Top Banner
47

TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

Dec 02, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif
Page 2: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

ii

IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017

TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

(Penelitian Deskriptif Kualitatif Di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota

Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjaan

Program Sudi Ilmu Pemerintahan

Disusun Oleh :

GUNAWAN

NIM : 14520103

JENJANG PENDIDIKAN SARJANA

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

SEKOLAH TINGGI PEMBANGUNAN MASYARAKAT DESA “APMD“

YOGYAKARTA

2019

Page 3: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif
Page 4: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif
Page 5: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

v

MOTTO

“Tidak semua orang baik itu jujur, tetapi orang jujur

pasti orang yang baik.“

(Samson satunimus)

“Akulah terang dunia; barang siapa mengikut Aku, ia

tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia

akan mempunyai terang hidup.”

(Yohanes 8:12)

Jika kamu menginginkan untuk hidup dalam kehidupan

yang bahagia maka gantungkan itu pada sebuah tujuan,

bukan pada orang lain atau benda benda.

(Albert Einstein)

Page 6: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh kerendahan hati dan segenap jiwa raga,

kebahagiaan serta perjuangan mempersembahkan skripsi ini

kepada :

Tuhan Yesus Kristus, Allah Bapa, dan Bunda Maria yang

telah menjaga aku siang dan malam, dan yang selalu

memberikan hikmat dalam mengerjakan skripsi ini.

Kedua orangku tua yang sangat aku cintai yaitu

CENDRA (Ayah), AYUNG (Ibu), yang telah

membesarkanku dan menyayangiku sampai saat ini.

Ayah, Ibu terima kasih atas doa dan dukungannya. Tanpa

doa dan dukungan dari Ayah dan Ibu saya pasti tidak

akan seperti ini.

Saudara dan Saudari aku yang sangat aku cinta, Hendy

(Kakak) Delly (Kakak),Vani Afriani (Adik), Welly Saputra

(Adik), Meicen (Adik), Rafael (Adik), Agus Marilin (Kakak

Ipar) dan Keponakan tercinta tersayang Vintia Keylin

Gracia.

Keluarga besarku yang ada di Tarakan, Sekatak dan

Betayau yang selalu mendukung dan memberi aku

semangat sehingga aku bisa menyelesaikan studiku ini.

Page 7: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang

telah memberikan rahmat dan karunianya kepada penyusun, sehingga penyusun

dapat melaksanakan kewajiban sebagai seorang mahasiswa melengkapi salah

satu syarat menyelesaikan Program S1, melalui skripsi dengan judul

“Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok”.

Sebagai manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan tentunya penyusun

menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki, baik berupa pengalaman maupun

teori dan ilmu. Sehingga penyusun sangat berterima kasih atas setiap masukan dan

kritik yang disampaikan.

Dalam kesempatan ini, penyusun ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Sutoro Eko Yinanto, M.Si. selaku Ketua Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

2. Bapak Drs. Triyanto Purnomo Raharjo, BE, M.Si Selaku Ketua Program Studi

Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat Desa “ APMD”

Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Supardal, M.Si, selaku Dosen Pembimbing yang telah

mencurahkan pikiran serta meluangkan waktu guna membimbing penyusun

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Pemerintahan (S-1) Sekolah Tinggi

Pembangunan Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

5. Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta c.q. Kepala Biro Administrasi

Pembangunan Setda Propinsi DIY.

6. Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik (KASBANGPOL) daerah Istimewa

Yogyakarta.

7. Walikota Yogyakarta c.q Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan.

8. Almamater kebesaran, terima kasih atas jasa mu dalam setiap perjalanan

selama menempuh teori dan penyelesaian kuliah.

Page 8: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

viii

9. Bapak/ibu dosen, yang telah banyak memberikan materi kuliah khususnya

Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat

Desa “APMD” Yogyakarta.

10. Seluruh staf dan karyawan-karyawati Sekolah Tinggi Pembangunan

Masyarakat Desa “APMD” Yogyakarta.

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014, dan juga orang- orang yang telah

mendukung penulis. Ricky (Ambon), Henry (Kalbar), Erwin (Kalbar),

Yovensius (Kalbar) ,Bung Engel , Theo, Piter, dan masih banyak lagi yang

tidak mungkin saya sebut satu persatu terima kasih atas doa dan dukungannya.

12. Temen-Temen Kos, Romi (Si Roker), Wijaya, Rolan, dan Sandy (Anak Pak

Kos)

Yogyakarta , 12 Maret 2019

Penulis

Gunawan

Page 9: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

HALAMAN MOTTO .................................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv

KATA PENGANTAR .................................................................................. v

DAFTAR ISI ................................................................................................ viii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ xi

SINOPSIS..................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................ 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 11

E. Kerangka Teori ........................................................................ 12

1. Kebijakan .......................................................................... 12

2. Implementasi kebijakan ...................................................... 16

3. Kawasan Tanpa Rokok ....................................................... 19

F. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 26

G. Metode Penelitian ..................................................................... 28

1. Jenis Penelitian .................................................................. 28

2. Unit Analisis ...................................................................... 28

3. Teknik Penentuan Informan ............................................... 29

4. Teknik Pengumpulan Data ................................................. 30

5. Teknik Analisa Data .......................................................... 32

BAB II PROFIL DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

KOTA YOGYAKARTA .............................................................. 33

A. Selayang Pandang Tentang Sejarah Berdirinya Dinas

Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Yogyakarta .................. 33

B. Visi dan Misi ............................................................................ 35

C. Kedudukan dan Tugas Pokok .................................................... 36

Page 10: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

x

D. Tugas, Fungsi dan Unsur Organisasi ......................................... 36

E. Sumber Daya Manusia .............................................................. 42

F. Sarana Prasarana pendukung ..................................................... 44

G. Implementasi Tentang Kawasan Tanpa Rokok .......................... 49

BAB III ANALISIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA

ROKOK ........................................................................................ 52

A. Analisis Data ............................................................................ 53

1. Komunikasi ........................................................................ 53

2. Sumberdaya ........................................................................ 59

3. Disposisi ............................................................................. 62

4. Sturktur Birokrasi ............................................................... 65

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .............................................................................. 68

B. Saran ........................................................................................ 69

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR LAMPIRAN

Page 11: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Daya Manusia ................................................................. 42

Tabel 2.2 Sumber Daya Manusia ................................................................. 43

Page 12: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

xii

SINOPSIS

Kawasan Tanpa Rokok (KTR) merupakan upaya perlindungan dan

penjaminan hak bagi masyarakat untuk menghirup udara bersih tanpa ada asap

rokok. Dalam penerapannya ada banyak tanggapan dari masyarakat Kota

Yogyakarta terkait peraturan tersebut, baik yang pro maupun yang kontra. Hal ini

merupakan sesuatu yang bisa dikatakan wajar, sebab setiap masyarakat memiliki

pandangan dan kepentingan yang berbeda-beda. Bagi mereka yang pro, tentu akan

sangat mendukung diberlakukannya Peraturan Daerah tersebut, namun sikap

berbeda akan ditunjukkan oleh mereka yang kontra. Sehingga mereka akan

berusaha mencari alasan untuk tidak mendukung Peraturan Daerah tersebut.

