1 BAB I PENDAHULUAN Diperkirakan di dunia setiap menit perempuan meninggal karena komplikasi yang terkait dengan kehamilan dan persalinan, dengan kata lain 1400 perempuan meninggal setiap harinya atau lebih kurang 500.000 perempuan meninggal setiap tahun karena kehamilan dan persalinan. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin selain perdarahan dan infeksi. Menurut The National Centre for Health Statistics pada tahun 1998, hipertensi dalam kehamilan merupakan faktor risiko medis yang paling sering dijumpai. Penyakit ini ditemukan pada 146.320 wanita atau 3,7% diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup. Eklampsia didiagnosis pada 12.345 diantaranya, dan kematian ibu akibat penyulit ini tetap merupakan ancaman.Di Indonesia hal ini disebabkan oleh perawatan dalam persalinan yang masih ditangani oleh petugas non medis dan system rujukan yang belum sempurna, selain juga disebabkan oleh etiologi yang belum jelas. Hipertensi yang sering terjadi pada kehamilan beresiko terhadap kematian janin dan ibu. Deteksi dini untuk hipertensi pada ibu hamil diperlukan agar tidak menimbulkan kelainan serius dan mengganggu kehidupan serta kesehatanjanin di dalam rahim, kelainan hipertensi dalam kehamilan dibagi menjadi 4 kategori, yakni : Hipertensi Kronis, Preeklampsia dan Eklampsia, Preeklampsia Imposed Hipertensi Kronis dan Gestational Hypertension . Kenaikan tekanan darah secara tiba-tiba setelah kehamilan 2 minggu inilah yang disebut dengan preeklampsia. Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia. Insidens eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai 1:1700 karena itu kejadian kejang ini harus dihindarkan.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani dan berarti "halilintar". Kata
tersebut dipakai karena seolah-olah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba
tanpa didahului oleh tanda-tanda lain.1,2Secara defenisi eklampsia adalah preeklampsia
yang disertai dengan kejang tonik klonik disusul dengan koma. Eklampsia
merupakan kasus akut dari penderita preeklampsia (wanita hamil dan wanita
dalam nifas, diserta dengan hipertensi, proteinuri dan dengan atau tanpa
oedem)yang disertai dengan kejang menyeluruh hingga koma.3,4
Kejang yang
dialami bersifat grand mal dan mungkin timbul sebelum, selama, atau setelah persalinan. Kejang juga dapat timbul lebih dari 48 jam postpartum, terutama pada
nulipara sehingga sampai 10 hari postpartum.1
Proteinuria berarti konsentrasi protein dalam urin yang melebihi 0,3 g/liter
dalam air kencing 24 jam, atau pemeriksaan kualitatif menunjukan +1 atau +2
atau 1 g liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan kateter ataumidstream yang
diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam.1,2
Biasanya proteinuria
timbul lebih lambat daripada hipertensi dan kenaikan berat badan, karena itu harus
dianggap sebagai tanda yang serius.1,2
Pengukuran proteinuria dengan disptik :
1. +1 = 0.3 ± 0.45 g/L (95% + prediktif value untuk preeklampsia berat)
2. +2 = 0.45 ± 1 g/L
3. +3 = 1 - 3 g/L (36% + prediktif value untuk preeklampsia berat)
4. +4 = > 3 g/L (36% + prediktif value untuk preeklampsia berat)
5. Negatif atau trace (34% negatif prediktive value untuk preeklampsia berat)
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh, diketahuinya dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,
jari tangan, dan wajah. Kenaikan berat badan ½ kg/minggu dalam kehamilan
masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg/minggu beberapa kali, hal ini
kurangnya diperiksa dua kali urin secara acak selang 6 jam. Secara pengumpulan
urin dalam 24 jam dianggap patologis bila besaran proteinuria � 300 mg/24 jam.
Nyeri kepalaJarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada
kasus-kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan
oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita
hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri kepala hebat hampir dipastikan
mendahului serangan kejang pertama.1,4
Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang seringditemukan preeklampsia berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan
terjadi. Keluhan ini mungkin disebabkan oleh perdarahan pada sel periportal lobus
perifer, akan terjadi nekrosis sel hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan
ini dapat meluas hingga dibawah kapsula hepar dan disebut subkapsular
hematoma. Subkapsular hematoma menimbulkan rasa nyeri di daerah epigastrium
dan dapat menyebabkan ruptur hepar sehingga perlu pembedahan.1,2
Gangguan penglihatan
Akibat spasme arteri retina dan edema retina dapat terjadi gangguan visus.
