ANALISIS POTENSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN INVESTASI DI PROVINSI PAPUA
ANALISIS POTENSI DAERAH TERHADAP PENINGKATAN
INVESTASI DI PROVINSI PAPUA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam sistem perekonomian suatu bangsa investasi merupakan hal sangat penting, tidak
mengherankan jika negara maju atau negara berkembang berusaha secara optimal untuk menjadi
tujuan investasi guna menggerakan roda perekonomian yang berhubunggan langsung dengan
sistem produksi, kegiatan perdagangan dan ekspor serta kegiatan ekonomi masyarakat pada
umumnya. Dilihat dari ruang lingkup ini tidaklah berlebihan jika dikemukakan bahwa kehadiran
investasi merupakan suatu hal yang singnifikan dalam pembangunan nasonal atau tepatnya
dalam menggerakan roda perekonomian yang dilakukan pemerintah.
Indonesia seperti diketahui memiliki kondisi internal yang menjadikannya mempunyai
keunggulan komparatif. Keunggulan komparatif itu antara lain adanya stabilitas ekonomi dan
politik, kemudahan dan relatif murahnya memperoleh faktor produksi yang berupa tenaga kerja
dan sumber kekayaan yang melimpah. (Hendrik Budi Untung, 2010)
Salah satu provinsi yang mendapat perhatian khusus adalah Provinsi Papua yang
merupakan salah satu wilayah yang kaya akan sumber daya alam yang sangat menjanjikan bagi
Indonesia, akan tetapi investasi yang masuk mengarah pada sektor pertambangan ( investor high
class), sedangkan potensi di bidang perkebunan, perkebunan, dan perikanan belum optimal.
Papua yang merupakan provinsi paling timur yang menyimpan begitu banyak kekayaan
sumber daya alam yang belum di kelola secara maksimal, oleh karena itu Pemerintah Provinsi
Papua melalui Badan Promosi dan Investasi Daerah melakukan promosi secara besar-besaran
kepada investor untuk menanamkan modalnya di berbagai sektor komoditi unggulan (sumber
daya alam), perkebunan, pertanian, dan perikanan dengan pembagian fasilitas yang lebih baik.
Hadirnya otonomi khusus untuk Provinsi Papua tenyata tidak menjamin terciptanya iklim
investasi kondusif. Pertumbuhan ekonomi sebelum otonomi khusus pada tahun 1997 mencapai
7,42% dan 1998 mencapai 12,72% sedangkan pertumbuhan ekonomi ekonomi sesudah otonomi
khusus diimplikasikan tahun 2003 mencapai 2,96% dan tahun 2004 mencapai 0,53%. (Badan
Pusat Statistik Provinsi Papua, 2006)
Pembangunan di Provinsi Papua tahun 2009 merupakan kelanjutan pembangunan tahun
sebelumnya yaitu salah satunya membangun tanah Papua yang damai dan sejahtera sesuai visi
Gubernur yaitu membangun Papua baru dengan pendekatan pembangunan yang berorientasi
kepada pengembangan perekonomian kerakyatan dalam rangka untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat Papua.
Berbagai kegiatan dan pendekatan telah dilakukan selama tahun 2009 yang di dukung oleh
berbagai kebijakan pembangunan antara lain dengan dana dari Pemerintah Daerah dalam
membangun sendi-sendi kehidupan dan perekonomian masyarakat (pembangunan ekonomi
kampung) melalui pemberian bantuan langsung ke kampung/desa untuk pembangunan yang
dilakukan langsung oleh aparat kampung bersama masyarakat.