Rumusan masalah adalah “Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2

tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok”.

Jenis Penelitian ini menggunakan Analisis Deskriptif kualitatif, yakni

dengan mendeskripsikan dan menganalisa bagaimana Implementasi Kebijakan

Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota

Yogyakarta. Selanjutnya, yang menjadi objek penelitian ini adalah Implementasi

Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Dinas penanaman Modal dan Perizinan Kota

Yogyakarta dan yang menjadi subjek penelitian dengan jumlah 12 orang antara

lain: Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian, Kepala Seksi Promosi dan

Pemberdayaan masyarakat (Dinas kesehatan), Staf Bagian Umum dan

Kepegawaian, Bidang regulasi dan informasi,, Bidang seksi Data dan Informasi,

Bidang seksi Verifikasi dan Penerbitan Izin dan 6 orang dari Masyarakat yang

berprofesi sebagai: arsitek, Driver, Pamong Praja, Mahasiswa dan Mahasiswi.

Teknik pengumpulan data meliputi Observasi, dokumentasi, dan wawancara. Dan

teknik analisis data antara lain: mencatat, mengumpulkan, dan berpikir.

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Implementasi Kebijakan Kawasan

Tanpa Rokok, sudah bejalan khususnya di Dinas penanaman Modal dan Perizinan

Kota Yogyakarta. Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di tinjau dari

empat komponen, yaitu dilihat dari komunikasi yang dilakukan oleh Dinas

penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta sudah dilakukan menggunakan

Media cetak seperti poster dan Pamflet larangan merokok, dari sisi sumber daya

dinas Penanaman Modal dan Perizinan memiliki tim untuk melakukan

penyerbarluaskan informasi tentang kawasan tanpa rokok dan melakukan

pengawasan, Disposisi di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan ataupun

masyarakat mempunyai komitmen tidak merokok sembarang tampat di

lingkungan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan dan jika Dinas Penanaman

Modal dan Perizinan atau masyarakat melihat masyarakat yang merokok di

sembarang tempat maka akan menegur jika menemukan masyarkat merokok di

sembarang tempat. Dari sisi Struktur Birokrasi Dinas Penanaman Modal dan

Perizinan memiliki perwakilan dari Tim KTR untuk menyebarluaskan inforamsi

tentang KTR, melakukan pengawasan, dan melakukan evaluasi KTR.

Page 13: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

dengan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan

nasional merupakan usaha meningkatkan kualitas manusia dan masyarakat

Indonesia yang dilakukan secara berkesinambungan. Upaya besar bangsa

Indonesia dalam meluruskan kembali arah pembangunan nasional yang telah

dilakukan menuntut reformasi total kebijakan pembangunan disegala bidang.

Pembangunan pada hakekatnya adalah perubahan secara terus-menerus yang

merupakan kemajuan dan perbaikan ke arah tujuan yang ingin dicapai.

Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa,

dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam

lingkungan dengan perilaku hidup sehat. Seperti yang kita ketahui, rokok

merupakan salah satu yang membuat lingkungan sekitar kita menjadi tidak

sehat, karena asap yang dihasilkan mengandung banyak zat berbahaya yang

dapat mengakibatkan tercemarnya lingkungan serta mengganggu kesehatan

penikmatnya maupun orang sekitarnya. Sebagian besar orang dapat meninggal

dikarenakan mengkonsumsi rokok secara berlebihan. Awalnya memang tidak

terasa sakit, tetapi semakin lama seseorang mengonsumsi rokok, maka akan

Page 14: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

2

banyak timbul berbagai penyakit dalam tubuhnya.

Rokok merupakan Zat adiktif yang mengandung kurang lebih 4000

bahan kimia dimana 400 diantaranya beracun dan 40 jenis lainnya dapat

menyebabkan kanker bagi tubuh sehingga apabila digunakan dapat

mengakibatkan bahaya kesehatan bagi perokok itu sendiri dan orang lain

sekitarnya yang bukan perokok. Komite Nasional yang bergerak dalam

penanganan masalah rokok, udara yang mengandung asap rokok dapat

menganggu kesehatan orang yang ada diruangan atau lingkungan terdekat.

Walaupun merokok merupakan hak dari setiap orang namun hak ini juga

mengandung kewajiban adanya penghormatan terhadap hak orang lain untuk

memperoleh udara yang sehat dan bersih.

Tingginya konsumsi rokok di masyarakat Indonesia dipercaya

menimbulkan implikasi negatif yang sangat luas, tidak saja terhadap kualitas

kesehatan tetapi juga menyangkut kehidupan sosial dan ekonomi di Indonesia.

Perlu diketahui bahwa berdasarkan yang disampaikan oleh Dirjen

Pengendalian Penyakit (P2PL) kementrian kesehatan (sindonius.com 3 mei

2013) bahwa tahun 2013 Indonesia menjadi negara ketiga dengan jumlah

perokok aktif terbanyak di dunia yaitu sebanyak 61,4 juta dengan rincian 60 %

pria dan 4,55 % wanita. Sementara itu perokok pada anak dan remaja juga

terus meningkat 43 juta dari 97 juta warga Indonesia adalah perokok pasif.

Dasar Hukum kawasan tanpa rokok di Indonesia yaitu Undang Undang

Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan

dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat, maka setiap orang

Page 15: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

3

berkewajiban menghormati hak orang lain dalam memperoleh lingkungan

yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial, dan setiap orang berkewajiban

untuk berprilaku hidup sehat dalam mewujudkan, mempertahankan, serta

memajukan kesehatan yang setinggi-tingginya. Lingkungan yang sehat dapat

terwujud antara lain dengan menerapkan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di

fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar mengajar, tempat anak

bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan tempat umum serta

tempat-tempat lain yang ditetapkan.

Kawasan Tanpa Rokok adalah tempat atau ruangan yang dinyatakan

dilarang untuk merokok, memproduksi, menjual, mengiklankan, dan/atau

mempromosikan rokok. Tujuan penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

secara khusus adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat rokok,

sedangkan secara umum penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dapat

membantu terwujudnya lingkungan yang bersih, sehat, aman dan nyaman;

memberikan perlindungan bagi masyarakat bukan perokok; menurunkan

angka perokok; mencegah perokok pemula dan melindungi generasi muda

dari penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif (NAPZA).

Tindak lanjut dari adanya dampak rokok bagi kesehatan manusia dan

lingkungan maka pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 2

Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok. Peraturan ini tidak lepas dari

sejumlah pertimbangan, diantaranya bahwa guna meningkatkan kesehatan

masyarakat untuk senantiasa membiasakan pola hidup sehat dan juga merokok

dapat menyebabkan terganggunya atau menurunnya kesehatan bagi perokok

Page 16: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

4

maupun masyarakat yang bukan perokok namun ikut menghisap rokok orang

lain. Tempat kerja merupakan salah satu dari tujuh tempat yang menjadi

prioritas Kawasan Tanpa Rokok, seperti Kantor Pemerintah Di Dinas

Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Yogyakarta. Rokok merupakan salah

satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap asapnya

seperti rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnnya yang dihasilkan

dari tanaman nicotiana rustica, nicotiana tabacumda spesies lainnya yang

asapnya mengandung nikotin dan tar dengan atau bahan tambahan.

