BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gastritis 1.Defenisi Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada umumnya (Herlan, 2001) 2.Klasifikasi Gastritis A.Gastritis akut Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk Gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat berbentuk penyakit yang berat adalah Gastritis erosit atau Gastritis hemoragik. Disebut Gastritis hemoragik karena pada penyakit ini dijumpai perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajat dan 7
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.Gastritis
1.Defenisi
Gastritis adalah proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung. Secara
histopologi dapat dibuktikan dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut.
Gastritis adalah salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai di klinik penyakit dalam pada
umumnya (Herlan, 2001)
2.Klasifikasi Gastritis
A.Gastritis akut
Inflamasi akut mukosa lambung pada sebagian besar kasus merupakan penyakit yang
ringan dan sembuh sempurna. Salah satu bentuk Gastritis akut yang manifestasi klinisnya dapat
berbentuk penyakit yang berat adalah Gastritis erosit atau Gastritis hemoragik.
Disebut Gastritis hemoragik karena pada penyakit ini dijumpai perdarahan mukosa
lambung dalam berbagai derajat dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa
lambung pada mukosa lambung tersebut (Herlan, 2001).
Gastritis (inflamasi mukosa lambung) sering diakibatkan diet yang sembrono. Individu
ini makan terlalu banyak atau terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau
yang mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Penyakit lain dari Gastritis akut
mencakup alkohol, aspirin, refluk, empedu, atau terapi radiasi.
7
Bentuk terberat dari penyakit Gastritis akut disebabkan oleh mencerna asam atau alkali
kuat, yang menyebabkan mukosa menjadi ganggren atau perforasi. Pembentukan jaringan parut
dapat terjadi, yang mengakibatkan obstruksi piloris. Gastritis juga merupakan tanda pertama dari
infeksi sistemik akut (Brunner dan Suddarth, 2002).
Gastritis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan, biasanya bersifat jinak
merupakan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal. Endotoksin bakteri (setelah
menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan aspirin merupakan agen pencetus yang
lazim. (Silvia A. Price dan Lorrenne M.Wilson, 1995).
B.Gastritis kronis
Disebut Gastritis kronis apabila infiltrasi sel-sel radang yang terjadi pada lamina propria
dan daerah intra epitelial terutama terdiri atas sel-sel radang kronik, yaitu limfosit dan neutrofil
pada daerah tersebut menandakan adanya aktivitas (Herlan, 2002).
Gastritis kronis ditandai oleh Atropi Progresif Epitel kelenjar disertai kehilangan sel
parietal dan chief cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang
nyata. Gastritis kronis digolongkan menjadi dua kategori yaitu Gastritis Tipe A (Atropik atau
Fundal) dan Gastritis Tipe B (Antral) (Silvia A. Price dan Lorrenne M.Wilson, 1995).
Gastritis kronis adalah inflamasi yang lama yang disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung atau oleh bakteri Helicobacter Pylory (H. Fylory) (Brunner dan Suddarth,
2006).
8
3.Penyebab Gastritis
Dapat dicatat bahwa faktor etiologi atau faktor penyebab Gastritis sampai saat ini adalah :
A.Penyebab Gastritis akut
Dapat terjadi tanpa diketahui penyebabnya. Pada sebagian besar karena Gastritis erosit
menyertai timbulnya keadaan klinis yang berat. Keadaan yang sering menyebutkan Gastritis
erosif misalnya trauma yang luas operasi besar, gagal ginjal, gagal nafas, penyakit hati yang
berat, sengatan luka bakar yang luas, trauma kepala, dan septikemia. Kira-kira 80-90% pasien
yang dirawat di ruang intensif menderita Gastritis akut erosif ini. Gastritis akut jenis ini sering
disebut Gastritis stress.
Penyebab lain adalah obat-obatan. Obat-obatan yang sering dihubungkan dengan
Gastritis erosif adalah aspirin dan sebagian besar obat anti inflamasi non steroid (Herlan, 2002).
