7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
1/35
KETUBAN PECAH DINI
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
OLIVIA NOVIANTY LOEI
11-2011-176
Dokter Pembimbing:
Dr. Fx. WIDIARSO, Sp OG
KEPANITERAAN KLINIK OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS2012
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
2/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 2
BAB I
LAPORAN KASUS
Identitas Pasien
No RM: 317418 Identitas suami
Nama: Ny. E. B Nama : Tn. S
Usia : 34 tahun Usia : 32 tahun
Pendidikan : SD Pendidikan : SD
Agama : Islam Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh Djarum PT Pekerjaan : Buruh
Suku / bangsa : Indonesia / Jawa Suku / bangsa : Indonesia / jawa
Alamat: LORAM WETAN, JATI, KUDUS
ANAMNESISDiambil dari : Autoanamnesis, Rabu, 11 juli 2012, Pukul: 10:45
Keluhan Utama : keluar air kuning kemerahan 3 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang
1 minggu SMRS kenceng-kenceng +.
3 hari SMRS keluar cairan kuning kemerahan pada pukul 21.00, menurut pasien jumlah air yang
keluar >1L. Nyeri -. Mual -, muntah -, pusing -, nyeri kepala -, sulit BAB -. Mata kabur -,nyeri ulu
hati -, sesak -, mata berkunang-kunang -.
Riwayat Haid : Menarche : 12 tahun Lama Haid : 7 hari Siklus Haid : 28 hari, teratur HPHT : 3 September 2011 HPL : 10 Juli 2012
Riwayat Obstetri : hamil kedua
Riwayat Penyakit Dahulu : DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat Penyakit Keluarga : DM (-), ginjal (-), jantung (-), hipertensi (-), asma (-), alergi obat (-)
Riwayat KB : tidak ikut KB
Riwayat Perkawinan : 1 x, umur 24 tahun, lamanya 13 tahun
Riwayat ANC : kontrol kehamilan pada bidan 6x
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS (11 Juli 2012)Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tinggi badan : 163 cm
Tanda vital : 70 kg
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 84 x / menitNafas : 20 x / menit
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
3/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 3
Suhu : 37 0 C
Kepala : mesocephal
Mata : konjunctiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
THT : dalam batas normal, pembesaran kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-)
Jantung : BJ I dan II reguler, gallop - , murmur -
Paru-paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : hepar dan lien tidak teraba
Genitalia eks : dalam batas normal
Ekstremitas :Atas : edema -/-
Bawah : varices -/-, edema kaki -/-
STATUS OBSTETRI (11 juli 2012, pk 10.45)
Inspeksi
Kepala : mesocephal, chloasma gravidarum (-)
Payudara :pembesaran payudara (+), pengeluaran ASI(-), hiperpigmentasi areola
mammae (+), Puting susu menonjol (+), striae livide dan striae albicans (-)
Perut : Membuncit membujur, linea nigrae (+), striae livide (-), striae albicans (-)
Vulva : PPV (+) lendir kemerahan
PalpasiLeopold I : TFU 3 jari di bawah prosesus xiphoideus, teraba bagian bulat, besar, lunak.
TFU 30 cm
TBJ (30-11) X 155 = 2945 gram
Leopold II : teraba tahanan memanjang di sebelah kanan
Leopold III : teraba bagian bulat, keras
Leopold IV : Bagian terendah sudah masuk PAP
HIS : positif, 3-4x/10 menit
DJJ :12-12-12 , 144 x/m
VT (pk 18.30)Cervix 1cm, KK -, effacement 50%
Letak kepala, turun Hodge I
UUK kanan lintang
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LaboratoriumHb 11.4 L
Leukosit 882ribu H
Eosinofil 0.8% L
Basofil 0.1%Neutrofil segmen 77.2% H
Limfosit 15.8% L
Monosit 6.1%
MCV 86.4 mikro m3
MCH 29.8 pg L
MCHC 34.4 g/dl
Ht 33.1 % L
Trombosit 266000LED 35/70 mm/jam H
Gol Darah/Rh O/+
BT 1
CT 5.30
DiagnosisGII PI A0, 34 tahun, Hamil 39 minggu
Anak 1 hidup intra uterina
Presentasi Kepala, PUKA
Inpartu kala I fase aktif
KPD, Distosia
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
4/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 4
Sikap
Nonmedikamentosa
Infus RLD5 20 tpmPro SC Cito atas indikasi KPD dan DistosiaPasang Dower CatheterPuasa pre opMedikamentosaTaxegram 2x1 gr/ ivTradil 3x1 dalam NaCl 100ccAlinamin 2x1 amp/ivVitamin C 1x1 amp/ivKaltrofen supositoria rectal 2x1Resume
Ny. E 34 tahun datang dengan keluhan kenceng-kenceng sejak 3 jam SMRS. Pasien merasa kenceng-
kenceng 1 jam SMRS dan ada air keruh yang keluar dari jalan lahir. Os kemudian datang ke Bidan,
oleh bidan ia dirujuk ke RSMR, dengan alasan bayinya letak tinggi. HPHT 3 September 2011, HPL :
10 Juli 2012. Pemeriksaan fisik konjungtiva anemis, tanda-tanda kehamilan +. GIIAIP0, 34 tahun,hamil 39mgg. VT: Cervix 1 cm, KK -, effacement 50%, konsistensi lunak. Bagian bawah janin
kepala, turun Hodge I.
Edukasi pasien
Ibu diberitahu bahwa janinnya presentasi kepala letak puncak dan partus tak maju sehinggadianjurkan untuk dilahirkan per abdominal sectio Caesar
Memberitahu komplikasi dari pembedahan SC:Pada Ibu:
1.Infeksi paerperal
2.Ringan : peningkatan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas3.Berat : peritonitis, sepsis4.Perdarahan
5.Komplikasi-komplikasi lain seperti luka kandung kencing, embolisme paru-paru
Pada bayi: Kematian perinatal pasca seksio sesaria sebanyak 4-7 %
Ibu dianjurkan untuk tirah baring dan miring kiri untuk sirkulasi darah ibu lebih baik sehingga janinmendapat aliran yang baik.
PROGNOSIS
Power : His adekuatPassage : Tinggi badan ibu 163 cm, namun sudah pada kehamilan sebelumnya sudah pernahmelahirkan normal.
Passanger : TFU sekitar 3 jari dibawah PX, perkiraan berat janin >3000gr, dan presentasi bokongmemungkinkan untuk terjadinya kesulitan dalam kelahiran pervaginam.
Follow UpS: post SC, kaki terasa kram
O:post SCTP, pk 13.30, lahir bayi perempuan 3000gr, APGAR score 9-10-10
A: Post SCTP atas indikasi letak puncak dan partus tak maju
P: instruksi pasca operasi
Taxegram 2x1 flsAlinamin 2x1 amp
Tradil 3x1 amp
Pospargin 1x1amp
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
5/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 5
Vit C 1x1 amp
Kaltrofen rectal 2x1Tidur dengan bantal tinggi
Cek Hb post op
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
6/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KETUBAN PECAH DINI
II.1. Definisi
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. Dalam keadaan normal, selaput ketuban pecah pada akhir Kala I atau awal
Kala II, tetapi dapat juga selaput ketuban belum pecah sampai saat mengedan sehingga kadang perlu
dipecahkan (amniotomi).1, 4
II.2. Prevalensi
KPD merupakan kasus yang banyak ditemukan pada pelayanan obstetrik, yaitu sekitar 2,7%-
17% dari semua kehamilan. KPD menyebabkan 30%-40% prematuritas dan menjadi salah satu
penyebab terbanyak. Dalam kehamilan, KPD menjadi sumber komplikasi dari total 5%-10%
kehamilan dan 60% pada kehamilan aterm.1
http://ayurai.files.wordpress.com/2010/02/kpd2.jpghttp://ayurai.files.wordpress.com/2010/02/kpd.jpghttp://ayurai.files.wordpress.com/2010/02/kpd2.jpghttp://ayurai.files.wordpress.com/2010/02/kpd.jpghttp://ayurai.files.wordpress.com/2010/02/kpd2.jpghttp://ayurai.files.wordpress.com/2010/02/kpd.jpg7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
7/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 7
II.3. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, KPD diklasifikasikan menjadi 2, yaitu:
1. KPD yang terjadi pada kehamilan preterm (< 37 minggu)2.
KPD yang terjadi pada kehamilan aterm (37-42 minggu).
