Top Banner
LAPORAN KELOMPOK DISKUSI TUTORIAL BLOK PSIKIATRI SKENARIO 3 GANGGUAN SOMATOFORM dan NYERI OLEH: KELOMPOK 8 TUTOR: Suyatmi, dr. M.Biomed.Sci. 1 G0008115 Katarina. B. Dinda S. M G0009033 Aulia Agung Sanubari G0009075 Faiz Yunanto G0009081 Ferika Brillian S G0009083 Fillisita C. D G0009111 Irwan Nurdiansyah G0009129 Martinus Nurhewan D G0009161 Nurul Rahmawati Swadini G0009163 Octavia Nurul Imanisa G0009189 G0009201 Siti Fatimah Rizka Solehah
28

Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

Oct 20, 2015

Download

Documents

psikiatri
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

LAPORAN KELOMPOK DISKUSI TUTORIAL

BLOK PSIKIATRI SKENARIO 3

GANGGUAN SOMATOFORM dan NYERI

OLEH:

KELOMPOK 8

TUTOR: Suyatmi, dr. M.Biomed.Sci.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2011

1

G0008115 Katarina. B. Dinda S. M

G0009033 Aulia Agung Sanubari

G0009075 Faiz Yunanto

G0009081 Ferika Brillian S

G0009083 Fillisita C. D

G0009111 Irwan Nurdiansyah

G0009129 Martinus Nurhewan D

G0009161 Nurul Rahmawati Swadini

G0009163 Octavia Nurul Imanisa

G0009189

G0009201 Siti Fatimah

Rizka Solehah

Page 2: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki

gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat

ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah

cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada

pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam

peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform

mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu

penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan

somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau

gangguan buatan.

Skenario :

Seorang laki-laki usia 21 tahun menderita sakit kepala yang tidak kunjung

sembuh selama 2 tahun terakhir. Pasien merasa khawatir menderita penyakit

mematikan seperti stroke atau tumor otak. Pasien sudah sering berobat ke

dokter umum atau spesialis tetapi tetap tidak sembuh. CT scan kepala tidak

didapatkan kelainan, namun kekhawatiran pasien belum hilang. Pasien

beberapa kali opname karena sakit kepala yang berat dan tiba-tiba tekanan

darahnya mencapai 150/90 mmHg. Hal ini semakin menambah kekhawatiran

pasien akan mengalami stroke seperti tetangganya yang kemudian meninggal.

Pasien menyangkal sedang menghadapi masalah berat. Tetapi menurut

alloanamnesis keluarga, usaha dagangnya sedang lesu karena ada pesaing

baru.

B. RUMUSAN MASALAH

a. Bagaimana psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien?

b. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi

pasien?

2

Page 3: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

c. Mengapa pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh?

d. Bagaimanakah hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya

keluhan?

e. Apa saja diagnosis bandingnya?

f. Bagaimanakah penatalaksanaannya?

g. Apa yang dimaksud dengan CLP?

h. Bagaimanakah reaksi tubuh terhadap kecemasan?

C. TUJUAN

a. Menjelaskan psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien

b. Menjelaskan hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi

pasien

c. Menjelaskan pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh

d. Menjelaskan hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan

e. Menjelaskan diagnosis banding penyakit yang diderita pasien

f. Menjelaskan penatalaksanaannya

g. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan CLP

h. Menjelaskan reaksi tubuh terhadap kecemasan

D. MANFAAT

a. Memahami psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien

b. Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi

pasien

c. Mengetahui pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh

d. Mengetahui hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan

e. Memahami diagnosis banding penyakit yang diderita pasien

f. Memahami penatalaksanaannya

g. Mengetahui apa yang dimaksud dengan CLP

h. Memahami reaksi tubuh terhadap kecemasan

3

Page 4: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

BAB II

DISKUSI

1. JUMP 1 Klarifikasi Istilah

1) Doctors Shoping: mengunjungi berbagai dokter praktek untuk mengatasi

keluhan yang dialami oleh pasien.

2) Alloanamnesis: anamnesis yang didapat bukan dari pasien itu sendiri,

misalnya dari orangtua untuk balita atau orang yang mengantarkan pasien.

2. JUMP 2 Rumusan Masalah

1) Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?

2) Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan

pasien yang sepi?

