BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian akan perawatan ortodontik memerlukan suatu pengertian yaitu bahwa tanpa perawatan, maloklusi atau kelainan dento-fasial tersebut akan berakibat negative. Akibat negative tersebut adalah menurunnya kesehatan jaringan periodontal, meningkatnya resiko terhadap karies gigi, gangguan fungsi TMJ, ketidakmampuan berbicara atau makan, atau ketidaksesuaian psikososial. Kekhawatiran terhadap akibat negative pengaruh sikap sosial dan budaya serta pengaruh pemasaran memainkan peran yang besar dalam menentukan rasa membutuhkan perawatan. Dalam studi yang menggunakan orang tua yang anaknya mendapatkan perawatan orthodontik Tuntutan terhadap perawatan ortodontik ditunjukkan oleh jumlah pasien yang betul-betul menginginkan dan mencari pelayanan perawatan. Kebutuhan akan perawatan lebih sukar untuk diukur. Hal ini berkenaaan dengan jumlah orang-orang yang memiliki masalah orthodontik dan yang memanfaatkan pelayanan. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua orang dengan gigi maloklusi menginginkan perawatan meski gigi sangat menyimpang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penilaian akan perawatan ortodontik memerlukan suatu pengertian yaitu
bahwa tanpa perawatan, maloklusi atau kelainan dento-fasial tersebut akan
berakibat negative. Akibat negative tersebut adalah menurunnya kesehatan
jaringan periodontal, meningkatnya resiko terhadap karies gigi, gangguan fungsi
TMJ, ketidakmampuan berbicara atau makan, atau ketidaksesuaian psikososial.
Kekhawatiran terhadap akibat negative pengaruh sikap sosial dan budaya serta
pengaruh pemasaran memainkan peran yang besar dalam menentukan rasa
membutuhkan perawatan. Dalam studi yang menggunakan orang tua yang
anaknya mendapatkan perawatan orthodontik
Tuntutan terhadap perawatan ortodontik ditunjukkan oleh jumlah pasien
yang betul-betul menginginkan dan mencari pelayanan perawatan. Kebutuhan
akan perawatan lebih sukar untuk diukur. Hal ini berkenaaan dengan jumlah
orang-orang yang memiliki masalah orthodontik dan yang memanfaatkan
pelayanan. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua orang dengan gigi
maloklusi menginginkan perawatan meski gigi sangat menyimpang dari normal.
Beberapa diantara orang tersebut tidak menyadari bahwa mereka mempunyai
masalah dengan giginya, sedangkan yang lain merasa bahwa mereka memerlukan
perawatan tetapi tidak berusaha dan tidak memperoleh perawatan.
Tuntutan terhadap perawatan orthodontik memiliki hubungan dengan
penghasilan keluarga. Penghasilan dan status sosial memiliki pengaruh nyata
terhadap tuntutan pelayanan orthodontik.
1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja macam - macam indeks maloklusi ?
2. Bagaimana prevalensi maloklusi pada usia anak – anak, remaja, maupun
dewasa ?
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan apa saja macam - macam indeks maloklusi.
2. Menjelaskan bagaimana prevalensi maloklusi pada usia anak – anak, remaja,
maupun dewasa
2
1.4 Mapping
Kasus Maloklusi
Penelitian
Syarat -------- Indeks maloklusi --------- Macam
Tingkat keparahan maloklusi
Kebutuhan perawatan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembahasan mengenai kebutuhan dan kesadaran akan kebutuhan
perawatan ortodontik yang berbeda dengan tuntutan terhadap perawatan
ortodontik oleh Parhal-Anderson (1978), merupakan kerangka yang bagus untuk
menjawab pertanyaan tersebut. Parhal-Aderson menyarankan bahwa penentuan
mengenai kebutuhan akan perawatan dilandasi 3 hal yang dipakai didalam bidang
kedokteran yang menentukan kesehatan atau kondisi seseorang yaitu:
1. Tanda-tanda Obyektif
Keinginan untuk membedakan pasien-pasien yang membutuhkan
perawatan ortodontik telah menyebabkan diusulkannya berbagai macam indeks
maloklusi dalam tahun-tahun 1950 dan 1960. Diantaranya malalignment indeks
dari Massler & Frankel (1951). malalignment indeks dari Vank Krik Pennell
(1959). Dan Hendicapping Labiolingual Deviation Index dari Draker (1960).