1,3,4
II.4. Etiologi dan Patofisiologi
Secara umum, KPD dapat terjadi karena adanya penurunan kekuatan selaput ketuban dan
adanya peningkatan tekanan intra uterin. Penurunan kekuatan selaput ketuban dapat disebabkan salah
satunya oleh infeksi bakteri pada selaput ketuban. Pada keadaan normal, selaput ketuban dipisahkan
dari flora normal di vagina oleh serviks dan mukus endoserviks. Aktifitas uterus yang tidak
terkoordinasi dengan baik menyebabkan perubahan pada serviks yang akan mempermudah terjadinya
infeksi ascending dari flora-flora normal di vagina. Faktor-faktor lain yang mempermudah terjadinya
infeksi ascending adalah pemeriksaan dalam yang terlalu sering, coitus, dan keadaan anatomi serviks
yang tidak baik. Jika terjadi infeksi bakteri pada selaput ketuban, maka akan menyebabkan timbulnya
reaksi inflamasi yang mengaktifkan IL-1 dan prostaglandin sehingga terbentuk kolagenase jaringan.
Selanjutnya akan terjadi depolimerisasi dari kolagen yang terdapat pada selaput ketuban sehingga
menyebabkan selaput ketuban menipis, lemah, dan mudah pecah.
Peningkatan tekanan intra uterin dapat disebabkan oleh kehamilan multipel (ganda, kembar
tiga, dan seterusnya) ataupun masalah dari cairan amnionnya sendiri (polihidramnion). Tetapi, pada
sebagian besar kasus, pasien dapat mentoleransi peningkatan tekanan intra uterin tanpa menyebabkan
pecahnya selaput ketuban. Dengan demikian, faktor yang paling berpengaruh adalah penurunan
kekuatan selaput ketuban karena infeksi bakteri.2,4,5
II.5. Gejala Klinis
Gejala utama dari KPD adalah keluarnya cairan berupa air-air dari vagina dan berbau khas.
Dapat terjadi tiba-tiba dengan banyak cairan atau sedikit-sedikit namun konstan.1,2
II.6. Diagnosis
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
8/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 8
Diagnosis dapat ditegakkan melalui beberapa hal, antara lain :
- Gejala klinis yaitu keluarnya cairan berupa air-air dari vagina dan berbau khas.Dapat diperiksa dengan :
Nitrazine test Fern test (+) Pap smear test Nile blue sulfatestine
- Pemeriksaan inspekuloDengan pemeriksaan inspekulo dapat ditentukan apakah cairan keluar melalui ostium
uteri atau terkumpul di forniks posterior. Jika cairan keluar melalui ostium uteri, maka
cairan tersebut adalah cairan ketuban. Tetapi jika cairan terkumpul di forniks posterior,
maka cairan tersebut adalah sekret vagina.
- Tes lakmus ataupun tes NitrazinepH normal vagina adalah 4,5-5,5. pH cairan ketuban adalah 7-7,5. Jika selaput ketuban
pecah, maka cairan vagina akan tercemar oleh cairan ketuban sehingga menyebabkan pH
menjadi basa.
Tes lakmus kertas lakmus merah berubah warna menjadi biru cairan ketuban (+)
Tes Nitrazine kertas Nitrazine berubah warna dari kuning kehijauan menjadi biru
gelap cairan ketuban (+)
Hasil positif palsu pada tes Nitrazine dapat disebabkan oleh larutan antiseptik, urin, darah,
dan adanya infeksi pada vagina.
- USGUSG bukan sebagai alat diagnostik utama untuk KPD karena oligohidramnion dapat
memberikan hasil positif palsu. Diasumsikan selaput ketuban pecah jika pada USGtampak sedikit atau tidak ada cairan pada uterus.1,5
II.7. Komplikasi
KPD dapat menyebabkan komplikasi, antara lain :
- Infeksi intra partum yang berasal dari infeksi ascending dari vagina ke intra uterin.Tanda-tanda infeksi bila suhu ibu 38C, air ketuban yang keruh dan berbau, lekosit
darah 15.000/UL. Janin yang mengalami takikardi mungkin mengalami infeksi
intrauterin.
- Persalinan preterm (jika selaput ketuban pecah pada usia kehamilan preterm).
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
9/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 9
- Prolaps tali pusat yang dapat menyebabkan gawat janin dan kematian janin akibathipoksia.
- Oligohidramnion bahkan dapat terjadi dry labor (partus kering) karena cairan ketubanhabis.1,2,3,4
II.8. Penatalaksanaan
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi, adanya infeksi pada
komplikasi ibu dan janin, dan adanya tanda-tanda persalinan. Penatalaksanaan yang dapat diberikan
pada pasien KPD, antara lain :
Konservatif
1. Pasien dirawat di Rumah Sakit2. Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tak tahan ampisilin) dan
metronidazol 2x500 mg selama 7 hari
3. Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atausampai air ketuban tidak keluar lagi.
4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif, berideksametason, observasi tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada
kehamilan 37 minggu.5. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik
(salbutamol), deksametason, dan induksi sesudah 24 jam.
6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi. Nilaitanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterin).
7. Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu pematangan paru janin,dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Dosis
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6jam sebanyak 4 kali.3,4
Aktif
1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat puladiberikan misoprostol 50 g intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.
2. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiria. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak
berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea.
b. Bila slor pelvik > 5, induksi persalinan, partus pervaginam.3,4
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
10/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 10
Algoritma Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini
Induksi pada persalinan
Definisi
Induksi adalah permulaan dari kontraksi pada wanita di mana tidak masuk pada inpartu.
Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang kontaksi rahim agar terjadi
persalinan. Tambahan untuk meningkatkan kontraksi pada wanita yang sudah dalam persalinan.
Pada pematangan cerviks digunakan secara farmakologi atau dalam arti lain mengurangi
pengaruh oksitosin dan atau pada dilatasi serviks. Pematangan serviks ini tidak di berikan terutama
bermaksud untuk permulaan partus tapi baik untuk menambah kemungkinan dari induksi yang
sedang di ikuti.
Epidemilogi
Menurut national centre for death statistik dari 3,9 juta persalinandi amerika serikat sejak tahun 1995,
34 persen melibatkan induksi atau augmentasi persalinan (ventura dkk, 1997). Di parkland Hospital,
sekitar 30 persen mengalami induksi atau augmentasidengan menggunakan oksitosin. Di Birmingham
Hospital universitas of Alabama, dari tahun 1996 sampai 1999, pada lebih dari 17.000 persalinan, 20
persen wanita diberi oksitosin untuk induksi persalinan dan 35 persen untuk augmentasi.
Kontraindikasi
Semua kontraindikasi untuk partus Plasenta previa atau presentasi plasenta. Presentasi abnormal janin (transversa atau presentasi kaki). Malposisi
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
11/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 11
Disproporsi sefalopelvik Riwayat seksio sesaria. Gemeli Grande multipara Distensi rahim yang berlebihan (pada hidroamnion)Indikasi
Induksi menjadi indikasi ketika resiko dari kelanjutan kehamilan melebihi dari resiko keseluruhan
dengan induksi kehamilan dan penyerta. Indikasi harus menyakinkan, memaksakan dan dokumen
info consent. Kondisi ini bukan dijumpai ketika indikasi diusulkan adalah kenyamanan ahli
pengobatan atau pasien sendirian. Induksi menjadi prioritas menurut keadaan darurat dari keadaan
klinis dan sumber daya yang ada.
Indiksi emergency
Hipertensi gestasional dengan proteinuria dan manifestasi lainnya (hipertensi gestasional berat) Suspek keadaan janin akut yang tidak dapat di kompromi. IUGR berat Penyakit maternal yang tidak berespon baik terhadap terapi secara memadai. APH yang memadai Korioamnionitis
Indikasi mendesak
PROM sesuai waktu atau lewat waktu IUGR tanpa bukti dari janin yang dapat di kompromi. Diabetes yang tidak terkontrol Penyakit isoimune di atau dekat masa kehamilanIndikasi non-urgen
Kehamilan lewat waktu Diabetes yang terkontrol baik Kematian janin dalam masa kehamilan. intra uterine fetal death (IUFD) masalah logistik (resiko dari persalinan dan jarak ke rumah sakit.Indikasi yang tidak dapat diterima
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
12/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 12
suspek fetal makrosemia induksi tanpa adanya indikasi pada fetal dan maternal
Permintaan untuk induksi sosial mungkin dapat diterima pada beberapa keadaan. Akan tetapi
pasien, keluarga pasien, pelayanan yang di berikan harus di mengerti dengan jelas meliputi resiko apasaja yang mungkin terjadi.
Tujuan induksi
Mencegah atau mengantisipasi adanya hal- hal yang tidak di inginkan demi kelanjutankehamilan.
Pengaruh uterine cukup untuk perkembangan serviks dan turunnya janin tanpa sebab kontraksiuterine yang berlebihan atau hal-hal lain pada janin.
Mendapatka persalinan yang alami dan aman bagi keselamatan ibu Untuk mencapai his 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik.