Dalam asap rokok sudah menjadi isu penting dalam beberapa tahun

terakhir. Banyak penelitian mempublikasikan bahaya asap rokok bagi si

perokok maupun bagi orang yang berada disekitarnya. Kebiasaan merokok

merupakan perilaku yang sulit untuk diubah karena efek kecanduan yang

ditimbulkan dari nikotin, namun disadari untuk dapat mengurangi dampak

negatifnya terutama terhadap lingkungan, demi kesehatan masyarakat, harus

ada kebijakan efektif yang diambil, salah satunya dengan penerapan kawasan

tanpa rokok. Sanksi yang dijatuhkan terhadap pelanggaran kawasan tanpa

rokok yaitu sangsi administratif seperti teguran dan denda administratif.

Rokok merupakan salah satu masalah publik yang mengemuka di

masyarakat. Bagi perokok aktif tentu paparan asap rokok sama sekali tidak

menjadi masalah dalam kehidupannya. Asap rokok sangat merugikan perokok

pasif seperti penyebab berbagai penyakit seperti kanker paru-paru, penyakit

jantung, asma dan juga akan menganggu masyarakat lainnya yang ingin

menjalani kehidupan dengan pola hidup sehat. Seharusnya kebebasan kita

Page 17: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

5

akan sesuatu hal dibatasi dengan kebebasan orang lain. Untuk mengatasi

permasalahan bahaya rokok bagi masyarakat tidak hanya menjadi tugas Dinas

Kesehatan saja tetapi juga memerlukan campur tangan dari Lembaga

Pendidikan, Penegak Hukum, LSM Dan Kelompok Kepentingan Lainnnya.

Pemerintah saat ini sudah melakukan upaya-upaya untuk mengurangi

minat konsumsi rokok masyarakat. Beberapa upaya yang dilakukan

pemerintah untuk mengurangi minat konsumsi masyarakat terhadap rokok

tersebut adalah dengan memberi gambar menyeramkan pada bungkus rokok.

Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 109 Tahun 2012

dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013. Dikatakan “mulai

selasa (24 juni 2014), semua produk rokok di tanah air wajib mencantumkan

peringatan bahaya rokok bagi kesehatan disetiap bungkusan rokok, dengan

adanya peringatan tersebut diharapkan masyarakat mulai berpikir akan bahaya

yang mereka dapatkan ketika mengkonsumsi rokok. Bahaya yang dimaksud

adalah kerugian terhadap diri sendiri dan juga orang lain. Kerugian terhadap

diri sendiri dan orang lain akan dirasakan pada aspek kesehatan dan juga

materi.

Selain upaya pelarangan diatas, saat ini pemerintah juga sedang

gencar-gencarnya peringatan akan bahaya merokok melalui iklan dan

spanduk-spanduk yang bertebaran dibanyak tempat. Salah satu contoh iklan

yang pernah kita lihat di telivisi adalah bagaimana seorang perempuan akan

kehilangan suaranya dikarenakan menghirup asap rokok. Asap rokok yang

dimaksud adalah bahwa ia berada dalam lingkungan orang yang merokok,

Page 18: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

6

karena sebenarnya orang yang menghirup asap rokok lebih mengalami bahaya

daripada orang yang merokok itu sendiri. Iklan lain yang menyinggung

tentang rokok adalah bagaimana seorang ibu yang akan kehilangan anaknya

dikarenakan mengalami kanker pada tenggorakannya, yang hal itu terjadi

akibat mengkonsumsi rokok. Selain iklan televisi tersebut, spanduk yang

bertuliskan “merokok membunuhmu” juga sangat mudah kita jumpai disetiap

ujung jalan atau persimpangan-persimpangan di kota-kota besar, termasuk

kota Yogyakarta.

Kota Yogyakarta yang mendapat julukan sebagai kota pelajar pun tak

luput dari peredaran rokok dengan jumlah yang sangat tinggi, pada tahun 2014

penerimaan pajak rokok yang beredar bagi Provinsi dan Kabupaten di DIY

seluruhnya diperkirakan sekitar Rp 130 Miliar. Jumlah tersebut tidak lepas

dari tingginya peredaran di Kota Yogyakarta ini. Menurut Kepala Bidang

Promosi Dan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Dinas Kesehatan

Kota Yogyakarta Tri Mardaya, DIY menempati rangking 4 perokok pemula

terbesar di Indonesia, dimana 16% diantaranya masih sekitar 9-16 tahun.

selain penduduk asli Kota Yogyakarta, konsumen rokok di Yogyakarta juga

merupakan para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi

yang ada di kota ini. Walaupun sebenarnya tidak semua mahasiswa

mengkonsumsi rokok, namun keberadaan mahasiswa tetap mempengaruhi

jumlah peredaran rokok di Kota Yogyakarta.

Kota Yogyakarta saat ini juga sedang gencar mensosialisasikan tentang

bahaya merokok. Dalam Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Page 19: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

7

Rokok, ada 7 tempat penerapan Kawasan Tanpa Rokok meliputi: a. Fasilitas

pelayanan kesehatan, b. Tempat proses belejar-mengajar, c. Tempat anak

bermain, d.tempat ibadah, e. Angkutan umum, f. Tempat kerja dan g. Tempat

umum dan tempat lain yang ditetapkan.

Dalam Perda Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok

pasal 10 menjelaskan tempat kerja meliputi: a. Kantor Pemerintah, b. kantor

milik pribadi/swasta, dan c. industri/pabrik. Dari penjabaran diatas, Peneliti

menfokuskan penelitan ini di tempat kerja (Kantor Pemerintah) di Dinas

Perizinan Kota Yogyakarta,

Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Rokok pasal 16 mengatakan Perangkat Daerah yang menyelenggarakan

urusan di bidang kesehatan bertanggung jawab untuk melaksanakan penetapan

KTR.. Perangkat Daerah sebagaimana dimaksud adalah berkewajiban

menindaklanjuti penetapan KTR, dengan: a. mengumpulkan data dan

informasi tentang KTR di Daerah, b. melakukan pendidikan tentang bahaya

rokok bagi masyarakat, c. melakukan sosialisasi peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan KTR, d. melakukan pemantauan dan

evaluasi terhadap pelaksanaan KTR, dan e. melaksanakan pembinaan dan

pengawasan pelaksanaan ketentuan KTR.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Rokok pasal 17 mengatakan Tanggungjawab dan Kewajiban Pengelola atau

Penanggungjawab KTR, (1) Pengelola atau penanggungjawab KTR wajib: a.

