Page 1
KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN YANG DIANJURKAN
A. KOMPOSISI KONSUMSI ENERGI YANG DIANJURKAN
Tabel 1. Komposisi Konsumsi Pangan Berdasarkan Pola Pangan Harapan
NO Kelompok Pangan Pola Pangan Harapan Nasional % AKG
(FAO-RAPA) ³) Gram/Hari ²) Energi (kkal) % AKG Bobot ²) Skor PPH ²)
1 Padi-padian 275 1000 50.0 0.5 25.0 40.0 - 60.0
2 Umbi-umbian 100 120 6.0 0.5 2.5 0.0 - 8.0
3 Pangan Hewani 150 240 12.0 2.0 24.0 5.0 - 20.0
4 Minyak dan Lemak 20 200 10.0 0.5 5.0 5.0 - 15.0
5 Buah/Biji Berminyak 10 60 3.0 0.5 1.0 0.0 - 3.0
6 Kacang-kacangan 35 100 5.0 2.0 10.0 2.0 - 10.0
7 Gula 30 100 5.0 0.5 2.5 2.0 - 15.0
8 Sayur dan Buah 250 120 6.0 5.0 30.0 3.0 - 8.0
9 Lain-lain - 60 3.0 0.0 0.0 0.0 - 5.0
Jumlah 2000 ¹) 100.0 - 100.0
Sumber : ¹) AKE di tingkat konsumsi adalah 2000 kkal/kao/hari (berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII,
2004);
²) Data diolah oleh GMSK-IPB dan Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan, 2004
³) Kisaran persentase energi terhadap AKG (FAO RAPA, 1989) sebagai acuan menuju komposisi pangan ideal.
Page 2
B. KOMPOSISI KONSUMSI PROTEIN ANJURAN
Kecukupan protein sebesar 52 gram/kap/hari, dicukupi dari sekurang-kurangnya 20% protein hewani dan 80% protein nabati
Tabel 2. Alternatif Komposisi Konsumsi Protein
Konsumsi Protein Komposisi (gram/kap/hari)
Alternatif I Alternatif II Alternatif III
Hewani 15
16 16
- Daging
6 7 6
- Ikan
9 9 10
Nabati 37
36 36
Total 52 52 52
Tabel 3. Komposisi Konsumsi Protein Asal Pangan Hewani
Kelompok Bahan Pangan Proporsi (%) Tingkat Konsumsi (kap/hari)
kkal gram*
Ruminansia dan Unggas 43,4 104 65
- Daging Ruminansia
7,9 19
12
- Daging Unggas
14,6 35
22
- Telur
11,4 27
17
- Susu
9,5 23
14
Ikan 56,6 136 85
Total 100 240 150
Gram bahan mentah dalam berat bersih
Sumber : Excercise Komposisi Konsumsi Protein, Disiapkan oleh Dr. Ir. Drajat Martianto, M.Si. ; GMSK-IPB
Page 3
sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
75,7
85,7 85,6 83,5 81,4 83,4 85,2
77,8 83,8 83,6 85,5
90,7 91,9 86,3
0
20
40
60
80
100
120
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Skor PPH Nasional skor PPH DIY Ideal(skor PPH 100)
GRAFIK 1. PERKEMBANGAN KUALITAS KONSUMSI (SKOR POLA PANGAN HARAPAN)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 - 2015
Page 4
Sumber : Renstra BKPP DIY, perhitungan menggunakan angka susenas aktual dan survey. skor PPH Tahun 2016 masih merupakan
angka sementara
77,8 80,7
83,5 86,4
80,2 81,9 88,5 88,5
76,3 79,1 78,7 83,1 85,3 85,3 88,5 88,5
0
20
40
60
80
100
120
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Target Total skor PPH Ideal (skor PPH 100)
GRAFIK 2. PERKEMBANGAN KUALITAS KONSUMSI ( CAPAIAN SKOR POLA PANGAN HARAPAN)
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2016
Page 5
Sumber : Renstra BKPP DIY, Angka konsumsi energi tahun 2016 masih merupakan angka sementara
1940 1991 1938 1874 1946,4 1946,4 2133,8 2133,8
0
500
1000
1500
2000
2500
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Konsumsi Energi (Kkal/ka) Ideal Konsumsi Energi (2000 kkal/ka)
GRAFIK 3. PERKEMBANGAN ANGKA CAPAIAN KONSUMSI ENERGI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2016
Page 6
Sumber : Renstra BKPP DIY, angka konsumsi protein tahun 2016 masih merupakan angka sementara
53,8 55,7 54,5 53,8 60 60
63,9 63,9
0
10
20
30
40
50
60
70
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Konsumsi Protein (gram/ka) Target Ideal Konsumsi Energi (52 gram/ka)
GRAFIK 4. PERKEMBANGAN CAPAIAN ANGKA KONSUMSI PROTEIN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2016
Page 7
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Padi-padian 279,6 336,7 335 343,4 336,8 339,1 283,9
Umbi-umbian 37,9 41,5 29,4 29,2 34,3 37,5 30,5
Pangan hewani 63 75,9 78,3 78,3 92,9 99,6 89,4
Minyak dan lemak 17,3 17,8 17,7 18,2 18,3 19,2 20,9
Buah/biji berminyak 10,5 12,3 11,3 10,2 9,7 9,5 7,7
Kacang-kacangan 25,2 26,2 27,8 26,5 26,9 25,7 23,5
Gula 31,1 37,3 37,4 32,1 32 31,2 28,7
Sayur dan buah 213,1 246,3 229,8 251,8 252,4 288,8 232,6
0
30
60
90
120
150
180
210
240
270
300
330
Ko
nsu
msi
(gra
m/k
ap/h
ari)
GRAFIK 5. PERKEMBANGAN KONSUMSI KELOMPOK PANGAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
Page 8
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
30,2
34,1
24 23,3
28,7 27,9
20,2
3,6 3,1 3,2 3,2
2,5
5,5
4,9 3,7 4,2
1,6 2,4 2,9 4
5,1
0,4 0,1 0,6 0,3 0,2 0,1 0,3 0
5
10
15
20
25
30
35
40
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ko
nsu
msi
(gr
/kap
/har
i)
Singkong Ubi jalar Kentang Sagu Umbi lainnya
GRAFIK 6. PERKEMBANGAN KONSUMSI UMBI-UMBIAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
Page 9
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
7,9 8 10,3 9,4 13,2 16,4 7,5
12,3 16,1 17,5 17,6
20,8 22,4
26,3
17,9 22
21,5 20,5
22,3 22,5
20,5 6,8
8 8,1 7,4
8,1 8,5
8,6 18,1
21,8 20,9 23,4
28,5 29,8
26,5
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ko
nsu
msi
(gr/
kap
/har
i)
Daging ruminansia Daging unggas Telur Susu Ikan
GRAFIK 7. PERKEMBANGAN KONSUMSI PANGAN HEWANI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
Page 10
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
143,6 161,3 156,6 161,2 162,8 167,3
133,1
69,5
85 73,2
90,6 89,6
121,5
99,5
0
50
100
150
200
250
300
350
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ko
nsu
msi
(gr/
kap
/har
i)
Sayur Buah
GRAFIK 8. PERKEMBANGAN KONSUMSI SAYUR DAN BUAH
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Gram/Kap/Hari)
Page 11
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
89,7
108,7 109 109,9
107,3 106,9
88,3
80
85
90
95
100
105
110
115
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ko
nsu
msi
(kg/
kap
/tah
un
)
BERAS
GRAFIK 9. PERKEMBANGAN KONSUMSI BERAS
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
Page 12
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
0,8 0,7 0,2
1 0,4
0,8 0,6
11,6
13,4 13,1
14,4 15,3
16,1
14,7
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ko
nsu
msi
(kg/
kap
/tah
un
)
Jagung Terigu
GRAFIK 10. PERKEMBANGAN KONSUMSI JAGUNG DAN TERIGU
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
Page 13
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
2,9 2,9
3,8 3,4
4,8
6
7,4
0
1
2
3
4
5
6
7
8
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015
Ko
nsu
msi
(kg/
kap
/tah
un
)
Daging Sapi
GRAFIK 11. PERKEMBANGAN KONSUMSI DAGING SAPI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
Page 14
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
8,1
8,4
9,7
9 9,1
8,6
8,3
7
7,5
8
8,5
9
9,5
10
1 2 3 4 5 6 7
Ko
nsu
msi
(kg/
kap
/tah
un
)
Kedelai
GRAFIK 12. PERKEMBANGAN KONSUMSI KEDELAI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
Page 15
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
8,1
9,8 9,5
8,5 8,7 8,4
7,6
0
2
4
6
8
10
12
2009 2010 2010 2011 2012 2013 2014
Ko
nsu
msi
(kg/
kap
/tah
un
)
Gula pasir
GRAFIK 13. PERKEMBANGAN KONSUMSI GULA PASIR
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2009 – 2015 (Kg/Kap/Tahun)
Page 16
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
92,2
81,5
90,6 87,9
95,9
0
20
40
60
80
100
120
BANTUL GUNUNG KIDUL YOGYAKARTA KULON PROGO SLEMAN
Total skor PPH Ideal (skor PPH 100)
GRAFIK 14. SKOR POLA PANGAN HARAPAN KABUPATEN / KOTA
DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2015
Page 17
Sumber : Susenas 2009-2010, (2011-2015 triwulan I); BPS, diolah dan dijustifikasi dengan pendekatan pengeluaran oleh BKP
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0
Aceh
Kalimantan Utara
Maluku Utara (regional)
Kalimantan Barat
Lampung
Bengkulu
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Gorontalo
Riau
Sumatera Barat
INDONESIA
DI Yogyakarta
Sumatera Selatan
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Selatan
Sulawesi Tengah
Bali
GRAFIK 15. SKOR PPH JUSTIFIKASI PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2015
Page 18
RINGKASAN
Gambaran situasi konsumsi pangan penduduk tahun 2015 berdasarkan data Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) triwulan I tahun
2015 oleh Badan Pusat Statistik, sebagai berikut:
1. Susenas tahun 2015 triwulan I yang dilaksanakan pada bulan Maret 2015 dengan jumlah sampel 300.000 rumah tangga, sudah
dapat memberikan gambaran kondisi sosial ekonomi masyarakat secara umum sampai tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Melalui data Susenas dapat diketahui gambaran tingkat konsumsi pangan penduduk yang dapat digunakan dalam perencanaan
program ketahanan pangan.
2. Susenas modul konsumsi tahun 2015 mengalami perubahan yang cukup signifikan, yaitu:
(a) jumlah komoditas yang tercatat menurun dari 215 jenis menjadi 112 jenis komoditas, utamanya komoditas sayur dan buah serta
pangan hewani; (b) jenis komoditas “lainnya” pada semua kelompok pangan dihilangkan. Hal ini merupakan penyebab signifikan
penurunan skor Pola Pangan Harapan (PPH) pada beberapa provinsi, terutama Daerah Istimewa Yogyakarta, kecuali setelah
disesuaikan dengan angka aktual hasil survey di DIY.
3. Dari hasil justifikasi Susenas tahun 2015 dibandingkan dengan hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) tahun 2004 dan
WNPG tahun 2012, diketahui beberapa indikator terkait kinerja ketahanan pangan sebagai berikut:
a. Dari sisi konsumsi pangan, gambaran konsumsi pangan penduduk dalam bentuk energy di tingkat rumah tangga secara nasional
mengalami penurunan dari 2.232 kkal/kap/hari pada tahun 2014 menjadi 2.162 kkal/kap/hari (sudah melebihi angka kecukupan
energy sebesar 2.000 kkal/kap/hari, dan relative lebih rendah dari tahun sebelumnya mendekati angka 2000 kkal/ kap/ hari).
Sedangkan angka konsumsi energi versi BKPP DIY dengan angka aktual sebesar 2.133 kkal / kap/ hari.
b. Perkembangan konsumsi protein penduduk tahun 2015 mengalami penurunan dari 68,5 gram/kap/hari pada tahun 2014
menjadi 63,4 gram/kap/hari; konsumsi protein tersebut melebihi anjuran konsumsi protein sebesar 52 gram/kap/hari.
Komposisi konsumsi protein penduduk tahun 2015 tersebut, terdiri dari 67,82% atau 43 gram protein asal pangan nabati dan
32,1% atau 20,4 gram protein asal pangan hewani. Sedangkan konsumsi protein tahun 2015 versi perhitungan BKPP DIY
Page 19
mengalami kenaikan dari 60 gra/ kap/ hari di tahun 2014 menjadi 63,9 gram/ kap/ hari di tahun 2015. Masih terlalu tinggi dari
angka yang dianjurkan.
4. Dari segi kualitas, yang ditunjukkan dari skor PPH (Pola Pangan Harapan), terjadi penurunan kualitas konsumsi pangan penduduk
yaitu dari 91,9 pada tahun 2014 menjadi 86,3 pada tahun 2015 (dengan AKE 2.000 kkal/kap/hari). Penurunan ini disebabkan oleh
perubahan kuisioner yang di dalamnya terdapat pengurangan jumlah komoditas seperti yang telah disebutkan seperti di atas.
Begitu pula dengan adanya trend menurunnya angka skor PPH secara nasional di tingkat provinsi. Penurunan ini masih dianggap
wajar, dan secara nasional, skor PPH DIY masih di atas rata-rata skor PPH Nasional. Untuk mengimbangi penurunan tersebut, BKPP
DIY mencoba megadopsi data aktual dari survey yang ada, diperoleh angka skor PPH sebesar 88,5, atau mengalami kenaikan dari
tahun 2014 yaitu 85,3.
5. Selama periode 2009-2014 tren pola konsumsi pangan sumber karbohidrat penduduk sebagai berikut:
a. Tren pola konsumsi pangan pokok penduduk untuk pangan sumber karbohidrat, masih didominasi oleh kelompok padi-padian
terutama beras dan terigu, sedangkan kontribusi umbi-umbian dalam konsumsi pangan penduduk masih rendah.
b. Kontribusi konsumsi energy yang berasal dari kelompok padi-padian (beras, jagung, dan terigu) pada tahun 2015 mengalami
sedikit penurunan dibanding tahun 2014 yaitu dari 69,9% menjadi sebesar 67,3%. Tingkat konsumsi energy padi-padian tersebut
telah melebihi komposisi anjuran sebesar 50%, namun mulai bias ditekan, hal ini disebabkan pula karena menurunnya konsumsi
beras.
c. Konsumsi beras per kapita tahun 2015 mengalami penurunan dibanding tahun 2014, yaitu dari 292,9 gram/kap/hari atau 106,9
kg/kap/tahun menjadi 241,9 gram/kap/hari atau 88,3 kg/kap/tahun. Sejalan dengan konsumsi beras, konsumsi jagung per
kapita tahun 2015 juga mengalami penurunan dibanding tahun 2014, yaitu 2,2 gram/kap/hari atau 0,8 kg/kap/tahun menjadi
1,6 gram/kap/hari atau 0,6 kg/kap/tahun. Konsumsi terigu per kapita tahun 2015 juga mengalami penurunan dibanding tahun
2014, yaitu dari 44 gram/kap/hari atau 16,1 kg/kap/tahun menjadi 40,4 gram/kap/hari atau 14,7 kg/kap/tahun.
6. Secara kuantitas terjadi penurunan tingkat konsumsi energy protein dan skor Pola Pangan Harapan tahun 2015 dibandingkan
tahun 2014 apablia memperhatikan perhitungan dengan menggunakan angka justifikasi susenas. Namun penurunan tingkat
konsumsi energi dan protein menuju perbaikan pola konsumsi, yaitu mendekati angka ideal, karena pada tahun 2014 angka
Page 20
tersebut dirasakan masih cukup tinggi. Sedangkan penurunan skor PPH yang disebabkan oleh metode kuisioner BPS yang berubah,
bisa diantisipasi melalui penyesuaian data aktual konsumsi di DIY, sehinga skor PPH masih dapat menyesuaikan dengan target yang
sudah ditentukan. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Penurunan kuantitas konsumsi energy terjadi di hampir seluruh kelompok pangan, kecuali minyak dan lemak, buah biji
berminyak dan gula. Penurunan terbesar terjadi pada kelompok padi-padian, pangan hewani serta sayur dan buah. Peningkatan
tersebut berturut-turut sebesar 52 dan 11 kkal/kap/hari. Untuk kelompok sayur dan buah mengalami penurunan yaitu sebesar
16 kkal/kap/hari.
b. Penurunan konsumsi pangan hewani tersebut mempengaruhi peningkatan skor mutu pangan (skor PPH), mengingat bobot
kelompok pangan hewani berkontribusi cukup besar terhadap perhitungan skor PPH. Penurunan ini diperoleh dari kontribusi
peningkatan konsumsi daging ruminansia dan ikan yaitu masing-masing sebesar 26 dan 6 kkal/kap/hari. BKPP DIY juga
melakukan penghitungan skor PPH dengan menggunakan data aktual di beberapa komoditas, salah satunya yaitu dengan
konsumsi ikan, sehingga angka konsumsi energi pangan hewani dari 209,7 kkal/ kap/ hari menjadi 240 kkal/ kap / hari. Hal ini
berdampak cukup signifikan terhadap peningkatan angka skor PPH dari 85,3 menjadi 88,5.
7. Dari hasil penghitungan skor PPH tahun 2015 hasil jutifikasi, khususnya untuk Daerah Istimewa Yogyakarta apabila dibandngkan
dengan skor PPH Nasional tahun 2015, posisi DIY masih berada di atas angka Nasional, yaitu 86,3 sedangkan skor PPH Nasional
sebesar 85,2.