Resiko induksi
Gagal mencapai partus normal Gagal untuk mencapai parus pervaginan
Hiperstimulasi uterine dengan kesejahteraan janin. Hiperstimulasi uterine dengan ruptur uterine
Kalau percobaan induksi tidak mencapai partus, indikasi, urgensi, dan metode cara induksi
harus dievaluasi ulang. Percobaan induksi mungkin memberikan stres berupa kontraksi sehingga
harus memberikan kesejateraan janin kembali.
Metode induksi persalinan
Metode dari induksi persalinan meliputi mekanik dan terapi obat. Pilihan optimal ini bergantung pada
keadaan serviks sebalum induksi. Tiga faktor yang bisa di pastikan untuk menuju kesuksesan yang di
harapkan: serviks yang baik, multiparitas, lahir pervaginan yang utama. Semakin sedikit/ kecil
indikasi yang memaksakan induksi persalinan, serviks lebih baik sebelum prosess induksi.
Pembedahan, yaitu dengan cara stripping (melepaskan/ memisahkan kantung ketuban darisegmen bawah uterus), amniontomi (memecahkan kantung ketuban), rangsangan listrik. Atau
rangsangan pada puting susu.
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
13/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 13
Medikamentosa, yaitu dengan menggunakan oksitosin, spartein sulfat, prostaglandin, atau cairanhipertonik intrauterin.
Stripping. Dapat dilakukan dengan cara menggunakan ibu jari untuk misahkan kantung ketuban dari
segmen bawah uterus dan balon kateter diisi cairan 100ml.Amniontomi. Keberhasilannya tergantung pematangan serviks (perlunakan, pendataran, pembukaan).
Komplikasi yang dapat terjadi prolaps tali pusat, solusio plasenta dan infeksi.
I nduksi oksitosin. Sifat farmakologi oksitosin adalah kontraksi bersifat ritmik, sedikit bersifat
diuretik, waktu paruh sangat singkat (3 menit), awal kerja 5 menit. Syarat pemberian oksitosin:
kehamilan aterm, ada kemunduran his, ukuran panggul normal, tak ada disproposi sefalopelvik, janin
presentasi kepala serviks sudah matang (porsio teraba lunak, mulai mendatar, dan mulai pembukaan).
Induksi persalinan kemungkinan besar akan berhasil bila skor Bishop lebih dari 8.
Kontraksi uterus di perkirakan kurang baik kalau skor Bishop < 6
Pilihan pada serviks yang kurang baik. Metode Pematangan serviks meliputi:
Stripping membrans Laminaria Ballon manuver (cateter voley) Prostaglandin (intraservikal atau pervaginam)
Pematangan serviks prainduksi
Kondisi atau kelayakan (favorability) serviks sangat penting bagi induksi persalinan.
Karakteristik fisik serviksdan segmen bawah uterus merupakan faktor yang sangat penting.
Ketinggian bagian terbawah janin atau station, juga penting.
Parameter skor Bishop adalah pembukaan, pendataran, station, konsistensidan posisi serviks
(tabel 20.1). induksi ke persalinan aktif biasanya berhasil pada skor 9 atau lebih dan kurang berhasil
pada skor dibawahnya. Wanita yang serviksnya membuka 2cm, besar kemungkinannya berhasil. Pada
keadaan ini, inisiasi persalinan dengan larutan oksitosin intravena encer biasanya berhasil. Wanita
sering memiliki indikasi untuk menjalani induksi persalinan dalam keadaan serviks yang belum
matang. Seiring turunnya skor Bishop, angka kegagalan induksi semakin meningkat.
Tabel 20-1. Sistem Skor Bishop untuk menilai induksibilitas
Skor Pembukaan Pendataran
serviks
konsistensi Posisi
serviks
Turunnyakepala
(Hots)
Turunnya kepala
(cm dari SIAS)
0 Tertutup >4 Kenyal Posterior 4/5 -3
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
14/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 14
1 1-2 3-4 Rata-rata Tengah 3/5 -2
2 3-4 1-2 Lunak Anterior 2/5 -1
3 >5
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
15/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 15
1.0 Sama 30 8 30 45
1.5 Sama 40 10 45 90
2.0 Sama 50 13 60 150
2.5 Sama 60 15 75 225
3.0 5 unit dalam
500 dekstrose/
garam fisilogik(10mIU/ml)
30 15 90 315
Jika terjadi hiperstimulasi (lama kontraksi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kali kontraksidalam 10 menit, hentikan infus dan kurangi hiperstimulsi dengan :
- Terbutalin 250 mcg I. V. Pelan-pelan selam 5 menit, atau- Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (garam fisiologik atau Ringer Laktat) 10 tetes permeenit.
Jika tidak tercapai kontraksi yang adekut (3 kali tiap 10 menit dengan lama lebih dari 40detik) setelah infus oksitosin mencapai 60 tetes per menit:
- Naikkan konsentrasi oksitosin menjadi 5unit dalam 500 ml dextrose ( atau garam fisiologik)dan sesuaikan kecepatan infus sampai 30 tetes per menit (15 mIU/ menit)
- Naikkan kecepatan infus 10 tetes per menit tiap 30 menit sampai konsentrasi adekuat (3 kalitiap 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik) atau setelah infus oksitosin mencapai 60 tetes per
menit.
Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang labih tinggi:- Pada multigrvida, induksi di anggap gagal, lakukan seksio sesarea- Pada primigravida, infus oksitosin bisa di naikkan konsentrasinya yaitu: 10 unit dalam 500 ml dekstrose ( atau garam fisiologik) 30 tetes per menit. Naikkan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat. Jika kontraksi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes per menit (60 mIU per menit), lakukanseksio sesarea. Jangan berikan oksitosin 10 unit dalam 500 ml pada multigravida dan pada bekas
seksio sesarea.
Prostaglandin
3.5 Sama 40 20 45 360
4.0 Sama 50 25 60 420
4.5 Sama 60 30 75 495
5.0 10 unit dalam
500ml
dekstrose atau
garam fisilogik
(20 mIU/ml)
30 30 90 585
5.5 Sama 40 40 45 630
6.0 Sama 50 50 60 690
6.5 Sama 60 60 75 765
7.0 Sama 60 60 90 855
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
16/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 16
Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks selama induksi persalinan.
Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan periksa denyut jantung janin (DJJ).Catat semua pengamatan pada patograf.
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3mg atau gel 2-3 mg di tempatkan pada forniksposterior vagina dan dapat di ulangi 6 jam kemudian (jika his tidak timbul).
Hentikan pemberian prostaglandin dan mulailah infus oksitosin, jika: Ketuban pecah Pematangan serviks telah tercapai, Proses persalinan telah berlangsung, Atau pemakaian prostaglandin telah 24 jam.
Misoprostol Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya pada kasus-kasus tertentu misalnya:
Preeklamsia berat? Eklamsia dan serviks belum matang sedangkan seksio sesareabelum dapat segera di lakukan atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup.
Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum inpartu, dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan darah
Tempatkan tablet misoprostol 25mcg di forniks posterior vagina dan jika his tidak timbuldapat di ulangi setelah 6 jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, naikkan dosis menjadi 50 mcg tiap 6jam.
Jangan lebih dari 50mcg setiap kali pakai dan jangan lebih dari 4dosis atau 200 mcg. Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian ruptura uteri. Oleh karena itu, hanya di
kerjakan di tempat pelayanan kesehatan yang lengkap ( ada fasilitas operasi).
Kateter Foley
Kateter Foley merupakan alternatif lain di samping pemberian prostaglandin untuk
mematangkan serviks dan induksi persalinan.
Jangan lakukan kateter Foley jika ada riwayat perdarahan, ketuban pecah, pertumbuhan janin
terlambat atau infeksi vaginal.
Pasang spekulum DTT di vagina. Masukkan katetr Foley pelan-pelan melalui serviks dengan menggunakan forseps DTT. Pastikan
ujung kateter telah melewati ostium uteri internum.
Gembukan balon kateter dangan memasukan 10ml air. Gulung sisa katetr da letakan di vagina.
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
17/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 17
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi uterus atau sampai 12 jam. Kempisakan balon kateter sebalum mengeluarkan kateter, kemudian lanjutkan dengan infus
oksitosin.
II.9. Prognosis
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
B. AIR KETUBAN (LIQUOR AMNII)
Di dalam ruang yang diliputi oleh selaput janin yang terdiri dari lapisan amnion dan korion
terdapat air ketuban.Volume air ketuban pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1000-1500cc.Air
ketuban berwarna putih keruh,berbau amis.Reaksinya agak alkalis, dengan berat jenis
1,008.Komposisinya terdiri atas 98% air,sisanya albumin, urea, kreatinin, sel epitel, rambut lanugo,
verniks kaseosa dan garam anorganik.
