Top Banner
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan air tanah merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung produktivitas pertanian. Dalam suatu pengolahan lahan pertanian kebutuhan air tanah dari tiap tanaman secara umum berbeda – beda mulai dari tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Oleh karena itu kita perlu mengetahui kandungan air tanah suatu lahan, agar lahan yang digunakan dapat berjalan maksimal dalam mendukung produktivitas pertanian, jangan sampai lahan yang digunakan kekurangan air tanah atau tanahnya jenuh yang akan mengurangi produktivitas pertanian. Dalam mengukur pendugaan air tanah ada beberapa aspek yang harus diukur atau diperkirakan mulai dari lahan, tekstur tanah,sturktur tanah, kedalaman tanah, kapasitas lapang, titik layu permanen, distribusi hujan daerah tersebut, temperature dan lain sebagainya.Jadi dalam pendugaan kandungan air tanah harus dikuru dulu beberapa aspek jangan sampai lahan yang nanti akan kita tanami lahanya memiliki beberapa masalah seperti kandungan air tanahnya yang sudah jenuh atau sudah berada dalam kondisis titik layu permanen. Oleh karena banyak unsur – unsur lahan yang harus diukur terlebih dahulu, selain unsur – unsur lahan yang harus diukur
25

lapak tekir 2

Oct 28, 2015

Download

Documents

Taff Tafsir

Teknik Irigasi
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: lapak tekir 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketersediaan air tanah merupakan salah satu faktor yang penting dalam

mendukung produktivitas pertanian. Dalam suatu pengolahan lahan pertanian

kebutuhan air tanah dari tiap tanaman secara umum berbeda – beda mulai dari

tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Oleh karena itu kita

perlu mengetahui kandungan air tanah suatu lahan, agar lahan yang digunakan

dapat berjalan maksimal dalam mendukung produktivitas pertanian, jangan

sampai lahan yang digunakan kekurangan air tanah atau tanahnya jenuh yang akan

mengurangi produktivitas pertanian.

Dalam mengukur pendugaan air tanah ada beberapa aspek yang harus diukur

atau diperkirakan mulai dari lahan, tekstur tanah,sturktur tanah, kedalaman tanah,

kapasitas lapang, titik layu permanen, distribusi hujan daerah tersebut,

temperature dan lain sebagainya.Jadi dalam pendugaan kandungan air tanah harus

dikuru dulu beberapa aspek jangan sampai lahan yang nanti akan kita tanami

lahanya memiliki beberapa masalah seperti kandungan air tanahnya yang sudah

jenuh atau sudah berada dalam kondisis titik layu permanen. Oleh karena banyak

unsur – unsur lahan yang harus diukur terlebih dahulu, selain unsur – unsur lahan

yang harus diukur kita juga harus mengukur kelembaban tanah agar dapat

mengetahui dengan perbandingnya nanti dengan massa air yang diberikan. Setelah

mengukur faktor – faktor tadi maka pendugaan kandungan air tanah dapat terukur

dan tanaman dapat berproduksi secara maksimal.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan pengukuran kandungan air

tanah dengan menggunakan metode volumetrik dan gravimetrik.

b. Mahasiswa diharapkan mampu mengetahui fungsi pengukuran kandungan

air tanah.

Page 2: lapak tekir 2

1.3 Peralatan yang Digunakan

Alat

Pot

Timbangan

Penggaris

Cangkul

Bahan

Tanah

Air

1.4 Pelaksanaan Praktikum

1. Menentukan berat tanah kering udara

Mengukur diameter dan tinggi pot untuk mengetahui volume tanah

yang dapat ditampung.

Menimbang pot saja ( berat pot ).

Masukan tanah ke dalam pot hingga mencapai ketinggian tertentu.

Timbang pot beserta tanah di dalamnya ( berat total ).

Hitung berat tanah kering di udara BKTU ( berat total – berat pot ).

Hitung volume tanah dalam pot.

2. Menentukan kapasitas lapang tanah

Siapkan air dalam jumlah tertentu antara 3 – 5 L.

Tanah yang berada dalam pot kemudian disiram hingga terlihat air

menggenang.

