Top Banner
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor, gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan lain- lain. 1 Bencana alam terbesar dalam dua tahun terakhir adalah gempa bumi, letusan gunung berapi, dan gelombang tsunami.yang terjadi hampir di sebagian wilayah di Indonesia,dari Sabang sampai Merauke. 2 Seperti Gempa Bumi di Aceh, Gempa Bumi di Sumatera Barat, Gelombang Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam, Gelombang Tsunami di Kep. Mentawai, Letusan Gunung berapi di beberapa wilayah Pulau Jawa dan Sumatera, Banjir Bandang di Wasior Papua. Tetapi dari beberapa data 6 tahun terakhir yang dirilis oleh BNPB Indonesia bencana alam yang terbesar dan terbanyak terjadi di wilayah Pulau Sumatera, seperti gempa di Aceh dan Sumatera Barat, gelombang Tsunami di Nangro Aceh Darussalam, Letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara dan yang terbaru adalah gelombang Tsunami yang meluluh lantahkan wilayah Kep. Mentawai di Sumatera Barat. 2 1
54

KTI Radika

Feb 20, 2016

Download

Documents

bachrihidayat

KTI
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KTI Radika

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia secara geografis terletak pada

wilayah yang rawan terhadap bencana alam baik yang berupa tanah longsor,

gempa bumi, letusan gunung berapi, tsunami, banjir dan lain-lain.1

Bencana alam terbesar dalam dua tahun terakhir adalah gempa bumi, letusan

gunung berapi, dan gelombang tsunami.yang terjadi hampir di sebagian wilayah

di Indonesia,dari Sabang sampai Merauke.2 Seperti Gempa Bumi di Aceh, Gempa

Bumi di Sumatera Barat, Gelombang Tsunami di Nangroe Aceh Darussalam,

Gelombang Tsunami di Kep. Mentawai, Letusan Gunung berapi di beberapa

wilayah Pulau Jawa dan Sumatera, Banjir Bandang di Wasior Papua. Tetapi dari

beberapa data 6 tahun terakhir yang dirilis oleh BNPB Indonesia bencana alam

yang terbesar dan terbanyak terjadi di wilayah Pulau Sumatera, seperti gempa di

Aceh dan Sumatera Barat, gelombang Tsunami di Nangro Aceh Darussalam,

Letusan Gunung Sinabung di Sumatera Utara dan yang terbaru adalah gelombang

Tsunami yang meluluh lantahkan wilayah Kep. Mentawai di Sumatera Barat.2

Akan tetapi penangulangan bencana masih ditengarai minim dan kurang

dengan dilihat masih banyaknya petugas yang kurang siap seperti TNI, POLISI,

SAR, termasuk petugas-petugas yang berhubungan dengan medis seperti dokter,

paramedis, perawat, yang seharusnya dalam penanggulangan berbagai bencana

dapat diharapkan sangat berperan penting dalam tindakannya terutama dalam

bidang medis untuk meminimalisasikan timbulnya korban yang lebih banyak.

Terdapat banyak dampak yang dapat diakibatkan dari bencana- bencana

tersebut seperti korban dari bencana gempa, korban tenggelam seperti akibat

gelombang tsunami dan banjir bandang. Banyak korban-korban tersebut

mengalami gejala-gejala sesak napas, sumbatan jalan napas, fraktur,trauma

servikal, dan lain-lain. Akan tetapi dari sekian banyak dampak dari sisi medis

1

Page 2: KTI Radika

yang disebutkan di atas, dampak yang paling fatal untuk terjadinya kematian dari

seorang korban adalah terhentinya denyut jantung akibat kegagalan oksigenasi sel

ke otak dan jantung.3 Dalam hal ini salah satu tindakan awal yang sangat penting

untuk menunjang keberhasilan dalam penanggulangan korban-korban bencana

tersebut dan untuk meminimalisasikan korban akibat bencana adalah “Basic Life

Support” (BLS) atau yang dikenal dalam bahasa awam adalah Bantuan Hidup

Dasar. Bantuan Hidup Dasar atau BHD adalah merupakan pengelolaan gawat

darurat medik yang bertujuan:

1.Mencegah berhentinya sirkulasi dan respirasi

2.Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang

mengalami henti jantung atau henti napas dengan menggunakan

RJPO(RESUSITASI JANTUNG PARU OTAK).Resusitasi jantung paru memiliki

2 tahap yaitu:

-Survei primer yang dapat dilakukan oleh setiap orang

-Survei sekunder yang dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis yang

merupakan kelanjutan dari survey primer.3

Bantuan hidup dasar ini merupakan hal dasar dan ilmu pengetahuan dasar

yang harus dimiliki oleh orang-orang di dunia medis, seperti dokter, tim

paramedis, perawat, bahkan mahasiswa kedokteran harus mengerti tentang

pentingnya Bantuan Hidup Dasar ini. Di era globalisasi sekarang ini masyarakat

awam juga harus mengerti mengenai BHD ini. Di Negara-negara maju seperti

Eropa dan Amerika Serikat pengetahuan tentang Basic Life Support ini sudah di

ketahui oleh banyak masyarakat awam dimulai dari petugas Bank sampai

pembantu di rumah-rumah sudah banyak dilatih untuk melakukan Bantuan Hidup

Dasar ini. Bahkan di Negara-negara tersebut, alat-alat yang dapat menunjang

untuk dilakukannya BHD ini sudah disediakan oleh pemerintah di tempat-tempat

umum.

2

Page 3: KTI Radika

Ada beberapa data-data yang menyatakan pentingnya tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai bantuan hidup dasar ini. Berdasarkan data yang diambil

oleh PUSKESMAS wilayah Cilacap pada tahun 2006 dari masyarakat pantai

tentang pengetahuan masyarakat dalam memberikan bantuan hidup dasar pada

kejadian gawat darurat kelautan, terbagi menjadi beberapa kategori yaitu, tingkat

pengetahuan rendah 11 orang (73 %), pengetahuan sedang 3 orang (20 %) dan

tinggi 1 orang (7 %). Dari 15 orang tersebut, 8 orang tidak tahu tentang

pertolongan korban tenggelam dan memberikan bantuan hidup dasar, 7 orang tahu

tentang cara pertolongan tenggelam tapi tidak tahu tentang pemberian bantuan

hidup dasar.

