Titrasi Konduktometri
I. Tujuan Percobaan Mentukan daya hantar listrik suatu
larutan
Menentukan ekivalen titrasi
II. Alat dan Bahan yang Digunakana. Alat yang Digunakan1.
Konduktometri 660
2. Elektroda emmension cell dengan konstanta cell 0,78
3. Gelas kimia 250 ml 2 buah, 50 ml 5 buah4. Labu takar 50 ml 5
buah5. Pipet ukur 5 ml 1 buah6. Bola karet7. Pipet tetes8. Kaca
arloji9. Corong10. Spatula11. Magnetic stirrerb. bahan yang
digunakan
1. KCl2. larutan NaOH 0,1 N
3. larutan HCl 0,1N
III. Dasar Teori
Titrasi konduktometri merupakan salah satu dari sekian banyak
macam-macam titrasi. Didalam titrasi konduktometri ini tidak
terlalu berbeda jauh dari titrasi-titrasi yang lainya, yang
membedakan biasanya hanya terdapat bagaimana cara untuk mengetahui
titik ekivalen dari larutan itu. Kalau kita menggunakan titrasi
volumetri yang biasa kita praktikan sebelumnya titik ekivalen
diketahui ketika terjadi perubahan warna, zat itu akan mengalami
peruban warna bila zat itu dalam keadaan setimbang. Untuk
mempermudah kita untuk melihat zat itu sudah mencapai ekivalen maka
digunakan indikator. Tetapi banyak sekali para praktikan yang
merasa kesulitan untuk menentukan dengan tepat titik ekivalen
dengan menggunkan titrasi volumetri ini. Titrasi konduktometri ini
lebih mudah jika dibandingkan dengan titrasi lainya, walaupun ada
kelemahan tetapi juga ada kelebihanya.Titik ekivalen dapat kita
ketahui dari daya hantar dari larutan yang kita ukur, jika daya
hantar sudah konstan berarti titrasi sudah mencapai ekivalen.
Titrasi ini juga tidak perlu menggunakan indikator, untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan dalam bab selanjutnya.
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkankonduktansi
bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakanuntuk
mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen.Tetapan sel harus
diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi
larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan
hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan
konsentrasi
Konduktometri meupakan slah satu metode analisis yang
berdasarkan daya hantar larutan. Daya hantar inibergantung pada
jenis dan konsentrasi ion didalam larutan. Menurut hukum ohm arus
(I) berbanding lurus dengan potensial listrik (E) yang digunakan,
tetapi berbanding terbalik dengan tahanan listrik (R).
I = E/R
G = I/R
Daya tahan (G) merupakan kebalikan dari tahanan yang mempunyai
satuan ohm atau siemens (S), bila arus listrik dialirkan ke suatu
larutan melalui luas bidang elektroda (A) dan berbanding terbalik
dengan jarak kedua elektroda (I), maka:
G = I/R = k x A/ldimana:A/l = tetapan sel
k = daya hantar arus (konduktivitas) dengan satuan SI ohm cm-1
atau s cm-1
Titrasi konduktometri merupakan metode analisa kuantitatif yang
didasarkan pada perbedaan harga konduktansi masing-masing ion.
Dalam konduktometri diperlukan sel konduktometrinya, yaitu alat
mengukur tahanan sel. Namun titrasi ini kurang bermanfaat untuk
larutan dengan konsentrasi ionik yang terlalu tinggi (Muizliana,
2010).Konduktivitas suatu larutan elektrolit, pada setiap
temperature hanya bergantung pada ion-ion yang ada, dan konsentrasi
ion-ion tersebut. Ini sebagian besar disebabkan oleh berkurangnya
efek-efek antar ionic untuk elektrolit-elektrolit kuat dan oleh
kenaikan derajat disosiasi untuk elektrolit-elektrolit lemah
(Bassett, J. dkk., 1994).
