KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT WIRID DALAM AL-QUR’AN (Studi Analisis Tafsir Al-Qayyim karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dan Tafsir Al-Ibrîz karya KH. Bisri Mustofa ) Tesis Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Agama Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir Oleh: Atiqoti Minarika (NIM: 216410651) PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR PASCASARJANA MAGISTER (S2) INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA 1441H/ 2020
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT WIRID
DALAM AL-QUR’AN
(Studi Analisis Tafsir Al-Qayyim karya Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah
dan Tafsir Al-Ibrîz karya KH. Bisri Mustofa )
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Magister Agama Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Oleh:
Atiqoti Minarika
(NIM: 216410651)
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1441H/ 2020
KONTEKSTUALISASI AYAT-AYAT WIRID
DALAM AL-QUR’AN (Studi Analisis Tafsir Al-Qayyim karya Ibnu Qayyim Al-
Jauziyyahdan Tafsir Al-Ibrîz karya KH. Bisri Mustofa )
Tesis
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh
Gelar Magister Agama Program Studi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Oleh:
Atiqoti Minarika
(NIM: 216410651)
Pembimbing:
Dr. KH. Abdul Muhaimin Zein, M.Ag.
Dr. H. Ahmad Syukron, M.A.
PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR
PASCASARJANA MAGISTER (S2)
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ) JAKARTA
1441H/ 2020M
4
5
iii
بسم الله الرحمن الرحيم
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur hanya bagi Allah yang telah
melimpahkan rahmatNya yang luas tak terbatas dan agung tak terhitung
sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Seluas shalawat berjuta salam
semoga senantiasa terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW, begitu
pula keluarga dan sahabat-sahabatnya.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini tidak
sedikit hambatan dan kesulitan yang dihadapi, namun berkat bantuan dan
motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang
setinggi, terutama kepada:
1. Ibu Dr. Hj. Huzaemah T. Yanggo, M.A., selaku Rektor Institut Ilmu Al-
Qur’an (IIQ) Jakarta.
2. Bapak Dr. H. Muhammad Azizan Fitriana, M.A., selaku Direktur Program
Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
3. Bapak Dr. H. Ahmad Syukron, M.A., selaku Ketua Program Studi Ilmu Al-
Qur’an dan Tafsir sekaligus pembimbing tesis yang telah membimbing,
memberi arahan dan kritik konstruktif kepada penulis dalam penyusunan tesis
ini.
4. Bapak Dr. KH. Abdul Muhaimin Zein, M.Ag., selaku pembimbing tesis yang
telah membimbing, memberi arahan dan kritik konstruktif kepada penulis
dalam penyusunan tesis ini.
iv
5. Seluruh dosen Pascasarjana Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah
berbagi ilmu pengetahuan dan memberi motivasi dalam menggali serta
mengembangkan ilmu pengetahuan bagi kemaslahatan umat manusia dengan
terus membaca, meneliti, menulis dan menyebarkannya kepada masyarakat.
6. Segenap civitas akademika Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah
memberi fasilitas dan informasi, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini.
7. Suami, orang tua, anak-anakku tercinta yang telah memahami, mendoakan
dan selalu memberikan dukungan kepada penulis untuk bisa menyelesaikan
tesis ini.
8. Segenap sahabat dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan
dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Akhirnya, penulis berdoa dan memohon kepada Allah. Semoga segala
bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis bisa menjadi amal
shalih di sisiNya dan mendapat balasan terbaik dari Allah SWT.
Akhirnya, penulis menyerahkan segalanya kepada Allah SWT. Semoga Allah
meridhoi dan merahmati usaha penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Penulis
juga berharap dan berdoa semoga apa yang penulis usahakan dapat
bermanfaat khususnya bagi penulis, keluarga dan masyarakat luas pada
umumnya. Aamiin.