Ukur volume air yang menetes pada alat pot setelah tampak tidak ada

air yang menetes pada alas pot.

Timbang pot beserta tanah setelah tampak tidak ada air yang menetes

pada alat pot.

3. Menghitung kelembaban tanah berbasis volume

4. Menghitung Kelembaban tanah berbasis massa

Page 3: lapak tekir 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstur Tanah

Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir

tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir

tersebut adalah pasir, debu dan liat. Gabungan dari ketiga fraksi tersebut

dinyatakan dalam persen dan disebut sebagai kelas tekstur. Pada umumnya tanah

asli merupaka campuran dari butiran-butiran yang mempunyai ukuran yang

berbeda-beda (Braja 1993).

Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah

dikelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan

liat. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil

sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat

mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan

menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno 1995).

Dalam sistem klasifikasi tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas

dasar komponen utama yang dikandungnya, misalnya lempung berpasir (sandy

clay), lempung berlanau (silty clay), dan seterusnya (Braja 1993).

Sifat fisik dan kesuburan tanah sanggat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Dari

segi fisis tanah, tekstur berperan pada struktur, rumah tangga, air dan udara serta

suhu tanah. Dalam segi kesuburan, tekstur memegang peranan penting dalam

pertukaran ion, sifat penyangga, kejenuhan basa dan sebagainya. Fraksi liat

merupakan fraksi yang paling aktif sedangkan kedua fraksi yang lain disebut

kurang aktif (Haridjadja 1980). Braja (1993) menyatakan bahwa kelas tekstur

dapat ditetapkan dengan menggunakan diagram segi tiga tekstur menurut USDA

dalam Gambar 1. Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang

meliputi :

a. Pasir : butiran dengan diameter 2.0 s.d. 0.05 mm

b. Debu : butiran dengan diameter 0.05 s.d. 0.002 mm

c. Liat : butiran dengan diameter lebih kecil dari 0.002 mm

Page 4: lapak tekir 2

Gambar 1. Diagram segitiga tekstur tanah dan sebaran besaran butiran

Fraksi pasir terdiri dari pecahan-pecahan batu dengan berbagai ukuran dan

bentuk. Butiran-butiran pasir hampir selalu terdiri dari satu macam zat mineral,

terutama kwartz (Wesley 1973). Partikel-partikel pasir memiliki ukuran yang jauh

lebih besar dan memiliki luas permukaan yang kecil (dengan berat yang sama)

dibandingkan dengan partikel-partikel debu dan liat. Oleh karena luas permukaan

pasir adalah kecil, maka peranannya dalam ikut mengatur sifat-sifat kimia tanah

adalah kecil sekali. Disamping itu, disebabkan fraksi pasir itu memiliki luas

permukaan yang kecil, tetapi memiliki ukuran yang besar, maka fungsi utamanya

adalah sebagai penyokong tanah dalam disekelilingnya terdapat partikel debu dan

liat yang lebih aktif. Kecuali terdapat dalam jumlah yang lebih kecil, maka jika

semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, makin banyak ruang pori-pori

diantara partikel tanah semakin dapat memperlancar gerakan udara dan air

(Hakim 1986) diacu dalam Irfan (2011).

Menurut Wesley (1973), debu merupakan bahan peralihan antara liat dan

pasir halus. Fraksi ini kurang plastis dan lebih mudah ditembus air daripada liat

dan memperlihatkan sifat dilatasi yang tidak terdapat pada liat. Luas pernukaan

debu lebih besar dari luas permukaan pasir per gram, tingkat pelapukan debu dan

pembebasan unsur-unsur hara untuk diserap akar lebih besar dari pasir. Partikel-

partikel debu terasa licin sebagai tepung dan kurang melekat. Tanah yang

mengandung fraksi debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman

Page 5: lapak tekir 2

Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-

beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan debu dan

pasir. Fraksi liat memiliki luas permukaan yang besar. Di dalam tanah molekul-

molekul air mengelilingi partikel-partikel liat berbentuk selaput tipis, sehingga

jumlah liat akan menentukan kapasitas memegang air dalam tanah. Permukaan liat

dapat mengadsorbsi sejumlah unsur-unsur hara dalam tanah. Liat terdiri dari

butiran-butiran yang sanggat kecil dan menunjukkan sifat plastisitas dan kohesi.