Pembangunan melalui dana pemerintah saja tidaklah cukup, sehingga dibutuhkan juga
campur tangan dari investor berupa lapangan kerja dan sarana/prasarana untuk mendukung
peningkatan kegiatan masyarakat di Papua
Untuk lebih mendorong perekonomian masyarakat di masa yang akan datang, maka
dibutuhkan dukungan pemerintah dalam membina dan mendorong pertumbuhan investasi agar
dapat berkembang di provinsi Papua. Kita perlu menyadari bahwa dengan meningkatnya
kegiatan investasi di Papua akan secara langsung membawa perubahan besar dalam kehidupan
dan tumbuhnya perekonomian masyarakat seperti:
1. Terciptanya peluang lapangan kerja
2. Membuka daerah yang terisolir
3. Bergeraknya roda perekonomian masyarakat di sekitar lokasi kegiatan investasi
4. Berdirinya sarana pendidikan, jalan, sarana ibadah dan sarana kesehatan di lokasi
proyek investasi
5. Adanya kontribusi penggunaan tanah ulayat kepada masyarakat adat
6. Peningkatan pendapatan dan devisa negara
Untuk mengembangkan investasi yang lebih menarik maka strateginya adalah memperkuat
kelembagaan dan keleluasan peran daerah sesuai prinsip otonomi daerah dan desentralisasi.
Secara teoritis, dengan dikeluarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah, kepala daerah dalam hal ini Gubernur dan ataupun Bupati/Walikota diberi otoritas untuk
mengelola daerah secara otonom untuk menarik investor menanamankan modalnya di daerah
dengan memberikan ketentuan (Perda) yang meringankan investor asing. Sejalan dengan itu
kelembagaan bidang investasi menjadi faktor yang kritis dan menjadi titik paling lemah sehingga
penataan dan penguatannya perlu diwujudkan. Maka dari itu penulis tertarik untuk menguraikan
peran dari Badan Promosi dan Investasi Daerah dengan mengambil judul “PERAN BADAN
PROMOSI DAN INVESTASI DAERAH TERHADAP POTENSI INVESTASI DI
DAERAH PAPUA”.
B. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang timbul adalah sebagai “Bagaimana potensi daerah papua terhadap
peningkatan investasinya?”
C. Tujuan Penulisan
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penulisan adalah untuk menganalisis
potensi daerah papua terhadap peningkatan investasinya..
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pihak manajemen guna
meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
2. Bagi Peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai akuntansi sumber
daya manusia dan dampaknya terhadap kinerja keuangan perusahaan, serta menjadi sumber
informasi dan bahan masukan bagi peneliti selanjutnya untuk dijadikan perbandingan
dalam mengadakan penelitian yang sejenis dan cakupannya lebih luas.
3. Bagi Universitas Yapis Papua
Untuk menambah perbendaharaan karya ilmiah di Universitas Yapis Papua agar
dapat dimanfaatkan untuk menambah pengetahuan bagi yang berkepentingan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
B. Pengertian Investasi
Penanaman modal berarti penanaman modal langsung oleh para investor lokal (domestic
investor), investor asing (Foreign Direct Investment) dan penanama modal yang dilakukan
secara tidak langsung oleh pihak asing (Foreign Indect Investment). Beberapa pengertian
investasi antara lain:
a. Investasi adalah pengeluaran oleh produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa
dengan tujuan sebagai penambahan stok barang. Dalam perhitungan pendapatan nasional,
pengertian investasi adalah pembentukan modal tetap domestic bruto (Boediono,1986).
Investasi juga diartikan sebagai upaya penanaman modal baik langsung maupun tidak
langsung dangan harapan pada saatnya nanti pemilik modal hasil dari penanaman modal
tersebut (T. Gilarso, 1991:3)
b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 1 angka 1,
penanaman modal adalah segala bentuk kegitan menanamkan modal baik oleh penanaman
dalam negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha wilayah negara
Republik Indonesia
Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal dalam
kegiatan bisnis maupun dalam bahasa perundang-undangan. Istilah investasi populer dalam
dunia usaha, sedangkan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahasa
perundangan-undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah mempunyai pengertian yang sama
sehingga kadang-kadang digunakan secara interchangeable. (Ida Bagus Racmadi Supanca,
2006).