Berdasarkan hal tersebut, maka dapat diidentifikasikan bahwa bencana alam

laut banyak terjadi dan banyak juga memakan korban. Hal ini disebabkan karena

ketidaktahuan masyarakat umumnya dan petugas-petugas medis khususnya dalam

penanganan awal korban dengan menggunakan bantuan hidup dasar. Selain itu

ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengukur tingkat pengetahuan

masyarakat mengenai bantuan hidup dasar. Penelitian yang dilakukan oleh

Iswanto Gobel mahasiswa kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar yang

berjudul “GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT

TENTANG PENATALAKSANAAN BANTUAN HIDUP DASAR DI RSUD

LIUNKENDAGE TAHUNA KABUPATEN SANGIHE PROPINSI

SULAWESI UTARA TAHUN 2009” dengan hasil penelitian menunjukan

bahwa tingkat pengetahuan perawat tentang penatalaksanaan bantuan hidup

dasar 33,3 % berpengetahuan kurang dan 36,7 % berpengetahuan sedang

sedangkan perawat yang berpengetahuan baik tidak ada. Satu hal pula yang

menjadi fenomena ternyata seluruh responden belum pernah mengikuti pelatihan

kegawatdaruratan, Kesimpulan dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan

perawat tentang bantuan hidup dasar masih rendah dan belum memenuhi harapan

3

Page 4: KTI Radika

Dilihat dari pembagian RJPO di atas, menyatakan bahwa survei primer dan

survei sekunder masing-masing dapat dilakukan oleh orang awam dan orang yang

terlatih di bidang medis, dan juga seperti yang telah ditulis sebelumnya bantuan

hidup dasar ini merupakan ilmu dasar yang harus diketahui oleh petugas-petugas

kesehatan, sehingga mahasiswa kedokteran adalah komponen yang sangat

diharapkan untuk dapat menguasai ilmu tentang bantuan hidup dasar ini, oleh

karena itu peneliti ingin melihat bagaimana gambaran tingkat pengetahuan

khususnya mahasiswa di Fakultas Kedokteran Islam Sumatera Utara .

1.2 Rumusan MasalahBagaimanakah tingkat pengetahuan mahasiswa kedokteran di FK UISU tentang

bantuan hidup dasar?

1.3 Tujuan Penelitian1.3.1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan Mahasiswa FK UISU Medan tentang

bantuan hidup dasar.

1.3.2.Tujuan KhususUntuk mengetahui tingkatan kemampuan dari masing – masing Mahasiswa FK

UISU Medan tahun ajaran 2008,2009, dan 2010 mengenai tingkat pengetahuan

tentang bantuan hidup dasar

1.4 Manfaat Penelitian1. Bagi Peneliti

Sebagai bahan dasar untuk pembelajaran untuk menambah wawasan dan

sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan profesi dokter

4

Page 5: KTI Radika

2. Bagi Mahasiswa kedokteran

Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan bagi para mahasiswa mengenai

pentingnya bantuan hidup dasar yang pada dasarnya harus diketahui oleh

mahasiswa kedokteran untuk menolong korban gawat darurat.

3. Bagi Pendidikan

Sebagai bahan masukan untuk lebih meningkatkan kurikulum pembelajaran

mengenai bantuan hidup dasar di Universitas khususnya Fakultas Kedokteran.

5

Page 6: KTI Radika

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Bantuan Hidup Dasar (BHD)

Bantuan Hidup Dasar atau disingkat BHD atau “BLS”(Basic Life Support)

merupakan pengelolaan gawat darurat medic yang merupakan suatu pertolongan

pertama yang harus segera dilakukan agar tidak terjadi kerusakan organ vital yang

membuat pasien tidak dapat tertolong dan mengancam nyawanya. Kemampuan

BHD/BLS ini harus dimiliki oleh seorang tenaga medis bahkan orang awam

sekalipun, karena kasus-kasus yang membutuhkan BHD dapat terjadi dimanapun

dan kapanpun. Sedangkan materi ini menjadi sesuatu yang wajib bagi tenaga

kesehatan, polisi, pemadam kebakaran dan penjaga pantai.

Bantuan Hidup Dasar ini pada dasarnya memiliki tujuan:

1.Mencegah berhentinya sirkulasi dan respirasi

2.Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang

mengalami henti jantung atau henti napas dengan menggunakan

RJPO(RESUSITASI JANTUNG PARU).Resusitasi jantung paru memiliki 2

tahap yaitu:

A. Survei primer yang dapat dilakukan oleh setiap orang

B. Survei sekunder yang dapat dilakukan oleh tenaga medis dan paramedis

yang merupakan kelanjutan dari survei primer.3

Resusitasi Jantung Paru/RJP adalah metode yang dilakukan untuk

menyelamatkan pasien yang mengalami henti jantung dan henti nafas yang

dapat menyebabkan kerusakan atau bahkan kematian organ vital. Cara

melakukan RJP adalah dengan cara melakukan nafas buatan dan pijatan

jantung luar.3

6

Page 7: KTI Radika

2.2.1. Penilaian Awal dan Pengelolaan Pasien atau Korban.

Pengelolaan penderita yang terluka parah memerlukan penilaian yang

cepat dan pengelolaan yang tepat guna menghindari kematian.

Pada penderita trauma, waktu sangat penting, karena itu diperlukan

adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses ini dikenal

sebagai Initial assessment (penilaian awal) dan meliputi:

1. Persiapan

2. Triase

3. Primary Survey (ABCDE)

4. Resusitasi

5. Tambahan terhadap primary survey dan resusitasi

6. Secondary Survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis

7. Tambahan terhadap secondary survey

8. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan

9. Penanganan definitive

Baik primary survey maupun secondary survey dilakukan berulang

kali agar dapat mengenali penuranan keadaan penderita, dan

memberikan terapi bila diperlukan. Urutan kejadian di atas diterapkan

seolah-olah berurutan (sekuensial), namun dalam praktek sehari-hari

dapat berlangsung bersama-sama (simultan). Penerapan secara

berurutan ini merupakan suatu cara atau sistem bagi dokter untuk

menilai perkembangan penderita.4

1.PersiapanPersiapan penderita sebaiknya berlangsung dalam 2 fase yang berbeda.