Dijumpai lesitin dan sfingomielin dalam air ketuban berguna untuk mengetahui apakah paru-
paru janin sudah matang,sebab peningkatan kadar lesitin merupakan tanda apakah paru-paru
(alveolus) diliputi oleh zat surfaktan.Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan
bernafas.Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin maka akan kita temui warna air ketuban
yang keruh kehijauan karena telah bercampur dengan mekonium.
Fungsi air ketuban :
Untuk proteksi janin (melindungi janin terhadap tauma dari luar) Mencegah perlekatan janin dengan amnion Agar janin dapat bergerak bebas Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu Menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa (pH) dalam rongga amnion,untuk
suasana yang optimal bagi janin
Membersihkan jalan lahir (jika ketuban pecah) dengan cairan yang steril dan mempengaruhikeadaan di dalam vagina.
Asal air ketuban :
Kencing janin
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
18/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 18
Transudasi dari darah ibu Sekresi dari epitel amnion.3
Air ketuban untuk diagnosis :
Akhir-akhir ini air ketuban banyak menarik perhatian peneliti,terutama untuk memonitor
perkembangan janin dalam kandungan yaitu :
Jenis kelamin bayi Golongan darah ABO Rhesus iso imunisasi Maturitas janin Pemeriksaan tentang penyakit-penyakit
Untuk itu diperlukan analisa air ketuban yang diambil dengan cara amniosintesis transvaginal dan
amniosintesis transabdominal.3
DISTOSIA KARENA KELAINAN PADA JALAN LAHIR
(PASSAGE)
A. DISTOSIA KARENA KELAINAN PANGGUL
Jenis kelainan panggul Menurut Caldwell dan Moloy berdasarkan penyelidikan roentgenologik dan
anatomic, morfologi panggul dibedakan atas:
1.Panggul ginekoid dengan pintu atas panggul yang bundar, atau dengan diameter transversa yang
lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan panggul tengah serta pintu bawah
panggul yang cukup luas.
2.Panggul antropoid dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada
diameter transversa, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit.
3.Panggul android dengan pintu atas panggul yang berbentuk sebagai segitiga berhubungan dengan
penyempitan ke depan, dengan spina iskiadika menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis
menyempit.
4.Panggul platipelloid dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter
transversa pada pintu atas panggul dan dengan arkus pubis yang luas. Berhubung dengan pengaruh
ras, sosial ekonomi, maka frekuensi dan ukuran jenis panggul berbeda-beda di antara berbagai
bangsa. Pengaruh gizi, lingkungan, dan hal-hal lain, membuat ukuan panggul dapat menjadi lebih
kecil daripada standart normal, sehingga bisa terjadi kesulitan dalam persalinan per vaginam,
terutama kelainan pada panggul android.
Klasifikasi panggul menurut Munro Kerr:
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
19/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 19
1.Perubahan bentuk karena kelainan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi
2. Perubahan bentuk karena penyakit pada tulang-tulang panggul dan/atau sendi panggul: rakitis,
osteomalasia, neoplasma, fraktur, atrofi (karies, nekrosis), penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi
sakrokoksigea
3. Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang: kifosis, scoliosis, spondilolistesis
4. Perubahan bentuk karena penyakit kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi/kelumpuhan satu kaki
Penyebab rakitis adalah kekurangan vitamin D serta kalsium dalam makanan, dan kurang mendapat
sinar matahari.
Ciri pokok panggul rakitis adalah mengecilnya diameter anteroposterior pada pintu atas
panggul. Pada kifosis, terdapat panggul corong/tunnel pelvis. Pada skoliosis, panggul menjadi miring.
Pada kelainan atau penyakit pada 1 kaki sejak lahir atau kanak-kanak, maka berat badan harus dipikul
oleh kaki yang sehat, akibatnya panggul bertumbuh miring (pada postpoliomyelitis masa kanak-
kanak).7,9
Diagnosis panggul sempit dan disproporsi sefalopelvik
Pemeriksaan umum kadang-kadang sudah membawa pikiran ke arah kemungkinan
kesempitan panggul.
Pada wanita yang lebih pendek daripada ukuran normal bangsanya, kemungkinan panggul
kecil perlu diperhatikan pula.
Anamnesis tentang persalinan-persalinan terdahulu dapat memberi petunjuk tentang keadaan
panggul.
Pengukuran panggul (pelvimetri) merupakan cara pemeriksaan yang penting untuk mendapat
keterangan lebih banyak tentang keadaan panggul. Pelvimetri luar tidak banyak artinya, kecuali untuk
pengukuran pintu bawah panggul, dan dalam beberapa hal yang khusus seperti panggul miring.
Pelvimetri dalam dengan tangan mempunyai arti yang penting untuk menilai secara agak kasar pintu
atas panggul serta panggul tengah, dan untuk memberi gambaran yang jelas mengenai pintu bawah
panggul. Pelvimetri roentgenologik untuk melihat bentuk panggul dan menemukan angka-angka
mengenai ukuran-ukuran ketiga bdang panggul, tetapi pemeriksaan ini pada masa kehamilan
mengandung bahaya.
Keadaan panggul merupakan faktor penting dalam kelangsungan persalinan, tetapi yang tidak
kurang penting adalah hubungan antara kepala janin dengan panggul ibu. Besarnya kepala janin
dalam perbandingan dengan luasnya panggul ibu menentukan apakah ada disproporsi sefalopelvik
atau tidak. Pengukuran diameter biparietalis dengan cara ultrasonic yang sudah mulai banyak
dilakukan memberikan hasil yang memuaskan dan cara ini tidak berbahaya dibandingkan
rontgenologik.
Pada hamil tua dengan janin dalam presentasi kepala dapat dinilai agak kasar adanyadisproporsi
sefalopelvik, dengan :
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
20/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 20
1.Metode Osborn, pemeriksaan dengan tangan yang satu menekan kepala janin dari atas ke arah
rongga panggul, sedang tangan lain yang diletakkan pada kepala, menentukan apakah bagian ini
menonjol di atas simfisis atau tidak.
2.Metode Muller Munro Kerr, tangan yang satu memegang kepala janin dan menekannya ke arah
rongga panggul, sedang 2 jari tangan yang lain dimasukkan ke dalam rongga vagina
untuk menentukan sampai berapa jauh kepala mengikuti tekanan tersebut. Sementara itu ibu jaritangan yang masuk dalam vagina memeriksa dari luar hubungan antara kepala dan simfisis.7,9
Mekanisme persalinan
Kesempitan pada panggul tengah umumnya juga disertai kesempitan pintu bawah panggul.
1. Kesempitan pada pintu atas panggul
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera kurang dari 10 cm atau diameter
transversa kurang dari 12 cm. Pada panggul sempit, kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan
oleh pintu atas panggul, sehingga serviks uteri kurang mendapat tekanan kepala dan terjadi inersia
uteri serta lambannya pendataran dan pembukaan serviks.
Apabila pada panggul sempit, pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala janin,
maka keuban bisa pecah dan ada bahaya terjadinya prolapsus funikuli. Moulage kepala janin
dipengaruhi oleh jenis asinklitismus, asinklitismus anterior lebih menguntungkan daripada
asinklitismus posterior karena asinklitismus anterior dapat bergerak lebihleluasa ke belakang sedang
asinklitismus posterior tertahan oleh simfisis.
2. Kesempitan panggul tengah
Dengan sacrum melengkung sempurna, dinding-dinding panggul tidak berkonvergensi,
foramen iskiadikum mayor cukup luas, dan spina iskiadika tidak menonjol ke dalam, dapat
diharapkan bahwa panggul tengah tidak akan menyebabkan rintangan bagi lewatnya kepala janin.
Ukuran terpenting adalah distantia interspinarum. Sempit bila
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
21/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 21
b. Dengan his yang kuat, sedang kemajuan janin dalam jalan lahir tertahan, dapat timbul regangan
segmen bawah uterus dan pembentukan lingkaran retraksi patologik (Bandl), yang sering dikenal
dengan rupture uteri mengancam.
c. Gangguan sirkulasi karena iskemia dan nekrosis. Beberapa hari post partum akan terjadi fistula
vesikoservikalis, atau fistula vesikovaginalis, atau fistula rektovaginalis.
2. Bahaya pada janin
a. Kematian perinatal apalagi jika ada infeksi intrapartum
b. Polapsus funikuli
c. Moulage. Dapat ditolerir sampai batas tertentu, bila terlalu berlebihan dapat terjadi robekan
tentorium serebelli dan perdarahan intrakranial.
d. Perlukaan pada jaringan di atas tulang kepala janin, fraktur pada os parietalis, karena tekanan
oleh promontorim atau simfisis. Penanganan Cunam tinggi dengan menggunakan axis-tractionforceps, sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh seksio sesarea yang jauh lebih
aman. Induksi partus prematurus umumnya juga tidak dilakukan lagi. Dua cara tindakan utama
untuk menangani disproporsi sefalopelvik, yakni seksio sesarea dan partus percobaan. Terkadang
ada indikasi untuk melakukan simfisiotomidan kraniotomi (dilakukan pada janin mati).10
1. Seksio sesarea
Bisa secara elektif atau primer yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan
secara sekunder, yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.