v
DAFTAR ISI
Persetujuan Pembimbing......................................................................... i
Pernyataan Penulis .................................................................................. ii
Kata Pengantar ........................................................................................ iii
Daftar Isi ................................................................................................. v
Pedoman Transliterasi ............................................................................. viii
Abstark .................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................... 1
B. Permasalahan ..................................................................... 11
C. Tujuan Penelitian ............................................................... 13
D. Kegunaan Penelitian .......................................................... 13
E. Tinjauan Pustaka ............................................................... 14
F. Metodologi Penelitian ....................................................... 19
BAB II PANDANGAN UMUM TENTANG WIRID MENGGUNAKAN
AYAT-AYAT AL-QUR’AN
A. Pengertian Wirid ................................................................ 25
B. Macam-Macam Wirid ...................................................... 33
C. Pandangan Ulama tentang Hukum Wirid Menggunakan
a. QS.Al-Baqarah ayat 284-286 ........................................ 141
1. Teks dan Terjemah Ayat ........................................... 141
2. Tafsir ayat menurut KH. Bisri Mustofa .................... 142
3. Analisis Penulis ....................................................... 144
b. QS. Al-Kahfi ayat 22 ..................................................... 147
1. Teks dan Terjemah Ayat ........................................... 147
2. Tafsir ayat menurut KH. Bisri Mustofa .................... 148
3. Analisis Penulis ........................................................ 155
c. QS. al-Ikhlâsh, QS. al-Falaq dan QS. an-Nâs .............. 155
1. Teks dan Terjemah Ayat ........................................... 155
2. Tafsir ayat menurut KH. Bisri Mustofa .................... 156
3. Analisis Penulis ........................................................ 161
B. Pandangan Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan KH. Bisri
Mustofa tentang Penggunaan Ayat-ayat Al-Qur’an
untuk Wirid ............................................................................ 163
vii
C. Kedudukan Hukum Wirid menurut Ibnu Qayyim
al-Jauziyyah dan KH. Bisri Mustofa ...................................... 173
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 186
B. Saran ....................................................................................... 188
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 183
BIOGRAFI PENULIS ................................................................................ 203
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu
ke abjad yang lain. Dalam penulisan tesis dan disertasi di Program Pascasarjana
IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:
1. Konsonan
th : ط a : أ
zh : ظ b : ب
‘ : ع t : ت
gh : غ ts : ث
f : ف j : ج
q : ق h : ح
k : ك kh : خ
l : ل d : د
m : م dz : ذ
n : ن r : ر
w : و z : ز
h : ه s : س
` : ء sy : ش
y : ي sh : ص
dh : ض
ix
2. Vokal
Vokal Tunggal Vokal Panjang Vokal Rangkap
Fathah : a أ : â ي ...: ai
Kasrah : i ي : î au :.. و
Dhammah : u و :û
3. Kata sandang
a. Kata sandang yang diikuti alif lam (أل )qamariyah. Kata sandang yang
diikuti oleh alif lam (أل) qamariyah ditransliterasikan sesuai dengan bunyinya.
Contoh: البقرة: al-Baqarah المدينة: al-Madînah.
b. Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (أل) syamsiah. Kata sandang yang
diikuti oleh alif lam (ال) syamsyiah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang
digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya. Contoh:
ar-rajul : الرجل as-Syayyidah :السيدة
ad-Dârimî :الدارمي asy-syams : الشمس
c. Syaddah (Tasydîd)
Syaddah (Tasydîd) dalam sistem aksara Arab diguanakan lambang ( - )
sedangkan untuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan cara
mengadakan huruf yang bertanda tasydîd. Aturan ini berlaku secara umum, baik
tasydîd yang berada di tengah kata, di akhir kata ataupun yang terletak setelah
kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsyiyah. Contoh:
نابالل * Âmannâ billâhi:أ م
السف ها ء * ن Âmana as-Sufahâ’u: أ م
x
الذي ن * Inna al-ladzîna :إن
كع * الر wa ar-rukka’i : و
d. Ta Marbûthah (ة)
Ta Marbuthah (ة) apabila berdiri sendiri, waqaf atau diikuti oleh kata sifat
(na’at) maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”. Contoh:
al-Af’idah :ا ل ف ئد ة
مية س ل ا ل امع ة al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah : ا ل ج
Sedangkan ta’ marbuthah (ة) yang diikuti atau disambungkan (di-washal) dengan
kata benda (ism), maka dialih aksarakan menjadi huruf “t”. Contoh:
ناصب ة Âmilatun Nâshibah‘ : ع امل ة
ي ال ك ب ر al-Âyat al-Kubrâ : ال ية
e. Huruf Kapital Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf Kapital,
apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang
disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, seperti awal penulisan kalimat, huruf
awal, nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Ketentuan yang
berlaku pada EYD berlaku pada alih aksara ini, seperti cetak miring (italic) atau
cetak tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri yang diawali
dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis kapital adalah awal nama diri,
bukan kata sandangnya. Contoh: ‘Alî Hasan al-’Âridh, al-’Asqâllani, al-Farmawî
dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Alqur’an dan nama-nama surahnya
menggunakan huruf kapital. Contoh: Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fâtihah dan
seterusnya.
xi
ABSTRAK
Diantara prolematika umat adalah degradasi keimanan disebabkan oleh
gempuran faham kapitalis yang sedikit demi sedikit menggerus ghîrah umat
Islam untuk berdzikir kepada Allah. Disisi lain, umat Islam dilanda berbagai
bentuk khurufat. Fenomena itu dibuktikan dengan berkembangnya praktek wirid
yang tidak ada tuntunannya dalam Islam, bahkan sebagian ada yang menyalahi
syari’at. Maraknya praktek wirid di atas ditandai dengan banyaknya dukun
‘berkedok’ kyai yang menawarkan wirid-wirid tak bersanad dengan tujuan-
tujuan tertentu. Di lain pihak, muncul faham yang membid’ahkan semua praktek
wirid yang tidak ada tuntunannya dalam syari’at tanpa terkecuali. Sikap
intoleransi ini memunculkan perpecahan di kalangan umat Islam. Diharapkan
dengan adanya penelitian ini dapat menjadi solusi untuk menjawab kriteria wirid
yang dibenarkan dan tidak. Selain itu juga menumbuhkan kembali semangat
berdzikir dengan tuntunan yang benar. Penelitian ini menggunakan metode studi
pustaka (library research) Objek kajian ini berfokus pada ayat-ayat yang
digunakan untuk wirid. Sumber utamanya adalah kitab Tafsir Al-Qayyim dan
Tafsir Al-Ibrîz. Sumber-sumber lainnya adalah kitab-kitab yang dianggap
representatif.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: 1).Pandangan Ibnu Qayyim al-
Jauziyyah lebih berhati-hati dalam menafsirkan ayat-ayat tentang wirid dengan
hanya mengambil hadis yang shahih dan menjauhi Isrâiliyyat, sedangkan KH.
