tertembuskan pada
jarak pH yag cukup lebar. Pasifasi atau perlindugnan kinetika itu dapat dipandang
sebagai suatu cara untuk menurunkan arus pertukaran, dengan penutupan
permukaan. Jadi, alumunium lambat di udara, walaupun potensial reduksinya
sangat negatif (-1,66V).
Metode perlindungan lainnya adalah mengubah potensial objek dengan
memompa elektron yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan reduksi oksigen,
tanpa melibatkan oksidasi logam. Dalam perlindungan katode objek dihubungkan
dengan logam yang mempunyai potensial elektrode lebih negatif seperti
magnesium (2,36 V). Magnesium bertindak sebagai anoda karbon yang memberika
Page 8
elektrodanya pada besi dan dalam proses itu teroksidasi menjadi Mg2+. Pengganti
balok magnesium sekali-kali jauh lebih murah dari pada kapal, bangunan, atau pipa
saluran, sebagai pengorbanan. Dalam perlindungan katoda arus terpasang, sel luar
menyediakan elektron sehingga menghilangkan kebutuhan besi untuk mentrasnfer
elektronnya sendiri (Attkins, 1990).
Pembentukan oksida logam yang berasal dari reaksi antara logam dengan
oksigen adalah kejadian biasa. Kenyataanya dalam bentuk karatan (korosi)
pembentukkan oksida ini merupakan sumber kerugian ekonomi dalam dunia
modern ini. Besi akan beraksi dengan oksigen apabila ada uap air untuk membentuk
karat yaitu oksida yang kristalnya mengandung molekul air dalam jumlah beragam
(ditunjukan oleh koefisien x pada persamaan berikut):
2Fe(s) + 3
2O2(g) + xH2O(l) → Fe2O3.xH2O
(karat)
Karat adalah besi (III) oksida yang tehidrasi alumunium juga akan membentuk
oksida apabila bereaksi dengan oksigen di udara
2Al(s) + 3
2O2(g) → Al2O3(s)
Seperti telah dipelajari, alumunium akan lebih mudah dioksidasikan dari pada besi,
sehingga permukaan logam alumunium yang masih segar akan cepat bereaksi
dengan O2 dan akan membentuk lapisan oksida pada permukaan tersebut. Namun
berbeda dengan karat besi. Al2O3 akan mengikat secara kuat pada permukaannya
sehingga akan melindungi logam tersebut dari kerusakan selanjutnya. Kenyataanya
karena demikian mudahnya alumunium dipakai sebagai logam bangunan (struktur
mental) (Brady, 1986).
Oksidan dan hidroksida, penambahan OH- kepada larutan Fe2+ menghasilkan
hidroksida hijau pucat yang mudah teroksidasi oleh udara memberika ferri oksida
hidrat yang coklat merah Fe(OH)2 suatu hidroksida sejati dengan struktur Mg(OH)2
agak bersifat amfoter. Seperti Fe, zat ini larut dalam NaOH pekat, dari kelarutan ini
dapat diperoleh kristal-kristal biru Na4[Fe(OH)6]. Oksidasinya FeO bisa diperoleh
sebagai bentuk serbuk hitam bersifat pirofor dengan menyalakan Fe2+ oksalat
Page 9
biasanya non stoikiometeri Fe0,95 O, berarti bahwa ada beberapa Fe3. Penambahan
OH- kepada larutan ferri memberikan massa gelatin coklat merah umumnya,
disebut ferri hidroksida tetapi diberikan sebagai oksida hidrat Fe2O3.nH2O. zat ini
mempunyai beberapa bentuk, salah satu FeO (O) terdapat dalam mineral
lepidoctocite, dan dapat dibuat dengan hidrolisis feri klorida pada suhu tinggi.
Pemanasan pada 200oC oksdia hidrat membentuk ∂-Fe2O3 coklat merah yang
terdapat sebagai mineral hematile ini mempunyai struktur korondum dengan
tatanan hcp dari O dan Fe3+ dalam interaksi oktahedral (Cotton, 2009).
Besi adalah logam yang kedua melimpahnya sesudah Al dan unsur eempat
yang paling melimpah dalam kulit bumi, teras bumi dianggap terutama terdiri atas
Fe dan NI. Bijih yang utama adalah hematite Fl2O3, magnetite Fe3O4 limonite Fe
O(OH) dan side FeO3. Besi murni cukup reaktif. Dalam udara lembab cepat
teroksdiasi memberikan besi (III) oksida hidrat (karat) yang tidak sanggup
melindungi karena zat ini hancur dan memberika permukaan logam ang baru,
terbuka. Besi yang sangat halus bersifat pirofor. Logamnya mudah larut dalam asam
mineral. Dengan asam bukan pengoksidasi tanpa udara, diperoleh Fe2+ dengan
adanya udra atu bila digunakan HNO3 encer panas, sejumlah besi menjadi Fe3+
(Cotton, 2009).
Oksidasi logam besi secara perlahan oleh dioksigen udara dikenal sebagai
proses pengkaratan. Dengan menggunakan indikator dapat ditunjukkan adanya
kenaikan pH disekitar permukaan besi yang berkarat. Proses pengkaratan besi
merupakan pembentukan oksida terhidrat Fe3(OH)3 atau Fe(OH) secara
elektrokimia ini hanya hadir karena adanya oksigen air dan suatu elektrolit. Jika
salah satu dari ketiga zat tersebut tidak ada roses pengkaratan akan terhambat
(Sugiyarto, 2010).
Garam-garam besi (II) (atau fero) diturunkan dari besi (II oksida) FeO. Dalam
larutan, garam-garam ini mengandung kation Fe2+ dan berwarna sedikit hijau. Ion-
ion gabungan dan kompleks-kompleks sepit yang berwarna tua adalah juga umum.
Ion besi (II dapat mudah dioksidasikan menjadi besi (III), maka merupakan zat
pereduksi yang kuat. Semakin kurang asam larutan itu, semakin nyatalah efek ini
dalam suasana netral atau basa bahan oksigen dari atmosfer akan megnoksidasikan
Page 10
ion besi (II). Maka larutan besi (III) harus sedikit asam bila ingin disimpan untuk
waktu yang agak lama (Svehla, 1985).
Garam-garam besi (II) (atau feri) diturunkan dari oksdia besi (III), Fe2O3.
Mereka lebih stabil dai pada garam besi (II). Dalam larutannya terdapat kation-
kation Fe3+ ang berwarna kuning muda, jika larutan mengandung klorida warna
menjadi semakin kuat zat-zat pereduksi mengubah ion besi (III) menjadi besi (II)
(Svehla, 1985).
Karena ion heksasianoferat (II) adalah ion kompleks tidak memberi reaksi-
reaksi besi yang khas. Besi yang ada dalam larutan demikian, bisa di deteksi dengan
menguraikan ion kompleks itu dengan mendidihkan larutan dengan asam sulfat
pekat dalam kamar asam mempunyai ventilasi yang baik pada mana tebentuk gas
karbon monoksida:
[Fe(CN)6]4- + 6H2SO4 + 6H2O → Fe2+ + 6CO↑ + 6NH4
+ + 6SO2-4
(Svehla, 1985).
Page 11
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
- Pipet tetes
- Cawan petri
- Beaker glas
- Botol reagen
- Stopwatch
- Kamera
- Batang pengaduk
- Hot plate
- Keranjang
3.1.2 Bahan
- Paku
- Amplas
- Agar-agar
- Tissue
- Serbet
- Kertas label
- Larutan indikator pp
- Larutan NaCl
- Larutan NaOH
- Larutan K3Fe(CN)6
- Aquades
- Sabun cair
3.2 Prosedur percobaan
- Dimasukan agar-agar sebanyak 1 bungkus ke dalam gelas beaker
- Ditambah 400 mL aquades
8
Page 12
- Dipanaskan hingga larut
3.2.1 Kontrol
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri sampai semua bagian paku
terendam
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
3.2.2 Kontrol + NaCl
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan NaCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
3.2.3 Kontrol + K3Fe(CN)6
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan K3Fe(CN)6 sebanyak 2 pipet pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
3.2.4 Kontrol + Indikator pp
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan Indikator pp sebanyak 2 pipet pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
3.2.5 Kontrol + HCl
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan HCl sebanyak 2 pipet pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
Page 13
3.2.6 Kontrol + NaOH
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan NaOH sebanyak 2 pipet pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
3.2.7 Kontrol + NaCl + K3Fe(CN)6 + Indikator pp
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6, dan Indikator pp sebanyak 2 pipet
pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
3.2.8 Kontrol + NaOH + K3Fe(CN)6 + Indikator pp + HCl
- Dimasukkan paku lurus dan bengkok ke dalam cawan petri
- Dimasukan larutan agar-agar ke cawan petri
- Ditambahkan larutan NaOH, K3Fe(CN)6, Indikator pp dan HCl sebanyak
2 pipet pada cawan petri
- Diamati selama 0 menit, 30 menit, 1 jam, 1,5 jam dan 48 jam
- Dicatat
Page 14
3.3 Flow sheet
3.3.1 Kontrol
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitBelum terjadi korosi
30 menitbelum terjadikorosi
1 jam belum terjadi korosi
1.5 jam
tidak terjadi
korosi
48 jam
tidak terjadi korosi
dipanaskan
3.3.2 Kontrol+NaCl
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitTerdapatgelembung
30 menitTerdapat gelembung
1 jam Terdapatgelembung
1.5 jam
Terjadi sedi-
kit korosi
48 jam
terjadikorosi
dipanaskan
ditambahkan larutan NaCl
Page 15
3.3.3 Kontrol+K3Fe(CN)6
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitTimbul warnabiru pada pa-ku
30 menitTerdapat ge-lembung ter-jadi korosi
1 jam Terjadi korosi
1.5 jam
Terjadai ko-
rosi lebih ba-
nyak
48 jam
Terjadi koro-si pada paku
dipanaskan
ditambahkan larutan K3Fe(CN)6
3.3.4 Kontrol+Indikator pp
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitTidak ada ko-rosi
30 menitTerdapat war-na merah lem-bayung
1 jam
Terdapat war-na merah lem-bayung
1.5 jam
Terdapat war-na merah lem-bayung
48 jam
Terdapat banyak
warna merah lembayung
dipanaskan
ditambahkan larutan Indikator pp
Page 16
3.3.5 Kontrol+HCl
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitBelum ada ko-rosi
30 menitBelum ada ko-rosi
1 jam Hanya di te-mukan ge-lembung
1.5 jam
Belum ada
korosi
48 jamTerjadi ko-rosi dalam jumlah banyak
dipanaskan
ditambahkan larutan HCl
3.3.6 Kontrol+NaOH
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitBelum ada ko-rosi
30 menitTerdapat ge-lembung
1 jam
Terjadi sedikitkorosi
1.5 jam
Terjadi sedikitkorosi
48 jam
Paku tidak me-ngalami korosi
dipanaskan
ditambahkan larutan NaOH
Page 17
3.3.7 Kontrol+K3Fe(CN)6+NaCl+Indikator pp
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menit
Terdapat ge-lembung
30 menitTerdapat ge-lembung
1 jam
Terdapat ge-lembung
1.5 jam
Terjadi sedikitkorosi
48 jamTerjadi korosi
pada paku
dipanaskan
ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6
dan indikator pp
3.3.8 Kontrol+K3Fe(CN)6+NaCl+Indikator pp+HCl
Agar-agar Aquades Paku
dimasukan agar-agar dalam 400 mL aquades
dipanaskan hingga larut
dimasukan paku dalam cawan petri
dimasukan agar-agar dalam cawan petri
0 menitBewarna kun-ing pada per-mukaan agar-agar
30 menitWarna merahlembanyungpada permu-kaan paku
1 jam
Terjadi korosipada paku
1.5 jam
Terjadi korosipada besi
48 jamTerjadi korosi
pada paku
dipanaskan
ditambahkan larutan NaCl, K3Fe(CN)6
, indikator pp dan HCl
Page 18
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data pengamatan
Sampel Waktu
0 menit 30 menit 1 jam 1.5 jam 48 jam
- Kontrol Tidak ada
perubahan
Agar-agar
mengeras
Belum ada
pengkorosia
n
Agar-agar
mengereas
sebelumnya
Hanya
terdapaat
sedikit krosi
- Kontrol
+ NaCl
Ada sedikit
gelembung
Agar-agar
mengeras
Belum ada
pengkorosia
n
Agar-agar
mengeras
sebelumnya
Hanya sedikit
saja korosi
- Kontrol
+ HCl
Ada sedikit
gelembung
Mulai
nampak ada
korosi
Korosi
mulai
terjadi
Agar-agar
mengeras
Pakuu
terkorosi
hingga keluar
dari agar-agar
- Kontrol
+ NaOH
Sedikit
gelembung
Agar-agar
mengeras
Belum
nampak ada
korosi
Belum
nampak ada
koroi
Hanya sedikit
saja korosi
- Kontrol
+
K3Fe(CN
)6
Warna
larutan
menguning
Mulai sedikit
terkorosi
Korosi
menyebar
Muncul biru
turnbull
Korosi terjadi
disertai biru
turnbull
- Kontrol
+
Indikator
pp
Ada
gelembung
sedikit
Mulai muncul
warna merah
lembayung
Agar-agar
mengeras
Belum
terjadi
korosi
Muncul
merah
lembayung
disekitar paku
15
Page 19
4.2 Reaksi
4.2.1 Indikator pp + basa
OHOH
C
O
O
2OH-
O
C
O-
2H2O+
C
O
C +
O-
(Kopkhar, 1990).
4.2.2 Pengkaratan
- Kontrol
+
Indikator
pp +
K3Fe(C
N)6
Warna
larutan
menjadi
kuning
Mulai muncul
warna merah
lembayung
Muncul
warna biru
turnbull
Mulai
muncul
korosi
Warna
larutan
menjadi
kehijauan dan
paku
mengalami
korosi
- Kontrol
+ HCl +
NaCl +
Indikator
pp +
K3Fe(C
N)6
Warna
larutan
berwarna
kuning
Mulai muncul
warna biru
turnbull
Ada sedikit
warna
merah
lembayung
Warna
larutan
mulai
dominan
biru
Warna
menjadi biru
turnbull,
disertai
pengkorosian
pada paku
Page 20
Oksidasi : Fe → Fe2+
Reduksi : O2 → 4OH-
Oksidasi : 2 Fe → 2 Fe2+
Reduksi : O2 + 2H2O → 4OH
2 Fe → 2 Fe2+ + 4e-
O2 + 2H2O + 4e- → 4OH
2 Fe + O2 + 2H2O → 2 Fe2+ + 4 OH-
(Hiskia, 1992).
4.3 Pembahasan
Korosi adalah kerusakan atau degredasi logam akibat reaksi redoks antara
suatu logam dengan berbagai zat di lingkungannya yang menghasilkan senyawa-
senyawa yang tidak kita kehendaki. Kata lain dari korosi adalah perkaratan.
Beberapa faktor yang mempengaruhi korosi sebagai berikut:
1. Kontak langsung logam dengan H2O dan O2
Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi
redoks
2. Keberadaan zat pengotor
Zat pengotor dipermukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi
tambahan, sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi dengan demikian
proses korosi semakin cepat
3. Kontak dengan elektrolit
Keberadaan elektrolit seperti garam dalam larutan dapat mempercepat laju
korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan sedangkan konsentrasi dan
elektrolit yang besar dapat melakukan laju reaksi elektron
4. Temperatur
Semakin tinggi temperatur, semakin cepat terjadi korosi. Hal ini disebabkan
dengan meningkatnya temperatur, maka meningkat pula energi kinetik partikel,
sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin
besar
Page 21
5. pH
peristiwa korosi pada kondisi asam pH <7, semakin besar karena adanya reaksi
reduksi tambahan yang berlangsung pada katode, yaitu:
2H+(aq)
+ 2e- → H2
6. Permukaan logam
Permukaan yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki
kecendrungan untuk menjadi anoda yang terkorosi
Ada pula beberapa cara untuk mencegah terjadinya korosi:
- Pembalutan dengan plastik
- Pelapisan dengan timah
- Pelapisan dengan kromim
- Pelapisan dengan zink
- Pengecatan
- Pelumuran dengan oli dan gemuk
Pada percobaan pertama paku dihamplas terlebih dahulu agar lapisan catnya
terbuka. Lalu diberi larutan agar-agar sebagai jembatan garam yang berfungsi untuk
melindungi paku dari udara dan kelembaban. Pada 0 menit belum ada perubahan.
Pada 30 menit agar-agar sudah mengeras, pada 1 jam 1.5 jam perubahan belum juga
nampak. Pada 48 jam barulah muncul korosi, dan itu hanya terjadi disekitar kepala
paku. Hal ini disebabkan lapisan paku yang sebelumnya telah di hamlas, sehingga
agar-agar ang awalnya cair tadi mengenai kebagian dari besi tersebut.
Pada percobaan selanjutnya yaitu kontrol + NaCl. Perlakuan masih sama
sebelumnya. Pada pengamatan 0 menit mulai nampak gelembung udara disekitar
paku, hal ini dikarenakan NaCl mulai membuka lapisan terluar. Pada 30 menit agar-
agar mengeras. Pada 1 dan 1.5 jam belum ada perubahan yang berarti. Namun, pada
48 jam agar-agar menjadi sangat keras dan nampak korosi disekitar leher paku dan
daerah badan paku yang di bengkokan. Hal ini dikarenakan penambahan NaCl yang
bersifat asam.
Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + HCl. Perlakuan masih sama
seperti sebelumnya. Pada 0 menit saja sudah banyak busa disekitar paku, hal ini
dikarenakan HCl yang langsung membuka lapisan paku. Pada 30 menit agar-agar
Page 22
mengeras dan nampak korosi telah terjadi disekitar badan paku yang telah
dibengkokan. Pada waktu 1 dan 1.5 jam korosi terus menyebar. Dan pada 48 jam
korosi terjadi seutuhnya di badan paku. Hal ini dikarenakan adanya penambahan
asam kuat.
Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + NaOH. Perlakuanpun masih
sama, pada 0 menit warna larutan agar-agar menjadi lebih putih, ini dikarenakan
adanya penambahan NaOH. Pada 30 menit agar-agar mulai mengeras disertai
adanya gelembung udara disekitar paku, hal ini dikarenakan NaOH yang membuka
lapisan awal dari paku tersebut. Selanjutnya pada 1 dan 1.5 jam belum ada
perubahan lebih lanjut lagi. Dan pada 48 jam mulai terjadi korosi disekitar leher
dan badan paku yang dibengkokan. Hal ini dikarenakan NaOH yang bersifat basa
kuat mampu untuk mengkorosikan besi walaupun tak secepat asam kuat.
Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + indikator pp. Perlakuan masih
sama seperti sebelumnya, pada 0 menit mulai ada gelembung. Pada 30 menit mulai
muncul warna merah lembayung disekitar bdan paku. Hal ini dikarenakan adanya
indikator pp yang akan berubah warna bila terdapat OH-. Pada 1 dan 1.5 jam belum
ada perubahan berarti. Dan pada 48 jam warna merah lembayung menyebar rata
pada permukaan paku, dan terdapat korosi disekitar badan paku yang dibengkokan.
Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + K3Fe(CN)6. Pada 0 menit
gelembung udara muncul diatas permukaan dan warna larutan disekitar paku. Ini
disebabkan adanya penambahan K3Fe(CN)6. Pada 30 menit mulai nampak terjadi
korosi, dan pada 1 jam keluar warna biru turnbull disekitar paku yang terkorosi,
warna ini muncul karena K3Fe(CN)6 berfungsi untuk mendeteksi ion Fe2+ yang
merupakan hasil dari korosi. Dan pada 1.5 jam warna biru turnbull mulai menyebar.
Dan pada 48 jam korosi terjadi dan biru turnbull muncul disekitar paku, sehingga
warnanya menjadi kehijauan dikarenakan campuran warna biru dan kuning.
Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + NaCl + indikator pp +
K3Fe(CN)6. Pada 0 menit hanya terdapat sedikit gelembung. Pada 30 menit terdapat
Fe2+, hal ini dikarenakan K3Fe(CN)6 akan menghasilkan warna biru turnbull bila
terdapat ion tersebut. Pada 1 dan 1.5 jam muncul warna merah lembayung, hal ini
dikarenakan adanya OH- yang terdeteksi oleh indikator pp dan pada 48 jam warna
Page 23
agar-agar mulai menjadi hijau dikarenakan adanya campuran warna kuning dan
biru, serta terjadi korosi pada hampir seluruh permukaan paku
Pada cawan petri selanjutnya terdapat kontrol + HCl + NaCl + Ind. Pp +
K3Fe(CN)6. Pada 0 menit saja warna merah lembayung muncul karena
terdeteksinya OH- yang disebabkan NaCl yang membuka lapisan awal paku. Pada
30 menit warna biru turn bull mulai muncul karena adanya ion Fe2+. Dan pada 1
jam agar-agar mulai mengeras. Pada 1.5 jam warna biru turnbull mulai muncul
dominan hal ini dikarenakan adanya HCl. Dan pada 48 jam warna agar-agar
menjadi hijau tosca. Hal ini dikarenakan tingkat kerusakannya sangat tinggi,
sehingga Fe2+ yang terdeteksi K3Fe(CN)6 banyak pula.