Untuk mengukur konduktivitas suatu larutan, larutan ditaruh
dalam sebuah sel, yang tetapan selnya telah ditetapkan dengan
kalibrasi dengan suatu larutan yang konduktivitasnya diketahui
dengan tepat, missal, suatu larutan kalium klorida standar. Sel
ditaruh dalam satu lengan dari rangkaian jembatan Wheatstone dan
resistansinya diukur (Bassett, J. dkk., 1994).
Bila konsentrasi dinyatakan dalam normalitas, maka harus
dikalikan dengan factor 1000. Nilai d/a=s merupakan factor geometri
selya dan nilainya konstan untuk suatu sel tertentu sehingga
disebut tetapan sel (Khopkar, 2003). Metode konduktometri memiliki
aplikasi yang jauh lebih terbatas ketimbang prosedur-prosedur
visual, potensiometri ataupun amperometri (Bassett, J. dkk.,
1994).
Konduktometri merupakan salah satu cara elektroanalisa, yang
mengukur konduktivitas larutan dengan elektroda khusus.
Konduktivitas berbanding terbalik terbalik tahanan listrik dalam
larutan, yaitu semakin besar tahanan listrik, semakin kecil
konduktivitas.
Konduktivitas mempunyai siemens per cm. konduktivitas larutan
kimia lazimnya berkisar antara 0,1-2000 mili siemens per cm
(ms/cm). kalau dua elektroda direndam dalam larutan yang mengandung
ion-ion, maka akan mengalir arus listrik antara kedua elektroda
tersebut, apabila terdapat beda tegangan listrik antara kedua
elektroda tersebut.
Arus mengalir dari katoda yang bermuatan negative ke anoda yang
bermuatan positif. Sebagai pebawa arus adalah ion-ion dalam
larutan. Selisih potensial antara kedua elektroda tersebut tidak
boleh terlalu besar agar tidak terjadi elektrolisa.
Besarnya arus yang mengalir ditentukan oleh parameter-parameter
sebagai berikut :
Beda tegangan antara kedua elektroda. Konsentrasi ion-ion. Sifat
ion seperti besarnya muatan, derajat disosiasi, besarnya ion,
kompleksasi dengan molekul lain dan sebagainya. Suhu larutan. Luas
permukaan masing-masing elektroda. Jarak antara katoda dan
anoda.
Semakin besar arus makin besar pula konduktivitas K. Luas
permukaan elektroda dan jarak antara katoda dan anoda merupakan
parameter yang tetap, karena parameter-parameter tersebut
bergantung pada rancangan elektroda. Oleh karena itu setiap
elektroda mempunyai factor tersendiri yang dimasukkan dalam
perhitungan konduktivitas ( cell constant K/cm ).
Pada permukaan elektroda dapat terjadi tegangan lebih ( over
voltage ) yang tidak sebanding lagi dengan arus dan konsentrasi
ion. Untuk mencegah tegangan lebih tersebut perbukaan elektroda
dilapis dengan lapisan platinum yang halus dan aktif. Pelapisan
elektroda dengan platinum disebut platinizing.
Parameter harus dipertahankan tetap sama selama pengukuran
konduktivitas adalah suhu larutan. Sebaiknya digunakan wadah
titrasi yang dindingnya berlapis dua, sehingga dalam dinding
tersebut dapat dialirkan air pada suhu tertentu dari
thermostat.Jenis elektroda konduktometri ( measurung cell ) harus
dipilih sesuai dengan konduktivitas dari cuplikan. Elektroda yang
mempunyai tetapan rendah sesuai untuk pengukuran konduktivitas yang
rendah, sebaliknya elektroda dengan tetapan tinggi sesuai untuk
konduktivitas yang tinggi.
Suhu dikompensasikan secara otomatis dengan sensor Pt-100 atau
oleh operatornya dengan menekan tombol TEMP, lalu mengatur suhu
cuplikan, serta koefisien suhu cuplikan. Daerah pengukuran
(measuring range) diatur oleh alat secara otomatis, kecuali bila
tombol RANGE ditekan.
