TINJAUAN PUSTAKA I. Pendahuluan Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif ke 2 paling sering dijumpai setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson pertama dikenalkan oleh James Parkinson pada tahun 1817, sebagai ”shaking palsy” dan dinamakan ”paralisis agitans” oleh Marshall Hall pada tahun 1841 1,2,3,4 . Penyakit Parkinson mengenai sekitar 1% dari kelompok usia 55 tahun dan sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih dari 70 tahun. Mulanya penyakit lebih sering pada usia diantara 50 -59 tahun, dan jarang bermula sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 80 tahun. 5,6 Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang kronik, progresif dari sistem saraf dengan gejala utama rigiditas, akinesia, bradikinesia, tremor dan instabilitas postural. 3,7,8 . Pada Penyakit Parkinson dapat terjadi gangguan lain (impairment) akibat dari kombinasi gejala utama yaitu gangguan gerak dan gait, masked face, gangguan kognitif dan persepsi, gangguan komunikasi, kesulitan menelan, disfungsi autonomik. Gangguan gerak pada Penyakit Parkinson akan menimbulkan disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari terutama aktivitas yang memerlukan keterampilan dan koordinasi motorik halus dan kasar. II. Epidemiologi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
TINJAUAN PUSTAKA
I. Pendahuluan
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif ke 2 paling sering dijumpai
setelah penyakit Alzheimer. Penyakit Parkinson pertama dikenalkan oleh James Parkinson pada
tahun 1817, sebagai ”shaking palsy” dan dinamakan ”paralisis agitans” oleh Marshall Hall pada
tahun 18411,2,3,4. Penyakit Parkinson mengenai sekitar 1% dari kelompok usia 55 tahun dan
sekitar 2% dari mereka yang berusia lebih dari 70 tahun. Mulanya penyakit lebih sering pada
usia diantara 50 -59 tahun, dan jarang bermula sebelum usia 30 tahun atau setelah usia 80 tahun. 5,6
Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif yang kronik, progresif dari
sistem saraf dengan gejala utama rigiditas, akinesia, bradikinesia, tremor dan instabilitas
postural.3,7,8. Pada Penyakit Parkinson dapat terjadi gangguan lain (impairment) akibat dari
kombinasi gejala utama yaitu gangguan gerak dan gait, masked face, gangguan kognitif dan
persepsi, gangguan komunikasi, kesulitan menelan, disfungsi autonomik. Gangguan gerak pada
Penyakit Parkinson akan menimbulkan disabilitas dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-
hari terutama aktivitas yang memerlukan keterampilan dan koordinasi motorik halus dan kasar.
II. Epidemiologi
Penyakit Parkinson adalah salah satu penyakit neurodegeneratif yang paling banyak
dialami pada umur lanjut dan jarang terjadi dibawah umur 30 tahun. Biasanya mulai timbul pada
usia 40-70 tahun dan mencapai puncak pada dekade ke-6.
Penyakit Parkinson lebih banyak pada pria dengan ratio pria dibandingkan wanita
3:2. Penyakit Parkinson meliputi lebih dari 80% Parkinsonism. Di Amerika Utara meliputi 1 juta
penderita atau 1% dari populasi berusia lebih dari 65 tahun. Penyakit Parkinson mempunyai
prevalensi 160 per 100.000 populasi, dan angka kejadiannya berkisar 20 per 100.000 populasi.
Keduanya meningkat seiring dengan bertambahnya umur. Pada umur 70 tahun prevalensi dapat
mencapai 120 dan angka kejadian 55 kasus per 100.000 populasi per tahun. Kematian biasanya
tidak disebabkan oleh Penyakit Parkinson sendiri tetapi oleh karena terjadinya infeksi sekunder.10
III. DEFINISI
1
Terdapat dua istilah berkaitan yang perlu dibedakan yaitu Penyakit Parkinson dan
Parkinsonism10
Penyakit Parkinson: Adalah bagian dari Parkinsonism yang secara patologis ditandai oleh
degenerasi ganglia basalis terutama di substansia nigra pars kompakta (SNC) yang
disertai adanya inklusi sitoplasmik eosinofilik (Lewy bodies)
Parkinsonism: Adalah suatu sindroma yang ditandai oleh tremor waktu istirahat, rigiditas,
bradikinesia dan hilangnya refleks postural akibat penurunan kadar dopamin dengan
berbagai macam sebab.