Secara elektif dilakukan pada disproporsi sefalopelvik yang nyata, primigravida tua, kelainan
letak janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita dengan masa infertilitas yang lama,
penyakit jantung, dll.
Secara sekunder dilakukan karena persalinan pecobaan dianggap gagal, indikasi
untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin.
2. Persalinan percobaan
Dilakukan bila ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat.
Merupakan suatu tes terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulage kepala janin.
Indikasi untuk seksio sesarea elektif adalah kontraindikasi untuk persalinan percobaan. Janin harus
dalam presentasi kepala dan tua kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Alasannya kepala janin
bertambah besar serta lebih sukar moulage.
Indikator keberhasilan:
1. Kemajuan pembukaan serviks (adakah gangguan pembukaan seperti pemanjangan fase laten,
pemanjangan fase aktif, sekunder arrest),
2. Kemajuan penurunan bagian terendah janin (belakang kepala),
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
22/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 22
3. Tanda-tanda klinis bahaya bagi ibu dan anak (gawat janin, ruptur uteri yang membakat).
3. Simfisiotomi
Satu-satunya indikasi ialah apabila pada pinggul sempit dengan janin masih hidup terdapat
infeksi intrapartrum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.7,9
B. DISTOSIA KARENA KELAINAN TRAKTUS GENITALIS
Vulva
Kelainan yang bisa timbulkan distosia ialah edema, stenosis, dan tumor. Edema, sebagai
gejala preeklampsia, gangguan gizi, persalinan lama dengan penderita dibiarkan meneran terus.
Stenosis, akibat luka/radang yang menyebabkan ulkus yang sembuh dengan jaringan parut,umumnya
dapat diatasi dengan episiotomi.
Tumor, jarang dalam bentuk neoplasma, lebih sering terdapat kondilomata akuminata, kista atau
abses glandula Bartholin.
Vagina
Stenosis vagina congenital jarang terdapat, perlu dipertimbangkan seksio sesarea. Septum
vagina, lengkap atau tidak lengkap, septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala
janin pada persalinan dan harus dipotong dulu. Tumor vagina, tergantung dari jenis dan besar tumor.
Serviks uteri
Distosia servikalis karena dysfunctional uterine action atau karena parut pada serviks uteri.
Konglutinasio orifisii eksterni, jarang, dalam kala 1 serviks uteri menipis akan tetapi pembukaan
tidak terjadi. Diagnosis: ostium uteri eksternu di tengah-twengah lapisan ti[pis tersebut. Karsinoma
serviks uteri.
Uterus
Mioma uteri, menyebabkan distosia bila letaknya menghalangi lahirnya janin per vaginam,
terdapat kelainan letak janin, terdapat inersia uteri dalam persalinan. Miomektomi sesudah seksio 10
sesarea tidak dianjurkan karena bahaya perdarahan banyak dan tertinggalnya luka-luka tidak ratapada
miometrium yang memudahkan terjadinya infeksi puerperal.
Ovarium
Tumor ovarium, terjadi apabila menghalangi lahirnya janin per vaginam. Persalinan berlarut-
larut mengandung bahaya pecahnya tumor bila tumor kistik atau rupture uteri bila tumor solid
dan/atau infeksi intrapartum. Apabila tumor di kavum Douglasi, boleh dicoba dengan hati-hatiapakah tumor dapat diangkat ke atas rongga panggul, sehingga tidak menghalangi persalinan. Pada
tumor ovarii yangtidak menghalangi jalan lahir maka tumor diangkat dalam masa nifas.9
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
23/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 23
BAB III
DISTOSIA KARENA KELAINAN ANAK ( PASSANGER )
KELAINAN LETAK, PRESENTASI ATAU POSISI
1.POSISI OKSIPITALIS POSTERIOR
Ubun-ubun kecil di belakang dapat dianggap sebagai variasi persalinan biasa namun jika tidak
berputar ke depan sehingga tetap di belakang maka dinamakan posisi oksiput posterior persistens.
Usaha penyesuaian kepala terhadap bentuk dan ukuran panggul. Contoh : pada panggul
anthropoid dimana diameter anteroposterior lebih panjang daripada diameter transversa, pada panggul
android diaman segmen depan menyempit maka ubun- ubun kecil akan mengalami kesulitan
memutar ke depan. Penyebab lainnya adalah otot- otot dasar panggul yang lembek pada multipara
atau epala janin kecil dan bulat sehingga tidak ada paksaan pada belakang kepala janin untukmemutar ke depan.
MEKANISME PERSALINAN
Persalinan dapat berlangsung spontan walaupun lama apabila hubungan antara panggul dan
kepala janin cukup longgar. Setelah kepala mencapai dasar panggul dan ubun- ubun besar berada di
bawah simfisis, oksiput akan lahir, diikuti bagian kepala lainnya. Persalinan ini menyebabkan
regangan besar pada vagina dan perineum karena kepala yang sudah dalam keadaan fleksi maksimal
tidak dapat menambah flerksinya lagi. Seringkali sirkumferensia frontooksipitalis lebih besar
daripada sirkumferensia suboksipito-bregmatika sehingga menimbulkan kerusakan pada vagina danperineum yang luas.
PROGNOSIS
Persalinan umumnya berlangsung lebih lama, kemungkinan kerusakan jalan lahir lebih besar
dan kematian perinatal lebih tinggi.
PENANGANAN
Tindakan mempercepat persalinan dilakukan bila kala II terlalu lama atau ada tanda-tanda
gawat janin. Usahakan ubun- ubun kecil diputar ke depan dengan cara tangan penolong dimasukkan
ke dalam vagina atau dengan cunam. Bila sulit dilakukan maka bayi dilahirkan dengan cunam dalam
keadaan semula. Perlu episiotomi luas. Pada waktu dilakukan tarikan ada kalanya perputaran secara
spontan sehingga ubun- ubun kecil berada di depan. Kadang- kadang dapat pula terjadi posisi lintang
tetap rendah ( deep transverse arrest) yaitu kepala janin sudah berada di dasar panggul dan posisi
ubun- ubun kecil melintang sehingga kala II mengalami kemacetan. Maka dapat dilakukan ekstraksi
cunam yang dipasang miring sesuai posisi kepala janin atau ekstraksi vakum.9
2. PRESENTASI PUNCAK KEPALA
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
24/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 24
Presentasi puncak kepala ( sinsiput) terjadi bila kepala yang seharusnya fleksi mengalami
defleksi ringan sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah.
Mirip dengan posisi oksipitalis posterior persistens. Hanya saja pada presentasi puncakkepala
tidak terjadi fleksi kepala yang maksimal, sirkumferensia frontooksipitalis adalah lingkaran kepala
yang melalui jalan lahir dengan glabella sebagai titik perputaran di bawah simfisis. 7
3. PRESENTASI MUKA
Terjadi bila kepala dalam keadaan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada
punggung dan muka merupakan bagian terendah yang menghadap ke bawah. Presentasi mukaprimer
yaitu sudah terjadi sejak masa kehamilan. Sekunder bila terjadi waktu persalinan.
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan luar dapat disalahartikan. Karena kepala ekstensi maka dada akan teraba
seperti punggung. Bagian belakang kepala ( paling menonjol) akan berada di sisi yang berlawanan.
Di daerah dada dapat diraba bagian- bagian kecil janin dan denyut jantung janin terdengar
lebih jelas. Pada pemeriksaan dalam, bila janin sudah masuk ke dalam rongga panggul, dapat diraba
bagian- bagian muka. Adanya kaput suksedaneum dapat dikacaukan dengan bokong.
ETIOLOGI
Pada panggul sempit, janin besar, multiparitas atau perut gantung. Bisa juga terjadi pada janin
anensefalus dan tumor di leher depan. Kadang- kadang pada janin mati intrauterine yang kehilangan
tonus ototnya.
MEKANISME PERSALINAN
Kepala turun melalui pintu atas panggul dengan sirkumferensia trakeloparietalis dengan dagu
melintang. Setelah muka mencapai dasar panggul terjadi putar paksi dalam sehingga dagu memutar
ke depan dan berada di bawah arkus pubis. Dengan submentum sebagai hipomoklion,kepala lahir
dengan gerakan fleksi sehingga dahi, ubun- ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum.