Kohesi menunjukkan kenyataan bahwa bagian-bagian bahan itu melekat satu

sama lainnya, sedangkan plastisitas adalah sifat yang memungkinkan bentuk

bahan itu dirubah-rubah tanpa perubahan isi atau tanpa kembali ke bentuk

asalnya, dan tanpa terjadi retakan atau terpecah-pecah (Wesley 1973).

2.2 Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan sifat fisik tanah yang menggambarkan susunan

ruangan partikel-partikel tanah yang bergabung satu dengan yang lain membentuk

agregat dari hasil proses pedogenesis. Struktur tanah berhubungan dengan cara di

mana, partikel pasir, debu dan liat relatif disusun satu sama lain. Di dalam tanah

dengan struktur yang baik, partikel pasir dan debu dipegang bersama pada

agregat-agregat (gumpalan kecil) oleh liat humus dan kalsium. Ruang kosong

yang besar antara agregat (makropori) membentuk sirkulasi air dan udara juga

akar tanaman untuk tumbuh ke bawah pada tanah yang lebih dalam. Sedangkan

ruangan kosong yang kecil ( mikropori) memegang air untuk kebutuhan tanaman.

Idealnya bahwa struktur disebut granular.

Pengaruh struktur dan tekstur tanah terhadap pertumbuhan tanaman terjadi

secara langsugung. Struktur tanah yang remah (ringan) pada umumnya

menghasilkan laju pertumbuhan tanaman pakan dan produksi persatuan waktu

yang lebih tinggi dibandingkan dengan struktur tanah yang padat. Jumlah dan

panjang akar pada tanaman makanan ternak yang tumbuh pada tanah remah

umumnya lebih banyak dibandingkan dengan akar tanaman makanan ternak yang

tumbuh pada tanah berstruktur berat. Hal ini disebabkan perkembangan akar pada

tanah berstruktur ringan/remah lebih cepat per satuan waktu dibandingkan akar

tanaman pada tanah kompak, sebagai akibat mudahnya intersepsi akar pada setiap

Page 6: lapak tekir 2

pori-pori tanah yang memang tersedia banyak pada tanah remah. Selain itu akar

memiliki kesempatan untuk bernafas secara maksimal pada tanah yang berpori,

dibandiangkan pada tanah yang padat. Sebaliknya bagi tanaman makanan ternak

yang tumbuh pada tanah yang bertekstur halus seperti tanah berlempung tinggi,

sulit mengembangkan akarnya karena sulit bagi akar untuk menyebar akibat

rendahnya pori-pori tanah. Akar tanaman akan mengalami kesulitan untuk

menembus struktur tanah yang padat, sehingga perakaran tidak berkembang

dengan baik. Aktifitas akar tanaman dan organisme tanah merupakan salah satu

faktor utama pembentuk agregat tanah.

Kedalaman atau solum, tekstur, dan struktur tanah menentukan besar kecilnya

air limpasan permukaan dan laju penjenuhan tanah oleh air. Pada tanah bersolum

dalam (>90 cm), struktur gembur, dan penutupan lahan rapat, sebagian besar air

hujan terinfiltrasi ke dalam tanah dan hanya sebagian kecil yang menjadi air

limpasan permukaan (longsor). Sebaliknya, pada tanah bersolum dangkal, struktur

padat, dan penutupan lahan kurang rapat, hanya sebagian kecil air hujan yang

terinfiltrasi dan sebagian besar menjadi aliran permukaan (longsor)

Pembentukan Agregat nMenurut Gedroits (1955) ada dua tingkatan pembentuk

agregat tanah, yaitu:

a. Kaogulasi koloid tanah (pengaruh Ca2+) kedalam agregat tanah mikro.

b. Sementasi (pengikat) agregat mikro kedalam agregat makro.

