LAPORAN KELOMPOK DISKUSI TUTORIAL BLOK PSIKIATRI SKENARIO 3 GANGGUAN SOMATOFORM dan NYERI OLEH: KELOMPOK 8 TUTOR: Suyatmi, dr. M.Biomed.Sci. 1 G0008115 Katarina. B. Dinda S. M G0009033 Aulia Agung Sanubari G0009075 Faiz Yunanto G0009081 Ferika Brillian S G0009083 Fillisita C. D G0009111 Irwan Nurdiansyah G0009129 Martinus Nurhewan D G0009161 Nurul Rahmawati Swadini G0009163 Octavia Nurul Imanisa G0009189 G0009201 Siti Fatimah Rizka Solehah
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN KELOMPOK DISKUSI TUTORIAL
BLOK PSIKIATRI SKENARIO 3
GANGGUAN SOMATOFORM dan NYERI
OLEH:
KELOMPOK 8
TUTOR: Suyatmi, dr. M.Biomed.Sci.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2011
1
G0008115 Katarina. B. Dinda S. M
G0009033 Aulia Agung Sanubari
G0009075 Faiz Yunanto
G0009081 Ferika Brillian S
G0009083 Fillisita C. D
G0009111 Irwan Nurdiansyah
G0009129 Martinus Nurhewan D
G0009161 Nurul Rahmawati Swadini
G0009163 Octavia Nurul Imanisa
G0009189
G0009201 Siti Fatimah
Rizka Solehah
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki
gejala fisik (sebagai contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat
ditemukan penjelasan medis yang adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah
cukup serius untuk menyebabkan penderitaan emosional yang bermakna pada
pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk berfungsi di dalam
peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform
mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu
penyumbang besar untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan
somatoform adalah tidak disebabkan oleh pura-pura yang disadari atau
gangguan buatan.
Skenario :
Seorang laki-laki usia 21 tahun menderita sakit kepala yang tidak kunjung
sembuh selama 2 tahun terakhir. Pasien merasa khawatir menderita penyakit
mematikan seperti stroke atau tumor otak. Pasien sudah sering berobat ke
dokter umum atau spesialis tetapi tetap tidak sembuh. CT scan kepala tidak
didapatkan kelainan, namun kekhawatiran pasien belum hilang. Pasien
beberapa kali opname karena sakit kepala yang berat dan tiba-tiba tekanan
darahnya mencapai 150/90 mmHg. Hal ini semakin menambah kekhawatiran
pasien akan mengalami stroke seperti tetangganya yang kemudian meninggal.
Pasien menyangkal sedang menghadapi masalah berat. Tetapi menurut
alloanamnesis keluarga, usaha dagangnya sedang lesu karena ada pesaing
baru.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien?
b. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi
pasien?
2
c. Mengapa pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh?
d. Bagaimanakah hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya
keluhan?
e. Apa saja diagnosis bandingnya?
f. Bagaimanakah penatalaksanaannya?
g. Apa yang dimaksud dengan CLP?
h. Bagaimanakah reaksi tubuh terhadap kecemasan?
C. TUJUAN
a. Menjelaskan psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien
b. Menjelaskan hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi
pasien
c. Menjelaskan pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh
d. Menjelaskan hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan
e. Menjelaskan diagnosis banding penyakit yang diderita pasien
f. Menjelaskan penatalaksanaannya
g. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan CLP
h. Menjelaskan reaksi tubuh terhadap kecemasan
D. MANFAAT
a. Memahami psikopatologi dari gejala-gejala pada pasien
b. Mengetahui hubungan usia dan jenis kelamin pasien dengan kondisi
pasien
c. Mengetahui pasien sudah sering berobat tapi tidak sembuh
d. Mengetahui hubungan kekhawatiran pasien terhadap timbulnya keluhan
e. Memahami diagnosis banding penyakit yang diderita pasien
f. Memahami penatalaksanaannya
g. Mengetahui apa yang dimaksud dengan CLP
h. Memahami reaksi tubuh terhadap kecemasan
3
BAB II
DISKUSI
1. JUMP 1 Klarifikasi Istilah
1) Doctors Shoping: mengunjungi berbagai dokter praktek untuk mengatasi
keluhan yang dialami oleh pasien.
2) Alloanamnesis: anamnesis yang didapat bukan dari pasien itu sendiri,
misalnya dari orangtua untuk balita atau orang yang mengantarkan pasien.
2. JUMP 2 Rumusan Masalah
1) Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?
2) Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan
pasien yang sepi?
3) Apa saja macam-macam gangguan cemas?
4) Bagaimana reaksi tubuh terhadap kecemasan?
5) Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?
6) Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter
spesialis tetapi tidak sembuh ?
7) Apa yang menyebabkan tekanan darah pasien mencapai 150/90 mmHg?
8) Apakah ada hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan?
9) Apa sajakah diagnosis banding dari kasus skenario ini?
10) Apakah itu CLP?
11) Bagaimana penatalaksanaan yang tepat untuk pasien tersebut?
3. JUMP 3 Analisis Permasalahan dan Membuat Pernyataan Sementara
dari Permasalahan
1) Apakah pasien mengalami gangguan psikosomatis?
Gangguan psikosomatik dapat diartikan sebagai reaksi jiwa pada
fisik (soma). Menurut American Psychosomatic Society (2005), gangguan
psikosomatik berasal dari bahasa Yunani (Psyche= jiwa dan Soma= fisik),
sehingga psikosomatik dapat diartikan sebagai hubungan fisik dan jiwa.
4
Ada hubungan yang sangat erat antara faktor fisik, faktor psikologis, dan
sosial terhadap perjalanan suatu penyakit (BKKBN NAD, 2010).
Gangguan ini mencakup pasien-pasien yang terutama emnunjukkan
keluhan somatis yang tidak dapat dijelaskan dengan adanya gangguan
depresif, ansietas, atau penyakit medis. Ada dua gangguan yang termasuk
dalam kelompok gangguan somatoform: Pertama, yang gambaran
utamanya adalah kekhawatiran bahwa gejala yang ada merupakan bukti
adanya penyakit (hipokondriasis) atau deformitas (dismorfofobia), dan
kedua, yang gambaran utamanya adalah kekhawatiran tentang gejala
somatik itu sendiri (antara lain gangguan somatisasi, disfungsi autonomik
persisten, dan gangguan nyeri somatoform persisten) (Maramis, 2009).
2) Apakah ada hubungan antara kecemasan pasien dengan perdagangan
pasien yang sepi?
Istilah kecemasan dalam psikiatri muncul untuk merujuk suatu
respons mental dan fisik terhadap situasi yang menakutkan dan
mengancam. Secara mendasar lebih merupakan respons fisiologis
ketimbang respons patologis terhadap ancaman. Sehingga orang cemas
tidaklah harus abnormal dalam perilaku mereka, bahkan kecemasan
merupakan respons yang sangat diperlukan. Ia berperan untuk meyiapkan
orang untuk menghadapi ancaman (baik fisik maupun psikologik) (Deva,
2001).
Perasaan cemas atau sedih yang berlangsung sesaat adalah normal
dan hampir semua orang pernah mengalaminya. Cemas pada umumnya
terjadi sebagai reaksi sementara terhadap stress kehidupan sehari-hari
(Wasyanto, 2000).
Bila cemas menjadi begitu besar atau sering seperti yang
disebabkan oleh tekanan ekonomi yang berkepanjangan, penyakit kronik
dan serius atau permasalahan keluarga maka akan berlangsung lama;
kecemasan yang berkepanjangan sering menjadi patologis (Sudiyanto,
2000). Ia menghasilkan serombongan gejala-gejala hiperaktivitas otonom
5
yang mengenai sistem muskuloskeletal, kardiovaskuler, gastrointestinal
dan bahkan genitourinarius. Respons kecemasan yang berkepanjangan ini
sering diberi istilah gangguan kecemasan, dan ini merupakan penyakit
(Deva, 2001; Wasyanto, 2000).
3) Apa saja macam-macam gangguan cemas?
a. gangguan panik, dengan ciri munculnya mendadak tanpa faktor
pencetus
b. gangguan cemas umum, yaitu kecemasan yang diderita bersifat
mengambang bebas dan berlangsung menahun (kronik)
c. gangguan fobik yaitu kecemasan atau ketakutan terhadap situasi atau
obyek tertentu (spesifik)
d. gangguan obsesif kompulsif, yaitu kecemasan yang mendorong
penderita secara menetap untuk mengulangi pikiran atau perilaku
tertentu dan
e. gangguan stress pasca trauma yaitu kecemasan yang timbul setelah
penderita mengalami peristiwa yang sangat menegangkan (Sudiyanto,
2000).
6
4) Bagaimana reaksi tubuh terhadap kecemasan?
5) Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan keluhan pasien?
Perempuan (prevalensi seumur hidup 30,5%) lebih cenderung
mengalami gangguan ansietas daripada laki-laki (prevalensi seumur hidup
19,2%). Prevalensi gangguan ansietas menurun dengan meningkatnya
status sosio-ekonomik. Gangguan panik → perempuan lebih mudah
terkena dua hingga tiga kali daripada laki-laki. Gangguan panik paling
lazim timbul pada dewasa muda (sekitar 25 tahun) tetapi gangguan panik
dan agorafobia dapat timbul pada usia berapapun (Kaplan & Sadock,
2010).