Gangguan visus dapat berupa : pandangan kabur, skotomata, amaurosis yaitu
kebutaan tanpa jelas adanya kelainan dan ablasio retina.2
Nyeri Kepala
Disebabkan oleh hiperperfusi otak sehinnga menimbulkan vasogenik edema.2
Kejang
Hampir tanpa kecuali, kejang eklampsia didahuluioleh preeklampsia. Eklampsia
paling sering terjadi pada trimester terakhir dan manjadi semakin sering pada saat
mendekati aterm. Pada 254 wanita pendertita eklampsia yang dirawat di the
University of Mississippi Medical Center, sekitar 3% mengalami kejang pertama
kali 48 jam setelah melahirkan. Pada wanita dengan awitan kejang lebih dari 48
jam postpartum, perlu dipertimbangkan diagnosis lain.1
Serangan kejang biasanya dimulai di sekitar mulut dalam bentuk kedutan-kedutan (twitching) wajah. Setelah beberapa detik, seluruh tubuh menjadi kaku
dalam suatu kontraksi otot generalisata. Fase ini dapat menetap selama 15-20
detik. Mendadak rahang mulai membuka dan menutup secara kuat, dan segera
diikuti oleh kelopak mata. Otot-otot wajah yang lain dan kemudia semua otot
melakukan kontraksi dan relaksasi bergantian secara cepat. Gerakan otot
sedemikian kuatnya sehingga wanita yang besangkutan dapat terlempar dari
tempat tidur, dan apabila tidak dilindungi lidahnya dapat tergigit oleh gerakan
rahang yang hebat. Fase ini, saat terjadi kontraksi dan relaksasi otot-otot secara bergantian, dapat berlangsung sekitar 1 menit secara bertahap, gerakan otot
menjadi lebih lemah dan jarang, dan akhirnya wanita yang bersangkutan tidak
bergerak. Selama beberapa detik wanita yang bersangkutan seolah-olah sekarat
akibat henti napas, tetapi kemudian ia menarik napas dalam, panjang, dan berbunyi
lalu kembali bernapas. Ia kemudian mengalami koma. Ia tidak akan mengingat
serangan kejang tersebut atau, pada umumnya, kejadian sesaat sebelum dan
sesudahnya, seiring dengan waktu, ingatan ini akan pulih. Setelah terjadi koma,
penderita tidak akan mengingat serangan kejang tersebut atau, pada umumnya
kejadian sesaat sebelum dan sesudahnya. Seiring dengan waktu, ingatan ini akan
pulih.1,2
Kejang pertama biasanya menjadi pendahulu kejang-kejang berikutnya
yang jumlahnya dapat bervariasi dari satu atau dua pada kasus ringan sampai
bahkan 100 atau lebih pada kasus berat yang tidak diobati.1
Durasi koma setelah kejang bervariasi. Apabila kejangnya jarang, wanita
yang bersangkutan biasanya pulih sebagian kesadarannya setelah setiap serangan.
Sewaktu sadar, dapat timbul keadaan setengah sadar dengan usaha perlawanan.
Laju pernafasan setelah kejang eklampsia biasanya meningkat dan dapat mencapai
50 kali permenit, mungkin sebagai respons terhadap hiperkarbia akibat asidemia
laktat serta akibat hipoksia dengan derajat bervariasi. Sianosis dapat dijumpai
pada kasus yang parah. Demam 39°C atau lebih adalah tanda yang buruk karena
dapat merupakan akibat perdarahan susunan saraf pusat.1,2
Edema paru dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Paling tidak terdapat dua
mekanisme penyebab :1). Pneumonitis aspirasi dapat terjadi setelah inhalasi isi lambung apabila kejang
disertai oleh muntah.
2). Gagal jantung yang dapat disebabkan oleh kombinasi hipertensi berat dan
pemberian cairan intravena yang berlebihan.
Pada sebagian wanita dengan eklampsia, kematian mendadak terjadi
bersamaan dengan kejang atau segera sesudahnya akibat perdarahan otak masif.
Perdarahan subletal dapat menyebabkan hemiplegia. Perdarahan otak lebih besar
kemungkinannya pada wanita yang lebih tua dengan hipertensi kronik. Walaupun jarang, perdarahan tersebut mungkin disebabkan oleh ruptur aneurisma beri (berry
aneurysm) atau malformasi arteriovena. Pada sekitar 10 persen wanita, sedikit
banyak terjadi kebutaan setelah serangan kejang. Kebutaan juga dapat timbul
spontan pada preeklampsia paling tidak terdapat dua kausa :
1). Ablasio retina dengan derajat bervariasi
2). Iskemia, infark atau edema lobus oksipitalis
Baik akibat patologi otak atau retina, prognosis untuk pulihnya penglihatan baik
dan biasanya tuntas dalam seminggu.1,2
Konvulsi eklampsia dibagi dalam 4 tingkat, yakni:4
1).Stadium Invasi (tingkat awal atau aura)
Mula-mula gerakan kejang dimulai pada daerah sekitar mulut dan gerakan-
gerakan kecil pada wajah. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak -
mata dan tangan bergetar. Setelah beberapa detik seluruh tubuh menegang dan
kepala berputar ke kanan dan ke kiri. Hal ini berlangsung selama sekitar 30 detik.