3) Apa saja macam-macam gangguan cemas?

4) Bagaimana reaksi tubuh terhadap kecemasan?

5) Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?

6) Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter

spesialis tetapi tidak sembuh ?

7) Apa yang menyebabkan tekanan darah pasien mencapai 150/90 mmHg?

8) Apakah ada hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan?

9) Apa sajakah diagnosis banding dari kasus skenario ini?

10) Apakah itu CLP?

11) Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?

3. JUMP 3 Analisis Permasalahan dan Membuat Pernyataan Sementara

dari Permasalahan

1) Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?

Gangguan psikosomatik dapat diartikan sebagai reaksi jiwa pada

fisik (soma). Menurut American Psychosomatic Society (2005), gangguan

psikosomatik berasal dari bahasa Yunani (Psyche= jiwa dan Soma= fisik),

sehingga psikosomatik dapat diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa.

4

Page 5: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

Ada hubungan yang sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan

sosial terhadap perjalanan suatu penyakit (BKKBN NAD, 2010).

Gangguan ini mencakup pasien-pasien yang terutama emnunjukkan

keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan

depresif, ansietas, atau penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk

dalam kelompok gangguan somatoform: Pertama, yang gambaran

utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti

adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan

kedua, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala

somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi autonomik

persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten) (Maramis, 2009).

2) Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan

pasien yang sepi?

Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu

respons mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan

mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respons fisiologis

ketimbang respons patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas

tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan

merupakan respons yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan

orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik) (Deva,

2001).

Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal

dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Cemas pada umumnya

terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress kehidupan sehari-hari

(Wasyanto, 2000).

Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang

disebabkan oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik

dan serius atau permasalahan keluarga maka akan berlangsung lama;

kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis (Sudiyanto,

2000). Ia menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom

5

Page 6: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

yang mengenai sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal

dan bahkan genitourinarius. Respons kecemasan yang berkepanjangan ini

sering diberi istilah gangguan kecemasan, dan ini merupakan penyakit

(Deva, 2001; Wasyanto, 2000).

3) Apa saja macam-macam gangguan cemas?

a. gangguan panik, dengan ciri munculnya mendadak tanpa faktor

pencetus

b. gangguan cemas umum, yaitu kecemasan yang diderita bersifat

mengambang bebas dan berlangsung menahun (kronik)

c. gangguan fobik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau

obyek tertentu (spesifik)

d. gangguan obsesif kompulsif, yaitu kecemasan yang mendorong

penderita secara menetap untuk mengulangi pikiran atau perilaku

tertentu dan

e. gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah

penderita mengalami peristiwa yang sangat menegangkan (Sudiyanto,

2000).

6

Page 7: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

4) Bagaimana reaksi tubuh terhadap kecemasan?

5) Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?

Perempuan (prevalensi seumur hidup 30,5%) lebih cenderung

mengalami gangguan ansietas daripada laki-laki (prevalensi seumur hidup

19,2%). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya

status sosio-ekonomik. Gangguan panik → perempuan lebih mudah

terkena dua hingga tiga kali daripada laki-laki. Gangguan panik paling

lazim timbul pada dewasa muda (sekitar 25 tahun) tetapi gangguan panik

dan agorafobia dapat timbul pada usia berapapun (Kaplan & Sadock,

2010).

Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-

laki 5 hingga 20 kali tetapi perkiraan tertinggi dapat disebabkan adanya

tendensi dini tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada pasien laki-

7

Stresor

Hipotalamus ↑ CRH

Hipofisis posterior Sistem saraf simpatis Hipofisis anterior

↑ Vasopresin

Medula adrenal

↑ Epinefrin

Pankreas endokrin Otot polos ateriol

↑ Glukagon ↓ Insulin Vasokonstriksi

↓ aliran darahmelalui ginjal

↑ Renin → ↑ Angiotensin → ↑ Aldosteron

↑ ACTH

Korteks adrenal

↑ Kortisol

+

+ ++

+ +

+

(Sherwood, 2001)

Page 8: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

laki. Gangguan ini berbanding terbalik dengan posisi sosial dan terjadi

paling sering pada pasien yang memiliki sedikit edukasi dan tingkat

pendapatan yang rendah. Gangguan somatisasi didefinisikan dimulai

sebelum usia 30 tahun; dan paling sering dimulai selama masa remaja

seseorang (Kaplan & Sadock, 2010). Prevalensi gangguan somatisasi

biasanya dua kali lebih tinggi pada perempuan dibanding pada laki-laki

(Kroenke & Spitzer, 1998).

6) Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter

spesialis tetapi tidak sembuh?

Seorang petugas kesehatan harus melihat pasien atau klien sebagai

makhluk fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang utuh. Keluhan seorang

pasien harus ditanggapi dengan serius (betapa pun anehnya keluhan

tersebut). Penelitian menunjukkan bahwa pasien psikosomatis seringkali

tidak puas dengan pelayanan medis yang didapatnya akibat tanggapan

dokter yang tidak serius tentang penyakitnya. Pasien ini akan cenderung

berpindah-pindah dokter atau rumah sakit tanpa hasil (Nieuwenhuijsen et

al, 2010).

7) Apakah yang menyebabkan tekanan darah pasien mencapai 150/90

mmHg?

Selama stres, selai terjadi perubahan-perubahan hormon yang

memobilisasi simpanan energi, hormon-hormon lain secara bersamaan

juga diaktifkan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah selama

keadaan darurat. Sistem simpatis dan epinefrin berperan penting dengan

langsung bekerja pada jantung dan pembuluh darah untuk meningkatkan

fungsi sirkulasi. Selain itu, sistem renin-angiotensin-aldosteron juga

diaktifkan sebagai akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal yang dipicu

oleh sistem simpatis. Sekresi vasopresin juga meningkat selama keadaan

stres. Secara kolektif, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma

dengan mendorong retensi garam dan H2O (Sherwood, 2001).

8

Page 9: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

8) Apakah ada hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan?

Ada hubungan antara kekhawatiran pasien dengan timbulnya

keluhan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.

9) Apa sajakah diagnosis banding dari kasus skenario ini?

a. Gangguan Somatisasi

Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi (Kaplan & Sadock,

2010).

A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30

tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan

membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna

dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala

individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan

gangguan:

1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan

sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan

(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada,

rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau

selama miksi)

2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala

gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah

selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap

beberapa jenis makanan)

3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual

atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,

disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur,

perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang

kehamilan).

4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala

atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang

9

Page 10: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan

koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan

setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia,

retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,

pandangan ganda, kebutaan, ketulian, kejang; gejala disosiatif

seperti amnesia; atau hilangnya kesadaran selain pingsan).

C. Salah satu (1)atau (2):

1. Setelah penelitian yang diperlukan, tiap gejala dalam kriteria B

tidak dapat dijelaskan sepenuhnya oleh sebuah kondisi medis

umum yang dikenal atau efek langsung dan suatu zat (misalnya

efek cedera, medikasi, obat, atau alkohol)

2. Jika terdapat kondisi medis umum, keluhan fisik atau

gangguan sosial atau pekerjaan yang ditimbulkannya adalah

melebihi apa yang diperkirakan dan riwayat penyakit,

pemeriksaan fisik, atau temuan laboratorium.

D. Gejala tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-buat (seperti

gangguan buatan atau pura-pura).

b. Hipokondriasis

Kriteria Diagnostik untuk Hipokondriasis (Kaplan & Sadock, 2010)

A. Preokupasi dengan ketakutan menderita, atau ide bahwa ia

menderita, suatu penyakit serius didasarkan pada interpretasi

keliru orang tersebut terhadap gejalagejala tubuh.

B. Perokupasi menetap walaupun telah dilakukan pemeriksaan medis

yang tepat dan penentraman.

C. Keyakinan dalam kriteria A tidak memiliki intensitas waham

(seperti gangguan delusional, tipe somatik) dan tidakterbatas pada

kekhawatiran tentang penampilan (seperti pada gangguan

dismorfik tubuh).

10

Page 11: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

D. Preokupasi menyebabkan penderitaan yang bermakna secara

kilnis atau gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi

penting lain.

E. Lama gangguan sekurangnya 6 bulan.

F. Preokupasi tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan

kecemasan umum, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan panik,

gangguan depresif berat, cemas perpisahan, atau gangguan

somatoform lain.

c. Gangguan Nyeri

Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Nyeri

A. Nyeri pada satu atau lebih tempat anatomis merupakan pusat

gambaran klinis dan cukup parah untuk memerlukan perhatian

klinis.