Indekks-indeks tersebut menggunakan ukuran-ukuran yang diambil dari
pemeriksaan klinis pasien dan atu model gigi pasien.
Sifat-sifat yang diukur ini dianggap penting untuk pemeriksaan
epidemioligi bagi kelompok individu yang jumlahnya besar, tetapi dalam
evaluasi ini hanya termasuk tanda-tanda obyektif tanpa atau hanaya sebagai
radiografi. Kegunaan klinis dalam meniai kebutuhan akan perawatan sangat
kecil dan tidak begitu penting.
Ada juga indeks yang lain untuk mengukur maloklusi berdasarkan tanda-
tanda obyektif. Yakni TPI, HAMAR, OI serta Uiform Method Of the
Epidemiologic Assesment of Maoclution yang dikembangkan oleh WHO.
4
2. Gejala-gejala Subyektif
Bermacam-macam studi telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh daya
tarik fisik dalam proses sosialisasi. Studi tersebut yang pada pokoknya
melibatkan penampilan daya tarik atau muka.
Pembahasan Prahal-Anderson yang lain ialah mengenai pengembangna
indeks-odeks baru untuk komponen estetik dari maloklusi serta evaluasi dari
indeks-indeks yang ada terhadap diskriminasi peilaian estetik dari maloklusi
serta evaluasi dari indeks-indeks yang ada terhadap diskriminasi penilaian
estetik pasien dan orang tua. Katz dalam tinjauan terhadap 8 indeks ortodontik
menemukan bahwa semua indeks memperhatikan kemampuannya untuk
membedakan individu yang puas dengan penampilan gigi dan mulut dengan
uang tidak puas, namun demikian Katz menyatakan bahwa indeks-indeks
tersebut lemah dan bagaimanapun klasifikasi Angel mempunyai kemampuan
yang paling kuat dan paling konsisten untuk membedakan antara individu-
individu yang puas dan tidak puas akan mulut dan gigi.
3. Kepuasan Sosial
Perbedaan sosial budaya memang ada. Kijak dalam tahun 1981
mempelajari perbedaan nilai estetik, memandang foto profil dan foto muka dari
depan, antara bangsa Kausakid dan Asia-pasific di daerah Seatle. Orang-orang
Asia-Pasific lebih toleransi terhadap disharmoni rahang dalam mengurutkan
profil mereka dan memandang protusif bimaksiler sebagai profil yang paling
menarik. Bangsa Kaukasid memandang kekurangan pertumbuhan vertikal
sebagai profil yang paling menarik. Dan kedua kelompok tersebut menguatkan
profil normal sebagai profil menarik nomer dua. Dalam menilai sifat-sifat
fasial secara keseluruhan, kedua kelompok mempunayai pendapat yang sama
yaiku bahwa kerenggangan gigi yang normal sebagai yang paling tidak
menarik. Kedua kelompok juga senang gigi yang yang sedikit tidak teratur dari
pada gigi yang letaknnya renggang atau berjejal.
5
A. PREVALENSI MALOKLUSI
Cara yang paling mudah untuk mengetahui prevalensi maloklusi adalah dengan
memisahkan maloklusi menurut morfologi yang ada.
1. Prevalensi Maloklusi pada Anak-anak Praremaja
Semenjak ada beberapa bukti tentang validitas TPI dan kalsifikasi Angel
dalam meperkirakan masalah ortodontik yang berhuungan dengan estetik
muka, sebagian dari kebutuhan akan perawatan pada kelompok anak-akan
muda berdasarkan atas pertimbangan estetik atau kecantikan yang dinilai
menggunakan indeks.