Bisri Mustofa masih menggunakan Isrâiliyyat dan beberapa hadis dhaif, tetapi
masih tetap berpegang pada tuntunan syariat. 2). Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan
KH. Bisri Mustofa berpendapat bahwa hukum menggunakan ayat Al-Qur’an
untuk wirid diperbolehkan dengan syarat tidak melanggar syariat. Ibnu Qayyim
lebih condong menggunakannya untuk pengobatan dan Istiâdzah dari segala
keburukan. Sedangkan KH. Bisri Mustofa selain untuk pengobatan juga sebagai
sarana berdoa memohon pemenuhan kebutuhan baik urusan dunia maupun
akhirat. Wirid yang digunakan juga harus didapat dari ijazah yang bersanad.
Kata Kunci: Wirid, Ayat-ayat Al-Qur’an, Tafsir al-Qayyim dan al-Ibrîz
xii
ABSTRACT
Among the prolematics of the people is the degradation of the faith
caused by the onslaught of capitalist ideology which gradually erodes the
gheerah of Muslims to dhikr to Allah. On the other hand, Muslims are beset by
various forms of khurufat. This phenomenon is evidenced by the development of
wirid practices which have no guidance in Islam, some even violate shari'ah. The
rise of the practice of wirid above is marked by the number of 'shaman' shamans'
clerics who offer selfless wirids with specific goals. On the other hand, there is a
notion that sets aside all wirid practices which have no guidance in shari'ah
without exception. This attitude of intolerance gave rise to divisions among
Muslims. It is hoped that this research can be a solution to answer justified and
unjustified wirid criteria. It also regains the spirit of dhikr with the right
guidance. This research uses library research method. The object of this study
focuses on the verses used for wird. The main sources are the Tafsir Al-Qayyim
and Tafsir Al-Ibrîz. Other sources are books that are considered representative.
The results of the study concluded that: 1). The view of Ibn Qayyim al-
Jauziyyah was more careful in interpreting verses about wirid by only taking
authentic traditions and away from Isrâiliyyat, while KH. BisriMustofa still uses
Isrâiliyyat and some Da'eef hadiths, but still adheres to the guidance of the
Shari'a. 2). Ibn Qayyim al-Jauziyyah and KH. BisriMustofa argues that the law
using the verses of the Qur'an for wirid is allowed on the condition that it does
not violate the Shari'a. Ibn Qayyim was more inclined to use it for treatment and
Istiâdzah from all ugliness. While In addition to treatment, KH. BisriMustofa is
also a means to pray for the fulfillment of the needs of both the world and the
hereafter. The wirid used must also be obtained from a certified diploma.
Keywords: Wirid, Al-Qur'an verses, Tafsir al-Qayyim and al-Ibrîz
xiii
الملخص
التي تقوض الرأسمالية العقيدة الناجم عن هجمة الإيمان الشعب تدهور ومن بين معاني من غفران المسلمين إلى ذكر الله. من ناحية أخرى ، يعاني المسلمون من أشكال مختلفة من تدريجيا
الخروفات. وتتجلى هذه الظاهرة في تطور الممارسات السلكية التي ليس لها توجيه في الإسلام ، بل نتقم من "المنتحل" الم العلماءأعلاه بعدد الأورادإن بعضها ينتهك الشريعة. يتميز صعود ممارسة
الشامان الذين يقدمون شبكات لا أنانية مع أهداف معينة. من ناحية أخرى ، هناك فكرة تضع جانبا جميع الممارسات السلكية التي ليس لها توجيه في الشريعة دون استثناء. أدى هذا الموقف من
على معايير التعصب إلى انقسامات بين المسلمين. ومن المؤمل أن يكون هذا البحث حلا للإجابة البحث الصحيح. يستخدم هذا الذكر بالإرشاد يستعيد روح أنه سلكية مبررة وغير مبررة. كما المصادر للورد. المستخدمة الآيات الدراسة على ويركز موضوع هذه ، المكتبة البحث في طريقة
ثيلية.ز. المصادر الأخرى هي الكتب التي تعتبر تمريالرئيسية هي تفسير القيم وتفسير الإب
يلي: ما إلى الدراسة نتائج أكثر حرص ا في .(1وخلصت الجوزية القيم ابن رأي وكان تفسير الآيات عن الوريد من خلال أخذ التقاليد الأصيلة فقط والابتعاد عن الإسرائيلية ، بينما لا
يه بسري مصطفى يستخدم إسلاميات وبعض تقاليد ضعيف ، لكنه لا يزال يلتزم بتوج الحج يزالري مصطفى بأن القانون باستخدام آيات القرآن شب الحاج (. ابن القيم الجوزية ويجادل2الشريعة.
