LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN DAILY ACTIVITY Of Macaca fuscata Disusun oleh Kelompok 2 NUR RAHMATIKA P.P 140410100006 WIWI INDRI ANTI 140410100020 IIS WAHIDAH 140410100021 LENNA LISBETH 140410100025 ANISA SYARA S. 140410100077 AHMAD SAZALI 140410100078 FACHMI AZHAR A. 140410100089 ERRY AZHARI 140410100096 CESILIA TIUR M.S 140410100097
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HEWAN
DAILY ACTIVITY Of Macaca fuscata
Disusun oleh
Kelompok 2
NUR RAHMATIKA P.P 140410100006
WIWI INDRI ANTI 140410100020
IIS WAHIDAH 140410100021
LENNA LISBETH 140410100025
ANISA SYARA S. 140410100077
AHMAD SAZALI 140410100078
FACHMI AZHAR A. 140410100089
ERRY AZHARI 140410100096
CESILIA TIUR M.S 140410100097
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebun binatang bandung merupakan tempat objek wisata alam sekaligus
tempat pelesratrian satwa. Kawasan ini memiliki area yang cukup lias untuk
menampung 1800 ekor satwa dari 220 jenis. Selain memiliki koleksi satwa dari dalam
negeri, kawasan ini juga mempunyai koleksi satwa dari luar negeri. Satwa dari luar
negeri yang dipelihara disini seperti beruang coklat, jaguar, harimau Benggala, unta,
Zebra dan Kera Jepang ( kebunbinatang.org). Kawasan ini mempunyai koleksi satwa
mulai dari aves, reptil , mamalia dan primata. Salah satu primata yang akan diamati
disini ialah kera jepang ( Macaca fuscata ).
Primata merupakan hewan pertama yang berharaga bagi manusia sebagai
hewan kesayangan dan juga tercatat sebagai hewan tertua yang digunakan untuk
subyek penelitian ilmiah. Macaca merupakan genus primata yang paling luas
penyebarannya. Monyet ini dapat ditemukan di Maroko, Algeria, Gibraltar,
Afganistan, India, Cina, Jepang, Filipina, dan seluruh Asia Tenggara kemudian
meluas ke pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya
(Napier dan Napier, 1985).
Monyet Jepang ( Macaca fuscata ) merupakan primata yang hidup
berkelompok. Satu kelompok biasanya terdiri dari 20 hingga 100 ekor yang dibagi
menjadi beberapa subkelompok berdasarkan kekerabatan sejumlah betina
(matrilineal) bersama beberapa pejantan. Secara rata-rata, perbandingan betina dan
jantan adalah 3:1. Di antara monyet betina terdapat hirarki yang ketat. Anak
berkelamin betina mewariskan peran dan kedudukan ibu dalam kelompok.
Sebaliknya, pejantan cenderung hidup berpindah-pindah dari satu kelompok ke
kelompok yang lain (Wilson,2005).
Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui segala aktifitas yang dilakukan
Macaca fuscata (Kera Jepang) di Kebun Binatang Bandung dalam satu hari penuh,
dan untuk mengetahui dominansi aktifitas yang dilakukan sehingga dapat dikaji
pengaruh dari faktor lingkungan dan kondisi kandang terhadap aktifitas Macaca
fuscata(Kera Jepang). Perilaku aktivitas harian yang diamati meliputi makan,
memelihara diri, istirahat, dan sosial (agonistik, seksual, vokalisasi dan interaksi
dengan pengunjung atau hewan lain) melalui metode scan sampling dengan interval
waktu pengamatan 5 menit selama 12 jam terhadap salah satu monyet.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Keunggulan metode scan sampling di banding metode lain untuk pengamatan
Daily Activity.
2. Aktifitas Macaca fuscata yang mendominasi dalam satu hari.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui segala aktifitas yang
dilakukan Macaca fuscata (Kera Jepang) di Kebun Binatang Bandung dalam satu
hari penuh, dan tujuan pengamatan ini adalah untuk mengetahui dominansi
aktifitas yang dilakukan sehingga dapat dikaji pengaruh dari faktor lingkungan
dan kondisi kandang terhadap aktifitas Macaca fuscata(Kera Jepang).
