Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II ADSORBSI Disusun Oleh: Kelompok : VIII Nama : 1. CRISVAN HARDINATA 2. BERNADETA CP 3. DIAN NOVITA 4. MUHAMMAD ZAQI Fak/Jur. : Teknik/Teknik kimia D3- A Dosen : Ir. Rozanna Sri Irianti, M.Si
30

laporan Adsorbsi

Dec 03, 2015

Download

Documents

LukmanHakim

ddgs
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: laporan Adsorbsi

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA II

ADSORBSI

Disusun Oleh:

Kelompok : VIII

Nama : 1. CRISVAN HARDINATA

2. BERNADETA CP

3. DIAN NOVITA

4. MUHAMMAD ZAQI

Fak/Jur. : Teknik/Teknik kimia D3-A

Dosen : Ir. Rozanna Sri Irianti, M.Si

PROGRAM STUDI DIII TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2015

https://www.academia.edu/12050952/laporan_Adsorbsi

Page 2: laporan Adsorbsi

Abstrak

Proses adsorpsi adalah suatu proses pemisahan dimana suatu molekul –molekul zat dalam campuran diserap oleh suatu padatan (adsorben) sehingga komponen larutan akan di adsorpsi pada permukaan dan mengubah komposisi larutan yang keluar. Percobaan ini bertujuan untuk mempelajari proses penjerapan dengan menggunakan adsorben zeolit dan mengukur kandungan ion-ion yang terjerap dalam adsorben menggunakan konduktometer serta menghitung kondultivitas molar dari proses adsopsi. Percobaan dilakukan dengan mengalirkan larutan CaCO3 1,4% ke kolom yang diisi zeolit dengan variasi speed setting masing-masing yaitu 4 cm dan 5,5 cm dan tinggi unggun zeolit 7 cm dan 14 cm. Nilai konduktivitas molar (ΔM) pada speed setting 4 cm dan tinggi zeolit 14 cm mempunyai nilai konduktivitas molar terkecil . Dan nilai konduktivitas molar terbesar yaitu pada speed setting 5,5 dan tinggi zeolit 7 cm. Jadi, disimpulkan bahwa semakin kecil speed setting dan semakin besar tinggi zeolit yang digunakan maka nilai konduktivitas molar akan kecil dibandingkan dengan speed setting yang besar dan tinggi zeolit yang kecil.

Kata Kunci : Adsorpsi, Konduktivitas, konduktivitas molar, speed setting dan tinggi zeolit.

Page 3: laporan Adsorbsi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Percobaan

1. Menjelaskan prinsip kerja proses adsorpsi

2. Menjelaskan operasi adsorpsi padat-cair

3. Menggunakan alat konduktivity untuk menghitung konduktivitas molar

4. Mengaplikasikan ilmu tentang adsorpsi secara tim, bekerja sama dan

professional.

1.2. Dasar Teori

Air merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia untuk keperluan air

minum, industri, pertanian, perikanan dan lain-lain. Untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan tersebut tentunya penggunaan air memerlukan persyaratan-persyaratan

tertentu sehingga perlu pengolahan terlebih dahulu sebelum dipergunakan. Salah

satu cara yang biasa dilakukan untuk pengolahan air limbah tersebut adalah proses

adsorpsi. Padatan yang digunakan untuk penyerap disebut Adsorben.

Adsorpsi merupakan suatu proses pemisahan dimana molekul-molekul gas

atau cair diserap oleh suatu padatan. Pengikatan molekul oleh padatan terjadi

secara reversibel. Pada proses adsorpsi terdapat dua komponen yaitu adsorbat

sebagai zat yang diserap dan adsorben sebagai zat yang menyerap (Angriani dan

Kurniaty, 2007).

Pada prinsipnya proses adsorpsi dapat dibedakan atas empat tipe

diantaranya adalah sebagai berikut (Tasrif, 1997) :

1. Adsorpsi Fisika

Adsorpsi fisika juga disebut adsorpsi Van Der Waals yang bersifat terbalikkan

(reversible), terjadi karena gaya interaksi antar molekul. Kalor pada adsorpsi

fisika rendah, yaitu 5-10 kalori per molar, yang setingkat dengan kalor

penguapan.