Teori pembentukan tanh berdasarkan flokulasi dapat terjadi pada tanah yang

berada dalam larutan, misal pada tanah yang agregatnya telah dihancurkan oleh

air hujan atau pada tanah sawah. Menurut utomo dan Dexter (1982) menyatakan

bahwa retakan terjadi karena pembengkakan dan pengerutan sebagai akibat dari

pembasahan dan pengeringan yang berperan penting dalam pembentukan agregat.

Dapat diambil kesimpulan bahwa agregat tanah terbentuk sebagai akibat adanya

interaksi dari butiran tunggal, liat, oksioda besi/ almunium dan bahan organik.

Agregat yang baik terbentuk karena flokuasi maupun oleh terjadinya retakan

tanah yang kemudian dimantapkan oleh pengikat (sementasi) yang terjadi secara

kimia atau adanya aktifitas biologi.

Page 7: lapak tekir 2

Macam macam struktur tanah :

1. Struktur tanah berbutir (granular): Agregat yang membulat, biasanya

diameternya tidak lebih dari 2 cm. Umumnya terdapat pada horizon A yang

dalam keadaan lepas disebut “Crumbs” atau Spherical.

2. Kubus (Bloky): Berbentuk jika sumber horizontal sama dengan sumbu

vertikal. Jika sudutnya tajam disebut kubus (angular blocky) dan jika sudutnya

membulat maka disebut kubus membulat (sub angular blocky). Ukuranya

dapat mencapai 10 cm.

3. Lempeng (platy): Bentuknya sumbu horizontal lebih panjang dari sumbu

vertikalnya. Biasanya terjadi pada tanah liat yang baru terjadi secara deposisi

(deposited).

4. Prisma: Bentuknya jika sumbu vertikal lebih panjang dari pada sumbu

horizontal. Jadi agregat terarah pada sumbu vertikal. Seringkali mempunyai 6

sisi dan diameternya mencapai 16 cm. Banyak terdapat pada horizon B tanah

berliat. Jika bentuk puncaknya datar disebut prismatik dan membulat disebut

kolumner.

2.3 Kedalaman Tanah

Kedalaman tanah dalam pengertian pertanian dibatasi bagian atas kulit bumi

yang telah mengalami pelapukan atau adanya aktivitas biologi.  Jika bagian yang

telah mengalami pelapukan adalah dangkal, maka bagian tersebutlah yang dipakai

sebagai batas kedalaman tanah.  Sebaliknya, jika bagian yang telah mengalami

pelapukan sangat dalam, maka tidak semua bahan lapuk tersebut disebut tanah,

melainkan sampai kedalaman tempat terdapat aktivitas biologi.  Pada umumnya

pembahasan tanah dalam bidang pertanian dibatasi pada kedalaman sekitar 2,0 m.

Kedalaman ini jauh berbeda dengan kedalaman tanah di bidang keteknikan, yang

dapat mencapai puluhan meter (Islami dan Utomo, 1995).

Kedalaman tanah berhubungan dengan ketebalan lapisan atas dan lapisan

bawah sampai lapisan batuan induk.  Tanah dangkal merupakan masalah yang

terbesar di dalam manajemen lahan dan perkembangannya.  Tanah dengan

kedalaman dangkal akan membatasi ketersediaan air dan pertumbuhan akar. 

Page 8: lapak tekir 2

Demikian juga, tanah dangkal pada area yang datar dengan permeabilitas rendah

akan mungkin tergenang secara musiman (Baja, 2002).

2.4 Kapasitas Lapang

Kapasitas lapang adalah persentase kelembaban yang ditahan oleh tanah

sesudah terjadinya drainase dan kecepatan gerakan air ke bawah menjadi sangat

lambat. Keadaan ini terjadi 2 - 3 hari sesudah hujan jatuh yaitu bila tanah cukup

mudah ditembus oleh air, textur dan struktur tanahnya uniform dan pori-pori tanah

belum semua terisi oleh air dan temperatur yang cukup tinggi. Kelembaban pada

saat ini berada di antara 5 - 40%. Selama air di dalam tanah masih lebih tinggi

daripada kapasitas lapang maka tanah akan tetap lembab, ini disebabkan air

kapiler selalu dapat mengganti kehilangan air karena proses evaporasi. Bila

kelembaban tanah turun sampai di bawah kapasitas lapang maka air menjadi tidak

mobile. Akar-akar akan membentuk cabang-cabang lebih banyak, pemanjangan

lebih cepat untuk mendapatkan suatu air bagi konsumsinya.