memasang papan pengumuman KTR dengan memuat tanda larangan

Page 20: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

8

merokok, larangan mengiklankan produk rokok dan larangan menjual produk

rokok; b. tidak menyediakan asbak di KTR; c. melakukan pemantauan dan

evaluasi terhadap pelaksanaan KTR; d. memasang tanda, tulisan dan/atau

gambar tentang bahaya rokok; dan e. melakukan pengawasan pada tempat

dan/atau lokasi yang menjadi tanggung jawabnya serta melaporkan hasil

pengawasan kepada perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang kesehatan setiap 6 (enam) bulan. (2) Pengelola atau

penanggungjawab KTR pada tempat kerja dan tempat umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 4 huruf f dan huruf g wajib menyediakan tempat

khusus merokok. (3) Tempat khusus merokok sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a. merupakan ruang

terbuka yang berhubungan langsung dengan udara luar sehingga udara dapat

bersirkulasi dengan baik; b. terpisah dari gedung utama atau ruang lain yang

digunakan untuk beraktifitas dan dalam persil yang sama; c. jauh dari pintu

masuk dan keluar; dan d. jauh dari tempat orang berlalu-lalang. (4) Contoh

tanda larangan merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Rokok pasal 18 mengatakan (1) Pengelola atau penanggung jawab KTR yang

tidak melaksanakan ketentuan sebagimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1)

dan ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa : a. peringatan lisan; b.

peringatan tertulis; dan/atau c. dipublikasikan. (2) Ketentuan lebih lanjut

Page 21: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

9

mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Walikota.

Dalam Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Rokok, ada banyak tanggapan dari masyarakat Kota Yogyakarta terkait

peraturan tersebut, baik yang pro maupun yang kontra. Hal ini merupakan

sesuatu yang bisa dikatakan wajar, sebab setiap masyarakat memiliki

pandangan dan kepentingan yang berbeda-beda. Bagi mereka yang pro, tentu

akan sangat mendukung diberlakukannya Peraturan Daerah tersebut. Namun

sikap berbeda akan ditunjukkan oleh mereka yang kontra. Sehingga mereka

akan berusaha mencari alasan untuk tidak mendukung Peraturan Daerah

tersebut. Pada tahun 2015 masih ditemukan masyarakat yang merokok di

Balai Kota Yogyakarta, dan tugas dari Dinas Kesehatan adalah

mensosialisasikan kepada masyarakat tentang Peraturan Kawasan Tanpa

Rokok, tidak hanya kepada masyarakat saja tetapi Dinas Kesehatan juga

mensosialisasi Kepada instasi Pemerintahan (Perwakilan tim KTR) sehingga

Tim KTR dapat menyebarkan Informasi tentang Kawasan Tanpa Rokok di

Instansinya Masing-masing.

Diterbitkan Peraturan Daerah tersebut dinilai sebagai upaya konkrit

Pemerintahan Daerah untuk menciptakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di

Kota Yogyakarta, terkhususnya di tempat penelitian ini yang fokusnya

mengambil tempat di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan. Alasan

mengapa peneliti menetapkan tempat penelitian di Dinas Penanaman Modal

dan Perizinan adalah Peraturan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Rokok ini dibuat pada tahun 2017 namun pelaksaan Kawasan Tanpa Rokok di

Page 22: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

10

Dinas Penanaman Modal dan Perizinan telah dilaksanakan mulai tahun 2015

dengan dasar hukumnya Adalah Peraturan Walikota Nomor 12 Tahun 2015

Pada Tahun Selanjutnya Di Tahun 2016 Ada Perubahan Peraturan Menjadi

Peraturan Walikota Nomor 17 Tahun 2016 Tentang Kawasan Tanpa Tokok,

Sehingga Pada Saat Dikeluarkannya Peraturan Nomor 2 Tahun 2017 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok Dinas Penanaman Modal Dan Perizinan Kota

Yogyakarta sebagai salah satu aktor yang akan mengimplementasikan

peraturan tersebut. Peneliti ingin melihat sejauhmana implementasi Kebijakan

Peraturan Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok yang berlaku

di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta. Melihat dan

mencermati kondisi Pro dan Kontra dalam menyikapi Kebijakan pemerintah

daerah di atas, membuat penyususn tertarik untuk melakukan penelitian

terhadap Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 Tentang

Kawasan Tanpa Rokok.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017

tentang Kawasan Tanpa Rokok di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan

Kota Yogyakarta?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa

Rokok di Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta.

Page 23: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

11

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah untuk memperkaya

kajian tentang Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017

Tentang Kawasan Tanpa Rokok. Kajian tentang implementasi kebijakan

adalah kajian keilmuan yang sangat menarik untuk diteliti dan dikuasai.

Hasil kajian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi kajian-kajian

lainnya yang berfokus tentang Implementasi Kebijakan Kawasan Tanpa

Rokok.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Pemerintah. Hasil kajian ini bisa dijadikan sebagai rujukan oleh

pemerintah baik dari tingkat daerah sampai dengan nasional, baik di

dalam dinas apapun, sebagai bahan pedoman dalam Implementasi

Kawasan Tanpa Rokok.

b. Bagi Dinas Penananaman Modal dan Perizinan, Dinas Kesehatan dan

Masyarakat. Hasil kajian ini bisa dijadikan rujukan untuk

impelementasi kebijakan kawasan tanpa rokok yang sedang dihadapi.

c. Bagi akademisi dan aktivis. Hasil kajian ini diharapkan mampu

memperkaya pengetahuan dan menambah pengalaman para akademisi

dan aktivis sehingga lebih mampu memahami Pengimplementasian

Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.

Page 24: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

12

E. KerangkaTeori

1. Kebijakan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian

konsep untuk menyelesaikan beberapa permasalahan. Menurut Carl

Friedrich, kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu

lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya hambatan-hambatan

tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan atau

mewujudkan sasaran yang diinginkan. Philipus M. Hadjon mengatakan

bahwa kebijakan merupakan produk dari perbuatan tata usaha negara yang

bertujuan menampakkan keluar suatu kebijakan tertulis. Kebijkan

berfungsi sebagai bagian dari operasional penyelenggaraan tugas-tugas

pemerintahan, karenanya tidak dapat mengubah atau menyimpangi

peraturan perundang-undangan. (Ridwan HR, 2013: 174-175).

Menurut P.J.P Tak, kebijakan merupakan peraturan umum yang

dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan dengan pelaksaanaan

wewenang pemerintahan terhadap warga negara atau terhadap instansi

pemerintah lainnya dan pembuatan peraturan tersebut tidak memiliki dasar

yang tegas dalam Undang-Undang Dasar dan Undang-Undang formal baik

langsung maupun tidak langsung. Artinya kebijakan tidak didasarkan

kewenangan pembuatan Undang-Undang dan oleh karena itu, termasuk

peraturan perundang-undangan yang mengikat umum tetapi diletakkan

pada wewenang pemerintahan suatu organ administrasi negara dan terikat

Page 25: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

13

dengan pelaksanaan kewenangannya. (Juniarso Ridwan dan Achmad

Sodik Sudrajat, 2014: 156).

Kebijakan menurut Titmuss, senantiasa berorientasi kepada

masalah dan berorientasi kepada tindakan. Dengan demikian dapat

dinyatakan bahwa kebijakan adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip

untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan

konsisten dalam mencapai tujuan tertentu. (Edi Suharto, 2006: 7).