Apabila kita ingin membaca harga yang konduktivitas secara
teliti, tetapi harga konduktivitas sering berubah, sehingga keluar
dari daerah yang telah diatur, maka kita menaikkan harga
konduktivitas tersebut hingga berada dipertengahan daerah
pengukuranTitrasi Konduktometri
Konduktometri merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktansi
bukanlah prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk
mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus
diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi
larutan pada temperatur tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan
hantarannya tidak berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi
(Khopkar, 1990).
Titrasi konduktometri digunakan untuk menentukan daya hantar
larutan sampel setelah ditambahkan titran.Dasar pengukuran dari
metode titrasi ini jika perbedaannya antara konduktansi cukup besar
sebelum dan sesudah penambahan reagen (larutan pentiter).Penggunaan
titrasi konduktometri akan mendapatkan beberapa kemudahan yang
mungkin tidak didapatkan jika menggunakan titrasi lainya, misal
tidak menggunakan indikator, karena dalam titrasi konduktometri ini
hanya mengukur daya hantar larutan. Jadi dalam titrasi
konduktometri ini tidak perlu mencarititik ekuivalen dengan melihat
adanya perubahan warna. Walaupun demikian masih
banyakkelemahankelamahan dalam titrasi konduktometri ini.
Titrasikonduktometri hanya terbatas untuk larutan yang tergolong
kedalam larutan elektrolit saja. Sedangkan untuk larutan non
elektrolit tidak dapat menggunakan titrasi
konduktometri(Sukardjo,1989).
Titrasi konduktometri dapat dilakukan untuk menentukan kadar
ion, dengan syarat ion tersebut terlibat dalam reaksi kimia
sehingga terjadi penggantian satu jenis ion dengan yang lain yang
berarti terjadi perubahan konduktivitas. Misalnya titrasi HCl
dengan NaOH berdasarkan persamaan sebagai berikut :
H++Cl-+OH-+Na+H2O+Cl-+Na+Sebelum ditambah NaOH, didalam larutan
terdapat ion H+dan Cl-yang masing-masing mempunyai harga
konduktivitas molar ( 25 C ) sebesar 349,8 cm2/mol dan 76,3
cm2/mol. Pada penambahan NaOH, terjadi reaksi antara H+dengan
OH-membentuk H2O, sehingga jumlah H+didalam larutan berkurang
sedangkan jumlah NaOH bertambah. Na+mempunyai harga konduktivitas
molar 50,1 S cm-1/mol yang jauh lebih kecil dari H+sehingga harga
konduktivitas total dari larutan turun. Pada titik akhir titrasi,
H+dalam larutan telah bereaksi seluruhnya dengan OH-, sehingga
penambahan NaOH lebih lanjut akan menaikkan harga konduktivitas
total larutan, karena terdapat OH-dengan konduktivitas molar 198,3
S cm-1/mol.
Titrasi konduktometri sangat sesuai untuk asam atau basa lemah,
karena penggunaan potensiograph / titroprocessor dengan elektroda
kaca menghasilkan titik akhir yang kurang jelas. Namun titrasi
konduktometri tidak dapat dilakukan dalam cuplikan yang mengandung
konsentrasi ion lain yang tinggi, karena titik akhir menjadi kurang
tajam. Titrasi konduktometri sangat berguna untuk melakukan titrasi
pengendapan. Keuntungan titrasi konduktometri adalah grafik titrasi
seluruhnya digunakan untuk menentukan titik akhir sedangkan pada
kurva titrasi potensiometri titik akhir ditentukan dari bentuk
grafik dekat titik akhir saja. Kepekaan cara konduktometri jauh
lebih baik. Titrasi konduktometri masih memberi titik akhir yang
jelas untuk asam atau basa lemah dalam konsentrasi encer, sedangkan
denganpotensiometri titik akhir tidak jelas lagi
Pengukuran konduktivitas dapat juga digunakan untuk menentukan
titik akhir titrasi. Titrasi konduktivitas dapat dilakukan dengan
dua cara dan tergantung dengan frekuensi arus yang digunakan, jika
arus frekuensinya bertambah besar, maka kapasitas dan induktif
semakin besar.