B. Nyeri menyebabkan penderitaan yang bermakna secara klinis atau

gangguan dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.

C. Faktor psikologis dianggap memiliki peranan penting dalam

onset, kemarahan, eksaserbasi atau bertahannnya nyeri.

D. Gejala atau defisit tidak ditimbulkan secara sengaja atau dibuat-

buat (seperti pada gangguan buatan atau berpura-pura).

E. Nyeri tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mood,

kecemasan, atau gangguan psikotik dan tidak memenuhi kriteria

dispareunia.

d. Gangguan Ansietas Menyeluruh

10) Apakah itu CLP?

Consultation-Liaison Psychiatry adalah suatu cabang bidang ilmu

kedokteran jiwa (psikiatri) yang bekerja dengan memberikan

pelayanan psikiatri pada pasien dengan kondisi medis umum yang

mengalami gangguan kesehatan jiwa akibat kondisi medisnya.Pada

11

Page 12: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

perkembangannya bukan hanya mencakup pelayanan medis, tetapi

juga pendidikan dan penelitian.

Beberapa contoh kerja sama adalah

1. Seorang psikiater yang bersama-sama dengan dokter saraf

menangani pasien stroke yang juga mengalami depresi pasca

stroke.

2. Psikiater bekerja sama dengan dokter obstetri ginekologi

menangani kasus-kasus depresi pasca melahirkan, baby blues,

infertilitas (kemandulan) dan depresi pada menopause.

3. Psikiater bekerja sama dengan dokter penyakit dalam menangani

kasus-kasus kencing manis (diabetes) yang erat kaitannya dengan

depresi

4. Psikiater bekerja sama dengan dokter bedah pada kasus-kasus

operasi estetika yang berlebihan, kondisi luka bakar dan amputasi.

Intinya dalam praktek sebagai seorang psikiater CLP, psikiater selain

bekerja mandiri sebagai pelayanan kesehatan jiwa di RSU juga

bekerja sebagai seorang konsultan yang bekerja sama dengan teman

sejawat lainnya. Salah satu nilai yang penting adalah semangat

kolaborasi untuk menciptakan layanan yang menyeluruh dan tepat.

(Leigh, 2008)

11) Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?

a. Gangguan kecemasan

Untuk penyembuhan dengan baik pasien dengan gangguan

kecemasan adalah kombinasi farmakoterapi (psikofarmaka) dengan

psikoterapi. Pertimbangannya adalah bahwa psikoterapi

mempunyai keunggulan tidak adiktif tetapi kerugiannya lambat

dalam efek terapetiknya. Sebaliknya anxiolitik mempunyai

keunggulan efek terapetik cepat dalam menurunkan tanda dan

gejala kecemasan tetapi mempunyai kerugian resiko adiksi. Dalam

terapi kombinasi diberikan obat anxiolitik terlebih dahulu sampai 2

12

Page 13: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

minggu, kemudian dilakukan psikoterapi yang dimulai pada awal

minggu kedua di samping obat anxiolitik masih tetap diberikan

tetapi secara bertahap diturunkan dosisnya (tapering off sampai

minggu ke empat pengobatan) (Sudiyanto, 2000). Ada juga yang

membedakan kasus baru dan lama. Kasus baru diberikan sampai 2

bulan bebas gejala kemudian dilakukan tapering off untuk

penghentian pengobatan; kasus lama diberikan sampai 6 bulan

bebas gejala kemudian dilakukan tapering off untuk penghentian

pengobatan (Depkes RI, 1995). Psikoterapi yang sering digunakan

untuk gangguan kecemasan adalah psikoterapi berorientasi insight,

terapi perilaku, terapi kognitif atau psikoterapi provokasi

kecemasan jangka pendek (Sudiyanto, 2000).

Obat-obatan yang sering digunakan untuk anxiolitik

(mengurangi atau menghilangkan gejala gangguan kecemasan)

adalah golongan benzodiazepin, non-benzodiazepin, antidepresan:

trisiklik, monoamin inhibitor [MAOI], serotonin reuptake inhibitor

[SRI], specific serotonin reuptake inhibitor [SSRI] (Romadhon,

2002).

b. Hipnoterapi

Apabila masalahnya adalah program pikiran yang salah, berkaitan

dengan sistem kepercayaan, salah paham dan sebagainya, maka

dilakukan re-edukasi atau pembelajaran ulang agar klien

mempunyai pikiran yang benar dan keyakinan baru yang positif.

