BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kelainan hematologik dapat terjadi pada setiap sistem hematopoetik, yaitu pada sistem eritropoetik, granulopoetik, trombopoetik, limfoetik, sistem retikulo endotelial (RES). Selain pembagian secara morfologisnya (anemia mikrskopik, normositik,makroskopik), klasifikasi lebih praktis ialah menurut etiologinya dan berdasarkan sering nya keluhan terjadi keluhan dari penderita yaitu pucat (anemia). Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1 mm 3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia, 1997 ; 398). Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah batas nilai-nilai yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838) Menurut definisi, anemia adalah pengurangan julmal sel darah merah, kuantitas hemoglobin dan volum pada sel darah merah (hematokrit) /100 ml darah (price, 1996).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kelainan hematologik dapat terjadi pada setiap sistem hematopoetik, yaitu pada
sistem eritropoetik, granulopoetik, trombopoetik, limfoetik, sistem retikulo endotelial
(RES). Selain pembagian secara morfologisnya (anemia mikrskopik,
normositik,makroskopik), klasifikasi lebih praktis ialah menurut etiologinya dan
berdasarkan sering nya keluhan terjadi keluhan dari penderita yaitu pucat (anemia).
Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglobin dalam 1
mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapat dalam 100 ml darah (Ngastia,
1997 ; 398). Anemia adalah berkurangnya volume eritrosit di kadar HB di bawah
batas nilai-nilai yang dijumpai pada orang sehat (Nelson; 838)
Menurut definisi, anemia adalah pengurangan julmal sel darah merah, kuantitas
hemoglobin dan volum pada sel darah merah (hematokrit) /100 ml darah (price,
1996).
B. Klasifikasi
1) Anemia Aplastik
Merupakan keadaan yang disebabkan berkurangnya sel darah dalam darah tepi ,
sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sum-sum tulang
belakang. Sistem limfopoetik dan RES sebenarnya dalam keadaan aplastik juga,
tetapi relatif lebih ringan dibandingkan dengan ketiga sistem hemopoetik lainya.
Aplasia yang mengenai sistem eritropoetik disebut eritroblastopenia(anemia
hipoplastik), yang mengenai sistem granulopoetik disebut agranulositosis(penyakit
schultz) sedangkan yang mengenai sistem trombopoetik di sebut amegakariositik
trombositopenik, sedangkan jika mengenai seluruh sistem disebut panmieloloptisis
lazimnya disebut anemia aplastik.
a. Penyebab
- Penyinaran yang berlebihan
- Sumsum tulang yang tidak mampu memproduksi sel darah merah.
b. Gejala Klinis
- Pucat
- penurunan kadar HB
- Cepat lelah
- Lemah
- Gejala Icokopenia / trombositopeni
- anoreksia
c. Pemeriksaan penunjang
Terdapat pensitopenia sumsum tulang kosong diganti lemak, neotrofil
kurang dari 300 ml, trombosit kurang dari 20.000/ml, retikulosit kurang
dari 1% dan kepadatan seluler sumsum tulang kurang dari 20%.
d. Pengobatan
- Berikan transfusi darah “Packed cell”, bila diberikan trombosit
berikan darah segar / platelet concentrate.
- Atasi komplikasi (infeksi) dengan antibiotic, hygiene yang baik
perlu untuk mencegah timbulnya infeksi.
- Untuk anemia yang disebabkan logam berat dapat diberikan BAC
(Britis Antilewisite Dimercaprol)
- Transplantasi sumsum tulang
- istirahat
- Prednison dan testoteron
Prednison dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral
Testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral
Hemopocitik sebagai ganti testoteron dosis 1-2 mg/kg BB/hari per
oral
Hendaknya memperhatikan fungsi hati
Iktisar gejala klinis dan hematologis anemia aplastik
Sumsum tulang Darah tepi Gejala klinis Keterangan
Aplasia eritropoesis retikulositopenia Anemia (pucat) Akibat retikulositopenia
kadar hb,hematokrit dan
jumlah eritrosit rendah.
Akibat anemia : anoreksia,
pusing, gagal jantug,dll
Aplasia granulopresis Granulositopenia,
leukopenia
Panas (demam) Bila leukost normal, periksa
hutung jenis. Panas terjadi
karna infeksi sekunder
akibat granulositopenia
Aplasia trombopoetik trombositopenia Diatesis hemoragi Perdarahan berupa
ekomosis,epitaksis,
perdarahan gusi
Relatif aktif limfopoesis limfositosis - Limfosit tidak lebih dari
80%
Relatif aktif RES Mungkin terdapat sel
plasma,monosit
bertambah
- -
Gambaran umum : se sangat
kurang ,banyak jaringan
penyokong dan lemak
Tambahan :
hepar ,limpa,kel.getah
bening tidak membesar dan
tidak ada ikterus
2) Anemia Defisiensi Zat Besi
a. Definisi
Penyakit ini banyak ditemukan diseluruh dunia , tidak hanya mengenai
dewasa tapi juga pada anak yang sedang tumbuh dan pada ibu hamil yang
keperluan zat besinya lebih besar dari biasanya.