Fase pertama adalah fase pra-rumah sakit (pre-hospital), dimana

seluruh penanganan penderita sebaiknya berlangsung dalam

koordinasi dengan dokter dirumah sakit. Fase kedua adalah fase rumah

7

Page 8: KTI Radika

sakit (hospital) dimana dilakukan persiapan untuk menerima

penderita, sehingga dapat dilakukan resusitasi dalam waktu cepat.

Fase Pra-Rumah SakitKoordinasi yang baik antara dokter di rumah sakit dengan petugas

lapangan akan menguntungkan penderita. Sebaiknya rumah sakit

sudah diberitahukan sebelum penderita mulai diangkut dari tempat

kejadian. Pemberitahuan ini memungkinkan rumah sakit

mempersiapkan Tim Trauma sehingga sudah siap saat penderita

sampai di rumah sakit. Pada fase pra-rumah sakit titik berat diberikan

pada penjagaan airway, control perdarahan dan syok, immobilisasi

penderita dan segera ke rumah sakit terdekat yang fasilitas cocok, dan

sebaiknya ke suatu pusat trauma yang diakui.4

Fase Rumah SakitHarus dilakukan perencanaan sebelum penderita tiba. Sebaiknya ada

ruangan/daerah khusus resusitasi. Untuk pasien trauma. Perlengkapan

airway (laringoskop,endotracheal tube dsb) sudah dipersiapkan,

dicoba, dan diletakkan di tempat yang mudah terjangkau. Cairan

kristaloid (misalnya Ringer’s Laktat) yang sudah dihangatkan

disiapkan dan diletakkan pada tempat yang mudah dicapai.

Perlengkapan monitoring yang diperlukan sudah dipersiapkan.Suatu

system pemanggilan tenaga medic tambahan sudah harus ada,

demikian juga tenaga laboratorium dan radiologi.4

2. TriaseTriase adalah cara pemilahan penderita berdasarkan kebutuhan terapi

dan sumber daya yang tersedia. Terapi didasarkan pada prioritas ABC

(Airway dengan kontrol vertebra servikal), Breathing, dan Circulation

dengan kontrol perdarahan.4

8

Page 9: KTI Radika

Triase juga berlaku untuk pemilahan penderita di lapangan dan rumah

sakit yang akan di rujuk, merupakan tanggung jawab bagi tenaga pra-

rumah sakit (dan pimpinan tim lapangan) untuk mengirim ke rumah

sakit yang sesuai. Merupakan kesalahan besar untuk mengirim

penderita ke rumah sakit non trauma bila yang ada pusat trauma

tersedia. Ada suatu system skoring yang membantu dalam

pengambilan keputusan pengiriman ini. Dua jenis keadaan triase dapat

terjadi :

A. Multiple Casualities

Musibah massal dengan jumlah penderita dan beratnya perlukaan tidak

melampaui kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini penderita

dengan masalah yang mengancam jiwa dan multi trauma akan dilayani

terlebih dahulu.4

B. Mass Casualities

Musibah masal dengan jumlah penderita dan beratnya luka melampaui

kemampuan rumah sakit. Dalam keadaan ini yang akan dilayani terlebih

dahulu adalah penderita dengan kemungkinan survival yang terbesar,

serta membutuhkan waktu, perlengkapan dan tenaga paling sedikit.4

9

Page 10: KTI Radika

BAGAN ALUR TRIASE. 4

Langkah 1

Langkah 2

Langkah 3

Langkah 4

10

Ukur Tanda Vital dan Tingkat Kesadaran

GCS<14 atau .Tek. Darah Sistolik<90 RR<10 atau > 29 RTS<11 PTS<90

Flail Chest Fraktur lebih fraktur tulang Panjang Amputasi proksimal Cedera tembus kepala Fraktur tengkorak, terbuka dan impresi Paralisis ekstremitas Fraktur pelvis Kombinasi trauma luka bakar Luka bakar luas

YA, rujuk ke pusat trauma,

Tidak, Nilai mekanisme cedera dan bukti benturan keras

Terlempar dari mobil Meninggal di mobil yang sama Pejalan kaki terlempar/terlindas Mobil kecepatan tinggi Waktu ekstrikasi >20 menit Jatuh>6m Mobil terbalik

Ya, Konsul control medic, rujuk ke pusat trauma panggil tim trauma

Tidak Umur < 5 atau > 55 tahun Hamil Imunosupresi Penyakit jantung-paru IDDM, Sirosis, koagulopati

Ya, Konsul control medic, rujuk ke pusat trauma panggil tim trauma

Tidak, Re-evaluasi bersama control medik

Ya, Rujuk Ke Pusat Trauma, panggil tim trauma

Tidak, nilai anatomi cedera

Page 11: KTI Radika

3. Primary SurveyPenilaian keadaan penderita dan proritas terapi berdasarkan jenis

perlukaan, tanda-tanda vital, dan mekanisme trauma. Pada penderita yang

terluka parah, terapi diberikan berdasarkan prioritas. Tanda vital penderita

harus dinilai secara cepat dan efisien. Pengelolaan penderita berupa

primary survey yang cepat dan kemudian resusitasi, secondary survey dan

akhirnya terapi definitive. Proses ini merupakan ABC-nya trauma, dan

berusaha untuk mengenali keadaan yang mengancam nyawa terlebih

dahulu, dengan berpatokan pada urutan berikut:

A: Airway, menjaga airway dengan kontrol servikal

B: Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi

C: Circulation dengan control perdarahan

D: Disability: status neurologis

E: Exposure/environmental control: buka baju penderita, tetapi cegah

hipotermia.

