Top Banner

of 14

lapak anfisko

Oct 09, 2015

Download

Documents

pitengsapi

lapak anfisko
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM ANALISIS FISIKOKIMIA

    IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN BARBITURAT DAN ANTIBIOTIK

    Disusun Oleh:

    Safitri Yuniasih

    NPM: 260110120002

    LABORATORIUM ANALISIS FISIKOKIMIA

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    JATINANGOR

    2014

  • REAKSI-REAKSI PENDAHULUAN GOLONGAN BARBITURAT DAN

    ANTIBIOTIK

    I. TUJUAN

    IP

    SI

    Mengetahui cara identifikasi senyawa golongan barbiturat dan

    antibiotik

    II. PRINS

    1. Senyawa golongan barbiturat akan membentuk suatu kompleks

    dengan reagensia Parri (larutan kobalt nitrat dalam alkohol) dengan

    syarat zat harus bebas air.

    2. Senyawa golongan antibiotika dapat diidentifikasi dengan pereaksi

    berupa asam pekat dan atau basa pekat.

    III. DATA PENGAMATAN DAN REAK

    3.1 Data Pengamatan Luminal

    NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR

    1.

    Sejumlah sampel

    ditambahkan pereaksi

    Koppayi-Zwikker

    Terbentuk larutan

    berwarna berwarna

    pink yang lama

    kelamaan menguap

    menyisakan endapan

    pink

    2.

    Sejumlah sampel

    ditambahkan pereaksi

    Liebermann

    Terbentuk larutan

    kuning deng

    endapan warna

    orange

  • 3.

    Sampel diletakkan di

    atas kaca objek dan

    ditetesi dengan aseton

    dan air kemudian

    diamati di bawah

    mikroskop.

    Kristal jarum

    memanjang

    (Svehla, 1985)

    3.2 Data Pengamatan Barbital

    NO PERLAKUAN PENGAMATAN GAMBAR

    1.

    Sejumlah sampel

    ditambahkan pereaksi

    Koppayi-Zwikker

    Terbentuk larutan

    berwarna berwarna

    pink yang lama

    kelamaan menguap

    menyisakan endapan

    pink

  • 2.

    Sampel diletakkan di

    atas kaca objek dan

    ditetesi dengan aseton

    dan air kemudian

    diamati di bawah

    mikroskop.

    Kristal kotak-kotak

    seperti batu

    (Fessenden, 1982)

    3.3 Data Pengamatan Amoksisilin

    NO PERLAKUAN HASIL GAMBAR

    1.

    Sampel dipanaskan

    diatas nyala bunsen

    kemudian diamati

    baunya

    Aroma menyengat

    seperti karet

    terbakar

    -

    2.

    Sampel ditempatkan

    diatas pelat tetes

    keudian ditambahkan

    asam sulfat pekat lalu

    diamati flouresensinya

    Larutan berwarna

    dengan am

    yang tidak larut

    kuning terang

    oksisilin

    3.

    Sampel diletakkan di

    atas kaca objek dan

    ditetesi dengan aseton

    dan air kemudian

    diamati di bawah

    Kristal amorf

  • mikroskop.

    (Svela, 1985)

    3.4 Data Pengamatan Kloramfenikol

    NO PERLAKUAN HASIL GAMBAR

    1.

    Sampel dicampurkan

    dengan piridin dan

    NaOH, dipanaskan di

    penangas air dengan

    pengocokan

    Pada saat ditambah

    piridin dan NaOH

    terbentuk larutan

    kuning keruh.

    Kemudian

    dipanaskan terbentuk

    larutan berwarna

    merah

    2.

    Sampel ditempatkan

    diatas pelat tetes

    keudian ditambahkan

    pereaksi Nessler

    Saat ditambahkan

    pereaksi Nessler

    terbentuk larutan

    orange dengan

    endapan orange,

    setelah dipanaskan

    terbentuk larutan

  • cokelat dengan

    endapan cokelat

    jingga

    3.

    Sampel diletakkan di

    atas kaca objek dan

    ditetesi dengan aseton

    dan air kemudian

    diamati di bawah

    mikroskop.

    Kristal amorf

    (Svehla, 1985)

    3.5 Data Pengamatan Tetrasiklin

    NO PERLAKUAN HASIL GAMBAR

    1.

    Sampel dicampurkan

    dengan pereaksi

    Benedict

    Larutan berwarna

    hijau tosca dengan

    endapan kuning

  • 2.

    Sampel ditempatkan

    diatas pelat tetes

    keudian ditambahkan

    formalin dan asam

    sulfat

    Larutan berwarna

    kuning terang

    3.