Indeks yang utama untuk perawatan ortodontik pada masa gigi geligi
bercampuran adalah insisvus yang sangat berjejal yang memerlukan perawatan
dengan pencabutan gigi secara awal, dan kelainan jarak gigit yang besar yang
merupakan indikasi pemakian alat fungsional atau headgear untuk mengkoreksi
hubungan antar rahang.
Pengaruh estetik dari kelainan jarak gigit sudah terlihat pada pasien anak-
anak pra-remaja. Masalah-masalah gigi lain yang kemungkinan memerlukan
perawatan dalam kelompok umur ini adalah tumpang gigit yang sangat dalam
atau gigitan palatal yang menyebabkan trauma pada jaringan gingiva di
belakang gigi anterior atas, dan gigitan anterior dan posterior.
2. Prevalensi Maloklusi pada Anak-anak Remaja
Persentase yang tinggi dari anak-anak yang memiliki maoklusi yang nyata,
makin meningkat pada masa remaja. Prevalensi gigi berjejal meningkat
meskipun susunan gigi-gigi insisivus menjadi lebih baik, hal ini agaknya
Karena letak gigi caninus yang menyimpang sehingga memberi ruang agak
banyak bagi gigi-gigi insisivus. Kelainan kelas 2 cendrung lebih parah serta
lebih mencolok, pada kelas III lebih jelas kelihatan pada remaja. Hampir 70-
75% remaja dipastikan memiliki maloklusi dalam beberapa tingkat keparahan.
3. Prevalensi Maloklusi pada Orang Dewasa
Maloklusi itu sendiri bukan satu-satunya alasan untuk perawatan
ortodontik pada orang dewasa, hal ini mungkin dibutuhkan sehubungan dengan
perawatan periodontal atau penambalan gigi dari pasein-pasien yang
6
mempunyai kerusakan jaringan peridontal dan/atau gigi-gigi yang tanggal yang
memerlukan gigi palsu. Meskipun perawatan orthodotik deperlukan oleh
sejumlah besar pasien orang dewasa, tetapi tidak ada data tentang komponen
kebutuhan bagi orang dewasa.
C. HUBUNGAN MALOKLUSI DENGAN KESEHATAN MULUT
1. Hub.Maloklusi dengan Gangguan fungsi Mandibula
Maloklusi itu sendiri, bukan merupakan alasan satu-satunya untuk
perawatan orthodontik orang dewasa. Hal itu mungkin di butuhkan sehubungan
dengan perawatan periodontal atau penambalan gigi dari pasien yang
mempunyai kerusakan jaringan periodontal atau gigi tanggal yang memerlukan
gigi palsu. Data dari prevalensi di atas jelas bahwa sebagian besar anak-anak
dan orang dewasa, dimana mereka kebanyakan memiliki susunan gigi yang
tidak teratur, atau hubungan occlusal yang tidak ideal. Jumlah yang tepat dari
orang-orang yang memiliki kelainan tersebut tergantung dari kriteria yang
dipakai. Gigi yang tidak teratur merupakan kelainan yang banyak dijumpai.
Gigi yang ketidakteraturannya ringan, memiliki skor kurang dari 4 termasuk
dalam kelompok normal.
2. Hubungan Maloklusi dengan penyakit periodontal
Mula-mula diduga bahwa maloklusi memainkan peranan yang berarti
dalam pathogenesis penyakit periodontal. Namun dalam studi belakangan ini
plak yang dikontrol baik oleh penderita, benar-benar merupakan faktor penentu
yang kuat terhadap kesehatan jaringan periodontal, sedangkan maloklusi
hanyalah peranan kedua. Sekarang maloklusi bukan merupakan lagi sebagai
faktor penyebab primer terjadinya penyakit periodontal.