2. Adsorpsi Kimia

Adsorpsi kimia juga disebut adsorpsi tak terbalikkan (irreversible) yang

ditandai dengan besarnya potensial interaksi yang menyebabkan tingginya

Page 4: laporan Adsorbsi

panas adsorpsi. Kalor pada adsorpsi kimia cukup tinggi yaitu 10-100 kalori

per molar, yang setingkat dengan tenaga reaksi kimia. Adsorpsi kimia

diperkirakan melibatkan ikatan kimia antara cairan dengan permukaan

padatan. Adanya ikatan ini menyebabkan adsorpsi kimia tidak dapat terjadi

pada temperature kritis adsorbat ( Setiaji dan Sasmita,1987 )

3. Adsorpsi Pertukaran (Exchange Adsorption)

Adsorpsi pertukaran, lebih sering dikenal dengan pertukaran ion

(ion exchange) adalah melibatkan tarik–menarik elektrostatik spesies ionik

dari posisi muatan yang berlawanan pada permukaan adsorben. Dimana

afinitas elektrostatik dari spesies ion yang akan menggantikan harus lebih

besar dari ion-ion yang telah diadsorpsi pada mulanya atau ion-ion yang

terdapat pada permukaan adsorben.

4. Adsorpsi Spesifik (Spesific Adsorption)

Adsorpsi spesifik terjadi apabila gugus fungsi molekul adsorbat melekat pada

permukaan adsorben atau berinteraksi, namun adsorbat tidak mengalami

transformasi. Kebanyakan adsorben adalah bahan yang mempunyai porositas

yang tinggi dan adsorbat menempati pada dinding pori, bahan adsorben yang

telah dipakai pada industri adalah Fuller’s earth, bauksit, clays, bone back,

karbon, alumina, silica gel, base-exchange silikat dan resin sintetik.

Faktor yang mempengaruhi adsorpsi yaitu :

1. Jenis adsorben

Pemilihan adsorben pada proses adsorpsi sangat mempengaruhi daya serap

adsorben. Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh adsorben adalah:

a. Berpori

b. Aktif dan murni

c. Tidak bereaksi dengan adsorbat

d. Mempunyai permukaan yang luas

Secara umum, pemilihan adsorben didasarkan pada kapasitas, selektifitas, tipe

butiran, murah, mudah diregenerasi, dan komposisi adsorben tidak ada terdiri

dari bahan pencemar.

Page 5: laporan Adsorbsi

2. Jenis adsorbat

Sifat adsorbat juga sangat mempengaruhi daya adsorpsi, dimana adsorben

cenderung menyerap molekul atau zat lain yang sangat sesuai dengannya.

Beberapa sifat adsorbat yang perlu diperhatikan adalah:

a. Ukuran molekul

Adsorben mempunyai pori-pori dengan diameter tertentu. Dalam hal ini

tentu saja yang diserap adalah molekul-molekul yang lebih kecil dari

diameter rongga adsorben.

b. Kepolaran

Umumnya adsorben bersifat ionik dengan polaritas molekul yang tinggi.

Jika diameternya sebanding, maka molekul-molekul polar lebih kuat

diserap dari pada molekul-molekul kurang polar. Molekul yang polar dapat

menggantikan molekul yang kurang polar yang lebih dulu diserap.

c. Jenis ikatan

Senyawa-senyawa yang tidak jenuh lebih banyak diserap dibandingkan

senyawa-senyawa jenuh.

d. Berat molekul

Senyawa dengan berat molekul besar lebih banyak diserap dibandingkan

dengan senyawa berat molekul yang lebih kecil.

3. Suhu

Adsorpsi merupakan proses membebaskan panas (eksoterm). Proses kebalikan

dari adsorpsi adalah desorpsi dengan sendirinya merupakan proses endoterm.

Panas yang dibebaskan pada peristiwa adsorpsi atau desorpsi diukur dalam

kalori/gram. Pada umumnya adsorpsi menurun dengan naiknya suhu

(Ramdhani, 2008). Oleh karena itu, penambahan suhu mengakibatkan zat yang

diserap cenderung meninggalkan zat penyerap. Pengaruh penambahan

konsentrasi merupakan kebalikan dari kenaikan suhu. Dalam hal ini disebabkan

karena jumlah tumbukkan dengan adsorben bertambah.