العلاج في لاستخدامه ميلا أكثر القيم ابن الشريعة. كان يخالف لا أن بشرط به مسموح ، العلاج إلى بالإضافة بينما قبح. من كل وسيلة الحاجواستحاذته أيضا هو مصطفى بسري
السلك للصلاة على الحصول أيض ا يجب والآخرة. العالم من احتياجات كل تلبية أجل من المستخدم من دبلوم معتمد.
، آيات القرآن ، تفسير إبن القيم و تفسير الإبريز. الأورادالكلمات المفتاحية:
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Menyoal penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an untuk wirid, terdapat
perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang tentang hukumnya.
Sebagian ada yang memperbolehkan dan sebagian lagi ada yang
membid’ahkan atau bahkan mengharamkan. Selain itu, jika kita melihat
fakta yang berkembang ditengah masyarakat terdapat penyalahgunaan
praktek-praktek wirid yang tidak benar dan tidak ada landasan
hukumnya. Hal tersebut terlihat dengan maraknya buku-buku tentang
perdukunan yang menyimpang dari syariat Islam. Buku-buku tersebut
banyak kita jumpai di pinggir-pinggir jalan yang sangat mudah di
dapatkan masyarakat awam. Fenomena dia atas sangat memprihatinkan
mengingat masyarakat awam yang dengan mudahnya disodori buku-buku
yang tidak memiliki rujukan yang jelas. Padahal kita ketahui bahwa tidak
semua orang dapat mempelajari ilmu hikmah atau praktek wirid tertentu.
Hanya orang-orang dengan tingkatan ilmu syariat dan aqidah yang kuat
yang dapat mempelajarinya.
Disamping itu sering kita jumpai dukun berkedok ulama atau
kiyai yang mengatasnamakan agama untuk keuntungan pribadi. Banyak
praktek-praktek wirid dengan berbagai tujuan yang keluar dari Al-Qur’an
dan hadits. Bahkan tak jarang kita jumpai para dukun yang berkedok kiai
tersebut menunjukkan aksinya yang di siarkan di media masa dan layar
kaca yang ditonton oleh banyak orang. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
berkata: “ Fitnah Dajjal itu tidakklah terbatas pada orang-orang yang
2
hidup di zamannya saja, bahkan fitnah Dajjal yang sesungguhnya adalah
setiap kebathilan dan penyimpangan terhadap syariat yang di barengi
dengan keluarbiasaan. Barang siapa percaya dengan kesesatan yang
memiliki kedigdayaan tersebut, maka dia terkena fitnah Dajjal. Fitnah
jenis ini banyak sekali pada setiap waktu dan tempat.Namun fitnah Dajjal
yang diberitakan nabi SAW adalah fitnah yang paling dahsyat.”1
Rasulullah telah mengingatkan kita untuk menjauhi dukun,
sebagaimana hadis yangdiriwayatkan dari sebagian istri Rasulullah:
ع نب عضأ زو اجالنبيص لىاللهع ل يهو س لم ع نالنبيص لىاللهع ل يه نص فية ع «: ل ةو س لم ق ال ل ي ةأ رب عين ت قب لل هص ل م نأ ت ىع رافاف س أ ل هع نش يء،ل
2)رواهمسلم(
“Dari Shofiyyah, dari sebagian istri Nabi SAW berkata, Nabi
SAW bersabda: Barang siapa mendatangi peramal lalu ia bertanya
tentang sesuatu kepadanya, maka sholatnya tidak diterima selama empat
puluh malam” (HR. Muslim).
Syekh Abdul Aziz bin Bâz mengatakan, “adapun mendatangi
peramal, dukun, paranormal dan sejenisnya dari orang-orang yang
mengaku mengetahui hal gaib, maka hukumnya adalah haram dan
merupakan kemunkaran yang tidak boleh. Membenarkannya lebih
munkar lagi bahkan termasuk cabang kekufuran. Maka wajib bagi kaum
muslimin untuk waspada dan tidak bertanya kepada para dukun, peramal
1Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Bughyatul Murtab (Beirut: Dar Ibnu Hazm,
1990) h. 483. 2Muslim bin al-Hajjâj An-Naysabûrî, Shahîh Muslim,(Riyadh: Bait al-Afkâr ad-
Dauliyah, 1998) jilid 4, h. 175 no. 2230).
3
dan sejenisnya yang menipu kaum muslimin dengan nama apapun. Baik
dengan nama pengobatan alternatif atau lainnya dari nama-nama yang
semu.3
Al-Qur’an memerintahkan kita untuk selalu berdzikir dan
mengingat Allah. Sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an yang
menganjurkan kita untuk berdzikir sebanyak banyaknya.Yaitu terdapat
dalam surah Al Ahzab ayat 41 yang berbunyi:
اي ه ن ٱأي ء ام ين واذ ٱوالذ ر ذك ٱك ثي ر للذ ٤١ااك
“Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut
nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.”(QS. Al-Ahzab[33]:41)
Di dalam Al-Qur’an banyak terdapat banyak doa atau dzikir-
dzikir masyrũ’ sebagai sarana agar kita selalu berdzikir dan mengingat
Allah SWT. Di dalam Al-Qur’an juga banyak diajarkan doa-doa para
Nabi dan juga anjuran untuk berdoa dengan menggunakan Asmaul
Husnâ.