Makan terlalu cepat atau makan makanan yang terlalu berbumbu atau mengandung
mikroorganisme penyebab penyakit ini. Penyabab lain dari Gastritis akut adalah mencakup
alkohol, aspirin, refluks empedu atau terapi radiasi (Brunner dan Suddarth, 2002).
Endotoksin bakteri (setelah menelan makanan terkontaminasi), kafein, alkohol dan
aspirin merupakan agen pencetus yang lazim infeksi Helicobacter Pylory lebih sering dianggap
sebagai penyebab Gastritis akut. Organisme tersebut melekat pada epitel lambung dan
menghancurkan mukosa pelindung, meninggalkan daerah epital yang gundul. Obat lain juga
terlibat, misalnya anti inflamasi non steroid (NSAID) misalnya Indometarin, Ibuprofen,
Nafroksen, Sulfonamida, Steroid dan Etanol juga diketahui mengganggu sawar nukosa lambung
(Silvia A. Price dan Lorrenne M.Wilson, 2006).
9
B.Penyebab Gastritis kronik
Dua aspek penting sebagai etiologi Gastritis kronis yakni aspek imunologi dan aspek
mikrobiologis.
Aspek imunologis hubungan antara sistem imun dan Gastritis kronik menjadi jelas
dengan ditemukannya auto antibodi terhadap faktor intrinsik lambung (intrinsik faktor antibodi)
dan sel parietal (Parietal Cell Antibody) pada pasien dengan anemia pernisiosa. Antibody
terhadap sel parietal lebih dekat hubungannya dengan Gastritis kronik korpus dalam berbagai
gradiasi. Pasien Gastritis kronik atropik predominasi korpus, dapat menyebar ke atrium dan
hipergastrinemia. Gastritis autoimun adalah diagnosa histologis karena secara endoskopik amat
sukar menentukannya kecuali sudah amat lanjut. Hipergastrinemia yang terjadi terus menerus
dan hebat dapat memicu timbulnya karsinoid Gastritis, tipe ini sulit dijumpai.
Aspek bakteriologi agar dapat mengetahui keberadaan bakteri pada Gastritis, biopsi harus
dilaksanakan waktu pasien tidak mendapat antimikroba selama 4 (empat) minggu terakhir.
Bakteri yang paling penting sebagai penyebab Gastritis adalah Helicobacter Pylory. Gastritis
yang ada hubungannya dengan Helicobacter Pylory lebih sering dijumpai dan biasanya
merupakan Gastritis tipe ini. Atropi mukosa lambung dapat terjadi pada banyak kasus setelah
bertahun-tahun mendapat infeksi Helicobacter Pylory. Atropi terbatas pada atrium, pada korpus
atau mengenai keduanya dalam stadium ini pemeriksaan serologi terhadap Helicobacter Pylory
lebih sering memberi hasil negatif.
Kejadian Gastritis kronik, terutama Gastritis kronik antrium meningkat sesuai dengan
peningkatan usia. Di negara Barat, populasi yang usianya pada dekade ke-6 hampir 80%
menderita Gastritis kronik dan menjadi 100% pada saat usia mencapai dekade ke-7. Selain
10
mikroba dan proses imunologis, faktor lain juga berpengaruh terhadap patogenesis Gastritis
adalah refluks kronik cairan penereatotilien, empedu dan lisolesitin (Herlan, 2002).
Gastritis dapat digolongkan menjadi dua, yaitu : Gastritis Tipe A dan Gastritis Tipe B.
Tipe A sering disebut sebagai Gastritis auto imun diakibatkan dari perubahan dari sel parietal,
yang menimbulkan atropi dan infiltrasi seluler. Hal ini dihubungkan dengan penyakit auto imun
seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus atau korpus dari lambung. Tipe B kadang
disebut sebagai Helicobacter Pylory mempengaruhi antrium dan pilorus (ujung bawah dekat
dedenum). Ini dihubungkan dengan bakteri Helicobacter Pylory (H. Pylory). faktor lain seperti
diet minum pedas atau panas, penggunaan obat-obatan dan alkohol, merokok atau refleks isi usus
ke dalam lambung (Brunner dan Suddarth, 2002).