Faktor kesalah dalam percobaan ini adalah pnghamplasan yang terlalu dalam,
sehingga korosi terjadi pada waktu yang lebih cepat
Elektrokimia didefinisikan sebagai studi mengenai perubahan energi kimia
menjadi listrik. Sedangkan elektrolisis merupakan reaksi kimia oleh arus listrik
secara tidak spontan. Perbedaan elektrokimia dan elektrolisis yaitu sebagai berikut:
Pada elektrokimia:
- Perubahan energi kimia menghasilkan energi listrik
- Merupakan reaksi spontan
- Katoda bermuatan positif
- Anoda bermuatan negatif
Pada elektrolisis:
- Perubahan dari energi listrik menjadi energi kimia
- Merupakan reaksi tidak spontan
- Katoda bermuatan negatif
- Anoda bermuatan positif
Redoks (singkatan dari reduksi dan oksidasi) adalah istilah yang menjelaskan
berubanhya bilangan oksidasi (keadaan oksidasi) atom-atom dalam sebuah reaksi
kimia. Istilah redoks berasal dari dua konsep, yaitu reduksi dan oksidasi. Ia dapat
dijelaskan dengan mudah sebagai berikut:
- Oksidasi menjelaskan pelepasan elektron oleh sebuah molekul atom atau ion
- Reduksi menjelaskan penambahan elektron oleh sebuah molekul, atom atu ion
Page 24
Deret volta adalah deretan unsur logam (ditambah hidrogen) yang disusun
beraturan berdasarkan potensial reduksi standarnya (Fo)
Li-K-Ba-Ca-Na-Mg-Al-Mn-Zn-Cr-Fe-Cd-Ni-Sn-Pb-(H)-Sb-Bi-Cu-Hg-Ag-
Pt-Au
Dari deret volta tersebut semakin ke kiri, logam semakin reaktif dan merupakan
reduktor yang semakin kuat
Indikator pp adalah suatu indikator yang bersifat asam dan akan memberikan
warna merah lembayung bila beraksi dengan basa
Fungsi bahan dalam percobaan kali ini adalah:
- HCl sebagai senyawa penyebabnya korosi
- K3Fe(CN)6 senyawa pendeteksi adanya Fe2+
- Indikator pp larutan pendeteksi adanya OH-
- Paku sampel yang diujikan sebagai pembuktian korosi besi
- NaOH sebagai senyawa pembuat korosi
Fungsi alat dalam percobaan ini adalah:
- Hot plate: alat pemanas
- Cawan petri: tempat diletakannya paku
- Pipet tetes: untuk mengambil larutan
- Botol reagen: wadah diletakannya reagen
Page 25
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Pada percobaan kontrol dengan indikator pp terjadi warna merah lembayung
disekitar paku yang menandakan adanya OH-
- Pada HCl korosi terjadi lebih cepat karena keasaman mempengaruhi
kecepatan reaksi sedangkan pada NaOH korosi berlangsung lambat
- Setelah 48 ja paku dalam kontrol terjadi sedikit korosi karena paku beraksi
dengan air dan udara sedangkan kontrol melindungi paku dari pengaruh luar
dan tidak menggangu reaksi di dalam paku
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat menggunakan larutan HNO3 yang
dicampurkan dengan kontrol agar hasil yang didapat bisa dibandingkan dengan
kontrol yang ditambahkan dengan HCl
Page 26
DAFTAR PUSTAKA
Attkins, P.W. 1990. Kimia Fisika. Jakarta: Erlangga.
Brady, James. 1985. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Bina Pura
Askara.
Cotton, Wilkinson. 2009. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sugiyarto. 2010. Kimia Anorganik Logam. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Svhela. 1985. Analisa Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta: Kalman Media
Pustaka.
Page 27
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1
“STOIKIOMETRI REAKSI LOGAM DAN GARAM”
Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
Samarinda, 28 November 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si
NIP.3143u134u0914890138409
Asisten Praktikum,
Wahdana Kusuma Sari
NIM. 1207035026
Page 28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering memanfaatkan sifat kimia dalam hal
mencampurkan materi. Dengan melakukan pencampuran materi tersebut, akan
diperoleh suatu materi yang baru serta berbeda dari materi sebelumnya entah materi
baru itu bermanfaat baik atau tidak. Namun, kita selalu berusaha untuk
menghasilkan suatu energy materi baru yang memiliki manfaat bagi kehidupan
manusia.
Sebagai tahap pertama mengembangkan keterampilan kita dalam stoikiometri,
akan dibahas penulisan-penulisan untuk beberapa tipe zat-zat. Kemudian
pengembangan persamaan untuk beberapa tipe reaksi yang umum.
Stoikiometri, merupakan bidang dalam ilmu kimia yang berkaitan dengan
analisa kuantitatif antara zat-zat yang terlibat dalam reaksi kimia, baik sebagai
pereaksi maupun hasil reaksi. Stoikiometri berasal dari Bahasa yunani, yaitu
stoicheon yang berarti unsur dan metrain yang berarti mengukur stoikiometri juga
merupakan perbandingan atom unsur-unsur dalam suatu rumus kimia, misalnya
perbandingan atom H dan O dalam molekul H2O. stoikiometri erat kaitanya dengan
perhitungan kimia untuk menyelesaikan perhitungan kimia digunakan asas-asas
stoikiometri seperti persamaan kimia dan konsep mol.
Oleh karena itu dilakukan percobaan ini untuk mengetahui proses standarisasi
larutan KMnO4 didalam suasana asam. Selain itu juga dapat mengetahui volume
larutan setelah standarisasi, mengerti apa itu larutan standar primer dan sekunder,
maupun membedakan antara titik akhir titrasi dengan ekivalen, perbedaan antara
autokatalisator. Dilakukan percobaan ini untuk mengetahui konsentrasi KMnO4
dengan cara titrasi, mengetahui pula volume KMnO4 yang digunakan, mengetahui
suhu optimum pemanasan antara H2SO4 dan KMnO4, maupun membedakan titik
akhir dan titik equvalen dari titrasi KMnO4 secara mampu mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari. Mengetahui mol MnO4- yang digunakan, mol C2O4
Page 29
yang digunakan, mengetahui mol Fe3+ dan Cu yang digunakan. untuk mengetahui
hasil reaksi dari H2C2O4 logam Cu dan Fe sehingga terjadi reaksi antara 10 gram
dan garam yaitu antara Cu dengan FeCl3 dimana logam Cu mengaalami oksidasi
dan FeCl mengalami reduksi.
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui volume KMnO4 yang diperoleh dari titrasi pada percobaan
standarisasi KMnO4
Mengetahui volume KMnO4 yang diperoleh dari titrasi pada percobaan
stoikiometri Cu dan Fe
Mengetahui konsentrasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Standarisasi KMnO4
Prinsip dari standarisasi KMnO4 adalah penentuan konsentrasi KMnO4
dengan H2C2O4 sebagai larutan standar primer yang sudah diketahui konsentrasinya
dan KMnO4 oksidator dan sebagai larutan standar sekunder. Selain bereaksi,
KMnO4 juga berperan sebagai indikator dengan perubahan warna merah
lembayung. H2C2O4 juga berguna untuk mempercepat jalannya reaksi serta
membuat suasana asam dan mol C2O42- dapat diketahui dari hasil pembagian antara
koefisien MnO42- dibagi koefisien C2O4
2- dan dikali mol C2O42- dan molaritas
MnO42- dapat diketahui dengan nKMnO4 dibagi V KMnO4 dimana KMnO4
mengalami reduksi.
1.3.2 Stoikiometri logam Cu dan Fe
Prinsip percobaan ini ialah dengan mereaksikan antara FeCl3 dan logam Cu,
dimana H2SO4 berperan sebagai katalis. Dan secra analisa kuantitatif, selain itu
perbandingan jumlah mol dimana ion F3+ bereaksi dengan logam Cu, yang
berdasarkan reaksi redoks, serta antara mol Cu dan Fe3+. Dimana FeCl3 mengalami
reduksi dan logam Cu mengalami oksidasi.
Page 30
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Cabang ilmu kimia yang berkaitan dengan hubungan berat antara unsur dan
senyawa dengan dalam reaksi-reaksi kimia disebut stoikioemetri. Karena larutan-
larutan dalam air dominan umum dipakai [ada banyaknya bidang antara kualitatif,
kita akan kupas disini cara-cara yang digunakan untuk menyatakan jumlah solute
dalam larutan dan perhitungan stoikiometri yang mengenai larutan (underwood,
1993).
Analisa titrimetri merupakan suatu dari bagian utama dari kimia analitik dan
bahwa. Perhitungannya yang terangkan berdasarkan hubungan stoikiometri
sederhana dari reaksi-reaksi kimia. Dasar-dasar umum analisa cara titrimetric
berdasarkan reaksi kima seperti
aA + tI → hasil
dengan keterangan a molekul analitik A bereaksi dengan t molekul T pereaksi T
disebut titran ditambahkan secara sedikit demi sedikit, biasanya disebut buret
dengan konsentrasi yang diketahui larutan yang disebut belakangan disebut larutan
standarisasi dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses yang disebut
standarisasi penambahan titran dilanjutkan hungga jumlah T yang kimia equivalen
dengan A telah ditambahkan maka di kara bahwa titik equivalen tirtran telah
tercapai agar mengetahui bila penambahan titan berhenti kimiawan dapat
menggunakan zat kimia, yang disebut indicator yang bertanggap terhadap adanya
titran berlebihan dengan perubahan bahan warna perubahan warna ini dapat atau
tidak dapat terjadi tepat pada titik equivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir istilah titrasi menyangkut proses untuk mengukur volume
titran yang diperlukan untuk mencapai titik equivalen (Underwood, 1995).
Proses membuat perhitungan yang didasarkan pada rumus-rumus dan
persamaan, persamaan berimbang dirujuk sebagai Stoikiometri (dari Bahasa yunani
stoicheon, unsur dan metria, ilmu pengukuran). Suatu pereaksi ini zat apa saja yang
mula-mula terdapat dan kemudia diubah selam suatu reaksi kima suatu persamaan
kimia (atau persamaan kimia berimbang) menunjukan rumus pereaksi, kemudian
Page 31
suatu anak panah, dan lalu rumus hasil reaksi dengan banyaknya atom tiap unsur
dikiri dan dikanan anak panah sama. Misalnya persamaan berimbang untuk reaksi
antara hidrogen dan oksigen yang menghasilkan air ditulis sebagai
2H2 + O2 → 2H2O
Rumus H2 menyatakan sebuah molekul hidrogen tersusun dari dua atom. Itu adalah
molekul diatom, sama seperti molekul oksigen O2 molekul air H2O merupakan
molekul air H2O merupakan molekul triatom karena terdiri dari tiga atom, dua
hidrogen dan satu oksigen (keenan, 1986).
Kita telah menggunakan istilah penetralan dalam reaksi asam basa
membentuk garam dan air, dan kita telah memahami reaksi dasar yang terjadi
selama penetralan, yaitu:
H3O+ + OH-→2H2O
Prinsip stoikiometri untuk menentukan kelebihan pereaksi garam kuat, sehingga
kita dapat menghitung [H3O+] dalam larutan hasilnya keadaan yang sama
pentingnya ialah jika baik asam dan basa dikonsumsi dengan penetralan dan
kedunya tidak berlebih. Keadaan ini dinamakan titik setara (equivalence point) dari
penetralan untuk mencari titik setara ini dalam penetralan perlu tindakan yang
sangat berhati-hati pada waktu menambahkan basa keasam (atau asam kebasa).
Dalam titrasi, suatu larutan yang harus dinetralkan misalnya asam, dimasukkan
kedalam wadah tabung. Larutan lain yaitu basa dimasukkan kedalam buret lalu
dimasukkan kedalam asam, mula-mula cepat, kemudian tetes demi tetes, sampai
titik setara dari titrasi tersebut tercapai. Salah satunya untuk mencari titik setara
adalah adalah melalui perubahan warna dinamakan titik akhir (end point) dari
indicator. Yang perlu diperhatikan adalh memadamkan titik akhir indikator dengan
titik setara dari penetralan ini daapat tercapai jika dapat menentukan indicator yang
perubahan warnanya menjadi dalam selang pH yang meliputi pH sesuai dengan titik
setara (Petrucci,1985).
Konsentrasi dari larutan dapat dinyatakan dengan bermacam cara. Cara ini
dapat dibagi dua yaitu:
1. Massa zat terlarut dalam sejumlah massa pelarut atau larutan
Page 32
2. Massa zat terlarut dalam sejumlah volume larutan masing-masing cara
mempunyai keuntungan, namun demikian dengan cara pertama lebih baik,
karenaa konsentrasi pelarut disini tidak dipengaaruhi oleh temperatur
Cara 1
a) Suasana berat
Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan sebagai jumlah gram dari zat terlarut
tapi 1000 gram pelarut.
b) Persen berat
Persen berat adalah jumlah gram zat terlarut dalam 100 gram larutan.
Larutan 25% asam cuka artinya 25gram asam cuka dalam 100 gram larutan
atau dalam 100 gram larutan atau dalam 75 gram air
c) Molaritas
Molaritas adalah jumlah mol terlarut dalam 1000 gram pelarut. Larutan 0,1
glukosa atrinya 0,1 mol glukosa tiap 1000 gram air
d) Fraksi mol (N)
Fraksi mol zat terlarut adalah jumlah mol zat terlarut adalah jumlah mol zat
terlarut dalam pelarut.
Nzat terlarut = nZat terlarut
n zatterlarut+n zat pelarut
N= jumlah mol
e) Persen mol
Persen mol adalh fraksi mol x 100
Peresen mol N x 100
N = fraksi mol
Cara II
a) Berat persen volume
Dalam hal ini konsentrasi dinyatakan dalam garam perliter larutan
b) Molaritas
Molaritas adalh jumlah mol zat terlarut tiap liter larutan. Untuk larutan pekat
atau sebaliknya bila rapat larutan diketahui
c) Persen milligram
Page 33
Konsentrasi larutan biologis biasanya dinyatakan asam persen milligram
yaitu jumlah zat yang digunakan tiap 100 mL larutan.
d) Normalitas
Normalitas adalah jumlah gram equivalen zat relarut perliter laruta. Larutan
0,1 N HaSo4 = H2SO4 artinya 0,1 gram H2SO4 dalam 1 liter larutan
(sukardjo, 1985).
Katalis menurunkan energi aktivasi reaksi dan meningkatkan laju reaksi
melalui peningkatan. Konstanta laju oleh karenaa itu, katalis sangat penting dalam
industri kimia, penanganan gas buang dan reaksi kimia lain. walaupu esensi katalis
secara kimia agak kabur, aspek praktis katalis batalis telah dikembang berbasiskan
akumulasi penegetahuan empiris. Pengetahuan kita tentang mekanisme katalis
homogeny berkembang seiring dengan perkembangan kimia anorganik demikian
juga pemahaman tentang katalis padat (saito, 1996).
Kalium permanganat, zat padat cokelat tua yang menghasilkan larutan ungu
biru dilarutkan dalam air, yang merupakan ciri khas untuk ion permanganate.
Kalium permanganate merupakan zat pengoksid kuat, yang bekerja berlainan
menurut pH dari medium. Dalam larutan asam ion permanganate direduksi menurut
proses lima-elektron, bila bilangan oksidasi mangan berubah dari +7 ke + 2
MnO4- + 8 H+ 5 elekton → Mn2+ dan 4H2O
Beberapa oksidasi yang penting yang menggunakan ion permanganate
adalah sebgai berikut:
MN42 + 5Fe2+ 8H+ →Mn2+ + 5Fe2++ 4H2O
2MN42 + 101+ + 16H+ →2Mn2+ + 5I2+ 8H2O
2MN42 + 5H26 6H+ →2Mn2+ + 5S↓+ 8H2O
Dalam larutan netral atau sedikit basa permanganate direduksi menjadi
mangan dioksidasi, bila dalam suatu proses tiga elektron keadaan oksidasi mangan
berubah dari +7 ke +4:
MnO4 + 4H+ 3e- → MnO2↓+ 2H2O
Bilangan oksidasi mangan dalam mangan adalah +6. Ion MnO42-
menunjukan suatu warna hijau khas. Bila permanganat dipanaskan dengan basa
terjadi reduksi semacam itu dan terbentuk oksigen (Svehla, 1990).
Page 34
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Gelas ukur
Buret
Klem
Tiang statif
Labu Erlenmeyer
Hot plate
Beakerglass
Pipet tetes
Batang pengaduk
Spatula
Thermometer
Corong kaca
Sikat tabung
Botol semprot
Neraca analitik
3.1.2 Bahan
Aluminium foil
Aquades
Tissue
Logam Cu
Larutan KMnO4
Larutan H2SO4 0,01 M
Larutan H2C2O4 0,01 M
Larutan FeCl3
Kertas label
Page 35
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Standarisasi KMnO4
Diukur H2SO4 2 M sebanyak 3 ml
Diukur H2C2O4 0,1 M 5 ml
Dicampurkan dalam erlenmayer
Dipanaskan hingga suhu 60 oC- 70 oC
Dititrasi dengan KMnO4 0,1 M
Dicatat volume titrasi
Dilakukan duplo
3.2.2 Stoikiometri Cu dengan Fe
Ditimbang logam Cu sebanyak 0,1 gram
Ditambahkan FeCl3 0,1 M 1,5 ml
Ditambahakan H2SO4 2 M 7,5 ml
Dipanaskan hingga terjadi perubahan warna
Didinginkan
Diencerkan sebanyak 50 ml aquades
Diambil 12,5 mL dari larutan yang telah diencerkan
Dititrasi dengan KMnO4
Dicatat
Page 36
3.3 Flowsheet
3.3.1 Standarisasi KMnO4
Larutan H2SO4 3 mL Larutan H2C2O4 5 mL
Larutan bening
warnan larutan menjadi merah
lembayung dengna volume
9.10-3 mL
Didapat konsentrasi0,04M
Larutan tetapbening
dicampurkan kedalam erlenmeyer
dipanakan hingga suhu 60-70oC
dititrasi dengan KMnO4
dihitung konsentrasinya
Page 37
3.3.2 Stoikiometri logam Cu dan Fe
Logam Cu 0,1 gr Larutan FeCl 1.5 ml
Larutan berwarna kekunignan
Larutan bening
Larutan bewarna kuning
Larutan bewarna kekuningan
Larutan beruah menjadi ber-warna merah lembayungdengan volume titrasi 1,5 mL
Dimasukan dalam beaker glass
Ditambahkan H2SO4 7,5 mL
Dipanaskan
Didinginkan
Diencerkan dengan aquades 50 mL
Dititrasi dengan KMnO4
Page 38
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
1. Standarisasi KMnO4
Diukur H2SO4 2 M sebanyak 3
mL
Diukur H2C2O4 0.1 M sebanyak
5 mL
Dicampurkan dalam
Erlenmeyer
Dititrasi dengan KMnO4 0.1 M
Dihitung konsentrasi KMnO4
2. Stoikiometri Cu dan Fe
Diambil 0.1 gr logam Cu
Ditambah FeCl3 0.1 M 1.5 mL
Ditambah H2C2O4 2 M 7.5 mL
Dipanaskan hingga berubah
warna
Didinginkan dan diencerkan 50
mL aquades
Diambil alikuot (12.5 mL)
Dititrasi
Dicatat volume
Warna larutan bening
Warna larutan bening
Warna campuran bening
Warna menjadi kecokelatan
dan terdapat endapan
V1KMnO4 = 0,5 mL
Warna larutan menjadi
merah lembayung
V2 KMnO4 = 1,3 mL
Didapat konsentrasi dari
KMnO4
Warna Cu seperti tembaga
Warna larutan kuning
Warna larutan bening
Larutan berwarna kuning
pudar
Warna larutan menjadi hijau
kekuningan
Warna larutan berubah
menjadi merah lembayung
V1 = 0,2 mL
V2 = 0,1 mL
Page 39
4.2 Reaksi
4.2.1 KMnO4 + H2C2O4 (asam)
MnO4- → Mn2+
MnO4- → Mn2+ + 4 H2O
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O
Reduksi setengah sel
C2O4 → 2 CO2
C2O4 → 2 CO2 + 2 e-
Reaksi redoks
Red : MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O x 2
Oks : C2O4 → 2 CO2 + 2 e- x 5
Red : 2 MnO4- + 16 H+ + 10 e- → 2 Mn2+ + 8 H2O
Oks : 5 C2O4 → 10 CO2 + 10 e-
Reaksi : 2 MnO4- + 16 H+ +5 C2O4 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
4.2.2. Stoikiometri Cu dan Fe
Red : MnO4- → Mn2+
MnO4- → Mn2+ + 4 H2O
MnO4- + 8 H+ → Mn2+ + 4 H2O
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O
Oks : Fe2+ → Fe3+
Fe2+ → Fe3+ + e-
Red : MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O x 1
Oks : Fe2+ → Fe3+ + e- x 5
MnO4- + 8 H+ + 5 e- → Mn2+ + 4 H2O
5 Fe2+ → 5 Fe3+ + 5 e-
MnO4- + 8 H+ + 5 Fe2+ → Mn2+ + 4 H2O + 5 Fe3+
Page 40
4.3 Perhitungan
4.3.1 Stoikiometri KMnO4
M C2SO4 = 0,01 M
V = 0,5 mL
M MnO4 = 0.1 M
V = 1,3 mL
2 MnO4- + 16 H+ +5 C2O4 → 2 Mn2+ + 8 H2O + 10 CO2
Mol C2O4 = M x V
= 0.01 x 9x10-3
= 9x10-5 mmol
Mol MnO4 = 𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑀𝑛𝑂4
𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐶2𝑂4
= 2
5 × 9 × 10−4
= 3.6 × 10−5 mol
M MnO4 = 𝑚𝑜𝑙 𝑀𝑛𝑂4
𝑉 𝑀𝑛𝑂4−
= 3.6×10−6
9×10−5
= 0.04 M
4.3.2 Stoikiometri Cu dan Fe
Diket : M MnO4 = 0.4 M
V MnO4 = 19 mL
Mol MnO4 = M x V
= 0.04 x 9x10-3
= 3.6 x 10-4 mmol
Mol Fe2+ = Koefisien Fe3+
Koefisien MnO4× mol MnO4
= 5
1× 3.6 × 10−4
= 1.8 x 10−3mol
Page 41
Mol Cu = gr logam Cu
Ar logam Cu
= 0.1
63.5
= 1.57 x 10-3 mol
R =n Fe3+
n Cu
= 1.8𝑥10−3
1.57𝑥10−3
= 1,146
4.4 Pembahasan
Stoikiometri merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan suatu
zat secara kuantitatif yang meliputi konsentrasi, molal, molar, dan lain sebagainya.