Selama primary survey, kadaan yang mengancam nyawa harus

dikenali, dan resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.

Tindakan primary survey di atas adalah dalam bentuk berurutan

(sekuensial), sesuai prioritas dan agar lebih jelas; namun dalam praktek

hal-hal di atas sering dilakukan bersamaan.

Prioritas pada penderita anak, pada dasarnya sama dengan orang

dewasa. Walaupun jumlah darah, cairan obat, ukuran anak, kehilangan

panas, dan pola perlukaan dapat berbeda, namun prioritas penilaian dan

resusitasi adalah sama seperti pada orang dewasa.4

A. Airway, dengan kontrol servikal

Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan nafas. Ini meliputi

pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang dapat disebabkan

benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula, atau maksila,

fraktur laring atau trakea. Usaha untuk membebaskan airway harus

11

Page 12: KTI Radika

melindungi vertebra servikal. Dalam hal ini dapat dimulai dengan

melakukan chin lift atau jaw trust. Pada penderita yang dapat

berbicara, dapat dianggap bahwa jalan nafas bersih, walaupun

demikian penilaian ulang terhadap airway harus tetap dilakukan.

A) B)

C).

(Gambar 2.1 Beberapa teknik pembebasan jalan nafas A. pembebasan jalan nafas dengan head tilt, B. pembebasan jalan nafas dengan chin lift, C. pembebasan jalan nafas dengan jaw thrust)

12

Page 13: KTI Radika

Sebab-sebab sumbatan jalan nafas:

Daerah yang sering mengalami sumbatan jalan nafas adalah

hipofarings. Terjadi pada pasien koma ketika otot lidah dan leher yang

lemas tidak dapat mengangkat dasar lidah dari dinding belakang

farings. Ini terjadi jika kepala pada posisi fleksi atau posisi tengah.

Oleh karena itu ekstensi kepala merupakan langkah pertama yang

terpenting dalam resusitasi, karena gerakan ini akan

meregangkanstruktur leher anterior sehingga dasar lidah akan terangkat

dari dinding belakang faring.5

Kadang-kadang sebagai tambahan diperlukan pendorongan

mandibula ke depan untuk meregangkan leher anterior, lebih-lebih jika

sumbatan hidung memerlukan pembukaan mulut. Hal ini akan

mengurangi regangan struktur leher tadi. Kombinasi ekstensi kepala,

pendorongan mandibula ke depan dan pembukaan mulut

merupakan”gerak jalan napas tripel”.5

Pada sepertiga pasien yang tidak sadar rongga hidung tersumbat

selama ekspirasi karena palatum mole bertindak sebagai katup. Selain

itu rongga hidung dapat tersumbat oleh kongesti, darah atau

lendir(Safar). Jika dagu terjatuh, maka usaha inspirasi dapat

“mengisap” dasar lidah ke posisi yang menyumbat jalan nafas

(Guildner). Sumbatan jalan nafas oleh dasar lidah bergantung kepada

posisi kepala dan mandibula serta dapat saja terjadi lateral, terlentang

atau telungkup.5

Walaupun gravitasi dapat menolong drainase benda asing cair,

gravitasi ini tidak akan meringankan sumbatan jaringan lunak

hipofarings, sehingga gerak mengangkat dasar lidah seperti diterangkan

di atas tetap diperlukan.5 Penyebab sumbatan jalan nafas adalah benda

asing, seperti muntahan atau darah di jalan nafas atas yang tidak dapat

13

Page 14: KTI Radika

ditelan atau dibatukkan keluar oleh pasien yang tidak sadar.

Laringospasme biasanya disebabkan oleh rangsangan jalan nafas atas

pada pasien stupor atau koma dangkal. Sumbatan jalan nafas bawah

dapat disebabkan oleh brongkospasme, sekresi bronkus, sembab

mukosa, inhalasi isi lambung atau benda asing.5

Tatalaksana Sumbatan Jalan Napas

Dalam Bantuan Hidup dasar, pengenalan dan tatalaksana jalan

napas merupakan kunci suksesnya suatu resusitasi. Pada waktu

resusitasi jantung paru, bila inflasi paru mengalami tahan perlu

dicurigai sumbatan jalan napas oleh benda asing. Benda asing dalam

jalan napas oleh benda asing. Benda asing dalam jalan napas dapat

membuat sumbatan parsial atau total. Pada sumbatan parsial, inhalasi

mungkin masih normal tetapi ekshalasi akan terhambat sehingga

menimbulkan bunyi” wheezing” diantara batuk. Korban harus

dirangsang untuk batuk dan menarik napas lebih efektif, agar benda

asing dapat dikeluarkan. Jika sumbatan jalan napas total maka korban

tak dapat bicara dan tak dapat batuk, biasanya akan memegang

lehernya dalam posisi yang khas.6

Tindakan Hemlich berupa menekan diafragma kearah superior dan

posterior secara berulang-ulang sehingga menghasilkan batuk buatan.

Tindakan Heimlich dapat dilakukan pada korban sadar dengan

merangkul korban pada pinggang dan meletakkan pada ulu hati korban,

kemudian dengan tangan lainnya menekan tinju tersebut kearah

superior dan posterior berulang-ulang.6

Miringkan korban ke salah satu sisinya dan berikan pukulan yang

mantap diantara kedua tulang belikat untuk melepaskan benda asing

yang tersangkut dalam jalan napas.6

14

Page 15: KTI Radika

Benda asing dalam rongga mulut korban yang tak sadar harus

dikeluarkan dengan menggunakan usapan jari tengah dan ajri telunjuk

pada rongga mulut dengan hati-hati agar tidak menyebabkan benda

asing lebih terdorong ke dalam.

(Gambar 2.2 Cara melakukan Heimlich Manuver pada orang dewasa)

B. Breathing dan Ventilasi

Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran

gas yang terjadi pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen

dan mengeluarkan karbon-dioksida dari tubuh. Ventilasi yang baik

meliputi fungsi yang baik dari paru, dinding dada, dan diafragma.