Faktor penentu keparahan gingivitis maupun gigi berjejal, maupun gigi
yang susunanya tidak teratur, adalah jumlah plak yang ada. Jadi gigi yang
malposisi tidak merupakan masalah periodontal yang berarti pada pasien
dengan kebersihan mulut yang bagus. Semua diduga bahwa maloklusi yang
tidak dirawat memiliki peranan yang besar dalam etiologi penyakit periodontal,
7
tetapi kemudian ternyata tidak ada bukti tentang akibat perawatan orthodontic
bagi perawatan orthodontic. Ditemukan bahwa objek yang di rawat mempunyai
prevalensi yang lebih tinggi dari penyakit periodontal ringan sampai sedang di
region posterior maksila dan region anterior mandibula, yang sama ditemukan
juga di region posterior pada pasien yang mengalami pencabutan gigi sebagai
bagian dari perawatan ortodontik.
3. Hubungan Maloklusi dengan Karies gigi
Dengan merawat gigi secara lebih baik untuk mendapatkan gigi yang
sehat, nampaknya maloklusi dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Namun
demikian Katz tidak berhasil menemukan hubungan yang positif antara
maloklusi dengan karies gigi, tetapi bahkan ada hubungan antara gigi depan
yang berjejal dengan skor DMFS yang rendah tersebut. Kemauan seseorang
dan motivasi banyak menentukan kebersihan mulutnya daripada kerapian
giginya, ada tidaknya plak gigi merupakan penentu kuat terhadap kesehatan
jaringan keras dan lunak mulut. Hasil studi tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya karies gigi memperlihatkan orang-orang yang
memiliki gigi yang maloklusi lebih mudah mendapatkan karies, tetapi bila
dibandingkan dengan kebersihan mulut, efeknya terhadap karies lebih kecil.
D. KEBUTUHAN DAN TUNTUTAN PERAWATAN ORTHODONTIK
1. Kebutuhan perawatan orthodontik.
Penilaian akan perawatan ortodontik memerlukan suatu pengertian yaitu
bahwa tanpa perawatan, maloklusi atau kelainan dento-fasial tersebut akan
berakibat negative. Akibat negative tersebut adalah menurunnya kesehatan
jaringan periodontal, meningkatnya resiko terhadap karies gigi, gangguan
fungsi TMJ, ketidakmampuan berbicara atau makan, atau ketidaksesuaian
psikososial. Kekhawatiran terhadap akibat negative pengaruh sikap sosial dan
budaya serta pengaruh pemasaran memainkan peran yang besar dalam
menentukan rasa membutuhkan perawatan. Dalam studi yang menggunakan
orang tua yang anaknya mendapatkan perawatan orthodontik.
8
Menurut Proffit (1986) maloklusi dapat menyebabkan 3 permasalahan
bagi penderita yakni:
a. Masalah psikososial yang berhubungan dengan estetik dentofasial yang
mengganggu.
b. \Masalah fungsi mulut, termasuk kesukaran dalam menggerakkan
rahang. (Koordinasi yang baik dari otot-otot, gangguan TMJ, dan
masalah masalah pengunyahan, penelanan dan bicara).
c. Masalah yang berhubungan dengan penyakit periodontal dan karies
gigi.
2. Tuntutan terhadap perawatan Ortodontik
Tuntutan terhadap perawatan ortodontik ditunjukkan oleh jumlah pasien
yang betul-betul menginginkan dan mencari pelayanan perawatan. Kebutuhan
akan perawatan lebih sukar untuk diukur. Hal ini berkenaaan dengan jumlah
orang-orang yang memiliki masalah orthodontik dan yang memanfaatkan
pelayanan. Seperti yang kita ketahui bahwa tidak semua orang dengan gigi
maloklusi menginginkan perawatan meski gigi sangat menyimpang dari
normal. Beberapa diantara orang tersebut tidak menyadari bahwa mereka
mempunyai masalah dengan giginya, sedangkan yang lain merasa bahwa
mereka memerlukan perawatan tetapi tidak berusaha dan tidak memperoleh
perawatan.