1.4 Metode Penelitian
Pengamatan masing-masing jenis hewan dilakukan dengan pengamatan langsung
secara scan sampling terhadap objek dengan pencatatan aktivitas yang dilakukan
oleh objek pada tiap selang waktu 5 menit selama 12 jam.
1.5 Waktu dan lokasi pengamatan
1 Waktu : 08.00-16.30 WIB
2 Hari, tanggal : Rabu, 5 November 2012
3 Tempat : Kandang Macacca fuscata , Kebun Binatang Bandung
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Primata merupakan hewan pertama yang berharaga bagi manusia sebagai
hewan kesayangan dan juga tercatat sebagai hewan tertua yang digunakan untuk
subyek penelitian ilmiah. Salah satu diantaranya yang sering digunakan dalam
penelitian ilmiah adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dari genus
Macaca (Bennet, 1995). Macaca merupakan genus primata yang paling luas
penyebarannya. Monyet ini dapat ditemukan di Maroko, Algeria, Gibraltar,
Afganistan, India, Cina, Jepang, Filipina, dan seluruh Asia Tenggara kemudian
meluas ke pulau Kalimantan, Sumatera, Jawa, Sulawesi dan pulau-pulau kecil lainnya
(Napier dan Napier, 1985).
Monyet Jepang (Macaca fuscata) adalah salah satu spesies monyet dari
familia Cercopithecidae yang endemik di Jepang. Monyet ini sering disebut Monyet
Salju karena hidup di tengah kawasan bersalju. Ukuran tubuhnya berkisar antara 50-
60 cm, dengan ukuran tubuh terbesar mencapai 1,3 m. Jantan beratnya antara 10 kg
hingga 14 kg, sedangkan betina berukuran tubuh lebih kecil, sekitar 5,5 kg.
Dibandingkan spesies lain dari genus Macaca, monyet Jepang memiliki ekor yang
sangat pendek sekitar 10 cm. Ciri khas monyet Jepang adalah kulit bagian wajah dan
pantat yang berwarna merah. Sebaliknya, kulit kaki dan tangan berwarna hitam
(Groves dkk, 2005).
Klasifikasi Monyet Jepang (Macaca fuscata)
Kerajaan Animalia
Filum Chordata
Kelas Mamalia
Ordo Primata
Famili Cercopithecidae
Genus Macaca
Spesies Macaca fuscata (Blyth, 1875).
Monyet Jepang hidup berkelompok. Satu kelompok terdiri dari 20 hingga 100
ekor yang dibagi menjadi beberapa subkelompok berdasarkan kekerabatan sejumlah
betina (matrilineal) bersama beberapa pejantan. Secara rata-rata, perbandingan betina
dan jantan adalah 3:1. Di antara monyet betina terdapat hirarki yang ketat. Anak
berkelamin betina mewariskan peran dan kedudukan ibu dalam kelompok.
Sebaliknya, pejantan cenderung hidup berpindah-pindah dari satu kelompok ke
kelompok yang lain (Wilson,2005).
Monyet Jepang adalah hewan hewan siang (diurnal) yang hidup di dalam
hutan. Habitatnya di hutan subtropis, hutan subelfin, hutan musim, dan hutan selalu
hijau yang berada di bawah ketinggian 1.500 m. Makanan berupa daun-daunan, biji-
bijian, akar-akaran, tunas pohon, buah-buahan, serangga, buah beri, hewan
invertebrata, jamur, telur burung, kulit pohon, dan serealia. Monyet Jepang sering
berkunjung setiap musim dingin ke Jigokudani, Prefektur Nagano untuk berendam di
pemandian air panas. Selain manusia, monyet Jepang adalah primata satu-satunya
yang hidup di belahan bumi paling utara. Suhu musim dingin di daerah pegunungan
Pulau Honshu bisa jatuh hingga di bawah -15 °C. Kebiasaan monyet Jepang
berendam di pemandian air panas untuk menghangatkan diri sering diliput media
massa (Groves dkk, 2005).