Dan juga stoikiometri mempelajari sebelum dan sesudah jalanya reaksi secara
kuantitatif.
Pada percobaan standarisasi KMnO4 diukur H2C2O4 sebanyak 5mL dan H2SO4
sebanyak 3mL. setelah kedua larutan yang berwarna bening tersebut dicampurkan,
warna larutan tetap bening lalu di panaskan hingga suhu dibawah 60°C maka
KMnO4 akan mengendap menjadi MnO4- sedangkan bila suhu diatas 70°C H2C2O4
akan menguap menjadi CO2 dan H2O. Lalu setelaah dititrasi dengan KMnO4
sebanyak 0,5 mL warna larutan berubah menjadi coklat dan terdapat endapan
MnO4- . Hal ini dikarenakan pada saat titrasi suhu campuran H2C2O4 dan H2SO4
menurun. Lalu pada saat duplo didapat volume KMnO4 sebanyak 1,3 mL dengan
warna warna larutan menjadi merah lembayung dan setelah dihitung diketahui
konsentrasi KMnO4 sebesar 0,04M
Pada percobaan stoikiometri logam Cu dan FeCl3, ditimbang Fe sebesar 0,1
gram menggunakan neraca ohaus dimana logam Cu memiliki warna seperti
tembaga. Disiapkan larutan FeCl3 yang berwarna kuning sebanyak 1,5 mL dan
H2SO4 sebanyak 7,5 mL yang berwarna bening. Lalu bahan tersebut dicampurkan
warnanya berubah menjadi kuning keemasan. Lalu larutan dipanaskan
menggunakan hot plate. Warna larutan berubah menjadi hijau terang. Setelah itu
diencerkan dengan aquadest sebanyak 50 mL dan warnanya menjadi bening.
Page 42
Perubahan warna ini bisa terjadi karna solven lebih banyak dari solute. Setelah itu
disaring dengan kertas saring, hasil dari saringan yang menggunakan kertas saring
didapati filtrat yang bening dan residu berupa logam Cu. Setelah di tritrasi dengan
KMnO4 didapat warna merah lembayung. Kemudian dititrasi dengan KMnO4 maka
didapat V1 KMnO4 sebesar 0,2 mL dan V2 KMnO4 sebesar 0,1 mL. Ada dua volume
titrasi KMnO4 karena dilakukan secara duplo.
Adapun beberapa alat yang berguna sebagai berikut
Hot plate untung mengukur larutan
Neraaca analitik untuk menimbang Cu
Gelas ukur untuk mengukur larutan
Pipet tetes untuk mengambila suatu larutan dalam jumlah tetesan
Spatula untuk mengambil Cu
Tiang statif untuk tempat meletakkannya buret
Erlenmeyer untuk tempat diletakkan titrat
Ada pula bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah:
H2C2O4 sebagai larutan standar primer untuk membakukan KMnO4. Untuk
mencari kadarasam pada standarisasi KMnO4
H2SO4 sebagai autoindikator yang memberikan suasan asam
FeCl3 sebagai larutan garam yang akan dicampurkan dengan logam
Logam Cu sebagai logam yang ingin diketahui berapa besar reaksi stoikiometri
dengan larutan garam FeCl
Aquadest sebagai pengencer, untuk mencuci alat setelah digunakan
Autoindikator adalah senyawa yang dapat digunakan sebagai pereaksi ataupun
indicator. Contohnya KMnO4 K2Cr2O4 dan I2 . autoindikator juga merupakan
senyawa yang dapat merubah senyawanya yang menunjukan bahwa terdapat
senyawa lain.
Autokatalisator adalah senyawa yang dapat mempercepat laju reaksi namun
tidak ikut bereaksi, contohnya H2SO4, NOH, dan HNO3. Autokatalisator dapat
digunakan untuk menghitung kualitas dari produk dalam persamaan kimia
contohnya autokatalisator: KBrO3 dan Na2S2O3 . larutan standar primer merupaan
Page 43
suatu larutan yang telah diketahui konsentrasinya dengan cara penimbangan.
Contoh dari larutan standar primer adalah Na2CO3, K2CrO4 dan NaCl. Adapun
syrat-syarat agar suatu reagen dapat dikatakan sebagai larutan standar prmer, yaitu
Berat equivalen tinggi
Rumus molekul jelas
Tidak mengalami perubahan saat proses penimbang
Drajat kemurnian tinggi
Larutan stabil dalam penyimpanan
Aplikasi dari stoikiometri adalah:
Reaksi reduksi oksidasi
Reaksi pengendapan
Reaksi pembatas
Perhitungan reaksi kimia
Reaksi pembentukakan senyawa kovalen
Larutan standar skunder adalah suatu larutan yang konsentrasinya baru dapat
diketahui dengan cara pembakuan dengan larutan standar primer, contoh dari
larutan standar sekunder adalah KMnO4, Na2SO4, dan AgNO3. Adapula syarat-
syarat agar suatu larutan dapat dikatakan sebagai larutan standar sekunder, yaitu:
Berat equivalen lebih rendah dari larutan standar sekunder
Drajat kemurnian lebih rendah larutan standar primer relatif stabil dalam
penyimpanan
Larutan KmNO4 perlu distandarisasikan karenmenentukan konsentrasi dari
KMnO4 perlu dilakukan standarisasi dalam suasana asam atau basa yang berperran
sebagai reduktor dan KMnO4 sebagai oksidator. Karena KMnO4 merupakan larutan
standar sekunder, hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan larutan larutan standar
sekunder, hal ini dikarenakan KMnO4 memenuhi syarat sebagai larutan sekunder
maka distandarisasi dengan larutan standar primer yang telah diketahui kadarnya.
Titik akhir titrasi (TAT) merupakan keadaan dimana berakhirnya proses titrasi
ditandai dengan perubahan warna pada titrat dan merupakan 1-3 tetes kelebihan
Page 44
titran. Titik equivalen atau TE merupan keadaan diman konsentrasi titrat dan titran
setimbang.
Page 45
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Volume yang didapat dari standarisasi KMnO4 adalah 0,9mL
Volume yang didapat dari standarisasi KMnO4 dalam stoikiometri FeCl3
dengan logam Cu sebesar 0,15 mL
Diketahui konsentrasi KMnO4 dalam standarisasi KMnO4 dalam
standarisasi KMnO4 sebesar 0,004 molar
5.2 Saran
Sebaiknya dapat digunakan senyawa reduktor lain seperti K2Cr2O4 adar
didapati hasilnya yang berbeda dan bervariasi lagi.
Page 46
DAFTAR PUSTAKA
Keenan,Charle. W.1986. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga
Petrucci, Ralp.H.1985. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern. Jakaarta:
Erlangga
Sato, Taro.1996. Buku Teks Kimia Anorganik. Tokyo: Iwanami Publisher.
Sukardjo.1985. Kimia Anorganik. Jakarta: Rineka Cipta
Svehla. G.1990. Vogel Buku Teks Analisa Kimia Anorganik kualitatif Makro dan
semi makro. Jakarta: PT Kalman Media Pustaka
Underwood.A.L.1993. Analisis Kimia Kualitatif. Jakarta: Erlangga
Page 47
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1
“PEMBUTAN TAWAS”
Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
Samarinda, 28 November 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Niswatun Khasanah ,S.Si. M.Si
NIP. 19711203 200012 1 001
Asisten Praktikum,
Maria Amelia K
NIM. 1207035029
Page 48
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dengan terus berkembangnya jaman manusia terus berkarya, khususnya dalam
industri air minum. Air minum kemasan dikemas sedemikian rupa agar menarik
pembeli. Namun dalam prosesnya ada beberapa tahapan yang dikerjakan. Jika kita
kembali ke zaman dahulu sebenarnya hal itu sudah dilakukan orang tua kita dengan
menambahkan tawas.
Tawas merupakan sekelompok garam berhidrat berupa kristal dan bersifat
isomorph. Isomorph adalah dimana 2 kristal memiliki bentuk yang sama. Dari
rumus molekul tawa KAl (SO4).12H2O, dapat dilihat senyawa pembentukan tawas
yaitu kalium, alumunium dan sulfat. Dimana dalam prosesnya di buat endapan putih
dari campuran antar KNO3, H2SO4 dan logam Al, alumunium sendiri merupakan
unsur, melimpah ketiga terbanyak di bumi.
Tawas atau alum adalah suatu senyawa alumunium sulfat dengan rumus kimia
Al2(SO4).18H2O, pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan material
yang mengandung Al2O3 dalam tanah kaolin sulfat akan menghasilkan larutan
alumunium sulfat. Tawas padat diperoleh dari proses rekristalisasi larutan jenuh
alumunium sulfat.
Oleh karena itu dilakukan percobaan ini agar dapat mengetahui cara pembuatan
tawas, serta faktor-faktor yang mempengaruhi, selain itu juga perlu diketahui
berapa banyak H2SO4 yang digunakan untuk menurunkan kadar kesamaan dari
tawas, serta mampu mengetahui banyaknya tawas yang terbentuk, dan mampu
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
1.2 Tujuan percobaan
- Mengetahui banyak tawas yang terbentuk
- Mengetahui banyaknya H2SO4 yang dibutuhkan untuk menurunkan pH Kal
menjadi 1-2
- Mengetahui hasil reaksi antar KOH dan logam Al
Page 49
1.3 Prinsip percobaan
Prinsip percobaan ini berdasarkan pada reaksi antara KOH dengan Al yang
kemudian akan di tambahkan dengan H2SO4 menjadi koloid berwarna putih,
dimana ukuran partikelnya 1-10 nm. Dimana akan terjadi koagulasi atau
penggumpalan pada reaksi antara H2SO4 dan Al(OH)3
Page 50
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pengendapan mungkin adalah metode yang paling sering dipakai dalam
praktek analisis kualitatif. Timbulnya endapan sebagai hasil penambahan suatu
reagensia tertentu dapat dipakai sebagai uji terhadap suatu ion tertentu. Dalam hal
demikian, kita cukup terbentuk mempunyai warna dan tampilan umum yang tepat,
dan kadang-kadang menguji lagi dengan reagensia-reagensia lebih lanjut, dengan
mengamati efeknya terhadap endapan. Namun, pengendapan bisa juga dilakukan
untuk pemisahan. Untuk melakukan ini, suatu reagensia yang sesuai di tambahkan,
yang membentuk endapan (endapan-endapan) dengan hanya satu atau beberapa ion
yang ada dalam larutan. Setelah penambahan reagensia dalam jumlah yang sesuai,
endapan disaring dan dicuci. Sebagian ion tetap terlarut, sedangkan yang lain-lainya
dapat ditemukan dalam endapan. Agar dicapai pemisahan yang kuantitatif sejauh
mungkin, endapan harus mudah disaring dan bebas dari pencemaran (kontaminasi)
(Svehla, 1990).
Ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan, tergantung terutama pada
dua faktor penting, yaitu laju pembentukan inti dapat dinyatakan dengan jumlah inti
yang terbentuk dalam satuan waktu. Jika laju pembentukan init tinggi, banyak
sekali kristal yang akan terbentuk, tetapi tak satupun dai ini akan tumbuh menjadi
terlalu besar, jadi terbentuk endapan yang terdiri dari partikel-partikel kecil. Laju
pembentukan inti tergantung pada derajat lewat jenuh dari larutan (Svehla, 1990).
Laju pertumbuhan kristal merupakan faktor lainnya yang mempengaruhi
ukuran kristal yang terbentuk selama pengendapan berlangsung. Jika laju ni tinggi,
kristal yang besar-besar terbentuk. Laju pertumbuhan kristal juga tergantung pada
derajat lewat jenuh. Namun, sebaiknya kita menciptakan kondisi-kondisi pada
mana lewat jenuhnya sedang-sedang saja. Yang hanya memungkinkan
terbentuknya sejumlah inti yang relatif sedikit, yang pada gilirannya dapat timbul
menjadi kristal-kristal yang besar (Svehla, 1990).
Page 51
Alumunium adalah unsur logam yang biasa dijumpai dalam kerak bumi dan
terdapat dalam batuan seperti fosfat dan mika. Kandungan yang mudah diperoleh
adalah oksida terhidrat seperti bauksit, Al2O.nH2O dan kryolit, Na3AlF. Galium dan
In terdapat hanya dalam runutan bantuan Al dan Zn. Thalium juga dapat dikatakan
sebagai unsur yang jarang diperoleh kembali dari debu asap yang berasal dari
pemanggangan pyrit dan batuan sulfida lainnya (Cotton, 1989).
Logam alumunium mempunyai banyak kegunaan dan beberapa garamnya
sulfat, dibuat dalam skala besar. Gallium digunakan untuk keadaan padat dan
ditentukan sebagai gas. Thallium terutama digunakan sebagai TI UII karboksilat
dalam sintesis organik. Unsur-unsurnya lebih bersifat logam dari pada bhor, dan
kimiawi senyawanya lebih ionik. Meskipun demikian banyak senyawa-senyawa
berat pada garis batas sifat ionik kovalen. Keempat unsur seluruhnya memberikan
senyawaan trivalensi, tetapi keadaan univalensi menjadi bertambah penting bagi
Ga, In, dan Ti. Bagi Ti dua keadaan tersebut hampir sama pentingnya dan sistem
redoks Ti-Ti(III) mendominasi kimiawi. Ion Ti+ dapat ditentukan dengan baik
dalam larutan (Cotton, 1989).
Alumunium dibuat dalam skala yang sangat besar dai bauksit Al2O2.nH2O (n
1-3). Ia dimurnikan dengan pelarutan dalam NaOH akua dan di endpakan yang
sebagai Al(OH)3 dengan menggunakan CO2. Hasil dehidrasinya dilarutkan dalam
lelehan kryolit, dan lelehnya pada 800 sampai 1000 dielektrolisis. Alumunium
adalah logam yang keras, kuat, dan berwarna putih. Meskipun sangat elektropositif,
ia bagaimanapun juga tahan terhadap korosi, karena lapisan oksidan yang kuat dan
liat terbentuk pada permukaannya. Lapisan-lapisan oksida yang tebal seringkali di
lapiskan secara elektrolit pada alumunium, yaitu proses yang disebut anodasiasi,
lapisan-lapisan yang sangat dapat diwarnai dengan pigmen. Alumunium larut
dalam asam encer, tetapi "dipasifkan" oleh HNO3 pekat. Bila pengaruh
perlindungan lapisan oksida dirusakan, misalnya dengan pengerasan atau dengan
amalgamasi, penyerapan cepat meskipun oleh air sekalipun dapat terjadi, logamnya
mudah bereaksi oleh larutan NaOH panas, halogen dan berbagai non logam
(Cotton, 1989).
Page 52
Tawas atau alum adalah suatu senyawa alumunium sulfat dengan rumus kimia
Al2(SO4).18H2O. pembuatan tawas dapat dilakukan dengan melarutkan alumunium
sulfat. Tawas padat diperoleh dari proses kristalisasi larutan jenuh alumunium sulfat
(Jalaludin, 2005).
Tawas merupakan kelompok garam rangkap berhidrat beruap kristal dan
bersifat isomorph. Tawas berperan sebagai koagulan di dalam pengolahan air
maupun limbah. Tawas juga digunakan dalam industri kertas dan karton, bahan
aditif pada makan serta penolak api pada tekstil (Jalaludin, 2005).
Alumunium merupakan unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi
(sesudah oksigen dan silicon) mencapai 8.2% dari massa total. Bijih yang penting
dalam alumunium adalah bauksit. Bauksit dimurnikan dalam proses barier yang
mengambil manfaat bawa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat tetapi besi
(III) oksida tidak (Oxtoby, 2003).
Alumunium adalah logam putih, liat dan dapat ditempa. Bubuknya berwarna
abu-abu ia melebur pada 669oC. bila terkena udara objek-objek alumunium
teroksidasi pada permukaannya. Asam nitrat pekat membuat logam menjadi pasif.
Alumunium sulfat membentuk garam-garam rangkap dengan sulfat dari kation-
kation monovalen dengan bentuk kristal yang menarik yang disebut tawas (Svehla,
1990).
Alumunium merupakan logam golongan III sejumlah garam alumunium
seperti halnya logam golongan IIA, mengkristal dari larutannya sebagai hidrat,
sebagian dari hidrat ini amat larut dalam air dan satu dari sedikit logam yang larut
dalam larutan asam dan basa, ada kemungkinan untuk melarutkan Al2O3 dalam
H2SO4(P) menghasilkan Al2(SO4).18H2O. salah satu kegunaan menarik dari
Al(SO4)3 adalah sebagai pemadam api jenis busa, kegunaan lain adalah sebagai
pewarna penolak air, aditif pada makanan dan dalam pengolahan limbah ari dan
perusahaan air minum. Konsumsi air dan perusahaan air capai 1.106 ton. Kira-kira
setengahnya digunakan dalam industri kertas dan karton. Kegunaan lainnya adalah
sebagai pewarna penolak air dan pewarna kain pad tekstil, sebagai aditif pada
makanan dan pengolahan limbah air atau banyak digunakan dalam perindustrian air
murni karena sifatnya yang koagulan (Saito, 1996)
Page 53
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan bahan
3.1.1 Alat
- Pipet tetes
- Beaker glass
- Spatula
- Batang pengaduk
- Neraca analitik
- Gelas ukur
- Desikator
- Hot plate
- Batang pengaduk
- Stopwatch
- Thermometer
- Gunting
- Botol timbang
3.1.2 Bahan
- Aquades
- Larutan H2SO4 50%
- Padatan KOH
- Padatan Al
- pH universal
- Alumunium foil
- Tissue
- Kertas label
3.2 Prosedur percobaan
3.2.1 Pembuatan KOH
- Ditimbang KOH 2,5 gr
Page 54
- Ditambahkan aquades 37,5 gr
- Dihomogenkan
3.2.2 Pembuatan Tawas
- Disiapkan larutan KOH yang udah dilarutkan
- Ditimbang padatan Al sebanyak 0,75 gr dan dimasukan ke dalam gelas
kimia yang telah berisi larutan KOH
- Diaduk sampai Al larut sempurna sambil dipanaskan
- Diamati reaksi yang terjadi
- Diamkan selama 10-15 menit
- Ditambahkan H2SO4 50% tetes demi tetes ke dalam beaker glass yang
berisi filtrat
- Diukur pH larutan sekitar 1-2 dan penambahan H2SO4 dihentikan
- Dipanaskan campuran di atas hot plate sampai suhu 60-70oC selama 10
menit
- Didiamkan dan dimasukan ke dalam desikator selama 48 jam
- Disaring kristal dan ditimbang
3.3 Flow sheet
3.3.1 Pembuatan larutan KOH
KOH 2,5 gram
Larutan KOH 40 mL
Ditambahkan aquade 37.5 mL
Dihomogenkan
Page 55
3.3.2 Pembuatan tawas
Larutan KOH 40 mLPadatan Al 0,75 gr
Ada gelembung dan warnalarutan hitam keabu-abuan
Warna larutan hitam
Residu bewarna hitam
Filtrat bening
Warna larutan putihdan pH turun menjadi1
Larutan bewarna putih
Terbentuk endapan putih
Kristal tawas yang terbentuk sekitar 8,497 gr
dicampurkan
diaduk, sambil dipanaskan
didiamkan larutan 10-15 menit
disaring
dibuang
ditambahkan H2SO4 78 tetes
diaduk
dipanaskan hingga suhu 60-
80oC
dimasukan dalam desikator6 hari
disaring
ditimbang kristal yang terbentuk
Page 56
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data pengamatan
No Perlakuan Data pengamatan
1.