Tuntutan terhadap perawatan orthodontik memiliki hubungan dengan
penghasilan keluarga. Penghasilan dan status sosial memiliki pengaruh nyata
terhadap tuntutan pelayanan orthodontik.
E. METODE PENILAIAN EPIDEMIOLOGI MALOKLUSI
Penilaian terhadap Maloklusi telah berkembang dari penilaian maloklusi
terhadap suatu individu menjadi penilaian maloklusi terhadap sekelompok
populasi.
Penilaian maloklusi oleh seorang spesialis orthodonti mempunyai tujuan
yang berbeda dengan penilaian maloklusi oleh seorang ahli kesehatan masyarakat.
9
Apa yang dibutuhkan oleh para dokter gigi yang bekerja di klinik adalah tolok
ukur diagnostik, sedangkan para dokter gigi yang bekerja di lapangan
membutuhkan tolok ukur administrative.
Dengan meningkatkannya perhatian para ahli kesehatan masyarakat
terhadap maloklusi dan perawatan orthodonti maka banyak metode penilaian
maloklusi dengan menggunakan indeks telah disusun dan diajukan untuk
keperluan survei epidemiologi maloklusi. Metode tersebut bertujuan untuk
mengumpulkan data keparahan maloklusi dan untuk menentukan prioritas
perawatan orthodonti bagi sekelompok masyarakat. Ternyata setiap indeks
menilai ciri-ciri maloklusi tertentu yang berlainan sehingga sampai saat ini belum
ada metode penilaian yang seragam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah
memperhatikan hal tersebut dan telah berusaha pula membuat dan menyajikan
penilaian maloklusi, tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan untuk
menetapkannya.
Dipandang dari luasnya ruang lingkup aspek diagnostik maloklusi, dapat
kiranya dimengerti adanya kesukaran-kesukaran dalam menerima suatu
pendekatan statistik yang seragam. Dewasa ini adanya suatu cara penilaian ciri-
ciri maloklusi sangat dibutuhkan, agar hasil survei dari berbagai tempat di dunia
dapat dibandingkan secara sahih (valid).
Indeks untuk mengukur Maloklusi
Maloklusi memang merupakan hal yang sungguh-sungguh sukar
didefinisikan, sebab persepsi perseorangan tentang apa yang merupakan masalah
maloklusi sangat berbeda-beda. Akibatnya belum ada indeks epidemiologi
maloklusi yang bisa diterima secara umum. Pembahasan tentang masalah
klasifikasi maloklusi dan pemberian skor maloklusi telah diuraikan oleh Jago
(1974) dan Foster & Menezes (1976).
Klasifikasi maloklusi yang paling terkenal adalah klasifikasi Angle yang
dibuat dalam abad ke 19. Sementara klasifikasi Angle masih berguna dalam
menemukan perawatan yang diberikan kepada pasien, ternyata klasifikasi itu tidak
ada gunanya dalam survei epidemiologi sebab ini adalah klasifikasi nominal dan
10
tidak memberikan informasi yang berguna bagi populasi. Untuk studi
epidemiologi sejumlah indeks maloklusi telah diusulkan dan diterapkan.
Kebanyakan indeks-indeks tersebut mencatat kondisi-kondisi yang spesifik. Mal I
menilai rotasi dan penyimpangan letak gigi, sedangkan OFI mencatat gigi berjejal,
interdigitasi tonjol gigi, tumpang gigit dan jarak gigit. Indeks HLD telah
digunakan untuk menilai kebutuhan akan perawatan orthodonti. Grainger
mengembangkan TPI untuk maksud yang sama, dan indeks ini telah digunakan
dalam studi-studi epidemiologi tentang kebutuhan anak-anak akan perawatan
orthodontik (USPHS, 2967).
Nampaknya OI Summer (1971) sekarang merupakan salah satu indeks
orthodontik yang bisa diterima. Indeks tersebut mengukur 9 sifat-sifat khas
maloklusi yaitu: (1) umur gigi, (2) relasi gigi molar, (3) tumpang gigit, (4) jarak