Oleh karena itu akar-akar tanaman yang tumbuh pada tanah-tanah yang

kandungan air di bawah kapasitas lapang akan selalu becabang-cabang dengan

hebat sekali. Kapasitas lapang sangat penting pula artinya karena dapat

menunjukkan kandungan maksimum dari tanah dan dapat menentukan jumlah air

pengairan yang diperlukan untuk membasahi tanah sampai lapisan di bawahnya.

Tergantung dari textur lapisan tanahnya maka untuk menaikkan kelembaban 1

feet tanah kering sampai kapasitas lapang diperlukan air pengairan sebesar 0,5 - 3

inches.

2.5 Titik Layu Permanen

Bila terjadi hujan berat pada suatu daerah maka air hujan akan masuk

kedalam tanah (infiltrasi) melalui pori-pori tanah. Mula-mula yang terisi air adalh

pori mikro. Jika air berlebih (kondisi jenuh air) pori makro-pun akan terisi air.

Akibat gaya grafitasi air pori ini akan terus ditarik kebawah dan jika sudah tidak

ada penambahan air dari atas , sedikit demi sedikit air yang berada pada pori

makro akan dig anti dengan  udara kembali sehingga terjadilah proses

pengatusan.        

Page 9: lapak tekir 2

Peristiwa pengatusan sampai titik optimum (48 jam), kondisi lengas tanah

setelah pengatusan ini dikenal sebagai kapasitas lapang . Pada kondisi kapaitas

lapang ini ditentukan tegangan pada air permukaan mineral air setelah tanah setara

dengan sepertiga bar . Tekanan pada permukaan mineral tanah ini semakin kuat

jika air tana semakin menipis (menyusut).            

Tanaman mampu mengabsorsi air tanah jika tegangan air tanah lebih kecil

dari daya hisap akar , sebaliknya jika tegangan air air tanah lebih besar dari pada

daya absosi air, maka air tidak mampu di absorsi tanaman. Ini berakibat tanaman

kekurangan air yang di tandai kelakuan pada daun-daunnya. Keadaan tertentu di

mana air tanah tidak mampu lagi di absorsi oleh akar tanaman dikenal

sebagai  titik layu permanen.          

Air tersedia bagi tanaman pada kondisi kapasitas lapang sampai sedikit diatas

titik layu permanen atau selisih kadar air antara kapasitas lapang dengan titik layu

permanen disebut dengan air tersedia bagi tanaman. Intensitas dan lama

penyiraman matahari berpengaruh langsung pada laju evaporasi , semakin tinggi

intensitas dan semakin lama penyiraman matahri berakibat evaporasi juga

semakin tinggi. Sehingga kadar air tanah juga semakin menyusut juga. Keadaan

air pada permukaan partikel tanah yang tinggal selaput tipis dan tidak dapat

dimanfaatkan lagi oleh tanaman disebut air higroskopis. Lapisan ini tertahan

sangat kuat oleh pertikel tanah dan tidak menguap dalam keadaan biasa.

Selama perubahnnya, tanaman memerlukan air untuk prose fotosintesa dan

diperlakukan juga media sebagai media transportasi hasil fotosintesa guna

proses  penyusunan organel-organel tanaman itu sendiri  kebutuhan air biasanya

meningkat sesuai dengan aktivitas tanaman dan pertambahan umur tanaman akan

menurun setalah tanaman tua.