Nabi juga menganjurkan kita untuk selalu berdzikir dan
mengingat Allah. Sebagaimana dapat kita ketahui dalam kitab Riyâdhus
Shâlihîn karya Imam Nawawi pada bab Dzikir mengemukaan sekian
banyak riwayat tentang dzikir-dzikir yang diamalkan dan diajarkan Nabi
Muhammad SAW. Imam Nawawi juga menyebutkan dzikir, wirid dan
doa-doa yang Masyrû’ yang sesui dengan Al Qur’an dan hadis dalam
kitab beliau Al-Adzkâr.
3 Syekh Abdul Aziz bin Bâz, Iqâmatul Barohin ‘Alâ Hukmi Man Istaghâtsa bi
Ghairillahi Au Shaddaqul Kawâkib. (Riyadh: Bait al-Afkâr ad-Dauliyah, 1998).hal 34-
45.
4
Wirid dalam pengertian merutinkan bacaan-bacaan tertentu di
waktu tertentu sebenarnya tidak ditemukan dalil yang jelas dalam Al
Qur’an. Tetapi jika kita mengkaji beberapa hadis tentang keutamaan atau
fadhilah beberapa ayat Al-Qur’an banyak sekali kita temukan.
Diantaranya adalah hadis tentang keutamaan dua ayat terakhir surah Al-
Baqarah, yaitu hadis dari Abu Mas’ud Al Badri bahwasanya Nabi
Muhammad SAW bersabda:
و س لم : ع ل يه الله ص لى النب ق ال : ق ال ع نه، الل ر ضي م سعود أ ب ق ر أ ع ن م نك ف ت اه ل ة منآخرسور ةالب ق ر ةفل ي بلي ت ين
4ى(ارخ بالاهو )ر “ Dari Abi Mas’ud RA berkata, Rasulullah SAW bersabda,”Siapa
yang membaca dua ayat terakhir surah Al-Baqarah pada malam hari,
maka ia akan diberi kecukupan.”(HR. Bukhari)
Sementara para pakar menyatakan bahwa kata wirid dalam
pengertian di atas baru populer sejak abad ke-2 H/ 8 M, apalagi setelah
berkembangnya beberapa aliran tasawuf dan tarekat-tarekat tertentu.
Ketika itu di kenal dua katagori wirid. Pertama, yang diamalkan secara
terang-terangan, bahkan berjamaah dan yang kedua yang dilakukan
sendiri-sendiri bahkan dirahasiakan. Kendati istilah wirid dalam
pengertian di atas tidak dikenal pada masa Nabi, namun ini bukan berarti
wirid dalam pengertian ini tidak memiliki dasar dari tuntutan agama.5
4 Abdullah bin Ismail Bukharî, Shahîh al-Bukharî,(Riyadh: Bait al-Afkâr ad-
Dauliyah, 1998), hadisno. 5009 5Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an tentang Dddzikir dan Doa,(Jakarta:
Lentera Hati, 2006).h. 158-159.
5
Mengenai amalan atau wirid tertentu dengan jumlah bilangan
tertentu ada beberapa ulama yang mengangapnya bid’ah. Sebut saja
Syeikh Bakr Abu Zaid mengatakan bahwa salah satu bentuk bid’ah
adalah mengkhususkan tanpa dalil, seperti mengkhususkan bacaan Al-
Qur’an tertentu, di waktu dan tempat tertentu agar terpenuhinya suatu
keinginan atau kebutuhan.6 Atau misalnya Imam Syathibî (790 H) beliau
juga menyebutkan termasuk bid’ah adalah membiasakan ibadah tertentu
diwaktu tertentu tanpa ada ketentuannya dalam syariat.7 Mereka
berpegang pada dalil hadis Nabi:
ر سولاللهص لىاللهع ل يهو س لم :»ع نع ائش ة ،ق ال ت:ق ال فأ مرن م نأ حد ث ر د منهف هو ام ال يس ه ذ
8ى(ارخ بالاهو ر (
“Dari Aisyah berkata, Rasulullah SAW bersabda: Siapa saja
yang membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan
agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR.
Bukhârî).
Ada beberapa kitab yang membahas tentang ilmu hikmah atau
mujarobat. Diantaranya ada beberapa kitab yang banyak dikritisi dan di
tentang oleh beberapa kelompok yang anti bid’ah. Mereka menganggap
bahwa kitab-kitab ilmu hikmah menjamur terutama di pesantren-
pesantren menjadi fenomena yang meresahkan. Menurut mereka hizib-
hizib atau amalan-amalan tersebut adalah bid’ah, khurafat dan tahayyul.