4.Diagnosa Gastritis
A.Gastritis Akut
Tiga cara menegakkan diagnosis, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi, mukosa akut di
mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan rata pada endoskopi dan gambaran
radiologi. Dengan kontras tunggal sukar untuk melihat lesi permukaan yang superfisial karena
itu sebaiknya digunakan kontras ganda. Secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian
atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung (Arif Mansoer, 1999).
Gastritis akut harus selalu diwaspadai pada saat pasien pada keadaan kronis yang berat
atau penggunaan aspirin dan anti inflamasi nonsteroid. Diagnosis ditegakkan dengan
pemeriksaan gastroskopi. Pada pemeriksaan gastroskopi akan tampak mukosa yang sembab,
merah,mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi dari
penyembuhan sampai tertutup oleh tekanan darah dan kladang-kadang ulserasi. Lesi-lesi tersebut
11
biasanya terdapat pada fundus dan korpus lambung secara endoskopik Gastritis akut dapat
berupa Gastritis eksudatif atau eritematus, Gastritiserasif flat, Gastritis reised, Gastritis
hemoragik dan memberikan manfaat yang berarti untuk menegakkan diagnosa Gastritis akut
(Herlan, 2001).
B.Gastritis kronis
Evaluasi diagnosis untuk Gastritis kronis dilakukan dengan : pada Tipe A dihubungkan
dengan tidak adanya atau rendahnya kadar asam hidra klorida Tipe B dihubungkan dengan
hipoklarhidria dan Gastritis pada gastrointestinal atas, seri sinar X dan pemeriksaan histologis
(Monica Ester, 2002).
Diagnosa Gastritis kronik ditegakkan berdasarkan pemeriksaan endoskopi dan
dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung, perlu pula dilakukan
kultur untuk membuktikan adanya infeksi Helicobacter Pylory apalagi jika ditemukan ulkus baik
pada lambung ataupun pada dedenum. Mengingat angka kejadian yang cukup tinggi yaitu
hampir mencapai 100%. Dilakukan pula Rapid Ureum Test (CLO). Kriteria minimal yang
ditegakkan diagnosis Helicobacter Pylory jika hasil Ureum Test (CLO) dan ataupun positif
dilakukan pula pemeriksaan serologi untuk Helicobacter Pylory sebagai diagnosis awal (Arif
Mansjoer, 1999).
Kebanyakan Gastritis kronik tanpa gejala. Mereka yang mempunyai keluhan biasanya
keluhannya tidak jelas. Keluhan yang sering dihubungkan dengan Gastritis kronik adanya nyeri
tumpul di epigastrium, disertai dengan mual/kadang muntah-muntah, cepat kenyang. Keluhan-
keluhan ini tidak dapat digunakan untuk evaluasi keberhasilan pengobatan, pemeriksaan fisik
tidak memberikan informasi apapun juga.
12
Diagnosa ditegakkan berdasarkan endoskopi dan histopatologi untuk pemeriksaan
histopatologi sebaiknya dilakukan biopsi dan semua segmen lambung.
5.Manifestasi Klinis Gastritis
A.Gastritis akut
Sindrom dispepsia berupa berupa nyeri Epigastrium, mual, kembung dan muntah
merupakan salah satu keluhan yang sering muncul. Ditemukan pula pedarahan saluran cerna
berupa hematemesis dan melena, kemudian disesuaikan dengan tanda-tanda anemia pasca
perdarahan. Biasanya, jika dilakukan anamnesis lebih dalam, tanpa riwayat penggunaan obat-
obatan atau bahan kimia tertentu (Arif Mansjoer, 1999).
Ulserasi superfisial yang dapat terjadi dan dapat menimbulkan Hemoragi,
ketidaknyamanan abdomen (dengan sakit kepala, mual dan anoreksia) dan dapat terjadi muntah,
serta cegukan beberapa pasien adalah asimtomatik, kolik dan diare dapat terjadi jika makanan
pengiritasi tidak dimuntahkan, tetapi mencapai usus besar, pasien biasanya sembuh kira-kira
dalam sehari meskipun nafsu makan kurang atau menurun selama 2 sampai 3 hari (Monica Ester,
2002).