Page 10: lapak tekir 2

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Praktikum

Tabel 1. Pengamatan Pendugaan Kandungan Air Tanah

No. Pengamatan Nilai

1. Massa pot saja (g) 123,5 g

2. Diameter pot; d1= diameter atas;

d2= diameter bawah (cm)

d1= 19 cm

d2= 14,5 cm

3. Tinggi pengisian tanah, h (cm) 12 cm

4. Volume tanah pada pot (cm3) =

(( *3,14*h

=[(( *3,14*12]

= 10571,595 cm3

5. Massa pot + tanah (g) 2750 g

6. Berat tanah kering udara (g)

= (5) – (1)

2626,5 g

7. Volume air yang digunakan untuk

menjenuhkan tanah (ml)

4000 ml

8. Volume air yang tersisa pada alas pot

(ml)

2000 ml

9. Massa air yang tersisa pada alas pot (g),

[1ml = 1 g]

2000 g

10. Massa tanah setelah kapasitas lapang

tercapai (g)

3320 g

11. Volume air pada tanah (ml) = (7) – (8) 2000 ml

12. Massa air pada tanah (g), [1g = 1ml] 2000 g

13. Kandungan air tanah basis massa, dalam

% = ((12)/(6))*100%

Jika massa tanah diasumsikan

dengan BTKU

= x 100% = 76,15%

Page 11: lapak tekir 2

Jika yang digunakan massa tanah

setelah kapasitas lapang

= x 100% = 62,568%

14. Kandungan air tanah basis volume,

dalam % = ((11)/(4))*100%= x 100% = 18,918%

Tabel 2. Pengamatan Tekstur Tanah

No. Ciri-ciri tanah Tekstur tanah

1. Kasar jelas; tidak melekat; tidak membentuk bola dan

gulungan

Pasir

2. Kasar jelas; sedikit melekat; membentuk bola mudah

hancur

Pasir berlempung

3. Kasar agak jelas; agak melekat; membentuk bola mudah

hancur

Lempung berpasir

4. Tidak terasa kasar dan licin; agak melekat; membentuk

bola agak teguh

Lempung

5. Terasa licin; agak melekat; membentuk bola agak teguh Lempung berdebu

6. Licin sekali; agak melekat; membentuk bola teguh Debu

7. Agak licin; agak melekat; membentuk bola agak teguh Lempung Berliat

8. Terasa halus; sedikit kasar; agak melekat; membentuk bola

agak teguh

Liat berpasir

9. Halus; agak licin; melekat; membentuk bola teguh Lempung liat berdebu

10. Halus; berat; sedikit kasar; melekat; dapat membentuk bola Liat berpasir

Analisis Tekstur tanah :

Dari pengamatan yang kami lakukan, sampel tanah yang kami gunakan dalam

praktikum memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Terasa halus

2. Sedikit Kasar

3. Agak melekat

Page 12: lapak tekir 2

4. Dapat membentuk bola agak teguh

Berdasarkan tabel pengamatan tekstur tanah diatas, maka sampel tanah yang

kami ambil di lapangan sebagai bahan praktikum memiliki tekstur Liat berpasir.

3.2 Pembahasan

Setelah melaksanakan praktikum pendugaan kandungan air tanah ini terdapat

beberapa hal yang perlu dibahas antara lain pelaksanaan prosedur praktikum,

pengukuran di lapangan, dan hasil perhitungan kandungan air tanah.

Perhitungan kandungan air tanah perlu dilaksanakan untuk mengetahui sifat-

sifat lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur

tanah, kapasitas lapang, titik layu permanen, titik jenuh, air tersedia, dan

penentuan jenis vegetasi. Perlunya mengetahui kandungan air tanah adalah

penting karena berhubungan pula terhadap produktivitas tanaman yang ditanam

pada lahan tersebut.

Air berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi bila

air terlalu banyak, hara-hara yang ada akan hilang tercuci dari lingkungan

perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkut ke

lapisan atas tanah dan kadang-kadang tertimbun dalam jumlah yang dapat

merusak tanaman. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara di dalam

tanah, dan merintangi akar tanaman memperoleh O2. Kemampuan tanah menahan

air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar

mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh

karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah

kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.

Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman. Air ini harus tersedia pada saat tumbuhan memerlukannya.

Kebutuhan air setiap tumbuhan berbeda.

Tanah yang diamati memiliki tekstur liat berpasir karena memiliki ciri-ciri

terasa halus sedikit kasar, agak melekat, dan agak teguh bila dibentuk menjadi

bola. Jenis tanah di jatinangor adalah Latosol. Tanah yang terletak di kampus

Universitas Padjadjaran, Jatinangor merupakan tanah latosol dengan ciri- ciri

terbentuk dari pelapukan induk batuan tufa volkan, biasanya berada di wilayah

Page 13: lapak tekir 2

beriklim basah dengan curah hujan antara 2000- 7000 mm/tahun, tahan terhadap

erosi, dan memiliki produktifitas sedang hingga tinggi. (Jurnal Kultivasi vol. 4(2):

136-140, 2005).

