Top Banner
KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI KAMPUNG WARNA WARNI PENAS TANGGUL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Lukman Setiawan NIM. 1112111000016 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2019
90

KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

Nov 07, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

ii

KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI

KAMPUNG WARNA WARNI PENAS TANGGUL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Lukman Setiawan

NIM. 1112111000016

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2019

Page 2: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)
Page 3: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)
Page 4: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)
Page 5: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

i

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul ”Konstruksi Sosial Kawasan Tanpa Rokok di Kampung Warna

Warni Penas Tanggul” bertujuan untuk mendeskripsikan proses pembentukan

identitas sosial baru terjadi di Kampung Penas Tanggul. Skripsi ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah warga dari Kampung

Penas Tanggul RT 15/02 Cipinang Besar Selatan. Teknik pengumpulan data dalam

skripsi ini menggunakan wawancara dan observasi. Kerangka teori yang digunakan

dalam skripsi ini adalah teori konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas

Luckmann, dengan berfokus pada tiga tahapan di dalamnya yaitu proses

eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi.

Temuan dari penelitian ini adalah proses pembentukan identitas sosial baru di

Kampung Penas Tanggul menjadi kawasan tanpa rokok Kampung warna warni

adalah bukan semata-mata terjadi atas kesadaran kolektif, melainkan juga

dipengaruhi oleh beberapa faktor eksternal, seperti isu penggusuran, dan stigma

tentang pemukiman kumuh. Faktor pendorong itulah yang kemudian dijadikan acuan

Kampung Penas Tanggul dalam melakukan pembentukan identitas sosial baru

melalui konstruksi sosial.

Proses konstruksi sosial di sini dilakukan dalam tiga tahapan antara lain

eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Pertama-tama dalam proses

eksternalisasi warga kampung Penas Tanggul mulai membiasakan diri secara

bertahap mensterilkan rumah masing-masing dari asap rokok, dan jika ada waktu

senggang mereka mulai mendekor ulang pemukimannya dengan cat warna warni.

Kemudian pada tapah objektivikasi, mereka mulai mendeklarasikan identitas sosial

baru dari pemukiman mereka yaitu kawasan tanpa rokok Kampung warna warni. Dan

pada tahap terakhir yaitu internalisasi, warga Penas Tanggul mulai menanamkan nilai

kembali tentang apa yang telah mereka bisa raih untuk membentuk identitas sosial

baru, yang dilakukan dengan proses sosialisasi.

Kata kunci: Konstruksi Sosial, Identitas Sosial, Penas Tanggul

Page 6: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan

kemudahan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi yang berjudul Konstruksi

Sosial Kawasan Tanpa Rokok di Kampung Warna Warni Penas Tanggul ini dapat

diselesaikan walaupun dengan banyak kekurangannya. Salawat dan salam semoga

selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya yang telah

memberikan cahaya Islam kepada penulis.

Terselesaikannya skripsi ini tentu tidak terlepas dari kontribusi banyak pihak

di dalamnya, baik itu memberikan bantuan secara moril dan materil. Untuk itu pada

kesempatan ini penulis ingi menyampaikan ucapan terima kasih kepada

Bapak/Ibu/Saudara/i antara lain.

1. Bapak Dr. Ali Munhanif, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP), UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Cucu Nurhayati, M.Si, selaku Ketua Program Studi Sosiologi FISIP,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Dr. Juharotul Jamilah, M.Si, selaku Sekretari Program Studi Sosiologi

FISIP, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 7: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

iii

4. Bapak Husnul Khitam, M.Si, selaku dosen pembimbing saya yang telah

menyempatkan waktu memberikan bimbingan untuk penyelesaian skripsi

saya.

5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen engajar Sosiologi di FISIP UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan banyak wawasan dan ilmu

selama proses masa perkuliahan.

6. Para staff pengurus bidang akademik dan administrasi, FISIP, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu dalam kepengurusan berkas dan

administrasi dalam proses penulisan skripsi ini.

7. Segenap warga Kampung Penas Tanggul dan para informan yang telah

memberikan banyak informasi yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.

8. Teman-teman Tojampan, Dea, Epenk, Guntur, Oyen, dan Sadan, yang selalu

ada baik ketika susah maupun senang.

9. Teman-teman Kontri Doraemon, Doyok, Rusydan, Ojay, Alby, Suki, Galih,

Tegar, Faizal, dan Reza, yang telah banyak berbagi wawasan selama masa

kuliah.

10. Dan teman-teman Sosiologi 2012, Ayobos, Aul, Rahmi, Ara, Ayufit, Hartadi,

Gopay, dan lain-lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima

kasih telah menjadi teman saya selama masa kuliah.

Page 8: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

iv

11. Dan semua pihak yang terlibat dalam penilisan skripsi saya baik itu langsung

maupun tidak langsung, saya ucapka terima kasih semuanya.

12. Teman-Teman dari KKN Fireworks Annisa, Ihya, Alby, Anhar, Egi, Bepe,

Feby, Yana, Evi, Eva, Shem, Inge, Siti dan Nadila. Yang mana mereka juga

pernah jadi bagian dari kehidupan perkuliahan saya.

Terakhir ucapan terima kasih tentu saja saya ucapkan kepada Keluarga saya

tercinta, orang tua saya Bapak Andy Ranreng dan Ibu Rusmiyati, serta adik saya Lutfi

Rivaldi. Tanpa do‟a dan dukungan mereka penulisan skripsi ini tidak akan bisa

terselesaikan. Demikian ucapan terima kasih ini penulis sampaikan, semoga skripsi

ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Jakarta, 03 Mei 2019

Lukman Setiawan

Page 9: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii

DAFTAR TABEL..................................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Pernyataan Masalah.....................................................................................1

B. Rumusan Masalah........................................................................................5

C. Tujuan Penelitian.........................................................................................5

D. Manfaat Penelitian.......................................................................................6

E. Tinjauan Pustaka.........................................................................................6

F. Kerangka Teori..........................................................................................18

1. Konstruksi Sosial...........................................................................18

G. Metodologi Penelitian................................................................................20

1. Pendekatan.....................................................................................20

2. Tempat dan Waktu.........................................................................21

3. Pemilihan Informan.......................................................................21

4. Jenis dan Sumber Data..................................................................22

5. Teknik Pengumpulan Data............................................................23

1) Wawancara........................................................................23

Page 10: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

vi

2) Observasi...........................................................................27

6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data.......................................28

7. Sistematika Penulisan....................................................................30

BAB II GAMBARAN UMUM............................................................................31

A. Geografis Kelurahan Cipinang Besar Selatan..........................................31

B. Demografis Kelurahan Cipinang Besar Selatan.......................................34

C. Profil Kampung Penas Tanggul...............................................................35

1. Sejarah Singkat Kampung Penas Tanggul...................................35

2. Keadaan Penduduk di Kampung Penas Tanggul........................36

3. Struktur Kepengurusan................................................................39

4. Sarana dan Prasarana Umum ......................................................40

5. Isu Sosial.....................................................................................41

BAB III TEMUAN DAN ANALISIS DATA..................................................45

A. Proses Konstruksi Sosial Kawasan Tanpa Rokok di Kampung Warna Warni

Penas Tanggul........................................................................................45

1. Eksternalisasi.............................................................................47

2. Objektivikasi..............................................................................53

3. Internalisasi................................................................................61

B. Realitas Kehidupan di Penas Tanggul Pasca Kontruksi Sosial.............65

BAB IV PENUTUP..........................................................................................68

A. Kesimpulan............................................................................................68

Page 11: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

vii

B. Saran......................................................................................................70

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................71

LAMPIRAN.....................................................................................................xiii

Page 12: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.II.A Peta Lokasi Kampung warna warni Penas Tanggul......................31

Gambar 2.II.A Jalan Pancawarga 30.....................................................................32

Gambar 3.II.A Kampung Penas Tanggul..............................................................32

Gambar 4.II.C Pemukiman Penas Tahun 2008.....................................................36

Gambar 5.II.C Struktur Kepengurusan RT 15/02 Cipinang Besar Selatan...........39

Gambar 1.III.A Skema Pembentukan Identitas Sosial Baru di Kampung Penas Tanggul

................................................................................................................................45

Gambar 2.III.A Sticker Kawasan Tanpa Rokok....................................................50

Gambar 3.III.A Sticker Kawasan Tanpa Rokok....................................................50

Gambar 4.III.A Foto Rumah Yang dicat Warna Warni.........................................52

Gambar 5.III.A Lembar Pendeklarasian Kampung Warna Warni Tanpa Rokok di

Penas Tanggul........................................................................................................55

Gambar 6.III.A Kampung warna warni RT 14/02................................................56

Gambar 7.III.A Mural di Penas Tanggul...............................................................57

Gambar 8.III.A Mural di Penas Tanggul...............................................................58

Gambar 9.III.A Skema Pembentukan Identitas Sosial Baru di Kampung Penas

Tanggul..................................................................................................................65

Page 13: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.I.E Tinjauan Pustaka.................................................................................12

Tabel 2.I.G Daftar Informan..................................................................................22

Tabel 3.I.G Data Wawancara.................................................................................23

Tabel 4.I.G Data Observasi....................................................................................27

Tabel 2.II.A Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Jatinegara...........................33

Tabel 3.II.B Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin..................................34

Tabel 4.II.C Jumlah Penduduk Berdasarkan Identitas..........................................37

Tabel 5.II.C Jumlah Penduduk Berdasarkan Rentan Usia.....................................37

Tabel 6.II.C Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin..................................38

Tabel 7.II.C Sarana dan Prasarana di Kampung Penas Tanggul............................40

Page 14: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pernyataan Masalah

Penelitian ini membahas tentang pemberlakuan kawasan tanpa rokok

(KTR) yang sudah diterapkan sebagai suatu kebijakan pemerintah tata ruang pada

tahun 2012. Fokus penelitian ini terletak pada bagaimana proses kontruksi sosial

yang terjadi di Kampung warna warni Penas Tanggul sampai akhirnya

masyarakat sekitar dapat mendeklarasikan kawasan tanpa rokok di lingkungan

tempat tinggalnya. Adapun untuk dapat diterima masyarakat,dalam konsep

konstruksi sosial ini ada beberapa tahapan yang harus dilalui terlebih dahulu

antara lain melalui eksternalisasi, objektifikasi, dan internalisasi.

Pemberlakuan kawasan tanpa rokok ini sejatinya ditujukan untuk

melindungi hak-hak masyarakat khususnya yang bukan perokok agar terhindar

dari asap rokok dan menjadi perokok pasif, serta sebagai langkah preventif

pemerintah dalam mencegah perokok usia dini. Adapun wilayah-wilayah yang

termasuk kawasan tanpa rokok jika merujuk pada aturan yang berlaku yaitu Pasal

49 Peraturan Pemerintah No.109 tahun 2012 meliputi fasilitas pelayanan

kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat bermain anak, tempat ibadah,

angkutan umum, tempat kerja tempat umum, dan tempat lain yang ditetapkan.

Page 15: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

2

(https://www.hukumonline.com/pusatdata//lt50ed2cbec30b2/node/lt50ed2c07e64

8a, diakses pada 6/1/2019 ).

Hingga pertengahan 2018 kurang lebih sudah banyak Provinsi dan

Kabupaten-Kota di Indonesia yang menerapkan peraturan daerah terkait kawasan

tanpa rokok di sejumlah wilayahnya. Melalui penerapan kawasan tanpa rokok ini,

Menkes Nila mengatakan bahwa orang tak bisa lagi sembarangan mengisap asap

rokok yang dapat membahayakan non perokok, terutama kelompok rentan seperti

anak, remaja, dan ibu hamil.

(https://www.suara.com/news/2018/05/31/151146/11-provinsi-berhasil-terapkan-

kawasan-tanpa-rokok diakses pada 6/1/2019 ).

Namun dalam penerapan kawasan tanpa rokok ini tidak serta merta

berjalan dengan semestinya, justru cenderung menimbulkan polemik di

masyarakat. Doktor sosiologi Universitas Padjadjaran (Unpad), Budi Rajab

melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di

beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda) cenderung

bersifat tidak jelas, mutlak, dan tertutup atau ekslusif. Itu berarti aturan mengenai

kawasan tanpa rokok ini kurang memperhatikan aspek sosial dan kondisi

masyarakat sekitar. Bahkan yang menonjol dalam perda lebih berupa larangan

yang kemudian memicu polemik. Beliau juga berpendapat bahwa penerapan

peraturan penting dilakukan secara bertahap, sebab aplikasi di lapangan tidak

semudah membalikan telapak tangan.

Page 16: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

3

(https://kumparan.com/bandungkiwari/polemik-dalam-aturan-kawasan-tanpa-

rokok-27431110790557867 diakses pada 6/1/2019).

Selain itu kebijakan mengenai kawasan tanpa rokok ini juga memiliki

kekurangan dari segi penjatuhan sanksi. Contohnya saja di DKI Jakarta sudah ada

sanksi yang menyebutkan bahwa setiap orang yang merokok di kawasan dilarang

merokok diancam dengan pidana sesuai peraturan daerah Pasal 41 ayat (2) jo

Pasal 13 ayat (1) Perda 2/2005. Namun yang menjadi masalah adalah tidak

dijelaskan secara spesifik siapa yang mengeksekusi atau pihak yang memberi

sanksi, mengingat terbatasnya jumlah aparat yang terkait untuk mengawasi

keberlangsungan kebijakan ini. (https://www.hukumonline.com

/klinik/detail/lt4f5972d3e471d/sanksi-pidana-bagi-pelanggar-kawasan-dilarang-

merokok/ diakses pada 6/1/2019). Regulasi yang kuat serta pemberian sanksi

bukan menjadi jaminan peraturan akan berjalan dengan baik. Yang perlu

ditumbuhkan sebenarnya adalah kesadaran dari masyarakat itu sendiri.

Kawasan tanpa rokok di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 2000

silam berdasarkan konsensus masyarakat di Desa Bone Bone Sulawesi Selatan.

Kawasan tanpa rokok sendiri memang sudah jadi program tata ruang yang

bertujuan untuk mengurangi tingkat pencemaran lingkungan melalui polusi udara.

Sedangkan untuk wilayah pedesaan, desa Bone-Bone inilah yang pertama

menerapkannya. (https://www.hipwee.com/travel/desa-tanpa-rokok-pertama-di-

dunia-ada-diindonesia-berani-ngerokok-di-sana-siap-siap-kena-sanksinya/ diakses

Page 17: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

4

pada 16/1/2019). Selain Desa Bone Bone di Jakarta sendiri kawasan tanpa rokok

serupa yang tercipta atas konsensus dari masyarakat salah satunya adalah

kawasan tanpa rokok Kampung warna warni Penas Tanggul yang terletak di

Jakarta Timur.