Keluhannya bervariasi, mulai dari yang sangat ringan sampai asimtomatik sampai sangat
berat yang dapat membawa kematian.
B.Gastritis kronis
Tipe A biasanya meliputi asimtomatik kecuali untuk gejala defisiensi B 12 dan pada
Gastritis Tipe B pasien mengeluh anoreksia, sakit ulu hati setelah makan, bersendawa, rasa pahit
atau mual dan muntah (Monica Ester, 2002).
13
Kebanyakan pasien tidak mempunyai keluhan. Hanya sebagian kesil mengeluh nyeri hati,
anoreksia, nusea dan pada pemeriksaan fisik tidak dijumpai kelainan (Arif Mansjoer, 1999).
6.Penatalaksanaan Gastritis
A.Gastritis akut
Faktor utama adalah dengan menghilangkan etiologinya, diet lambung dengan posisi
kecil dan sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung berupa antagonis
reseptor H2 Inhibition pompa proton, antikolinergik dan antasid juga ditujukan sebagai sifo
protektor berupa sukralfat dan prostaglandin (Arif Mansjoer, 1999).
Penatalaksanaan sebaiknya meliputi pencegahan terhadap setiap pasien dengan resiko
tinggi, pengobatan terhadap penyakit yang mendasari dan menghentikan obat yang dapat
menjadi kuasa dan pengobatan suportif. Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian antasida
dan antagonis H2 sehingga mencapai PH lambung 4. Meskipun hasilnya masih jadi perdebatan,
tetapi pada umumnya tetap dianjurkan.
Pencegahan ini terutama bagi pasien yang menderita penyakit dengan keadaan klinis
yang berat. Untuk pengguna aspirin atau anti inflamasi nonsteroid pencegahan yang terbaik
adalah dengan Misaprostol, atau Devivat Prostaglandin Mukosa.
Dahulu sering dilakukan kuras lambung dengan air es untuk menghentikan perdarahan
saluran cerna bagian atas, karena tidak ada bukti klinis yang dapat menunjukkan manfaat
tindakan tersebut untuk menghenti-kan perdarahan saluran cerna bagian atas, pemberian
antasida, antagenis H2 dan sukralfat tetap dianjurkan walaupun efek teraupetiknya masih
diragukan. Biasanya perdarahan akan segera berhenti bila keadaan si pasien membaik dan lesi
14
mukosa akan segera normal kembali, pada sebagian pasien biasa mengancam jiwa. Tindakan-
tindakan itu misalnya dengan endoskopi skleroterapi, embolisasi arteri gastrika kiri atau
gastrektomi. Gastrektomi sebaiknya dilakukan hanya atas dasar abolut (Herlan, 2001).
Penatalaksanaan medical untuk Gastritis akut dilakukan dengan menghindari alkohol dan
makanan sampai gejala, dilanjutkan diet tidak mengiritasi. Bila gejala menetap, diperlukan cairan
intravena. Bila terdapat perdarahan, penatalaksanaan serupa dengan pada hemoragi saluran
gastrointestinal atas. Bila Gastritis dihubungkan dengan alkali kuat, gunakan jus karena adanya
bahaya perforasi.
B.Gastritis kronis
Faktor utama adalah ditandai oleh progesif epitel kelenjar disertai sel parietal dan chief
cell. Dinding lambung menjadi tipis dan mukosa mempunyai permukaan yang rata, Gastritis
kronis ini digolongkan menjadi dua kategori Tipe A (Altrofik atau Fundal) dan tipe B (Antral).
Gastritiskronis Tipe A disebut juga Gastritis altrofik atau fundal, karena mempunyai
fundus pada lambung Gastritis kronis Tipe A merupakan suatu penyakit auto imun yang
disebabkan oleh adanya auto antibodi terhadap sel. Parietal kelenjar lambung dan faktor intrinsik
dan berkaitan dengan tidak adanya sel parietal dan Chief Cell, yang menurunkan sekresi asam
dan menyebabkan tingginya kadar gastrin.