Menurut Bergeyk (1981), ada beberapa kriteria suatu zat untuk bisa

menjadi adsorben, yaitu:

Page 6: laporan Adsorbsi

1. Tidak boleh larut dengan zat yang akan dimurnikan

2. Tidak boleh bereaksi dengan zat yang akan dimurnikan

3. Dapat diregenerasi

Secara umum pemilihan adsorben didasarkan pada kapasitas, selektivitas,

kecepatan penjerapan, tipe butiran, sifat-sifat kimia dan fisik, tidak mengandung

bahan pencemar yang berbahaya, murah harganya dan mudah diregenerasi.

Pada pemisahan cairan, adsorpsi digunakan untuk menghilangkan air yang

terlarut pada fraksi minyak, penghilangan warna, bau dan rasa air. Salah satu

proses yang penting adalah pertukaran ion (ion exchanger). Proses pertukaran ion

merupakan salah satu proses yang banyak digunakan di industri misalnya

pengolahan air, industri makanan, farmasi, katalis, recovery dan pemurnian

(Rousseau, 1987).

Dalam pengolahan air, proses pertukaran ini digunakan antara lain untuk

pelunakan air, de-mineralisasi, de-alkilasi, de-ionisasi dan lain-lain. Proses

pertukaran ion dalam pengolahan air pada dasarnya mirip suatu reaksi antara ion

dalam larutan dengan ion dalam padatan dengan cara dikontakkan. Peristiwa ini

mirip dengan proses adsorpsi padat air, sebagai proses pertukaran ion yang

dianggap sebagai adsorpsi bersifat khusus (Treyball, 1981).

Larutan adalah sesuatu yang penting bagi manusia dan makhluk hidup pada

umumnya. Reaksi-reaksi kimia biasanya berlangsung antara dua campuran zat,

bukannya antara zat murni. Banyak reaksi kimia yang dikenal , baik di dalam

laboratorium atau di industri terjadi di dalam larutan. Larutan biasanya terdiri dari

dua zat atau lebih yang merupakan campuran homogen. Larutan disebut campuran

homogen karena komposisi dari larutan begitu seragam atau satu fase sehingga

tidak dapat diamati bagian - bagian komponen penyusunnya meskipun dengan

menggunakan mikroskop ultra sekalipun. Larutan terdiri dari dua komponen

penting. Komponen tersebut adalah solven atau pelarut dan solut atau zat terlarut.

Biasanya komponen solven mengandung jumlah zat terbanyak dan komponen

solut mengandung jumlah zat yang lebih sedikit.

Konsentrasi adalah kuantitas relatif suatu zat tertentu di dalam larutan.

Konsentrasi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan cepat atau

Page 7: laporan Adsorbsi

lambatnya reaksi berlangsung. Konsentrasi larutan menyatakan banyaknya zat

terlarut yang terdapat dalam suatu pelarut atau larutan. Larutan yang mengandung

sebagian besar solut relatif terhadap pelarut, berarti larutan tersebut

konsentrasinya tinggi atau pekat. Sebaliknya bila mengandung sejumlah kecil

solut, maka konsentrasinya rendah atau encer. Pada umumnya larutan mempunyai

beberapa sifat. Diantaranya sifat larutan non elektrolit dan larutan elektrolit. Sifat

larutan tersebut mempunyai hubungan erat dengan konsentrsi dari tiap

komponennya. Sifat-sifat larutan seperti rasa, ph, warna, dan kekentalan

bergantung pada jenis dan konsentrasi zat terlarut. Larutan dapat dibuat dari dua

macam zat, yaitu zat padat dan zat cair. Larutan dibuat untuk mendapatkan

campuran larutan dari dua atau lebih zat. Larutan memiliki dua sifat, yaitu larutan

eksoterm dan larutan larutan endoterm.

Larutan standart adalah larutan yang mengandung regensia dengan bobot

yang diketahui dalam suatu volume tertentu dalam suatu larutan. Larutan standart

sekunder adalah suatu zat yang dapat digunakan untuk standarisasi yang

kandungan zat aktifnya telah ditentukan dengan perbandingan terhadap suatu

standart primer. Contoh larutan standart sekunder adalah HCl. Sedangkan larutan

standart primer adalah larutan yang digunakan untuk menstandartkan larutan –

larutan yang dibuat dalam laboratorium dengan menggunakan perhitungan.

Contohnya: NaOH.

Page 8: laporan Adsorbsi

BAB II

METODOLOGI PERCOBAAN

2.1. Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah flowmeter manual, kran

air, selang air, batang pengaduk, gelas ukur 2000 ml, dan stopwatch. Sedangkan

bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air, dan kapur.