Setiap komponen ini harus di evaluasi secara cepat.

Dada penderita harus dibuka untuk melihat ekspansi pernafasan.

Auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke dalam

paru. Perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah dalam

15

Page 16: KTI Radika

rongga pleura. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan

dinding dada yang mungkin menganggu ventilasi.

Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat

adalah tension pneumothorax, flail chest dengan kontusio paru, dan

open pneumothorax. Keadaan-keadaan ini harus dikenali pada saat

dilakukan primary survey. Hemato-thorax, simple pneumo-thorax

patahnya tulang iga, dan kontusio paru menganggu ventilasi dalam

derajat yang lebih ringan dan harus dikenali pada saat melakukan

secondary survey.4

Jebakan: Membedakan gangguan airway terhadap gangguan pernafasan mungkin sulit.

1. Penderita dalam keadaan takipnu dan dispnu berat yang

disebabkan tension pneumo-thorax, mungkin di simpulkan

bahwa peroblemnya adalah airway yang tidak adekuat. Bila

pada keadaan ini dilakukan intubasi endotrakeal dengan nafas

tambahan memakai bag kemungkinan akan memperburuk

keadaan penderita

2. Pada penderita yang tidak sadar dilakukan intubasi endotrakeal

disertai ventilasi tambahan, kemungkinan tindakan ini sendiri

menyebabkan terjadinya tension-pneumo-thorax. Hal ini dapat

diketahui dengan cara pemeriksaan fisik dan foto thorax bila

keadaan memungkinkan.4

C. Ciculation dengan Kontrol Perdarahan

16

Page 17: KTI Radika

1.Volume darah dan cardiac output

Perdarahan merupakan sebab utama kematian pasca-bedah yang

mungkin dapat diatasi dengan terapi yang cepat dan tepat di rumah

sakit. Suatu keadaan hipotensi pada penderita trauma harus dianggap

disebabkan oleh hipovolemia, sampai terbukti sebaliknya. Dengan

demikian maka diperlukan penilaian yang cepat dari status

hemodinamik penderita. Ada 3 penemuan klinis yang dalam hitungan

detik dapat memberika informasi mengenai keadaan hemo-dinamik

ini, yakni tingkat kesadaran, warna kulit dan nadi.4

a. Tingkat kesadaran

Bila volume darah menurun, perfusi otak dapat berkurang, yang

akan mengakibatkan penurunan kesadaran

b. Warna Kulit

Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolemia. Penderita

trauma yang kulitnya kemerahan, terutama pada wajah dan

ekstremitas, jarang yang dalam keadaan hipovolemia. Sebaliknya,

wajah pucat keabu-abuan dan kulit ekstremitas yang pucat

merupakan tanda hipovolemia.4

c. Nadi

Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau a.karotis

(kiri-kanan), untuk kekuatan nadi, kecepatan dan irama. Nadi yang

tidak cepat, kuat dan teratur biasanya merupakan tanda normo-

volemia. Nadi yang cepat dan kecil merupakan tanda hipovolemia,

walaupun dapat disebabkan keadaan yang lain. Kecepatan nadi

yang normal bukan jaminan bahwa normovolemia. Nadi yang tidak

teratur biasanya merupakan tanda gangguan jantung. Tidak

17

Page 18: KTI Radika

ditemukannya pulsasi dari arteri besar merupakan pertanda

diperlukannya resusitasi segera.4

2.Perdarahan

Perdarahan nadi arteri luar harus dikelola pada primary

survei.Perdarahan eksternal dihentikan dengan penekanan pada

luka. Spalk udara juga dapat digunakan untuk mengontrol

perdarahan. Spalk jenis ini harus tembus cahaya untuk dapat

dilakukan pengawasan perdarahan. Tourniquet sebaiknya jangan

dipakai karena merusak jaringan dan menyebabkan iskemia distal,

sehingga tourniquet hanya dipakai bila ada amputasi traumatik.4

Pemakaian hemostat memerlukan waktu dan dapat merusak

jaringan seperti syaraf dan pembuluh darah. Sumber perdarahan

internal adalah perdarahan dalam rongga toraks, abdomen, sekitar

fraktur dari tulang panjang, retro-peritoneal akibat fraktur pelvis,

atau sebagai akibat dari luka tembus dada/perut.4

2.2.2. Tahapan dan Langkah Resusitasi Jantung-Paru Otak (RJPO)

Setelah tahap-tahap pada primary survey telah dilaksanakan yang

fungsinya untuk mempertahankan ventilasi dan sirkulasi, jika

memungkinkan segera minta bantuan dan aktifkan system pelayanan medik

darurat (PMD) masyarakat (atau tim RJP rumah sakit). Mintalah pembantu

untuk memanggil ambulance.4

18

Page 19: KTI Radika

Pertolongan pertama yang membantu kehidupan meliputi beberapa

tindakan dasar tanpa alat dan diajarkan kepada masyarakat umum.

Ini mencakup bagian-bagian dasar RJP. Langkah A (ekstensi kepala,

pembukaan mulutnpendorongan mandibula) dan B (ventilasi mulut ke

mulut dan mulut ke hidung secara langsung): tidak termasuk kompresi

jantung luar (KJL).4

Skema Algoritma RJP

(Gambar 2.3 Algoritma RJP)

2.2.Pengetahuan

19

Page 20: KTI Radika

Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra

manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.7

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahauan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior).

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan,

yaitu: 7

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahauan tingkat ini adalah mengingat

kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu,’tahu’ ini

merupakan tingkat penetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain

menyebutkan, menguraikan,mengidentifikasi, menyatakan dsb.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dan dapat

menginterpretasikan secara benar tentang objek/materi yang diketahui. Orang

yang telah paham terhadap objek/materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan dsb.

c. Aplikasi (application)

20

Page 21: KTI Radika

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

tuasi dan kondisi rill (sebenarnya)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen – komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata

lain, sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi batu dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi/objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria

yang ditentukan sendiri atau menggunakan criteria yang telah ada.