Wilayahnya yang terletak di bantaran kali, seringkali menjadikan

pemukiman padat penduduk ini mendapatkan stigma kampung kumuh serta

penyebab banjir. Berangkat dari hal tersebut, warga bantaran Kali Cipinang di

Jalan Pancawarga tersebut berinisiatif untuk mengubah pola pikir masyarakat

yang menganggap pemukiman di bantaran kali sebagai kawasan kumuh dengan

menciptakan kawasan tanpa rokok dan menjadikan pemukimannya menjadi

warna warni sebagai ciri khas nya. (http://www.fakta.or.id/kampung-penas-

deklarasi-kampung-warna-warni/, diakses pada 6/1/2019).

Keberhasilan warga Kampung Warna Warni Penas Tanggul dalam

menjadikan pemukiman tersebut menjadi kawasan yang bebas rokok, tidak

terlepas dari pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan yang lebih persuasif

yaitu melibatkan masyarakat dalam mewujudkannya. Dengan cara ini memang

terwujudnya kawasan tanpa rokok tidak bisa dilakukan dengan cepat, melainkan

harus melalui berbagai proses agar muncul kesadaran akan lingkungan yang sehat

dan ramah anak. Terwujudnya kawasan tanpa rokok di kampung warna warni

Penas Tanggul ini merupakan salah satu contoh bentuk kepedulian masyarakat

Page 18: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

5

terhadap lingkungan yang bersih dan sehat serta diwujudkan berdasarkan proses

yang panjang.

Dari gambaran permasalahan tersebut terlihat bahwa Kampung Warna

Warni Penas Tanggul ini berusaha membentuk suatu kultur baru yang dilakukan

dengan proses konstruksi sosial yang tidak instan namun mempunyai dampak

yang besar bagi masyarakat. Cara-cara seperti inilah yang menjadi pembeda

dengan pemberlakuan kawasan tanpa rokok pada umumnya. Dari situ penulis

menjadi tertarik untuk melihat bagaimana proses kontruksi sosial dapat terbentuk

di Kampung Warna Warni Penas Tanggul hingga menjadi kawasan tanpa rokok.

B. Rumusan Masalah

Dari penjelasan di atas penulis membatasi rumusan masalah yang

akan diteliti yaitu hanya berfokus pada bagaimana proses konstruksi sosial

kawasan tanpa rokok di Kampung warna warni Penas Tanggul?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukaknnya penelitian yang penlulis buat ini

berdasarkan rumusan masalah di atas adalah untuk mendeskripsikan proses

konstruksi sosial kawasan tanpa rokok di Kampung warna warni Penas

Tanggul.

Page 19: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

6

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah dapat menjadi rujukan bagi peneliti

selanjutnya yang akan meneliti menggunakan teori konstruksi sosial Peter L.

Berger dan lebih khusus lagi dapat menjadi literatur mengenai pembahasan

kawasan tanpa rokok dalam studi sosiologi khususnya sosiologi lingkungan.

2. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah memberi kontribusi positif pada

masyarakat sebagai literatur mengenai penerapan kawasan tanpa rokok agar

masyarakat mempunyai kesadaran akan lingkungan tempat tinggalnya.

E. Tinjauan Pustaka

Penelitian ini mengambil beberapa referensi dari penelitian-penelitian

terdahulu untuk dijadikan acuan dalam menulis. Beberapa penelitian terdahulu itu

antara lain sebagai berikut:

Pertama, penelitian yang ditulis oleh M. Nur Budi Prasojo dalam jurnal

analisis sosial dari program studi magister sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas Sebelas Maret pada tahun 2015 yang berjudul konstruksi

Sosial Masyarakat terhadap Alam Gunung Merapi: Studi Kualitatif tentang

Kearifan Lokal yang Berkembang di Desa Tlogolele Kecamatan Selo Kabupaten

Boyolali. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode

etnografi di mana peneliti mengeksplor dan melihat langsung suatu fenomena

melalui perspektif yang sama dengan subjek penelitian dangan cara mengikuti

Page 20: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

7

kehidupan sehari-hari subjek peneliti. Penelitian ini menggunakan teori konstruksi

sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Hasil dari penelitian ini ditemukan

bahwa mereka mengkonstruksi pengetahuan dan tradisi sebagai sebuah kearifan

lokal. Di mana dalam kearifan lokal agama, pengetahuan, dan tradisi mempunyai

makna penting bagi kehidupan sehari-hari masyarakat Tlogolele. Kearifan lokal

itu berasal dari kultur masyarakat Jawa yang berbunyi “memayu hayuning

bawana”, yang jika diartikan berarti slametan.

Kedua, penelitian yang ditulis oleh Sabmafit Kazaena dalam jurnal

sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret pada tahun

2016 yang berjudul Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian: Studi

Fenomenologi Tentang Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian di Kecamatan

Jebres, Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan

pendekatan fenomenologi. Pengambilan data dilakukan dengan cara wawancara

mendalam dengan menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini

menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konstruksi sosial gaya hidup vegetarian

pada proses eksternalisasi menghasilkan pengetahuan gaya hidup vegetarian

adalah pola makan nabati. Proses obyektivasi menghasilkan sikap masyarakat

vegetarian dilakukan untuk kesehatan, keyakinan, dan ekonomi karena sehat dan

murah sedangkan sikap masyarakat non vegetarian dilakukan karena kesehatan,

alergi, diet, keyakinan yang sebagian dianggap sehat dan tidak sehat dengan biaya

Page 21: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

8

yang murah dan mahal. Proses internalisasi menghasilkan tindakan masyarakat

vegetarian yang merasa damai, tenang, dan sabar menjalankan gaya hidup

vegetarian dan merasa sakit ketika tidak menjalankannya sedangkan tindakan

masyarakat non vegetarian sebagian tertarik menjalankan vegetarian yang

dianggap baik dan sebagian tidak tertarik menjalankannya karena dianggap tidak

baik.

Ketiga, penelitian yang ditulis oleh Fithri Muta‟afi dan Pambudi

Handayono dari program studi sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Negeri Surabaya tahun 2015 yang berjudul Konstruksi Sosial

Masyarakat Terhadap Penderita Kusta. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan konstruksi sosial Berger. Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya konstruksi yang berbeda dari setiap individu sesuai dengan

tingkatan informasi dan pengalaman yang dimiliki. Pertama, masyarakat

mengkonstruksi penderita kusta sebagai seorang yang terkena kutukan. Kedua,

penderita kusta sebagai penderita penyakit keturunan. Ketiga, penderita kusta

sebagai penderita penyakit menular yang sangat berbahaya. Keempat, masyarakat

mengkonstruksi penderita kusta sebagai penderita penyakit menular yang dapat

disembuhkan.

Keempat, penelitian yang ditulis oleh Qotimah Esti Rukmana,

Suryaningsih, dan Marisa Elsera dari Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu

Sosial dan Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji pada tahun 2018 yang

Page 22: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

9

berjudul Konstruksi Sosial Budaya Populer Korea pada Anggota Komunitas

Korean Pop (K-Pop) Batam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian

deskriptif kualitatif dengan pemilihan informan melalui teknik purposive

sampling. Peneliti menggunakan teori konstruksi sosial oleh Peter L. Berger yakni

adanya proses dialektika yang terjadi melalui tiga tahap pertama eksternalisasi,

kedua obyetivasi, dan yang ketiga internalisasi. Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa budaya pop Korea mengkonstruksi anggota Komunitas Korean Pop (K-

Pop) Batam ialah pertama, yakni eksternalisasi dimana remaja anggota komunitas

pertama mengenal budaya pop Korea dari keluarga, lingkungan sosial dan media.

Kedua, obyektivasi dimana setelah remaja anggota komunitas mengenal budaya

pop Korea melalui interaksi dan sosialisasi dari keluarga, lingkungan sosial dan

media mulai adanya anggapan bahwa adanya keunikan, kerja keras dan

kesopanan pada budaya pop Korea. ketiga, internalisasi remaja anggota

komunitas mulai memutuskan untuk meninternalisasi serta mengikuti dan

berperilaku seperti budaya pop Korea karena adanya potensi diri dan pendirian

yang kuat pada budaya popular Korea.

Kelima, penelitian yang ditulis oleh Dewi Ratna Sari dan Kuncoro Bayu

Prasetyo dalam JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo Universitas Negeri Semarang

pada tahun 2017 yang berjudul Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Pemandu

Karaoke: Studi Kasus di Desa Botorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Demak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi

Page 23: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

10

kasus. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori konstruksi sosial

dari Berger dan Luckmann. Hasil penelitian menemukan bahwa konstruksi sosial

masyarakat terhadap pemandu karaoke di Desa Botorejo memiliki image “bukan

wanita baikbaik,” latar belakang terbentuknya konstruksi sosial masyarakat

tersebut disebabkan karena melihat kebiasaan sehari-hari pemandu karaoke dan

karena referensi dari media mengenai keberadaan pemandu karaoke. Dampak

konstruksi sosial terhadap relasi sosial antara masyarakat dengan pemandu

karaoke yaitu sering terjadi konflik laten, tidak ada kepedulian sosial, dan

munculnya sikap apriori.

Keenam, penelitian yang ditulis oleh Gede Kamajaya, Wahyu Budi

Nugroho, dan Imron Hadi Tamim dalam JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo

Universitas Udayana, Denpasar pada tahun 2017 yang berjudul Harapan dan

Kenyataan Penerapan “Kawasan Tanpa Rokok (KTR)” di Lingkungan Kampus

Universitas Udayana Denpasar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif

dengan metode fenomenologi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teori fenomenologi Max Webber dan Alfred Schutz. Hasil dari penelitian ini

terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kurang efektifnya pemberlakukan

KTR di lingkungan kampus Universitas Udayana, Denpasar. Pertama, ketiadaan

sanksi yang jelas bagi para perokok. Kedua, dosen dan pegawai yang belum bisa

menjadi contoh pemberlakuan KTR. Ketiga, masih tersedianya komoditas rokok

Page 24: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

11

di waserda universitas, dan keempat, ketiadaan area merokok di lingkungan

kampus Universitas Udayana, Denpasar.

Ketujuh, penelitian yang ditulis oleh Gunawan dalam jurnal Sosiologi

Reflektif dari Program studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN

Sunan Kalijaga tahun 2016 yang berjudul Efektifitas Peraturan Kampung Bebas

Asap Rokok di RW 11 Mendungan, Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta.

Penelitian ini menggunakan salah satu teori dalam sosiologi hukum, yaitu teori

behaviorisme sosial. Behaviorisme sosial yaitu posisi teoritis dalam ilmu

sosiologi hukum yang menganggap bahwa dasar dari analisis sosiologi adalah

pada faktor individu dan interaksinya dengan individu lain. Hasil dari penelitian

ini menunjukkan bahwa kampung bebas asap rokok dibentuk untuk menjaga

kesehatan, dan juga menghargai hak-hak masyarakat yang tidak mengkonsumsi

rokok. Langkah-langkah yang dilakukan untuk merealisasikan peraturan kampung

bebas asap rokok tersebut, yaitu dengan melakukan sosialisasi-sosialisasi kepada

masyarakat, memasang berbagai tulisan tentang larangan mengkonsumsi rokok di

tempat- tempat tertentu, serta memberikan sangsi berupa teguran kepada

masyarakat yang melanggar, dan peraturan ini juga cukup efektif untuk

mengontrol konsumsi rokok di masyarakat. Terkait dengan hukuman bagi

pelanggar, kedepannya akan ada sangsi berupa denda uang bagi yang melanggar,

di mana uang tersebut nantinya akan menjadi kas RW untuk kegiatan-kegiatan di

RW 11 Mendungan.

Page 25: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

12

Tabel 1.I.E Tinjauan Pustaka

No.

Judul

penelitian/Jenis

penelitian

Temuan penelitian Metode

penelitian Teori

1 Konstruksi Sosial

Masyarakat

terhadap Alam

Gunung Merapi:

Studi Kualitatif

tentang Kearifan

Lokal yang

Berkembang di

Desa Tlogolele

Kecamatan Selo

Kabupaten

Boyolali/ Jurnal

ilmiah

Kearifan lokal agama,

pengetahuan, dan tradisi

mempunyai makna penting bagi

kehidupan sehari-hari

masyarakat Tlogolele. Kearifan

lokal itu berasal dari kultur

masyarakat Jawa yang berbunyi

“memayu hayuning bawana”,

yang jika diartikan berarti

slametan.

Kualitatif Konstruksi

sosial Peter L.

Berger

2 Konstruksi Sosial

Gaya Hidup

Vegetarian: Studi

Fenomenologi

Tentang

Konstruksi Sosial

Gaya Hidup

Vegetarian di

Kecamatan

Jebres, Surakarta/

Jurnal ilmiah

Hasil penelitian menunjukkan

bahwa konstruksi sosial gaya

hidup vegetarian pada proses

eksternalisasi menghasilkan

pengetahuan gaya hidup

vegetarian adalah pola makan

nabati.

Kualitatif Konstruksi

sosial Peter L.

Berger

Page 26: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

13

3 Konstruksi Sosial

Masyarakat

Terhadap

Penderita Kusta/

Jurnal ilmiah

Hasil penelitian ini

menunjukkan adanya konstruksi

yang berbeda dari setiap

individu sesuai dengan tingkatan

informasi dan pengalaman yang

dimiliki. Pertama, masyarakat

mengkonstruksi penderita kusta

sebagai seorang yang terkena

kutukan. Kedua, penderita kusta

sebagai penderita penyakit

keturunan. Ketiga, penderita

kusta sebagai penderita penyakit

menular yang sangat berbahaya.

Keempat, masyarakat

mengkonstruksi penderita kusta

sebagai penderita penyakit

menular yang dapat

disembuhkan.

Kualitatif Konstruksi

sosial Peter L.

Berger

4 Konstruksi Sosial

Budaya Populer

Korea pada

Anggota

Komunitas

Korean Pop (K-

Pop) Batam/

Jurnal ilmiah

Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa budaya pop Korea

mengkonstruksi anggota

Komunitas Korean Pop (K-Pop)

Batam ialah pertama, yakni

eksternalisasi dimana remaja

anggota komunitas pertama

mengenal budaya pop Korea

dari keluarga, lingkungan sosial

dan media. Kedua, obyektivasi

dimana setelah remaja anggota

komunitas mengenal budaya

Kualitatif Konstruksi

sosial Peter L.