Primata mempunyai perilaku yang lengkap yang digunakan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan anggota kelompok lain. Perilaku komunikasi
ini berkembang karena primata adalah hewan sosial (Rowe, 1996). Jumlah individu
setiap kelompok ditentukan oleh predator, pertahanan terhadap sumber makanan, dan
efisiensi dalam aktivitas mencari makan (McFarlan, 1993).
Perilaku adalah kebiasaan–kebiasaan satwa liar dalam aktivitas hariannya
seperti sifat kelompok, waktu aktif, wilayah pergerakan, cara mencari makan, cara
membuat sarang, hubungan sosial, tingkah laku bersuara, interaksi dengan spesies
lainnya, cara kawin dan melahirkan anak. Wilayah jelajah (homerange) merupakan
daerah yang dikunjungi satwaliar secara tetap karena dapat mensuplai pakan,
minuman serta mempunyai fungsi sebagai tempat berlindung, bersembunyi, tempat
tidur dan tempat kawin. kawin. Daerah jelajah adalah suatu daerah dimana satwa
tertentu pernah dilihat dan bergerak pindah dalam kurun waktu tertentu. Jelajah
harian adalah jarak yang ditempuh monyet ekor panjang, sejak meninggalkan sarang
tidur (pagi) sampai kembali ke sarang tidur (sore) dalam sehari. Teritori adalah
tempat yang khas yang selalu dipertahankan dengan aktif misalnya tempat tidur untuk
primata, tempat beristirahat untuk binatang pengerat dan tempat bersarang untuk
burung (Alikodra 1990).
Beberapa pola perilaku dapat terorganisir dalam satu sistem perilaku. Scott
(1972) mendefinisikan suatu system perilaku sebagai kumpulan pola perilaku yang
mempunayai fungsi umum yang sama. Selanjutnya Scott (1972) mengemukakan juga
bahwa terdapat sembilan system perilaku satwa, yaitu:
- Perilaku makan dan minum (ingestif)
- Perilaku mencari tempat berlindung (shelter seeking)
- Perilaku yang berhubungan dengan konflik antar satwa (agonistik)
- Perilaku seksual
- Perilaku perlindungan induk terhadap anaknya (epimeletik)
- Perilaku membuang kotoran (eliminatif)
- Perilaku untuk meminta perlindungan induknya (et-epimeletik)
- Perilaku meniru sesamanya (allelomenetik)
- Perilaku memeriksa lingkungannya (investigatif)
1. Perilaku Makan
Aktivitas makan atau foraging merupakan aktivitas mencari makan
dan memegang makanan. Urutan pada aktivitas makan, dimulai dengan
mencium pakan terlebih dahulu, kemudian digigit dengan mulut atau
mengambil pakan yang telah digigit dengan satu atau kedua tangannya.
(Asnawi, 1991). Penciuman merupakan detektor utama dalam mencari pakan
oleh seekor hewan. Sutardi (1980) menambahkan bahwa pada saat memilih
pakan, seekor hewan dengan nalurinya akan memilih bahan pakan yang tinggi
nilai gizinya, tidak membahayakan kesehatannya, juga memiliki bau dan cita
rasa yang sesuai dengan seleranya.
Selain manusia dan rakun, monyet Jepang adalah satu-satunya hewan
yang mencuci makanannya sebelum dimakan. Hasil penelitian juga
mengungkap kelompok monyet Jepang yang hidup terpisah beberapa ratus
kilometer memiliki tinggi nada suara yang berbeda seperti halnya dialek
dalam bahasa manusia. Teriakan monyet Pulau Yakushima (Macaca fuscata
yakui) memiliki nada sekitar 110 hertz lebih tinggi dibanding suara monyet
yang dibawa ke Prefektur Aichi ( Hanya,2003 ).