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu:

a) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang lain.

Pengalaman yang sudah diperoleh dapat memperluas pengetahuan

seseorang.

b) Umur

21

Page 22: KTI Radika

Makin tua umur seseorang maka proses-proses perkembangan mentalnya

bertambah baik, akan tetapi pada umur tertentu, bertambahnya proses

perkembangan mental ini tidak secepat seperti ketika berumur belasan

tahun. Selain itu, daya ingat seseorang dipengaruhi oleh umur. Dari uraian

ini maka dapat kita simpulkan bahwa bertambahnya umur seseorang dapat

berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang diperolehnya, akan

tetapi pada umur-umur tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan

penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

c) Tingkat pendidikan

Pendidikan dapat memperluas wawasan atau pengetahuan seseorang.

Secara umum, seseorang yang berpendidikan lebih tinggi akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas dibandingkan dengan seseorang

yang tingkat pendidikannya lebih rendah.

d) Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun dan tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu. Keyakinan ini bias mempengaruhi

pengetahuan seseorang, baik keyakinan itu sifatnya positif maupun

negatif.

e) Sumber informasi

Meskipun seseorang memliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik maka pengetahuan seseorang akan

meningkat. Sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan

seseorang, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku.

f) Penghasilan

22

Page 23: KTI Radika

Penghasilan tidak berpengaruh langung terhadap pengetahuan seseorang.

Namun bila seseorang berpenghasilan cukup besar maka dia akan mampu

untuk menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber informasi.

g) Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi

pengetahuan persepsi, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ukur

dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat pengetahuan di atas.

Pengetahuan sebagai parameter keadaan sosial dapat sangat menentukan

kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari penyakit asalkan

pengetahuan tentang kesehatan dapat ditingkatkan, sehingga perilaku dan

keadaan lingkungan sosialnya menjadi sehat.7

BAB 3

23

Page 24: KTI Radika

KERANGKA KONSEP DAN METODE PENELITIAN

3.1.Kerangka Konsep

Karakteristik responden

Variabel Independen

3.2.Definisi Operasional Variabel Dependen

a) Bantuan Hidup Dasar adalah pengelolaan gawat darurat medik yang

merupakan suatu pertolongan pertama yang harus segera dilakukan agar tidak

terjadi kerusakan organ vital yang membuat pasien tidak dapat tertolong dan

mengancam nyawanya.

b) Mahasiswa adalah sekelompok orang yang sedang menjalani pendidikan di

sebuah Universitas atau Perguruan Tinggi, tepatnya di FK UISU Medan.

c) Pengetahuan mahasiswa adalah kumpulan beberapa informasi tentang

pengetahuan dari mahasiswa mengenai pembelajaran bantuan hidup dasar

yang diperoleh dari kurikulum pembelajaran ataupun sumber-sumber

informasi di tingkatan pendidikan FK UISU Medan. Data-data ini diukur

dengan menggunakan kuesioner rancangan penulis dengan skala ukur.

Teknik penilaian tingkat pengetahuan dan pengetahuan akan tindakan

Mahasiswa FK UISU Medan terhadap Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah

24

Pengetahuan

Tingkat Pendidikan

Bantuan Hidup Dasar (BHD):

-Definisi

-Tindakan penanganan kasus

Page 25: KTI Radika

berdasarkan tingkatan skala pengukuran menurut Hadi Pratomo dan Sudarti

(1986) adalah sebagai berikut:

a.) Baik: apabila responden mengetahui sebagian besar atau seluruhnya

tentang apa itu bantuan hidup dasar, seperti: definisi, dan tindakannya

(skor jawaban responden >75% dari nilai tertinggi

b.) Sedang, apabila responden mengetahui sebagian mengenai tentang apa itu

bantuan hidup dasar, seperti: definisi, dan tindakannya (skor jawaban

responden 40-75% dari nilai tertinggi)

c.) Kurang, apabila responden mengetahui sebagian kecil mengenai apa itu

bantuan hidup dasar, seperti: definisi, dan tindakannya (skor jawaban

responden < 40% dari nilai tertinggi)

A. Nilai Untuk Pertanyaan Pengetahuan Tentang BHD

1. Untuk pertanyaan No.1-15

a. Untuk jawaban yang benar =3

b. Untuk jawaban yang kurang tepat =2

c. Untuk jawaban yang salah =1

d. Skor tertinggi =45

Nilai Untuk Pertanyaan Pengetahuan Tindakan Tentang BHD

Berdasarkan Pertanyaan Skenario

25

Page 26: KTI Radika

1. Untuk Pertanyaan No.16-20

a. Untuk jawaban yang benar = 3

b. Untuk jawaban yang kurang tepat = 2

c. Untuk jawaban yang salah = 1

d. Skor tertinggi = 15

SKOR TOTAL =60

B. Kriteria / klasifikasi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Secara

Umum dan Berdasarkan Tindakan Melalui Skenario Tentang

BHD

a. Baik :>75% = skor 45-60

b. Sedang : 40-75% = skor 28-44

c. Buruk : <40% = skor 0-27

3.3.Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional

3.4.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kampus Fakultas Kedokteran Universitas Islam

Sumatera Utara Jalan Sisingamangaraja.2A Medan. Penelitian ini berlangsung dari

bulan Mei –Agustus 2011

3.5.Populasi dan Sampel

3.5.1.Populasi

26

Page 27: KTI Radika

Seluruh Mahasiswa FK UISU Medan yang sedang belajar di FK UISU Medan

stambuk 2008,2009, dan 2010 berjumlah mahasiswa 959

3.5.2.Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Setiap

sampel dipilih dengan mengambil mahasiswa di setiap stambuk sebanyak 30

mahasiswa. Sampel penelitian ini diambil sebagian populasi mahasiswa FK UISU

medan yang sedang belajar di FK UISU Medan, stambuk 2008,2009,dan 2010.