-
-
-
Pembuatan larutan KOH
Ditimbang KOH 2,5 gr
Ditambahkan aquades 37,5 mL
Dihomogenkan
- Padatan putih halus
- Larutan bening
- Larutan bening
2.
-
-
-
-
-
-
-
-
Pembuatan Tawas
Disiapkan larutan KOH yang
sudah dilarutkan
Ditimbang Al sebanyak 0,75 gr
dan dimasukan kedalam gelas
kimia yang telah berisi larutan
KOH sedikit demi sedikit
Diaduk Al sampai larut sempurna
sambil dipanaskan
Diamkan selama 10-15 menit
Disaring
Ditambahkan H2SO4 50% tetes
demi tetes ke dalam beaker glass
yang berisi filtrat
Diukur pH larutan sekitar 1-2 dan
penambahan H2SO4 dihentikan
Dipanaskan campuran di atas hot
plate sampai suhu 60-70oC
sampai dihentikan
- Larutan bening
- Al berwarna abu-abu, dan saat
dicampurkan terdapat gelembung
dan berwarna abu-abu
- Larutan berwarna abu-abu
- Warna larutan hitam
- Filtrat benign dan residu berwarna
hitam
- Terbentuk gumpalan putih, dan
setelah diaduk larutan menjadi
putih
- Dibutuhkan 78 tetes hingga pH turun
menjadi 1
- Larutan panas, dan lumayan cair
Page 57
-
-
Dimasukan dalam desikator
selama 6 hari
Disaring kristal dan ditimbang
- Didapat berat kristal tawas sebesar
8,497 gr
4.2 Reaksi
4.2.1. 2 Al + 2KOH + 2H2O → 2KAlO2 + 3H2
4.2.2. 2KAlO2 + 2H2O + H2SO4 → 2K2SO4 + Al(OH)3
H2SO4 + K2SO4 + 2Al(OH)3 → 2KAl(SO4)2 + 6H2O
4.3. Perhitungan
Mol Al =gram
mr
=0,75
26,9
= 0,027 mol
Berat Teori = mol x mr tawas
= 0,027 x 186,02
= 5,022
Berat Hasil = (Berat Beaker+Endapan)-berar beaker
= (82,2978)-35,8573
= 46,4405 gram
% yeald =berat hasil
berat awal (Al)x100%
=46,4405
0,75x100%
=6,192%
4.4 Pembahasan
Tawas adalah sekelompokk garam rangkap berhidrat berupa kristal dan bersifat
isomorph. Tawas ini dikenal dengan nama KAI(SO4).12H2O yang banyak dikenal
sebagai koagulan di dalam pengolahan air maupun limbah. Sebagai koagulan alum
sulfat sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang baik dalam
Page 58
bentuk koloid maupun suspensi. Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang
dibuat dari molekul air dan dua jenis garam, salah satu biasanya Al(SO4). Alum
kalium merupakan senyawa yang tidak berwarna dan mempunyai bentuk kristal
oktahedral atau kubus ketika kalium sulfat dan alumunium sulfat keduanya
dilarutkan dan didinginkan. Larutan alum kalium tersebut bersifat asam. Alum
kalium memiliki titik leleh 900oC. kalium alumunium sulfat deodekahidrat (tawas
kalium) dengan rumus KAI(SO4).12H2O digunakan dalam pemurnian air,
pengolahan limbah, dan bahan pemadam api. Tawas kalium alumunium sulfat
dihasilkan dengan mereaksikan logam alumunium (Al) dalam larutan asa kuat
(Kalium hidroksida akan larut membentuk aluminat
2Al + 2KOH + 2H2O → 2KAIO2 + 3H2
Larutan aluminat dinetralkan dengan asam sulfat mula-mula terbentuk endapan
berwarna putih dari alumunium hidroksida Al(OH)3
2KAIO2 + 2H2O + H2SO4→ K2SO4 + Al(OH)3
Dengan penambahan asam sulfa endapan putih semakin banyak dan jika asam sulfat
berlebihan endapan akan larut membentuk kation K+, Al3+, dan SO42-
, jika
didiamkan akan terbentuk kristal tawas kalium alumunium sulfat. Secara singkat
reaksi yang terjadi dapat dituliskan sebagai berikut
H2SO4 + K2SO4 + 2Al(OH)3 → 2Kal(SO4)2 + 6H2O
Alum kalium sangat larut dalam air panas, sehingga ketika penambahan H2SO4
yang membentuk endapan dan kemudian dipanaskan. Pada proses pemanasan akan
terjadi penguapan sehingga saat didinginkan akan terbentuk kristal dari
Kal(SO4)2.12H2O. Maka reaksi keseluruhannya adalah
2Al + 2KOH + 10H2O + H2SO4 → 2KAl(SO4)2.12H2O + 3H
Aplikasi dari tawas sendiri dapat digunakan sebagai penjernih air, pewarna
bahan tekstil, deodoran, pemadam api dalam bentuk busa, penghilang lumut hingga
obat sariawan.
Pada percobaan pertama diukur aquades terlebih dahulu sebanyak 37,5 mL
dengan menggunakan gelas ukur. Setelah itu diambil padatan KOH dengan spatula
lalu ditimbang sebanyak 2,5 gr dengan alat neraca analitik, dimana padatan KOH
tersebut diletakan dalam botol timbang agar tidak mencair. Lalu kedua zat tersebut
Page 59
di homogenkan, dan larutan tercampur rata. Selanjutanya ditimbang Al sebanyak
0,75 gr dengan neraca analitik. Setelah itu dimasukan perlahan-lahan logam Al
kedalam larutan KOH tersebut. Dimasukan Al perlahan-lahan agar mudah dalam
mencampurkannya, serta agar Al tercampur merata. Pengadukan dan pemanasan
bertujuan untuk mempercepat jalannya reaksi antara logam Al dan larutan KOH,
saat direaksikan warna larutan berubah menjadi hitam keruh yang merupakan
warna dari Al. selain itu reaksi ini juga tergolong reaksi eksoterm karena
melepaskan kalor, dimana pada dinding beaker glass terasa hangat dan adanya
gelembung itu karena adanya gas H2. Pengadukan yang membantu mempercepat
jalannya reaksi dihentikan bila gelembung-gelembung telah hilang yang
menunjukan reaksi antara KOH dan Al sudah selesai. Dan berhenti pula
pengadukan, sehingga membentuk larutan aluminat dan mengikat K+ dan O. Serta
saat pengadukan dilakukan pula pemanasan dengan menggunakan hot plate yang
bertujuannya sama dengan pengadukan. Lalu larutan didiamkan agar suhunya
kembali menjadi suhu ruangan. Selanjutnya larutan disaring dengan kertas saring,
maka didapatkan filtrat bening dan residu yang berwarna hitam. Dimana residu
tersebut merupakan zat pengotor atau filtrat ditambah dengan larutan H2SO4
sebanyak 78 tetes hingga pHnya turun menjadi 1-2 saat ditambahkan terbentuk
gumpalan putih, dimana gumpalan putih ini terbentuk karena H2SO4 melarutkan
Al(OH)3 berupa larutan bening tak berwara. Senyawa Al2 (SO4)3 yang terbentuk
pada reaksi Al(OH)3 dengan H2SO4 bereaksi kembali dengan K2SO4 yang
membentuk kristal KAl(SO4)2.12H2O yang berwarna putih. Selanjutnya dilakukan
pemanasan selama 10 menit dengan suhu antara 60-70oC yang bertujuan untuk
menguapkan air. Bila suhu diatas70oC maka tawas akan larut dalam air mendidih.
Lalu didiamkan dalam desikator selama 6 hari agar tawas tidak terkena air selain
itu untuk menjaga kesetimbangannya. Pada saat dihitung massa tawas didapatkan
8,47 gram
Sifat fisik dan sifat kimia dari tawas kalium adalah
1. Tawas Kalium
Sifat fisik
- Massa molar = 258,21 g/mol
Page 60
- Titik lelah = 92 – 93oC
- Densitas = 1,76 gr/cn3
- Titik didih = 200oC
Sifat kimia
- Rumus molekul = KAl(SO4)2
- Kelarutan Adam air = 50oC
2. Aluminium
Sifat fisik
- Valensi = 3
- Titik lebur = 660oC
- Titik didih = 2452
- Tegangan permukaan = 900 dyne/cm
- Massa atom = 26,98
- Panas uap = 200
Sifat kimia
- Nomor atom = 1
- Bersifat amfoterm
- Mudah teroksidasi
- Sangat reaktif
- Massa jenis 27gr/cm3
3. Asam sulfat
Sifat fisik:
- Larutan tak bewarna
- Viskositas tinggi
- Konsentrasi tinggi
- Bersifat toxic
Sifat kimia:
- Rumus molekul H2SO4
- Asam kuat
- Bersifat polar
- Hidrasi bersifat eksotermik
Page 61
- Reaktif
- Oksidator
Faktor kesalah dalam percobaan ini adalah:
- Pencampuran KOH dan logam Al beaker glass tidak steril sehingga saat kedua
zat dihomogenkan warna larut menjadai hijau keruh
Pada saat pengujian digunakan air limbah yang keruh, kemudian dimasukkan
kristal tawas yang terbentuk maka akan menghasilkan larutan yang jernih dan zat
pengotor yang ada pada larutan terabsorbsi oleh kristal tawas dimana tawas
sebagian koagulan dalam penjernihan air limbah. Tawas mengendapkan partikel
yang melayang baik dalam bentuk koloid dan endapan
Page 62
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Dari percobaan ini adalah massa tawas yang terbentuk sebanyak 8,247
gram
- Dari percobaan ini untuk menurunkan kadar ph tawas menjadi 1-2, ialah
sebanyak 78 tetes
- Hasil reaksi antara KOH dengan Al menghasilkan K[Al(OH)], serta
larutan berwarna abu-abu dimana reaksi bersifat eksoteris, serta adanya
gelembung merupakan tanda adanya gas H2 dengan KAlO2
5.2. Saran
Sebaiknya pada percobaan pembuatan tawas selanjutnya dengan menggunakan
logam Al dari kaleng bekas agar dapat dibandingkan dengan hasil yang sudah ada.
Page 63
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, F.A. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press
Jalaluddin. 2005. Pemanfaatan Kaolin Sebagai Bahan Baku Pembuatan
Alumunium Sulfat Dengan Metode Adsorbsi. Jurnal sistem teknik industri vol
6, hal 71.
Oxtoby, P.W. 2003. Prinsip-prinsip Kimia Modern Edisi Keempat Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
Saito, Taro. 1996. Buku Teks Kimia Anorganik. Tokyo. Iwanami Shoten
Publisher.
Svehla, G. 1990. VOGEL Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan
Semimakro. Jakarta: PT. Kalman Media Pustaka.
Page 64
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1
“PEMBUATAN KALIUM NITRAT”
Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
Samarinda, 28 November 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Dwi Fitria S.Si
NIP.
Asisten Praktikum,
Citra Uli Sitompul
NIM. 1207035121
Page 65
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garam nitrat dan hampir semua logam telah dikenal di alam. Garam nitrat
banyak dijumpai di Chilli terutama dalam bentuk natrium nitrat. Mungkin oleh
karena nama umum garam natrium nitrat adalah sendawa Chilli, sedangkan istilah
sendawa digunakan untuk nama umum garam kalium nitrat. Sebagian besar garam-
garam nitrat bersifat higroskopis dan mudah larut dalam air. Beberapa garam nitrat
dapat diperoleh dalam bentuk anhidrat dan tidak mengalami dekomposisi pada
pemanasan yang cukup tinggi.
Asam nitrat dan garamnya merupakan senyawa okso dari nitrogen yang
sangat penting. Asam nitrat sampai sekarang sebagian besar dibuat dari merubah
nitrogen dalam atmosfir menjadi ammonia, kemudian ammonia dioksidasi menjadi
NO dengan adanya katalisator dan kemudian NO diserap kedalam air yang
mengandung oksigen. Asam nitrat jenuh memiliki sifat oksidator sangat kuat
terhadap unsur-unsur logam. Untuk reksi-reaksi dengan logam-logam seperti emas
dan platina, asam nitrat dicampur dengan asam klorida menjadi aquaregia (3 bagian
HCl pekat dengan 1 bagian HNO3 jenuh) adanya kompleksasi dari ion klorida juga
penting untuk meningkatkan efeksitas aquaregia dibandingkan asam nitrat. Unsur-
unsur nonlogam biasanya dioksidasi oleh asam nitrat pekat menjadi oksida atau
asam okso.
Yang melatarbelakangi dilakukannya percobaan kalium nitrat adalah untuk
mengetahui proses-proses dalam pembuatan kalium nitrat dengan mereaksikan
padatan KCl dan NaNO3 dalam aquades hingga menghasilkan kristalisasi dari
KNO3 dan dilakukan rekristalisasi terhadap KNO3.
Oleh karena itu, percobaan pembuatan kalium nitrat ini penting untuk
dilakukan agar kita dapat mengetahui proses-proses pembuatan KNO3 dengan
mereaksikan KCl dan NaNO3 serta mengetahui proses pemurnian dari KNO3 yang
terbentuk dari proses kristalisasi terhadap KNO3 serta dapat mengaplikasikannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Page 66
1.2 Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui jumlah mol KNO3 yang terbentuk secara praktek
Untuk mengetahui % yield dalam percobaan
Mengetahui massa kristal KNO3 yang dihasilkan dalam percobaan
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Pembuatan KNO3
Prinsip percobaan didasarkan pada kristalisasi diman KCl dan NaNO3
dilarutkan dengan aquades lalu dipanaskan hingga ½ volume dan disaring
kemudian dipanaskan lagi untuk mempercepat reaksi dan mengurangi kadar
aquades dalam larutan hingga terbentuk sedikit endapan yang lalu didinginkan.
Dilakukan proses dekantasi untuk memisahkan endapan dan larutan. Dimana kristal
yang terbentuk masih mengandung pengotor sehingga masih perlu pemurnian lebih
lanjut dimana karakteristik kristal KNO3 adalah berupa padatan, berwarna putih,
berukuran besar dan kasar serta masih terdapat sedikit zat cair pada kristal kalium
nitrat.
1.3.2 Pemurnian Kristal KNO3
Prinsip percobaan didasarkan pada proses rekristalisasi dimana dilakukan
pemurnian terhadap kristal KNO3 dengan melarutkannya kedalam aquades dan
dilakukan pemanasan hingga kembali terbentuk endapan dan didinginkan.
Dilakukan proses dekantasi untuk memisahkan endapan dan larutan kemudian
endapan yang terbentuk dimasukkkan kedalam desikator selama 24 jam sampai
diperoleh hasil rekristalisasi kristal KNO3, dimana pada proses pemanasan dengan
aquades terjadi proses salting out dimana aquedes yang menguap telah mengikat
zat pengotornya lalu dapat diketahui massa kristal KNO3 yang terbentuk maka
dapat diketahui persen rendemennya.
Page 67
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kalium adalah logam putih perak yang lunak logam ini melebur pada 63,50C.
Ia tetap tak berubah dalam udara kering, tetapi dengan cepat teroksidasi dalam
udara lembab, menjadi tertutup dengan suatu lapisan biru. Logam itu menguraikan
air dengan dahsyat, sambil melepaskan hidrogen dan terbakar dengan nyala
lembayung :
2K+ + 2H2O → 2K+ + 2OH− + H2 ↑
Kalium bisanya disimpan dalam pelarut nafta. Garam-garamkalium mengandung
kation monovalen K+. Garam-garam ini biasanya larut dan membentuk larutan yang
tak berwarna, kecuali bila anionnya berwarna (Svehla, 1985).
Perbedaan kelarutan dengan suhu yang berlainan ini dapat dimanfaatkan
untuk memurnikan zat dari kotoran-kotoran hasil samping suatu reaksi dengan cara
rekristalisasi bertingkkat pada cara ini zat yang masih bercampur deengan pengotor
dengan dilarutkan dalam sedikit pelarut panas, dimana pengotor lebih mudah larut
dalam air dari pada zat yang akan dimurnikan. Setelah larutan dingin kotoran akan
tetinggal dalam larutan dan zat murni akan memisah sebagai endapan. Kristal murni
yang dihasilkan lalu disaring dan dikeringkan (Yazid, 2005).
Partikel-partikel solut yang baik berupa molekul atau ion didalam air selalu
dalam keadaan terhidrasi. Makin banyak partikel solut makin banyak molekul air
yang diperlukan untuk menghidrasi partikel solut. Larutan jenuh adalah larutan
yang telah mengandung zat terlarut dengan jumlah maksimal sehingga tidak dapat
melarutkan zat terlarut lagi. Keadaan ini terjadi kesetimbangan antara solut yang
tak larut atau kecepatan pelarutan sama dengan kecepatan pengendapan. Perlu
diketahui bahwa istilah jenuh dan tak jenuh tidak ada hubungannya secara langsung
dengan larutan pekat dan encer (Yazid, 2005).
Daya larut cairan dalam cairan lain sangat sangat berbeda-beda mulai dapat
bercampur dengan sempurna, bercampur sebagian sampai tidak bercampur sama
sekali. Demikian juga zat padat dalam cairan, mulai ada yang larut sempurna
Page 68
sampai dengan yang tidak larut. Kelarutan zat selain bergantung dari sifat solut dan
pelarutnya juga dipengaruhi oleh suhu dan tekanan (Yazid, 2005).
Kimiawan membedakan larutan berdasarkan kemampuannya melarutkan zat
terlarut. Larutan yang mengandung jumlah maksimum zat terlarut didalam pelarut,
pada suhu tertentu, dinamakan larutan jenuh (saturated solution). Sebelum titik
jenuh tercapai larutannya disebut larutan tak jenuh (unsaturated solution); larutan
ini mengandung zat terlarut lebih sedikit dibandingkan kemampuannya untuk
melarutkan. Jenis ketiga larutan lewat jenuh (supersaturated solution) mengandung
lebih banyak zat terlarut dibandingkan yang terdapat didalam larutan jenuh. Larutan
lewat jenuh bukanlah larutan yang sangat stabil. Pada saatnya, sebagian zat terlarut
akan terpisah dari larutan lewat jenuh sebagai kristal. Proses terpisahnya zat terlarut
dari larutan dan membentuk kristal dinamakan kristalisasi (crystalization).
Perhatikan bahwa pengendapan dan kristalisasi kedua-duanya menjelaskan
terpisahnya zat padat berlabih dari larutan lewat jenuh. Kita biasanya
membayangkan bahwa endapan terbentuk dari partikel kecil, sementar kristal dapat
berukuran besar dan bentuknya bagus (Chang, 2005).
Asam nitrat adalah zat kimia yang sangat penting terutama sebagai bahan
pembuat pupuk (NH4NO3) dan pembuat bahan peledak, seperti trinitrotoluen (TNT)
dan nitrogliserin. Oleh sebab itu, asam nitrat harus dibuat secara besar-besaran
dengan melarutkan NO2 dalam air sedangkan NO2 dibuat melalui proses Ostwald.
