BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh jamur di Indonesia masih relatif tinggi. Di Indonesia penyakit infeksi jamur pada kulit dan kuku masih sering dijumpai. Perkembangan infeksi jamur di Indonesia yang termasuk negara dengan iklim tropis disebabkan oleh udara yang lembab, sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk dan tingkat sosial ekonomi yang rendah. Untuk itu masalah mengenai penyakit jamur perlu mendapat perhatian yang khusus di Indonesia. Obat antibakteri telah banyak dikembangkan secara luas, berbeda dengan obat antijamur yang masih terbatas dalam hal manfaat klinis. Alasan untuk perbedaan ini adalah adanya hubungan yang erat antara jamur dengan inang mamalianya. Banyak proses biokimia yang menyediakan sasaran berguna untuk obat antibakteri tidak terdapat dalam jamur, dan proses yang menjadi sasaran juga dimiliki oleh inang mamalia. Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, yang 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi pada manusia dan hewan yang disebabkan oleh jamur di
Indonesia masih relatif tinggi. Di Indonesia penyakit infeksi jamur pada kulit dan
kuku masih sering dijumpai. Perkembangan infeksi jamur di Indonesia yang
termasuk negara dengan iklim tropis disebabkan oleh udara yang lembab,
sanitasi yang kurang, lingkungan yang padat penduduk dan tingkat sosial
ekonomi yang rendah. Untuk itu masalah mengenai penyakit jamur perlu
mendapat perhatian yang khusus di Indonesia.
Obat antibakteri telah banyak dikembangkan secara luas, berbeda dengan
obat antijamur yang masih terbatas dalam hal manfaat klinis. Alasan untuk
perbedaan ini adalah adanya hubungan yang erat antara jamur dengan inang
mamalianya. Banyak proses biokimia yang menyediakan sasaran berguna untuk
obat antibakteri tidak terdapat dalam jamur, dan proses yang menjadi sasaran
juga dimiliki oleh inang mamalia.
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung
tidak kurang dari 60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Dipilihnya
sediaan dalam bentuk krim tipe emulsi minyak dalam air (o/w) sebagai antijamur
karena krim mempunyai keunggulan yaitu lebih mudah menyebar secara merata
karena memiliki konsistensi lebih rendah serta lebih mudah untuk dibersihkan.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa sajakah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sediaan krim
antijamur?
1.2.2 Bagaimanakah metode pembuatan sediaan krim antijamur?
1
1.2.3 Apa sajakah evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi sediaan krim
antijamur?
1.3 Tujuan Formulasi
1.3.1 Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan untuk membuat sediaan
krim antijamur.
1.3.2 Untuk mengetahui metode pembuatan sediaan krim antijamur.
1.3.3 Untuk mengetahui evaluasi yang digunakan untuk mengevaluasi sediaan
krim antijamur.
1.4 Manfaat Formulasi
Memperoleh formulasi krim tipe emulsi minyak dalam air (o/w) sebagai
krim antijamur yang tepat dan memberikan informasi pada masyarakat tentang
krim tipe emulsi minyak dalam air (o/w) yang dapat digunakan sebagai obat
antijamur.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Antijamur
Obat anti jamur adalah obat yang digunakan untuk mengobati infeksi jamur
seperti, kurap, kandidiasis (thrush), infeksi sistemik serius seperti meningitis
kriptokokal, dan lain-lain. Obat tersebut biasanya diperoleh dengan resep dokter atau
dibeli over-the-counter. Anti jamur bekerja dengan memanfaatkan perbedaan antara
sel mamalia dan jamur untuk membunuh organisme jamur tanpa efek yang berbahaya
pada host (Anonim, 2010).
Jamur adalah eukariota yang berbeda secara umum dengan eukariota lainnya
ditinjau dari cara memperoleh makanan, organisasi structural, serta pertumbuhan dan
reproduksinya. Jamur bersifat heterotrof dan memperoleh makanannya dengan cara
menyerap molekul-molekul organik kecil dari medium di sekitarnya. Untuk
memperoleh molekul-molekul organik kecil tersebut, tubuh jamur mensekresikan
enzim-enzim hidrolitik ke dalam makanan yang berada di sekitarnya. Ada beberapa
jamur yang bersifat parasit pada hewan dan menyerang organ tertentu yang dapat
menyebabkan kematian (Anonim, tt).
2.2 Struktur Kulit pada Mamalia
Kulit (Integumentum Communae) menutupi seluruh permukaan badan, terdiri
atas lapisan : epidermis dan suatu lapisan jaringan penyambung berupa dermis
(korium) serta hipodermis (sub kutis) yang terdiri atas jaringan ikat longgar
menghubungkan dermis dengan jaringan dibawahnya (Anonim, 2009).
Fungsi kulit :
1. Membungkus serta melindungi tubuh hewan terhadap pengaruh luar yang
merugikan.
2. Ikut mengatur suhu tubuh serta kadar air.
3
3. Membuang garam dan hasil metabolisme yang berlebihan.
4. Melindungi tubuh terhadap pengaruh fisik, kimia dan jasad renik kedalam
tubuh.