Jumlah dari sampel ditentukan jumlahnya dengan rumus:

n= N

1 + N(d2 )

Dimana:

n= Jumlah sampel yang digunakan

d= Derajat kesalahan yang diinginkan = 0,1

N= Jumlah populasi (Mahasiswa FK UISU stambuk 2008,2009,dan2010)

Perhitungan Sampel Mahasiswa FK UISU : n = 959

1 + 959(0,12)

= 90

A. Sampel Mahasiswa Stambuk 2008 :

27

Page 28: KTI Radika

311 x 90 ≈ 30 Mahasiswa

959

B. Sampel Mahasiswa Stambuk 2009 :

322 x 90 ≈ 30 Mahasiswa

959

C. Sampel Mahasiswa Stambuk 2010 :

326 x 90 ≈ 30 Mahasiswa

959

Dari perhitungan diperoleh jumlah total sampel yang digunakan sebanyak 90

mahasiswa, yang dibagi di setiap stambuk menjadi 30 sampel mahasiswa

3.6.Kriteria inklusi dan Eksklusi

3.6.1. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Mahasiswa FK UISU stambuk 2008,2009, dan 2010 yang sedang

belajar di kampus FK UISU Jalan Sisingamangaraja No.2A

b. Bersedia menjadi subjek penelitian

3.6.2. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bukan Mahasiswa FK UISU stambuk 2008,2009,dan 2010 yang

sedang belajar di kampus FK UISU Jalan Sisingamangaraja No.2A

b. Tidak bersedia menjadi subjek penelitian

3.6.Teknik Pengumpulan Data

28

Page 29: KTI Radika

Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh melalui kuisoner yang

berjumlah 20 pertanyaan yang sesuai dengan masalah penelitian. Data ini diperoleh

saat penelitian berlangsung.

3.7.Instrumen Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah

Kuisioner yang terdiri dari 20 pertanyaan berdasarkan tinjauan pustaka

sebagai berikut:

a. 15 pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan tentang Bantuan Hidup

Dasar

b. 5 pertanyaan untuk mengetahui tentang tindakan dalam penanganan

korban dengan metode Bantuan Hidup Dasar.

Alat tulis (pensil, ballpoint, penghapus,dll)

Komputer/Laptop, kalkulator

3.8.Pengolahan Data dan Teknik Analisa Data

3.8.1 Pengolahan Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan melalui langkah sebagai berikut:

a. Editing

Proses editing dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan data yang sudah terkumpul, dan data yang sudah terkumpul diperiksa kebenarannya

b. Coding

Yaitu mengklasifikasikan jawaban menurut macamnya dengan member kode tertentu

29

Page 30: KTI Radika

c. Tabulating

Data yang terkumpul ditabulasikan dalam bentuk table

3.8.2 Analisa Data

Dengan melakukan pemeriksaan terhadap masing-masing jawaban

responden lalu ditampilkan dalam tabel-tabel distribusi frekuensi, kemudian

dicari besarnya persentasi untuk masing-masing distribusi frekuensi tersebut.

Kemudian dibuat dalam kalimat narasi yang relevan sehingga dapat diambil

suatu kesimpulan.

BAB IV

30

Page 31: KTI Radika

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian

Lokasi penelitian diadakan di Fakultas Kedokteran UISU yang terletak di

Jalan Sisingamangaraja No.2A. Fakultas Kedokteran UISU ini berdiri pada bulan

Oktober tahun 1965 yang mempunyai luas tanah ±10.474m2 dan luas bangunan

6.613,70 m2 terdiri dari 3 lantai yang meliputi gedung, ruang administrasi umum,

ruang administrasi akademik, ruang bersama dosen, ruang kegiatan mahasiswa, ruang

serbaguna, ruang kuliah, ruang keterampilan (skill lab), laboratorium, perpustakaan,

ruang layanan internet, ruang tunggu dosen, musholla dan kantin.

Ketersediaan dosen sebagai pelaksanan proses pembelajaran yang berjumlah

136 orang dengan kualifikasi S1,S2/SP1 dan S3/Sp2 dan guru besar. Sedangkan

tenaga administrasi dan pendukung lainnya untuk membantu proses tersebut

sebanyak 31 orang.

Sebagai salah satu intituisi pendidikan swasta, pelaksanaan Tridharma

perguruan tinggi membutuhkan perhatian dan proses pembelajaran yang lebih intensif

agar tenaga, waktu dan dana yang tersedia dapat digunakan lebih efisien dan efektif.

31

Page 32: KTI Radika

Visi: institusi pendidikan tinggi yang berlandaskan Islam dan bertaraf

Internasional

Misi: menghasilkan dokter yang bermoral islami dan berakhlak mulia,

Profesional serta mampu mengikuti dan memanfaatkan perkembangan informasi,

ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.

4.1.2. Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti dengan memberikan

kuesioner yang memuat 15 pertanyaan dalam bentuk pilihan ganda mengenai

pengetahuan secara teori dan 5 pertanyaan berdasarkan skenario tindakan

penanganan kasus tentang BHD(Bantuan Hidup Dasar) kepada 90 orang responden

yang ada di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara .

Tabel 1. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK UISU Terhadap Bantuan Hidup Dasar Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Tingkat Pengetahuan

2008 2009 2010

N % N % N %

BAIK 30 100 30 100 30 100

SEDANG - - - - - -

KURANG - - - - - -

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK

UISU mengenai Bantuan Hidup Dasar dengan mengambil sampel sebanyak 30

sampel di setiap stambuk mencapai 100% adalah baik.

32

Page 33: KTI Radika

Tabel 2. Data Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK UISU Terhadap BHD Berdasarkan Nilai Rata-rata (Mean), Standar Deviasi (SD), dan Nilai Maksimum Minimum

Tingkat Pendidikan

X SD (Standar Deviasi)

Nilai Minimum

Nilai Maksimum

2008 52 1,974 50 58

2009 54 3,011 45 59

2010 55,25 2,953 46 57

Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa di beberapa Stambuk terdapat nilai –

nilai yang berbeda. Pada tahun ajaran 2008 didapatkan nilai rata-rata skor total

berjumlah 52, pada tahun ajaran 2009 didapatkan nilai rata-rata skor total berjumlah

54, pada tahun ajaran 2010 didapatkan nilai rata-rata 55,25. Dilihat dari hasil yang

lain nilai maksimum dan minimum pada tahun ajaran yaitu, pada tahun ajaran 2008

nilai maksimum yang didapat adalah 58 dan nilai minimumnya adalah 50, pada

tahun ajaran 2009 nilai maksimum yang didapat adalah 59 dan minimum adalah 45,

pada tahun ajaran 2010 nilai maksimum yang didapat adalah 57 dan minimumnya

adalah 46.