Setelah kepala lahir terjadi putar paksi luar dan badan janin lahir seperti pada presentasi belakang
kepala. Kalau dagu berada di belakang, pada waktu putaran dalam dagu harus melewati jarak yang
lebih jauh supaya dapat berada di depan. Kadang- kadang dagu tidak dapat berada di depan dan tetap
di belakang. Keadaan ini dinamakan posisi mento posterior persistens dan janin tidak dapat lahirspontan, kecuali bila janin kecil atau mati.
Kesulitan kelahiran pada presentasi muka dengan posisi mento posterior adalah kepala sudah
dalam keadaan defleksi maksimal sehingga tidak dapat menambah defleksinya lagi. Hal ini
menyebabkan kepala dan dagu terjepit dalam panggul dan persalinan tidak maju. Maka perlu
dilakukan tindakan secepatnya.
PROGNOSIS
Pada umumnya persalinan berlangsung normal. Kesulitan persalinan terjadi apabila panggul
sempit dan janin besar. Prognosis dagu di belakang kurang baik daripada dagu di depan.
PENANGANAN
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
25/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 25
Bila tidak ada disproporsi sefalopelvik dan dagu di depan diharapkan persalinan berlangsung
spontan. Kalau dagu di belakang diusahakan diputar ke depan. Bila pada kala II terjadi posisi mento
posterior persistens maka satu tangan dimasukkan ke dalam vagina untuk memutardagu. Bila
berhasil ditunggu persalinan spontan. Bila tidak berhasil maka operasi seksio sesarea. Syarat
mengubah presentasi muka menjadi presentasi belakang kepala: dagu harus berada di belakang dan
kepala belum turun ke rongga panggul dan masih mudah didorong ke atas. Indikasi ekstraksi cunam
pada kasus ini bisa dari ibu, dari janin yaitu dagu sudah berada di depan atau kala II lebih dari 2 jam.
Indikasi seksio sesarea adalah posisi mento posterior persistens, panggul sempit dan kesulitan
turunnya kepala ke rongga panggul.7,8
4. PRESENTASI DAHI
Keadaan dimana kedudukan kepala berada diantara fleksi maksimal dan defleksi maksimal
sehingga dahi merupakan bagian terendah.
DIAGNOSIS
Pemeriksaan luar memberikan hasil seperti pada presentasi muka namun bagian belakang
kepala tidak terlalu menonjol. Pemeriksaan dalam dapat diraba sutura frontalis, yang bila diikuti,
pada ujung yang satu dapat diraba ubun- ubun besar dan pada ujung lain teraba pangkal hidung dan
lingkaran orbita.Mulut dan dagu tidak teraba.
ETIOLOGI
Sama dengan presentasi muka. Semua presentasi muka melalui tahap presentasi dahi terlebih dahulu.
MEKANISME PERSALINAN
Kepala masuk ke pintu atas panggul dengan sirkumferensia maksilloparietalis serta sutura
frontalis melintang. Setelah moulage dan ukuran erbesar kepala melalui pintu atas panggul, dagu
memutar ke depan. Sesudah dagu di depan, dengan fossa kanina sebagai hipomoklion, terjadi fleksi
sehingga ubun- ubun besar dan belakang kepala lahir melewati perineum. Kemudian terjadi defleksi
sehingga mulut dan dagu lahir dibawah simfisis. Moulage dan kaput suksedaneum dapat menghalangi
presentasi dahi berubah menjadi presentasi muka.
Persalinan membutuhkan waktu lama dan hanya sebagian kecil berlangsung spontan. Persalinanpervaginam mengakibatkan perlukaaan luas perineum dan jalan lahir.
PROGNOSIS
Janin kecil masih mungkin lahir spontan sedangkan janin ukuran normal tidak dapat lahir spontan
pervaginam.
PENANGANAN
Janin ukuran normal harus dilahirkan secara seksio sesarea. Sedangkan janin kecil dapat dilahirkan
secara spontan dengan penangnaan yang sama seperti presentasi muka.8
5. LETAK SUNGSANG
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
26/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 26
Ada beberapa jenis letak sungsang yaitu: presentasi bokong, presentasi bokong kaki
sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan luar, di bagian bawah uterus tidak dapat diraba kepala dan kepala teraba di
fundus uteri. Bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala. Bagian atas terasa penuh sedangkangerakan janin lebih banyak di bagian bawah. Denyut jantung janin setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus.
Pada pemeriksaan dalam apabila ketuban sudah pecah, dapat diraba bokong ditandai oleh
sakrum, kedua tuber ossis iskii dan anus. Bila teraba tumit berarti bagian kaki. Sedangkan bila teraba
ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari- jari lain berarti tangan.Perbedaan anus dan mulut
adalah pada anus akan teraba sfingter ani sedangkan pada muluttidak.
ETIOLOGI
Pada kehamilan belum cukup bulan sering ditemukan letak sungsang karena jumlah
air ketuban relative lebih banyak sehingga janin dapat bergerak bebas. Sedangkan pada cukup bulan
perkembangan akan pesat dan karena bokong dengan kaki terlipat lebih besar daripada kepala maka
bokong dan kaki akan menempati fundus ( bagian terluas). Faktor penyebab lainnya adalah
multiparitas, gemelli, hidramnion, hidrosefalus, plasenta previa dan panggul sempit.
MEKANISME PERSALINAN
Pada persalinan sungsang berturut- turut lahir bagian- bagian yang makin lama makin besar
sehingga meskipun bokong dan bahu telah lahir tidak menjamin kelahiran kepala akan berlangsung
lancar.
PROGNOSIS
Sebab kematian perinatal pada sungsang adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang
sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan dalam tulang tengkorak.
PENANGANAN
A. Dalam kehamilan
Pada primigravida diusahakan versi luar menjadi presentasi kepala. Dilakukan pada
kehamilan 34 sampai 38 minggu. Sebelum melakukan versi luar, denyut jantung janin harus baik.
Bila bokong sudah engaged maka diusahakan untuk keluar dulu dari rongga panggul. Versi
luar hendaknya menggunakan kekuatan ringgan tanpa paksaan. Kontraindikasi versi luar : air ketuban
terlalu sedikit, panggul sempit, perdarahan antepartum, hipertensi, gemelli, plasenta previa.
B. Dalam persalinan
Pertama- tama ditentukan apakah ada indikasi untuk seksio sesarea. Bila tidak ada maka
dilakukan pengawasan kemajuan persalinan terutama kemajuan pembukaan serviks dan penurunan
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
27/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 27
bokong. Setelah bokong lahir tidak boleh dilalukan tarikan pada bokong karena dapat mengakibatkan
kedua lengan menjungkit sehingga kepala berada diantara kedua lengan. karena saat kepala masuk ke
ronggga panggul, tali pusat tertekan diantara kepala janin dan panggul ibu.
Perasat Bracht, bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan kedua tangan
kemudian dilakukan hiperlordosis tubuh janin ke arah perut ibu sehingga bagian atas dapat
dilahirkan. Untuk mempercepat kelahiran bahu dan kepala dapat dilakukan manual aid atau manualhilfe.
Cara Mueller atau Loevset untuk mengeluarkan lengan dan bahu. Prinsipnya adalah lengan
kiri dilahirkan dengan tangan kiri sedangkan lengan kanan dilahirkan dengan tangan kanan.
Bokong dan pangkal paha yang telah lahir dipegang dengan kedua tangan, badan ditarik ke
bawah sampai ujung bawah skapula depan kelihatan di bawah simfisis.
Untuk melahirkan lengan depan, dada dan punggung, tubuh janin diputar sehingga mengubah
lengan depan supaya berada di belakang.
Dasar cara Loevset adalah bahu belakang janin selalu berada lebih rendah daripada bahu
depan karena lengkungan jalan lahir, sehingga bahu belakang diputar ke depan dengan sendirinya
akan lahir di bawah simfisis.
Kepala janin dilahirkan dengan cara Mauriceau. Apabila terjadi kesulitan maka dapat
digunakan cunam Piper.
Letak sungsang pada janin besar dan disproporsi sefalopelvik merupakan indikasi
mutlakuntuk seksio sesarea.8
6. LETAK LINTANG
Letak janin melintang di uterus dengan posisi bokong sedikit lebih tinggi daripada kepala.
ETIOLOGI
Multiparitas dengan dinding uterus yang lembek. Selain itu prematur, hidramnion, gemelli,
panggul sempit, tumor panggul, plasenta previa, uterus arkuatus dan uterus subseptus.
DIAGNOSIS
Dari inspeksi terlihat uterus tampak melebar dan fundus uteri lebih rendah. Pada palpasi
fundus uteri kosong, simfisis juga kosong, kepala janin berada di samping. Denyut jantung janin di
sekitar umbilikus.