2.2. Prosedur Percobaan

2.2.1 Mengkalibrasi alat

1. Flowmeter dikalibrasi dengan menggunakan air kran yang dilewatkan

pada flowmeter untuk menentukan laju alir cairan yang masuk pada speed

setting 4 dan 5,5.

2. Stopwacth dihidupkan dan volume air yang keluar ditampung 15 detik.

3. Mengukur volume air yang tertampung dan kemudian dicatat.

2.2.2 Percobaan1. Membuat larutan CaCO3 dengan kadar 1,4 % didalam 10 Liter air.

Kemudian diletakkan pada ketinggian tertentu.

2. Mengisi kolom adsorpsi dengan zeolit sampai tingginya 7 cm dan

kemudian mencucinya dengan cara mengalirkan air.

3. Menghubungkan selang dari kran pada wadah yang berisi kapur dengan

alat adsorpsi. Kemudian diatur bukaan krannya sehingga speed setting

pada flowmeternya pada angka 4 dan 5,5.

4. Mengalirkan larutan kapur tersebut ke dalam kolom yang berisi zeolit,

kemudian larutan yang keluar dari kolom diambil sebanyak 10 sampel

dengan selang waktu 15 detik, dan diukur konduktivitynya dengan alat

konduktometer.

5. Ulangi kembali langkah 1 sampai 4 dengan ketinggian zeolit 14 cm.

Page 9: laporan Adsorbsi

2.3 Rangkaian Alat

Gambar 2.1. Rangkaian Alat Penyerap (Adsorpsi)

Page 10: laporan Adsorbsi

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Grafik untuk percobaan tinggi zeolit 7cm pada speed setting 4 cm

Dari data yang telah diperoleh dapat dibuat grafik hubungan antara

konduktiviti molar terhadap waktu pada speed setting 2, seperti yang terlihat pada

gambar 3.1.

0 20 40 60 80 100 120 140 1600.008

0.0082

0.0084

0.0086

0.0088

0.009

0.0092

0.0094

0.0096

0.0098

waktu (sekon)

Kond

ukti

vity

Mol

ar (

S.cm

/mol

)

Gambar 3.1 Grafik hubungan antara konduktiviti molar terhadap waktu pada

Speed setting 4

Dari Gambar 3.1 dapat dilihat bahwa nilai konduktiviti molar kapur 1,4 %

yang telah diadsorpsi mengalami penurunan dan kenaikan terhadap waktu pada

speed setting 4 yaitu dengan laju alir 7,08 cm3/s. Penurunan terus terjadi dari

waktu 0 sampai 120 detik, dari nilai konduktiviti molar 0,009543 S.cm/mol

menjadi 0,009044 S.cm/mol. Tetapi pada waktu 135 detik nilai konduktiviti molar

mengalami kenaikan, dengan nilai konditiviti molar 0,009116 S.cm/mol dan

kemudian mengalami penurunan kembali pada waktu 150 detik yaitu 0,008646

S.cm /mol.

Page 11: laporan Adsorbsi

3.2 Grafik untuk percobaan tinggi zeolit 14 cm pada speed setting 4 cm

Dari data yang telah diperoleh dapat dibuat grafik hubungan antara

konduktiviti molar terhadap waktu pada speed setting 4, seperti yang terlihat pada

gambar 3.2.

0 20 40 60 80 100 120 140 1600.0078

0.0080.00820.00840.00860.0088

0.0090.00920.00940.00960.0098

K

ondu

ktivi

ty M

olar

( S.

cm/m

ol)

waktu (sekon)

Gambar 3.2 Grafik hubungan antara konduktiviti molar terhadap waktu pada

Speed setting 4

Dari Gambar 3.2 dapat dilihat bahwa nilai konduktiviti molar kapur 1,4 %

yang telah diadsorpsi mengalami penurunan dan kenaikan terhadap waktu pada

speed setting 4 yaitu dengan laju alir 7,08 cm3/s. Konduktivitas molar awal umpan

yang masuk pada kolom adsorbsi adalah sebesar 0,009543 S.cm/mol. Diawal

percobaan terjadi penurunan nilai konduktivitas molar waktu 0 detik sampai 90

detik, dari nilai konduktiviti molar 0,009543 S.cm/mol menjadi 0,00908

S.cm/mol. Tetapi pada waktu 105 detik nilai konduktiviti molar mengalami

kenaikan, dengan nilai konditiviti molar 0,0092 S.cm/mol dan kemudian

mengalami penurunan sampai 150 detik dengan konduktivitas molar 0,00851

S.cm/mol.