Secara umum investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person), dalam upaya meningkatkan
atau mempertahankan nilai modalnya, baik berbentuk uang tunai (cash money), peralatan
(equipment), aset tak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian. Investasi
memiliki pengertian yang lebih luas karena mencakup investasi langsung maupun investasi tidak
langsung (portofolio investment). (Dhaniswara k. Harjono,2007)
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa tidak ada perbedan prinsipil antara investasi
dan penanaman modal. Maka dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang atau badan hukum, menyisihkan berbagai pendapatnya untuk
melakukan usaha dengan harapan pada suatu waktu tertentu akan mendapatkan keuntungan.
(Santoso Sembiring,2010)
- Jenis-jenis Investasi
Pada dasarnya investasi dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Investasi langsung (Direct Investment) atau Penanaman Modal Jangka Panjang.
Dalam konteks Undang-Undang Penanaman Modal hanya hanya mencakup
penanaman modal secara langsung. 12 menurut pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Penanaman Modal, “Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanaman modal,
baik olehpenanam modal negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha
di wilayah Republik Indonesia”
Investasi langsung dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan (join
venture company) dengan mitra lokal; kerjasama operasi (joint operation schema) tanpa
membentuk usaha baru; mengkonversi pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam
perusahan lokal; memberikan bentuk teknis dan manajerial (tehnical and management
assistance) maupun dengan memberikan lisensi. (Ida Bagus Racmadi Supanca, 2006).
2. Investasi tak langsung (indirect investment) atau portofolio investment
Investasi tak langsung merupakan penanaman modal jangka pendek yang
mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Disebutkan penanaman
modal jangka pendek karena pada umumnya jual beli saham dan/atau mata uang dalam
jangka waktu yang relatif singkat tergantung dari frekuensi nilai saham dan/atau mata uang
yang hendak mereka jual belikan. (Ida Bagus Racmadi Supanca, 2006).
Perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tak langsung sebagai berikut:
(Dhaniswara k. Harjono,2007)
1) Pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada persoalan
perseroan sehari-hari.
2) Pada investasi tak langsung biasanya resiko ditanggung sendiri oleh pemegang
saham sehingga pada dasarnya tidak dapat menggugat perusahaan yang menjalankan
kegiatannya.
3) Kerugian pada investasi tak langsung pada umumnya tidak dilindungi oleh hukum
kebiasaan internasional.
C. Faktor-faktor yang Menjadi Pertimbangan Penanaman Modal (Ana
Rochmatussa’dyah dan Suratman, 2010)
1. Masalah Resiko Menanam Modal
Setiap kegiatan penanaman modal selalu dikaitkan dengan kemungkinan terjadi
resiko yang mengakibatkan berkurang nilai modal. Maslah resiko penanaman modal
merupakan faktor yang cukup dominan yang menjadi dasar pertimbangan dalam
melakukan kegiatan investasi. Salah satu faktornya adalah aspek stabilitas keamanan. Hal
ini sangat lumrah mengingat tanpa adanya stabilitas politik dan kepastian keamanan maka
resiko kegagalan yang dihadapi semakin besar. Aspek stabilitas politik tidak dapat
diramalkan yang mencakup keadaan seperti perang, pendudukan oleh negara asing, perang
saudara, kudeta, revolusi, pemberontakan, dan lain-lain
2. Masalah Jalur birokasi
Birokrasi yang terlalu panjang secara tidak langsung menciptakan situasi yang
kurang kondusif bagi kegiatan investasi dan memberatkan para calon pemodal sehingga
dapat mengurungkan niat para pemodal untuk melakukan kegiatan investasi. Sebagai
gambaran dapat dikemukakan bahwa salah satu keluhan yang sering di lontarkan oleh para
investor asing begitu banyak jenis perizinan yang harus diperoleh yang secara langsung
memberikan dampak biaya perusahaan
3. Masalah Transparansi dan Kepastian Hukum
Bagi calon investor, adanya transparasi dalam proses dan tata cara penanaman modal
akan menciptakan suatu kepastian hukum serta menjadikan segala sesuatunya menjadi
mudah diperkirakan, tetapi sebaliknya apabila tidak adanya transparasi dan kepastian
hukum akan membingungkan para calon investor yang sering kali mengakibatkan biaya
pengurusan yang cukup mahal.