Perempuan dengan gangguan somatisasi jumlahnya melebihi laki-
laki 5 hingga 20 kali tetapi perkiraan tertinggi dapat disebabkan adanya
tendensi dini tidak mendiagnosis gangguan somatisasi pada pasien laki-
7
Stresor
Hipotalamus ↑ CRH
Hipofisis posterior Sistem saraf simpatis Hipofisis anterior
↑ Vasopresin
Medula adrenal
↑ Epinefrin
Pankreas endokrin Otot polos ateriol
↑ Glukagon ↓ Insulin Vasokonstriksi
↓ aliran darahmelalui ginjal
↑ Renin → ↑ Angiotensin → ↑ Aldosteron
↑ ACTH
Korteks adrenal
↑ Kortisol
+
+ ++
+ +
+
(Sherwood, 2001)
laki. Gangguan ini berbanding terbalik dengan posisi sosial dan terjadi
paling sering pada pasien yang memiliki sedikit edukasi dan tingkat
pendapatan yang rendah. Gangguan somatisasi didefinisikan dimulai
sebelum usia 30 tahun; dan paling sering dimulai selama masa remaja
seseorang (Kaplan & Sadock, 2010). Prevalensi gangguan somatisasi
biasanya dua kali lebih tinggi pada perempuan dibanding pada laki-laki
(Kroenke & Spitzer, 1998).
6) Mengapa pasien sudah sering berobat ke dokter umum maupun dokter
spesialis tetapi tidak sembuh?
Seorang petugas kesehatan harus melihat pasien atau klien sebagai
makhluk fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang utuh. Keluhan seorang
pasien harus ditanggapi dengan serius (betapa pun anehnya keluhan
tersebut). Penelitian menunjukkan bahwa pasien psikosomatis seringkali
tidak puas dengan pelayanan medis yang didapatnya akibat tanggapan
dokter yang tidak serius tentang penyakitnya. Pasien ini akan cenderung
berpindah-pindah dokter atau rumah sakit tanpa hasil (Nieuwenhuijsen et
al, 2010).
7) Apakah yang menyebabkan tekanan darah pasien mencapai 150/90
mmHg?
Selama stres, selai terjadi perubahan-perubahan hormon yang
memobilisasi simpanan energi, hormon-hormon lain secara bersamaan
juga diaktifkan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah selama
keadaan darurat. Sistem simpatis dan epinefrin berperan penting dengan
langsung bekerja pada jantung dan pembuluh darah untuk meningkatkan
fungsi sirkulasi. Selain itu, sistem renin-angiotensin-aldosteron juga
diaktifkan sebagai akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal yang dipicu
oleh sistem simpatis. Sekresi vasopresin juga meningkat selama keadaan
stres. Secara kolektif, hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma
dengan mendorong retensi garam dan H2O (Sherwood, 2001).
8
8) Apakah ada hubungan kekhawatiran pasien dengan timbulnya keluhan?
Ada hubungan antara kekhawatiran pasien dengan timbulnya
keluhan, sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya.
9) Apa sajakah diagnosis banding dari kasus skenario ini?
a. Gangguan Somatisasi
Kriteria diagnostik untuk Gangguan Somatisasi (Kaplan & Sadock,
2010).
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30
tahun yang terjadi selama periode beberapa tahun dan
membutuhkan terapi, yang menyebabkan gangguan bermakna
dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala
individual yang terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan
gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berhubungan dengan
sekurangnya empat tempat atau fungsi yang berlainan
(misalnya kepala, perut, punggung, sendi, anggota gerak, dada,
rektum, selama menstruasi, selama hubungan seksual, atau
selama miksi)
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sekurangnya dua gejala
gastrointestinal selain nyeri (misalnya mual, kembung, muntah
selain dari selama kehamilan, diare, atau intoleransi terhadap
beberapa jenis makanan)
3. Satu gejala seksual: riwayat sekurangnya satu gejala seksual
atau reproduktif selain dari nyeri (misalnya indiferensi seksual,
disfungsi erektil atau ejakulasi, menstruasi tidak teratur,
perdarahan menstruasi berlebihan, muntah sepanjang
kehamilan).
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sekurangnya satu gejala
atau defisit yang mengarahkan pada kondisi neurologis yang
9
tidak terbatas pada nyeri (gejala konversi seperti gangguan
koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau kelemahan
setempat, sulit menelan atau benjolan di tenggorokan, afonia,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi atau nyeri,