Ekornya yang panjang hingga melebihi panjang tubuhnya,
dimanfaatkan Macaca fascicularis sebagai alat keseimbangan serta
mendukung aktivitas pada saat mencari makan di cabang pohon yang kecil
(Crockett & Wilson, 1980).
Secara umum Macaca fuscata memiliki kecenderungan untuk
menguasai makanan sebanyak-banyaknya walaupun tidak mampu
menghabiskan semuanya. Banyaknya makanan yang dikumpulkan
berhubungan dengan keinginannya untuk dapat menunjukkan kekuatannya
terhadap individu lain. Seringkali hal ini yang memicu terjadinya perkelahian.
Bila ada makanan yang lebih disukai maka Macaca akan meninggalkan
makanan sebelumnya (Putra et al., 2000).
Di lingkungan alaminya, monyet jepang bersifat frugivor dengan
makanan utamanya berupa buah. Kriteria buah yang dipilih oleh monyet
biasanya dilihat berdasarkan warna, bau, berat buah, dan kandungan nutrisi.
Selain buah, jenis makanan yang biasa dikonsumsi Macaca adalah daun,
umbi, bunga, biji, dan serangga (Putra et al., 2000).
Monyet jepang biasanya mengambil makanan dengan kedua
tangannya atau langsung menggunakan giginya .Dalam keadaan tergesa-gesa
biasanya monyet ini akan memasukkan makanan ke dalam kantong pipi.
Apabila keadaan sudah aman, maka makanan akan dikeluarkan kembali untuk
dikunyah dan ditelan (Putra et al., 2000).
Beberapa penelitian menunjukkan bukti bahwa monyet jepang yang
aktif dalam mencari makan dapat berenang (Anonim1, 2011) dengan baik
untuk mencari siput dan sumber makanan dibawah air lainnya. Mereka biasa
mengumpulkan makan dalam jumlah yang banyak dan dapat mencari makan
dimana saja. Sebagai hewan perenang yang baik, mereka juga memahami
tanda-tanda air pasang ketika mencari makan diperairan laut ataupun pantai.
Secara naluriah, sang pemimpin kelompok akan memperingatkan yang
lainnya untuk meninggalkan tempat tersebut yang dianggap berbahaya.
2. Perilaku Istirahat
Berdasakan pola aktivitasnya, Macaca fuscata digolongkan menjadi
primata yang diurnal (aktif pada siang hari). Dan pada umunya akan beristirat
pada tengah hari ataupun tengah malam (Rowe, 1996).
Macaca tidur pada malam hari diatas pohon, ada yang membuat sarang
ada pula yang tidak. Dapat diketahui bahwa ada individu yang tidur diatas
pohon yang tinggi dan yang tidak ditumbuhi liana (Nursahid, 1996). Keadaan
pohon tempat tidur berhubungan dengan aktivitas makan dan pertahanan
hidup terhadap musuh alami berupa predator, parasit, dan penyakit
(Kartikasari, 1986).
3. Perilaku Kawin
Macaca betina umumnya menunjukkan perubahan-perubahan perilaku
yang berkaitan dengan perubahan fisologis selama estrus. Betina sering
menunjukkan ketanggapan atau kesediaan seks terhadap hewan jantan.
Ketanggapan seks (reseptivitas) adalah kesediaan betina untuk mngadakan
kopulasi. Kesediaan seks (proseptivitas) adalah semua perilaku yang
dilakukan betina untuk memulai interaksi seks (Galdikas, 1986).
Betina biasanya memberikan tanda undangan seksual kepada jantan
dengan memperlihatkan pantat pada hewan lain dan mengangkat ekornya.
Mungkin menambahi sikap ini dengan berjongkok sedikit, melihat ke
belakang dan vocaizing. Tetapi hal ini juga dapat diberikan antara binatang
dengan jenis kelamin yang sama (Chalmers, 1979).