Berger

Page 27: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

14

pop Korea melalui interaksi dan

sosialisasi dari keluarga,

lingkungan sosial dan media

mulai adanya anggapan bahwa

adanya keunikan, kerja keras

dan kesopanan pada budaya pop

Korea. ketiga, internalisasi

remaja anggota komunitas mulai

memutuskan untuk

meninternalisasi serta mengikuti

dan berperilaku seperti budaya

pop Korea karena adanya

potensi diri dan pendirian yang

kuat pada budaya popular

Korea.

5 Konstruksi Sosial

Masyarakat

terhadap

Pemandu

Karaoke: Studi

Kasus di Desa

Botorejo

Kecamatan

Wonosalam

Kabupaten

Demak/ Jurnal

ilmiah

Hasil penelitian menemukan

bahwa konstruksi sosial

masyarakat terhadap pemandu

karaoke di Desa Botorejo

memiliki image “bukan wanita

baikbaik,” latar belakang

terbentuknya konstruksi sosial

masyarakat tersebut disebabkan

karena melihat kebiasaan sehari-

hari pemandu karaoke dan

karena referensi dari media

mengenai keberadaan pemandu

karaoke. Dampak konstruksi

sosial terhadap relasi sosial

Kualitatif Konstruksi

sosial Peter L.

Berger

Page 28: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

15

antara masyarakat dengan

pemandu karaoke yaitu sering

terjadi konflik laten, tidak ada

kepedulian sosial, dan

munculnya sikap apriori.

6 Harapan dan

Kenyataan

Penerapan

“Kawasan Tanpa

Rokok (KTR)” di

Lingkungan

Kampus

Universitas

Udayana

Denpasar/ Jurnal

ilmiah

Hasil dari penelitian ini terdapat

beberapa masalah yang

menyebabkan kurang efektifnya

pemberlakukan KTR di

lingkungan kampus Universitas

Udayana, Denpasar. Pertama,

ketiadaan sanksi yang jelas bagi

para perokok. Kedua, dosen dan

pegawai yang belum bisa

menjadi contoh pemberlakuan

KTR. Ketiga, masih tersedianya

komoditas rokok di waserda

universitas, dan keempat,

ketiadaan area merokok di

lingkungan kampus Universitas

Udayana, Denpasar.

Kualitatif Teori

Fenomenologi

Max Webber

dan Alfred

Schutz

7 Efektifitas

Peraturan

Kampung Bebas

Asap Rokok di

RW 11

Mendungan,

Giwangan,

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa kampung

bebas asap rokok dibentuk

untuk menjaga kesehatan, dan

juga menghargai hak-hak

masyarakat yang tidak

mengkonsumsi rokok. Langkah-

kualitatif Teori

Behaviorisme

Sosial Herbert

Mead

Page 29: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

16

Umbulharjo,

Yogyakarta/

Jurnal ilmiah.

langkah yang dilakukan untuk

merealisasikan peraturan

kampung bebas asap rokok

tersebut, yaitu dengan

melakukan sosialisasi-sosialisasi

kepada masyarakat, memasang

berbagai tulisan tentang

larangan mengkonsumsi rokok

di tempat- tempat tertentu, serta

memberikan sangsi berupa

teguran kepada masyarakat yang

melanggar, dan peraturan ini

juga cukup efektif untuk

mengontrol konsumsi rokok di

masyarakat. Terkait dengan

hukuman bagi pelanggar,

kedepannya akan ada sangsi

berupa denda uang bagi yang

melanggar, di mana uang

tersebut nantinya akan menjadi

kas RW untuk kegiatan-kegiatan

di RW 11 Mendungan.

Secara umum penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan sebelumnya yaitu oleh M. Nur Budi Prasojo (2015),

Sabmafit Kazaena (2016), Fithri Muta‟afi dan Pambudi Handayono (2015),

Qotimah Esti Rukmana, Suryaningsih, dan Marisa Elsera (2018), Dewi Ratna Sari

dan Kuncoro Bayu Prasetyo (2017) dari segi teori yang digunakan yaitu teori

Page 30: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

17

konstruksi sosial Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Sedangkan

perbedaannya terletak pada fokus penelitian dan lokasi penelitiannya.

Sedangkan penlitian terdahulu yang dilakukan oleh Gede Kamajaya,

Wahyu Budi Nugroho, dan Imron Hadi Tamim (2017) dan Gunawan (2016)

memiliki pembahasan yang sama dengan penulis yaitu sama-sama membahas

tentang kawasan tanpa rokok (KTR). Namun yang membedakan dengan penelitian

yang dilakukan penulis adalah dari segi teori yang digunakan dan juga fokus

penelitiannya. Penelitian Wahyu Budi Nugroho, dan Imron Hadi Tamim (2017)

tersebut menggunakan teori fenomenologi Max Weber dan Alfred Schutz

sedangkan penulis menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan

Thomas Luckmann. Dan penelitian ini cenderung fokus pada efektifitas

pemberlakuan kawasan tanpa rokok di lingkungan kampus Universitas Udayana,

sedangkan penelitian yang dilakukan penulis berfokus pada proses terwujudnya

kawasan tanpa rokok tersebut. Dan penelitian Gunawan (2016) menggunakan teori

behaviorisme sosial yang fokus penelitiannya terletak pada efektifitas

pemberlakuan kawasan bebas asap rokok di RW 11 Mendungan, Umbulharjo,

Giwangan, Yogyakarta.

Page 31: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

18

F. Kerangka Teori

Konstruksi Sosial

Teori konstruksi sosial Berger dan Lukmann merupakan teori sosiologi

kontemporer yang berdasar pada sosiologi pengetahuan. Dalam teori ini

terkandung pemahaman bahwa realitas dibangun dengan proses sosial, serta

realitas dan pengetahuan merupakan istilah penting untuk memahaminya. Realitas

adalah suatu kualitas yang terdapat dalam fenomena-fenomena yang diakui

memiliki keberadaan (being)-nya sendiri sehingga tidak tergantung kepada

kehendak manusia; sedangkan pengetahuan adalah kepastian bahwa fenomen-

fenomen itu nyata (real) dan memiliki karakteristik yang spesifik (Berger, 1990:

1).

Sosiologi pengetahuan, yang dikembangkan Berger dan Luckmann,

mendasarkan pengetahuannya dalam dunia kehidupan sehari-hari masyarakat

sebagai suatu kenyataan. Bagi mereka (Berger, 1990: 31–32), kenyataan

kehidupan sehari-hari dianggap menampilkan diri sebagai kenyataan par

excellence sehingga disebutnya sebagai kenyataan utama (paramount). Berger

dan Luckmann (1990: 28) menyatakan dunia kehidupan sehari hari menampilkan

diri sebagai kenyataan yang ditafsirkan oleh manusia. Maka itu, apa yang menurut

manusia nyata ditemukan dalam dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu

kenyataan seperti yang dialaminya. Berger juga mengemukakan bahwa tiap

Page 32: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

19

tindakan manusia merupakan proses dialektis antara diri dengan dunia

kenyataannya (sosio kultural) (Wirawan, 2012: 146).

Dunia kehidupan sehari-hari merupakan suatu yang berasal dari pikiran

dan tindakan manusia, dan dipelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan

tindakan. Atas dasar itulah kemudian Berger dan Luckmann (1990: 29)

menyatakan bahwa dasar-dasar pengetahuan dalam kehidupan sehari hari adalah

objektivasi (pengobjektivan) dari proses proses (dan makna-makna) subjektif

dengan mana dunia akal-sehat intersubjektif dibentuk. Dalam hal ini Berger juga

menyebutkan bahwa konstruksi sosial terjadi atas tiga tahap yaitu eksternalisasi,

objektivikasi dan internalisasi.

Eksternalisasi adalah proses dimana manusia melakukan penyesuaian diri

dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia. Dalam hal ini, eksternalisasi

merupakan proses pencurahan kedirian manusia secara terus menerus kedalam

dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Sudah merupakan suatu

keharusan antropologis, manusia selalu mencurahkan diri ketempat dimana ia

berada (Berger, 1990: 71).

Objektivasi adalah proses dimana manusia mulai menyesuaikan diri dan

memanifestasikan dirinya dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia,

dimana aktivitas yang dilakukan membentuk pola dan kemudian dilembagakan.

Objektivasi merupakan hasil dari eksternalisasi yang kemudian memperoleh sifat

Page 33: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

20

objektif, dimana kenyataan hidup sehari-hari itu melalui proses pembiasaan dan

pelembagaan kemudian dipahami sebagai realitas objektif. Pada tahap ini Berger

menyatakan bahwa masarakat adalah suatu realitas objektif (Berger, 1990: 83).

Internalisasi adalah proses penyerapan kembali realitas yang telah

diobjektivasi ke dalam kesadaran individu sehingga subjektif individu

dipengaruhi oleh struktur dunia sosialnya. Pada tahap ini individu

mengidentifikasikan diri dengan lembaga, organisasi atau institusi sosial dimana

ia menjadi bagian atau anggota di dalamnya. Pada tahap ini Berger menyatakan

bahwa masyarakat merupakan suatu realitas subjektif (Berger, 1990: 83).

G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Penelitian merupakan metode-metode untuk mengeksplorasi dan memahami

makna yang oleh sejumlah individu dan kelompok orang dianggap berasal dari

masalah sosial atau kemanusiaan. Siapa pun yang terlibat dalam bentuk penelitian

ini harus menerapkan cara pandang penelitian yang bergaya induktif, yang

berfokus pada makna individual, dan menjelaskan kompleksitas dari suatu

persoalan (Creswell, 2010:4). Secara khusus penelitian ini menggunakan

penelitian kualitatif deskriptif. Studi kasus merupakan metode untuk melihat

secara mendalam fenomena atau peristiwa yang ada pada tingkat perorangan,

Page 34: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

21

lembaga ataupun komunitas (Rahardjo, 2017: 3). Dalam menggunakan studi

kasus ini penulis dapat lebih menjelaskan secara lebih spesifik mengenai

bagaimana proses terbentuknya konstruksi sosial kawasan tanpa rokok di

kampung warna warni Penas Tanggul.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kampung warna warni Penas Tanggul di jl.

Pancawarga 30 RT 15/02 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta Timur.

Lokasi penelitian secara spesifik terletak di di bantaran kali Cipinang. Lokasi

penelitian juga berbatasan langsung dengan Kelurahan Cipinang Cempedak di

sebelah Timur yang dibatasi oleh Jalan DI. Panjaitan dan Jalan Tol Ir. Wiyono

Wiyoto.Sedangkan waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Januari sampai

dengan April 2019.

3. Pemilihan Informan

Informan atau narasumber dalam penelitian ini adalah ketua karang taruna

RT 15/02 Cipinang Besar Selatan sebagai penggagas kawasan tanpa rokok di

kampung warna warni Penas Tanggul. Selain itu ketua RT dan warga sebagai

pelaksana sekaligus orang-orang yang terlibat di dalamnya juga akan penulis

jadikan informan penelitian. Pemiliham informan bertujuan untuk memberikan

informasi yang dibutuhkan antara lain untuk mendapatkan data kasus yang

spesifik, menyeleksi anggota populasi subjek penelitian agar mendapatkan data

Page 35: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

22

yang akurat, dan mendapatkan beragam informasi dengan cara investigasi yang

mendalam (Neuman, 2013: 143). Berikut adalah informan yang dipilih oleh

penulis.

Tabel 2.I.G Daftar Informan

Nama Jenis kelamin Status

Nobby Laki-laki Karang Taruna

Fathudin Laki-laki Ketua RT 15/02 (Penas Tanggul)

Rosidi Laki-laki Humas RT 15/02 (Penas Tanggul)

Erna Perempuan Warga

Sumiati Perempuan Warga

Wiwin Perempuan Warga

Imron Laki-laki Warga

Raffly Laki-laki Warga

Endah Perempuan Warga

Hidayat Laki-laki Warga

4. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini terbagi atas dua macam, yang

pertama adalah data primer. Data primer bisa didapat peneliti melalui proses

wawancara dengan informan dan juga dari proses observasi di lapangan (Silalahi,

2009:289). Sedangkan yang kedua adalah data sekunder. Berbeda dengan data

primer, data sekunder diperoleh penulis dari tidak langsung dari informan

Page 36: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

23

melainkan dari dokumen tertulis adaupun data yang didapatkan secara online

(Silalahi, 2009:289).

5. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

Proses wawancara dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan,

mendengarkan, serta merekam setiap percakapan yang dilakukan. Teknik

pengumpulan data melalui proses wawancara diharapkan dapat membantu penulis

untuk mendapatkan data yang berkualitas dari informan. (Neuman, 2013:493).

Dalam melakukan proses wawancara dengan informan, diperlukan pedoman

wawancara demi memudahkan penulis dalam memberikan batasan pada

penelitian serta mengklasifikasikan subjek penelitian berdasarkan pertanyaan

wawancara yang diajukan. Untuk itu penulis telah membuat klasifikasi data yang

akan diambil sebagai berikut.

Tabel 3.I.G Data Wawancara

Subjek Data yang diambil

A) Ketua Karang Taruna RT

15/02

A.1) Proses terbentuknya kawasan tanpa rokok

A.2) Tujuan dibentuknya kawasan tanpa rokok

A.3) Kendala terwujudnya kawasan tanpa

rokok

Page 37: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

24

A.4) Kegiatan di Kampung Penas Tanggul

A.5) Pemeliharaan kawasan tanpa rokok

B) Ketua RT 15/02 B.1) Proses terbentuknya kawasan tanpa rokok

B.2) Kondisi lingkungan Kampung Penas

Tanggul

B.3) Kondisi Sosial masyarakat Kampung

Penas Tanggul

B.4) Kegiatan di Kampung Penas Tanggul

B.5) Pemeliharaan kawasan tanpa rokok

C) Warga Kampung Penas

Tanggul

C.1) Terbentuknya kawasan tanpa rokok

C.2) Kondisi lingkungan Kampung Penas

Tanggul

C.3) Kondisi Sosial masyarakat Kampung

Penas Tanggul

C.4) Kegiatan di Kampung Penas Tanggul

C.5) Peran masyarakat dalam pemeliharaan

kawasan tanpa rokok

Page 38: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

25

Berdasarkan pemaparan di atas, ada tiga subjek penelitian yang memiliki

peran masing-masing dalam mensukseskan gagasan kawasan tanpa rokok di

Kampung Penas Tanggul. Ketiga subjek penelitian tersebut antara lain Ketua

Karang Taruna RT 15/02, Ketua RT 15/02, dan warga Kampung Penas Tanggul.