    Sampel diletakkan di

    atas pelat tetes dan

    diteteskan pereaksi

    Liebermann, kemudian

    amati warna yang

    terbentuk.

    Larutan berwarna

    hijau kehitaman dan

    terbentuk

    gelembung gas

    4.

    Sampel diletakkan di

    atas pelat tetes dan

    diteteskan pereaksi

    Mandelin, kemudian

    amati warna yang

    terbentuk.

    Larutan berwarna

    orange kehitaman

    5.

    Sampel diletakkan di

    atas pelat tetes dan

    diteteskan pereaksi

    Marquis, kemudian

    amati warna yang

    terbentuk.

    Larutan berwarna

    hijau kehitaman

    6.

    Sampel diletakkan di

    atas pelat tetes dan

    diteteskan beberapa

    tetes asam sulfat pekat,

    kemudian amati warna

    yang terbentuk.

    Larutan kuning

    dengan endapan

    orange

  • (Svehla, 1985)

    IV. PEMBAHASAN

    Pada praktikum kali ini dilakukan uji-uji identifikasi senyawa

    golongan barbiturat dan antibiotik. Untuk reaksi pendahuluan

    barbiturat dilakukan reaksi yang melibatkan barbital dan luminal.

    Sedangkan untuk golongan antibiotik dilakukan reaksi yang

    melibatkan amoksisilin, kloramfenikol dan tetrasiklin. Untuk barbiturat

    digunakan prinsip yag menggunakan reagensia parri ( kobal nitrat yang

    dilarutkan dalam alkohol ) yang akan membentuk kompleks warna

    dengan golongan barbiturat dengan syarat zat yang akan diuji harus

    bebas air. Sedangkan untuk golongan antiibiotika dapat diidentifikasi

    dengan pereaksi berupa asam pekat dan atau basa pekat.

    Untuk golongan barbiturat pertama-tama dilakukan uji teradap

    sampel Luminal. Untuk identifikasi yang pertama digunakan reagen

    kopayyi-zwikker yang menghasilkan larutan berwarna pink yang lama

    kelamaan menguap sehingga menyisakan endapan berwarna pink,

    tetapi seharusnya hal ini tidak terjadi. Karena kesalahan praktikan yang

    tidak menambahkan NaOH. Seharusnya pada uji ini dilakukan juga

    penambahan NaOH untuk membedakan antara luminal dan barbital.

    Untuk luminal setelah penambahan NaOH larutan yang berwarna pink

    tadi berubah warna menjadi biru agak kehijauan. Hal ini terjadi karena

    terdapatnya gugus SO2NH yang menyebabkan terjadinya perubahan

    warna yang positif pada reagen Koppayi Zwikker. Sedangkan jika

    tidak ditambahkan NaOH reagen Koppayi Zwikker akan menguap

  • karena mengandung alkohol. Uji yang kedua adalah dengan

    menggunakan pereaksi Liebermann yang menghasilkan larutan kuning

    dengan endapan orange. Warna orange diberikan oleh senyawa yang

    mengandung cincin benzen tersubtitusi tunggal yang tidak bergabung

    dengan gugus karbonit, amida atau C=N-O. Hal ini juga disebabkan

    karena adanya gugus O-alkil yang terikat pada cincin benzen seperti

    pada Luminal. Uji yang ketiga adalah reaksi kristal aseton air, luminal

    yang berbentuk kristal tidak berwarna atau putih yang berbentuk

    polimorphism diletakkan di atas object glass dan dilarutkan dengan

    ditetesi beberapa tetes aseton .setelah ditetesi aseton, sampel larut

    kemudian ditetesi air, maka aseton menguap dan sampel dikembali

    menjadi kristal yang selanjutya diuji dengan menggunakan mikroskop.

    Setelah dilihat dibawah mikroskop terlihat kristal luminal yang

    berbentuk jarum memanjang.

    Untuk golongan barbiturat yang selanjutnya adalah barbital.

    Barbital adalah derivat dari asam barbiturat. Garam natriumnya mudah

    terhidrolisis apalagi jika dipanaskan, misalnya luminal natrium. Untuk

    uji yang pertama barbital diuji dengan reagen Koppayi Zwikker

    menghasilkan larutan berwarna pink yang lama kelamaan menguap

    sehingga menyisakan endapan berwarna pink, tetapi seharusnya hal ini

    tidak terjadi. Karena kesalahan praktikan yang tidak menambahkan

    NaOH. Seharusnya pada uji ini dilakukan juga penambahan NaOH

    untuk membedakan antara luminal dan barbital. Untuk barbital setelah

    penambahan NaOH larutan merah muda menjadi hijau keunguan.