Commissie Wetgevingsvraagstukken merumuskan kebijakan

sebagai suatu peraturan umum tentang pelaksanaan wewenang

pemerintahan terhadap warga negara (warga negara, juga organ

pemerintahan lainnya) ditetapkan berdasarkan kekuasaan sendiri oleh

instansi pemerintahan yang berwenang atau instansi pemerintahan yang

secara hirarki lebih tinggi. Kebijakan secara esensial berkenaan dengan

organ pemerintahan dalam hal ini semata-mata menggunakan kewenangan

untuk menjalankan tindakan-tindakan pemerintahan, kewenangan

pemerintahan itu tidak terikat secara tegas, dan ketentuan umum

digunakan pada pelaksanaan kewenangan. (Ridwan HR, 2013: 176-177).

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang

kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus

dikaji. Oleh karena itu, beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk

mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan

publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk

memudahkan kita dalam mengkaji kebijkan publik. Namun demikian,

Page 26: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

14

beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang

berbeda. Tahap-tahap kebijkan publik menurut William Dunn adalah

sebagai berikut:

a. Tahap penyusunan agenda

Para penjabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah

pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetensi terlebih

dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya,

beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kebijakan.

Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali,

sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan,

atau ada pula masalah karena alasan-alasan tertentu ditunda untuk

waktu yang lama.

b. Tahap formulasi kebijakan

Masalah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian

dibahas oleh para pembuat kebijkan. Masalah-masalah tadi

didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.

Pemecahan masalah tersebut berasal dari alternatif atau pilihan

kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Dalam

perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat

dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

Dalam tahap ini masing-masing aktor akan bersaing dan berusaha

untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

Page 27: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

15

c. Tahap adopsi kebijakan

Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh

para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif

kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif,

konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan.

d. Tahap implementasi kebijakan

Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan

elit jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan

oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di

tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-

unit administrasikan yang memobilisasikan sumber daya finansial dan

manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan

bersaing. Beberapa implementasi kebijkan mendapat dukungan para

pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain mungkin akan

ditentang oleh para pelaksana.

e. Tahap evaluasi kebijakan

Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai

atau dievaluasi, untuk melihat sejauhmana kebijakan yang dibuat

untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah

yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu, ditentukan ukuran-ukuran

atau kriteria-kriteria yang menjadi dasar untuk menilai apakah

kebijakan publik yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau

tujuan yang diinginkan atau belum. (William Dunn; Winarno, 2012:

Page 28: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

16

32-34)

Jadi berdasarkan pandangan-pandagan diatas dapat disimpulkan

bahwa secara lebih luas atau secara umum makna dari kebijakan adalah

sebagai alat atau pedoman untuk bertindak. Pedoman ini bisa saja

sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit,

kabur atau jelas, longgar atau terperinci bersifat kualitatif atau kuantitatif,

publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti ini mungkin berupa

suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah

tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau

suatu rencana.(Solichin Abdul Wahab, 2014: 9).

Menurut peneliti kebijakan merupakan suatu rangkaian konsep

atau peraturan yang di usulkan seseorang, kelompok, atau instansi

pemerintahan untuk mencapai tujuan atau meweujudkan sasaran yang

ingin dicapai.

2. Impelentasi Kebijakan

Pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn dalam

Herabudin (2016: 114) bahwa implementasi adalah “tindakan yang

dilakukan oleh individu/pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta

yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam

keputusan kebijakan” (Herabudin, 2016: 114).

Implemantasi adalah memahami hal-hal yang seharusnya terjadi

setelah suatu program dinyatakan untuk diberlakukan ke masyarakat atau

sudah dirumuskan oleh pemerintah. Dalam hal ini pemahaman itu

Page 29: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

17

mencakup usaha-usaha untuk mengadministrasikannya dan menimbulkan

dampak nyata pada masyarakat.

Ada beberapa pendekatan implementasi kebijakan pemerintah,

salah satunya adalah pendekatan George Charles Edwards III (1980).

Implementasi menurut Edward adalah sebagai tahapan dalam proses

kebijaksanaan yang berada di antara tahapan penyusunan kebijaksanaan

dan hasil konsekuensi yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan itu

(output,outcome) (Herabudin, 2016: 127).

Implementasi atau penerapan yang menjadi salah satu bagian

proses dalam sebuah kebijkan. Pelaksanaan inilah yang nantinya akan

menentukan apakah sebuah kebijakan dapat benar-benar diterima dan

menjadi penentu tujuan dibuatnya kebijakan tersebut.

George C Edward III mengemukakan empat variabel yang

memiliki peran penting sebagai indikator dalam keberhasilan

impelementasi suatu kebijakan. Empat variabel rersebut adalah:

a. Komunikasi

Menunjuk bahwa setiap kebijakan akan dapat dilaksanakan

dengan baik jika terjadi komunikasi efektif antara pelaksana program

(kebijakan) dengan para kelompok sasaran (target group). Tujuan dan

sasaran dari program/kebijakan dapat disosialisasikan secara baik

sehingga dapat menghindari adanya distorsi atas kebijakan ini.

Page 30: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

18

b. Sumber daya

Menujuk kebijakan harus didukung oleh sumber daya yang

memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial.

Sumber daya manusia adalah kecukupan kualitas maupun kuantitas

implementator yang dapat melingkupi seluruh kelompok sasaran.

Sumber daya finansial adalah kecukupan modal investasi sebuah

program/kebijkan.

c. Disposisi

Menunjuk karakteristik yang menempel erat kepada

implementator kebijakan/program. Karakter yang penting dimiliki oleh

pelaksana adalah kejujuran, komitmen, dan demokratis. Implementator

yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan senantiasa bertahan

diantara hambatan yang ditemui dalam program/kebijakan.

d. Struktur birokrasi

Menunjuk bahwa struktur birokrasi menjadi penting dalam

implementasi kebijkan. Aspek struktur birokrasi ini mencakup dua hal

penting antara lain mekanisme dan struktur birokrasi pelaksana sendiri.

Mekanisme implementasi program biasanya sudah ditetapkan melalui

standar operating procedur (SOP) yang dicantumkan dalam guideline

program/kebijkan. Sedangkan struktur organisasi pelaksana sejauh

mungkin menghindari hal yang berbelit, panjang dan kompleks.

Struktur organisasi pelaksana harus dapat menjamin adanya

Page 31: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

19

pengambilan keputusan atas kejadian luar biasa dalam

program/kebijkan secara cepat.

Keempat variabel yang diungkapkan oleh Edward memiliki

keterkatian satu dengan yang lainnya dalam mencapai tujuan suatu

program/kebijakan seperti model yang telah digambarkan Edward

sebagai berikut:

Sumber: Edward III, 1980:48

Model implementasi dari Edward ini dapat digunakan sebagai

alat pencitra implementasi program/kebijakan diberbagai tempat dan

waktu. Artinya empat variabel yang terdapat di dalam model dapat

digunakan untuk mencitra fenomena implementasi kebijakan publik.