(Anonim, 2009)
Beberapa kelenjar kulit yang berperan dalam berbagai fungsi sekresi kulit,
antara lain: kelenjar palit, kelenjar peluh, kelenjar ambing dan kelenjar kulit
khusus. Beberapa struktur yang merupakan turunan dari kulit adalah: rambut,
bulu, kuku, tanduk, jengger, pial dan gelambir (Anonim, 2009).
a. Epidermis
Terdiri atas epitel pipih banyak lapis yang bertanduk, memiliki lima lapis
utama yakni :
1.Stratum basale / stratum germinativum : merupakan lapis paling bawah
terdiri atas epithel kubis atau silindris sebaris rendah. Lapisan ini bersifat
mitosis aktif untuk menggantikan lapis diatasnya yang mati / aus. Pigmen
juga bisa ditemukan pada lapis ini selain pada lapis spinosum.
2.Stratum spinosum : sel penyusunnya berbentuk poligonal terdiri atas
beberapa lapis, semakin keatas semakin memimpih. Pertautan antar sel yang
cukup kuat ditunjang oleh desmosoma, sel memiliki tenofibril yang berakhir
pada desmosoma. Lapis ini juga bisa bermitosis.
3.Stratum granulosum : Satu sampai tiga lapis, sel berbentuk elip dan mulai
menunjukkan tanda bertanduk (cornification). Sel tersebut mengandung
kerantobilia dan fungsinya masih belum jelas diketahui.
4.Stratum lusidum : Beberapa lapis sel yang telah mati, karenanya beraspek
homogen. Inti dan organoida tidak jelas tapi desmosoma masih jelas terlihat,
sedangkan butir keratohialinnya sudah lenyap berubah menjadi eledin.
5.Stratum korneum : Merupakan lapis sel yang paling luar, selnya bertanduk
dan mengandung keratin yang diduga hasil perubahan eledin. Lapis ini pada
4
beberapa tempat tebal dan bila kering akan mengelupas membentuk stratum
disjunktum. Khususnya untuk stratum lusidum hanya ditemukan pada
daerah yang tidak berambut, misalnya : planumnasale atau bantalan kaki.
(Anonim, 2009)
Keratin adalah suatu skleroprotein yang sangat resisten terhadap pengaruh
kimia dan biasanya keratin yang terdapat pada epidermis adalah keratin
lunak dan keratin keras terdapat pada kuku, rambut yang bersifat kurang
elastis karena kandungan sulfur tinggi (Anonim, 2009).
b. Dermis / Korium
Sering disebut Kutis vera, merupakan bagian utama kulit, disusun oleh
serabut kolagen padat sedangkan serabut elastis dan jaringan ikat lain sedikit.
Korium dibedakan atas dua bagian, yakni :
Stratum papilleare : membentuk jalinan dengan epidermis pada kulit
tidak berambut. Tampak papil, dan sering terdapat ujung saraf pembuluh
darah serta saluran kelenjar peluh.
Stratum retikulare : Antara stratum papillare dengan stratum retikulare
sebenarnya mempunyai batasan yang tidak jelas. Hanya serabut kolagen
pada stratum ini lebih padat dan anyamannya mengarah horisontal
terhadap permukaan kulit. Didalam ilmu bedah mengetahui arah
anyaman serabut kolagen ini sangat penting karena dalam operasi yakni
memberikan proses kesembuhan yang lebih cepat (Anonim, 2009).
c. Hipodermis
Hipodermis atau sub kutis terdiri atas jaringan ikat longgar yang banyak
mengandung serabut elastis. Dalam keadaan patologis akan membentuk
beberapa rongga yang berisi cairan (edema) atau udara (emphysema). Daerah
ini juga merupakan tempat perlindungan lemak terutama pada babi. Pada
5
hewan yang gemuk sel lemak dapat menyusup lebih dalam dan terdapat
diantara otot. Daerah tubuh yang sedikit terdapat sub kutis adalah: metakarpus
kuda, oleh sebab itulah kulit sulit digerakkan karena melekat kuat (Anonim,
2009).
d. Integementum Mammalia
Epidermis berkembang dari ektoderm dan hipodermis merupakan turunan
dari mesoderm. Pada mulanya epidermis tersusun atas beberapa lapis sel
berbentuk kubus. Proliferasi dari sel ini menghasilkan lapisan sel epidermis
dan proloferasi sel basal menambah dengan cepat ketebalan sel yang berada
diluarnya. Invagansi dan proliferasi sel basal bertambah dengan cepat
ketebalan sel yang berada diluarnya. Invagansi dan proliferasi sel basal
kedalam lapisan dibawah epidermis seperti dermis dan hypodermis
menandakan adanya rambut, bulu dan kelenjar, yang mana sel dari jaringan
tersebut diatas berhubungan dengan sel epidermis. Dermis dan hipodermis
berkembang dari mesenkhim khusus. Poliferasi dan difrensiasi yang cepat dari
sel mesenkhim menghasilkan jaringan yang ditandai dengan jaringan ikat
longgar dan jaringan ikat padat (Anonim, 2009).
e. Pigmentasi Kulit
Melanosit adalah sel pembentuk pigmen yang juga dikenal dengan nama:
Dermal chromatophore. Terdapat diantara stratum basale dan stratum
spinosum tapi dapat juga terdapat pada stratum papillare dari korium
(Anonim, 2009).