    Sedangkan jika tidak ditambahkan NaOH reagen Koppayi Zwikker

    akan menguap karena mengandung alkohol. Selanjutnya adalah reaksi

    kristal aseton air, barbital diletakkan di atas object glass dan dilarutkan

    dengan ditetesi beberapa tetes aseton. Setelah ditetesi aseton, sampel

    larut kemudian ditetesi air, maka aseton menguap dan sampel

    dikembali menjadi kristal yang selanjutya dilihat dengan menggunakan

  • mikroskop. Setelah dilihat dibawah mikroskop terlihat kristal barbital

    berbentuk kotak-kotak seperti batu.

    Selanjutnya adalah uji pendahuluan untuk golongan antibiotik.

    Uji untuk identifikasi pendahuluan golongan antibiotika adalah

    penambahan dengan asam sulfat pekat karena pada penambahan asam

    sulfat pekat, struktur antibiotik yang tidak begitu stabil akan dipecah

    dan berikatan dengan gugus sulfat dari asam sulfat, sehingga

    menghasilkan warna-warna yang khas dan ketika penambahan air,

    maka air akan menghidrolisis ikatan antara sulfat dengan antibiotik,

    sehingga ketika ikatan ini lepas maka larutan kembali menjadi bening (

    Roth, 1985). Uji pendahuluan ini cukup spesifik terhadap antibiotik-

    antibiotik, kecuali pada kloramfenikol yang tidak menimbulkan warna.

    Untuk sampel yang pertama adalah amoksisilin. Secara organoleptis,

    amoksisilin memiliki bentuk serbuk halus yang berwarna putih agak

    pucat dan memiliki bau yang cukup khas yaitu bau obat yang sangat

    kuat (Svehla, 1985). Amoksisilin dibakar diatas nyala api kemudian

    diamati baunya. Bau yang muncul adalah seperti bau karet terbakar,

    bau ini merupaka bau khas dari amoksisilin. Hal ini terjadi karena pada

    saat pembakaran, amoksisilin melepas zat-zat yang terdiri dari atom

    karbon, nitrogen, dan hidrogen dalam bentuk senyawa gas yang

    menimbulkan bau tersebut (Petrucci, 1992). Uji selanjutnya

    amoksisilin ditambakan dengan asam sulfat pekat diatas pelat tetes

    menghasilkan larutan berwarna kuning terang dengan amoksisilin yang

    tidak larut. Terbentuknya larutan berwarna kuning disebabkan karena

    terbentuknya kompleks antara asam sulfat dengan amoksisilin seingga

    menghasilkan warna yang spesifik. Uji yang ketiga adalah reaksi

    kristal aseton air. Prinsip dari reaksi kristalisasi aseton air yaitu kristal

    dapat terbentuk karena adanya pergeseran kepolaran dari aseton yang

    bersifat non polar ke arah yang lebih polar dengan penambahan air

  • (Roth, 1985). Kristal amoksisilin yang terlihat dibawah mikroskop

    adalah kristal berbentuk amorf.

    Untuk sampel antibiotik yang kedua adalah Kloramfenikol.

    Sampel ditambah dengan NaOH yang merupakan basa pekat yang

    berfungsi sebagai katalis pada reaksi dan menghasilkan warna kuning

    dengan terdapat sedikit endapan, setelah itu ditambah dengan piridin lalu

    dipanaskan, fungsi piridin juga membantu NaOH dalam mempercepat

    terjadinya suatu reaksi. Hasil dari reaksi menggunakan reagen fujiwara

    adalah terbentuknya larutan berwarna merah. Warna merah pada lapisan

    piridin menunjukkan adanya senyawa yang memiliki paling tidak dua

    atom halogen yang terikat pada suatu atom karbon, ini sesuai dengan

    rumus senyawa Kloramfenikol yaitu C11H12Cl12N2O5 yang menunjukkan

    adanya ikatan 2 atom Klor pada Karbon. Uji yang kedua adalah uji

    dengan pereaksi Nessler. Pertama-tama sampel ditambahkan pereaksi

    nessler menghasilkan larutan orange dan endapan orange kemudian

    dipanaskan menghasilkan larutan cokelat dengan endapan cokelat jingga.

    Warna cokelat jingga dihasilkan dari amida alifatik dan tioamida.

    Kemudian uji yang ketiga adalah kristal aseton air. Aseton air merupakan

    pelarut cair yang sesuai dengan kriteria pelarut baik untuk rekristalisasi,

    dimana pelarut ini tidak bereaksi dengan zat padat yang akan di

    rekristalisasi dan merupakan pelarut yang mudah menguap sehingga

    mudah untuk dihilangkan setelah zat padat yang diinginkan telah

    terkristalisasi (Svehla, 1985). Kristal kloramfenikol adalah berbentuk

    amorf.