3. Kawasan Tanpa Rokok

Kaitan teori yang digunakan oleh peneliti diatas adalah sebagai

sumber pengertian atau definisi dari impelmentasi yang digunakan dalam

penelitian implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang

Kawasan Tanpa Rokok yang selanjutnya disingkat KTR adalah ruangan

atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan

Komunikasi

Struktur

Birokrasi

Sumber daya

disposisi

Implementasi

Page 32: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

20

memproduksi, menjual, mengiklankan, dan atau mempromosikan produk

tembakau. Kawasan tanpa rokok adalah tempat yang bebas dari kegiatan

merokok, mereka yang merokok akan ditempatkan di ruangan khusus,

tempat itu diperuntukan untuk orang yang melakukan kegiatan merokok.

Tempat Khusus Merokok adalah ruangan yang diperuntukkan khusus

untuk kegiatan merokok yang berada dalam Kawasan Tanpa Rokok

(KTR). Peraturan yang mengatur larangan ditempat umum sudah di

terapkan sejak tahun 1999, dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2003 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan, pemerintah melarang orang

merokok di tempat yang sudah ditetapkan.

Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Kawasan yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai tempat bebas

dari kegiatan merokok yaitu: fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses

belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum,

tempat kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan. Hal

tersebut sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2003

Tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan dalam Pasal 22 dan

Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor

7 Tahun 2011 dalam Pasal 3 Ayat 1) dan Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2009.

Page 33: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

21

1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Fasilitas pelayanan kesehatan adalah alat atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan apapun itu

bentuknya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan

masyarakat. Contohnya rumah sakit swasta, puskesmas, klinik dan lain

sebagainya. Sasaran di fasilitas pelayanan kesehatan yakni

pimpinan/penanggung jawab/pengelola fasilitas pelayanan kesehatan,

pasien, pengunjung, tenaga medis dan non medis.

2) Tempat Proses Belajar Mengajar

Tempat yang dimaksud adalah sarana yang digunakan untuk

kegiatan belajar, mengajar, pendidikan atau pelatihan. Contohnya

sekolah dasar, universitas, sekolah menengah atas atau kejuruan.

Sasaran di tempat ini adalah penanggung jawab/pemimpin/pengelola

tempat proses belajar mengajar, peserta didik/siswa, tenaga

kependidikan/guru, unsur sekolah lainnya (tenaga administrasi,

pegawai di sekolah).

3) Tempat Bermain Anak

Area yang digunakan anak-anak untuk kegiatan bermain, baik

area tertutup maupun terbuka. Contohnya tempat bermain anak yang

ada di taman, taman pintar, kids fun dan tempat sejenis lainnya.

Sasaran dari tempat bermain anak yaitu pimpinan/ penanggungjawab/

pengelola tempat anak bermain, pengguna/pengunjung tempat anak

bermain.

Page 34: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

22

4) Tempat Ibadah

Tempat ibadah adalah bangunan atau ruang tertutup yang

memiliki ciri khusus yang dipergunakan untuk kegiatan beribadah bagi

pemeluk agama masing-masing. Tempat ibadah ini tidak termasuk

tempat ibadah keluarga. Contohnya masjid, gereja, pura dan lain

sebagainya. Tempat ibadah sasaran implementasi kawasan tanpa rokok

yaitu pimpinan/penanggung jawab/pengelola tempat ibadah, jama’ah

dan masyarakat di sekitar tempat ibadah. Setiap pimpinan/pengelola

wajib memberikan tindakan kepada sasaran KTR yang sudah

dijelaskan diatas apabila melanggar peraturan.

5) Angkutan Umum

Transportasi yang dipergunakan masyarakat secara umum yang

dapat berupa kendaraan darat, air dan udara, biasanya dengan

kompensasi. Bus kota, kereta api, kapal fery, pesawat terbang dan lain-

lain. Sasaran di angkutan umum adalah pengelola sarana penunjang di

angkutan umum (kantin, hiburan, dan sebagainya), karyawan,

pengemudi dan awak angkutan kemudian penumpang. Setiap

pengemudi atau kondektur pada angkutan umum wajib melarang

penumpang atau setiap orang yang berada di dalam kendaraannya

untuk tidak melakukan kegiatan merokok.

6) Tempat Kerja

Tempat kerja adalah ruangan atau lapangan terbuka atau

tertutup, bergerak atau tetap dimana tenaga kerja melakukan kegiatan

Page 35: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

23

untuk keperluan usaha. Contohnya instansi pemerintah atau kedinasan,

lembaga dan badan pemerintahan. Di tempat kerja sasaran kawasan

tanpa rokok yaitu pimpinan/penanggung jawab/penunjang di tempat

kerja (kantin, toko, dan lain sebagainya), staf/pegawai/karyawan dan

tamu.

7) Tempat Umum dan Tempat Lainnya yang Ditetapkan

Semua tempat tertutup yang dapat diakses oleh masyarakat

umum atau tempat yang dapat dimanfaatkan bersama-sama untuk

kegiatan masyarakat yang dikelola pemerintah, swasta dan masyarakat.

Contohnya stasiun, halte bus, bandara dan terminal angkutan umum.

Sasaran kawasan tanpa rokok di tempat umum yaitu

pimpinan/penanggung jawab/pengelola sarana penunjang di tempat

umum, karyawan dan pengunjung/pengguna tempat umum. Sedangkan

tempat lainnya adalah Tempat terbuka yang disetujui bersama oleh

masyarakat untuk kegiatan oleh masyarakat. Pemerintah mewajibkan

bagi setiap daerah untuk mewujudkan kawasan tanpa rokok. Kebijakan

ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

109 Tahun 2012 pasal 52, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 Tahun 2003 pasal 25. Tempat khusus untuk merokok harus

memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dalam

Peraturan Bersama Kementerian Kesehatan dan Kementerian Dalam

Negeri Nomor 7 Tahun 2011 Pasal 5 ayat 2, tempat khusus untuk

merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit memuat;

Page 36: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

24

a. Merupakan ruang terbuka atau ruang yang berhubungan langsung

dengan udara luar sehingga udara dapat bersirkulasi dengan baik.

b. Terpisah dari gedung/tempat/ruang utama dan ruang lain yang

digunakan untuk beraktivitas.

c. Jauh dari pintu masuk dan keluar.

d. Jauh dari tempat orang berlalu-lalang.

Tujuan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Penetapan kawasan tanpa rokok dirasa penting, langkah ini

merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap risiko ancaman

gangguan kesehatan karena lingkungan yang tercemar asap rokok dari

pemerintah sebagai bentuk rasa tanggung jawab atas kesehatan

masyarakat. Melindungi kelompok masyarakat yang rentan terhadap risiko

ancaman gangguan kesehatan akibat asap rokok seperti bayi, balita, ibu

hamil dan lansia (Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta

Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 2).

Tujuan dengan diciptakannya kawasan tanpa rokok dijelaskan

dalam Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Tahun 2011 Dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Peraturan Gubernur

Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 42 Tahun 2009 Pasal 3) yaitu;

a. Mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih: dan

b. Mewujudkan masyarakat yang sehat.