Anemia akibat defisiensi zat besi untuk sintesis Hb merupakan penyakit
darah yang paling sering pada bayi dan anak. Tubuh bayi baru lahir
mengandung kira-kira 0,5 b besi, sedangkan dewasa kira-kira 5 g. Untuk
mengejar perbedaan itu rata-rata 0,8 mg besi harus di absorbsi tiap hari
selama 15 tahun pertama kehidupan. Disamping kebutuhan pertumbuhan ini,
sejumlah kecil di perlukan untuk menyeimbangkan kehilangan besi normal
oleh pengelupasan sel. Karena itu, untuk mempertahankan keseimbangan
besi positif pada anak, kira-kira 1 mg besi hatu direabsorbsi setiap hari.
Besi diserap dua sampai tiga kali lebih efisien pada ASI daripada dalam
susu sapi, mungkin antar lain karena perbedaan kandungan kalsium. Selama
tahun pertama kehidupan, karena relatif sedikit makanan yang
mengandungbesi dipasok, maka sering sulit dicapai jumlah besi yang cukup.
Atas alasan ini maka diet harus meliputi makanan seperti bubur bayi atau
formula yang telah diperkya besi, kedua-duanya sangat efektif untuk
mencegah defisiensi besi.
Formulan dengan 7-12 mg Fe/L untuk bayi cukup bulan dan formula
bayi prematur dengan 15 mg/L bagi bayi berat lahir kurang dari 1.800 g amat
efektif. Bayi yang semata-mata mendapat ASI harus mendapat tambahan besi
sejak umur 4 bulan . Paling banyak , bayi berada dalam situasi rawan dari
segi besi. Bila diet tidak adekuat atau kehilangan darah cukup banyak terjadi,
anemia akan muncul dengan cepat.
b. Patofisiologi
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang paling banyak menyerang
anak-anak di Amerika Utara. Bayi cukup bulan yang lahir dari ibu
nonanemik dan bergizi baik, memiliki cukup persediaan zat besi sampai
berat badan lahirnya menjadi dua kali lipat, umumnya saat berusia 4 sampai
6 bulan. Anemia defisiensi basi biasanya tidak terlihat jelas sampai usia 9
bulan. Sesudah itu, zat besi harus tersedia dalam makanan untuk memenuhi
kebutuhan anak. Jika asupan zat besi dari makanan tidak mencukupi, terjadi
anemia defisiensi zat besi. Ketidakcukupan ini paling sering di sebabkan oleh
pengenalan makanan padat yang terlalu dini (sebelum usia 4 sampai 6
bulan), dihentikannya susu formula bayi yang di perkaya zat besi atau ASI
sebelum usia 1 tahun, dan minum susu sapi berlebihan tanpa tambahan
makanan padat kaya besi pada todler. Bayi yang tidak cukup bulan, bayi
dengan perdarahan perinatal yang berlebihan, atau bayi dari ibu yang kurang
zat besi dan kurang gizi, juga tidak memiliki cadangan zat besi yang
adekuat.bayi ini berisiko lebih tinggi menderita anemia defisiensi besi
sebelum berusia 6 bulan. Defisiensi besi pada ibu dapat mengakibatkan berat
badan lahir rendah dan kelahiran kurang bulan.
Anemia defisiensi besi dapat juga terjadi karena kahilangan darah yang
kronis. Pada bayi, hal ini terjadi karena perdarahan usus kronis yang
disebabkan oleh protein dalam susu sapi yang tidak tahan panas. Pada anak
semua usia, kehilangan darah sebanyak 1-7 ml dari saluran cerna setiap hari
dapat menyebabkan anemia defisiensi zat besi. Penyebab anemia defisiensi
besi lainnya meliputi defisiensi nutrisi, seperti defisiensi folat (vitamin B12),
anemia sel sabit, talasemia mayor, infeksi, dan inflamasi kronis. Pada remaja
putri, anemia defisiensi besi juga dapat terjadi karena menstruasi yang
berlebihan.
c. Manifestasi klinis
1. Konjungtiva pucat (hemoglobin [Hb] 6 sampai 10 g/dl).
2. Telapak tangan pucat (Hb di bawah 8g/dl)
3. Iritabilitas dan anoreksia (Hb 5 g/dl atau lebih rendah)
4. Takikardia, murmur sistolik.
5. Pika
6. Latergi, kebutuhan tidur meningkat
7. Kehilangan minat terhadap mainan atau aktivitas bermain.
d. Komplikasi
1. Keterlambatan pertumbuhan (sejak lahir sampai usia 5 tahun)
2. Perkembangan otot buruk (jangka panjang)
3. Daya konsentrasi menurun
4. Interaksi sosial menurun
5. Penurunan prestasi pada uji perkembangan
6. Kemampuan mengolah informasi yang didengar menurun.