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, tanah jenis ini mudah sekali

mengikat air, karena setiap liter air yang dituangkan hampir tidak menggenang.

Hal ini bisa disebabkan oleh dua hal yaitu kapasitas pegang air yang tinggi

ataupun karena lubang pot yang terlalu banyak sehingga air selalu menetes.

Berdasarkan perhitungan, nilai kandungan air tanah 76,15% berdasarkan basis

massa (gravimetrik) dan 18,9% berdasarkan basis volume (volumetrik).

Tanah latosol adalah tanah yang banyak mengandung zat besi dan

aluminium.Tanah ini sudah sangat tua. Warna tanahnya merah hingga kuning

sehingga sering disebut tanah merah. Tanah latosol mempunyai sifat cepat

mengeras jika tersingkap atau berada di udara terbuka. Tumbuhan yang dapat

hidup di tanah latosol adalah padi, palawija, sayuran, karet, cengkih, kakao, kopi,

dan kelapa sawit.

Page 14: lapak tekir 2

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini, yaitu :

1. Metode volumetrik dan gravimetrik merupakan metode yang digunakan untuk

mengetahui kelembaban dari tanah yang hendak diuji dengan melakukan

perbandingan massa air dengan massa kering padatan pada tanah.

2. Fungsi dari perhitungan kandungan air tanah adalah untuk mengetahui sifat-

sifat lahan yang dapat diukur atau diperkirakan, seperti tekstur tanah, struktur

tanah, kapasitas lapang, titik layu permanen, titik jenuh, air tersedia, dan

penentuan jenis vegetasi.

3. Kelembaban tanah berbasis volume (volumetrik) yang diperoleh yaitu sebesar

76,15%.

4. Kelembaban tanah berbasis massa (gravimetrik) yang diperoleh yaitu sebesar

18,9%.

5. Berdasarkan tabel pengamatan tekstur tanah, maka sampel tanah yang kami

ambil di lapangan sebagai bahan praktikum memiliki tekstur liat berpasir.

6. Jenis tanaman yang layak untuk ditanami pada jenis tanah yang diamati antara

lain karet, cengkeh, kopi, kelapa sawit dan beberapa jenis sayuran.

4.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam pelaksanaan praktikum kali ini, yaitu :

1. Ketika memasukkan sampel tanah ke dalam pot, usahakan tidak disertai akar

atau tanaman lainnya.

2. Dalam proses pengukuran air yang ditampung oleh wadah, lakukan dengan

teliti dan benar agar tidak terjadi kesalahan pengukuran.

Page 15: lapak tekir 2

DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. Terdapat pada http://mbojo.wordpress.com/2007/08/15/segitiga-

tekstur/ diakses pada tanggal 08 Oktober 2012 pukul 20.00 wib

Anonimus. Terdapat pada http:// Repository.ipb.ac.id diakses pada tanggal 08

Oktober 2012 pukul 20.00 wib

Anonimus. Terdapat pada http://bwn123.wordpress.com/2008/09/06/struktur-

tanah/ diakses pada tanggal 08 Oktober 2012 pukul 20.00 wib

Anonimus. Terdapat pada http://bwn123.wordpress.com/2008/09/06/struktur-

tanah/diakses pada tanggal 08 Oktober 2012 pukul 20.00 wib

Bafdal Nurpilihan, dkk. 2012. Modul Praktikum Teknik Irigasi.

Indriani, Y.H. 1993. Pemilihan Tanaman dan Lahan Sesuai Kondisi Lingkungan.

Penebar Swadaya. Jakarta

Page 16: lapak tekir 2

LAMPIRAN

Gambar 1. Pengambilan

sampel tanah

Gambar 3. Tanah yang

telah diberi air

Gambar 2.

Penimbangan ember

Gambar 4.

Penimbangan berat

tanah