MEKANISME PERSALINAN
Pada letak lintang dengan ukuran panggul normal dan janin cukup bulan tidak terjadi
persalinan normal. Bila dibiarkan maka akan terjadi kematian janin dan ruptur uteri.Janin tidak dapat
turun lebih lanjut dan terjepit dalam rongga panggul. Dalam usaha untukmengeluarkan janin, segmenatas uterus terus berkontraksi sedangkan segmen bawah uterus melebar serta menipis, sehingga batas
antara dua bagian itu makin lama makin tinggi dan terjadi lingkaran retraksi patologik yang disebut
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
28/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 28
letak lintang kasep. Janin akan meninggal. Bila masuk ke dalam tubuh ibu maka akan mengakibatkan
perdarahan dan infeksi.
PROGNOSIS
Prognosis buruk baik pada ibu maupun janin. Faktor- faktor yang mempengaruhi kematian
janin adalah letak lintang kasep, ruptur uteri, tali pusat menumbung serta trauma akibat versiekstraksi untuk melahirkan janin.
PENANGANAN
Apabila ditemukan letak lintang sebaiknya dilakukan versi luar supaya menjadi presentasi
kepala. Pada primigravida bila versi luar tidak berhasil maka sebaiknya dialkukan seksio sesarea. 9
7. PRESENTASI GANDA
Keadaan diamana selain kepala janin di dalam rongga panggul dijumpai tangan, lengan
ataukaki atau keadaan disamping bokong dijumpai tangan. Paling sering adalah adanya tangan ataulengan di samping kepala.
ETIOLOGI
Terjadi karena pintu atas panggul tidak tertutup sempurna oleh kepala atau bokong.
DIAGNOSIS
Dengan pemeriksaan luar sulit ditemukan. Harus dibantu oleh periksaan dalam.
PENANGANAN
Bila lengan seluruhnya menumbung di samping kepala maka dilakukan reposisi lengan.
Tangan penolong dimasukkan ke dalam vagina dan mendorong lengan janin ke atas melewati
kepalanya, kemudian kepala didorong ke dalam rongga panggul dengan tekanan dari luar.7
B. KELAINAN BENTUK JANIN & LETAK TALI PUSAT
1. JANIN BESAR (MAKROSOMIA)
Bayi dianggap besar bila beratnya lebih dari 4000 gram. Dapat ditemukan pada wanita hamil
dengan DM, postmatur, grande multipara atau faktor keturunan. Perkiraan besarnya janin dapat
ditentukan dari tinggi fundus uteri, namun lebih sering baru diketahui setelah tidak adanya kemajuan
persalinan pada panggul yang normal dan his yang adekuat. Umumnya janin yang besar memiliki
bahu yang lebar. Pemeriksaan yang lebih teliti dilakukan dengan USG.
Penanganan : Pada PSP perlu dilakukan episiotomy serta menerapkan maneuver-manuver.Jika janin telah mati sebelumnya dapat dilakukan kleidotomy. SC perlu dipertimbangkan.
2. HIDROSEFALUS
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
29/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 29
Hidrosefalus adalah keadaan terjadinya penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel
otak, sehingga sutura-sutura dan ubun-ubun membesar. Cairan yang tertimbun umumnya sekitar 500
-1500 ml, dapat pula sampai 5 liter. Hidrosefalus dapat disertai dengan spina bifida. juga sering
ditemukan dengan letak sungsang.
Pada pemeriksaan fisik, dalam letak kepala dengan palpasi dapat ditemukan kepala yang besar
dan menonjol dibawah simfisis. Djj terletak lebih tinggi dari biasa. Sedangkan Pada pemeriksaandalam dapat diraba sutura-sutura dan ubun-ubun yang melebar dan tegang. Dengan roentgen terlihat
tulang kepala yang sangat tipis dan kepala yang besar.
Bila terdapat keraguan, dapat dibantu dengan MRI atau USG. Kemungkinan hidrosefalus
harus dipikirkan bila : kepala tidak masuk kedalam panggul pada persalinan dengan panggul normal
danhis adekuat serta kepala janin teraba sebagai benda besar.Dapat terjadi rupture uteri pada saat
persalinan.
Penanganan : sebaiknya dilakukan pungsi dengan jarum spinal saat pembukaan 3 cm pada
letak kepala , atau pungsi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis padaletak sungsang.
3. JANIN KEMBAR MELEKAT (DOUBLE MONSTER)
Kesukaran persalinan biasanya terjadi pada bayi melekat secara lateral terutama torakopagus.
Penanganan sebaiknya dengan SC.
4. JANIN DENGAN PERUT BESAR
Pembesaran perut yang menyebabkan distosia misalnya asites, tumor hati, limpa dan ginjal.
Penanganan : bila perut berisi cairan, dapat dilakukan pungsi perut, bila oleh karen tumor padat
sebaiknya dilakukan SC.
5. PROLAPSUS FUNIKULI
Prolapsus funikuli adalah keaadaan dimana talipusat berada disamping atau melewati bagian
terendah janin didalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Sedangkan tali pusat terdepan adalah
apabila tapi pusat berada disamping atau terletak dibagian terendah janin. namun ketuban belum
pecah.
Resiko hipoksia pada janin akibat terjerat tali pusat sangat tinggi.
Hal tersebut diatas oleh karena pintu atas panggul tidak tertutup oleh bagian bawah janin,
sehingga sering ditemukan pada letak lintang dan sungsang terutama presentasi bokong kaki.
Diagnosis ditegakkan dengan terabanya tali pusat melalui pemeriksaan dalam. Pemeriksaan dalam
wajib dilakukan saat ketuban pecah, sementara bagian terendah janin belum masuk rongga panggul
serta saat DJJ janin menjadi lambat tanpa sebab yang jelas.
Penanganan : Bila tapi pusat masih berdenyut, tapi pembukaan belum lengkap dapat
dilakukan reposisi tali pusat dengan posisi ibu trendelenburg atau SC.
Pada letak sungsang, janin dilahirkan dengan ekstraksi kaki, pada letak lintang dilakukan versi
ekstraksi. Sedangkan pada presentasi belakang kepala dilakukan tekanan yang kuat pada fundus uteri
pada waktu his supaya kepala masuk rongga panggul sehingga mudah dilahirkan.7
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
30/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 30
DISTOSIA AKIBAT KELAINAN TENAGA ( POWER)
Tenaga dalam persalinan, meliputi his (kontraksi uterus) serta tenaga meneran ibu. Pada
persalinan normal, his dimulai dari daerah tuba dan ligamentum rotundum dengan dominasi kekuatan
pada fundus uteri,. Kemudian menjalar ke dalam dan bagian bawah uterus merata simetris padaseluruh korpus uteri. Terdapat relaksasi diantara 2 kontraksi. Sesudah tiap His, otot korpus uteri
menjadi lebih pendek. Pada seluruh kehamilan terdapat tanda Braxton Hicks yaitu kontraksi ringan
dengan amplitudo 5 mmHg/mnt, tidak teratur. Pada kehamilan lebih dari 30 minggu, His makin kuat
dan makin sering. Sesudah lebih dari 36 minggu hingga persalinan dimulai, His makin kuat.
His yang adekuat pada persalinan normal :
1.Amplitudo : 40-60 mm Hg
2.Frekuensi : 3-5X/ 10 menit
3.Durasi : 60-90 detik
Fungsi His yaitu menipiskan dan membuka SBR dan serviks serta bersamaan dengan tenaga mneran
ibu unuk melahirkan bayi dan placenta.
Kelainan HIS terutama ditemukan pada primigravida , khususnya primigravida tua. Kecuali inersia
uteri (pada multipara).
1. INERTIA UTERI
Inertia Uteri atau Hypotonic Uterine Contraction bila sejak awal persalinan His tidak adekuat(lemah, singkat dan jarang) dinamakan inertia uteri primer. Bila timbulnya sesudah His kuat untuk
waktu yang lama disebut inertia uteri sekunder.
Peregangan uterus yang berlebihan misalnya pada gemelli dan hidramnion dapat menjadi
penyebab inersia, tapi penyebab pasti belum diketahui.
KU pasien umumnya baik, nyeri tidak seberapa dirasakan. Diagnosis paling sulit ditegakkan
pada fase laten. Kesalahan yang sering dilakukan adalah false labour (mempercepat lahirnya janin
padahal persalinan belum dimulai. Penatalaksanaan secara umum : TTV ibu dan janin, puasa (bila
diputuskan untuk SC), infuse Glukosa 5% dan NaCl isotonic bergantian serta pemeriksaan dalam.
Penatalaksanaan khusus : penilaian 3P seksama, pemecahan selaput ketuban; oxytocin 5 IU
dalam D5% mulai 8 tts, dinaikkan 4 tts/15 menit (max. 60 tts primi, 40 tts multi). Jika ada
keadaan CPD yang berarti, pertimbangkan SC.