Tiap subjek penelitian mempunyai berbagai pertanyaan yang hendak diajukan oleh

penulis yang dikasifikasikan berdasarkan kapasitasnya sebagai pihak yang terlibat

dalam terciptanya kawasan tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul ini.

Adapun jika dikaitkan dengan teori yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu konstruksi sosial. Berdasarkan prosesnya ketiga subjek penelitian tersebut

dapat memiliki peran-peran tersendiri. Pada tahap awal pembentukan kawasan

tanpa rokok diinisiasikan oleh Ketua Karang Taruna RT 15/02 yang sebelumnya

telah melihat kawasan tanpa rokok di Umbulharjo, Yogyakarta sebagai role model

nya. Pada tahap ini beliau terlebih dahulu melakukan penyesuaian diri dengan

produk-produk sosial yang telah dikenalkan kepadanya, proses penyesuaian diri

tersebut dapat dapat disebut dengan istilah eksternalisasi.

Setelah melalui proses penyesuasian diri proses selanjutnya adalah Ketua

Karang Taruna RT 15/02 merefleksikan atau mengkonsepkan kembali segala hal

yang telah dilaluinya pada proses sebelumnya yaitu eksternalisasi. Pada tahap ini

gagasan mengenai kawasan tanpa rokok mulai disosialisasikan kepada masyarakat.

Page 39: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

26

Ketua RT 15/02 mempunyai peran dalam memfasilitasi gagasan tersebut,

sedangkan subjek penelitian lain yaitu warga Kampung Penas Tanggul

mempunyai peran dalam berjalan dengan baik atau tidaknya gagasan mengenai

kawasan tanpa rokok ini. Pada tahap objektifikasi ini juga puncaknya adalah

pendeklarasian Kampung Penas Tanggul sebagai kawasan tanpa rokok.

Dan pada tahap terakhir setelah melalui proses objektifikasi yang berujung

pada pendeklarasian kawasan tanpa rokok, proses selanjutnya adalah internalisasi.

Titik awal dari proses internalisasi adalah pemahaman atau penafsiran yang

langsung dari suatu peristiwa obyektif sebagai pengungkapan suatu makna;

artinya, sebagai suatu manifestasi dari proses-proses subyektif orang lain yang

dengan demikian menjadi bermakna secara subyektif bagi saya (Berger 2013:177).

Dalam hal ini perlu adanya penanaman nilai mengenai makna dan tujuannya

didirikan kawasan tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul. Dalam hal ini

pemeliharaan kawasan tanpa rokok dilakukan secara umum oleh warga Kampung

Penas Tanggul. Itu dikarenakan dalam melakukan penanaman nilai dapat

dilakukan melaui sosialisasi primer maupun sekunder.

Maka dari pemaparan sebelumnya sudah jelas bahwa dalam proses

konstruksi sosial kawasan tanpa rokok ini ketiga subjek penelitain mempunyai

peran masing-masing. Ketua Karang Taruna mempunyai peran sebagai inisiator

gagasan untuk kemudian dibagikan ke warga, kemudian Ketua RT memiliki peran

sebagai fasilitator dari gagasan kawasan tanpa rokok, dan yang terakhir adalah

Page 40: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

27

warga Kampung Penas Tanggul secara umum mempunyai peran penanaman nilai

serta memelihara kawasan tanpa rokok yang telah berdiri atas konsensus bersama.

2) Observasi

Observasi dilakukan dengan cara turun langsung ke lokasi penelitian dan

mengamati perilaku individu-individu yang ada di sana. Creswell, (2010:267).

Penggunaan teknik observasi dalam pengumpulan data dilakukan oleh penulis

dengan cara mengamati langsung kegiatan yang terjadi kawasan tanpa rokok

kampung warna warni Penas Tanggul. Untuk itu penulis telah membuat

klasifikasi data yang diambil dalam proses observasi sebagai berikut.

Tabel 4.I.G Data Observasi

Subjek Data yang diambil Observasi

Ketua Karang Taruna RT

15/02

Ketua RT 15/02

Warga Kampung Penas

Tanggul

A) Kondisi lokasi

penelitian

B) Akses ke lokasi

penelitian

C) Interaksi masyarakat di

lokasi penelitian

A.1) Mengamati kondisi

lingkungan sekitar lokasi

penelitian

A.2) Mengamati kondisi

fasilitas yang ada di lokasi

penelitian

B.1) Mengamati

keterjangkauan akses

lokasi penelitian ke

fasilitas/ruang publik

Page 41: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

28

B.2) Mengamati

keterhubungan antara

lokasi penelitian dengan

lingkungan luar

C.1) Mengamati kegiatan

subjek penelitian di lokasi

penelitian

C.2) Mengamati perilaku

masyarakat di lokasi

penelitian

Berdasarkan pemaparan data observasi di atas, penulis hendak melakukan

observasi yang telah diklasifikasikan berdasarkan tiga poin yang telah penulis

buat antara lain kondisi lokasi penelitian, akses ke lokasi penelitian, dan interaksi

masyarakat. Adapun yang didapatkan dari hasil observasi nantinya akan

digunakan sebagai data bagi penulis untuk mendeskripsikan secara lebih jelas

kawasan tanpa rokok Kampung Penas tanggul.

6. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

Dalam mengolah dan menganalis data kualitatif yang dapat dilakukan

adalah dengan cara mengumpulkan segala macam data yang telah didapat oleh

penulis baik itu data primer ataupun sekunder. Lalu data tersebut diklasifikasikan

ke dalam sub-sub bab tertentu yang berkaitan dengan rumusan masalah. Dari sana

Page 42: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

29

lah data yang telah diklasifikasikan tersebut dapat dianalisis untuk kemudian

ditarik kesimpulan oleh penulis.

Adapun hal-hal yang dilakukan pada tahap analisa data meliputi

pemeriksaan, pemilahan, penggolongan, evaluasi, perbandingan, sintesis, dan

perenungan data yang dikodekan serta mengkaji data mentah dan data yang

direkam” (Neuman, 2013: 570). Pada penelitian ini pengolahan dan analisa data

dibagi kedalam beberapa proses antara lain:

Pertama, reduksi data yaitu proses pemilahan data dari hasil pengumpulan

data yang telah dilakukan, setelah itu data kemudian disusun secara sistematis

untuk mendapatkan gambaran lebih jelas tentang data yang penulis dapatkan.

Kedua, penyajian data yaitu proses di mana setelah data diklasifikasikan,

barulah data dapat disajikan oleh penulis. Data yang disajikan dapat berupa tabel,

gambar, skema, matriks, dan data-data dalam bentuk lainnya.

Ketiga, proses terakhir ini adalah proses penarikan kesimpulan, pada tahap

ini juga merupakan proses akhir dari rangkaian analisis data yang telah dilakukan

oleh penulis, dan setelah itu penulis baru akan dapat menarik sebuah kesimpulan

dari penelitian yang telah dilakukan.

Page 43: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

30

H. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun tulisan berdasarkan beberapa

bagian sesuai dengan sistematika penulisan sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan, pada bab pertama ini penulis menguraikan beberapa hal

antara lain pernyataan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Gambaran Umum, pada bab kedua ini penulis memberikan gambaran

umum di lokasi penelitian yang mencakup kondisi geografis, kondisi demografis,

profil Kampung Penas Tanggul yang meliputi sejarah singkat, tujuan kawasan

tanpa rokok dan kondisi sosial masyarakat di Kampung Penas Tanggul.

Bab III Analisis, pada bab ini berisi tentang pembahasan permasalahan penelitian

yang telah penulis buat pada bab I, lebih spesifik lagi penulis membahas tentang

proses konstruksi sosial kawasan tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul. Pada

bab ini juga berisi tentang hasil temuan data di lapangan, baik itu hasil observasi

ataupun wawancara dengan informan.

Bab IV Kesimpulan dan saran, pada bab terakhir ini penulis memuat tentang

kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan, dan juga berisi tentang saran

yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

Page 44: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

31

BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Geografis Kelurahan Cipinang Besar Selatan

Lokasi penelitian ini terletak di kampung warna warni Penas Tanggul jl.

Pancawarga 30 gang Penas RT 15/02 Cipinang Besar Selatan, Jatinegara, Jakarta

Timur yang bertempat di bantaran kali Cipinang. Lokasinya berbatasan langsung

dengan Kelurahan Cipinang Cempedak di sebelah Timur yang dibatasi oleh Jalan

DI. Panjaitan dan Jalan Tol Ir. Wiyono Wiyoto. Berikut adalah gambaran lokasi

penelitian jika dilihat dari peta.

Gambar 1.II.A Peta Lokasi Kampung warna warni Penas Tanggul

Page 45: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

32

Gambar 2.II.A Jalan Pancawarga 30

(Sumber: observasi 10 April 2019)

Pada gambar 2.II.A inilah pintu masuk menuju lokasi penelitian RT 15/02

Kampung Penas Tanggul Cipinang Besar Selatan. Adapun jalan Pancawarga 30

bisa diakses melalui gang Penas yang letaknya berada di jalan Ir. Wiyono Wiyoto

Jakarta Timur.

Gambar 3.II.A Kampung Penas Tanggul

(Sumber: observasi 10 April 2019)

Page 46: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

33

Pada gambar 3.II.A itu merupakan kondisi lokasi penelitian di Kampung Penas

Tanggul. Di Kampung tersebut terbentang spanduk yang bertuliskan „Penas

Tanggul Kampung Tanpa Rokok‟ sebagai wujud komitmen warga setempat

terhadap aturan yang mereka sepakati sendiri.

Di Kecamatan Jatinegara sendiri terdapat 8 Kelurahan antara lain

Kelurahan Bidara Cina, Kelurahan Cipinang Cempedak, Kelurahan Cipinang

Besar Selatan, Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Cipinang Besar Utara,

Kelurahan Rawa Bunga, Kelurahan Balimester, dan Kelurahan Kampung Melayu.

Kelurahan Cipinang Besar Selatan juga merupakan wilayah terbesar kedua setelah

Kelurahan Cipinang Muara dengan luas wilayah 1,63 km2 (BPS Kec. Jatinegara,

2018: 25).

Tabel 2.II.A Luas Wilayah Kelurahan di Kecamatan Jatinegara

No. Kelurahan Luas Wilayah

(Km2)

%

1 Bidara Cina 1,26 12,29

2 Cipinang Cempedak 1,29 12,59

3 Cipinang Besar Selatan 1,63 15,90

4 Cipinang Muara 2,89 28,20

5 Cipinang Besar Utara 1,15 11,22

6 Rawa Bunga 0,88 8,59

7 Balimester 0,67 6,54

8 Kampung Melayu 0,48 4,68

Jumlah 10,25 100,00

(Sumber: BPS Kec. Jatinegara, 2018)

Page 47: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

34

B. Demografis Kelurahan Cipinang Besar Selatan

Sedangkan secara demografis Kelurahan Cipinang Besar Selatan ini

terdapat 12.555 KK dan memiliki 128 RT serta 10 RW pada tahun 2017 (BPS

Kec. Jatinegara, 2018: 18). Sedangkan jumlah penduduk Kelurahan Cipinang

Besar Selatan pada tahun 2017 menurut Badan Pusat Statistik Kecamatan

Jatinegara berjumlah 40.949 penduduk, dengan perbadingan jumlah 20.585

penduduk laki-laki dan 19.882 penduduk perempuan (BPS Kec. Jatinegara, 2018:

29).

Tabel 3.II.B Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Kelurahan Laki-laki Perempuan Jumlah

Rasio

Jenis

Kelamin

1 Bidara Cina 21.698 21.737 43.435 100

2 Cipinang Cempedak 18.893 19.158 38.051 99

3 Cipinang Besar

Selatan 20.585 19.882 40.467 104

4 Cipinang Muara 32.406 31.751 64.157 102

5 Cipinang Besar

Utara 29.295 27.738 57.033 106

6 Rawa Bunga 12.823 12.499 25.322 103

7 Balimester 5.669 5.621 11.290 101

8 Kampung Melayu 15.797 14.942 30.739 106

Jumlah 157.166 153.328 310.494 103

(Sumber: BPS Kec. Jatinegara, 2018)

Page 48: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

35

C. Profil Kampung Penas Tanggul

1. Sejarah Singkat Kampung Penas Tanggul

Pada tahun 1960 Kampung Penas masih berbentuk rawa-rawa dan

ditumbuhi berbagai tanaman di sepanjang kali Cipinang. Lalu pada dekade 70an

daerah penas tanggul sempat menjadi kawasan Tempat Pembuangan Akhir (TPA)

bagi sampah-sampah DKI. Posisinya sebagai tanggul kali Cipinang, membuat

tempat tersebut dinamai dengan ”Tanggul”, sampai sekarang disebut ”Penas

Tanggul”. Pada tahun 1975 wilayah Penas mulai ditempati para pendatang dari

berbagai daerah mayoritas berasal dari Jawa Tengah (Tegal, Banjarnegara), Jawa

Timur (Surabaya, Majakerta), Jawa Barat (Subang, Garut), Jakarta, Bekasi, Bogor

Tangerang, Medan, Lampung, Padang, dan Palopo. (www.fakta.or.id/wp-

content/uploads/2013/06/Profile-Penas-RT-15-Tahun-2009.pdf diakses pada

8/1/2019).

Sampai dengan tahun 90an akhir, pemukiman Penas Tanggul belum

diakui secara administratif, hal itu menyebabkan daerah mereka rawan akan

ancaman penggusuran, sampai akhirnya pada tahun 2000 pemukiman Penas

Tanggul akhirnya diakui secara administratif. Masyarakat Penas Tanggul

akhirnya diakui sebagai penduduk tetap Kelurahan Cipinang Besar Selatan lebih

tepatnya di wilayah RT 15/02. Pihak Kelurahan pun akhirnya membuka akses

seluas luasnya bagi penduduk RT 15/02 untuk mengurus keperluan administrasi

kependudukan seperti KTP dan KK. Semua itu dilakukan agar mempermudah

Page 49: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

36

pencatatan penduduk nantinya. Berikut adalah gambar pemukiman Penas Tanggul

pada tahun 2008, jauh sebelum ide tentang kawasan tanpa rokok dan Kampung

warna warni itu muncul

Gambar 4.II.C Pemukiman Penas Tahun 2008

(Sumber: www.fakta.or.id/wp-content/uploads/2013/06/Profile-Penas-

RT-15-Tahun-2009)

2. Keadaan Penduduk di Kampung Penas Tanggul

Penduduk Penas Tanggul terdiri dari berbagai macam latar belakang, ada

yang penduduk asli maupun pendatang. Di RT 15 sendiri yang merupakan

wilayah administratif asli Kampung Penas Tanggul terdapat Kampung lain yang

bertempat di sana yaitu Kampung Ujung, selain itu ada juga penduduk domisili,

yang dalam hal ini penduduk yang mempunyai usaha yang mengharuskannya

menetap di suatu tempat. Berikut adalah perbandingan penduduk RT 15

berdasarkan identitas kependudukannya.