Betina pada beberapa monyet dunia lama dan kera melakukan
pendekatan yang ditujukan untuk pejantan dewasa. Kopulasi biasanya terjadi
dengan posisi ventro-dorsal. Yaitu primata jantan menaiki primata betina dari
bagian punggung. Betina tetap berdiri, berbaring atau meringkuk, tergantunng
pada spesiesnya dan keduanya mempertahankan posisi tersebut posisi tersebut
sampai terjadi intromisi (Chalmers, 1979).
4. Perilaku Grooming
Menurut Kartikasari (1986), grooming adalah kegiatan merawat dan
mencari kutu yang merupakan perilaku sosial yang umum dilakukan oleh
kelompok primata.
Grooming dilakukan dengan menggunakan kedua tangannya untuk
mengambil, menggosok, menyisir, dan mencari kutu di semua rambutnya.
Prosimian mempunyai cara grooming yang khas yaitu dengan menggunakan
giginya yang seperti sisir, sedangkan primata lainnya kebanyakan
menggunakan tangan. Ada dua macam cara grooming yaitu allogrooming
yang dilakukan dengan hewan lainnya, dan autogrooming yang dilakukan
sendiri (Chalmers, 1979).
Sepanjang musim kawin, betina melakukan kopulasi dengan rata-rata
10 pejantan. Walaupun demikian, hanya sepertiga dari 10 pejantan yang
berhasil ejakulasi. Betina hanya bunting selama musim kawin, walaupun
hubungan antara jantan-betina terus berlangsung sepanjang tahun. Masa
bunting adalah 173 hari, bayi yang dilahirkan hanya satu ekor. Berat bayi
ketika dilahirkan sekitar 500 gram. Usia harapan hidup monyet Jepang rata-
rata 30 tahun (Wilson, 2005).
5. Perilaku Bermain (Playing)
Selama tahun pertama dan kedua, bayi dari beberapa monyet dunia
lama sering membentuk kelompok bermain. Seiring dengan peningkatan usia,
bayi jantan mempunyai lebih banyak bagian permainan dalam kelompok
bermain ini daripada betina. Bayi betina cenderung menghabiskan waktu
mereka dengan ibu mereka, betina dewasa yang lain atau bayi baru yang lain
(Chalmers, 1979).
Perbedaan kondisi yang dialami Macaca di tempat penangkaran dengan
habitat aslinya menyebabkan pola hidup dan tingkah laku satwa akan mengalami
perubahan. Akibat perubahan ini maka akan mempengaruhi kondisi tubuh Macaca
sehingga dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, yang selanjutnya diperlukan
perhatian lebih di dalam perawatan Macaca yaitu penanganan terhadap penyakit,
sanitasi kandang dan pemberian pakan yang bergizi (Brown, 1983).
BAB III
METODELOGI
3.1. Metode Umum
Metode umum dalam aktivitas harian primata, diantaranya Simple Probability
Sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang sama bagi
setiap individu dalam populasi Macaca fuscata, tanpa memperhatikan umur maupun
jenis kelaminnya karena populasi dianggap homogen. Juga terdapat metode ad
libitum yang mana individu diamati per aktivitas, kemudian metode scan sampling
merupakan metode yang mengikuti atau mengamati salah satu individu dalam suatu
kelompok pada setiap interval waktu tertentu.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah alat tulis, worksheet, camera digital dan stopwatch. Bahan penelitian adalah Macaca fuscata (kera jepang).
3.3. Metode Kumpulan Data
Metode yang digunakan dalam pengamatan ini adalah scan sampling. Scan
sampling dilakukan dengan mengikuti salah satu individu dalam suatu kelompok
pada setiap interval waktu tertentu. Pengamat mengamati setiap perilaku dalam
interval waktu 5 menit selama kurang lebih 12 jam . Adapun perilaku yang diamati
adalah aktivitas makan (feeding), Istirahat (Immobile), Grooming, Lain-lain
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada daily activity ini
adalah scan sampling, yaitu metode dengan pengamatan suatu individu
dengan interval waktu lima menit tanpa jeda antar titik sampelnya.