Dari pemaparan teori mengenai Implementasi kebijakan maka

peneliti menyimpulkan bahwa di dalam sebuah implementasi kebijakan

Page 37: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

25

dibutuhkan indikator keberhasilan sebuah implementasi kebijakan. Berikut

beberapa indikator menurut peneliti:

a. Komunikasi

Komunikasi menjadi faktor penting antar pelaksana dan

kelompok sasaran jika terjadi komunikasi yang baik. Tujuan dari

kebijakan itu sendiri juga dapat disosialisasikan dengan baik sehingga

kemungkinan distorsi atas kebijakan ini menjadi lebih kecil. Dalam

penelitian ini bekerja sama dengan dinas Penanaman Modal dan

Perizinan sebagai aktor pelaksana kebijakan dan kelompok sasaran

(masyarakat) harus terjadi hubungan komunikasi yang baik.

b. Sumberdaya

Menurut peneliti Sumberdaya menjadi salah satu indikator

penting dalam sebuah implementasi, karena dibutuhkan kemampuan

SDM yang memadai sebagai pelaksana.

c. Disposisi

Disposisi merupakan karakteristik pelaksana kebijakan. Ini

terkait dengan karakter serta komitmen dari impelentator sebagai

pelaksana dilapangan. Implementator dituntut memiliki komitmen

yang kuat guna tetap melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok

ini meski di dalam pelaksanaannya nanti akan menemui hambatan.

Memiliki visi dan misi dalam dalam pelaksanaannya serta menyiapkan

alternatif pemecahan masalah jika ditemui hambatan.

Page 38: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

26

d. Struktur birokrasi

Ada dua hal penting yang menjadi hal penting antara lain

mekanisme dan struktur birokrasi pelaksana sendiri. Mekanisme

pelaksanaan kebijakan biasanya sudah ditetapkan Standar Operating

Prosedure (SOP) yang dicantumkan dalam guildeline

program/kebijakan. Sedangkan struktur birokrasi pelaksana sejauh

mungkin menghindari hal yang berbelit-belit, panjang, dan kompleks.

F. Ruang Lingkup

Ruang Lingkup dalam penelitian tentang “Implementasi Kebijakan

Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 tentang Kawasan Tanpa Rokok Di

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta” pengukuran atau indikator keberhasilan

Implementasi kebijakan sebagai berikut:

a. Komunikasi

Komunikasi menjadi Faktor penting antar pelaksana dengan

kelompok sasaran, jika terjadi komunikasi yang baik. Tujuan dari

kebijakan itu sendiri juga dapat disosialisasikan dengan baik sehinga

kemungkinan distorsi atas kebijakan ini menjadi lebih kecil. Dalam

penelitian ini kerja sama antara pelaksana dan kelompok sasaran harus

terjalin hubungan komunikasi yang baik, dalam Pelaksanaan kebijakan di

Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta.

Page 39: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

27

b. Sumberdaya

Menurut penulis atau peneliti sumberdaya menjadi salah satu

indikator penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan (aktor) yaitu Dinas

Penanaman Modal Perizinan, karena dibutuhkan dana dan kemampuan

Sumber Daya Manusia yang memadai sebagai pelaksana.

c. Disposisi

Disposisi merupakan karakteristik pelaksana kebijakan. Ini terkait

erat dengan karakter serta komitmen dari implementator sebagai pelaksana

dilapangan. Implementator dituntut memiliki komitmen yang kuat guna

tetap melaksanakan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok ini meski di dalam

pelaksanaannya nanti akan menemui hambatan, serta menyiapkan

alternatif pemecahan masalah jika ditemui hambatan.

d. Sturktur birokrasi

Struktur birokrasi menjadi penting dalam implementasi sebuah

kebijakan. Struktur birokrasi ada dua hal penting yang menjadi hal penting

antara lain mekanisme dan struktur birokrasi pelaksana sendiri.

Mekanisme pelaksanaan kebijakan biasanya sudah ditetapkan Standar

Operating Prosedure (SOP) yang dicantumkan dalam guildeline

program/kebijakan. Sedangkan struktur birokrasi pelaksana sejauh

mungkin menghindari hal yang berbelit-belit, panjang, dan kompleks.

Page 40: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

28

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah deskriptif kualitatif,

penulisan deskriptif yaitu data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata,

gambar, dan bukan angka-angka. Penelitian deskriptif bertujuan untuk

mengetahui atau menginginkan hasil data empiris yang sebenar-benarnya.

Analisis kualitatif pada dasarnya mempergunakan pemikiran logis, analisis

dengan logika induksi dan deduksi, analogi komparasi dan sejenisnya

(Lexy J. Moleong, 2007:11).

Penelitian ini akan melihat dan menjelaskan lebih dalam tentang

Implementasi Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kawasan

Tanpa Rokok (KTR) Di Dinas Penanaman Modal Dan Perizinan Kota

Yogyakarta.

2. Unit Analisis

Unit analisis atau yang disebut subyek penelitian adalah satuan

tertentu yang diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Objek Penelitian

ini adalah Implementasi kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di kantor Dinas

Perizinan Kota Yogyakarta Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Dengan

demikian yang menjadi Subjek penelitian adalah:

a. Kepala Bagian Umum dan Kepegawaian

b. Kepala Seksi Promosi dan Pemberdayaan masyarakat (Dinas

kesehatan)

c. Staf Bagian Umum dan Kepegawaian

Page 41: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

29

d. Bidang regulasi dan informasi,

e. Bidang seksi Data dan Informasi

f. Bidang seksi Verifikasi dan Penerbitan Izin

g. Masyarakat.

3. Teknik Penentuan Informan

Objek kajian penelitian kualitatif sering bersifat kasuistik. Peneliti

tidak mementingkan generalisasi. Oleh karena itu, sampel ditentukan

secara purposif (sengaja/dengan pertimbangan) sehingga sampel penelitian

tidak perlu mewakili populasi. Pertimbangannya lebih pada kemampuan

sampel (informan) untuk memasok informasi selengkap mungkin kepada

peneliti. Penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi

dinamakan situasi sosial yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place),

pelaku (actor), dan aktivitas (activity).

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan teknik purposive,

Purposive adalah teknik pengambilan data yang didasarkan kepada

peneliti. Peneliti harus menentukan siapa yang harus dijadikan sample.

Penentuan sample ini dengan memperhatikan beberapa aspek seperti

kelompok yang dipertimbangkan secara cermat (intuisi) dan kelompok

terbaik (yang dinilai akan memberikan informasi yang cukup), untuk

dipilih menjadi responden penelitian. Karena itu purposive dikenal juga

dengan sebutan judgemental sampling. Dikatakan demikian karena perlu

adanya pertimbangan yang cermat dalam memilih kelompok kunci sebagai

sampel.