Titrasi yang dapat dilakukan adalah
Titrasi konduktrometri yang dilakukan dengan frekuensi arus
rendah (maksimum 300 Hz)
Titrasi konduktrometriyang dilakukan dengan frekuensi arus
tinggi yang desebut titrasi frekuensi tinggi
Titrasi Konduktrometri Frekuensi Rendah
Penambahan suatu elektolit lain pada keadaan yang tidak ada
perubahan volume yang begitu besar akan mempengaruhi
konduktivitaslarutan karena akan terjadi reaksi ionik atau tidak.
Jika terjadi reaksi ionik akan terjadi perubahan konduktivitas yang
cukup besar sehingga dapat diamati reaksi yang terjadi, seperti yan
gterjadi pada titrasi asam kuat dan basa kuat. Pada titrasi ini
terjadipenurunan konduktivitas rendah.
Pada titrasi penetralan, pengendapan, penentuan titik akhir
titrasi ditentukan berdasarkna konduktivitas dari reaksi kimia yang
terjadi. Hantaran diulkur pada setiap penambahan sejumlah pereaksi
dan pengukuran titik akhir titrasi berdasarkan 2 alurgaris
yangsaling berpotongan, titik potong ini disebut titik
ekivalen.
Secara praktek, konsentrasi penitran 20-100 kali lebih pekat
dari larutan yang dititrasi, kelebihan dari titrasi ini, baik untuk
asam yang sangat lemah yang secara potensiometri tidak dapat
dilakukan dengan cara konduktrometri dapat dilakukan, selain itu
secara konduktrometri kontrol suhu tidak perlu dilakukan.
Titrasi Konduktrometri Frekuensi Tinggi
Titrasi ini sesuai untuk sel yang terdiri atas sistem reaksi
yang dibuat bagian atau dipasang sirkuit osilatorberionisasi pada
frekuensi beberapa Mhz. Keuntungan cara ini antara lain elektroda
ditempatkan diluar sel dan tidak langsung kontak dengan zat lain,
sedangkan kerugian lainnya respon tidak spesifik karena tidak
bergantung pada hantaran dan tetapan dielektri dari sistem, selain
itu tidak dipengaruhi oleh sifat kimia dari komponen-komponen
sistem.Titrasi konduktometri ini sangat berhubungan dengan daya
hantar listrik, jadi juga akan berhubungan dengan adanya ion-ion
dalam larutan yang berperan untuk menghantarkan arus listrik dalam
larutan. Arus listrik ini tidak akan bisa melewati larutan yang
tidak terdapat ionion, sehingga larutan non elektrolit tidakbisa
menghantarkan arus listrik. Titrasi konduktometri ini juga sangat
berhubungan dengan konsentrasi dan temperatur dari larutan yang
akan ditentukan daya hantarnya. Sehingga temperatur larutan harus
dijaga agar berada dalam keadaan konstan, Jika temperatur
berubahubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya
memilki daya hantar yang besar tetapi memiliki daya hantar yang
kecil karena suhunya menurun. Sehingga ionion dalam larutan tidak
dapat begerak dengan bebas (Stoker, 1993).