Page 50: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

37

Tabel 4.II.C Jumlah Penduduk Berdasarkan Identitas

No Identitas Penduduk Jumlah

1 Kampung Penas Tanggul 261

2 Kampung Ujung 129

3 Domisili 97

Total 487

(Sumber :Data RT 15/02 Cipinang Besar Selatan)

Berdasarkan tabel 4.II.C di atas, di RT 15/02 masih didominasi oleh

penduduk Kampung Penas Tanggul yang memang penduduk asli sana, dari total

487 penduduk, 261 di antaranya adalah penduduk Kampung Penas Tanggul, 129

penduduk Kampung Ujung, dan 97 domisili. Khusus penduduk domisili kenapa

berjumlah banyak adalah karena wilayah RT 15 ini relatif luas, dan mencakup

bangunan-bangunan usaha yang berada tepat di pinggir jalan raya D.I. Panjaitan

yang pekerjanya lumayan banyak

Selain itu di RT 15/02 Kampung Penas Tanggul terdapat tiga klasifikasi

pendudukan berdasarkan usia, mulai dari rentan usia balita <5 tahun, usia 6

sampai 16 tahun, dan 17 tahun ke atas. Klasifikasi ini dilakukan untuk

mempermudah urusan kependudukan. Berikut adalah perbandingan jumlah

penduduk RT 15/02 Kampung Penas Tanggul berdasarkan rentan usia.

Tabel 5.II.C Jumlah Penduduk Berdasarkan Rentan Usia

No Rentan Usia Jumlah

1 <5 tahun 64

2 6 -16 tahun 32

3 17> 165

Total 261

(Sumber :Data RT 15/02 Cipinang Besar Selatan)

Page 51: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

38

Berdasarkan tabel 5.II.C di atas. Dapat dilihat bahwa di RT 15/02

Kampung Penas Tanggul didominasi dengan penduduk berusia 17>, dari total 261

penduduk Penas Tanggul, 165 diantaranya merupakan usia 17>, 32 diantaranya

berusia 6-16, dan 64 sisanya berusia <5 tahun. Itu menunjukkan bahwa penduduk

Penas Tanggul didominasi oleh penduduk dengan usia produktif

Dan terakhir ada juga pengklasifikasian jumlah penduduk berdasarkan

jenis kelamin. Berikut adalah klasifikasi jumlah penduduk RT 15/02 Kampung

Penas Tanggul berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 6.II.C Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 152

2 Perempuan 109

Total 261

(Sumber :Data RT 15/02 Cipinang Besar Selatan)

Sedangkan pada tabel 6.II.C ini dapat kita lihat bahwa perbandingan

jumlah penduduk di RT 15/02 Kampung Penas Tanggul berdasarkan jenis

kelamin didominasi oleh laki-laki, dari total 261 penduduk 152 di antaranya

adalah laki-laki, dan 109 sisanya perempuan.

Page 52: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

39

3. Struktur Kepengurusan

Dalam menjalankan kepengurusannya sebagai sebuah wilayah

administratif setingkat RT, RT 15 membuat struktur kepengurusan sesuai dengan

kebutuhannya. RT 15/02 ini menangani wilayah administratif dari dua Kampung

sekaligus yaitu Kampung Penas Tanggul dan Kampung Ujung.

Oleh karena itu dibentuklah tiga humas dalam struktur kepengurusan RT

15 ini, karena untuk memudahkan komunikasi antar kepengurusan RT dan antar

Kampung yang ada. Berikut adalah struktrur kepengurusan RT 15/02 Cipinang

Besar Selatan. Berikut adalah struktur keengurusan di RT 15/02 Cipinang Besar

Selatan.

Gambar 5.II.C Struktur Kepengurusan RT 15/02 Cipinang Besar Selatan

Ketua RT

Fathudin

Page 53: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

40

4. Sarana dan Prasarana Umum di Kampung Penas Tanggul

Sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang harus

dimiliki oleh tiap-tiap daerah demi memudahkan keberlangsungan hidup

masyarakat setempat. Walaupun Kampung Penas Tanggul sejatinya secara

wilayah admisustratif hanya setingkat RT, namun keberada sarana dan

prasarana umum sebagai penunjang masih sangat diperlukan untuk paling

tidak dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Berikut adalah sarana dan

prasarana penunjang yang ada di Kampung Penas Tanggul

Tabel 7.II.C Sarana dan Prasarana di Kampung Penas Tanggul

No Sarana Jumlah

1 Musholla 1

2 Aula 1

3 Toilet umum 1

Total 3

Mushola

Di Kampung Penas Tanggul terdapat satu musholla yang terletak

di paling ujung Penas Tanggul. Keberadaan sarana ibadah berupa

musholla ini diharapkan dapat mempermudah warga setempat dalam

beribadah sehari hari, mengingat mayoritas penduduk Penas Tanggul

adalah muslim.

Page 54: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

41

Aula

Aula yang terdapat di Kampung Penas Tanggul dapat dibilang

sebagai ruang serbaguna, jika sedang ada perkumpulan warga yang

membutuhkan cukup ruang, aula ini dapat dimanfaatkan. Aula ini juga

menyimpan alat-alat penunjang kegiatan warga, seperti kursi plastik yang

sewaktu-waktu dapat digunakan oleh warga jika ada acara.

Toilet umum

Untuk menunjang kegiatan MCK, di Kampung Penas Tanggul

terdapat sebuah toilet umum yang bisa digunakan oleh warga setempat

untuk keperluan sehari-hari. Keberadaan toilet umum ini juga merupakan

suatu bentuk kemajuan, di mana dulu jauh sebelum ada toilet umum di

Kampung Penas Tanggul hanya ada wc tradisional yang kita kenla sebagai

wc helikopter/jamban.

5. Isu Sosial

Dalam perkembangannya, Kampung Penas Tanggul juga tidak bisa

dilepaskan dari isu-isu sosial yang sering datang menerpanya. Isu-isu sosial

tersebut biasanya berkembang dari luar dan kemudian lama-kelamaan

mempengaruhi kehidupan di dalam Kampung Penas Tanggul. Isu-isu sosial

yang kerap menerpa Kampung Penas Tanggul tersebut antara lain adalah isu

penggusuran dan stigma tentang pemukiman kumuh. Berikut adalah

penjelasannya mengenai isu-isu tersebut.

Page 55: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

42

a. Penggusuran

Wacana mengenai penggusuran di Kampung Penas Tanggul

sebenarnya telah memang telah lama dibicarakan. Mengingat pemukiman

tersebut sejak dulu memang dianggap bermasalah terkait keberadaan

wilayahnya, serta eksistensi wargannya yang secara administratif tidak

tercatat dalam data kependudukan wilayah setempat. Meskipun pada

akhirnya pada tahun 2000 Kampung Penas Tanggul sudah diresmikan

sebagai sebuah pemukiman yang tercatat di wilayah RT 15/02 Cipinang

Besar Selatan. Isu penggusuran di pemukiman ini tidak serta merta hilang

begitu saja. Berikut adalah kutipan wawancara dengan informan terkait isu

penggusuran di Kampung Penas Tanggul.

“Dulu waktu tahun 90an Kampung Penas Tanggul ini sempat mau

digusur, karena memang Kampung ini istilahnya numpang-numpang

ke RT lain demi tercatat secara administratif. Kemudian kami minta

bantuan-bantuan dari LSM agar Kampung ini tetap bertahan, dan

akhirnya masih bisa bertahan bahkan sampai diakui oleh pemerintah

setempat dengan cara diresmikannya RT 15/02 ini oleh pemerintah

setempat. Namun setelah itu tahun 2000 sampai 2017 kemarin

ancaman penggusuran itu masih tetap ada. Alasannya mulai dari

normalisasi kali Cipinang karena dianggap penyebab banjir sampai

pembebasan lahan untuk proyek tol Bekasi-Cawang-Kp Melayu

yang di depan itu” (wawancara Sumiati 14 April 2019).

Penjelasan informan di atas cukup memberikan gambaran bahwa

Kampuang Penas Tanggul memang sudah lama diterpa tentang isu

penggusuran. Datangnya isu penggusuran tersebut juga diiringi dengan

alasan yang berbeda-beda. Mulai dari pemukiman liar, normalisasi sungai

Page 56: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

43

ciliwung, hingga pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan jalan

tol Bekasi-Cawang-Kp Melayu.

b. Pemukiman Kumuh

Selain isu penggusuran, Kampung Penas Tanggul juga sering

dikaitkan dengan stigma pemukiman kumuh. Walaupun pada akhirnya

mereka berhasil berevolusi menjadi Kampung warna warni yang bebas

asap rokok. Namun mereka telah lebih dulu selama berpuluh-puluh tahun

distigmakan sebagai pemukiman yang kumuh. Berikut adalah kutipan

wawancara dengan informan terkait tentang stigma pemukiman kumuh.

“Dulu seingat saya Penas Tanggul ini kita bisa bilang kumuh, rumah-

rumah belum tertata kaya sekarang, makanya dulu sering banjir,

sekarang-sekarang ini sih udah ngga” (wawancara Raffly 18 April

2019).

Dari pemaparan informan di atas, dapat dipahami jika kondisi

Kampung tersebut memang memprihatinkan. Apalagi istilah tersebut juga

datang dari luar Kampung Penas Tanggul. Bahkan dari kutipan

wawancara tersebut juga dijelaskan bahwa Kampung Penas Tanggul juga

sering diterpa bencana banjir, baik itu banjir dari curah hujan yang tinggi,

maupun banjir kiriman.

“...udah gitu kita kan tempatnya di bawah bang ya, jadi kalo ada hujan deres,

air-air dari RT 11 sama 12 yang di atas sana ngalirnya ke sini bang, belum

lagi luapan air kiriman, wah itu udah pasti banjir sih bang kalo udah ujan

deres, terus banyak sampah nyangkut di ujung sono” (wawancara Imron 18

April 2019).

Page 57: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

44

Kutipan wawancara juga menjelaskan bahwa memang sejarahnya

pemukiman Penas Tanggul memang daerah rawan banjir. Dari penjelasan-

penjelasan di atas pada akhirnya semakin mengkuatkan stigma

pemukiman kumuh tentang tentang Kampung Penas Tanggul.

Page 58: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

45

BAB III

TEMUAN DAN ANALISA DATA

A. Proses Konstruksi Sosial Kawasan Tanpa Rokok di Kampung Warna

Warni Penas Tanggul

Pada bab III ini penulis akan menjabarkan temuan selama proses di

lapangan, dalam hal ini peneliti mencoba melihat bagaimana proses konstruksi

sosial di Kampung Penas Tanggul hingga akhirnya terbentuk identitas sosial baru

menjadi kawasan tanpa rokok Kampung warna warni. Oleh karena itu penulis

membuat sebuah skema terkait pembentukan identitas baru di Kampung Penas

Tanggul menggunakan teori konstruksi sosial Peter L Berger dan Thomas

Luckmann. Berikut adalah skema pembentukan identitas baru di Kampung Penas

Tanggul.

Gambar 1.III.A Skema Pembentukan Identitas Sosial Baru di Kampung Penas Tanggul

Identitas: Kampung

Penas Tanggul masa

lampau

Identitas: Kampung

Penas Tanggul masa

kini

Eksternalisasi,

objektifikasi, dan

internalisasi

Page 59: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

46

Pada gambar 1.III.A mengenai pembentukan identitas baru di Kampung

Penas Tanggul, penulis berusaha sedikit menjelaskan proses pembentukan

identitas baru memerlukan tahapan-tahapan tertentu untuk sampai pada fase akhir

yaitu terbentuknya identitas sosial baru yaitu kawasan tanpa rokok Kampung

warna warni. Sedangkan teori konstruksi sosial dipilih penulis karena dianggap

mampu menjelaskan fenomena yang diteliti oleh penulis ini, karena poin penting

dari teori konstruksi sosial adalah dalam teori ini terkandung pemahaman bahwa

realitas dibangun dengan proses sosial, serta realitas dan pengetahuan merupakan

istilah penting untuk memahaminya. (Berger, 1990: 1).

Poin lain dari teori konstruksi sosial Peter L Berger ini adalah Dunia

kehidupan sehari-hari merupakan suatu yang berasal dari pikiran dan tindakan

manusia, dan dipelihara sebagai yang nyata dalam pikiran dan tindakan. Atas

dasar itulah kemudian Berger dan Luckmann juga menyatakan bahwa dasar-dasar

pengetahuan dalam kehidupan sehari hari adalah objektivasi (pengobjektivan)

dari proses proses (dan makna-makna) subjektif dengan mana dunia akal-sehat

intersubjektif dibentuk. Dalam hal ini Berger juga menyebutkan bahwa konstruksi

sosial terjadi atas tiga tahap yaitu eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi

(Berger, 1990: 29).

Page 60: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

47

1. Eksternalisasi

Eksternalisasi adalah proses dimana manusia melakukan penyesuaian

diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia. Dalam hal ini,

eksternalisasi merupakan proses pencurahan kedirian manusia secara terus

menerus kedalam dunia, baik dalam aktivitas fisik maupun mentalnya. Sudah

merupakan suatu keharusan antropologis, manusia selalu mencurahkan diri

ketempat dimana ia berada (Berger, 1990: 71). Dalam kasus Kampung Penas

Tanggul ini proses eksternalisasi yang terjadi merupakan sebuah bentuk usaha

untuk menjadikan pemukiman Penas Tanggul ini lebih baik dari sebelumnya,

dan dalam menyongsong perubahan tersebut, tentu saja tidak selalu disambut

baik oleh warga. Adapun sedikit penggambaran Kampung Penas Tanggul

sebelum menjadi kawasan tanpa rokok Kampung warna warni cukup

memprihatinkan, berikut pemaparan dari informan Fathudin.