Gastritis kronis Tipe B disebut juga sebagai Gastritis antral karena umunya mengenai
daerah atrium lambung dan lebih sering terjadi dibandingkan dengan Gastritis kronis Tipe A.
Jadi penyebab utama Gastritis Tipe B adalah infeksi kronis oleh Helicobacter Pylory.
Faktor etiologi Gastritis kronis lainnya adalah asupan alkohol yang berlebihan, merokok, dan
refluks dapat mencetuskan terjadinya ulkus peptikum dan karsinoma.
15
Pengobatan Gastritis kronis bervariasi, tergantung pada penyakit yang dicurigai. Bila
terdapat ulkus dedenum, dapat diberikan antibiotik untuk membatasi Helicobacter Pylory.
Namun demikian lesi tidak selalu muncul dengan Gastritis kronis alkohol dan obat yang
diketahui mengiritasi lambung harus dihindari. Bila terjadi anemia defisiensi besi (yang
disebabkan oleh perdarahan kronis), maka penyakit ini harus diobati, pada anemia pernisiosa
harus diberi pengobatan vitamin B.12 dan terapi yang sesuai.
Gastritis kronis diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat
mengurangi dan memulai farmakoterapi. Helicobacter Pylory dapat diatasi dengan antibiotik
(seperti Tetrasiklin atau Amoxicillin) dan garam bismut (Pepto bismol). Pasien dengan Gastritis
Tipe A biasanya mengalami malabsorbsi vitamin B.12.
B.Pengetahuan (Knowledge)
1.Defenisi
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari “TAHU” dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, pengetahuan umumnya datang dari
penginderaan yang terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2003).
2.Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo, 2007 menyatakan pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
16
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari sebelumnya, termasuk dalam
pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya), aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi
atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau
situasi yang lain.
d. Analisis (Analysis)
Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan kaitannya satu
sama lain. Ukuran kemampuan dapat dilihat dalam penggunaan tenaga kerja seperti :
menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan, membuat bagan proses
adaptasi perilaku dan dapat membedakan pengertian psikologi dan fisiologi.
e. Sintesis (Syntesis)
17
Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian
dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan
untuk menyusun komulasi dari formulasi-formulasi yang ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi objek penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3.Cara Memperoleh Pengetahuan
A.Cara tradisional
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain :
1. Cara coba-coba dan salah (Trial dan Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan tersebut tidak
berhasil dicoba kemungkinan yang lama.
2. Cara kekuasaan (otoritas)
Dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas (kekuasaan) baik otoritas
pemerintahan, otoritas
3. Berdasarkan pengalaman
Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.
18
4. Melalui jalan pikiran
Yaitu manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh
pengetahuannya.
B.Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis,
logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer lagi metodologi
penelitian (Notoatmodjo, 2002).
4.Variabel penelitian yang mempengaruhi pengetahuan
1. Umur
Umur adalah lamanya tahun dihitung sejak dilahirkan hingga penelitian ini dilakukan.
Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan baru. Pada masa
ini merupakan usia reproduktif, masa bermasalah, masa ketegangan emosi, masa
ketrampilan, sosial, masa komitmen, masa ketergantungan, masa perubahan nilai, masa
penyesuaian dengan hidup baru, masa kreatif. Pada dewasa ini ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental, semakin bertambah umur seseorang maka
akan semakin bertambah keinginan dan pengetahuannya tentang kesehatan. Umur yang
lebih cepat menerima pengetahuan adalah 18-40 tahun (Notoadmojo, 2003).
2. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pertumbuhan seluruh kemampuan dan perilaku melalui
pengajaran, sehingga pendidikan itu perlu mempertimbangkan umur (proses
19
perkembangan) dan hubungannya dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih
mudah menerima ide-ide dan teknologi yang baru (Notoatmodjo, 2003).