Meodetitrasi konduktometri dapat digunakan untuk menentukan
titikekuivalen suatu titrasi, berupa beberapa contoh titrasi
konduktometri adalah titrasi asam kuat-basa kuat sebagai contoh
larutan HCl dititrasi oleh NaOH. Kedua larutan ini adalah
penghantar listrik yang baik. Kurva titrasiditunjukkan pada gambar
dibawah ini:
Daya hantar H+turun sampai titik ekuivalen tercapai. Dalam hal
ini jumlah H+makin berkurang di dalam larutan, sedangkan daya
hantar OH-bertambah setelah titik ekuivalen (TE) tercapai karena
jumlah OH-di dalam larutan bertambah. Jumlah ion Cl-di dalam
larutan tidak berubah, karena itu daya hantar konstan dengan
penambahan NaOH. Daya hantar ion Na+bertambah secara perlahan-lahan
sesuai dengan jumlah ionNa+(Stoker, 1993).
Metode konduktometri dapat digunakan untuk mengikuti reaksi
titrasi jika perbedaan antar konduktansi cukup besar sebelum dan
sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus diketahui. Berarti
selama pengukuran yang berturut turut jarak elektrode harus tetap.
Hantaran sebanding dengan konsentrasi larutan pada temperature
tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan hantarannya tidak
berfungsi secara linear lagi dengan konsentrasi. Titrasi asam lemah
terhadap basa lemah dapat dengan mudah dilaksanakan dengan cara
konduktometri. Titrasi konduktometri sangat berguna bila
hantaransebelum dan sesudah reaksi cukup banyak berbeda. Metode ini
kurang bermanfaat untuk larutan dengan konsentrasi ionik terlalu
tinggi, misalkan titrasi Fe3+dengan KMnO4, dimana perubahan
hantaran sebelum dan sesudah titik ekivalen terlalu kecil bila
dibandingkan dengan besarnya konduktansi total. Konduktometri
merupakan prosedur titrasi, sedangkan konduktometri bukanlah
prosedur titrasi. Metode konduktansi dapat digunakan untuk
mengikuti reaksi titrasi jika perbedaan antara konduktansi cukup
besar sebelum dan sesudah penambahan reagen. Tetapan sel harus
diketahui. Berarti selama pengukuran yang berturut-turut jarak
elektroda harus tetap. Hantaran sebanding dengan konsentrasi
larutan pada temperature tetap, tetapi pengenceran akan menyebabkan
hantarannya tidak berfungsi secara linier lagi dengan konsentrasi
(Khopkar,1990).
Macammacam titrasi yang dapat digunakan untuk metode
konduktometri adalah titrasi asam basa dan titrasi pengendapan.
Pada kedua titrasi ini terjadi pengurangan jumlah ion sebelum titik
ekivalen dan penambahan ion tertentu dari pentiter sehingga
menyebabkan konduktivitas larutan turun sebelum titik ekivalen dan
naik setelah titik ekivalen(Bassett,1994).Kelebihan titrasi
konduktometer1. Titrasi tidak menggunakan indikator, karena pada
titik keivalen sudah dapatditentukan dengandaya hantar dari larutan
tersebut.2. Dapat digunkan untuk titrasi yang berwarna3. Dapat
digunakan untuk titrasi yang dapat menimbulkan pengendapatan4.