“Kalo kita bisa sedikit memaparkan ya, kondisi Kampung ini pada saat

sebelum melaksanakan program kampung warna warni ini dulu kumuh ya,

pagar pun Cuma dari bambu, tapi setelah ada program ini menjadi momen

buat kita membangun, yang tadinya pagar bambu di punggir kali kita buat

jadi pagar permanen. Dan kebetulan kami ini di sini mulai diakui oleh

pemerintah sekitar tahun 2000 an awal. Jadi kita mulai diakui pemerintah

DKI Jakarta tahun segitu. Jadi sebelum itu kita ini numpang-numpang lah,

ada yang ke RT 09 ada juga yang ke RT 11, pokoknya yang terdekat lah.

Barulah pada tahun 2000 RT 15 ini diresmikan sebagai wilayah administratif

dari RW 02 Kelurahan Cipinang Besar Selatan”. (wawancara Fathudin 10

April 2019)

Proses konstruksi sosial yang terjadi di Penas Tanggul diawali ketua

karang taruna Penas Tanggul yaitu Nobby dan kawan kawan mendapat suatu

Page 61: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

48

undangan dari suatu LSM untuk pergi ke Jogjakarta dengan tujuan studi

banding ke beberapa tempat. Berikut penjelasan dari informan Nobby.

“Awalnya itu saya dan teman-teman diundang oleh FAKTA ke Jogja, kita di sana

belajar mengenai analisa sosial, advokasi, dan juga tobacco control. Itu tiga poin

yang kita pelajari selama di Jogja, nah setelah itu kita juga langsung pergi studi

bandi kedua tempat, yang pertama ada Desa Umbulharjo sebagai kawasan tanpa

rokok, dan yang kedua itu ke kali Code sebagai kampung warna warni yang saya

bilang tadi itu. Lalu kita pulang tanggal 7 Maret dan tanggal 12 barulah kita share

apa yang kita dapet selama di Jogja, di sanalah tercetus ide kenapa kampung kita

ga dibuat seperti itu? Kita jadikan kampung warna warni, kalo perlu kampung

warna warni yang tanpa rokok”. (wawancara Nobby 10 April 2019).

Pemaparan Nobby tersebut menjadi langkah awal terjadinya

komunikasi awal dengan warga Penas Tanggul mengenai gagasannya untuk

menjadikan kawasan tanpa rokok Kampung warna warni. Ide Kampung warna

warni terinspirasi dari kali Code sedangkan kawasan tanpa rokok dari Desa

Umbulharjo. Namun dalam proses komunikasi tersebut sulit ditemukannya

jalan tengah karena ada sebagian warga yang kurang setuju dengan gagasan

tersebut. Mereka yang kurang sejutu beranggapan bahwa untuk menciptakan

kawasan tanpa rokok bukanlah hal yang mudah, itu dikarenakan sulitnya

melepaskan diri dari kebiasaan merokok apalagi jika sudah menjadi pecandu.

Kendati demikian hal tersebut tidak menjadi permasalahan yang serius

dikarenakan mayoritas warga Penas Tanggul setuju dengan gagasan tersebut.

Namun hal-hal yang menjadi kendala dari terwujudnya kawasan tanpa rokok

ini telah ditemukan jalan tengahnya agar semua pihak dapat diberlakukan

secara adil. Berikut kutipan wawancara dengan informan Nobby terkait

kendala merealisasikan kawasan tanpa rokok Kampung warna warni.

Page 62: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

49

“Iya memang agak susah sih untuk merealisasikannya, tapi memang untuk

kawasan tanpa rokok ini kita buat berproses, kita kasih opsi ini ke masyarakat

agar mereka mau menerima. Untuk tahap pertama, kita coba untuk ajak warga

mau mensterilkan rumah mereka dari asap rokok, apabila rumah telah steril, kita

tempel sticker bebas rokok sebagai simbolis, kemudian kita buat beberapa

smoking area di beberapa tempat, lalu kita secara bertahap mengurangi smoking

area tersebut, sampai pada akhirnya kampung ini bebas dari asap rokok.

Sedangkan untuk kampung warna warni kita juga berjalan beriringan aja.

Biasanya tiap Minggu kita lakukan kerja bakti, di situlah waktu yang tepat untuk

mengajak warga berpartisipasi mengecat warna warni rumah-rumah mereka”

(wawancara Nobby 10 April 2019).

Dari pemaparan wawancara di atas, informan Nobby sebagai ketua

karang taruna dan juga sebagai penggagas ide mempunyai strategi untuk

ditawarkan kepada warga Penas Tanggul khususnya warga yang tadinya

menolak gagasan kawasan tanpa rokok ini. Cara-cara yang dilakukan adalah

dua macam dan dilakukan secara bertahap. Pertama adalah mensterilkan tiap-

tiap rumah dari paparan asap rokok, apabila tahap pertama ini sudah berhasil

maka rumah yang telah sterlil dari asap rokok akan ditempeli stiker sebagai

simbolis. Berikut adalah contoh-contoh sticker simbolis sebagai penanda

rumah itu steril dari asap rokok atau keberhasilan tahap pertama.

Page 63: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

50

Gambar 2.III.A Sticker Kawasan Tanpa Rokok

(Sumber: observasi 10 April 2019)

Gambar 3.III.A Sticker Kawasan Tanpa Rokok

(Sumber: observasi 10 April 2019)

Setelah tahapan pertama terpenuhi yaitu dengan mensterilkan rumah-

rumah dari asap rokok, tahapan selanjutnya adalah mengurangi smoking area

yang ada di Kampung Penas Tanggul. Pada awalnya terdapat tiga smoking

area sebagai bentuk penawaran dan negosiasi dari informan Nobby terhadap

warga Penas Tanggul yang menolak khususnya para perokok. Dan sesuai

Page 64: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

51

kesepakatan, smoking area tersebut nantinya akan dikurangi satu-persatu

sampai akhirnya tidak ada sama sekali demi mewujudkan kawasan tanpa

rokok.

Sedangkan untuk ide kampung warna warni ini berjalan paralel dengan

kawasan tanpa rokok. Proses pengecatan Kampung warna warni juga tidak

bisa dilakukan secara instan, karena alat cat tidak selalu tersedia setiap saat,

dan warga pun biasanya hanya memiliki waktu luang pada hari Minggu.

Berikut adalah wawancara terkait proses pengecatan Kampung warna warni.

“untuk catnya itu masih swadaya masyarakat aja sih, patungan 20 ribu, ada juga

yang nyumbang cat, ada juga yang patungan sukarela. Dari situlah kita

kumpulkan, lalu untuk nantinya kita lakukan pengecatan tiap minggunya”

(wawancara Nobby 10 April 2019).

Adapun tempat-tempat yang dicat warna warni di Kampung Penas Tanggul

ini adalah meliputi hampir seluruh tempat di RT 15/02 Kampung Penas

Tanggul yang meliputi gapura Kampung Penas Tanggul, tembok di sepanjang

bantaran kali di Penas Tanggul, serta rumah-rumah yang ada di Kampung

Penas Tanggul. Berikut adalah contoh foto pemukiman Kampung Penas

Taggul yang dicat warna warni.

Page 65: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

52

Gambar 4.III.A Foto Rumah Yang dicat Warna Warni

(Sumber: observasi 10 April 2019)

Setelah proses pengecatan selesai dan diiringi dengan dikuranginya

smoking area sampai akhirnya benar-benar tidak ada lagi itu membutuhkan

waktu sekitar 3 sampai 4 bulan, mulai dari pertengahan Maret sampai bulan

Juni. Maka terealisasilah kawasan tanpa rokok Kampung warna warni yang

awalnya hanya sekedar ide belaka. Adapun terwujudnya kawasan tanpa rokok

Kampung warna warni ini mempunyai tujuan, berikut tujuan dari kawasan

tanpa rokok Kampung warna warni yang penulis kutip dari wawancara.

“Yang menjadi fokus kami di sini adalah bahwa kita punya tujuan untuk

menjadikan kampung kita ini kampung yang ramah lingkungan, antara lain

ramah anak dan ibu-ibu salah satu yang bisa kita perbuat adalah membuat

kampung yang bebas asap rokok ini”(wawancara Nobby 10 April 2019).

Dari pemaparan-pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa proses

eksternalisasi yang terjadi di Kampung Penas Tanggul adalah sebuah

Page 66: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

53

penyesuaian diri dengan nilai-nilai yang baru dan didasarkan oleh perubahan

pola tindakan. Dan dalam kasus ini perubahan yang tidak selalu mendapatkan

respon yang baik, namun semua itu butuh proses untuk dapat menerima nilai-

nilai baru. Adapun perubahan yang paling mencolok dari proses eksternalisasi

kawasan tanpa rokok Kampung warna warni ini adalah perubahan gaya hidup

secara menyeluruh dari warga Penas Tanggul yang membuktikan bahwa

mereka telah meyesuaikan diri dengan dunia sosio-kultural secara umum. Dan

diharapkan nantinya nilai-nilai yang telah disesuaikan kemudian

dimanifestasikan ke dalam kegiatan sehari-hari untuk nantinya dijadikan

sebagai ralitas objektif.

2. Objektivikasi

Objektivasi adalah bisa dibilang sebagai sebuah proses dimana

manusia yang telah mulai menyesuaikan diri dan memanifestasikan dirinya

dalam produk-produk kegiatan manusia yang tersedia, dimana aktivitas yang

dilakukan membentuk pola dan kemudian dilembagakan. Objektivasi

merupakan hasil dari eksternalisasi yang kemudian memperoleh sifat objektif,

dimana kenyataan hidup sehari-hari itu melalui proses pembiasaan dan

pelembagaan kemudian dipahami sebagai realitas objektif. Pada tahap ini

Berger menyatakan bahwa masarakat adalah suatu realitas objektif (Berger,

1990: 83). Dalam kasus Kampung Penas Tanggul ini, proses objektivikasi

Page 67: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

54

terjadi karena setelah mengalami penyesuaian diri, lalu nilai-nilai yang telah

disesuaikan akan dianggap sebagai realitas objektif.

Setelah melewati proses penyesuaian diri kurang lebih 3 bulan,

masyarakat penas tanggul mulai berani mendeklarasikan kawasan tanpa rokok

Kampung warna warni di Penas Tanggul. Berita mengenai pendeklarasian ini

tak luput dari perhatian banyak pihak, berikut kutipan wawancara terkait

pendeklarasian kawasan tanpa rokok Kampung warna warni di Penas

Tanggul.

“Ya banyak, ada kita sebagai pengurus RT, warga, ada juga beberapa LSM

yang ikut membantu kita juga” “.... kita punya lembar deklarasinya yang

turut ditandatangani oleh banyak pihak, itu adanya di aula, nanti saya kasih

liat”(wawancara Fathudin 10 April 2019)

Berdasarkan pemaparan wawancara dengan informan Fathudin

sebagai ketua RT di atas, ada banyak pihak yang terlibat dalam

pendeklarasian kawasan tanpa rokok kampung warna warni ini, dan berikut

adalah lembar pendeklarasian yang dimaksud dalam wawancara informan

Fathudin di atas.

Page 68: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

55

Gambar 5.III.A Lembar Pendeklarasian Kampung Warna Warni

Tanpa Rokok di Penas Tanggul

(Sumber: Observasi 10 April 2019)

Dalam lembar deklarasi tersebut terdapat lima poin yang intinya

tentang larangan merokok. Selain itu disampaikan juga dalam lembar tersebut

maksud dan tujuan dideklarasikannya kawasan tanpa rokok Kampung warna

warni di Penas Tanggul. Selain itu dalam lembar deklarasi tersebut turut

bertanda tangan berbagai macam pihak seperti pejabat setingkat RT dan RW

setempat, LSM FAKTA, dan juga ada dari direktorat P2PTM Kemenkes.

Pendeklarasian yang turut serta ditandatangani oleh direktorat P2PTM

Kemenkes ini menunjukkan legitimasi kepada kawasan tanpa rokok Kampung

warna warni di Penas Tanggul. Berger menyebutkan “fungsi legitimasi adalah

Page 69: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

56

untuk membuat obyektivasi “tingkat pertama” yang sudah dilembagakan

menjadi tersedia secara obyektif dan masuk akal secara subyektif” (Berger

dan Luckmann, 2013:126).

Peresmian kawasan tanpa rokok ini juga menjadi inspirasi bagi para

warga di luar Penas Tanggul untuk meniru apa yang telah dilakukan oleh

Kampung Penas Tanggul dengan Kampung warna warni tanpa rokoknya.

Berikut adalah foto RT 14/02 yang mulai meniru konsep Kampung warna

warni yang terlebih dahulu diterapkan di Penas Tanggul.

Gambar 6.III.A Kampung warna warni RT 14/02

(observasi 10 April 2019)

RT 14 yang letaknya bersebelahan dengan Kampung Penas Tanggul

ini mulai meniru konsep Kampung warna warni Penas Tanggul sejak mereka

diresmikan, tapi hanya Kampung warna warninya saja, tidak dengan kawasan

tanpa rokoknya, selain itu ada RT 05/02 yang juga meniru konsep Kampung

warna warni ini. Itu membuktikan bahwa dari proses peresmian kawasan

Page 70: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

57

tanpa rokok Kampung warna warni ini dapat membuka jalan bagi pihak-pihak

luar yang ingin belajar dan meniru hal-hal positif yang bisa diambil dari

Kampung Penas Tanggul

Selain itu setelah peresmian kawasan tanpa rokok Kampung warna

warni ini, Kampung Penas Tanggul ini menjadi perhatian beberapa pihak luar,

termasuk seniman yang tertarik memberikan sumbangsih terhadap Kampung

Penas Tanggul. Berikut adalah beberapa contohnya karya mural dari beberapa

seniman street art.

Gambar 7.III.A Mural di Penas Tanggul

(Sumber: Observasi 10 April 2019)

Page 71: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

58

Gambar 8.III.A Mural di Penas Tanggul

(Sumber: Observasi 10 April 2019)

Selain dari seniman street art, Kampung Penas Tanggul juga mendapat

perhatian dari pejabat setempat untuk keperluan evaluasi khususnya yang

berkaitan dengan penataan lingkungan. Berikut adalah kutipan

wawancaranya.

“Kalo dari pemerintah setempat responnya sih cukup positif, kita

pernah kedatangan kepala dinas kebersihan DKI Jakarta, Camat

Jatinegara juga pernah datang ke sini untuk evaluasi, dan selain itu

juga sudah ada beberapa perwakilan dari kampung-kampung di luar

sana untuk datang ke sini studi banding. Ya kita sih cukup terbuka

untuk urusan itu”(wawancara Nobby 10 April 2019).