4. Masalah Alih Teknologi
Adanya peraturan yang terlampau ketat menyangkut kewajiban alih teknologi dari
negara tuan rumah dapat mengurangi minat penanaman modal yang sangat berharga dalam
mengembangkan usahanya, karena untuk menghasilkan teknologi tersebut membutuhkan
biaya penelitian dan pengembangan yang sangat besar serta jangka waktu yang relatif
panjang.
5. Masalah Jaminan Investasi
Salah satu faktor yang menjadi bahan pertimbangan oleh para modal sebelum
melakukan kegiatan penanaman modal adalah adanya jaminan dari negara tuan rumah
terhadap kepentingan pemodal dalam hal terjadinya kerusuhan, huru-hara, penyitaan,
nasionalisasi, dan pengambilalihan.
6. Masalah Ketenagakerjaan
Faktor ketenagakerjaan merupakan faktor yang sangat dipertimbangakan oleh para
pemodal karena dengan adanya tenaga kerja yang terlatih dan terampil yang memadai serta
upah yang tidak terlalu tinggi akan menjadi minat investor untuk melakukan kegiatan
investasi semakin besar. Adanya hubungan timbal balik antara pemodal dangan masalah
ketenagakerjaan, dimana penanaman modal di sutu pihak memberikan implikasi
terciptanya lapangan kerja yang menyerap sejumlah tenaga kerja di berbagai sektor,
sementara di lain pihak kondisi sumber daya manusia yang tersedia dan situasi
ketenagakerjaan yang melingkupinya akan memberikan pengaruh yang besar pula bagi
kemungkinan peningkatan dan penurunan penanaman modal.
7. Masalah Infrastruktur
Tersedia jaringan infrastruktur yang memadai akan sangat berperan dalam
menunjang keberhasilan suatu kegiatan penanaman modal. Oleh karena itu tersedianya
jaringan infrastruktur pokok seperti perhubungan (darat, laut, dan udara), serta sarana
komunikasi merupakan faktor penting yang sangat diperlukan investor
8. Masalah Keberadaan Sumber Daya Alam
Masalah keberadaan sumber daya alam merupakan salah satu daya tarik utama dalam
melakukan kegiatan investasi. Negara-negara yang kaya akan sumber daya alam sebagai
bahan baku atau komoditi dalam industri telah menjadi sasaran utama untuk pemodal
melakukan investasi. Indonesia sebagai negara yang mempunyai sumber daya alam yang
melimpah merupakan tempat yang menarik untuk melakukan kegiatan investasi, meskipun
demikian kekayaan alam yang begitu melimpah harus didukung investasi yang tepat
dimana satu pihak dapat memberikan jaminan kepastian hukum bagi investor atas kontrak-
kontrak yang dibuat dalam rangka eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam serta di lain
pihak kegiatan penanaman modal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat
banyak.
D. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
1. Asas dan Tujuan yang terkandung dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007
tentang Penanaman Modal
Dalam pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal disebutkan bahwa penanaman modal diselenggarakan berdasarkan asas:
- Kepastian hukum;
- Keterbukaan;
- Akuntabilitas;
- Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara;
- Kebersamaan;
- Efisiensi dan berkeadilan;
- Berkelanjutan;
- Berwawasan lingkungan;
- Kemandirian; dan
- Keseimbangan dan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal sebagaimana tercantum dalam pasal 2
ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal adalah:
- Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
- Menciptakan lapangan kerja;
- Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
- Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
- Meningkatkan kapasitas kemampuan teknologi nasional;
- Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
- Mengolah ekonomi potensial manjadi kekuatan ekonomi rill dengan
mengunakan dana berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;
- Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2. Kebijakan Dasar Penanaman Modal
Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Pananaman Modal
disebutkan bahwa pemerintah menetapkan kebijakan dasar penanaman modal untuk:
a. Mendorong terciptaan iklim usaha nasional yang kondutif bagi penanaman
modal untuk penguatan daya saing perekonomian nasional; dan
b. Mempercepat peningkatan penanaman modal.