6 Bakr Abu Zaid, Bida’ al-Qurra’ al-Qadîmah wa al-Mu’âshirah ( (Beirut: Dâr
al Kutub al ‘Ilmiyyah,2002) h.14. 7 Ibrahim bin Musa asy-Syathibi, al-I’tishâm ( (Beirut: Dâr al Fikr, 2001) h. 53. 8Abdullah bin Ismail al-Bukhârî, Shahîh al-Bukhârî,(Riyadh: Bait al-Afkâr ad-
Dauliyah, 1998). Hadis no. 1718
6
Syekh Thanthawi Jauhari dalam tulisannya mengatakan: Sesungguhnya
khurafat yang dulu bersemayam dalam pikiran orang-orang mesir kuno,
kini menyusup masuk ke dalam otak umat islam.9 Beberapa buku yang
mereka kritisi adalah Syamsul Ma’ârif Kubrâ. Kitab ini dikarang oleh
Syekh Ali Al-Buni yang yang juga mengarang kitab Manba’ Ushũl al-
Hikmah yang serupa dengan kitab Syamsul Ma’ârif Kubrâ. Buku ini
ternyata banyak jadi rujukan tabib-tabib atau orang-orang pintar yang
dianggap memiliki latar belakang ilmu agama.
Selain buku-buku pengobatan, adapula buku buku amalan yang
berisi ayat-ayat jodoh, reseki, menghindarkan kebakaran dan musibah
lainnya dengan cara yang tidak pernah di ajarkan Rasulullah SAW dan
sahabat. Buku lain yang perlu dikritisi dan diwaspadai adalah Mu’jizat
Al-Qur’an karangan Hamdy Damardasi, Al- Sihr wa ‘Ilâjuh ( Sihir dan
Penyembuhannya) dan ‘Alij Nafsaka bi Al-Quran (Obati dirimu dengan
Al-Qur’an) karangan Muhammad Izzat Arif, Al Jin wa al A’shab ( Jin
dan Rumput-rumput) karangan Manshur Abdul Hakim, dan lain-lain.
Selain dari beberapa kitab yang dikritisi oleh beberapa ulama di atas, ada
beberapa kitab yang diperbolehkan untuk merujuk padanya. Antara lain:
An Nawawi dalam kitabnya Al-Adzkar, Ibnu Sinni dalam kitab ‘Amalul
Yaum wa Lailah, Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam kitab Al-Wâbil Al-
Shayyib serta kitab-kitab sunah yang mengandung bab-bab dan dzikir-
dzikir.10
Disamping beberapa ulama yang menolak atau menganggap
bid’ah, tak sedikit pula ulama yang membolehkan wirid atau amalan-
9 Thanthawi Jauhari, Al ‘Ulum al Riyadhiyyah ‘Inda Qudama al Mishriyyah,
(Artikel dalam Majalah Al Ma’rifah: 1932) 10Fatwa al Lajnah al Daimah lil buhuts al Ilmiyah wal ifta’(Riyadh: Dar al
Ashimah, 1998) cet 3, h. 320-321.
7
amalan tertentu. Di antaranya Muhammad bin Muflih Al Maqdisi dalam
bukunya Al-Adâb al-Syar’iyyah menceritakan bahwa Al Maruzzi berkata,
seorang perempuan mengadu kepada Imam Ahmad bin Hambal bahwa ia
selalu gelisah apabila seorang diri di rumahnya. Kemudian Imam Ahmad
menulis di tangan beliau sendiri Basmalah, al-Fatihah dan
Mu’awwidzatain. Begitu pula yang dilakukan Syekh Taqiyyudin
IbnuTaimiyyah yang menuliskan QS. Hũd ayat 44 di dahi orang yang
terkena mimisan, dls.11
Imam berkata: “Pada suatu ketika aku pernah jatuh sakit, tetapi
aku tidak menemukan seorang dokter atau obat penyembuh. Lalu aku
berusaha dan mengobati dan menyembuhkan diriku dengan surah al
Fatihah, maka aku melihat pengaruh yang sangat menakjubkan. Aku
ambil segelas air zam zam dan membaca padanya surah al fatihah berkali
kali. Lalu aku meminumnya hingga aku mendapat kesembuhan total.
Selanjutnya aku bersandar dengan cara tersebut dalam mengobati
berbagai penyakit dan aku merasakan manfaat yang sangat besar.
Kemudian aku beritahukan kepada orang banyak yang mengeluhkan
suatu penyakit dan banyak dari mereka yang sembuh dengan cepat.”12
Sirajuddin Abu Hafs Al-Bazzar menceritakan kebiasaan gurunya
Ibnu Taimiyyah yang mewiridkan surah Al-Fâtihah di waktu tertentu.
Sirajuddin berkata bahwa Ibnu Taimiyyah selalu mengulang ulang surah
Al-Fâtihah mulai dari fajar sampai matahari meninggi di pagi hari.13
11Muhammad bin Muflih al-Maqdisi, Al-Adâb asy-Syar’iyyah wa al-Minah al-
Mar’iyyah, (Beirut: al-Risâlah al-Ălamiyyah, 1997), juz II 307-310. 12 Ibnu Qayyim Al Jauzi, Al-Jawâb Al- Kâfi Li man Sa ala ‘an al Dawa’ al Syâfî,
(Beirut: Dâr al-Fikr, 2003). Hal 163. 13 Sirajuddin Abu Hafs Al-Bazzar, Al-A’lâm al-‘Ăliyah fi Manâqib Ibn
Taimiyyah,(Riyadh: Dar al Ashimah, 1996). H. 38.