Namun peresmian kawasan tanpa rokok ini juga tidak selalu

mendapatkan respon positif, ada juga pihak-pihak yang merasa keberatan atas

peresmian kawasan tanpa rokok ini seperti beberapa kutipan wawancara

berikut.

Page 72: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

59

“Ya saya dulu termasuk yang kurang setuju sih bang, yang namanya kita

candu rokok masa kita tiba-tiba disuruh berhenti, kan susah jadinya, Cuma

kita kan di sana kalah suara, lebih banyak warga yang setuju akhirnya, terus

kita juga ga tiba-tiba disuruh berhenti katanya, yaudah akhirnya kita sih ikut

aja”.(wawancara Imron 18 April 2019)

Penjelasan dari informan Imron menunjukkan bahwa dengan

diresmikannya kawasan tanpa rokok ini menjadi permasalahan baru bagi para

perokok di Penas Tanggul yang belum berhasil berhenti ataupun sedang

dalam tahap mencoba berhenti, karena kebiasaan merokok tidak mudah juga

untuk dihilangkan. Selain itu dalam wawancara lain ada juga warga yang

pergi ke tempat lain di luar Penas Tanggul cuma untuk merokok. Berikut

adalah kutipan wawancaranya.

“...tapi yang melanggar juga ada, tapi ada juga yang mereka demi menghindari

sanksi berupa denda itu mereka pergi ke gapura depan itu, di jembatan mereka

merokok kan di sana itungannya udah bukan wilayah RT 15 lagi”. (Wawancara

Rosidi 10 April 2019)

Kutipan wawancara di atas menjelaskan bahwa demi menghindari

sanksi, masih ada warga yang jika ingin merokok mereka hanya perlu ke luar

sedikit dari Penas Tanggul karena wilayah yang disepakati sebagai kawasan

tanpa rokok hanya di sana saja. Menurut aturan yang mereka sepakati bersama

pula, yang mereka lakukan untuk menghidari sanksi itu sah-sah saja, karena

yang disepakati adalah kawasan tanpa rokok sebagai suatu komitmen, bukan

komitmen warga untuk berhenti merokok. Selain itu ada juga kutipan

wawancara terkait sanksi dan komitmen untuk tidak merokok di kawasan

tanpa rokok. Berikut adalah kutipan wawancaranya.

Page 73: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

60

“kita memberlakukan sanksi di sini apabila ada yang merokok kita suruh denda

sesuai dengan harga sebungkus rokoknya, rata-rata biasanya 20 ribu. Yang susah

itu bapak-bapak yang tua-tua, kita udah coba komunikasi tapi mereka susah

ngedengerinnya”. (wawancara Nobby 10 April 2019).

Pada kutipan wawancara ini menunjukkan bahwa masih ada warga

yang acuh terhadap komitmen mereka untuk tidak merokok di kawasan tanpa

rokok padahal sudah ada sanksi yang diberlakukan. Dan dari ketiga kutipan di

atas terkait respon masyarakat terhadap peresmian kawasan tanpa rokok dan

komitmen warga, dapat dijelaskan bahwa komunikasi menjadi hal yang

penting dalam keberlangsungan kawasan tanpa rokok tersebut. Karena jika

tidak kawasan tanpa rokok Kampung warna warni hanya akan menjadi

predikat simbolis semata.

Pada fase obyektivasi masyarakat merupakan produk dari kebiasaan

yang tercipta dari proses eksternalisasi itu sendiri. Warga Kampung Penas

Tanggul yang telah dikonstruksikan kawasan tanpa rokok Kampung warna

warni mulai menunjukkan kebiasaan yang mencirikan mereka telah mengikuti

ide yang dikembangkan oleh kawasan tanpa rokok. Pasalnya dalam proses

obyektivikasi untuk menjadi sebuah pelembagaan menurut Berger

“pelembagaan terjadi apabila ada suatu tipikasi yang timbal-balik dari

tindakan-tindakan yang sudah terbiasa bagi berbagai tipe pelaku” (Berger dan

Luckmann, 2013:74).

Warga di luar Penas Tanggul belum terbiasa untuk melakukan

kegiatan dari kawasan tanpa rokok, maka dari itu Kampung Penas Tanggul

Page 74: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

61

sangat terbuka bagi siapapun yang asing dengan konsep kawasan tanpa rokok

ataupun kampung warna warni, atau bahkan yang lebih umum lagi tentang

penataan lingkungan di bantaran kali untuk saling bertukar pikiran .

3. Internalisasi

Fase Internalisasi ini merupakan proses penyerapan kembali nilai-nilai

yang telah diobjektivikasikan. Pada tahap ini individu mengidentifikasikan

diri dengan lembaga, organisasi atau institusi sosial dimana ia menjadi bagian

atau anggota di dalamnya. Pada tahap ini Berger menyatakan bahwa

masyarakat merupakan suatu realitas subjektif (Berger, 1990: 83). Dalam

kasus kawasan tanpa rokok kampung warna warni di Penas Tanggul ini,

proses internalisasi dapat juga diartikan sebagai proses penanaman nilai

kembali dari kebiasaan-kebiasaan yang telah ditanamkan sejak fase

eksternalisasi.

Proses internalisasi juga berarti juga meliputi proses sosialisasi,

sosialisasi ini juga merupakan upaya untuk mengenalkan kembali dan juga

mempertahankan nilai-nilai yang sudah ada. Berikut adalah kutipan

wawancara terkait dengan proses internalisasi.

“Perubahannya paling mereka-mereka ini lebih bisa menjaga lingkungannya

sih, kan kita di sini membangun sama-sama, jadi kita di sini lebih merasa

bangga aja, apalagi sering juga orang-orang dari luar datang ke sini juga buat

dimasukin ke berita juga”(wawancara Rosidi 10 April 2019).

Page 75: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

62

Dari contoh kutipan wawancara di atas terlihat bahwa setelah melalui

proses eksternalisasi dan objektivikasi, pada proses internalisasi ini

masyarakat hanya tinggal mempertahankan nilai-nilai ataupun kebiasaan yang

sudah ada dan diterapkan pada proses-proses sebelumnya. Sederhananya

adalah ide tentang kawasan tanpa rokok mulai diperkenalkan kepada

masyarakat, dibiasakan, dan diterapkan melalui proses eksternalisasi, setelah

itu masuk ke proses objektivikasi yang berarti setelah menjadi kebiasaan

kawasan tanpa rokok ini bisa mulai dideklarasikan pada proses objektivikasi

ini, dan terakhir pada proses internasisasi hanya tinggal penanaman nilai

kembali, sosialisasi, dan pemeliharaannya saja.

Dalam proses internalisasi sosialisasi bisa dilakukan dengan cara

primer ataupun sekunder, sosialisasi primer berarti sosialisasi yang dilakukan

sejak awal, dalam hal ini oleh keluarga, sedangkan sosialiasasi sekunder

adalah sosialisasi yang dilakukan setelah individu ke luar terjun ke

masyarakat dari berikut adalah kutipan wawancara terkait sosialisasi

“Kita ajak warga berkomunikasi, biasanya waktu yang enak itu pas kerja

bakti, karena para warga berkumpul pas kerja bakti, kita juga sosialisasikan

agar senantiasa kita bisa menjaga lingkungan yang udah kita bangun

ini”(wawancara Fathudin 10 April 2019).

Dari kutipan wawancara di atas, jenis sosialisasi yang digunakan

adalah sosialisasi sekunder dengan pendekatan yang lebih kekeluargaan.

Page 76: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

63

Maksudnya adalah komunikasi mengenai pemeliharaan kawasan tanpa rokok

kampung warna warni dilakukan dalam suasana erat akan kebersamaannya.

Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam proses sosialisasi

kawasan tanpa rokok dalam proses internalisasi ini, masyarakat Penas

Tanggul dalam hal ini setelah menerima nilai-nilai baru dalam proses

eksternalisasi, mereka bahkan yang mempunyai peranan terbesar dalam

rangkaian proses konstruksi sosial ini, karena kawasan tanpa rokok ini

dasarnya didirikan atas komitmen masyarakat. Jadi berhasil atau tidaknya

tergantung bagaimana masyarakat dapat mempertahankan nilai-nilai yang

telah ditanamkan sejak proses eksternalisasi. Berikut adalah kutipan

wawancara terkait peran masyarakat dalam proses internalisasi

“Masyarakat ini perannya paling penting ya kalo menurut saya, karena

terwujudnya kampung bebas rokok ini juga atas dasar komitmen mereka

sendiri, berjalan dengan baik atau tidaknya program ini kita-kita semua

sebagai masyarakat yang menentukan nantinya”(wawancara Sumiati 14

April 2019).

Sosialisasi yang berlangsung dalam proses internalisasi kawasan tanpa

rokok Kampung warna warni secara umum berfokus pada sosialisasi

sekunder, yang artinya peran keluarga dalam sosialisasi primer di kasus ini

dapat diwakili oleh peran masyarakat, sebagai gantinya masyarakat

mempunyai peran besar dalam menjaga lingkungan bebas asap rokok, karena

memang salah satu tujuan dari kawasan tanpa rokok Kampung warna warni

ini bukan semata-mata mengajak perokok lama untuk berhenti, tetapi juga

Page 77: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

64

mencegah munculnya perokok usia dini, mulai dari lingkungan tempat

tinggalnya, dengan begitu peran keluarga jadi sedikit diringankan, karena

Kampung Penas Tanggul ini menggunakan pendekatan kultural,

memunculkan budaya baru, identitas sosial baru yaitu kawasan tanpa rokok.

Selain itu sosialisasi juga dilakukan pada pihak-pihak luar kampung

Penas Tanggul dalam rangka penguatan identitas baru ini. Keterbukaan akses

ke Penas Tanggul ini juga pada akhirnya memudahkan mereka mengenalkan

Kampung Penas Tanggul pada dunia luar, baik itu untuk keperluan ekspose ke

media, penelitian, ataupun studi banding tentang penataan kawasan di

bantaran kali.

Jadi dari tiga tahapan konstruksi sosial yang terjadi di Kampung penas

Tanggul telah memunculkan identitas sosial baru terhadap kampung tersebut.

Identitas yang didapat melalui proses yang tidak sebentar. Mulai dari

eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. Berikut adalah skema

terbentuknya identitas sosial baru di Kampung Penas Tanggul berdasarkan

proses dari teori konstruksi sosial Peter L Berger.

Page 78: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

65

Gambar 9.III.A Skema Pembentukan Identitas Sosial Baru di Kampung Penas

Tanggul

B. Realitas Kehidupan di Penas Tanggul Pasca Konstruksi Sosial

Jika dilihat dari prosesnya, Kampung Penas Tanggul telah mengalami

banyak hal untuk bisa berubah dan mempunyai identitas sosial baru sebagai

kawasan tanpa rokok Kampung warna warni. Namun jika dilihat dari sejarahnya

memang perubahan-perubahan yang telah dialami oleh Kampung Penas Tanggul

sudah berlangsung dari berpuluh-puluh tahun lalu, bahkan ketika pemukiman ini

muncul. Dan apa yang pemukiman mereka lakukan juga tidak semata-mata

berasal dari inisiatif sendiri, melainkan ada faktor-faktor pendorong yang pada

akhirnya memaksa Kampung Penas Tanggul untuk terus berkembang.

Identitas sosial lama:

Penas Tanggul

Daerah kumuh

Penyebab banjir

Identitas sosial baru:

Penas Tanggul

Kawasan

tanpa rokok

Kampung

warna warni

Eksternalisasi,

objektivikasi,

internalisasi

Page 79: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

66

Penggusuran, stigma tentang pemukiman kumuh, dan penyebab banjir

adalah ketiga faktor pendorong paling kuat yang mempengaruhi pemukiman

Penas Tanggul untuk berubah menjadi pemukiman yang lebih baik.

Penggambaran tentang pemukiman kumuh memang telah diidentikan sejak

puluhan tahun lalu terhadap Kampung Penas Tanggul, dan seolah dijadikan acuan

awal juga bagi Kampung Penas untuk berubah. Berikut adalah kutipan wawancara

dengan informan terkait dengan faktor pendorong pembentukan identitas baru di

Kampung Penas Tanggul.

“Karena ya itu tadi, Kampung kita sudah dapat stigma seperti itu,

mulai dari penggusuran sampai dibilang penyebab banjir, mungkin

dengan adanya ajakan untuk mendirikan kawasan tanpa rokok ini

menjadi jawaban bahwa kampung kita bisa melakukan sesuatu, ya

walaupun tidak semua sependapat pada saat itu” (wawancara Sumiati

14 April 2019).

Dari wawancara tersebut bisa dilihat bahwa stigma masyarakat luar lah

yang justru menjadi pendorong atas dimulainya konstruksi sosial kawasan tanpa

rokok Kampung warna warni ini. Dan berikut adalah kutipan wawancara lainnya

terkait Kampung Penas Tanggul dan stigma yang melekat.

“Kalo harapan sih semoga Kampung ini tidak digusur ya, tapi sebelum

itu kita tunjukkan dulu apa yang bisa kita tawarkan. Walaupun kita

hidup di bantaran kali yang sering dianggap sebagai penyebab banjir,

kita juga harusnya bisa melawan itu semua, kita bisa menunjukkan

bahwa pemukiman bantaran kali juga bisa menjadi pemukiman yang

layak huni. Itu sih kalo harapan utama dari saya” (wawancara Fathudin

10 April 2019)

Page 80: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

67

Dari wawancara tersebut dapat dilihat bahwa pembentukan identitas baru

kawasan tanpa rokok Kampung warna warni ini sebagai sebuah bentuk perlawanan

terhadap stigma yang melekat terhadap mereka berpuluh-puluh tahun lalu. Mereka

berusaha menunjukkan bahwa pemukiman kumuh jika ditata dan kelola dengan

baik dapat berubah menjadi pemukiman yang layak huni.

Adapun realitas kehidupan di Penas Tanggul pasca konstruksi sosial adalah

adanya perubahan atau pembentukan identitas baru yang sangat signifikan.

Perubahan identitas itupun juga juga diiringi dengan perubahan cara pandang

masyarakat luar mengenai kondisi Kampung Penas Tanggul dari yang dulu dengan

yang sekarang, serta juga mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah setempat,

bahkan menjadi juga menjadi percontohan bagi RT setempat dalam mengelola

pemukiman di bantaran kali.