Lebih praktis5. Lebih cepat atau waktu yang diperlukan lebih
sedikit6. Untuk persen kesalahanya lebih kecil jika dibandingkan
dengan titrasi volumetri
Kekurangan titrasi konduktometer1. Hanya dapat diterapkan pada
larutan elektrolit saja2. Sangat dipengaruhi temperature
3. Dapat ditunjukka dengan tidak langsung4. Peralatan cukup
mahal5. Jika tidak hati hati maka akan cepat rusak6. Tidak bisa
digunakan pada larutan yang sangat asam atau basa karena akan
meleleh.Tabel Harga 0 untuk Anion dan Kation
Kation0 (Scm2/mol)Anion0 (Scm2/mol)
H+349,8OH-198,3
Na+50,1Cl-76,3
K+73,5I-76,8
NH4+73,5CH3COO-C2O42-HCO340,9
74,2
44,5
Tabel Harga K untuk Penentuan Tetapan Sel
T (OC)Ktabel (mS/cm)T (OC)Ktabel (mS/cm)
07,152412,64
109,332512,88
1510,482613,13
2011,672713,37
2111,912813,62
2212,152913,87
2312,393014,12
Tabel Konduktivitas dari beberapa senyawa
ZatC (mol/Liter)X 25OC (mS/cm)
KNO30,0010,142
0,011,33
0,112,0
HCl0,0010,421
0,010,13
0,139,1
1332,0
LiCl0,0010,112
0,011,070
0,19,590
17,30
NH4Cl0,0011,42
0,0112,9
1111,2
NaOH0,0012,38
0,122,1
IV. Prosedur KerjaA. Kalibrasi konduktrometer
1. Memasang sel konduktovitas pada soket Cond Cell dengan soket
berwarna hitam2. Memasang resistance thermometer pt-100 pada socket
warna merah3. Menghidupkan alat konduktometer4. Memeriksa harga
konstanta cell pada elektrodaimmension cell, lalu memasukkan harga
1,00 pada cell const dan kemudian menekan tombol 1x5. Memasukkan
hargaa tempeture pada temp dengan menekan tombol temp"6. Memasukka
harga koefisien tempetature, untuk larutan KCl 1,95, lalu untuk
larutan yang lain bisa dilihat pada table apabila tidak ada dalam
table masukka harga 27. Menggunakan frekuensi 2 KHz8. Mengisi gelas
kimia 50 ml KCl 1 M dan dimasukkan elektroda ke dalam gelas kimia9.
Mengatur temperature larutan KCl sesuai dengan table atau menekan
tombol temp10. Memasukkan harga K pada suhu larutan untuk
menghitung konstanta cell (K)11. Kalibrasi larutan telah selesai
dan dicatat harga konduktivitas larutan KCl 1 M
12. Menentukan konduktivitas larutan KCl 0,1 M, HCl 0,01M dan
NaOH 0,1 M dan kemudian
13. Membandingkan perhitungan konduktivitas secara teoritis dan
menghitung persen kesalahan.B. Titrasi Larutan NaOH dengan HCl1.
Membuat larutan NaOH 0,1 N sebanyak 50 ml.2. Membuat larutan HCl
0,1 M sebanyak 50ml.3. Memipet larutan sampel NaOH 0,1M sebanyak 10
ml dan memasukkan ke dalam gelas kimia 250 ml kemudian diencerkan
dengan menambahkan aquadest sebanyak 200ml.4. Meletakkan larutan
NaOH diatas hot plate.5. Mengaduk larutan NaOH dengan magnetic
stirrer.6. Melakukan penambahan HCl 0,1 N sebanyak 1 ml-15 ml
dengan kenaikan 1 ml, pada saat penambahan HCL posisi tombol pada
posisi kond dan membaca konduktiviitas pada display setiap
penambahan HCl7. Menekan tombol stand by setiap selesai pembacaan
pada display.8. Menekan tombol cond pada konduktometer dan mencatat
nilai konduktivitas pada display.9. Mengangkat sel konduktometer
dari dalam larutan dan membilasnya dengan aquadest lalu
mengeringkannya dengan tissue.