Di laboratorium asam nitrat dibuat dengan reaksi :
KNO3 + H2SO4 → KHSO4 + HNO3
Asam yang terbentuk dapat dipisahkan dengan mengembunkan karena berwujud
gas. Asam nitrat murni adalah cairan tidak berwarna yang mudah teruarai diatas
00C menjadi NO2, H2O dan O2. Oleh sebab itu, HNO3 dengan konsentrasi sekitar
70% atau lebih akan berwarna sedikit kuning, karena adanya NO2 yang terbentuk
dari penguraian oleh cahaya. Asam nitrat encer dengan pereduksi kuat dapat
mereduksi nitrogen sampai bilangan oksidasi-3 (Syukri, 1999).
Karena kereaktifannya, logam alkali tidak ditemukan dalam keadaan bebas di
alam, tetapi sebagai ion positif (L+) dalam senyawa ion kebanyakan senyawanya
larut dalam air sehingga logam ini banyak terdapat di air laut. Logam alkali yang
Page 69
banyak dikulit bumi adalah natrium dan kalium, sadeangkan litium, rubidium dan
cesium jauh lebih kecil. Fransium (Fr) sebagai unsur keenam golongan alkali tidak
stabil (radioaktif) dengan waktu paro 21 menit, sehingga sulit dipelajari. Logam
alkali umumnya dibuat dengan mengelektrolisis cairan garamnya atau
hidroksidanya (Syukri, 1999).
Kristal adalah benda padat yang mempunyai permukaan-permukaan yang
datar karena banyak zat padat seperti garam, kuarsa dan salju ada di daam bentuk-
bentuk yang jelas simetris, telah lama para ilmuan menduga bahwa atom, ion
ataupun molekul zat padat ini juga tersusun secara sistematis. Penampilan kristal
kita boleh menyimpulkan begitu saja penataan partikel dalam sebuah kristal besar.
Semata-mata dari penampilan luarnya. Bila suatu zat dengan keadaan cair atau
larutan mengkristal, kristal dapat terbentuk dengan tumbuh lebih ke suatu atom dari
pada ke atom yang lain menunjukkan bagaimana sebuah kubus kecil dapat
berkembang menjadi salah satu dari tiga bentuk yang mungkin sebuah kubus besar.
Sebuah lempeng datar atau suatu struktur kristal kubik yang sama namun bentuk
keseluruhannya berbeda (Keenan, 1984).
Sifat-sifat yang terutama menentukan kegunaan suatu pelarut adalah:
Daerah suhu pelarut tersebut dalam keadaan cair
Tetapan dielektritnya
Sifat-sifatnya sebagai donor akseptor (asam basa lewis)
Keasaman protonik atau kebasaan
Sifat dan derajat otodiososiasi
(Cotton, 1989).
Pelarut berupa cairan pada suhu kamar dan tekanan satu atmosfer paling
berguna karena mudah dikelola. Selain itu, juga diinginkan agar pengukuran atau
reaksi kimia bisa terjadi bisa terjadi diatas maupun dibawah suhu kamar. Zat cair
nonpolar atau kecil kepolarannya zat cair tidak teroksidasi (Cotton, 1989).
Katalis adalah suatu zat yang mempunyai laju reaksi tanpa perubahan secara
kimia pada akhir reaksi. Beberapa catatan tentang katalis :
Komposisi kimia dari katalis tidak berubah pada akhir reaksi
Katalis yang diperlukan suatu reaksi sangat sedikit
Page 70
Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi mempengaruhi laju reaksi
Katalis bekerja secara spesifik
Katalis mempunyai temperatur optimum
Katalis tidak mempengaruhi keadaan akhir suatu reaksi kesetimbangan (tidak
mengubah harga tetapan kesetimbangan)
Katalis dapat diracuni oleh suatu zat dengan jumlah yang sangat sedikit yang
disebut racun katalis
Katalis yang memperlambat laju reaksi disebut katalis negatif
(Hiskia, 1992).
Perubahan kelarutan dengan tekanan yang mempunyai arti penting yang
praktis dalam analisis anorganik kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan
dalam bejana terbuka pada tekanan atmosfer. Perubahan yang sedikit dari tekanan
atmosfer tak mempunyai tekanan yang berarti atas kelarutan. Terlebih penting
adalah perubahan kelarutan dengan suhu. Reduksi nitrat dalam suasana basa
amonia akan dilepaskan (dideteksi dari baunya) dari kerjanya atas kertas lakmus
merah dan atas kertas merkurium (I) nitrat atau uji asam talat perak nitrat, bila
suatu larutan nitrat dididihkan dengan serbuk zink akan dipanaskan perlahan-lahan
dengan bubuk aluminium dan larutan natrium hidroksida (Svehla, 1985).
Page 71
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Spatula
Pipettetes
Beaker glass
Hot plate
Neraca analitik
Baskom
Gelas ukur
Desikator
Erlenmeyer
Batang pengaduk
Corong kaca
3.1.2 Bahan
Aquades
Es batu
Padatan NaNO3
Padatan KCl
Garam
Tissu
Aluminium foil
Kertas label
Kertas saring
Masker
Sarung tangan
Sabun cair
Page 72
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan KNO3
Ditimbang massa beaker glass
Dilarutkan 2 gr KCl dan 3 gr NaNO3 masing-masing dalam 5 mL air panas
Dicampurkan kedua larutan lalu diuapkan hingga setengah volume
Disaring larutan dalam keadaan lalu diuapkan hingga setengah volume
Didinginkan larutan dalam es batu kemudian dibuang larutan yang tersisa
dengan cara dekantasi
3.2.2 Pemurnian Kristal KNO3
Dilarutkan kristal KNO3 dengan 1 pipet aquades
Dipanaskan
Didinginkan dengan menggunakan es batu
Larutan yang tersisa dibuang dengan cara dekantasi
Dimasukkan kedalam alat desikator selama 24 jam
Ditimbang kristal KNO3 yang didapat
Page 73
3.3 Flow sheet
3.3.1 pembuatan kristal KNO3
2 gr KCl 3 gr NaNO3
Larutan bening, volume larutan berkurang
larutan lebih bening
larutan bening
terbentuk kristal kasardan berwarna putihkehitaman
dilarutkan dalam5 ml air pans
dilarutkan dalam5 ml air pans
dicampurkan
dipanaskan hingga 1/2 volume
disaring
dipanaskan 1/2 volume
didinginkan
Page 74
3.3.2 Pemurnian kristal KNO3
Larutan keruh
larutan menguap dan volumeberkurang
endapan putih kristal KNO3
didapat kristal KNO3 putih
dilarutkan
dipanaskan
didinginkan
didiamkan selama 24 jamdalam desikator
Kristal KNO3
ditimbang
kristal terbentuk2,727 gr
Page 75
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
No Perlakuan Pengamatan
1
2
Pembuatan KNO3
Ditimbang massa beaker glass
Dilarutkan 2 gr KCl dan 3 gr
NaNO3 masing-masing dalam 5
mL air panas
Dicampurkan kedua larutan lalu
diuapkan hingga setengah
volume
Disaring larutan dalam keadaan
lalu diuapkan hingga setengah
volume
Didinginkan larutan dalam es
batu kemudian dibuang larutan
yang tersisa dengan cara
dekantasi
Pemurnian Kristal
Dilarutkan kristal KNO3 dengan
1 pipet aquades
Dipanaskan hingga ½ volume
Didinginkan menggunakan es
batu
Larutan yang tersisa dibuang
dengan cara dekantasi
Dimasukkan kedalam alat
desikator selama 24 jam
- Massa beaker glass 65,8997 gr
- Padatan KCl berwarna putih
- Padatan NaNO3 berwarna putih
- Terbentuk larutan bening
- Aquades menguap saat
dipanaskan
- Filtrat larutan bening
- Tidak ada residu, larutan bening
dengan sedikit kristal
- Terdapat endapan putih dan
cairan putih
- Terdapat endapan KNO3
didalam beaker glass
- KNO3 berupa padatan putih
- Terbentuk larutan yang kental
- Terdapat endapan putih
Page 76
Ditimbang kristal KNO3 yang
didapat
- Larutan berbentuk padatan
- Larutan berbentuk padatan putih
yang melekat pada beaker glass
- Massa KNO3 2,4148 gr
4.2 Reaksi
KCl + H2O → K+ + Cl- + H2O
NaNO3 + H2O → Na+ + NO3 + H2O
KCl + NaNO3 → KNO3 + NaCl
4.3 Perhitungan
4.3.1 Secara Praktek
mol KCl = 𝑔𝑟
𝑀𝑟=
2
74,54= 0,027 𝑚𝑚𝑜𝑙
mol NaNO3 = = 𝑔𝑟
𝑀𝑟=
3
85= 0,035 𝑚𝑚𝑜𝑙
KCl + NaNO3 → KNO3 + NaCl
M 0,027 mmol 0,035 mmol
B 0,027 mmol 0,027 mmol 0,027 mmol 0,027mmol
S - 0,008 mmol 0,027 mmol 0,027 mmol
Page 77
Massa KNO3 yang terbentuk :
m KNO3 = mol KNO3 × Mr KNO3
= 0,027 mmol × 101,09
= 2,73 gr
4.3.2 Secara Teori
mol KCl = gr
Mr=
2,4148
101= 0,024 mmol
% yield = gr KNO3 (prektek)
gr KNO3 (teori)
= 2,4148
2,73 × 100%
= 88,55%
% Kesalahan = gr KNO3 (teori)−gr KNO3 (praktek)
gr KNO3 (teori) × 100%
= 2,73−2,4148
2,73 × 100% = 11,45 %
4.3 Pembahasan
Rekristalisasi adalah suatu proses pemurnian zat atau bahan padat dari
pengotornya dengan menambahkan pelarut yang sesuai. Kristalisasi adalah
pemisahan bahan padatdari larutannya dengan carapemanasan atau pendinginan
(dari sbahan cair menjadi bentuk kristal.
Berikut perbedaan kristalisasi dan rekristalisasi :
Rekristalisasi Kristalisasi
- Pemurnian zat padat dari
pengotornya
- Kristal yang diperoleh warna
putih bersih
- Ukuran partikel lebih kecil
- Pemisahan zat padat dari suatu
larutan
- Kristal yang diperoleh masih
nampak keruh
- Ukuran partikel lebih besar
dibanding rekristalisasi
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan antara lain:
Page 78
a. Jenis pelarut dan zat terlarut , zat terlarut yang polar larut di pelarut yang polar
begitu juga sebaliknya
b. Pengadukan, dimana semakin besar frekuensi pengadukan maka semakin besar
zat yang terlarut
c. Suhu, dimana semakin tinggi suhu maka semakin besar kelarutannya
d. Luas permukaan, diman semakin besar luas permukaan maka semakin cepat
reaksi berlangsung
e. Ion senama, diman endapan lebih mudah larut dalam air murni dibanding dalam
larutan yang mengandung salah satu ion endapan
Aplikasi dari pembuatan kalium nitrat antara lain :
- Bahan dalam pembuatan popok
- Bahan pembuatan roket
- Bahan pembuatan petasan
- Bahan yang berperan dalam pengawetan makanan pada pengolahan daging
Pada percobaan pembuatan KNO3 dilarutkan 2 gr KCl berupa padatan
berwarna putih dan 3 gr NaNO3 berupa padatan berwarna putih dalam 5 mL air
panas menghasilkan larutan bening kemudian larutan dipanaskan hingga ½ volume
aquades menguap lalu larutan disaring tidak terdapat residu di kertas saring
kemudian larutan dipanaskan hingga 1//2 volume terdapat sedikit endapan putih
dan larutan bening dan ketika didinginkan dengan air es terdapat endapan putih dan
cairan putih yang kemudian dipisahkan dengan cara dekantasi diman cairan
dibuang dan tersisa endapan KNO3. Ketika dipanaskan aquades menguap karena
titik didihnya lebih rendah. Pemisahan dilakukan dengan cara dekantasi
berdasarkan berat partikel dan adanya gaya gravitasi.
Pada percobaan pemurnian KNO3, kristal KNO3 dilarutkan dalam i pipet
aquades hingga terbentuk larutan yang kental berwarna putih lalu dipanaskan
hingga ½ volume menghasilkan endapan putih sedangkan aquades menguap dan
didinginkan dengan air es, kristal KNO3 yang terbentuk terlihat mengeras dan
terdapat cairan putih kemudian dibuang larutan sisa dengan cara dekantasi dimana
berdasarkan perbedaan berat partikel dari kristal KNO3 dengan aquades. Kemudian
dimasukkan kedalam desikator selama 24 jam diperoleh massa KNO3 2,4248 gr
Page 79
kristal KNO3 yang terlihat lebih putih karena telah melalui proses rekristalisasi
(pemurnian kristal KNO3).
Adapun fungsi alat dalam percobaan :
- Beaker glass untuk tempat mereaksikan larutan
- Erlenmeyer sebagai tempat mereaksikan larutan
- Hot plate untuk memanaskan larutan
- Batang pengaduk untuk mengaduk larutan
- Corong kaca untuk membantu penyaringan dengan kertas saring
- Pipet tetes untuk mengambil larutan dan memindahkan larutan dalam jumlah
tetesan
- Botol reagen untuk menyimpan larutan/reagen
- Spatula untuk mengambil padatan KCl dan NaNO3
- Neraca analitik untuk menimbang padatan KCl dan NaNO3
Fungsi bahan dalam percobaan ini antara lain:
- Padatan KCl dan padatan NaNO3 sebagai bahan dalam pembuatan KNO3
- Aquades untuk melarutkan padatan KCl dan NaNO3
- Aluminium foil untuk tempat menimbang padatan KCl dan NaNO3
- Kertas label untuk menandai larutan
- Kertas saring untuk menyaring larutan
- Tissu untuk mengelap alat dalam percobaan
Adapun fungsi perlakuan dalam percobaan adalah:
- Dipanaskan untuk menaikkan suhu dan mempercepat laju reaksi
- Didinginkan agar menurunkan suhu
- Ditimbang untuk mengetahui massa dari larutan dan beaker glass
- Diaduk agar larutan dimana zat terlarut dan pelarut menyatu
Adapun faktor kesalahan dalam percobaan :
- Jumlah volume yang diambil dengan pipet tetes tidak sama
- Pemanasan yang tidak maksimal
- Air yang terlalu dingin
- Kurangnya waktu dalam percobaan
- Kurang telitinya menimbang padatan KCl dan NaNO3
Page 80
Struktur KNO3 :
O
O
N+
O-K+
Sifat fisik dan kimia KCl :
- Sangat larut dalam air
- Titik leleh 7720C
- Menyublim pada 15000C
- Berupa padatan kristal putih
- Berat molekul 74,559/mol
- Rasanya garam
Sifat kimia dari KCl :
- Kelarutan lebih banyak dibanding NaCl tetapi lebih sedikit dalam air dingin
- Sangat sedikit larut dalam metanol, n-oktanol
- Berbau merangsang
- Berperan dalam sejumlah proses fisioterapi
Sifat fisik dari NaNO3 :
- Berat molekul 84,99 g/mol
- Berwarna putih berupa padatan
- Titik didih: suhu dekomposisi 3800C
- Titik lebur 5800K (3070C)
- Densitas 2,3 × 103 kg/m3
- Spesifik gravity densitas 2,26
- Dapat menyebabkan iritasi pada mata
Sifat kimia dari NaNO3 :
- Mudah larut dalam air panas
- Sangat larut dalam amonia cair
- Kelarutan 92 gr dalam 100 mL air
- Berbentuk bubuk putih
- Bobot senyawa 85,0 sma
Page 81
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
- Jumlah mol KNO3 yang terbentuk secara praktek dari percobaan yang telah
dilakukan adalah 0,024 mol
- Besarnya % yield dalam percobaan pembuatan dan pemurnian KNO3 sebesar
88,55 %
- Massa KNO3 yang dihasilkan dalam percobaan adalah 2,73 gr
5.2 Saran
Sebaiknya dalam percobaan selanjutnya dapat digunakan padatan AgNO3 agar
dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan NaNO3
Page 82
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti. Jakarta : Erlangga.
Cotton. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta : UI-Press.
Hiskia, Ahmad. 1992. Kinetika Kimia. Bandung : Citra Aditya Bakti.
Keenan, Charles W. 1984. Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.
Svehla, g. 1985. Vogel Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro.
Jakarta: Kalman Media Pusaka.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Yazid, Estien. 2005. Kimia Fisika Untuk Paramedis. Yogyakarta: Andi-Offset.
Page 83
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1
“TOKSIK”
Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
Samarinda, 28 November 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Dwi Fitria S.Si
NIP. 19711203 200012 1 001
Asisten Praktikum,
M. Arief R.F.D
NIM. 1107035038
Page 84
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Toksikologi merupakan salah satu pecahan dari bidang biologi terapan seperti
kedokteran, farmasi, ilmu lingkungan dan lain-lain dalam khusus ini dipelajari
tentang racun (daya racun dan keracunan) yang dapat ditimbulkan oleh suatu
senyawa. Perkembangan yang pesat mengenai toksikologi memberikan dampak
yang kurang baik dan bahkan sangat buruk lagi bagi manusia sendiri.
Bahan-bahan sisa yang merupakan bahan buangan dari industri berteknologi
tinggi mempunyai daya racun yang kuat dan dapat menyebabkan kematian, bukan
saja terhadap tumbuhan dan hewan tetapi juga manusia. Buangan industri yang
mengandung unsur atau senyawa yang mempunyai daya racun tinggi.
Toksikologi berasal dari kata toksik yang berarti racun dan logo yang berarti
ilmu. Secara sederhana dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang membahas tentang
toksikologi adalah semua substansi yang digunakan dibuat atau hasil dari suatu
formasi dan produk sampingan dari industri yang masuk ke lingkungan dan dapat
menimbulkan pengaruh-pengaruh negatif bagi makhluk hidup.
Oleh karena itu percobaan mengenai senyawa toksik ini penting untuk
dilakukan agar kita dapat mengetahui tingkat toksisitas dari logam berat,
mengetahui logam berat yang memiliki toksisitas paling tinggi dimana dengan
penambahan larutan ion logam berat terhadap susu, yakult, yoghurt, teh, tes,
Mizone, Hidrococo, kopi dan telur. Dimana logam berat yang digunakan Hg2+,
Cd2+,Pb2+ Zn2+, Cu2+, dan Ba2+. Percobaan analisa senyawa toksik dilakukan untuk
mengetahui proses terjadinya denaturasi protein akibat adanya penambahan logam
berat pada sampel yang digunakan dalam percobaan.
1.2. Tujuan Percobaan
- Mengetahui hasil reaksi susu beruang terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+,
Cd2+, Cu2+ dan Ba2+
Page 85
- Mengetahui hasil reaksi telur puyuh terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+
Cd2+, Cu2+ dan Ba2+
- Mengetahui hasil reaksi teh terhadap ion logam Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+
dan Ba2+
- Mengetahui hubungan dari denaturasi protein dan senyawa toksik
- Mengetahui hasil reaksi senyawa toksik pada sampel Tebs
1.3. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan berdasarkan menentukan tingkat toksisitas dari ion logam
berat Hg2+, Pb2+, Zn2+ Cd2+, Cu2+ dan Ba2+ yang direaksikan dengan susu, telur dan
sampel yang mengandung protein. Dimana sampel akan mengalami denotasi
protein sedangkan sampel yang mengandung antioksidan dapat mengikat logam
berat yang ditambahkan pada sampel . penambahan logam berat menyebabkan
terjadinya denaturasi protein Diana terjadi kerusakan struktur sekunder, tersier dan
kuarterner pada struktur protein. Terjadinya denaturasi protein dimana protein
berikatan dengan logam – logam berat yang akan menghasilkan perubahan
endapan, warna dan gumpalan sehingga menjadikan senyawa toksik tersebut.
Semakin besar, berat molekul maka semakin banyak endapan yang terbentuk dan
hal ini mengakibatkan sampel yang mengandung protein mengalami perubahan
struktur.
Page 86
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Kation golongan pertama, memberntuk klorida-klorida yang tak larut.
Namun, timbel klorida sedikit larut dalam air dan karena itu Timbel tak pernah
mengendap dengan sempurna bila ditambahkan asam klorida encer kepada suatu
cuplikan ion yang timbel tersisa itu, diendapkan secara kuantitatif dengan hidrogen
sulfida dalam asam bersama-sama kation golongan kedua (Svehla, 1985).
Timbel adalah logam berwarna abu-abu kebiruan dengan rapatan yang tinggi
(11,48 g ml-1 ada suhu kamar). Dia mudah melarut dalam asam nitrat yang sedang
pekatnya (8 M dan terbentuk juga nitrogen oksida dengan asam nitrat pekat,
terbentuk lapisan pelindung berupa timbel nitrat pada permukaan logam. Yang
mencegah pelarut lebih lanjut. Asam klorida encer dan asam sulfat encer
mempunyai pengaruh yang hanya sedikit karena terbentuknya timbal klorida atau
timbel sulfat yang tidak larut pada permukaan logam itu (Svehla, 1985).