2. HIS TERLAMPAU KUAT
Disebut juga Coordinated Hypertonic Uterine Contraction tidak menyebabkan
distocia.Frekuensi dan durasi saat his normal, tonus relaksasi normal, namun kekuatan/amplitudonya
terlalu besar, akibatnya terjadi partus presipitatus. Pasien mengalami nyeri persisten oleh karena
terbentuknya lingkaran Bandl , perlukaan luas jalan lahir serta rupture uteri. Pada bayi dapat terjadi
dekompresi mendadak dan perdarahan subdural. Penatalaksanaan yang dilakukan adalah pengawasan
yang baik. Pada saat persalinan dilakukan episiotomi.
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
31/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 31
3. INKOORDINASI UTERI
Sifat His pada keadaan ini berubah, tonus relaksasi dan kontraksi meningkat, koordinasi antar
bagian tidak sinkron. Akibatnya terbentuk lingkaran konstriksi yaitu spasmus sirkuler setempat.
Biasanya lingkaran tersebut ditemuka dibatas antara SAR dan SBR. Bahaya hipoksia bagi janin. Pada
keadaan inkoordinasi uteri dapat terjadi distocia servikalis primer bila serviks tidak membuka akibat
tidak dapat berelaksasi.Tekanan kepala janin yang terus menerus dapat mengakibatkan nekrosis danterlepasnya bagian tengah serviks secara sirkuler. Sedangkan bila his kuat merobek serviks sampai
SBR yang kaku akibat scar atau carcinoma disebut distocia servikalis sekunder. Penanganan
simptomatis : morphin , pethidine. Penanganan khusus : pada pembukaan belum lengkap perlu SC.7,8
BAB III
ANALISA KASUS
Pada kasus ini, pasien datang dengan GII PI A0, hamil aterm (39 minggu) inpartu dengan
ketuban pecah 3 hari SMRS, janin presentasi kepala tunggal hidup. Kemudian dilakukan pengkajian
seperti tersebut di bawah ini.
Hal yang mendukung adanya KPD yaitu:
1. Anamnesis
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
32/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 32
- Dari anamnesis didapatkan keluhan pasien berupa keluar air-air dari kemaluan sejak 12jam SMRS, warna putih jernih dan tidak berbau, tidak disertai lendir dan darah. Pasien
hanya merasakan mules yang tidak terlalu hebat.
2.
Pemeriksaan Fisik- Dari pemeriksaan inspekulo didapat ostium uteri eksternum terbuka, tampak ketuban
mengalir warna kuning kemerahan, fluor albus (+), fluxus (+)
- Dari pemeriksaan dalam didapatkan selaput ketuban (-), porsio kenyal, belakang,panjang 3 cm 1 cm, kepala Hodge I.
- Pada pasien ini belum terdapat tanda-tanda inpartu, yaitu sudah keluar lendir kuningbercampur darah (bloody show), ketuban pecah sebelum mencapai pembukaan
lengkap, serviks belum matang (pelvic score 1), sudah adanya his.
- Infeksi pada ibu dan janin pada kasus ini dapat disingkirkan karena pada pemeriksaanfisik didapatkan air ketuban warna kuning kemerahan, suhu ibu normal (36,5C), dan
frekwensi denyut jantung janin normal (144 dpm).
3. Pemeriksaan Penunjang- Dari USG didapatkan ICA: 8, kesan cairan ketuban sedikit berkurang. Pengukuran
indeks cairan amnion (ICA) dilakukan pada diameter vertical terbesar kantung-kantung
cairan ketuban yang ditemukan pada 4 kuadran uterus, yang kemudian dijumlahkan.
Berkurangnya cairan ketuban pada pasien ini kemungkinan besar disebabkan oleh
ketuban pecah dini.
- Dari pemeriksaan laboratorium pre op didapatkan jumlah lekosit normal. Sehinggaadanya kemungkinan infeksi intrauterin dapat disingkirkan. Infeksi intrauterin bila
didapatkan jumlah lekosit sebesar > 15.000/Ul.
Penurunan kadar Hb pada pemeriksaan laboratorium pre op (10,4 gr/dl) mungkinmenunjukkan kondisi anemia yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti
defisiensi zat besi. Namun perlu dilakukan pemeriksaan kembali setelah operasi.
- Pada pemeriksaan CTG menunjukkan NST reasuring, yang berarti kondisikesejahteraan janin baik dan tidak terdapat tanda gawat janin.
- Pada pasien ini tidak dilakukan tes lakmus maupun tes nitrazin (tidak tercantum dalamstatus). Seharusnya tes lakmus dilakukan untuk membantu penegakan diagnosis,
walaupun dari pemeriksaan inspekulo sudah terlihat ostium uteri eksternum terbuka,
dan tampak air ketuban mengalir warna putih jernih tidak berbau. Karena cairan vagina
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
33/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 33
yang tercemar dengan cairan ketuban akan menyebabkan pH menjadi basa, dan akan
terlihat dari perubahan warna lakmus dari merah menjadi biru.
4. Penatalaksanaan- Penatalaksanaan pada pasien ini sudah sesuai dengan SPM. Untuk kehamilan aterm
dengan KPD harus dilakukan penatalaksanaan aktif yaitu terminasi kehamilan. Pada
pasien ini direncanakan untuk partus pervaginam terlebih dahulu, dengan memberikan
induksi oksitosin 5 IU/500 cc RL, kemudian dinilai setelah 6 jam. Setelah dinilai lagi
pada pasien ini tidak terdapat kemajuan persalinan, maka diputuskan untuk melakukan
sectio cesaria.
- Pemberian antibiotik pada pasien ini tepat mengingat resiko terjadinya infeksi, danpenyulit-penyulit lanjut lainnya seperti sepsis. Selain itu diberikan juga analgetik untuk
menghilangkan atau mengurangi nyeri post operasi.
BAB IV
KESIMPULAN
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput ketuban yang terjadi sebelum proses
persalinan berlangsung. KPD merupakan kasus yang banyak ditemukan pada pelayanan obstetrik,
yaitu sekitar 2,7%-17% dari semua kehamilan. KPD menyebabkan 30%-40% prematuritas dan
menjadi salah satu penyebab terbanyak. Dalam kehamilan, KPD menjadi sumber komplikasi dari
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
34/35Olivia Novianty Loei 102011176 Page 34
total 5%-10% kehamilan dan 60% pada kehamilan aterm. Diteksi dini terjadinya KPD sangat
diperlukan agar mengurangi komplikasi yang mungkin terjadi, juga diperlukan ante natal care yang
baik
Penatalaksanaan KPD harus tepat sesuai dengan usia kehamilan, taksiran berat janin, dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi keputusan tindakan untuk mengakhiri kehamilan. Edukasi
pada pasien dan keluarga sangat dibutuhkan untuk mencegah KPD berulang lagi.
Sedangkan pada Distosia, terjadinya persalinan yang sulit ditandai oleh terlalu lambatnya
kemajuan persalinan. Faktornya antara lain kelainan kekuatan (power), kelainan yang melibatkan
janin (passenger), dan kelainan pada jalan lahir (passage).
DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin, Abdul Bari, Editor, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal danNeonatal. Edisi Pertama, cetakan ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
2002; 218-219
7/28/2019 Ketuban Pecah Dini-olivia
35/35
2. Wiknjosastro, Hanifa. Editor, Ilmu Kebidanan. Edisi ketiga, cetakan keenam. Jakarta: YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2008; 677-681
3. Mansjoer, A, Triyanti, K, Rakhmi, S, Wardhani, W.I, Setiowulan, W, Kapita SelektaKedokteran, edisi ketiga, jilid pertama. Jakarta: Media Aesculapius Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 20014. Cuningham, F.Gary, dkk, Obstetri Williams, Edisi 21, Volume 1. Jakarta: EGC, 2006: 282,5. Endjun, Judi Januadi, Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi, Departemen Obstetri Dan
Ginekologi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Fakultas Kedokteran UPN
Veteran. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Indonesiaa, 2007: 138-145
6. Weinstein D, Benshushan A, Tanos V, Zilberstein R, Rojansky N. Predictive score for vaginal
birth after cesarean section. Am J Obstet Gynecol 1996 ; 174 : 1928.
7. Cunningham FG, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap III LC : Williams Obstetric 21 sted, McGraw-
Hill, 2001.
8. Widjanarko B : Persalinan Sungsang dalam Ketrampilan Klinik Dasar : Obstetric Ginekologi,
Bagian Obstetri-Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Katholik Atmajaya, Jakarta, 1999.
9. Wikjosastro H, Haifuddin AB, Rachimhadhi T : Distosia karena kelainan letak serta bentuk janin
dalam ilmu kebidanan 3rded, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo, 1999.
10. www.emedicine.com/med/topic3280.htm