IV. ETIOLOGI
Sejauh ini etiologi Penyakit Parkinson tidak diketahui (idiopatik), akan tetapi ada
beberapa faktor resiko (multifaktorial) yang telah diidentifikasi,yaitu:10
a. Usia: meningkat pada usia lanjut dan jarang timbul pada usia dibawah 30 tahun.
b. Rasial: orang kulit putih lebih sering daripada orang Asia dan Afrika.
c. Genetik: diduga ada peranan faktor genetik.
d. Lingkungan:
- Toksin: MPTP,dll.
- Penggunaan herbesida dan pestisida.
- Infeksi.
e. Cedera kranioserebral: peranan cedera kranio serebral masih belum jelas.
f. Status emosional: diduga juga merupakan faktor resiko
V. KLASIFIKASI
Umumnya diagnosis Penyakit Parkinson mudah ditegakkan, namun harus
diusahakan menentukan jenisnya untuk mendapatkan gambaran mengenai penyebab, prognosis,
serta pelaksanaannya Parkinson diklasifikasikan menjadi:10
Nekrosis striatal dan sitopati mitokhondria (mitochondrial cytopathies with
striatal necrosis)
Neuroakantosis
Atrofi familial olivopontoserebelar
Sindroma talamik demensia
Penyakit Wilson
VI. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM EKSTRAPIRAMIDAL
Dalam susunan saraf didapatkan tiga bagian penting yang terlibat di dalam gerakan yaitu
sistem piramidal, sistem ekstrapiramidal, dan serebelum. Adapun inti-inti yang menyusun sistem
ekstrapiramidal adalah:16,20
Korteks motorik tambahan (area 4s), area 6, dan area 8 Korpus striatum (nukleus kaudatus dan putamen) Nukleus lentiformis (putamen dan globus palidus) Nukleus subtalamikus (korpus luysi) Substansia nigra Nukleus ruber dan formasio retikularis Serebelum
Gerakan pertama kali dilakukan melalui sistem piramidal, sedangkan sistem
ekstrapiramidal dan serebelum menjaga agar gerakan berlangsung secara lancar dan
terkoordinasi
Sirkuit ekstrapiramidal dapat dikelompokkan menjadi sirkuit utama atau prinsipal dan
tiga sirkuit penunjang atau asesorik:16
4
Sirkuit striatal utama meliputi korteks serebri-striatum (nukelus kaudatus dan putamen)-
globus palidus-talamus-korteks area 4 dan 6
Sirkuit asesorik pertama menghubungkan striatum-globus palidus-talamus-striatum
Sirkuit asesorik kedua menghubungkan globus palidus-nukleus subtalamikus-globus
palidus
Sirkuit asesorik ketiga menghubungkan striatum-substansia nigra-striatum
Sirkuit striatal utama dan asesorik terintegrasi dalam susunan sensorik dan motorik.
Selain sirkuit tersebut diatas masih ada sirkuit lain, yaitu sirkuit korteks-nuklei pontis-serebelum
kontralateral-nukleus ruber homolateral-nukleus ventralis talamus-korteks, dan sirkuit nukleus
olivantis inferior-serebelum-nukleus ruber-nukleus olivantis inferior. Pada lintasan ini serebelum
secara fungsional merupakan feedback yang bertujuan mengendalikan gerakan selama gerakan
tersebut masih berlangsung, yaitu melalui impuls dari serebelum menuju nukleus ventrolateral
talamus dan dipancarkan ke korteks piramidal dan ekstrapiramidal. Bila mekanisme feedback ini
terganggu oleh karena putusnya sirkuit serebelum-korteks piramidal dan ekstrapiramidal akan
terjadi kecanggungan gerakan misalnya ataksia, diskinesia, dan tremor saat bergerak.
Kerusakan substansia nigra menyebabkan globus palidus kehilangan kelola, sehingga
akan mengeluarkan impuls abnormal yang tidak menginhibisi terhadap siatem piramidal dan
ekstrapiramidal, sehingga dapat timbul kelainan tremor saat istirahat.
Kerusakan substansia nigra dan nukleus kaudatus akan terjadi gerakan spontan yang sulit
terkendali (gerakan involunter) yang dikenal dengan khorea atau atetosis. Sedangkan bila
nukleus subtalamikus yang rusak akan menimbulkan balismus.