8
Selain itu, Ibnu Taimiyyah juga menganjurkan para kerabatnya untuk
membaca ayat Sakinah untuk mengobati hati yang galau. Ibn al-Qayyim
menyebutkan paling tidk ada 6 ayat sakinah dalam Al-Qur’an, antara
Dalam khazanah ilmu tafsir ada beberapa mufasir yang menyoroti
penggunaan ayat-ayat Al-Qur’an untuk wirid dan amalan tertentu,
diantaranya adalah Al-Ibrîz li Ma’rifati Tafsir Al-Qur’an al ‘Aziz
merupakan salah satu karya KH.Bisri Mustofa yang cukup di kenal di
kalangan para muslim Jawa, khususnya di lingkungan pesantren. Tafsir
Al-Ibriz sebelum dicetak, telah ditashih oleh Kyai Arwani Amin, Kyai
Hisyam dan Kyai Sya’rani Ahmad.15
Dalam tafsir Al-Ibriz KH. Bisri Mustofa juga
menyebutkanpenafsiran tentang penggunaan ayat Al-Qur’an untuk dari
ayat Al-Qur’an. Contohnya ketika beliau menafsirkan manfaat dan faidah
dari surah Al Kahfi ayat 22:
ول ون ي ق م ث ةث ل س ه ابع م ك رذ ول ون ب ه ي ق ةخ و م س ه ادس م ك س مب ه ار ج ي ل ٱب ول ون ب غ ي ق ب و ةس م ع ث امن ه م ك و يق لب ه ب تهمل م أع رذ ابعدذ مذ
ع م ي ه ل م ق ليل إلذ ارف ل فيهم ت م يإلذ ا هراظ ءمر ل فيهمتت ف ت س و م من داه أح
14Ibnu Qayyim Al Jauzi, Madâriij As-Sâlikîn.(Beirut: Dâr al Kutub al ‘Ilmiyyah,
2002), h. 471. 15 Ahmad Zainal Huda, Mutiara Pesantren Pejalanan Khidmah KH. Bisri
Mustofa. ( Yogyakarta: PT. Lkis Pelangi Aksara, 2005),h. 12
9
(Faidah) ashabul kahfi pitu mau, asma-asmane kaya kang
kasebut ngisor iki: (1) Maksalmina; (2) Tamlîkha; (3) Marthûnus;
menurunkan stres pada penderita hipertensi esensial. Subjek dalam
penelitian ini adalah penderita hipertensi esensial dengan katagori
derajat 1 sampai 2, usia 40-60 tahun, laki-laki dan perempuan,
beragama Islam dan memiliki kecenderungan tingkat stres sedang
hingga tinggi. Penelitian ini menggunakan relaksasi dzikir kalimat-
kalimat thayyibah antara lain: Lâ ilâha ilâha illallah, istighfar,
Subhânallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar. Dari hasil penelitian
ini dapat disimpulkan bahwa relaksasi dzikirmempunyai pengaruh
yang signifikan untuk menurunkan tingkat stres pada penderita
hipertensi esensial.22
Hal yang membedakan dengan penelitian sebelumnya adalah
bahan yang akan peneliti analisis adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang
digunakan untuk wirid. Sedangkan bahan yang digunakan peneliti
sebelumnya adalah kalimat-kalimat thayyibah yang digunakan untuk
dzikir dan pengaruhnya terhadap penderita hipertensi esensial.
Berdasarkan beberapa pustaka ataupun karya ilmiah dari
penelitian sebelumnya sebagaimana yang telah penulis uraikan di atas,
dapat dikatakan bahwa permasalahan yang akan penulis angkat dalam
penelitian ini belum pernah diteliti oleh orang lain. Adapun penelitian
yang akan penulis angkat dalam penelitian ini adalah tentang
Kontekstualisasi Ayat-ayat Wirid dalam Al-Qur’an (Studi Analisis
Tafsir Al-Qayyim karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan Tafsir Al-Ibrîz
karya KH. Bisri Mustofa).
22Widuri Nur Anggraeni, Pengaruh Terapi Relaksasi Ddzikir untuk Menurunkan
Stres pada Penderita Hipertensi Esensial, Jurnal Intervensi Intervensi Psikologi,
(Yogyakarta: Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2014), edisi Juni h.81.
19
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan penulis ini masuk ke dalam jenis
penelitian Kualitatif yang bersifat kepustakaan (Library research),
yaitu penelitian yang data-datanya diperoleh dari kajian literatur
melalui riset kepustakaan, yang dianalisis secara teoritis-filosofis.