Pasal 4 ayat (2) disebutkan bahwa dalam menetapkan kebijakan dasar sebagaimana
pada ayat (1) pemerintah:
a. Memberikan perlakuan yang sama bagi penanaman modal dalam negeri dan
penanaman modal asing dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional;
b. Menjamin kepastian hukum, kepastian berusaha dan keamanan berusaha bagi
penanaman modal sejak proses pengurusan perizinan sampai berakhirnya
kegiatan penanaman modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; dan
c. Membuka kesempatan bagi perkembangan dan memberikan perlindungan
kepada usaha mikro kecil, menengah dan koperasi.
E. Badan Koordinasi Penanaman Modal
Lembaga yang menangani penanaman modal sebagai bagian dari pembaharuan ketentuan
penanaman modaldisebutkan dalam pasal 27 Undang-undang Penanaman Modal (UUPM) yaitu
Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) yang disebutkan:
1. Pemerintah mengordinasi kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi
pemerintah, antar instansi pemerintah dengan Bank Indonesia, antar instansi
pemerintah dengan pemerintah daerah maupun antar pemerintah daerah.
2. Koordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal. Badan Koordinasi
Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dipimpin oleh kepala dan
bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
3. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Posisi BKPM yang dimuat dalam UUPM semakin memperjelas dan memperkuat
kedudukan lembaga non departemen ini menangani langsung tentang penanaman modal. Pasal
27 di atas, Kepala BKPM bertanggung jawab langsung kepada presiden sesuai dengan
penjelasan pasal 27 ayat (3) dikatakan bahwa yang dimaksud dengan bertanggung jawab
langsung kepada presiden adalah Badan Koordinasi Penanaman Modal dalam melaksanakan
tugas, menjalankan fungsi dan menyampaikan tanggung jawabnya secara langsung kepada
presiden.
Pasca pelaksanaan undang-undang pemerintah daerah, sebagian kewenangan pengelolaan
investasi diserahkan kepada pemerintah daerah, sehingga dengan terbitnya UUPM secara yuridis
formal, BKPM diberi otoritas untuk mengkoordinasikan berbagai hal tentang pengelolaan
investasi. Hal ini tentu saja menarik karena apabila semangat untuk mengelola investasi
dijalankan secara optimal maka prosedur pelayanan investasi benar-benar dapat dilakukan dalam
satu atap. Konsekuensi lebih jauh dirasakan oleh para investor adalah jangka waktu layanan
dapat lebih dipercepat, tidak berbelit-belit dan mengurangi pungutan liar. Akan tetapi semua ini
kembali pada aparatur/pejabat yang ditunjuk dalam melaksanakan tugas investasi yang berada
dibawah koordinasi BKPM adalah orang-orang yang mempunyai wewenang dan kompetensi
untuk memutuskan, sebab jika tidak maka tujuan yang akan dicapai dalam pelayanan yang
terpadu tidak akan memenuhi sasaran.
Pemerintah dalam hal ini presiden sebagai kepala pemerintahan mengeluarkan Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman
Modal (PerPres Nomor 90/2007) Tentang BKPM). Pasal 1 ayat (1) dijelaskan: Badan Koordinasi
Penanaman Modal yang selanjutnya dalam peraturan presiden ini disebut BKPM adalah lembaga
Non Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden; ayat
(2) BKPM dipimpin oleh seorang Kepala. Adapun tugas yang diemban oleh BKPM dijabarkan
dalam pasal 2 sebagai berikut: BKPM mempunyai tugas melaksanakan koordinasi kebijakan dan
pelayanan dibidang penanaman modal berdasarkan ketentuan perundang-undangan.
F. Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Peningkatan pelayanan kepada investor dalam pasal 25 ayat (5) UUPM secara tegas
dikatakan pelayananan dilakukan secara terpadudalam satu pintu. Hal ini dirasakan perlu
disederhanakan mengingat para investor ketika menanamkan modalnya tidak perlu mendatangi
berbagai instansi pemberi izin, sebagaimana dijabarkan dalam pasal 26 ayat (1) Pelayanan
terpadu satu pintu bertujuan membantu penanam modal dalam memperoleh kemudahan
pelayanan, fasilitas fiscal dan informasi mengenai penanaman modal.