Sel ini mempunyai bentuk khusus yakni memiliki penjuluran yang
menyusup sampai stratum spinosum untuk melepas pigmen melanin pigmen
tersebut selanjutnya diambil oleh sel pada lapis tersebut. Melanosit yang tidak
berfungsi (istirahat) dikenal dengan “sel cerah” (clear cells). Sedangkan
6
melanosit yang berfungsi dapat dikenali dengan reaksi DOPA
(dihydroxyphenylalanine) yaitu melakukan sintesa komplek mengubah DOPA
menjadi melanin. Reaksi DOPA inilah yang membedakan sel yang dapat
membuat pigmen dan sel yang hanya menampung pigmen dalam epidermis
(Anonim, 2009).
Melanin berfungsi melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet
yang memiliki daya tembus kuat. Sebagian sinar ditahan oleh pigmen
melanin. Pada beberapa organisme melanin mungkin tidak ada (albinisme)
misal: kerbau, sapi, harimau dan kera. Dari segi perkembangan ternak piara,
albinisme agaknya dianggap suatu cacat keindahan. Kenyataan pada derajat
albino yang kuat terdapat gejala takut sinar (photophobia) dan kondisi
tubuhnya lebih lemah dari normal. Peristiwa hilang atau tidak cukupnya
produksi melanosit yakni sel penghasil melanin juga disebut White Spots
(Anonim, 2009).
f. Kulit daerah Khusus
Beberapa bagian dari kulit ada yang berambut dan ada yang tidak atau
gundul. Beberapa bagian tubuh ditandai dengan epidermis yang tebal,
sedangkan bagian yang lain tipis. Sama halnya dengan dermis, ketebalannya
beragam dalam penyebarannya keseluruh tubuh. Dermis adalah bagian yang
paling tebal dari kulit. Kulit daerah tertentu beragam bentuknya, hal ini erat
hubungannya dengan cara kerjanya, cara hidup, penyebaran dan tipe kelenjar
serta ketebalan kulit merupakan adaptasi fungsional yang paling idela
terhadap lingkungan sekitarnya (Anonim, 2009).
1. Bantalan Kaki (Digital Pad / food pad)
Bantalan kaki hewan karnivora mengalami penandukan yang hebat
menebal, berpigmen kuat dan bagian kulit yang tidak berbulu berguna
untuk perpindahan (lokomosi). Bantalan kaki ini tahan terhadap abrasi
dan efektif sebagai penyerap goncangan.
7
2. Skrotum
Kulit skrotum umumnya paling tipis dalam tubuh, stratum korneum
tidak berkembang dengan baik dan dermisnya kurang luas. Kelenjar
tubuler apokrin dan kelenjar palit ditemui disini. Rambut tubuh halus
dan pendek. Serabut otot polos dari tunika dartos mengadakan
persilangan dengan serabut kolagen dan elastis dari dermis. Tunika
dartos dapat dipengaruhi oleh suhu sekitarnya dan bertanggung jawab
atas kedudukan relatif testis terhadap dinding tubuh. Pada derajat yang
tinggi otot ini akan berelaksasi, skrotum akan meregang karena
dipengaruhi oleh berat testis sehingga kedudukan testis akan menjauhi
dinding tubuh sebaliknya terjadi apabila derajat suhu merendah.
3. Hidung
Planum nasale karnivora terbentuk dari penebalan dan pertandukan
yang hebat dari epidermis disertai dengan tidak adanya kelenjar palit
dan kelenjar tubuler. Planum nasale sapi dan ruminansia kecil tidak
berbulu dan mengandung kelenjar merokrin tubuler yang melembabkan
permukaannya. Epidermis tebal dan menanduk dengan hebat.
Penandukan yang hebat dari planumrostale babi mengandung banyak
kelenjar merokrin ubuler dan ditutupi oleh rambut yang jarang. Rambut
yang halus dan kelenjar palit menandai kulit yang tipis di sekitar lubang
hidung kuda.
4. Meatus Akustikus Eksternus
Merupakan saluran yang menghubungkan antara lubang telinga dengan
genderang telinga. Saluran ini dilapisi kulit dengan folikel rambut yang
kecil, kelenjar palit dan kelenjar tubuler apokrin yang telah
bermodifikasi (kelenjar seruminous) dijumpai disini. Dermis dari
saluran ini bercampur dengan perikhondrium dan periosteuon tulang
rawan dan penunjang telinga (Anonim, 2009).
8
2.3 Definisi Krim
Krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak
kurang dari 60% air, yang dimaksudkan untuk pemakaian luar. Ada dua tipe krim