3.3 Grafik untuk percobaan tinggi zeolit 7 cm pada speed setting 5,5 cm

Dari data yang telah diperoleh dapat dibuat grafik hubungan antara

konduktiviti molar terhadap waktu pada speed setting 5,5 dan tinggi zeolit 7 cm

terlihat pada gambar 3.3.

Page 12: laporan Adsorbsi

0 20 40 60 80 100 120 140 1600.0088

0.0089

0.009

0.0091

0.0092

0.0093

0.0094

0.0095

0.0096

waktu (sekon)

K

ondu

ktivi

ty M

olar

( S.

cm/m

ol)

Gambar 3.3 Grafik hubungan antara konduktiviti molar terhadap waktu pada

Speed setting 5,5 cm.

Dari Gambar 3.3 dapat dilihat bahwa nilai konduktiviti molar kapur 1,4 %

yang telah diadsorpsi mengalami penurunan dan kenaikan terhadap waktu pada

speed setting 5,5 dengan laju alir 8,83 cm3/s. Konduktivitas molar awal umpan

yang masuk pada kolom adsorbsi adalah sebesar 0,009543 S.cm/mol. Diawal

percobaan terjadi penurunan nilai konduktivitas molar waktu 0 detik sampai 45

detik, dari nilai konduktiviti molar 0,009543 S.cm/mol menjadi 0,009337

S.cm/mol.

Tetapi pada waktu 60 detik nilai konduktiviti molar mengalami kenaikan,

dengan nilai konditiviti molar 0,00935 S.cm/mol dan kemudian mengalami

penurunan sampai 135 detik dengan konduktivitas molar 0,009085 S.cm/mol dan

menaik lagi pada detik ke 150 dengan konduktiviti molar 0,009104 S.cm/mol.

3.4 Grafik untuk percobaan tinggi zeolit 14 cm pada speed setting 5,5 cm

Dari data yang telah diperoleh dapat dibuat grafik hubungan antara

konduktiviti molar terhadap waktu pada speed setting 5,5 dan tinggi zeolit 14 cm

terlihat pada gambar 3.4.

Page 13: laporan Adsorbsi

0 20 40 60 80 100 120 140 1600.0082

0.0084

0.0086

0.0088

0.009

0.0092

0.0094

0.0096

0.0098

K

ondu

ktivi

ty M

olar

( S.

cm/m

ol)

waktu (sekon)

Gambar 3.4 Grafik hubungan antara konduktiviti molar terhadap waktu pada

Speed setting 5,5 cm.

Dari Gambar 3.4 dapat dilihat bahwa nilai konduktiviti molar kapur 1,4 %

yang telah diadsorpsi mengalami penurunan dan kenaikan terhadap waktu pada

speed setting 5,5 dengan laju alir 8,83 cm3/s. Konduktivitas molar awal umpan

yang masuk pada kolom adsorbsi adalah sebesar 0,009543 S.cm/mol. Diawal

percobaan terjadi penurunan nilai konduktivitas molar waktu 0 detik sampai 60

detik, dari nilai konduktiviti molar 0,009543 S.cm/mol menjadi 0,009251

S.cm/mol. Tetapi pada waktu 75 detik nilai konduktiviti molar mengalami

kenaikan, dengan nilai konditiviti molar 0,009258 S.cm/mol dan kemudian

mengalami penurunan sampai 150 detik dengan konduktivitas molar 0,008706

S.cm/mol.

3.5 Membandingkan speed setting dan tinggi zeolit yang berbeda.

Dari data yang telah diperoleh dapat dibuat grafik hubungan antara

konduktiviti molar terhadap waktu dan membandingkan setiap variasi speed

setting dan tinggi zeolit seperti terlihat pada gambar 3.5.

Page 14: laporan Adsorbsi

0 20 40 60 80 100 120 140 1600.0078

0.008

0.0082

0.0084

0.0086

0.0088

0.009

0.0092

0.0094

0.0096

0.0098

speed 4 tinggi 7

speed 4 tinggi 14

speed 5,5 tinggi 7

speed 5,5 tinggi 14

waktu (sekon)

K

ondu

ktivi

ty M

olar

( S.

cm/m

ol)

Gambar 3.5 Grafik hubungan antara konduktiviti molar terhadap waktu pada

Variasi speed setting dan tinggi zeolit.