    Untuk antibiotik selanjutnya adalah tetrasiklin. Tetrasiklin

    merupakan basa yang sukar larut dalam air, tetapi bentuk garam natrium

    atau garam HClnya mudah larut. Dalam keadaan kering, bentuk basa dan

    garam HCl tetrasiklin bersifat relatif stabil. Sifat basa tetrasiklin

    disebabkan oleh adanya radikal dimetilamino yang terdapat didalam

    struktur kimia tetrasiklin, sedangkan sifat asamnya disebabkan oleh

  • adanya radikal hidroksi fenolik, sehingga senyawa ini lebih cenderung

    larut pada asam-asam atau basa-basa pekat yang disebabkan adanya

    proses hidrolisis asam atau basa pekat didalamnya. Untuk uji yang

    pertama adalah uji benedict. Sampel ditambahkan pereaksi benedict

    menghasilkan larutan berwarna hijau tosca dengan endapan berwarna

    kuning. Reagen benedict ini untuk menguji adanya gugus hidroksil pada

    rantai alifatik. Untuk uji yang kedua, sampel ditambahkan dengan

    formalin tetrasiklin dan asam sulfat pekat yang berupa padatan menjadi

    larut pada senyawa formalin dan menghasilkan larutan kuning terang.

    Asam sulfat disini berfungsi sebagai katalis untuk mempercepat

    terjadinya reaksi pembentukan kompleks antara formalin dan tetrasiklin

    yang menghasilkan warna yang spesifik. Uji yang selanjutnya adalah uji

    Liebermann. Sampel ditambahkan dengan pereaksi liebermann

    menghasilkan larutan berwarna hijau kehitaman dan terdapat gelembung

    gas. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks antara

    liebermann dan tetrasiklin. uji yang selanjutnya adalah uji mandellin.

    Sampel yang ditambahkan pereaksi mandellin menghasilkan larutan

    berwarna orange kehitaman. Larutan orange kehitaman ini merupakan

    hasil dari reaksi pembentukan kompleks antara reagen mandelin dengan

    tetrasiklin. uji yang selanjutnya adalah uji marquis. Sampel ditambahkan

    dengan reagen marquis menghasilkan larutan hijau kehitaman.

    Kecenderungan respon terhadap reagen marquis bergerak secara bertahap

    ke panjang gelombang yang lebih jauh melewati warna hijau, jingga dan

    merah yang disebabkan karen rasio gugus C, H dan N meningkat. Uji

    yang selanjutnya adalah dengan asam sulfat pekat menghasilkan larutan

    kuning dengan endapan orange. Menurut literatur yang ada, penambahan

    asam Sulfat ke dalam tetrasiklin menyebabkan timbulnya warna merah

    keunguan (Roth, 1985), sedangkan pada praktikum didapatkan larutan

    warna kuning dengan endapan orange, ini disebabkan adanya pemberian

    padatan tetrasiklin yang berlebihan atau sebalikanya asam pekat yang

    diberikan berlebihan (terlewat jenuh) sehingga dihasilkan larutan warna

  • kuning dengan endapan orange.

    V. KESIMPULAN

    1. Identifikasi golongan barbiturat yaitu luminal dengan pereaksi

    Kopayyi Zwikker, Liebermann dan reaksi kristal aseton air.

    Sedangkan untuk barbital dengan pereaksi Kopayyi Zwikker dan

    reaksi kristal aseton air.

    2. Identifikasi golongan antibiotik yaitu amoksisilin dengan

    menggunakan aroma/bau, asam sulfat dan reaksi kristal aseton air.

    Untuk kloramfenikol dengan menggunakan uji Fujiwara, Nessler

    dan kristal aseton air. Sedangkan untuk tetrasiklin dengan

    menggunakan uji Benedict, formalin-asam sulfat, Liebermann,

    Mandelin, Marquis dan asam sulfat

  • DAFTAR PUSTAKA

    Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1982. Dasar-dasatr Kimia Organik.

    Bina Aksara. Jakarta.

    Petrucci, Ralph H. 1992. General Chemistry. Erlangga. Jakarta.

    Svehla. 1985. Analisis Kualitatif Anorganik Makro dan SemiMikro. Kalman

    Media Pustaka. Jakarta.

    Roth, Hermann J. Dan Gottfried Blaschke. 1985. Analisis Farmasi. Yogyakarta :

    Gadjah Mada University Press.