Hal tersebut berdasar pada Noeng Muhajir yang mengatakan
bahwa, dalam studi pustaka selain bentuk kajian yang memerlukan
kebermaknaan empirik, ada juga bentuk kajian kepustakaan yang
lebih memerlukan pengolahan teoritis dan filosofis.23
Sedangkan model penelitian yang digunakan adalah
analisis deskriptif yang berarti suatu metode yang digunakan untuk
menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas.24
Penelitian ini menggunakan pendekatan historis yaitu
pendekatan yang digunakan untuk melihat latar belakang tokoh
baik eksternal atau internal. Latar belakang eksternal diselidiki
melalui keadaan khusus yang dialami tokoh baik secara sosio-
ekonomi, politik, budaya, sastra dan filsafat. Sedangkan latar
belakang internal ditelusuri melalui riwayat hidup tokoh,
pendidikannya, pengaruh yang diterima, relasi dengan filosof-
filosof sezamannya dan segala pengalaman yang membentuk
pandangan hidupnya.25
23 Noeng Muhajir, Metode Penelitian, (Yogyakarta: Rake Sarasin, 2011) h. 101. 24 Sugiyono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 35. 25 Anton Bakker dan Ahmad Charris Zubair, Metode Penelitian Filsafat,
(Yogyakarta: Kanisius, 1990), h. 64.
20
2. Sumber Data
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sumber data
yang valid yang terbagi menjadi sumber data primer dan sumber
data sekunder. Sumber data primer adalah sumber data yang
langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan
sumber data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data.26 Sumber data primer
pada penelitian ini adalah data pokok yang di dalamnya memuat
informasi seputar tema penelitian secara pribadi atau karya pribadi
dari tokoh yang diteliti, yaitu KH. Bisri Mustofa dan Ibnu Qayyim
al-Jauziyyah. Adapun sumber data primer dalam penelitian ini
adalah Tafsir Al-Ibrîz karya KH. Bisri Mustofa dan Tafsir Al-
Qayyim karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah.
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data sekunder
dalam penelitian ini adalah data-data yang memuat informasi yang
mempunyai keterkaitan dengan penelitian walaupun dalam bentuk
narasinya tidak secara langsung fokus pada tema penelitian , akan
tetapi pada relevansi kajian di dalamnya baik dalam bentuk buku,
artikel ilmiah ataupun sumber lainnya yang dapat menunjang
penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan
metode dokumentasi (kepustakaan), maka dalam penelitian ini
26Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), h.
62.
21
penulis mengumpulkan sumber-sumber data yang ada, kemudian
dijadikan dokumen. Selanjutnya dokumen-dokumen tersebut
dibaca, dipelajari dan dipahami untuk menemukan data yang
diperlukan sesuai dengan rumusan masalah. Dalam proses
tersebut, data yang telah ditemukan di klasifikasi ke dalam
beberapa kelompok. Setelah data yang diperlukan cukup, penulis
kemudian melakukan sistematika dari data-data tersebut.27
Adapun dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
tafsir ayat-ayat yang biasa digunakan untuk wirid-wirid tertentu
yang terdapat dalam Tafsir Al-Ibrîz dan Tafsir Al-Qayyim, dalam
proses ini penulis merujuk pada pendapat para mufasir atau ulama
yang menjelaskan tentang tentang kajian penggunaan ayat-ayat
Al-Qur’an untuk wirid atau amalan tertentu atau dalam Al-
Qur’an.
Setelah semua langkah tersebut sudah selesai dilakukan,
maka penulis menjelaskan secara menyeluruh tentang makna
yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut dan kemudian
mengambil sebuah kesimpulan berdasarkan kebutuhan
sebagaimana yang ada dalam masalah penelitian
4. Metode Analisis Data
Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis isi (Content Analysis). Data yang
diperoleh akan dipilah-pilah untuk kemudian dilakukan
pengelompokan atas data yang sejenis. Selanjutnya dianalisis
27 Hadawi Nanwai, Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 1998). H. 133.
22
isinya untuk mendapatkan analisis yang kongrit dan memadai.
Dalam kaitan itu, Menurut Nasution, analisis data adalah proses
penyusunan data agar dapat ditafsirkan.28
Dengan demikian, penelitian ini bereksperimen dengan
data-data yang terkandung di dalamnya. Untuk mempermudah
penelitian ini dan agar dapat mengambil kesimpulan yang tepat.
Maka penulis menggunakan beberapa metode yang dibutuhkan
dalam penelitian ini, yaitu: metode deduktif, induktif, dan
kesinambungan historis. Metode deduktif adalah alur pembahasan
yang berangkat dari realitas yang bersifat umum kepada sebuah
pemaknaan yang bersifat khusus. Metode ini digunakan untuk
menguraikan data dari suatu pendapat yang bersifat umum,
kemudian diuraikan menjadi hal-hal yang bersifat khusus. Metode
induktif adalah alur pembahasan yang berangkat dari realita-realita
yang bersifat khusus kemudian ditarik secara general yang bersifat
umum, atau pada umumnya induksi ini disebut generalisasi.29
5. Langkah-langkah Penelitian
Dalam penelitian dibutuhkan langkah-langkah yang
sistematis sebagai panduan dalam pembahasan. Adapun langkah
yang akan peneliti lakukan dalam pembahasan meliputi berikut ini:
1. Menginventarisir ayat-ayat Al-Qur’an yang digunakan untuk
wirid atau amalan-amalan tertentu.
2. Menafsirkan ayat-ayat tersebut dengan menggunakan tafsir
Tafsir Al-Qayyim karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dan Tafsir
28Nasution, Metode Research, Penelitian Ilmiah (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h.