Pada gambar 3.5 dapat dilihat bahwa speed setting 4 dengan tinggi zeolit

14 cm mempunyai nilai konduktiviti molar yang lebih kecil dari yang lain. Hal ini

dikarenakan dengan tinggi zeolit yang lebih tinggi dan speed settting yang kecil

kontak antara adsorbat dan adsorben lebih lama sehingga lebih banyak zat yang

terserap oleh adsorben. Dari gambar 3.5 juga dapat dilihat bahwa pada speed 5,5

dan tinggi zeolit 7 cm mempunyai nilai konduktiviti molar yang besar . Hal ini

karena dengan tinggi zeolit yang kecil dan speed setting yang besar kontak antara

adsorbat dan adsorben lebih cepat, sehingga sedikit adsorbat yang terjerap oleh

adsorben.

Hasil percobaan menggunakan kapur 1,4 % pada speed setting 4 dan 5,5

dengan memvariasikan tinggi unggun 7 cm dan 14 cm, menunjukan bahwa nilai

konduktivitas molar mengalami penurunan dan kenaikan. Hasil yang diperoleh

dari percobaan ini tidak sesuai dengan teori yang ada, karena seharusnya semakin

lama waktu yang digunakan maka semakin rendah nilai konduktivitinya,

dikarenakan semakin banyaknya ion yang terserap oleh zeolit. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :

Page 15: laporan Adsorbsi

1. Ion-ion yang terdapat dalam larutan CaCO3 yang konsentrasinya 1,3 % akan

berkurang setelah melewati zeolit karena terjadi peristiwa kation exchanger

dimana Ca2+ yang ada pada larutan akan mendifusi melalui pori kemudian

akan terjadi reaksi ion exchange dengan ion Na+ yang terdapat pada zeolit. Hal

ini dapat dilihat dari penurunan nilai konduktivitas.

2. Kenaikan kembali nilai konduktivitas molar dikarenakan karena tidak semua

larutan CaCO3 yang mengalir dapat diserap oleh zeolit, selain itu dikarenakan

laju alir kapur tersebut yang tidak selalu konstan sehingga mempengaruhi

kemampuan zeolit untuk menyerap ion-ion yang terdapat didalam larutan

tersebut sehingga mengalami perubahan konsentrasi dan konduktivitas secara

tidak beraturan.

3. Konduktivitas Molar (ΔM) dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah konduktivitas, konsentrasi, waktu dan tinggi bahan penyerap.

Page 16: laporan Adsorbsi

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan serta data yang diperoleh ada beberapa hal

yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Terjadi penurunan dan kenaikan konduktivitas molar pada larutan CaCO3

yang telah melewati zeolit. Hal ini dikarenakan laju aliran yang tidak

konstan sehingga ion-ion di dalam larutan CaCO3 tidak terserap dengan

baik oleh zeolit sehingga konduktivitasnya mengalami fluktuasi.

2. Dari proses adsorpsi di atas maka jenis aliran yang mengalir di dalam

kolom adsorpsi adalah jenis aliran laminar, didapat dari perhitungan

bilangan Reynolds.

4.2 Saran

Laju aliran larutan yang digunakan harus diperhatikan, karena laju aliran

tersebut dapat mempengaruhi kemampuan zeolit untuk menyerap ion sehingga

berpengaruh juga terhadap nilai konduktivitas.

Page 17: laporan Adsorbsi

LAMPIRAN A

A.Tabel Data Percobaan

Tabel A.1 Data percobaan laju alir

NoSpeed Setting

(cm)Volume (ml)

Volume

rata-rataWaktu (s)

Konduktivity

awal (µS/cm)

1 4

440

425 60 9543415

420

2 5,5

520

530 60 9543540

530

Tabel A.2 Data penentuan konduktivity kapur 1,4% dengan speed setting 4

cm

Tinggi

zeolit (cm)

Konduktivity

(µS/cm)

konduktiviti

molar (S.cm/m

ol)

Tinggi

zeolit (cm)

Konduktivity

(µS/cm)

konduktiviti molar

(S.cm/mol)