Sedangkan bila sebabnya adalah emosi negatif, seperti depresi,

kecewa dan rasa bersalah, maka pikiran bawah sadar dipersilakan

menyadari masa lalu sebagai sebuah pelajaran, menerima dirinya

sepenuhnya, dan berbahagia dengan kondisi saat ini.

4. JUMP 4 Inventarisasi Permasalahan

13

Page 14: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

5. JUMP 5 Menentukan Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui tentang gangguan psikosomatis.

2. Mengetahui hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan

pasien yang sepi.

3. Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien.

4. Mengetahui sebab pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun

dokter dokter spesialis tetapi tidak sembuh .

5. Mengetahui penyebab tekanan darah pasien mencapai 150/90 mmHg.

6. Mengetahui diagnosis banding dari kasus skenario ini.

7. Mengetahui hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan .

8. Mengetahui penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut.

14

Gangguan / kelainan

Faktor risikoPatofisiologi

Diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang

Diagnosiss

PrognosisKomplikasi

Terapi

Somatoform/ Gangguan Psikosomatik

Page 15: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

9. Mengetahui macam-macam gangguan cemas .

10. Mengetahui CLP .

11. Mengetahui reaksi tubuh terhadap kecemasan .

6. JUMP 6 Mengumpulkan Informasi Mandiri

7.JUMP 7 (Melaporkan, Membahas, dan Menata Kembali Informasi yang

Diperoleh)

Taufik, 21 tahun, dokter muda (coass) yang sedang bertugas di puskesmas

merasa bingung dengan kasus yang sedang dihadapinya. Salah satu pasiennya,

seorang laki-laki, usia 35 tahun mengeluh sakit kepala yang tidak sembuh-sembuh

selama 2 tahun terakhir. Pasien sering merasa khawatir menderita penyakit yang

mematikan seperti stroke atau tumor otak. Pasien sudah sering berobat ke

beberapa dokter umum dan spesialis, tetapi belum juga sembuh.

Hal ini dapat diakibatkan beberapa faktor seperti pemeriksaan penunjang

yang tidak tepat atau diagnosis yang kurang tepat. Tetapi bila hasil pemeriksaan

fisik dan penunjang sudah dirasa tepat dan tetap menunjukkan tidak adanya

kelainan fisik yang mendasari keluhan, perlu dipikirkan bahwa pasien mungkin

menderita gangguan kejiwaan berupa gangguan psikosomatik. Pada kasus ini,

pasien mengeluhkan keluhan somatis tetapi tidak dapat dijelaskan adanya

gangguan depresi, ansietas atau penyakit medis yang mendasari timbulnya

keluhan. Onset pasien yang telah berlangsung selama 2 tahun juga memperkuat

dugaan mengarah pada gangguan psikosomatik.

Hasil pemeriksaan laboratorium dan CT Scan kepala pasien tidak

didapatkan kelainan menunjukkan tidak adanya kelainan organik pada pasien.

Namun hasil pemeriksaan tersebut tidak mampu meyakinkan pasien bahwa

sebenarnya memang tidak menderita suatu penyakit Keadaan tidak mau menerima

nasehat atau dukungan dari beberapa dokter bahwa tidak ditemukan penyakit yang

juga telah dibuktikan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang pada pasien ini

merupakan salah satu pedoman diagnosis Gangguan Hipokondrik dan Disfungsi

Otonomik somatoform.

15

Page 16: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

Keyakinan yang menetap adanya penyakit fisik yang serius yang

melandasi keluhan-keluhannya atau bisa dibilang distress kemungkinan adanya

gangguan yang serius pada pasien ini mengarahkan diganosis pada gangguan

Hipokondrik atau Disfungsi Otonomik Somatoform.

Namun pada Disfungsi Otonomik Somatoform juga harus ada hal lain

yaitu : adanya gejala-gejala bangkitan otonomik yang menetap dan mengganggu.