3.3.2 Prosedur
Prosedur yang digunakan dalam daily activity hewan yang dilakukan
adalah pertama-tama kita memilih primata yang akan diamati perilakunya ,
setelah itu amati setiap pergerakan maupun tingkah laku hewan tersebut setiap
lima menit dan setiap pergerakan yang dilakukan hewan tersebut pada menit
ke-1 dan menit ke-5 dicatat dalam tabel pengamatan yang berisi istirahat ,
bergerak , makan dan aktivitas lainnya . Pengamatan dilakukan selama kurang
lebih dua belas (12) jam dan dilaksanakan dari pagi hari sampai sore hari .
3.4 Analisis Data
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Data Abiotik
Keadaan kandang :
Kelembaban Tinggi
Tidak ada sampah
Tingkat intensitas cahaya rendah
Pagi hari tidak ada makanan, siang hari diberi makanan, terdapat sisa
makanan, sore hari diberi makanan.
Jumlah dalam 1 kandang : 3 spesies
Makanan :
Buah-buahan ( Pisang ).
Sayuran (Wortel, Kangkung, Bayem, Sawi).
4.1.2 Data Spesies
Kelompok : 02
Nama Spesies : Kera Jepang ( Macaca fuscata )
Jenis kelamin : Jantan
Usia : Dewasa
Ciri-ciri Spesies :
1. Pitak dibagian kepala
2. Berbadan paling besar
3. Kuping bercuping lebar
Selang waktu yang digunakan adalah 5 menit yang terbagi kedalam 3 kategori
aktivitas harian utama dan 1 kategori aktivitas lain-lain. 3 kategori aktivitas utama
adalah Makan (feeding), Bergerak (moving), Istirahat (resting) dan 1 kategori lain-
lain seperi berkelahi, mencari kutu, buang air kecil, buang air besar, dan lain-lain.
Berikut disajikan tabel pengamatan harian Macaca fuscata per jamnya, sedangkan
untuk tabel pengamatn per menitnya sudah kami sediakan di bagian lampiran.
Tabel.1 Jumlah Scan Aktivitas Harian per jam dalam 1 hari
NO WAKTU
(JAM)
JENIS AKTIVITAS KETERANGAN
FEEDING MOVIN
G
RESTING ETC
1 08.00 –
09.00
5 2 4 2 Duduk dan
berkelahi
2 09.05 –
10.00
0 4 6 2 Buang air besar
3 10.05 –
11.00
2 4 3 3 Garuk-garuk
4 11.05 –
12.00
6 4 0 2 Mencari kutu
5 12.05 –
13.00
4 5 2 1 Mencari kutu
6 13.05 –
14.00
4 2 6 0 -
7 14.05 –
15.00
1 3 6 2 Garuk-garuk
8 15.05 –
16.00
2 5 2 3 Mencari kutu
9 16.05 –
16.30
2 4 4 2 Buang air kecil
JUMLAH
TOTAL
26 33 33 17 109
Sumber : Tabulasi Data Primer (Desember,2012).
PERHITUNGAN
1. Makan = 26
109x100 % = 23,85%
2. Bergerak = 33
109x100 %= 30,28%
3. Istirahat = 33
109x100 % = 30,28%
4. Lain-lain = 17109
x100 % = 15,59%
Grafik.1 Fluktuasi Pola Aktivitas Harian Macaca fuscata
08.00-09.00
09.05-10.00
10.05-11.00
11.05-12.00
12.05-13.00
13.05-14.00
14.05-15.00
15.05-16.00
16.05-16.30
01234567
Feeding
Moving
Resting
Etc
Persentase Kegiatan dalam 1 Hari
Spesies
Kegiatan
∑Feeding Moving Rest Etc
Macaca fuscata 23,85% 30,28% 30,28% 15,59% 100%
4.2 Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Alikodra HS. 1990. Studi ekologi bekantan (Nasalis larvatus) di Hutan Lindung Bukit
Soeharto Kalimantan Timur. Laporan penelitian kerjasama Depdikbud dan
JICA.
Anonim1, 2011. MONYET EKOR PANJANG DI PULAU PANAITAN.