2). Stadium kejang tonik
Tanda - tanda kejang tonik ialah seluruh otot badan menjadi kaku, wajah
kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernafasan
berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini
Tingginya kematian ibu dan bayi di negara-negara berkembang
disebabkan oleh karena kurang sempurnanya pengawasan antenatal dan natal,
penderita eklampsia sering dating terlambat sehingga terlambat memperoleh
pengobatan yang tepat dan cepat. Biasanya preeklampsia dan eklampsia murnitidak menyebabkan hipertensi menahun.
4
2.9 Pencegahan
Yang dimaksud dengan pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya
preeklampsia pada perempuan hamil yang mempunyai risiko terjadinya
preeklampsia. Pencegahan dapat dilakukan dengan nonmedikal dan medikal.2,3
Pencegahan dengan nonmedikal ialah pencegahan dengan tidak
memberikan obat. Cara yang paling sederhana adalah dengan melakukan tirah baring. Di Indonesia tirah baring masih diperlukan pada mereka yang mempunyai
risiko tinggi terjadinya preeklampsia meskipun tirah baring tidak terbukti
mencegah terjadinya preeklampsia dan kelahiran preterm. Restriksi garam tidak
terbukti dapat mencegah terjadinya preeklampsia. Sebaiknya diet ditambah
dengan suplemen yang mengandung miyak ikan yang kaya dengan asam lemak
tidak jenuh misalnya Omega 3 dan PUFA ( Poly Unsaturated Fatty Acid );
antioksidan seperti vitamin C, vitamin E, beta karoten, CoQ10, N-Asetilsistein,
dan asam lipoik; elemen logam berat seperti zinc, magnesium, dan kalsium.2,3
Pencegahan dengan medikal dilakukan dengan pemberian obat meskipun
belum ada bukti yang kuat dan sahih. Pemberian diuretic tidak terbukti mencegah
terjadinya preeklampsia bahkan dapat memperberat hipovolemia. Antihipertensi
tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia. Pemberian kalsium 1500 - 2000
mg/hari dapat dipakai sebagai suplemen pada risiko tinggi terjadinya
preeklampsia. Selain itu dapat juga diberikan Zinc 200 mg/hari, magnesium 365
mg/hari. Obat antitrombotik yang dianggap dapat mencegah preeklampsia adalah
aspirin dosis rendah yaitu dibawah 100 mg/hari atau dipiridamole. Dapat juga
diberikan obat-obat antioksidan lain seperti Vitamin C, Vitamin E, beta karoten,
Terapi magnesium sulfat lebih baik daripada fenitoin dalam mencegah
kejang eklampsia. Sepuluh diantara 1089 wanita yang secara acak mendapatkan
fenitoin mengalami kejang eklampsia. Tidak terjadi kejang pada 1049 wanita
yang mendapat magnesium sulfat. Tidak terdapat perbedaan bermakna dalamsemua faktor risiko untuk eklampsia antara kedua kelompok wanita yang doteliti
tersebut. Wanita yang mendapat fenitoin mengalami eklampsia walaupun kadar
obat dalam serum sudah dalam rentang terapeutik (10-25 µg/mL).1
2.10Komplikasi
Proteinuria hampir selalu didapatkan, produksi urin berkurang, bahkan kadang ±
kadang sampai anuria dan pada umumnya terdapat hemoglobinuria. Setelah
persalinan urin output akan meningkat dan ini merupakan tanda awal perbaikankondisi penderita. Proteinuria dan edema menghilang dalam waktu beberapa hari
sampai 2 minggu setelah persalinan. Apabila keadaan hipertensi menetap setelah
persalinan maka hal ini merupakan akibat penyakit vaskuler kronis.
Edema pulmo dapat terjadi setelah kejang eklampsia. Hal ini dapat terjadi
karena pneumonia aspirasi dari isi lambung yang masuk ke dalam saluran nafas
yang disebabkan penderita muntah saat kejang. Selain itu dapat pula karena
penderita mengalami dekompensasio kordis, sebagai akibat hipertensi berat dan
pemberian cairan yang berlebihan.
Pada beberapa kasus eklampsia, kematian mendadak dapat terjadi
bersamaan atau beberapa saat setelah kejang sebagai akibat perdarahan otak yang
masif. Apabilaperdarahan otak tersebut tidak fatal maka penderita dapat
mengalami hemiplegia. Perdarahan otak lebih sering didapatkan pada wanita usia
lebih tua dengan riwayat hipertensi kronis. Pada kasus yang jarang perdarahan
otak dapat disebabkan pecahnya aneurisma Berry atau arterio venous
malformation.
Pada kira ± kira10 % kasus, kejang eklampsia dapatdiikuti dengan
kebutaandengan variasi tingkatannya. Kebutaan jarang terjadi pada pre eklampsia.
Penyebab kebutaan ini adalah terlepasnya perlekatan retina atau terjadinya
iskemia atau edema pada lobus oksipitalis. Prognosis penderita untuk dapat