Merkurium atau raksa adalah logam cair putih yang kepadatan pada suhu
biasa dan mempunyai rapatan 13,5349 ml-1 pada 25oC. Ia tak dipengaruhi asam
klorida atau asam sulfat encer (2M) tetapi mudah bereaksi dengan asam nitrat yang
dingin dan sedang pekatnya 8 M), dengan merkurium yang berlebihan
menghasilkan ion merkurium (I) (Svehla, 1985)
Tembaga Cu adalah logam merah muda, yang lunak dapat ditempa dan liat.
Ia melebur pada 1038oC, karena potensial elektrode standarnya positif, (+0,34 V
untuk pasangan Cu/Cu2+). Ia tak larut dalam asam klorida encer dan asam sulfat
encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang
sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga. Ada dua deret senyap
Kwa tembaga. Senyawa-senyawa merah dan mengandung ion tembaga (I), Cu+
senyawa-senyawa ini tak berwarna, kebanyakan garam tembaga (I), tak larut dalam
air, prilakunya mirip prilaku senyawa perak (I) mereka mudah di okidasi menjadi
senyawa tembaga (II) yang dapat diturunkan dari tembaga (Ti) oksida, CuO, hitam.
Garam-garam tembaga (II) umumnya berwarna biru, baik serat atau globoral
(membulat) protein serat (fibreas protein) ialah material struktural hewan dengan
Page 87
demikian bersifat tidak larut dalam air. Selanjutnya, protein serat terbagi lagi
menjadi kategori umum, keratin yang menyusun jaringan pelindung seperti kulit,
rambut bulu, cakar dan kuku. Halogen yang berbentuk ikat seperti tulang rawan,
tenden dan pembuluh darah dan sutera seperti firolin dari sarang laba-laba dan ketin
(kepompong) (Fessenden , 1982).
Seng dan kadmium adalah logam-logam putih mengkilap, namun mudah
ternoda. Strukturnya berubah dari keemasan rapat heksagonal yang And baik
dengan pemajangan senjang sepanjang seperenam sembu. Air raksa adalah carian
yang bersinar pada suhu basa. Semuanya ditandai sebagai logam berat, air raksa,
air raksa juga demikian. Air raksa memberikan uap mono atom dan mempunyai
tekanan au (1,3x10-3). Pada 20oC, tidak disangka ia larut dalam cairan dolar maupun
tidak plat, satu larutan jenuh dalam air pada 25oC mempunyai 6x10-8J/g. Arena
penguapan dan toksisitas yang tinggi, air, raksa harus selalu disimpan dalam
kemasan tertutup dan ditangani di iklim ruang yang cukup pertukaran udaranya.
Dalam biosfer ia beracun karena konversi oleh bakteri menjadi CH3Hg+ . air raksa
mudah hilang dari larutan aqua garam air raksa karena reduksi oleh runutan bahan
pereduksi dan dengan disproporsionasi Hg22+ (Cotton, 1984).
Baik Zn maupun Cd mudah bereaksi dengan asam bukan pengoksidasi
melepaskan H2 dan menghasilkan ion bivanlensi. Hb inert terhadap asam bukan
pengoksidasi seng juga larut, dam basa kuat karena kemampuannya membentuk ion
zin. Kadmium tidak larut dalam basa, seng, Cd dan Hg membentuk ion-ion N22+.
Ion-ion Zn22+ dan Cd2
2+ tidak stabil,khususnya Zn dan dikenal hanya dalam bentuk
lelehan atau padatan. Jadi penambahan Zn pada leburan ZnCl menghasilkan larutan
kuning yang mengandung Zn2+.ion merkuri Hg22+ dibentuk dengan reduksi.
Garam air raksa dalam larutan akua dimana ada hidroksida, oksida ataupun
sulfida tidak dapat diperoleh dengan penambahan-penambahan anion yang tepat
pada larutan Hg22+ (Cotton, 1989).
Kadmium Cd adalah logam putih keperakan yang dapat ditempa dan liat . ia
melebur pada 321oC. Ia melarut dengan lambat dalam asam encer dengan
melepaskan hidrogen (disebabkan potensial elektrodenya yang negatif
(Svehla,1985).
Page 88
Secara luas protein dapat dikategorikan menurut tipe gugus yang
dilaksanakan. Protein serat (fibrus protein) juga disebut protein struktural yang
membentuk kulit, otot pembuluh darah dan rambut terdiri dari molekul panjang
mirip benang yang kuat dan tidak larut (Fessenden, 1982).
Protein konjugasi yang dihubungkan ke suatu bagian non protein seperti gula
melakukan berbagai fungsi dalam seluruh tubuh secara hubungan yang lazim antara
protein dan non protein adalah dengan suatu rantai samping fungsional dari protein
(Fessenden, 1982).
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh
terkacaunya ikatan hidrogen dan gaya-gaya sekunder lain yang menyatukan
molekul. Akibat suatu denaturasi protein adalah hilangnya banyak sifat biologis
protein itu . protein adalah polianida dengan lebih dari 30 residu (satuan dalam asam
logam ini bereaksi dengan air pada suhu ruang membentuk barium hidroksida dan
hidrogen) (Svehla, 1985).
Semua sistem kehidupan mengandung sejumlah besar protein yang berbeda.
Perbedaannya mungkin terdapat dada asam amino kandungan sejumlah besar
protein yang menentukan konfirmasi protein untuk menentukan struktur protein
tertentu kita harus memisahkan protein dari bahan non protein dan dari protein yang
lain ini kadang-kadang merupakan tugas yang sangat Bear dan harus menggunakan
sejumlah kriteria berbeda untuk menetapkan kehomogenannya (Hart,2003).
Seperti halnya lemak dan karbohidrat, protein adalah zat yang dibentuk oleh
sel – sel yang hidup lebih dari separuh zat-zat yang berbentuk padat di dalam jaring-
jaring manusia dan bentang,, mamalia terdiri dari protein-protein mempunyai
peranan penting dalam tubuh manusia dan binatang. Karena ia bertanggung jawab
untuk menggerakkan otot-otot, protein hemoglobin mempunyai peranan
menyangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan ke seluruh tubuh. Sehingga protein
sangat penting untuk masing-masing individu berbeda dengan lemak dan
karbohidrat dimana susunan dasarnya adalah C, H O Maka protein kecuali disusun
atas tiga unsur tersebut masih mengandung juga unsur lain seperti nitrogen belerang
dan kadang besi (Sastrohamidjojo, 2009).
Page 89
Karbohidrat merupakan senyawa organik yang paling banyak terdapat pada
ala. Hampir semua tanaman dan hewan mensistesis dan menetabolisme
karbohidrat-karbohidrat biosintesis melalui proses yang kompleks, sinar matahari
mengubah oksigen dari udara dan dari dalam tanah (dengan tekanan osmosis)
diangkut kehijauan dan (klorofil) menjadi glukosa (Sastrohamidjojo, 2009)
Karbohidrat dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian besar seperti di bawah
ini
- Karbohidrat kompleks (disakarida dan polisakarida)
- Karbohidrat sederhana (monosakarida)
Glukosa merupakan karbohidrat yang sederhana yang pertama kali dapat
digunakan dan mempunyai rumus molek C6H12O6. Karbohidrat seringkali dianggap
berasal dari kata karbo dan terhidrat C2(H2O)6. Saat ini ternivikasi karbohidrat yang
dipakai adalah senyawa polihidroksi adehida atau keton dan biasanya dikenal
dengan nama gula (sugar) (Riswiyanto, 2009).
Struktur sekunder suatu protein ditandai dengan adanya ikatan hidrogen
diantara asam amino dalam rantai peptida. Ikatan itu dapat terjadi antara asam
amino yang agak berdekatan dalam rantai tersebut jika ikatan ini terjadi secara
teratur mengakibatkan rantai peptida melilit yang disebut x-haliks. Satu pilih dalam
x-haliks rata-rata mengandung 23,6 asam amino, struktur ini paling stabil
dibandingkan dengan yang lain karena ikatan pada hidrogen-hidrogennya rapat dan
gugus R- nya mengarah keluar spiral protein dapat hampa serabut bila tiga x-heliks
berjalan membentuk halogen yaitu heliks ganda struktur tersier.
Protein mempunyai struktur tersier bila satu untaian x-helis melipat dan
bersilang beberapa kali sehingga membentuk gumpalan. Dengan demikian struktur
menjadi mempunyai Mr 16.700 dan mengandung 153 asam amino.
- Struktur kuarterner
Protein berstruktur kuarterner bila mempunyai dua polipeptida atau lebih
yang beruntung disebut protomer, sedangkan proteinnya disebut oligamer,
contohnya hemoglobin mengandung 4 peptida yang banyak (Syukri, 1999).
Protein tidak hanya bervariasi dalam jumlah dan urutan asam amino tetapi
jaga dalam alur rantai peptidanya. Rantai itu mungkin lurus, membelok, memutar,
Page 90
melilit dan melipat dalam tiga dimensi berdasarkan alur tersebut protein dapat
dibagi atas struktur sekunder, primer, tersier dan kuarterner.
- Struktur primer
Protein disebut berstruktur primer bila rantai peptida membujuk dan
membelok sehingga terdapat perimpitan di beberapa tempat dan terjangkau oleh
ikatan S-S seperti pada insulin sapi (Syukri,1999).
Dalam larutan netral H pada gugus karboksilat pindah ke gugus amino
sehingga membentuk dua kutub yang berlawanan. Molekul seperti itu disebut
zwilter ion (Syukri,1999).
Page 91
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
- Tabung reaksi
- Rak tabung reaksi
- Pipet tetes
- Beaker Glass
- Botol reagen
- Kamera
- Erlenmeyer
- Batang pengaduk
- Sikat tabung
- Botol semprot
- Gelas ukur
- Spatula
3.1.2. Bahan
- Susu beruang
- Susu ultra
- Yakult
- Telur puyuh
- Telur bebek
- Tebs
- Yougurt
- Mizone
- Hydrococo
- Teh
- Kopi hitam
- Kopi lawak
- Larutan HgCl2
Page 92
- Larutan BaCl2 0,5 M
- Larutan CuSO4 0,1 M
- Larutan Cd(CH3COO)2
- Larutan FeCl3
- Larutan PbCl2 1000 ppm
- Larutan ZnSO4 0,1 M
- Sabun cair
- Aquades
- Tisu
- Kertas label
3.2. Prosedur percobaan
3.2.1. Susu beruang
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet susu beruang ke dalam 7 tabung reaksi
ditambahkan 5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.2. Susu Ultra
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet susu ultra ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5
tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.3. Yakult
- Disediakan 7 tabung reaksi
Page 93
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet yakult ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5
tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.4. Yougurt
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet yougurt ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5
tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.5. Mizone
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet mizone ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5
tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.6. Hidrococo
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet hidrococo ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan
5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.7. Telur Puyuh
Page 94
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet telur puyuh ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan
5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.8. Telur bebek
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet telur bebek ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan
5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.9. Tebs
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet Tebs ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes
larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.10. Teh
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet teh ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan 5 tetes
larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
Page 95
3.2.11. Kopi hitam
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet kopi hitam ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan
5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.2.12. Kopi Luwak
- Disediakan 7 tabung reaksi
- Diberi label masing-masing logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan
Ba2+
- Dimasukkan 1 pipet kopi luak ke dalam 7 tabung reaksi ditambahkan
5 tetes larutan logam ke dalam tabung reaksi sesuai label
- Dikocok
- Diamati
3.3. Flowsheet
3.3.1. Susu Beruang
1 pipet susu beruang
berwarna putih
Tabung 1
Hg2+
+++++
ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
+++
ada endapan
Tabung 5
Cu2+
++++++
ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
Page 96
3.3.2. Susu Ultra
3.3.3. Yakult
3.3.4. Yoghurt
1 pipet susu ultra berwarna putih
Tabung 1
Hg2+
++++++
ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++++
ada endapan
Tabung 3
Pb2+
+++++
ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++
ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+++
ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet Yakult putih berwarna
kekuningan
Tabung 1
Hg2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet Yoghurt berwarna putih
Tabung 1
Hg2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
Page 97
3.3.5. Mizone
3.3.6. Hidrococo
3.3.7. Telur Puyuh
1 pipet Mizone berwarna bening
Tabung 1
Hg2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet Hidrococo berwarna putih
keruh
Tabung 1
Hg2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
+
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
++
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet telur puyuh berwarna putih
kekuningan
Tabung 1
Hg2+
++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
Page 98
3.3.8. Telur Bebek
3.3.9. Tebs
3.3.10. Teh
1 pipet telur Bebek keruh dan kental
Tabung 1
Hg2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet Tebs putih berwarna
keruh
Tabung 1
Hg2+
+
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet Teh putih berwarna coklat
Tabung 1
Hg2+
++++++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
+++
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
Page 99
3.3.11. Kopi Hitam
3.3.12. Kopi Luwak
1 pipet kopi hitam berwarna
hitam
Tabung 1
Hg2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
+
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
++++++
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
1 pipet Kopi Luwak berwarna
putih cream
Tabung 1
Hg2+
+++++
tidak ada endapan
Tabung 2
Cd2+
++
tidak ada endapan
Tabung 3
Pb2+
+++
tidak ada endapan
Tabung 4
Zn2+
++++
tidak ada endapan
Tabung 5
Cu2+
+
tidak ada endapan
Tabung 6
Ba2+
++++++
tidak ada endapan
- ditambahkan 5 tetes larutan logam kedalam tabung reaksi
- dihomogenkan
- diamati
Page 100
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Pengamatan
No. Sampel Hg2+ Cd2+ Pb2+ Zn2+ Cu2+ Ba2+ Blangko
1 Susu
beruang
++++
+
Banya
k
gump
alan
++++
Gump
alan
putih
++
Sedik
it
gump
alan
+++
Gum
palan
putih
++++
++
Bany
ak
gump
alan
+
Larut
an
putih
Putih Cream
2 Susu
ultra
++++
+
Banya
k
gump
alan
++++
Gump
alan
putih
++
Sedik
it
Gum
palan
+++
Gum
palan
Putih
++++
Bany
ak
gump
alan
+
Larut
an
putih
Putih
3 Yakult ++++
++
Banya
k
endap
an
+++
Endap
an
putih
++++
Enda
pan
putih
++
Sedik
it
dend
apan
+++
Enda
pan
putih
+
Larut
an
putih
Putih
kekuningan
4 Yougur
t
++++
+
Banya
k
gump
alan
+++
Gump
alan
putih
++++
++
Bany
ak
gump
alan
++++
Gum
pan
putih
++
Sedik
it
gump
alan
+
Larut
an
putih
Putih
Page 101
5 Mizone +
Benin
g
+++
Warn
a
nyala
++++
++
Sang
at
keruh
++
Sedik
it
pudar
++++
+
Larut
an
keruh
++++
Agak
keruh
Bening
6 Hidroc
oco
++
Laruta
n
keruh
++++
Sediki
t
endap
an
++++
++
Sang
at
keruh
+
Keru
h dan
pudar
++++
+
Sedik
it
keruh
++
Larut
an
keruh
Keruh
7 Putih
Telur
puyuh
++
Laruta
n
putih
++++
Ada
gump
alan
+++
Larut
an
keruh
++++
+
Gum
palan
sedik
it
++++
++
Bany
ak
gump
alan
+
Larut
an
keruh
Putih
kekuningan
8 Putih
Telur
bebek
+++
Gump
alan
putih
++++
+
Gump
alan
banya
k
++
Larut
an
keruh
++++
Gum
palan
sedik
it
++++
++
Gum
palan
bany
ak
+
Larut
an
keruh
Keruh
Kental
10. Larutan
Teh
++++
++
Cokla
t tua
++
Cokla
t
pudar
++++
Cokl
at tua
++++
+
Cokl
at tua
+
Cokl
at
pudar
+++
Cokla
t
pudar
Coklat
12. Kopi
luwak
++++
Cokla
t
++
Cokla
t
banya
+++
Cokl
at
bany
++++
Cokl
at
+
Enda
pan
++++
++
Cokla
t
Putih Cream
Page 102
endap
an
k
endap
an
ak
enda
pan
enda
pan
sedik
it
endap
an
11. Kopi
hitam
+++
Hitam
pudar
++
Hitam
pekat
+
Hita
m
pudar
++++
Hita
m
pudar
++++
+
Hita
m
pekat
++++
++
Hitam
pudar
Hitam
9 Tebs +
Cokla
t
pudar
+++
Cokla
t
keruh
++++
++
Cokl
at tua
++
Cokl
at
pudar
++++
+
Cokl
at tua
++++
Keco
klatan
Keruh
kental
4.2. Reaksi
4.2.1. Protein dengan logam berat
4.2.1.1. Protein dengan Hg2+
HN C
HC
R1 O
HN C
H
R2
CHN
O
+ Hg2+
n
HN C
HC
O
HN C
HC
R2R1
HN
O
NH
HC C N
H
HC C
HN
R1 R2O O
Hg2+
n
4.2.1.2. Protein dengan Pb2+
HN C
HC
R1 O
HN C
H
R2
CHN
O
+ Pb2+
n
HN C
HC
O
HN C
HC
R2R1
HN
O
NH
HC C N
H
HC C
HN
R1 R2O O
Pb2+
n
Page 103
4.2.1.3. Protein dengan Zn2+
HN C
HC
R1 O
HN C
H
R2
CHN
O
+ Zn2+
n
HN C
HC
O
HN C
HC
R2R1
HN
O
NH
HC C N
H
HC C
HN
R1 R2O O
Zn2+
n
4.2.1.4. Protein dengan Cu2+
HN C
HC
R1 O
HN C
H
R2
CHN
O
+ Cu2+
n
HN C
HC
O
HN C
HC
R2R1
HN
O
NH
HC C N
H
HC C
HN
R1 R2O O
Cu2+
n
4.2.1.5. Protein dengan Ba2+
HN C
HC
R1 O
HN C
H
R2
CHN
O
+ Ba2+
n
HN C
HC
O
HN C
HC
R2R1
NH
O
NH
HC C N
H
HC C
HN
R1 R2O O
Ba2+
n
4.2.1.6. Protein dengan Cd2+
HN C
HC
R1 O
HN C
H
R2
CHN
O
+ Cd2+
n
HN C
HC
O
HN C
HC
R2R1
HN
O
NH
HC C N
H
HC C
HN
R1 R2O O
Cd2+
n
Page 104
4.2.1.7. Polifenol dengan Pb2+
OH
n
+ Pb2+Putih
(Fessenden,1985)
4.2.1.8. Mizone dengan Pb2+
Pb2+ + Cl- PbCl2 Putih
4.2.1.9. Tebs dengan Pb2+
Pb2+ + CO32- PbCO3 Putih
4.3. Pembahasan
Secara umum toksik (racun) merupakan St padat cair, gas yang dapat
mengganggu proses kehidupan sel atau suatu organisme. Zat beracun dapat
merusak sel atau suatu organisme. Zat racun dapat masuk ke dalam tubuh melalui
jalur oral (mulut) maupun topikal (bagian tubuh).
Senyawa toksik adalah senyawa yang berbahaya bagi lingkungan karena
memiliki efek destruktif bagi fungsi sel dan struktur tubuh. Senyawa toksik adalah
senyawa yang mengandung racun dan memberi efek cidera bagi tubuh.
Tingkat toksisitas berdasarkan keelektronegatifannya, dimana suatu senyawa
cenderung untuk menarik elektron kepihaknya. Hal ini dapat dilihat pada afinitas
elektron dan energi ionisasi unsur tersebut, adapun besarnya keelektronegatifan dari
senyawa- senyawa toksik yaitu:
Cu 1,9
Cd : 1,7
Ag : 1,8
Pb : 1,8
Zn : 1,6
Fe : 1,7
Page 105
Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkatan toksisitas menurut besarnya
keelektronegatifan yaitu
Cu > Pb > Ag > Fe > Cd > Zn
Tingkat toksisitas, bila diurutkan sesuai dengan berat molekulnya maka
terpengaruh pada tingkat toksisitasnya dimana semakin berat molekul suatu unsur
maka makin toksik dia
Pb2 = 207,02
Hg2+ = 206,59
Zn2+ = 63,38
Cu2+ = 63,5
Fe2+ = 55,85
Cd2+ = 112,
Jadi, dapat diurutkan tingkat toksisitasnya berdasarkan berat molekulnya yaitu
Pb2+>Hg2+>Cd2+>Cu2+>Fe2+
Denaturasi protein adalah hilangnya sifat-sifat struktur lebih tinggi oleh rusaknya
ikatan hidrogen dari gaya-gaya sekunder lain yang mengutuhkan molekul itu.