EvaluasiUntuk menghitung konsentrasi larutan NaOH digunakan
persamaan: V1C1 = V2C2Dimana:V1 = volume larutan HClV2 = volume
larutan NaOHC1 = konsentrasi larutan HClC2 = konsentrasi larutan
NaOHV. Data PengamatanData pengamatan secara praktek dan teori
Volume HCl mLKonduktivitas (mS/cm)
Praktek Teori
115,591
22,460.9686
31,220.8445
41,200.7203
51,130.5961
61,070.4718
70,990.3477
80,930.2234
90,880.0993
100,840
110,830.174
120,830.3834
130,850.5965
140,900.7669
151,090.9799
161,32
171,51
181,67
Basis 1x
Kurva titrasi konduktometri secara praktek
Kurva titrasi konduktometri secara teoriVI. Data
PerhitunganPembuatan larutana. NaOH 0,1 M
Mg NaOH= N . V . BM
= 0,1 N . 50 ml . 40
= 200 mg
gr NaOH= 0,2 gr
b. HCl 0,1 N
N1 . V1 = N2 . V20,1 N . 100 = 2 N . V2
V1 = 0,1 N . 100 ml
2 N
V1 = 5 mlPenentuan konduktivitas
1. NaOH
Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,0002 S.cm-1 = 0,2 mS/cm
L OH = = = 0,0008 S.cm-1 = 0,8 mS/cm
L NaOH= 0,2 + 0,8 = 1 mS/cm
% Kesalahan = 1x 100%
= 15,25%2. NaOH
Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = =
= 0,0001953 mS.cm-1 L OH = = = 0,0007733 S.cm-1 = 0,7733
mS/cm
L NaOH= 0,1953 + 0,7733 = 0,9686 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
=14,66 %3. NaOH
Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,00014529 S.cm-1 = 0,14529 mS/cm
L OH = = = 0,0006742 S.cm-1 = 0,6742 mS/cm
L NaOH= 0,14529 + 0,6742 = 0,8445 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 21,34%4. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,0001703 S.cm-1 = 0, 1703 mS/cm
L OH = = = 0,0006742 S.cm-1 = 0, 6742 mS/cm
L NaOH = 0,1703 + 0,6742 = 0,7203 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
=29,52 %5. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,0001202 S.cm-1 = 0,1202 mS/cm
L OH = = = 0,0004759 S.cm-1 = 0, 4759 mS/cm
L NaOH = 0,1202 + 0,4759 = 0,5961 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
=38,22 %6. NaOH
Dik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,0000951 S.cm-1 = 0,0951 mS/cm
L OH = = = 0,0003767 S.cm-1 = 0,3767 mS/cm
L NaOH = 0,0951 + 0,3767 = 0,4718 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 48,15%7. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,0000701 S.cm-1 = 0,0701 mS/cm
L OH = = = 0,0002767 S.cm-1 = 0,2767 mS/cm
L NaOH = 0,0701 + 0,3767 = 0,3477 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 59,47%8. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,000045 S.cm-1 = 0,0450 mS/cm
L OH = = = 0,0001784 S.cm-1 = 0,1784 mS/cm
L NaOH = 0,0450 + 0,17847 = 0,2234 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
=72,31 %9. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0,0000200 S.cm-1 = 0,0200 mS/cm
L OH = = = 0,0000793 S.cm-1 = 0,1784 mS/cm
L NaOH = 0,0450 + 0,17847 = 0,0993 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 86,86 %10. NaOHDik : Na+ = 50,1 Scm2/mol
OH- = 198,3 Scm2/mol
Jawab :
L Na = = = 0 S.cm-1 = 0 mS/cm
L OH = = = 0 S.cm-1 = 0mS/cm
L NaOH = 0 + 0 = 0 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 100%11. HClDik : H+ = 349,8 Scm2/mol
Cl- = 76,3 Scm2/mol
Jawab :
L H = = 1
= 0,0001 S.cm-1 = 0,1399 mS/cm
L Cl = = = 3,052 S.cm-1 = 0, 0305 mS/cm
L HCl = 0,1399 + 0, 0305 = 0,1740 mS/cm
% Kesalahan = () x 100% = 74,33%12. HCl
Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol
Cl- = 76,3 Scm2/mol
Jawab :
L H = = = 0,0003 S.cm-1 = 0,3148 mS/cm
L Cl = = = 0,00006867 S.cm-1 = 0,0686mS/cm
L HCl = 0,3148 + 0,0686 = 0,3834 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 39,23%13. HCl
Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol
Cl- = 76,3 Scm2/mol
Jawab :
L H = = = 0,0004 S.cm-1 = 0,4897 mS/cm
L Cl = = = 0,0001 S.cm-1 = 0,1068 mS/cm
L HCl = 0,4897 + 0,1068 = 0,5965 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 35,31%14. HCl
Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol
Cl- = 76,3 Scm2/mol
Jawab :
L H = = = 0,0006 S.cm-1 = 0,6298 mS/cm
L Cl = = = 0,0001 S.cm-1 = 0,1373 mS/cm
L HCl = 0,6298 + 0,1373 = 0,7669 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 6,37%15. HCl
Dik : H+ = 349,8 Scm2/mol
Cl- = 76,3 Scm2/mol
Jawab :
L H = == 0,0008 S.cm-1 = 0,8045 mS/cm
L Cl = = = 0,0001 S.cm-1 = 0,1754 mS/cmL HCl = 0,8069 + 0,1754 =
0,9799 mS/cm
% Kesalahan = () x 100%
= 11,21%VII. Analisa Percobaan
Dalam di percobaan ini dilakukan perhitungan kalibrasi pada alat
konduktometer. Pada percobaan ini menggunakan empat sampel yang
akan dianalisa yaitu, KCl 1M, KCl 0,1M, HCl 0,01M, NaOH 0,1M. Pada
sampel pertama KCl 1M digunakan untuk mengkalibrasi alat
konduktometer dikarenakan suhu konduktometer dan larutan KCl 1M
sama dan sesuai dengan literatur yang ada yaitu, pada suhu 25C
didapatkan hasil konduktivitas dengan nilai 136,3 ms/cm. Sehingga
nilai kalibrasi yang didapatkan adalah 0,82. Pada sampel kedua
yaitu KCL 0,1M, suhu larutan nya adalah 28C dan hasil konduktivitas
yang didapatkan adalah sebesar 16,54 ms/cm. Pada sampel ketiga
yaitu larutan HCL 0,01M didapatkan suhu larutannya adalah 28C dan
hasil konduktivitas adalah sebesar 5,2 ms/cm. Pada sampel keempat
yaitu larutan NaOH 0,1M dengan suhu larutan 27,8C dan hasil
konduktivitas yang didapatkan adalah 25,9mS/cm.
Pada sampel kedua sampai keempat digunakan untuk mencari persen
kesalahan dikarenakan suhu pada larutan sampel tersebut tidak sama
dengan suhu alat konduktometer. Dan hasil persen kesalahan pada
sampel kedua KCL 0,1M didapatkan sebesar 9,43%. Pada sampel ketiga
HCL 0,01M persen kesalahan yang didapatkan adalah sebesar 18%. Dan
pada sampel yang keempat NaOH 0,1M nilai persen kesalahan nya
didapatkan sebesar 4,09%.
VIII. Kesimpulan
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa;
1. Konduktometer adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
daya hantar listrik (koduktivitas) di dalam suatu larutan.
2. Elektroda yang digunakan pada instrumen konduktometer adalah
emmension cell dengan konstanta cell 0,78 yang berfungsi untuk
menangkap ion-ion positif dan negatif.
3. Tahap detektor-transduser pada instrumen konduktometer adalah
pada saat elektroda dicelupkan ke dalam larutan yang akan di
analisa. Selanjutnya tahap antara pada instrumen ini adalah socket
yang dipasang pada instrumen dan elekroda. Dan yang terakhir tahap
keluaran pada instrumen ini adalah pada saat setelah selesai
menganalisa akan keluar data atau output yang berupa angka
digital.
IX. Daftar Pustaka
1. Jobsheet. 2015 Penuntun Praktikum Instrument dan Pengukuran:
Konduktometri. Palembang. Politeknik Negeri Sriwijaya.
2. Laporan Titrasi Konduktrometri dalam
http://nafaly.blogspot.com/2012/10/laporan-titrasi-konduktometri.html.