Diagram1. Frekuensi Total Skor

33

Page 34: KTI Radika

4.2. Pembahasan

1. Pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh bahwa pengetahuan mahasiswa

tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) di Fakultas Kedokteran UISU dari total 90

responden, semuanya mempunyai kriteria baik atau 100% dari total sampel yang

diambil..Secara keseluruhan menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mahasiswa FK

UISU mengenai Bantuan Hidup Dasar (BHD) keseluruhan menunjukkan hasil yang

baik.

Tingkat pengetahuan mahasiswa yang baik ini disebabkan karena dari setiap

tingkat pendidikan mahasiswa di kampus, mahasiswa telah mendapatkan proses

pembelajaran mengenai pengetahuan dasar untuk menangani keadaan emergency

dengan melakukan suatu tindakan Bantuan Hidup Dasar baik di proses perkuliahan

maupun di beberapa seminar-seminar dan pelatihan yang sering diadakan oleh

organisasi-organisasi di kampus FK UISU yang berlandaskan kegawatdaruratan

medis (Tim Bantuan Medis).Selain itu dari beberapa sampel acak yang diambil oleh

peneliti untuk melakukan penelitian ini didapatkan beberapa mahasiswa yang

merupakan anggota dari organisasi yang berlandaskan kegawatdaruratan medis (Tim

Bantuan Medis).

2. Tingkatan Total Skor Rata-rata yang Dicapai MahasiswaTerhadap Kuesioner

yang Diberikan Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa presentase tingkatan total skor rata-rata

yang dicapai setiap stambuk mahasiswa di kampus yaitu 2008,2009, dan 2010

memiliki beberapa perbedaan, yakni di stambuk 2010 memiliki skor rata-rata yang

paling tinggi yaitu 55,25 sedangkan stambuk 2008 memiliki skor yang terendah yaitu

sebesar 52.

34

Page 35: KTI Radika

. Hal ini dikarenakan oleh beberapa kemungkinan, pertama pada saat

dilakukan penelitian dengan membagikan kuesioner kepada responden stambuk 2010,

dilakukan pada saat mereka selesai melakukan pelatihan dan seminar mengenai Basic

Life Support. Selain itu mahasiswa stambuk 2010 juga baru saja meyelesaikan

kurikulum pembelajaran kardiovaskuler. Sedangkan skor pada stambuk 2008

memiliki nilai rata-rata yang terendah diantara stambuk lainnya, hal ini dikarenakan

oleh beberapa kemungkinan diantaranya mahasiswa stambuk 2008 sedikit

memperoleh pengetahuan mengenai bantuan hidup dasar di kurikulum perkuliahan.

35

Page 36: KTI Radika

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

5.1 Kesimpulan

1. ”Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FK UISU Mengenai Bantuan Hidup Dasar”

yang dilakukan oleh peneliti di kampus FK UISU Jalan Sisingamangaraja

No.2A menunjukkan hasil bahwa semua mahasiswa FK UISU yakni stambuk

2008,2009, dan 2010 memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai

Bantuan Hidup Dasar.

2. Dari masing-masing tingkat pendidikan mahasiswa di kampus FK UISU

dalam mengetahui Bantuan Hidup Dasar menunjukkan mahasiswa stambuk

2010 memiliki skor rata-rata yang paling tinggi diantara stambuk lainnya

yaitu 55,25.

5.2. Saran

1. Pengetahuan Basic Life Support (BHD) ini sangat penting diketahui oleh

seluruh masyarakat umum bahkan mahasiswa kedokteran, jadi alangkah

baiknya materi pembelajaran tentang Bantuan Hidup Dasar ini di kampus –

kampus Fakultas Kedokteran khususnya FK UISU semkin ditambah dan

ditingkatkan.

2. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan dan

teori mahasiswa tentang Bantuan Hidup Dasar harus terus dipertahankan dan

didukung oleh Fakultas, seperti, seminar, skill lab, dan organisasi-organisasi

penunjang seperti Tim Bantuan Medis atau organisasi-organisasi kegawat

daruratan lainnya.

36

Page 37: KTI Radika

DAFTAR PUSTAKA

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 1653/SK/XII/2005

Tentang Pedoman Penanganan Bencana Bidang Kesehatan

From :http://www. www.hukor.depkes.go.id/ [Accessed 12 March 2011]

2. Badan Nasional Penanggulangan Bencana.Data dan Informasi Bencana

Indonesia.

From: http://dibi.bnpb.go.id/ [Accessed 12 March 2011]

3. Yahya.,2010. Bantuan Hidup Dasar. Karya Tulis Ilmiah, Universitas Borneo.

4. American College of Surgeons.,2004. Advanced Trauma Life Support.

7th ed. Chicago: American College of Surgeons Committee on

Trauma,13-21

5. Saffar,Peter.,1984. Resusitasi Jantung Paru. Jakarta:Departemen

Kesehatan Republik Indonesia,24-25

6. Ismudiati Lily, Baraas Faisal, Karo Karo Santoso, Surwianti

Poppy.,2004. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta:Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 108

7. Notoatmojdjo,S.2007. Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan Dalam

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta,

139-144

8. Gobel, Iswanto. 2009.Karya Tulis Ilmiah “Gambaran Tingkat

Pengetahuan Perawat Tentang Penatalaksanaan Bantuan Hidup Dasar di

RSUD Liunkandage Tahuna Kabupaten Sangihe Provinsi Sulawesi Utara

Tahun 2009.Makassar

37

Page 38: KTI Radika

38