Berubahnya susunan rantai polipeptida suatu protein, tepatnya terjadi pada struktur
sekunder, tersier dan kuarterner dimana hanya struktur primer yang utuh
Faktor-faktor yang mempengaruhi denaturasi protein antara lain:
1. Ph
Perubahan pH (penambahan asam dan basa) dapat merusak struktur ikatan
hidrogen dari protein
2. Pemanasan
Pemanasan dapat menyebabkan terhadap ikatan hidrogen itu sendiri
3. Penambahan logam berat
Logam berat akan bereaksi dengan ikatan hidrogen yang ada dalam protein,
sehingga akan merusak strukturnya
4. Pengadukan
Pengadukan dapat menyebabkan ikatan hidrogen terganggu. Kerusakan terhadap
protein
5. Sinar UV
Pemberian sinar UV juga dapat menyebabkan terjadinya denaturasi
Antioksidan sinar adalah substansi yang menetralkan radikal bebas. Karena
senyawa-senyawa tersebut mengorbankan dirinya agar teroksidasi sehingga sel-sel
Page 106
lainnya dapat terhindar dari radikal bebas ataupun melindungi sel dari efek berbahaya
radikal bebas oksigen reaktif jika hal itu berkenaan dengan penyakit dimana radikal
bebas itu sendiri dapat berasal dari hasil metabolisme tubuh.
Pembagian antioksidan berdasarkan fungsinya yaitu
1. Antioksidan primer
Mencegah terbentuknya radikal bebas baru dengan memutus reaksi
2. Antioksidan sekunder
Menangkap radikal bebas mencegah reaksi berantai
3. Antioksidan tersier
Memperbaiki sel-sel dari jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas
Pada percobaan kali ini digunakan12 sampel berbeda namun hasil yang didapat
tidaklah sama pada setiap sampel. Sampel pertama digunakan susu beruang berwarna
putih. Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Sampel
yang paling banyak gumpalan adalah Cu2+, sedangkan yang paling sedikit adalah Ba2+.
berikut urutan endapan pada sampel susu beruang.
Cu2+ > Hg2+ > Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+
pada sampel kedua digunakan sampel susu kotak yang berwarna putih dan
dimasukkan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dan didapat logam Cu2= yang
paling banyak menyebabkan endapan sedangkan Ba2+ tidak menghasilkan perubahan
apa-apa. Berikut urutan endapan pada sampel susu kotak.
Hg2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+
Pada sampel ketiga digunakan yakult berwarna utuh tulang yang ditambahkan
dengan logam Hg2+ yang paling banyak menyebabkan terjadinya pendapa. Sedangkan
Ba2+ paing sedikit membuat adanya endapan. Berikut urutan endapan pada sampel
yakult.
Hg2+ > Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Ba2+
Pada sampel keempat digunakan youghurt berwarna putih lalu ditambahkan
dengan logam v dimana penambahan Pb2+ yang paling banyak endapan. Sedangkan
penambahan Ba2+ tidak menunjukkan adanya perubahan. Berikut urutan endapan yang
disebabkan logam pada sampel youghurt
Pb2+ > Hg2+ > Zn2+ > Cd2+ > Cu2+ > Ba2+
Page 107
Pada sampel yang kelima digunakan Mizone yang bening lalu ditambahkan
dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana dengan penambahan
Lam Pb2+ yang paling banyak endapan serta penambahan Hg2+ yang paling sedikit
perubahannya. Berikut urutan logam berdasarkan banyaknya endapan pada sampel
Mizone.
Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Ba2+ > Hg2+
Pada sampel keenam digunakan hydrococo yang bening lalu ditambahkan dengan
logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dimana penambahan Hg2+ yang Peking
banyak membuat larutan keruh, sedangkan penambahan Zn2+ tidak terlihat perubahan.
Berikut urutan logam berdasarkan tingkatannya pada hidrococo
Pb2+ > Cu2+ > Cd2+ > Hg2+ > Ba2+ > Zn2+.
Pada sampel ketujuh digunakan putih telur puyuh yang keruh. Lalu ditambahkan
dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+.dan penambahan logam Cu2+ Lay
yang paling banyak menyebabkan gumpalan. Sedangkan Ba2+ paling sedikit
gumpalan. Berikut urutan logam yang paling banyak menyebabkan endapan.
Cu2+ > Zn2+ > Cd2+ > Pb2+ > Hg2+ > Ba2+.
Pada sampel kedelapan digunakan putih telur bebek yang keruh. Lalu
ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana dengan
penambahan Cu2+ yang paling banyak endapan dan penambahan logam Ba2+ yang
paling sedikit menyebabkan adanya gumpalan. Berikut urutan logam yang paling
banyak menyebabkan endapan
Cu2+ > Cd2+ > Zn2+ > Hg2+ > Pb2+ > Ba2+
Pada sampel kesembilan digunakan larutan teh yang berwarna merah kecoklatan.
Lalu ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana
penambahan logam Hg2+ yang paling membuat merah teh dan penambahan logam Cu2+
tidak nampak adanya perubahan. Berikut urutan berdasarkan perubahan warna teh.
Ba2+ > Zn2+ > Pb2+ > Ba2+ > Cd2+ > Cu2+.
Pada sampel kesepuluh digunakan kopi luak yang berwarna cokelat Cream lalu
ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana
penambahan Hg2+ yang paling banyak endapan dan penambahan logam Ba2+ yang
Page 108
paling sedikit ada perubahannya. Berikut banyaknya endapan berdasarkan
penambahan logam pada sampel kopi luak
Pb2+ > Cd2+ > Hg2+ > Zn2+ > Cu2+ > Ba2+.
Pada sampel kesebelas digunakan Kopi hitam lalu ditambahkan dengan Lam
Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana penambahan logam Cu2+ yang paling
memekatkan warna kopi dan penambahan logam Ba2+ tidak dapat dilihat
perubahannya. Berikut urutan logam berdasarkan kepekatan warna pada sampel kopi.
Cu2+ > Cd2+ > Pb2+ > Zn2+ > Hg2+ > Ba2+
Pada sampel kesebelas digunakan tebs berwarna cokelat keemasan, lalu
ditambahkan dengan logam Hg2+, Cd2+, Pb2+, Zn2+, Cu2+ dan Ba2+. Dimana
penambahan Cu2+ memerahkan tebs dan penambahan logam Hg2+ tidak nampak
adanya perubahan. Berikut urutan logam berdasarkan tingkat kemerahan warna pada
tebs
Cu2+ > Zn2+ > Ba2+ > Cd2+ > Pb2+ > Hg2+
Faktor kesalahan dalam percobaan ini adalah
- Kurang teliti dalam mengamati perubahan pada sampel
Pada Ba2+ tidak bereaksi bisa saja dikarenakan reagennya telah rusak. Karena
menurut teori semakin berat molekul dari suatu unsur itu besar maka ia semakin
bersifat toksik. Dimana Ba2+ sendiri memiliki berat molekul sebesar 137. Seharusnya
ia lebih reaktif daripada Cu2+ dan Fe2+ karena berat molekulnya tidak lebih berat dari
Ba2+.
Kandungan dari sampel-sampel yang digunakan pada percobaan kali ini adalah
- Susu beruang mengandung protein
- Susu kotak mengandung protein
- Yakult mengandung bakteri lactobacilus protectus, gula (sukrosa), susu bubuk
- Yougurt mengandung hasil fermentasi dari bakteri, asam flat asam penteleat dan
brorin
- Mizine mengandung karboksilat, atrium, gula dan elektrolit
- Hydrococo mengandung isotonik alami serta mengandung anak elektrolit
- Teh mengandung polifenol yang dalam tubuh dapat membentuk kinerja enzim
superazide untuk nelayan radikal bebas
Page 109
- Kopi hitam dan kopi luak mengandungb kafein pada kopi hitam
- Tebs mengandung karbonat
Dari percobaan ini didapat bahwa unsur logam dapat menyebabkan denaturasi
protein yang ditandai dengan adanya pengendapan. Dimana logam berat dapat
bereaksi dengan protein karena ia memutus ikatan hidrogen ada larutan protein.
Setelah pemutusan ikan hidrogen karbon logam berat bereaksi dengan elektron bebas
pada atom nitrogen iman semakin besar berat molekul maka logam tersebut semakin
bersifat toksik yang memiliki apak buruk bagi organ tubuh manusia
Page 110
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
- Hasil reaksi susu beruang terhadap logam yang digunakan dari larutan paling
kental adalah Cu2+, Hg2+, Cd2+, Zn2+, Pb2+ dan Ba2+
- Hasil reaksi telur puyuh terhadap logam yang digunakan dari larutan paling
kental adalah Cu2+, Zn2+, Cd2+, Pb2+, Hg2+ dan Ba2+
- Hasil reaksi teh terhadap logam yang digunakan dari larutan paling kental
adalah Hg2+, Zn2+, Pb2+, Ba2+, Cd2+ dan Zn2+
- Pada suatu nyawa protein dapat mengikat senyawa toksik yang dapat sebagai
penetral dari senyawa toksik
- Pada penambahan logam Cu2+, Zn2+, Cd2+, Pb2+, Hg2+ dan Ba2+ pada tebs
menghasilkan endapan dari yang paling toksik yaitu Pb2+, Hg2+, Cd2+, Ba2+,
Cu2+ dan Zn2+
5.2. Saran
Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat menggunakan logam Fe2+ dan Fe3+
agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan logam Hg2+, Pb2+, Cd2+, Ba2+, Cu2+
dan Zn2+
Page 111
DAFTAR PUSTAKA
Cotton, FA.1989.Kimia Anorganik Dasar.Jakarta:UI-Press
Fessenden.1982.Kimia Organik.Jakarta:Erlangga
Hart,Harold.2003.Kimia Organik Edisi 2.Jakarta:Erlangga
Sastrohamidjojo,Harjono.2009.Sintesis Senyawa Organik.Bandung:ITB
Svehla.1985.Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Makro.
Jakarta:PT.Kalman Media Pustaka
Riswiyanto.2009.Kimia Organik.Jakarta:UI-Press
Page 112
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM KIMA ANORGANIK 1
“KEREAKTIFAN UNSUR HALOGEN”
Disusun oleh :
Kelompok 1A
1. KHAIRUL ANWAR 1307035148
2. NAUVAL DWI FADILLAH 1307035131
3. SARI CLARA PRECELIA 1307035135
4. SURVINA OSALIA GINTING 1307035158
Samarinda, 28 November 2014
Mengetahui,
Dosen Pembimbing,
Dwi Fitria S.Si
NIP. 19711203 200012 1 001
Asisten Praktikum,
M. Arief R.F.D
NIM. 110703503
Page 113
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbagai jenis bahan kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Penggunaan suatu bahan bergantug pada sifat-sifat dari bahan tersebut. Kita membedakan
sifat-sifat zat atas sifat fisis dan sifat kimia. Sifat fisis menyangkut penampilan serta sifat-sifat
yang tidak melibatkan pengubahan zat itu menjadi zat lain. Sifat kimia berkaitan dengan
reaksi-reaksi yang dapat dijalani oleh zat itu, seperti kereaktifan, daya oksidasi, sifat asam dan
sifat basa.
Unsur-unsur golongan VIIA disebut halogen. Nama itu berasal dari bahasa Yunani yang
berarti “pembentuk garam” dinamai demikian karena unsur-unsur tersebut bereaksi dengan
logam membentuk garam. Misalnya, klorin bereaksi dengan natrium membentuk NaCl yaitu
garam dapur. Halogen merupakan kelompok unsur nonlogam yang paling reaktif. Namun
demikian, kereaktifannya menurun dari Fluorin ke Iodin. Hal itu sesuai dengan
keelektronegatifan yang makin kecil dari Fluorin ke Iodin. Halogen mempunyai warna da
aroma tertentu. Fluorin berwarna kuning muda,klorida berwarna hijau muda, bromin berwarna
merah tua, iodin padat berwarna hitam dan uapnya berwarna ungu.
Oleh karena itu, percobaan mengenai kereaktifan halogen ini dilakukan untuk mengetahui
kereaktifan unsur halogen dan kepolarannya dengan mereaksikan FeCl3 dan NaOH yang
ditambakan unsur halogen diantaranya NaI, NaBr, NaCl, dan NaF serta mengetahui
kepolarannya dengan penambahan aquades yang bersifat polar dan kloroform yang bersifat
nonpolar, mengetahui proses pembuatan halogen dengan mereaksikan KMnO4 dengan HCl
dan MnO2 dengan HCl
1.2 Tujuan Percobaan
Mengetahui hasil reaksi dari KMnO4 dengan HCl
Mengetahui hasil reaksi NaF, NaCl, NaBr, dan NaI saat ditambahkan CHCl3
Untuk mengetahui urutan kereaktifan urutan kereaktifan unsur-unsur halogen yang
digunakan saat percobaan kereaktifan halogen
1.3 Prinsip Percobaan
1.3.1 Pembuatan Halogen
Page 114
Prinsip percobaan didasarkan pada kereaktifan antara MnO2 dan KMnO4 yang
direaksikan dengan larutan HCl dimana hasil reaksinya menghasilkan uap yang dapat
memutihkan kertas saring yang berwarna merah lembayung. KMnO4 lebih reaktif dari MnO2
dan merupakan oksidator yang kuat sehingga KmnO4 lebih cepat memutihkan kertas saring
dibandingkan MnO2. Reaksi antara KmnO4 dan MnO2 dimana KMnO4 dan MnO2 mengalami
reduksi menjadi Mn2+ sedangkan HCl teroksidasi menjadi Cl- berupa gas yang akan membuat
warna merah lembayung yang berasal dari reaksi antara KMnO4 dengan HCl lebih cepat
menghilangkan warna merah lembayung pada kertas saring.
1.3.2 Kereaktifan Unsur Halogen
Prinsip percobaan didasarkan pada kereaktifan unsur-unsur halogen diman dalam satu
golongan semakin ke bawah kereaktifan semakin besar, F<Cl<Br<I dimana ketikan unsur-
unsur ini dreaksikan dengan larutan NaOH dan FeCl3 endapan yang paling banyak ada pada
I, serta uji kepolaran dari unsu ini dengan pelarut kloroform yang bersifat nonpolar sehingga
larutan yang paling banyak endapan bersifat polar berdasarkan prinsip like dissolves like,
kepolaran unsur halogen yaitu F>Cl>Br>I semakin kebawah emakin nonpolar. Pada reaksi
kepolaran unsur halogen direaksikan dengan kloroform dan aquades untuk mengetahui
kepolarannya dan direaksikan NaOH dan FeCl3 dengan unsur halogen untuk mengetahui
kereaktifannya.
Page 115
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Golongan halogen merupakan kelompok unsur yang sangat reaktif terhadap golongan
alkali. Alkali adalah kelompok logam yang sangat reaktif dan bersifat elektropositif sedangkan
halogen adalah terdapat pada unsur yang paling bawah sedangkan untuk halogen terdapat
pada unsur yang paling atas dari golongannya di dalam suatu sistem periodik unsur-unsur
dalam kimia (Sugiarto, 2010).
Dalam kondisi CATF, Fluorin berupa gas dan tidak berwarna. Klorin berupa gas hijau
pucat. Klorines berupa cairan minyak yang berwarna merah cokelat dan iodisis berupa padatan
hitam metalik. Titik didih dan titik leleh molekul diabrome ini naik secara perlahan dan hal ini
berkaitan dengan sifat polar stabilitas molekul-molekul yang bersangkutan. Sifat pelarut
stabilitas molekul-molekul diatomik halogen naik secara perlahan dengan menunjuk nomor
atom. Hal ini dijelaskan oleh naiknya jari-jari atom tersebut ataupun volume dari atom dan
jumlah total dari elektron sehingga posisi elektron sehingga posisi elektron semakin mudah
terdispersikan secara tidak homogen disepanjang elektrolitnya. Dengan deikian akan berakibat
pada naiknya gaya dispersi akibat dari gaya ionidasi dan titik didihnya yang bersangkutan
(Sugiarto, 2010).
Bromin merupakan unsur halogen yang beracun dan mudah menguap untukmembentuk
moleku gas diatomik dan berbentuk membentuk molekul gas diatomik dan berbentuk cairan.
Bromium dapat mendereksikan dan menimbilkan luka apabila kontak langsung dengan kulit
dan luka tersebut dapat sembuh dalam jangka waktu yang lama. Bromium dapat larut dalam
air dan sangat laut dalam pearut-pelarut organik seperti etanol, eter, karbon disulfida dan
kloroform. Selain itu juga brom dapatmembentuk senyawa-senyawa beracun. Beberapa
senyawa lainnya seperti bromin tidak terdapat dalam bentuk unsur bebas, tetapi ditemukan
dalam ssenyawa-senyawa klorida. Brom memiliki sifat fisik yaitu jari-jari atom Br1,12 A,
massa sekitar 79,95 gr dan memiliki titik didih 830C. Brom dapat digunakan dalam obat irup
untuk membuat senyawa dibromutana yang diguanakan sebagai bahan baku zat anti oksidan
dalam tubuh. Iodin berupa padatan berwarna ungu kehitaman dan cepat menyubim pada suhu
kamar. Serta memberikan uap berwarna ungu. Iodin mempunyai sifat seperti nista dan iodin
mempunyai sifat yang merupakan senyawa yang mempunyai sifat sangat penting dalam
senyawa pelarut organik (Svehla, 1985).
Page 116
Dalam pelarut-pelarut polar, hidrokarbon tidak semua dan SO4 cair, berbentuk larutan
cokelat ataupun cokelat kemerahjambuan. Warna-warna ini menunjukkan pembentukan
kompleks lemah yaitu I2>I yang dikenal sebagai kompleks penyerahan muatan sebagian dari
muatan dalam air I25+.Iod membentuk kompleks biru dengan pasti dimana atom-atom ion
terarah dalam satuan ataupun terarah pada saluran-saluran polisakarida amilase. Iod
merupakan padatan hitam dengan sedikit kilap logam. Pada tekanan atmosfer iodnya
menyublim tanpa meleleh seperti pada Cs2 dan CCl4. Larutan semacam itu berwarna merah
lembayung seperti dalam uapnya pada saat terjadi reaksi (Cotton, 1989).
Senyawa brom terdapat sebagai leomida dalam jumlah yang jauh lebih kecil bersama
klorida brom diperoleh dari air laut melalui reaksi :
2Br− + Cl2 pH 2,3,3
→ 2Cl− + Br2
Ia di sapu keluar dengan aliran udara brom adalah cairan kental, mudah terbakar berwarana
merah tua pada suhu kamar, melarut sedang dalam air dan dapat bercampur dengan pelarut
nonpolar seperti Cs2 dan CCL4. Iod terdapat sebagai ioda dalam air laut dan ia sebagai iodat
dalam garam. Berbagai bentuk kehidupan di laut mengkonsekuensikan iod. Produksi I2
menyangkut baik mengoksidasi I- ataupun mereduksi iodat menjadi I- diikuti oleh oksidasi
MnO2 dalam larutan asam massanya digunakan dalam sebagai pengoksidasi. Klor merupakan
gas yang berwarna kehijauan. Klor melarut sedang dalam air sambil bereaksi (Cotton, 1989).
Klor terdapat sebagai NaCl, KCl, MgCl2 dan sebagainya dalam aur laut, danau bergaram
dan sebagai deposit yang berasal dari penguapan prasejarah danau.
Beragam klor diperoleh melalui elektrolisis air laut dengan menggunakan anoda air
raksa dimana senyawa natrium melarut :
Na+ + e− + Na
Cl− + 1
2Cl2
− + e−
Kemudian natriumnya dihilangkan secara terpisah dengan mencuci emulgan dengan air
memberikan NaOH murni. Kecenderungan prosedur ini adalah bahwa senyawa Hg merupakan
bahaya polisi yang utama dan beberapa pabrik telah ditutup. Penggunaan elektroda lain
menghasilkan NaOH yang kurang murni pada kandungannya (Cotton, 1989).
Kereaktifan F2 yang besar sebagian dikaitkan kepada energi defotasi yang rendah dari
ikatan F-F dan fakta bahwa reaksi flour atomatik sangat eksoterm. Energi ikatan F-F yang
rendah mungkin disebabkan oleh tolakan antara elektron non ikatan. Efek yang serupa dapat
menerangkan adanya energi ikatan yang rendah dalam H2O2 dan N2H4. Flour paling reaktif
secara kimia dan sekalian unsur dimana akan segera bereaksi pada suhu biasa atau dengan
Page 117
suhu tinggi. Sering kali dengan sangat kuat ia juga menyerang banyak senyawaan lain,
memecahkan menjadi fluori dan akan terbakar dalam F2-. Fluor terdapat secara meluas
misalnya sebagai flourspar, CaF2 kryait, NO3 dan sebagainya melalui penjenuhan kembali
dengan HF dari tangki penyimpanan sel flour dikonstruksi dari baja dan terlapisi oleh selaput
(Cotton, 1989).