Page 81: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

68

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian yang telah dijelaskan oleh penulis pada analisis data

berdasarkan temuan lapangan. Ditemukan bahwa adanya proses yang panjang

dalam perjalanan sejarah Kampung Penas Tanggul hingga sekarang. Perjalanan

panjang itulah yang kemudian dapat dikaitkan dengan proses konstruksi sosial

kawasan tanpa rokok di Kampung warna warni Penas Tanggul yang pada

akhirnya membentuk sebuah identitas sosial baru di Kampung Penas Tanggul.

Dan untuk menjelaskannya penulis menguraikannya berdasarkan rumusan

masalah yang sebelumnya telah dibuat. Berikut adalah penjelasannya berdasarkan

rumusan masalah.

1) Konstruksi sosial kawasan tanpa rokok di Kampung warna warni Penas

Tanggul

Penulis menggunakan teori dari Peter L Berger dan Thomas

Luckmann untuk menjelaskan bagaimana pembentukan identitas baru di

Kampung Penas Tanggul dapat terjadi. Untuk dapat menjelaskan tahapan-

tahapannya, penulis menggunakan tiga proses dalam teori konstuksi sosial

Peter L Berger yang terdiri dari proses eksternalisasi, objektivikasi, dan

internalisasi.

Page 82: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

69

Pada tahap awal eksternalisasi, penulis melihat bagaimana ide awal

dari kawasan tanpa rokok di Kampung warna warni Penas Tanggul. Proses

awalnya adalah dari studi banding yang dilakukan oleh informan Nobby

sebagai ketua karang taruna Penas Tanggul di Jogjakarta, dan kemudian

mendapat ide untuk mengaplikasikan dua konsep pemukiman di Jogjakarta

yaitu kawasan tanpa rokok di Desa Umbulharjo dan Kampung warna warni di

bantaran kali Code. Ide tersebut akhirnya diterapkan di Kampung Penas

Tanggul dan membutuhkan waktu tiga bulan untuk terbiasa dengan konsep

kawasan tanpa rokok Kampung warna warni tersebut.

Setelah lewat tiga bulan dan masyarakat telah terbiasa, mereka lalu

melakukan pendeklarasian kawasan tanpa rokok Kampung warna warni yang

turut diresmikan oleh banyak pihak yang ikut mendukung. Pada proses inilah

kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada proses eksternalisasi diobjektifkan

menjadi sebuah realitas objektif, inilah yang disebut proses objektivikasi.

Yang terakhir adalah proses internalisasi yang artinya penanaman

nilai, dalam hal ini penanaman nilai dilakukan oleh proses sosialisasi,

sosialisasi terus dilakukan dalam berbagai kesempatan demi menjaga apa

yang sudah dicapai selama beberapa bulan, yaitu mewujudkan kawasan tanpa

rokok Kampung warna warni di Penas Tanggul. Setelah melewati ketiga

proses tersebut, maka terciptalah identitas sosial baru di Kampung Penas

Tanggul.

Page 83: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

70

2) Realitas Kehidupan di Penas Tanggul Pasca Konstruksi Sosial

Di sini penulis melihat bagaimana pembentukan identitas baru di

Kampung Penas Tanggul ini juga dipengaruhi oleh beberapa faktor pendorong

antara lain isu penggusuran, stigma tentang pemukiman kumuh, dan penyebab

banjir. Adapun setelah proses kontruksi sosial itu terjadi dan terbentuk

identitas sosial baru di Kampung Penas Tanggul, terjadi perubahan cara

pandang dari Penas Tanggul yang dulu dengan yang sekarang. Dan bisa

dimaknai juga jika pembentukan identitas baru kawasan tanpa rokok

Kampung warna warni di Penas Tanggul merupakan upaya yang dilakukan

warga Kampung Penas Tanggul dalam melawan stigma kampung kumuh yang

telah melekat selama berpuluh-puluh tahun yang lalu.

B. Saran

Pada penelitian ini penulis ingin memberikan saran-saran kepada beberapa pihak.

Kepada pemerintah setempat, penulis ingin memberikan saran agar memberi

perhatian kepada Kampung Penas Tanggul yang telah berusaha menunjukkan

usahanya dalam menata pemukiman di bantaran kali. Untuk warga Kampung

Penas Tanggul saran penulis adalah untuk terus saling menjaga lingkungan lewat

komunikasi yang aktif dan sosialisasi. Dan sedangkan saran penulis untuk

penelitian serupa selanjutnya adalah agar lebih fokus kepada topik strategi

bertahan warga di Kampung Penas Tanggul karena banyak hal yang dapat

dieksplor dari topik tersebut.

Page 84: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

71

Daftar Pustaka

Buku

Berger, Peter L dan Thomas Luckmann. 1990. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan. Terj. Jakarta: LP3ES.

Berger, Peter L dan Thomas Luckmann. 2013. Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan. Terj. Jakarta: LP3ES.

Creswell, John W. 2010. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method

Approaches. (terj.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lawrence, Neuman W. 2013. Metode Penelitan Sosial: Pendekatan Kualitatif dan

Kuantitatif. Jakarta: PT Indeks.

Rahardjo, Mudjia. 2017. Studi Kasus dalam Penelitian Kualitatif: Konsep dan Prosedurnya.

Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama

Wirawan, Ida Bagus. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana.

Jurnal ilmiah

Gunawan. 2016. Efektifitas Peraturan Kampung Bebas Asap Rokok di RW 11 Mendungan,

Giwangan, Umbulharjo, Yogyakarta. dalam jurnal Sosiologi Reflektif dari Program

studi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, UIN Sunan Kalijaga.

Kamajaya, Gede, Wahyu Budi Nugroho, dan Imron Hadi Tamim. 2017. Harapan dan

Kenyataan Penerapan “Kawasan Tanpa Rokok (KTR)” di Lingkungan Kampus

Universitas Udayana Denpasar. JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo Universitas

Udayana, Denpasar.

Kazaena,Sabmafit. 2016. Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian: Studi Fenomenologi

Tentang Konstruksi Sosial Gaya Hidup Vegetarian di Kecamatan Jebres, Surakarta.

Jurnal sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret,

Muta‟afi, Fithri dan Pambudi. 2015. Handayono Konstruksi Sosial Masyarakat Terhadap

Penderita Kusta. Jurnal sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Negeri Surabaya.

Prasojo, M. Nur Budi. 2015. Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap Alam Gunung Merapi:

Studi Kualitatif tentang Kearifan Lokal yang Berkembang di Desa Tlogolele

Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. jurnal analisis sosial dari program studi

magister sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret.

Page 85: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

72

Rukmana, Qotimah Esti, Suryaningsih, dan Marisa Elsera. 2018. Konstruksi Sosial Budaya

Populer Korea pada Anggota Komunitas Korean Pop (K-Pop) Batam. Jurnal

Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Sari, Dewi Ratna dan Kuncoro Bayu Prasetyo. 2017. Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap

Pemandu Karaoke: Studi Kasus di Desa Botorejo Kecamatan Wonosalam Kabupaten

Demak. JSW: Jurnal Sosiologi Walisongo Universitas Negeri Semarang.

Internet

http://www.fakta.or.id/kampung-penas-deklarasi-kampung-warna-warni/

https://www.hipwee.com/travel/desa-tanpa-rokok-pertama-di-dunia-ada-di-indonesia-berani-

ngerokok-di-sana-siap-siap-kena-sanksinya/

https://www.hukumonline.com/pusatdata/ /lt50ed2cbec30b2/node/lt50ed2c07e648a

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4f5972d3e471d/sanksi-pidana-bagi-pelanggar-

kawasan-dilarang-merokok/

https://kumparan.com/bandungkiwari/polemik-dalam-aturan-kawasan-tanpa-rokok-

27431110790557867

https://www.suara.com/news/2018/05/31/151146/11-provinsi-berhasil-terapkan-kawasan-

tanpa-rokok diakses pada 6/1/2019

Wawancara

Wawancara pribadi dengan Nobby 10 April 2019

Wawancara pribadi dengan Fathudin 10 April 2019

Wawancara pribadi dengan Rosidi 10 April 2019

Wawancara pribadi dengan Erna 14 April 2019

Wawancara pribadi dengan Sumiati 14 April 2019

Wawancara pribadi dengan Wiwin 14 April 2019

Wawancara pribadi dengan Imron 18 April 2019

Wawancara pribadi dengan Raffly 18 April 2019

Wawancara pribadi dengan Endah 21 April 2019

Wawancara pribadi dengan Hidayat 21 April 2019

Page 86: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

xiii

1. Lampiran Matriks Pertanyaan Penelitian

Nama :

Status :

No.

Premis Pertanyaan

Teori Konstruksi

Sosial Peter L

Berger & Thomas

Luckmann

Pertanyaan Jawaban

1 Eksternalisasi

1) Bagaimana gambaran

Kampung Penas Tanggul

dulu?

2)Bagaimana latar belakang

masyarakat Kampung Penas

Tanggul?

3) Bagaimana munculnya

gagasan menciptakan

kawasan tanpa rokok?

4) Apa tujuan dibentuknya

kawasan tanpa rokok di

Kampung Penas Tanggul?

2 Objektifikasi

1) Apa yang menjadi kendala

terwujudnya kawasan tanpa

rokok?

2)Bagaimana cara agar

masyarakat menerima

gagasan tentang kawasan

tanpa rokok?

3)Bagaimana menghadapi

masyarakat yang kurang

setuju dengan gagasan

tentang kawasan tanpa rokok?

4) Siapa sajakah pihak yang

ikut terlibat dalam

Page 87: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

xiv

merealisasikan kawasan tanpa

rokok?

5) Siapa sajakah pihak yang

ikut terlibat dalam

mengesahkan deklarasi

kawasan tanpa rokok di

Kampung Penas Tanggul?

6) Adakah sanksi yang

diberlakukan jika melanggar

kesepakatan?

3 Internalisasi

1) Bagaimana perubahan

perilaku masyarakat pasca

terwujudnya kawasan tanpa

rokok di Kampung Penas

Tanggul?

2) Bagaimana pihak luar

memandang Kampung Penas

Tanggul yang sekarang?

3) Bagaimana peran

masyarakat dalam

memelihara kawasan tanpa

rokok?

4)Kegiatan apa yang

dilakukan oleh masyarakat

Kampung Penas Tanggul

pasca terwujudnya kawasan

tanpa rokok?

Page 88: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

xv

2. Pedoman Wawancara

Ketua Karang Taruna/ inisiator

No. Pertanyaan

1 Bagaimana gambaran Kampung Penas Tanggul dulu?

2 Bagaimana munculnya gagasan menciptakan kawasan tanpa rokok?

3 Bagaimana cara merealisasikan gagasan tentang kawasan tanpa rokok?

4 Apa tujuan dibentuknya kawasan tanpa rokok?

5 Apa yang menjadi kendala terwujudnya kawasan tanpa rokok?

6 Bagaimana cara agar masyarakat menerima gagasan tentang kawasan

tanpa rokok?

7 Bagaimana menghadapi warga yang kurang setuju dengan gagasan

kawasan tanpa rokok?

8 Bagaimana peran pemerintah setempat?

9 Siapa sajakah pihak yang ikut terlibat dalam merealisasikan kawasan

tanpa rokok?

10 Siapa sajakah pihak yang ikut terlibat dalam mengesahkan deklarasi

kawasan tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul?

11 Bagaimana perubahan perilaku masyarakat pasca terwujudnya kawasan

tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul?

12 Bagaimana cara pemeliharaan kawasan tanpa rokok?

13 Apa kegiatan masyarakat pasca terwujudnya kawasan tanpa rokok?

14 Adakah sanksi yang diberlakukan di kawasan tanpa rokok Penas

Tanggul?

15 Bagaimana peran masyarakat dalam memelihara kawasan tanpa rokok?

Page 89: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

xvi

16 Apa harapan kedepannya untuk kawasan tanpa rokok di Kampung

Penas Tanggul?

Ketua RT 15/02 (Penas Tanggul)

No. Pertanyaan

1 Bagaimana gambaran Kampung Penas Tanggul dulu?

2 Bagaimana cara merealisasikan gagasan tentang kawasan tanpa rokok?

3 Siapa sajakah pihak yang ikut terlibat dalam merealisasikan kawasan

tanpa rokok?

4 Siapa sajakah pihak yang ikut terlibat dalam mengesahkan deklarasi

kawasan tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul?

5 Bagaimana latar belakang masyarakat Kampung Penas Tanggul?

6 Bagaimana cara pemeliharaan kawasan tanpa rokok?

7 Adakah sanksi yang diberlakukan di kawasan tanpa rokok Penas

Tanggul?

8 Bagaimana perubahan perilaku masyarakat pasca terwujudnya kawasan

tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul?

9 Bagaimana peran masyarakat dalam memelihara kawasan tanpa rokok?

10 Apa harapan kedepannya untuk kawasan tanpa rokok di Kampung

Penas Tanggul?

Warga RT 15/02 (Penas Tanggul)

No. Pertanyaan

Page 90: KONSTRUKSI SOSIAL KAWASAN TANPA ROKOK DI ......melihat bahwa peraturan tentang kawasan tanpa rokok yang diterapkan di beberapa daerah di Indonesia dalam bentuk peraturan daerah (perda)

xvii

1 Bagaimana gambaran Kampung Penas Tanggul dulu?

2 Bagaimana respon masyarakat terhadap gagasan tentang kawasan tanpa

rokok?

3 Adakah penolakan dari masyarakat?

4 Bagaimana latar belakang masyarakat Kampung Penas Tanggul?

5 Bagaimana perubahan perilaku masyarakat pasca terwujudnya kawasan

tanpa rokok di Kampung Penas Tanggul?

6 Adakah sanksi yang diberlakukan di kawasan tanpa rokok Penas

Tanggul?

7 Bagaimana peran masyarakat dalam memelihara kawasan tanpa rokok?

8 Apa harapan kedepannya untuk kawasan tanpa rokok di Kampung

Penas Tanggul?

3. Pedoman Observasi

No. Fokus Observasi

1 Mengamati kondisi lingkungan sekitar lokasi penelitian

2 Mengamati kondisi fasilitas yang ada di lokasi penelitian

3 Mengamati keterjangkauan akses lokasi penelitian ke fasilitas/ruang

publik

4 Mengamati keterhubungan antara lokasi penelitian dengan lingkungan

luar

5 Mengamati kegiatan subjek penelitian di lokasi penelitian

6 Mengamati perilaku masyarakat di lokasi penelitian