Sedangkan untuk pedoman diagnosis Hipokondrik hanya perlu dua hal yang

keduanya sudah ada pada pasien.

Pasien dalam skenario diketahui bahwa usaha perdagangannya sedang lesu

karena ada pesaing baru. Hal tersebut dapat mengakibatkan kecemasan pada

pasien yang memicu gejala-gejala yang keluar pada pasien. Pasien sudah

dijelaskan bahwa tidak terdapat kelainan fisik yang membahayakan pada dirinya,

tetapi kekhawatirannya belum bekurang. Hal ini bila tidak ada pengertian antara

dokter dan pasien mengenai kemungkinan keluhan-keluhan pasien menyebabkan

frustrasi dan kekecewaan pada kedua belah pihak.

16

Page 17: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pasien laki-laki, 31 tahun dari keluhan-keluhan yang dialami, didiagnosis

mengalami gangguan kecemasan dan mengalami gangguan somatoform lebih

khususnya gangguan hipokondrik. Hal ini tampak dari kekhawatiran pasien

terhadap adanya tumor otak atau stroke yang membahayakan dirinya padahal

sebenarnya pemeriksaan laboratorium dan CT Scan tidak didapatkan kelainan.

Kecemasan pasien dapat timbul karena usaha perdagangannya yang lesu

karena adanya pesaing baru.

B. Saran

Untuk kasus pada skenario, pasien diberi terapi dan edukasi yang meliputi:

a. terapi biologis(psikofarmaka) :

b. psikoterapi

c. intervensi psikososial : meliputi berbagai pendekatan misalnya

cognitive behavioral therapy (CBT), terapi interpersonal,

psikoedukasi, dll.

17

Page 18: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

DAFTAR PUSTAKA

BKKBN NAD. 2010. Gangguan Psikosomatis. http://nad.bkkbn.go.id/rubrik/200/

(diunduh pada 11 Desember 2011).

Deva, M. P. 2001. Presentation and Management of Anxiety Disorder in Family

Practice. Medical Progress January, pp. 16-20.

Dirjen Yanmed, Depkes RI. 1995. Pedoman Pelayanan Kesehatan Jiwa di

Fasilitas Umum. hal. 2-3; 29; 65-6.

Kaplan, V. A.; Sadock, B. J. 2010. Gangguan Ansietas, dalam Buku Ajar Psikiatri

Klinis Edisi 2. Jakarta:EGC.

Kroenke, K.; Spitzer, R. 1998. Gender differences in the reporting of physical and

somatoform symptoms. Psychosomatic Medicine,60, 150–5.

Maramis, W. F.; Maramis, A. A. 2009. Gangguan Neurotik, Gangguan

Somatoform, dan Gangguan Terkait Stres, dalam Catatan Ilmu

Kedokteran Jiwa Edisi 2. Surabaya, Pusat Penerbitan dan Percetakan

(AUP).

Nieuwenhuijsen, K.; Verbeek, J. H. A. M.; De Boer, A. G. E. M.; Blonk, R. W.

B.; Van Dijk, F. J. H. 2010. Irrational Beliefs in Employees with an

Adjustment, a Depressive, or an Anxiety Disorder: a Prospective Cohort

Study. Journal of rationalemotive and cognitivebehavior therapy RET

(2010) Volume: 28, Issue: 2, Publisher: Springer US, Pages: 57-72.

Romadhon, Y. A. 2002. Gambaran Klinik dan Psikofarmaka pada Penderita

Gangguan Kecemasan. Cermin Dunia Kedokteran No. 135, 2002.

18

Page 19: Lap Tutorial Ske 3 Psikiatri Fix

Sherwood, L. 2001. Organ Endokrin Perifer, dalam Fisiologi Manusia dari Sel ke

Sistem Edisi 2. Jakarta:EGC.

Sudiyanto, A. Aspek Klinik Gangguan Kecemasan. Simposium Nasional

Awareness Anxiety Programe. 5 Agustus 2000.

Wasyanto, T. Gangguan Cemas pada Penyakit Jantung. Simposium Nasional

Awareness Anxiety Program. 5 Agustus 2000.

Leigh H. Evolution of consultation-liaison psychiatry and psychosomatic

medicine. In: Handbook of Consultation-Liaison Psychiatry. Leigh H.,

Streltzer J. Springer New York. 2008

19