Penjabaran lebih lanjut perihal pelayanan terpadu satu pintu diatur dalam peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 Tentang pelayanan Terpadu Satu Pintu di
Bidang Penanaman Modal ( PerPres Nomor 27/2009 PTSP). Pasal 1 butir 4 di jelaskan:
Pelayanan Terpadu Satu Pintu yang selanjutnya disingkat PTSP adalah kegiatan
penyelenggaraan suatu Perizinan dan Non perizinan yang mendapat pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dan lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan non
perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dan tahap permohonan sampai dengan tahap
terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat.
Pelaksanaan PTSP ditingkat provinsi dijabarkan dalam pasal 11 sebagai berikut: Ayat (1)
Penyelenggaraan PTSP dibidang penanaman modal oleh pemerintah provinsi dilakukan oleh
PDPPM. Ayat (2) dalam menyelenggarakan PTSP di bidang penanaman modal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Gubernur memberikan pendelegasian wewenang pemberian perizinan
dan non perizinan dibidang penanaman modal yang menjadi urusan pemerintah provinsi kepada
kepala PDPPM. Ayat (3) Urusan pemerintah provinsi sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
meliputi:
a. urusan pemerintah provinsi di bidang penanaman modal yang ruang lingkupnya
lintas kabupaten/kota berdasarkan peraturan perundang-undangan mengenai
pembagian urusan pemerintah antara pemerintah dengan pemerintah daerah provinsi;
b. urusan pemerintah di bidang penanaman modal sebagaimana dimaksudkan pada
pasal 8 ayat (1) yang memberikan pelimpahan wewenang kepada Gubernur.
G. Kewenangan Daerah di Bidang Penanaman Modal
Berdasarkan pasal 6 ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintahan Daerah Provinsi dan pemerintahan kabupaten/kota terdiri atas urusan
wajib dan urusan pilihan. Pada pasal 7 ayat (2) disebutkan bahwa urusan yang wajib
diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota
berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi:
• Pendidikan
• Kesehatan
• Lingkungan Hidup
• Pekerjaan Umum
• Penataan Ruangan
• Perencanaan pembangunan
• Perumahan
• Kepemudaan dan Olahraga
• Penanaman modal
• Koperasi dan usha kecil menengah
• Kependudukan dan catatan sipil
• Ketenagakerjaan
• Ketahanan pangan
• Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
• Keluarga berencana dan keluarga sejahtera
• Perhubungan
• Komunikasi dan informatika
• Pertahanan
• Kesatuan bangsa dan politik dalam negeri
• Otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan, perangkat daerah,
kepegawaian dan persandian
• Pemberdayaan masyarakat dan desa
• Sosial
• Kebudayaan
• Statistik
• Kearsipan
• Perpustakaan
Urusan pilihan yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi dan pemerintahan
kabupaten/kota sesuai dengan pasal 7 ayat (4) meliputi:
• Kelautan dan perikanan
• Pertaniaan
• Kehutanan
• Energi dan sumber daya mineral
• Pariwisata
• Industri
• Perdagangan
• Transmigrasian
H. Kerangka Berfikir
a. Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2007 tentang Penanaman Modal pasal 1 angka 1, penanaman modal adalah segala
bentuk kegitan menanamkan modal baik oleh penanaman dalam negeri maupun penanaman
modal asing untuk melakukan usaha wilayah negara Republik Indonesia.
Investasi pada hakekatnya merupakan awal kegiatan pembangunan ekonomi, investasi
dapat dilakukan oleh swasta, pemerintah atau kerjasama antara pemerintah dan swasta.
potensi investasi di Papua cukup besar karena tidak sedikit bahan baku industri yang
tersedia dalam jumlah banyak di alam. Seperti di sektor perikanan, kelautan, pariwisata,
pertambangan dan kehutanan.
Dengan demikian potensi yang di miliki papau dapat di jadikan indicator dalam
peningkatan investasi.