7

9304 0.009304

14

9270 0.00927

9284 0.009284 9265 0.00927

9272 0.009272 9258 0.00926

9258 0.009258 9251 0.00925

9265 0.009265 9193 0.00919

9236 0.009236 9078 0.00908

9173 0.009173 9199 0.0092

9044 0.009044 9056 0.00906

9116 0.009116 8805 0.00881

8646 0.008646 8506 0.00851

Page 18: laporan Adsorbsi

Tabel A.3 Data penentuan konduktivity kapur 1,4% dengan speed setting 5,5 cm

Tinggi

zeolit (cm)

Konduktivit

y

(µS/cm)

konduktiviti

molar

(S.cm/mol)

Tinggi

zeolit (cm)

Konduktivit

y

(µS/cm)

konduktiviti

molar

(S.cm/mol)

7

9397 0.009397

14

9291 0.009291

9384 0.009384 9284 0.009284

9337 0.009337 9271 0.009271

9350 0.00935 9251 0.009251

9291 0.009291 9258 0.009258

9259 0.009259 9219 0.009219

9226 0.009226 9199 0.009199

9174 0.009174 9103 0.009103

9085 0.009085 9067 0.009067

9104 0.009104 8706 0.008706

Tabel A.4 Hasil titrasi Percobaan pada kapur 1,4% untuk tinggi zeolit 7 cm.

Speed Setting (cm)

Waktu (s)

Volume H2C2O4

(0,1N) yang digunakan (ml)

Speed Setting (cm)

Waktu (s)

Volume H2C2O4

(0,1N) yang digunakan (ml)

4

15 12

5,5

15 15,5

30 11,6 30 13,5

45 10,7 45 11,3

60 8,5 60 12,5

75 10,1 75 10,8

90 6,1 90 10,6

105 5,9 105 10

120 4,5 120 7,6

135 4,9 135 5

150 3,9 150 6

Tabel A.5 Hasil titrasi Percobaan pada kapur 1,4% untuk tinggi zeolit 14 cm.

Page 19: laporan Adsorbsi

Speed Setting (cm)

Waktu (s)

Volume H2C2O4

(0,1N) yang digunakan (ml)

Speed Setting (cm)

Waktu (s)

Volume H2C2O4

(0,1N) yang digunakan (ml)

4

15 10,6

5,5

15 11,9

30 10 30 11,4

45 8,7 45 10

60 8,1 60 8,2

75 5,4 75 8,8

90 4,8 90 5,7

105 6,3 105 5,4

120 4,5 120 4,7

135 4 135 4,3

150 3,5 150 3,8

Tabel A.6 debit aliran,kecepatan air, bilangan reynold, dan jenis aliran yang

diperoleh.

speed setting

(cm)Q (L/s) v (cm/s) Nre Jenis Aliran

4 0,00708 0,624 237,12 Laminar

5,5 0,00883 0,778 296 Laminar

LAMPIRAN B

Page 20: laporan Adsorbsi

Contoh Perhitungan :

Pada speed setting 3

Diameter = 3.8 cm

Jari – jari = 1.9 cm

Viscositas air ( μ ) = 0,01 gr/cm.det

Berat Jenis air ( ρ ) = 1 gr.cm3

Berat molekul Ca(OH)2 = 74

Perhitungan Konsentrasi (C) :

1,4 %=0,013 kgliter

X1000

1grKg

×11

liter

cm3×

174

molgr

=0,175mol

cm3

Konversi Konduktiviti :

9304 µS=9304 µS /cm ×1

106

SµS

=0,0093 S/cm

Perhitungan Konduktiviti Molar (ΔM) :

∆ M ( s . cmmol )= Konduktivitas(S)

C (mol

cm3 )× h (cm )

∆ M= 0,0093 S/cm

0,135mol

cm3 ×7 cm=0,0087

S . cmmol

Luas Permukaan ( A ) = π×r 2=3 . 14×1. 92=11. 3354 cm2

Konversi laju alir ( Q )= 425 mlmenit

×1menit60 detik

×Liter

1000 ml = 0,00708 Liter/detik

Kecepatan (v)

Page 21: laporan Adsorbsi

v=QA

=0,00708 Liter /detik

11,34 cm2=0,624

cmdetik

N Re

ρ . v . dμ

=1

gr

cm3× 0,624

cms

×3,8cm

0,01gr

cm s

=237,12