Page 42: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

30

Responden tersebut adalah Berdasarkan kebutuhan untuk

memperoleh akurasi data, maka penulis menentukan responden ada 3

(tiga), yaitu: Dinas Penanaman Modal Dan Perizinan, Dinas Kesehatan

Dan Masyarakat.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, teknik pengumpulan dan pengelolaan data yang

penyusun gunakan adalah melalui :

a. Observasi

Obsevasi adalah metode pengumpulan data dimana peneliti

mengadakan pengamatan terhadap gejala subyek yang diselidiki baik

pengamatan itu dilakukan didalam situasi buatan yang khusus

diadakan data yang diobservasi merupakan data yang dibutuhkan

dalam penelitian sesuai dengan tujuan penelitian (Winarno Surachmad,

1990: 162). Dalam obsevasi ini, dilakukan pengamatan yang intensif

dan pencatatan yang sistematis terhadap fenomena-fenomena dan

gejala-gejala yang di teliti yaitu mengenai Implementasi Peraturan

Daerah Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di

Dinas Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Yogyakarta.

b. Wawancara

Wawancara adalah penelitian yang dilakukan dengan cara

mengadakan Tanya jawab secara langsung baik lisan maupun tulisan

tentang masalah yang dibahas (Winarno Surachmad, 1990: 163).

Metode ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan informan

Page 43: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

31

yang dilakukan guna mengetahui Implementasi Peraturan Daerah

Nomor 2 Tahun 2017 Tentang Kawasan Tanpa Rokok Di Dinas

Penanaman Modal Dan Perizinan Kota Yogyakarta.

c. Dokumentasi

Menurut Moleong, Dokumentasi adalah metode pengumpulan

data didasarkan pada dokumen-dokumen atau catatan-catatan yang ada

di daerah penelitian. Menurutnya, ada dua bentuk dokumentasi yaitu,

record and document. Record adalah setiap pernyataan tertulis yang

disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu

peristiwa atau mengajukan akunting. Sedangkan document adalah,

setiap bahan tertulis ataupun film.

1) Document dan record digunakan karena merupakan sumber yang

stabil, kaya dan mendorong.

2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.

3) Keduanya berguna dan sesuai dengan penelitian kualitatif karena

sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks, lahir dan berada

dalam konteks.

4) Record relatif lebih murah dan mudah diperoleh, tetapi document

harus dicari dan ditemukan.

Dengan demikian, dokumentasi merupakan proses

menghimpun data, mencatat dan mengarsipkan setiap data yang

diperoleh sehingga mampu memberi bukti yang kuat atas hasil

penelitian.

Page 44: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

32

5. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

Dimana, analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen adalah upaya

yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data,

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dicari, dan memutuskan apa yang akan diceritakan

kepada orang lain. Dipihak lain, analisis data kualitatif prosesnya berjalan

sebagai berikut:

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi

kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan, Memilah-milah, mengklasifikasikan, membuat

ikhtisar, dan membuat indeks.

c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai

makna, mencari dan menemukan pola hubungan-hubungan dan

membuat temuan-temuan umum.

Dari definisi tersebut dapat kita pahami bahwa, ada yang

mengemukakan proses, ada pula yang menjelaskan tentang komponen-

komponen yang perlu ada dalam suatu analisis data (Lexy J. Moleong,

2005:248.)

Page 45: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

33

BAB II

PROFIL DINAS PENANAMAN MODAL DAN PERIZINAN

A. Selayang Pandang Tentang Sejarah Berdirinya Dinas Penanaman Modal

Dan Perizinan Kota Yogyakarta

Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta terbentuk

pada tahun 2016 tepatnya 21 oktober 2016 dengan Peraturan Daerah Kota

Yogyakarta Nomor 5 tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan

Perangkat Daerah Kota Yogyakarta, yang secara efektif baru berlaku pada 3

januari 2017.

Keberadaan Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta

sebenarnya sudah cukup umur/dewasa yang sebelumnya bernomenklatur

Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang dibentuk dengan Peraturan Daerah

Kota Yogyakarta Nomor 17 tahun 2005 tentang Pembentukan, Organisasi dan

Tata Kerja Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan disempurnakan dengan

Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 10 tahun 2008 tentang

Pembentukan, Susunan, Kedudukan dan Tugas Pokok Dinas Daerah.

Sebelum Dinas Perizinan Kota Yogyakarta terbentuk pelayanan

perizinan diselenggarakan oleh Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA)

yang mendasarkan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

503/125/POUD Tahun 1997 perihal Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu

Perizinan di Daerah, Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk Unit Pelayanan

Terpadu Satu Atap dengan Keputusan Walikota Yogyakarta Nomor 01 tahun

Page 46: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

34

2000 tentang Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA) Kota

Yogyakarta, yang dipimpin oleh seorang Koordinator dengan jabatan non

esselon dengan tunjangan jabatan disetarakan dengan esselon IV.

Pembentukan Lembaga UPTSA waktu itu sebagai upaya untuk

menjawab tuntutan dari masyarakat umum dan dunia usaha terhadap

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah Kota Yogyakarta dalam

pengurusan perizinan tidak berbelit-belit, tidak berbiaya tinggi dan lebih

transparan dalam memproses perizinan. Jenis pelayanan yang dilayani UPTSA

ada 12 (dua belas) jenis izin.

Lembaga UPTSA masih terdapat banyak kelemahan, diantaranya:

waktu proses perizinan masih dirasa terlalu lama dan UPTSA hanya sebagai

kantor administrasi (front office), sedangkan untuk proses perizinan lainnya

tetap di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis, untuk proses pengiriman

berkas permohonan perizinan dari UPTSA ke OPD teknis memakan waktu

lama, dan proses semakin panjang apabila dalam penelitian berkas di OPD

ditemukan kekurangan persyaratan.

Sehingga agar pelayanan perizinan di Kota Yogyakarta menjadi lebih

efektif, maka dibentuk lembaga pelayanan perizinan yang definitif berupa

Dinas dengan diterapkannya Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 17

tahun 2005 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perizinan

yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas dengan jabatan struktural esselon II

b.

Page 47: TENTANG KAWASAN TANPA ROKOKrepo.apmd.ac.id/698/1/SKRIPSI GUNAWAN.pdf · ii IMPLEMENTASI PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (Penelitian Deskriptif Kualitatif

35

Dinas Penanaman Modal dam Perizinan Kota Yogyakarta berdasarkan

Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 14 Tahun 2016 menerima pelimpahan

Kewenangan Perizinan sejumlah 27 jenis perizinan dalam perkembangannya

sekarang ini menjadi 29 jenis perizinan dan 6 non perizinan, dikarenakan ada

penembahan 3 jenis perizinan yaitu Izin Reklame, Izin Prinsip dan Izin Usaha

Penanaman Modal, serta pengurangan 1 jenis izin yaitu Izin Gangguan (HO).

Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Kota Yogyakarta Mempunyai

Kewenangan Cukup Luas (Mutlak) yaitu meliputi:

- Pemberian Izin dan non izin;

- Penolakan Permohonan izin dan non izin;

- Pembatalan izin dan non izin;

- Pencabutan izin dan non izin;

- Legalilasi dan Duplikat izin dan non izin; serta

- Pengawasan izin dan non izin

B. Visi dan misi

Visi

Terwujudnya Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan yang Adil,

Transparan dan Akuntabel

Misi

Mewujudnya Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan yang Adil,

Transparan dan Akuntabel, melakukan pengawasan, pengaduan dan advokasi