Pendidikan memiliki peranan yang laing penting dalam menentukan kualitas manusia.
Dengan pendidikan, manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan dan
implikasinya. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas,
perubahan yang cepat dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi sangat
dibutuhkan orang yang berpengetahuan baik. Untuk mendapatkan pengetahuan yang
baik kita dapatkan dalam pendidikan, jadi pendidikan yang tinggi akan didapatkan
pengetahuan yang baik (Hurlock, 1999).
3. Sumber Informasi
Informasi yang diperoleh dari berbagai sumber akan mempengaruhi tingkat
pengetahuan seseorang. Bila seseorang memperoleh informasi, maka ia cenderung
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Sumber informasi adalah segala sesuatu
yang menjadi perantara dalam menyampaikan informasi, merangsang pikiran dan
keamanan (Notoatmodjo, 2003).
Sumber informasi adalah suatu proses pemberitahuan yang dapat membuat seseorang
mengetahui informasi dengan mendegar atau melihat sesuatu secara langsung maupun tidak
langsung. Semakin banyak informasi yang didapat akan semakin luas pengetahuan seseorang
(Depdikbud, 2001)
C.Pola Makan
20
1.Pengertian
Pola makan adalah gambaran mengenai macam, jumlah, dan komposisi bahan makanan
yang dimakan tiap hari oleh satu orang yang merupakan ciri khas dari suatu kelompok
masyarakat tertentu(Hartono, 2000)
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan
dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau
membantu kesembuhan penyakit (Depkes RI, 2009).
2.Faktor yang mempengaruhi pola makan
Perawat perlu mengkaji beberapa faktor yang mempengaruhi pola makan pasien, beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi pola makan pasien antara lain faktor budaya, agama/kepercayaan,
status ekonomi, personal preference, rasa lapar, nafsu makan, rasa kenyang, dan kesehatan
(Depkes RI, 2009).
3.Syarat Pola Makan Pasien Gastritis
Menurut Almatsier (2002) syarat diet untuk pasien gastritis akut adalah sebagai berikut:
1) Mudah dicerna, porsi makanan kecil dan diberikan sering,
2) Protein cukup untuk mengganti jaringan yang rusak,
3) Tidak merangsang,
4) Makan secara berangsur angsur harus dapat memenuhi gizi normal.
21
4.Makanan Biasa
Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan agar tetap sehat (Depkes RI,
2009) makanan biasa diberikan pada penderita yang tidak memerlukan makanan khusus
berhubungan dengan penyakitnya, susunan makanan sama dengan orang sehat. Hanya tidak
diperbolehkan makan makanan yang merangsang yang dapat menimbulkan gangguan
pencernaan, makanan ini cukup protein dan zat gizi lainya.
5.Perawatan Gastritis pada Pola Makan
Dalam masalah ini tugas perawat yang paling penting adalah memberikan health
education terhadap pasien gastritis untuk menghindari makanan yang dapat merangsang atau
mengiritasi lambung seperti makanan pedas, makanan berbumbu seperti cuka dan makanan yang
mengandung tajam, makanan asam, serta pola makan yang tepat baik dari segi Jenis, Jumlah, dan
Jadwal makan disamping itu pula kebersihan makanan harus diperhatikan agar tidak
terkontaminasi oleh Helicobacter Pylory penyebab penyakit.
Pemberian health education kepada penderita untuk mengenali secara dini gejala gastritis
dan secepatnya berobat ke Puskesmas terdekat bila gejala gastritis itu kambuh adalah salah satu
cara yang paling baik untuk mencegah terjadinya komplikasi yang lebih parah dari penyakit
tersebut.
Adapun jenis makanan yang dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan gastritis adalah
jenis makanan yang berbumbu dan asam seperti cuka, makanan pedas yang dapat menyebabkan
terjadinya pengeluaran asam lambung secara berlebihan atau mengiritasi lambung dan makanan
22
yang kurang terjaga kebersihanya sehingga terkontaminasi oleh kuman penyebab penyakit.
Golongan bahan makanan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh diberikan: