-
MANAJEMEN KEBIDANAN IBU BERSALIN PADA NY. D DENGAN KETUBAN PECAH
DINI DI RSUD Dr. ADJIDARMO LEBAK TAHUN 2013STIKES FALETEHAN PROGRAM
D III KEBIDANAN SERANG BANTEN 2013DWI MELAWATINIM :
40.10.04.1.030
-
Latar Belakang Kematian ibu di rumah sakit disebabkan banyaknya
kasus kegawat-daruratan pada kehamilan, persalinan dan nifas,
penyebab langsung kematian ibu yang terbanyak adalah perdarahan,
hipertensi pada kehamilan, partus macet, infeksi dan komplikasi
aborsi. Berdasarkan data dari Instalasi Persalinan dan KB RSUD Dr.
Adjidarmo Kabupaten Lebak per Januari sampai Desember tahun 2012
terdapat persalinan dengan komplikasi sebanyak 1.612 persalinan dan
1 angka kematian ibu. Sedangkan untuk kejadian ketuban pecah dini
(KPD) pada tahun 2012 sebanyak 331 kejadian, dari 331 persalinan
dengan ketuban pecah dini sebanyak 103 (31,1 %) melahirkan secara
normal dan sebanyak 228 (60,9 %) melahirkan secara SC. (RSUD Dr.
Adjidarmo, 2012).
-
Tujuan Mampu melakukan asuhan kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. D
dengan Ketuban Pecah Dini di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo
Lebak Tahun 2013 dengan menggunakan pendekatan manajemen kebidanan
dan pendokumentasian SOAP
-
Ruang Lingkup Karya tulis ilmiah di ambil dengan judul Manajemen
Kebidanan Ibu Bersalin Pada Ny. D dengan Ketuban Pecah Dini di
Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Adjidarmo Lebak Tahun 2013. Kasus
tersebut diambil dikarenakan angka kejadian ketuban pecah dini
masih relatif tinggi. Jumlah kasus KPD di RSUD Dr. Adjidarmo Lebak
pada tahun 2012 sebanyak 331 kasus dengan 103 (31,1 %) melahirkan
secara normal dan sebanyak 228 (60,9 %) melahirkan secara SC.
Pengambilan data studi kasus ini dilakukan pada tanggal 06-04-2013
s/d 07-04-2013. Pengelolaan kasus ini diambil dengan menggunakan
pendekatan manajemen kebidanan dan pendokumentasian SOAP
-
Tinjauan Pustaka Ketuban pecah Dini (KPD) di definisikan sebagai
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi
pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD
preterem adalah KPD usia kehamilan 37 minggu (Rukiyah,
2010).Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat
tanda persalinan, dan setelah ditunggu satu jam, belum ada tanda
persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi kontraksi
rahim disebut kejadian ketuban pecah dini (periode laten)
(Yulaikhah, 2008)
-
Penatalaksanaan Persalinan dengan KPD Penatalaksanaan persalinan
dan pelahiran dengan ketuban pecah dini sama dengan penatalaksanaan
pada semua persalinan, dengan tambahan pemeriksaan berikut:Ukur
suhu dan nadi setiap dua jamSebelum awitan persalinan, cek Djj
setiap jam selama Djj masih normalHindari pemeriksaan dalam yang
tidak perlu Ketika melakukan pemeriksaan vagina, perhatikan hal
berikut : Apakah dinding vagina luar biasa hangat (panas) ketika
disentuh, Bau rabas atau cairan, Warna rabas atau cairanPertahankan
hidrasi maternal adekuatAmbil kultur plasenta pada sisi maternal
dan sisi janin serta aspirasi lambung neonatus.Metode pelahiran
(pervaginam atau seksio seaserea) tergantung pada usia kehamilan,
presentasi, dan keparahan korioamnionitisKehadiran tim pediatric
pada saat pelahiran tergantung pada lama KPD, ada tidaknya infeksi,
usia kehamilan, dan protocol institusi.(Varney, 2005)
-
Penatalaksanaan Konservatif Rawat di rumah sakit Berikan
antibiotic (ampisilin 4 x 500 mg atau eritromisin bila tak tahan
ampisilin dan metronidazol 2x 500 mg selama 7 hari.Jika umur
kehamilan, 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar,
atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.Jika usia kehamilan 32-37
minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, beri deksametason,
observasi tandatanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi
pada kehamilan 37 minggu.Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol),
deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.Pada usia kehamilan 32-34
minggu berikan seteroid,untuk memacu kematangan paru dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason
IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.
-
Penatalaksanaan Secara Aktif Kehamilan. 37 minggu, induksi
dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan
misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.Bila ada
tanda tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi, dan persalinan
diakhiri (Prawirohardjo, 2007).
-
Manajemen Kebidanan 7 Langkah VarneyManajemen kebidanan adalah
bentuk pendekatan yang digunakan bidan dalam memberikan alur pikir
bidan, pemecahan masalah atau pengambilan keputusan klinis. Asuhan
yang dilakukan harus dicatat secara benar, sederhana, jelas, logis,
sehingga perlu sesuatu metode pendokumentasian.Proses ini
menguraikan bagaimana perilaku yang diharapkan dari pemberi asuhan.
Proses manajemen ini tidak hanya terdiri atas pemikiran dan
tindakan, tetapi juga perilaku pada setiap langkah agar pelayanan
yang komprehensif, nyaman , aman, dapat tercapai. ( Varney ,
2008).
-
Menurut varney proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah
langkah sebagai berikut :
-
BAB III Tinjauan KasusLangkah 1. Pengkajian Data Riwayat
Persalinan Sekarang : Ibu datang ke rumah bidan bidan pukul 14.00
WIB diantar suami dan keluarganya. Oleh dibidan dilakukan
pemeriksaan dengan hasil pembukaan 4 cm, kemudian di tunggu
kemajuan persalinannya. Setelah 4 jam kemudian bidan kembali
melakukan pemeriksaan dengan hasil pembukaan 7 cm, bidan juga
menemukan air ketuban yang kering , keruh dan berbau, khawatir
terjadi infeksi maka bidan kemudian memutuskan untuk merujuk ibu ke
rumah sakit
-
Langkah 2. Interprestasi dataSubyektif :Ny. D datang mengeluh
mules-mules sejak tadi pagi dan keluar air-air sejak jam 13.00 WIB,
ibu mengatakan anak pertama dan belum pernah keguguran, ibu
mengatakan hamil 9 bulan, haid terakhir 04-07-2012.Objektif :K/U :
Baik, kesadaran : composmentis, keadaan emosional stabil, TD :
110/80 mmHg, S : 36,50 , R : 22x/menit, N : 80x/menit. TFU : 32 cm,
his 3x10 x35, DJJ terdengar di sebelah kiri 2 jari dibawah pusat
ibu dengan frekuensi 140x/menit, dilakukan VT dengan hasil :Vagina:
Tidak ada kelainan.Portio : TipisPembukaan : 9 cmKetuban :
NegatifPresentasi : KepalaDenominator: UUK kanan depanPosisi:
fleksiPenurunan : Hodge IIIKesan panggul: luasImbang Feto Pelvik:
seimbang
-
Lanjutan Interprestasi Data Assesment : Ny. D usia 20 tahun
G1P0A0, usia kehamilan 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan
KPD, janin tunggal hidup, presentasi kepala.
-
Langkah III Antisipasi Masalah/Diagnosa Ptensial Resiko terjadi
partus lama diantisipasi dengan pemberian oksitosin 5 UI mulai dari
20 tpm sampai 40 tpm.Resiko terjadi infeksi diberikan antibiotik
cefotaxime 2 x 1 gramResiko terjadi gawat janin diberikan infuse
RL
-
Langkah IV Tindakan Segera/Kolaborasi Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian terapi obat :Infuse RL 500 cc Oksitosin
5UICefotaxime 2 x 1 gram
-
Langkah V Perencanaan Informed ConsentBeritahu ibu hasil
pemeriksaanAnjurkan ibu untuk miring kekiriAnjurkan ibu untuk
beristirahat disaat tidak ada kontraksiKolaborasi pemberian obat
terapi dengan dokter Observasi his dan Djj setiap 30 menit
sekali.Siapkan alat partus set serta obat-obatan esensial.
-
Langkah VI Pelaksanaan Melakukan Informed ConsentMemberitahu ibu
hasil pemeriksaan TD : 110/80 mmHg, S : 36,50 C, N : 82x/menit, R :
22x/menitMenganjurkan ibu untuk miring kekiriMenganjurkan ibu untuk
beristirahat disaat tidak ada kontraksiKolaborasi pemberian obat
terapi dengan dokter Drip oksitosin 5 unit melalui pemasangan infus
RL 500 cc 20-40 tpm, Cefotaxime 2x1grMengobservasi his : 5x10 x35.
Djj : 140x/menitMenyiapkan perlengkapan, bahan serta obat-obatan
esensial yang siap digunakan.
-
Langkah VII Evaluasi Ibu menyetujui untuk dilakukan pemeriksaan
dan tindakan yang akan diberikan.Ibu dan keluarga mengetahui hasil
pemeriksaan yang dilakukan bidan Tekanan darah : 110/80 mmHg, Suhu
: 36,5 oC, Nadi : 82 x/menit, Raspirasi : 22 x/menit, Ibu sudah
memilih miring kekiri sesuai dengan keinginannyaIbu sudah mengerti
dan beristirahat disaat tidak ada kontraksiKeadaan Ibu sudah
baikIbu sudah diberikan terapiPerlengkapan, bahan serta obat-obatan
esensial telah disiapkan
-
Tabel 3.2PENGAWASAN HIS (LEMBAR OBSERVASI)
TanggalPukulLamanyaHISKekuatanHISB J FKet06 April
201321.3021.3021.45Sedang--3x 10' x35"--120 x/menit--- Lendir
bercampur darah- drip oksitosin 5 UI 20 tpm- drip oksitosin 5 UI 24
tpm22.0022.0022.15Sedang--3x10 x35--125x/menit-- - lendir bercampur
darah - drip oksitosin 5 UI 28 tpm - drip oksitosin 5 UI 32
tpm22.3022.3022.4523.00Kuat---4x10 x45---125x/menit--- -lendir
bercampur darah - drip oksitosin 5 UI 36 tpm - drip oksitosin 5 UI
40 tpm--23.30--- - bayi lahir spontan pukul 23.30, JK perempuan,
menangis kuat, warna kulit kemerahan , tonus otot baik
-
BAB IV PEMBAHASAN1. Pengkajian Data
Pada kasus Ny. D dengan Ketuban Pecah Dini setelah dilakukan
anamnesa didapatkan : Nama Pasien : Ny. D , Umur : 21 tahun usia
kehamilan 9 bulan, ibu mengatakan ini kehamilan anak pertama, belum
pernah melahirkan dan belum pernah keguguran. Keluhan Utama : ibu
mengeluh mules-mules dari pagi jam 06.00 wib, keluar lendir
bercampur darah dan keluar air-air sejak jam 13.00 wib. HPHT :
04--07 2012. Pada pemeriksaan fisik didapatkan : keadaan umum ibu :
baik, kesadaran : compos mentis, kesadaran emosional : stabil,
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg, Nadi : 82x/menit, Suhu : 36,5 0 C,
Respirasi : 22x/menit. Pemeriksaan di laboratorium HB 12,8 gr%,
pemeriksaan VT dengan hasil PortioTipis, Pembukaan 9 cm, Ketuban
Negatif, Presentasi Kepala, DenominatorUUK kanan depan, Posisi
fleks, Penurunan Hodge III, Kesan panggul luas, Imbang Feto Pelvik
seimbang.
-
LANJUTAN.
Pada pemeriksaan awal di bidan praktek, bidan melakukan
pemeriksaan dengan hasil pembukaan 7 cm, bidan juga menemukan air
ketuban yang kering , keruh dan berbau, khawatir terjadi infeksi
maka bidan kemudian memutuskan untuk merujuk ibu ke rumah sakit.
Pada pengkajian data dasar pada kasus Ny. D dengan ketuban pecah
dini pada dasarnya sesuai dengan teori yang ada, meski tidak
dilakukan pemeriksaan anogenital dengan speculum steril dan uji
kertas nitzam, ini terjadi karena dari pemeriksaan dalam (VT) di
temukan ketuban negatif dan dari hasil pemeriksaan sebelumnya sudah
memberikan gambaran adanya ketuban pecah dini, yaitu sebelum di
rujuk ke rumah sakit dari pemeriksaan bidan ditemukan air ketuban
yang kering, keruh dan berbau. Pemeriksaan anogenital dengan
speculum steril dan uji kertas nitzam hanya merupakan data
penunjang, yang dilakukan bila diagnosis yang ditetapkan masih
meragukan.
-
2. Interpretasi Data Dasar Pada kasus Ny. D 21 tahun G1 P0 A0,
setelah data dasar dikumpulkan dan di interprestasikan maka
ditemukan diagnosa Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39 minggu
inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini (KPD). Janin
tunggal, hidup, presentasi kepala. Diagnosa yang ditetapkan
berdasar data ibu, yaitu ibu mengatakan ini kehamilannya yang
pertama, dan tidak pernah keguguran, HPHT : 4-07-2012, Vagina
Toucher (Periksa Dalam ) : Portio tipis, Pembukaan 9 cm, Ketuban
Negatif, Presentasi Kepala, Denominator UUK kanan depan, Posisi
fleksi, Penurunan Hodge III, Kesan panggul luas, Imbang Feto Pelvik
seimbang. Dan data janin yaitu Leopold I teraba satu bagian bundar,
besar, lunak. Leopold III teraba satu bagian bulat, besar, keras,
sudah masuk PAP, terdengar DJJ di sebelah kiri 2 jari bawah pusat
140 x/menit.
-
LANJUTAN Masalah yang meyertai pada kasus Ny. D umur 21 tahun
G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban
Pecah Dini adalah terjadi gawat janin. Dari masalah yang ada
kemudian bidan menetapkan kebutuhan untuk Ny. D umur 21 tahun
G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban
Pecah Dini, yaitu pemberian terapi Obat, Oksitosin 5 UI, Infuse RL
500 cc, Cefotaxime 2 x 1 gram. Pada interpretasi data pada kasus
Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I fase
aktif dengan Ketuban Pecah Dini, pada prakteknya langkah ini sudah
dilakukan sesuai dengan teori, dan tidak ada kesenjangan antara
teori dan praktek.
-
3. Diagnosa Potensial/ Antisipasi Masalah Pada kasus Ny. D umur
21 tahun G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan
Ketuban Pecah Dini Diagnosa potensial yang mungkin terjadi dan
antisipasi masalahnya adalah :Resiko terjadi partus lama
diantisipasi dengan pemberian oksitosin 5 UI mulai dari 20 tpm
sampai 40 tpm, resiko terjadi infeksi diberikan antibiotik
cefotaxime 2 x 1 gram, serta resiko terjadi gawat janin diberikan
infus RL. Antisipasi masalah pada kasus Ny. D umur 21 tahun G1PoAo
hami1 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini
sudah dilakukan sesuai dengan protap sehingga diagnosa potensial
pada Ny. D tidak terjadi. Hal ini sesuai dengan teori yang
menyatakan jika antisipasi masalah dilakukan dengan benar, maka
diagnosa tidak akan terjadi. Pada langkah ini prakteknya sudah
dilakukan sesuai dengan teori yang ada, dan tidak ada kesenjangan
antara teori dan praktek.
-
4. Kebutuhan Tindakan Segera dan Kolaborasi Pada kasus Ny. D
umur 21 tahun G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I fase aktif
dengan Ketuban Pecah Dini dilakukan tindakan segera/kolaborasi
dengan dokter SpoG untuk pemberian antibiotik dan drip oksitosin
sesuai prosedur untuk mencegah terjadinya infeksi dan gawat janin.
Prosedur pemberian antibiotik : cefotaxime 2x1 gram dan drip
oksitosin sebanyak 5 UI mulai dari 20 tpm sampai 40 tpm, serta
infus RL sesuai advis dokter. Kebutuhan tindakan segera/kolaborasi
pada kasus Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala
I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini telah dilakukan yaitu
berkolaborasi dengan dokter Spog untuk tindakan pemberian terapi
sesuai prosedur, pada langkah ini prakteknya sudah dilakukan sesuai
dengan teori, dan tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktek.
-
5. PERENCANAAN Pada kasus Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39
minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini,
dilakukan perencanaan : Lakukan informed consent, lakukan observasi
keadaan umum pada ibu, lakukan pemantauan kemajuan persalinan,
lakukan pemantauan His dan DJJ, menganjurkan ibu tirah baring
miring ke kiri, menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih,
lakukan pemasangan infuse ringer laktat (RL) dengan oksitosin 5
unit 20-40 tetes/menit, lakukan pemberian obat antibiotik
cefotaxime 2x1 gram. Perencanaan pada kasus Ny. D umur 21 tahun
G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban
Pecah Dini pada dasarnya sudah dilakukan sesuai teori yang ada, dan
tidak terdapat kesenjangan antara teori dan praktek.
-
6. Pelaksanaan Pada kasus Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39
minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini, pada
langkah pelaksanaan ini sudah dilakukan sesuai perencanaan.
Pelaksanaanasuhan yang dilakukan adalah : Melakukan informed
consent, melakukan observasi keadaan umum pada ibu, melakukan
pemantauan kemajuan persalinan, melakukan pemantauan His dan DJJ,
menganjurkan ibu tirah baring, menganjurkan ibu untuk mengosongkan
kandung kemih, melakukan pemasangan infus ringer laktat (RL) dengan
oksitosin 5 unit 20 tetes/menit, melakukan pemberian obat
antibiotik cefotaxime 1 gram. Pelaksanaan pada kasus Ny. D dengan
ketuban pecah dini, langkah ini, pada prakteknya sudah dilakukan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan, dan tidak ada
kesenjangan antara teori dan praktek.
-
7. EVALUASI Pada kasus Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39
minggu inpartu kala I fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini,
evaluasi sudah dilakukan : Ibu menyetujui dengan tindakan yang
dilakukan, Ibu dalam keadaan baik, pemantauan kemajuan persalinan
sudah dilakukan, pemantauan DJJ sudah dilakukan, pemasangan infuse
RL + Oksitosin 5 UI 20-40 tpm sudah dilakukan, pemberian obat
antibiotik 2x1 gram sudah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan pada
kasus Ny. D umur 21 tahun G1PoAo hami1 39 minggu inpartu kala I
fase aktif dengan Ketuban Pecah Dini, adalah memastikan perencanaan
dan pelaksanan sudah dilakukan dengan efektif. Dan hasilnya asuhan
berjalan dengan baik seperti yang diharapkan, keadaan umum ibu
membaik, tidak terjadi infeksi intrauterin dan tidak terjadi
perdarahan post partum dan bayi lahir pukul 23.35 wib, jenis
kelamin laki-laki, berat badan 3200 gram PB 48 cm dalam keadaan
sehat.
-
TERIMA KASIH