Fluor yang aktif secara kimia dan secara unsur dan segera berhubungan kepad suatu
massa atau dengan suhu tinggi dengan unsur. Selain O2, H2 Ne dan Br. Seringkali dengan
sangat kuat menyerang banyak senyawaan dan memurnikannya menjadi fluorida bahan
organik seringkali reaktif (Cotton, 1989).
Suatu senyawa agak lebih bening dalam organisme laut. Contohnya dalam seperti
ganggang dan rumput laut, zat warna ungu funds adalah suatu senyawa brom yang diperoleh
dalam suatu proses reduksi dan sejumlah kecil dan jenis langkah dari organisme sifut di dalam
laut warna ungu bening dapat digunakan sebagai suatu zat warna oleh kandungan plienit dari
organisme ini dan sesudah itu dapat digunakan dalam berbagai hal. Senyawa halogen
digunakan secara meluas dalam masyarakat modern sebagai pelarut. Infeksitida dari bahan-
bahan di alam pada suatu senyawa organik dimana kebanyakan senyawa organik dimana
halogen merupakan sintesis didalam senyawa organik yang dapat di jumpai di alam
(Fessenden, 1982).
Ekektron yang iberikan oleh atom-atom ini kemudian ditampung dalam orbital yang
energinya paling rendah dengan tidak lebih dari dua elektron yang dapat menempati satu
orbital sehingga harus dipanaskan terlebih dahulu, seperti dalam suatu atom jika ada beberapa
orbital molekul terativasi kita dapat menambahkan elektron-elektron itu pada setiap orbital
ditempati oleh dua elektron karena hal itu mengulangi teroksidasinya elektron (Atkins, 1999).
Florida merupakan salah satu contoh unsur halogen yang berbentuk gas (nonlogam)
yang sangat reaktif, beracun korosif, berbau menyengat dan tidak enak serta berwarna kuning
kehijau-hijaun karena merupakan unsur yang sangat reaktif maka fluorin dapat membentuk
beberapa jenis senyawaan seperti hidrogen fluorid, natrium florida dan lain-lain dalam bentuk
klorofrolekarbon (CFC) dapat digunakan sebagai minyak pelumas. Fluor memiliki massa atom
18,9840 dengan jari-jari 0,57 A dengan titik didih 0 J0C (Svehla, 1985).
Page 118
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Neraca analitik
Pipet tetes
Tabung reaksi
Rak tabung
Sikat tabung
Penggaris
Gunting
Spatula
3.1.2 Bahan
Larutan HCl(p)
Larutan indikator pp
Larutan NaOH
Padatan KMnO4
Padatan MnO2
Larutan FeCl3
Kertas saring
Kertas label
Aquadest
Tissue
Larutan NaBr
Larutan NaCl
Sabun cair
Larutan NaI
Larutan CHCl3
Larutan NaF
Plastik wraping
Page 119
3.2 Prosedur Percobaan
3.2.1 Pembuatan Halogen
3.2.1.1 MnO2
Ditimbang 0,1 gram MnO2
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Disiapkan kertas saring ukuran 4x4 cm ditetesi dengan NaOH dan indicator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam tabung reaksi
Ditutup tabung reaksi dengan kertas saring
3.2.1.2 KMnO4
Ditimbang 0,1 gram KMnO4
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Disiapkan kertas asring 4x4 cm ditetesi dengan NaOH dan indicator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl kedalam tabung reaksi
Ditutup tabung reaksi dengan kertas saring
3.2.2 Kereaktifan unsur halogen
3.2.2.1 Klorofrom
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl dan 1 pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NAbr NaI pada setiap tabung
Diamati
Ditambahkan CHCl3 1 pipet
Diamati dan didinginkan perubahan yang terjadi
3.2.2.2 Aquades
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl dan 1 pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl, NAbr NaI pada setiap tabung
Diamati
Ditambahkan Aquadest 1 pipet
Diamati dan didinginkan perubahan yang terjadi
Page 120
3.3 Flow sheet
3.3.1 Pembuatan halogen
3.3.1.1 MnO2
0,1 gram MnO2
berwarna hitam
ditambah 1 pipet HCl(P)
dihomogenkan
ditutup tabung reaksi dengankertas saring yang telah ditetes indikator pp dan NaOH
didiamkan
diamati
Larutan hitam pekat danterdapat gelembung
Larutan hitam pekat dankertas saring merah lembayung
Warna pada kertas saring menghi-lang secara perlahan-lahan
3.3.1.2 KmnO2
0,1 gram KMnO4
berwarna hitam
ditambah 1 pipet HCl(P)
dihomogenkan
ditutup tabung reaksi dengankertas saring yang telah ditetes indikator pp dan NaOH
didiamkan
diamati
Larutan hitam pekat danterdapat gelembung
Larutan hitam pekat dankertas saring merah lembayung
Warna pada kertas saring menghi-lang dan terdapat warna kekuningan
3.3.2 Kereaktifan unsur halogen
Page 121
3.3.2.1 Kloroform
Larutan H2SO4 3 mL Larutan H2C2O4 5 mL
dicampurkan kedalam erlenmeyer
Larutan dan endapann berwarnacoklat
ditambah 1 pipet
NaF bening
diamati
ditambah 1 pipet
NaCl bening
ditambah 1 pipet
NaBr beningditambah 1 pipetNaI bening
diamati diamati diamati
Larutan merahkecoklatan dan endapan coklat
endapan coklat endapan warna coklat
terdapat enda-pan coklat
ditambahkan
1 pipet CHCl3
ditambahkan
1 pipet CHCl3
ditambahkan
1 pipet CHCl3
ditambahkan
1 pipet CHCl3
larutan 2 fasebening dan en-dapan coklat
terdapat 3fasebening diatas dan bawah ditengahendapan coklat
terdapat 3 fase larutan beningdi fase atas danbawah endapancoklat ditengah
terdapat 2 fase fase bawah endapan coklat dan faseatas larutan coklat
Page 122
3.3.2.2 Aquades
Larutan H2SO4 3 mL Larutan H2C2O4 5 mL
dicampurkan kedalam erlenmeyer
Larutan dan endapann berwarnacoklat
ditambah 1 pipet
NaF bening
diamati
ditambah 1 pipet
NaCl bening
ditambah 1 pipet
NaBr beningditambah 1 pipetNaI bening
diamati diamati diamati
Larutan merahkecoklatan dan endapan coklat
endapan coklat endapan warna coklat
terdapat enda-pan coklat
ditambahkan1 pipet aquades
ditambahkan1 pipet aquades
ditambahkan1 pipet aquades
ditambahkan1 pipet aquades
endapan berku-rang larutan berwarna cok-lat
endapan berku-rang larutan berwarna cok-lat
endapan berku-rang, warna coklat kemera-han
endapan ber-kurang larutanwarna coklatpekat
Page 123
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Data Pengamatan
Perlakuan Pengamatan
1. Pembuatan Halogen
a) MnO2
Ditimbang 0.1 gram MnO2
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Sisiapkan kertas saring ukuran 4x4 cm
ditetes dengan NaOH dan Indikator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam
tabung reaksi
Ditutup tabung reaksi reaksi dengan
kertas saring
b) KMnO4
Ditimbang 0.1 gram KMnO4
Dimasukkan kedalam tabung reaksi
Disiapkan kertas saring ukuran 4x4cm
ditetesi dengan NaOH dan indikator pp
Ditambahkan 1 pipet HCl(p) kedalam
tabung reaksi
Ditutup tabung reaksi dengan kertas
saring
2. Kereaktifan logam halogen
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl3 dan 1
pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl,
NaBr, NaI pada tiap tabung reaksi
Padatan MnO2 berwarna hitam
NaOH bening dan indikator pp
bening, ketika diteteskan pada
kertas saring, berubah menjadi
merah lembayung HCl(p)
bening
Larutan hitam bergelembung
dan uapnya menyebabkan
kertas menjadi putih
Padatan KMnO4 berwarna
hitam
NaOH bening dan indikator pp
bening, ketika diteteskan pada
kertas saring, berubah menjadi
merah lembayung
HCl bening
Larutan hitam bergelembung
dan uapnya menyebabkan
kertas saring menjadi putih
Page 124
Diamati
Ditambahkan 1 pipet CHCl3
FeCl3 berwarna kuning
NaOH bening
Larutan cokelat dan endapan
cokelat
Larutan NaF, NaCl, NaBr, dan
NaI bening
Pada tabung NaF larutan 2
fase dan endapan berkurang
Pada tabung NaCl terdapat
endapan cokelat dan larutan
berwarna cokelat
Pada tabung NaBr, larutan 2
fase, larutan cokelat dan
endapan cokelat yang
berkurang
Pada tabung NaI terdapat
larutan cokelat dan banyak
endapan
CHCl3 bening
Pada tabung NaF membentuk
3 fase, fase atas dan bawah
bening dan sedikit endapan
pada fase tengah berwarna
cokelat kemerahan
Pada tabung NaCl membentuk
3 fase atas dan bawah bening
dan endapan berwarna cokelat
kemerahan ditengah, endapan
lebih banyak disbanding pada
NaF
Page 125
3. Kereaktifan logam halogen
Disiapkan 4 tabung reaksi
Ditambahkan 1 pipet FeCl3 dan 1
pipet NaOH
Diamati
Ditambahkan 1 pipet NaF, NaCl,
NaBr, NaI pada tiap tabung reaksi
Diamati
Pada tabung NaBr membentuk
3 fase, fase tengah endapan
cokelat kemerahan
Pada tabung NaI membentuk 2
fase dimana larutan cokelat
dan terdapatbanyak endapan
berwarna cokelat dan
berwarna cokelat kemerahan
FeCl3 berwarna kuning
NaOH bening
Larutan cokelat dan endapan
cokelat
Larutan NaF, NaCl, NaBr, dan
NaI bening
Pada NaF larutan menjadi
cokelat kemerahan
Pada NaCl endapan berkurang
warna larutan cokelat
kekuningan
Pada NaI endapan berkurang
Pada NaBr endapan cokelat
kemerahan
Pada NaCl endapan berkurang
warna larutan
cokelatkekuningan
Pada NaF endapan berkurang
warna menjadi cokelat
Page 126
Pada NaBr endapan berkurang
warna larutan cokelat
kemerahan
Pada NaF endapan berkurang
warna cokelat pekat
Berdasarkan kepolaran
F<Cl<Br<I
4.2 Reaksi
4.2.1 KMnO4 dengan HCl
Oksidasi : HCl → H+ + Cl−
Cl− → Cl2
2Cl− → Cl2 + 2e−
Reduksi : KMnO4 → K+ + MnO4−
MnO4− → Mn2+
MnO4− → Mn2+ + 2H2O
MnO4− + 8H+ → Mn2+ + 4H2O
MnO4− + 8H+ + 5e− → Mn2+ + 4H2O
Oksidasi : 2Cl− → Cl2 + 2e−
Reduksi : Mn04− + 8H+ + 5e− → Mn2+ 4H2O
10Cl− → 5Cl2 + 10e−
2MnO4− + 16H+ + 10e− → 2Mn2+ + 8H2O
10Cl− + 2MnO4− + 16H+ → 5Cl2+2Mn2+ + 8H2O
4.2.2 MnO2 dengan HCl
Oksidasi : HCl → H+ + Cl−
Cl− → Cl2
2Cl− → Cl2 + 2e−
Reduksi : MnO2− → Mn2+
MnO2− → Mn2+ + 2H2O
Page 127
MnO2− + 4H+ → Mn2+ + 2H2O
MnO2− + 4H+ + 2e− → Mn2+ + 2H2O
Oksidasi : 2Cl− → Cl2 + 2e−
Reduksi : Mn02− + 4H+ + 2e− → Mn2+ 2H2O
2Cl− + MnO2− + 4H+ → Cl2+Mn2+ + 2H2O
4.2.3 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl
3NaF+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeF3
4.2.4 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl
3NaCl+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeCl3
4.2.5 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl
3NaBr+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeBr3
4.2.6 FeCl3 + 3NaOH → Fe(OH)3 + 3NaCl
3NaI+ Fe(OH)3 → 3NaOH + FeI3
4.2.7 Indikator PP dengan NaOH
OH OH
C
C
O
+ 2NaOH
O
ONa
C
C
O
0
ONa
+ 2H2O
Page 128
4.4 Pembahasaan
Pada percobaan pembuatan halogen direaksikan dengan MnO2. Padatan halogen
direaksikan dengan MnO2 yangan berwarna hitam sebanyak 0,1 gram direaksikan dengan 1
pipet HCl(p) bening lalu dihomogenkan agar keduanya dapat bercampur menghasilkan larutan
hitam pekat dan bergelembung dan mengalami atau mempunyai uap. Pada tabung reaksi yang
berisi dengan MnO2 dan HCl ditutup denga kertas saring yang telah ditetesi NaOH bening
yang bersifat basa dan indikator pp bening sehingga pada kertas saring berwarna merah
lembayung karena indicator pp mendeteksi adanya senyawa basa sedangkan NaOH sebagai
pemberi suasana basa. Kertas saring berwarna merah lembayung ditutupi pada mulut tabung
kemudian setelah beberapa menit kertas saring berubah menjadi putih hal ini dikarenaakan
campuran MnO2 dan HCl bersifat asam sehingga kertas saring kembali berwarna putih dimana
indicator pp tidak bereaksi dengan senyawa yang bersifat asam. Perlakuan yang sama
dilakukan terhadap padatan KMnO4 0,1 gram berwarna hitam direaksikan dimana kertas
saring yang berwarna merah lembayung lebih cepat berubah menjadi warna putih
dibandingkan dengan MnO2 hal ini dikarenakan KMnO4 merupakan senyawa desikator yang
lebih kuat dibandingkan dengan MnO2.
Pada percobaan kereaktifan unsur halogen, direaksikan larutan FeCl3 sebanyak 1 pipet
berwarna kuning dengan 1 pipet NaOH bening menghasilkan ini dilakukan pada 4 tabung
reaksi. Pada tabung 1 ditambahkan larutan NaF sebanyak 1 pipet bening menghasilkan larutan
coklat dan endapan cokelat yang berkurang dari sebelumnya. Demikian juga dengan tabung
yang ditambahkan NaCl, NaBr, dan NaI bening dihasilkan larutan cokelat dan endapan
cokelat. Akan tetapi dari keempat tabung reaksi terdapat perbedaan jumlah endapan dimana
endapan yang paling banyak secara berurutan dan pada tabung NaI, NaBr, NaCl dn tabung
NaF hal ini menandakan bahwa semakin banyak jumlah endapan semakin reaktif unsur
tersebut. Pada unsur halogen urutan kereaktifannya ialah I, Br, Cl, F sehingga pada percobaan
NaI lebih banyak endapannya dan NaF endapannya lebih sedikit karena NaI lebih reaktif dari
pada NaF, Kemudian pada masing-masing tabung ditambahkan 1 pipet klorofrom (CHCl3)
bening yang bersifat non polar. Kloroform ditambahkan untuk mengetahui kepolaran dari
unsur-unsur halogen pada percobaan. Setelah penambahan kloroform. Pada tabung NaF, NaCl,
dan NaBr terbentuk 3 fase yaitu fase bawah bening yang bersifat nonpolar dan fase atas bening
besifat polar. Pada fase tengah terdapat endapan cokelat kemerahan dimana ketika
dihomogenkan akan bercampur dengan senyawa polar hal ini karena endapan memilki sifat
polar sehinggaa dapat bercampur dengan polar. Hal ini sesuai dengan prinsip like dissolves
like dimana senyawa polar dapat larut dalam polar dan nonpolar dengan non polar sedangkan
Page 129
larutan polar tidak dapat bercampur dengan non polar. Pada keadaan ini endapan paling
banyak ada pada NaF karena NaF bersifat cenderung plar dibandingkan dengan NaBr, NaCl,
dan NaI, dimana semakin banyak endapan maka larutan semakin bersifat polar. Urutan
kepolaran dari unsur halogen yaitu F>Cl>Br>I sehingga pada NaI larutan terlihat bercampur
karena NaI cenderung bersifat nonpolar.
Adapun dalam percobaan kereaktifan unsur halogen dengan menambahakan aquadest
yang bersifat polar terdapat endapan yang paling banyak pada larutan NaI. Dimana
berdasarkan tingkat kepolaran dari unsur halogen F>Cl>Br>I. Oleh karena itu berdasarkan
prinsip like dissolves like dimana dengan pelarut aquades yang bersifat polar kelarutan yang
lebih besar ada pada F sedangkan pada I terdapat endapan dan larutan cokelat karena I pada
unsur halogen cenderung yang paling bersifat nonpolar disbanding unsur lainnya.
Adapun faktor kesalahan dalam percobaan ini:
Kesalahan dalam mengukur atau mengambil larutan
Kuranng telitinya memperhatikan warna larutan dan endapan
Kurang tepatnya ketika menutup tabung reaksi dengan kertas saring ssehingga ada uap
HCl dan MnO2 yang tidak melewati kertas saring
Unsur-unsur golongan VIIA disebut halogen. Nama itu berasal dari Bahasa yunani
yang berarti “pembentukan garam”. Dinamai demikian karena unsur-unsur tersebut dapat
berekasi dengan logam membentuk garam. Unsur-unsur golongan ini: Floor(F), klor(Cl),
Brom(Br), iodin(I), dan astatin(Al).
Aplikasi dari golongan halogen yaitu:
Pasta gigi mengandung senyawa fluorida untuk mencegah kerusakan gigi
Flour digunakan sebagai pendingin
Klor digunakan untuk penjernihan air dan pembuatan kramik
AgBr sensitif terhadap cahaya dan digunakan dalam film foto grafi dan sinar x
Iodin digunakan sebagai antiseptic yang dilarutkan dalam alcohol dan diusapkan pada
luka
Adapun sifat fisik dan kimia dari KMnO4:
Rumus molekul
Berat molekul 158,03 gram
Tidak berbau
Mudah larut dalam air
Merupakan oksidator kuat
Page 130
Adapun sifat fisik dan kimia dari NaOH:
Berat molekul 39,79971 g/mol
Densitas 2,1 g/cm3 padat
Titik didih 1390°C
Titik lebur 318°C
Berupa cairan
Adapun sifat fisik dan kimia dari HCl(p):
Berupa cairan bening
Berbau pekat
Titik lebur 101°C
Dapat larut dalam alkali monoksida, kloroform dan eter
Energi ionisasi 1250 Kj/mol
Kalor jenis 0,115 Kal/gr°C
Adapun fungsi alat dalam percobaan kali ini adalah
Neraca analitik untuk menimbang massa KMnO4 dan MnO2
Tabung reaksi untuk wadah mereaksikan larutan
Spatula untuk mengambil padatan yang ditimbang
Adapun fungsi bahan:
NaI, NaBr, NaCl, NaF, sebagai larutan senyawa halogen
Indicator pp untuk mendeteksi basa
NaOH sebagai larutan asam
Page 131
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hasil reaksi dari KMnO4 dengan HCl menghasilkan larutan bening dan uapnya bersifat
asam yang ditandai dengan uapnya dapat memutihkan kertas saring berwarna merah
lembayung akibat ditetesi indikator PP dan NaOH
Saat ditambahkan CHCl3 reaksi yang terbentuk 3 fase pada NaF, NaCl, dan NaBr
sedangkan pada NaI terbentuk endapan cokelat pekat
Urutan unsur-unsur halogen yang digunakan saat praktikum adalah mulai yang paling
reaktif adalah NaI, NaBr, NaCl dan NaF
5.2 Saran
Sebaiknya pada praktikum selanjutnya dapat digunakan larutan n-heksan yang bersifat
nonpolar agar dapat dibandingkan hasil reaksinya dengan kloroform pada uji kepolaran
halogen.
Page 132
DAFTAR PUSTAKA
Atkins.1999. Kimia Fisik. Jakarta: Erlangga
Cotton.1989. Kimia Organik Dasar. Jakarta: UI – Press
Fessenden.1982. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Svehla.1985. Vogel Analisis kualitatif Anorganik Makro dan Semimikro. Jakarta: Kalma
Media Pustaka
Sugiarto, dkk.2010. Kimia Anorganik Dasar. Yogyakarta Graha Ilmu