Terdapat juga lintasan dari korteks ekstrapiramidal yang langsung menuju ke formasio
retikularis batang otak dimana terdapat jaras-jaras retikulospinal yang multisinaptik. Impuls
tersebut akan disampaikan ke pusat inhibisi di bagian ventral medula oblongata yang juga
berhubungan dengan serebelum. Sebaiknya bagian dorsal batang otak sampai pertengahan
medula oblongata mempunyai pusat eksitasi, inti-inti yang menggalakkan pusat eksitasi tersebut
adalah nukleus vestibularis dan nukleus kaudatus. Jadi pengaruh jaras retikulospinal dapat
bersifat inhibisi dan eksitasi yang mempengaruhi gerakan. Jika jaras yang menghubungkan
korteks ekstrapiramidal dengan pusat inhibisi terputus, maka pusat eksitasi akan lebih aktif dan
mengakibatkan peninggian tonus, kekakuan ini disebut rigiditas.16
5
VII. PATOGENESIS
Patogenesis Penyakit Parkinson dapat dijelaskan dengan dua pendekatan, yaitu
berdasarkan perubahan keseimbangan saraf dopaminergik dengan saraf kolinergik dan
perubahan keseimbangan jalur direct (inhibisi) dan jalur indirect (eksitasi).4
1. Teori keseimbangan saraf dopaminergik dan saraf kolinergik.
Selain menerima persarafan dopaminergik dari Substansia Nigra, striatum juga
dipersarafi oleh saraf kolinergik dengan asetilkolin sebagai neurotransmiternya. Keluaran
(output) dari striatum yang akan mempengaruhi fungsi motorik korteks ditentukan oleh
keseimbangan kegiatan kedua saraf tersebut.
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik meningkat dan atau kegiatan saraf kolinergik
menurun, maka saraf dopaminergik akan dominan pengaruhnya terhadap out put striatum
dengan akibat timbulnya gejala hiperkinesia
Bilamana kegiatan saraf dopaminergik mnurun dan atau kegiatan saraf kolinergik
meningkat maka terjadi dominasi saraf kolinergik dengan akibat timbulnya hipokinesia
(Sindrom Parkinson).
2. Teori ketidakseimbangan jalur langsung dan jalur tidak langsung.
6
Baik jalur langsung maupun tidak langsung pada akhirnya akan bermuara pada Globus
Palidus internus (GPi) atau Substansia Nigra (SNr) dan selanjutnya keluaran (output)nya
menuju talamus dan kemudian ke korteks motorik.
Bilamana masukan dari jalur langsung seimbang dengan masukan dari jalur tidak
langsung maka tidak akan terjadi kelainan gerakan motorik oleh karena output dari Gpi
atau SNr normal. Tetapi bila terjadi hiperaktifitas jalur tidak langsung maka output dari
Gpi atau SNr ke arah talamokorteks akan menurun dan timbul gejala hiperkinesia.
Sebaliknya, bila terjadi hipoaktifitas jalur langsung maka output GPi atau SNr akan
meningkat dan timbul gejala hipokinesia.
Normal Parkinson
3. Degenerasi substansia nigra
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa penyebab utama penyakit parkinson adalah
proses degenerasi dari kelompok inti di Substansia Nigra (SN)
Ada dua macam atau bentuk kematian sel neuron otak, yaitu: apoptosis dan nekrosis.
Kedua bentuk kematian sel neuron otak tersebut dapat terjadi lewat tiga mekanisme
utama yang dpat bekerja sama atau berlangsung sendiri-sendiri, yaitu:
Gangguan metabolisme neuron
7
Gangguan metabolisme neuron dapat mengakibatkan fungsi mitokondria
terganggu dalam pembentukan energi sel (ATP), sehingga kegagalan ini akan
mengakibatkan fungsi penyangga Ca intraseluler menurun atau hilang dan terjadi
pembentukan radikal bebas dari oksigen dan nitrogen dan menuntun terjadinya
oxidative stress. Baik kegagalan pembentukan energi maupun peningkatan
pembentukan radikal bebas dapat merupakan proses exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity
Mekanisme exitotoxicity ini akan menimbulkan pelepasan glutamat secara
berlebihan dan rangsangan terhadap reseptor N-methyl d-aspartat (NMDA)
meningkat yang akan mengakibatkan bertambahnya influks Ca.
Kenaikan ca intraseluler terutama di mitokondria akan mengganggu proses
pembentukan energi dan juga akan meningkatkan pembentukan radikal bebas dari
oksigen dan nitrogen sehingga akan menyebabkan oxidative stress
Mekanisme oxidatif stress
Oxidative stress timbul sebagai respon terhadap bahan radikal bebas derivat