POTENSI
INVESTASI
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif kuantitatif karena bertujuan untuk
menggali informasi dan menggambarkan mengenai potensi daerah terhadap peningkatan
investasi. Hasil selanjutnya dideskripsikan dalam bentuk analisis secara lebih mendalam
sehingga dapat diketahui potensi daerah dan peningkatan investasi di provinsi Papua.
B. Jenis, Sumber dan Teknik Pengambilan Data
1. Jenis data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.
- Data primer diperoleh adalah data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian yaitu informasi potensi daerah terhadap peningkatan investasi.
- Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui pihak lain atau tidak langsung
diperoleh peneliti dari subyek penelitiannya yaitu data yang dapat mendukung
data primer. Data tersebut berupa laporan peningkatan investasi di Papua dari
tahun 2007, 2008, dan 2008 serta data lain seperti buku-buku yang memiliki
relevansi dengan masalah penelitian.
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder. Data
yang diperoleh meliputi peningkatan investasi di Papua dari tahun 2007, 2008, dan 2008
3. Teknik pengambilan data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi, yaitu kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan
menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 2002: 133). Metode mengumpulkan data secara
langsung pada sumber data yang akan dianalisis
b. Interview (Wawancara)
Wawancara menurut Arikunto (2002: 132) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara (Interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan data pendukung terkait dengan objek kajian.
c. Dokumentasi
Dokumentasi, yaitu peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku,
majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya yang
ada hubunganya dengan objek yang diperhatikan (Arikunto, 2002: 135). Dalam metode ini
digunakan untuk mengetahui potensi investasi yang ada di daerah Papua.
C. Definisi Operasional
Agar penulisan ini lebih terarah, maka perlu ditentukan variabel-variabel yang akan diteliti.
Dalam hal in variabel-variabel yang di teliti dibagi menjadi dua yaitu:
1. Variabel bebas
Yang dimaksud variabel bebas adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel
lain dalam hal ini variabel bebas adalah potensi daerah
2. Variabel Terikat
Yang di maksud variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variable lain
atau dengan kata lain variabel tidak bebas suatu variabel yang tergantung pada variabel
bebas. Dalam hal ini yang merupakan variabel terikat adalah peningkatan investasi di
provinsi Papua
D. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul dari hasil pengumpulan data, perlu segera dikerjakan oleh peneliti
(Arikunto, 1998: 240). Teknik yang digunakan dalam menganalisis data adalah bersifat
deskriptif kualitatif, yaitu analisis yang berwujud keterangan uraian yang menggambarkan objek
penelitian pada saatini berdasarkan fakta-fakta yang ada, yang digambarkan dengan kata-kata
atau kalimat dipisah-pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Untuk dapat
mencapai penelitian sesuai dengan harapan dalam penyusunan dan untuk memperoleh suatu
kesimpulan, maka data yang terkumpul akan dianalisis dengan analisis kualitatif dengan
langkah-langkah sebagai berikut: memeriksa dan meneliti data-data yang terkumpul untuk
menjamin apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya, mengotorisasikan
data-data yang disesuaikan dengan criteria dan hal-hal yang diperlukan dalam suatu pendataan.
Penyajian data penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif atau developmental, yaitu
dengan menggambarkan kenyataan-kenyataan yang terjadi bersifat umum dan kemungkinan
masalah yang dihadapi serta solusinya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum mengenai Badan Promosi dan Investasi Daerah Provinsi Papua
Struktur organisasi dan tugas masing-masing bidang pada Badan Promosi dan Investasi
Daerah Provinsi Papua adalah sebagai berikut.
1. Sub bidang kebijakan penanaman modal
a. Menyusun dan menetapkan kebijakan pengembangan penanaman modal daerah
kabupaten/kota dalam bentuk rencana umum penanaman modal daerah dan
rencana strategis daerah sesuai dengan program pembangunan daerah
kabupaten/kota, berkoordinasi dengan pemerintah provinsi;
b. Merumuskan dan menetapkan pedoman, pembinaan, dan pengawasan dalam
skala kabupaten/kota terhadap penyelenggaraan kebijakan dan perencanaan
pengembangan penanaman modal, berkoordinasi dengan pemerintah provinsi;
c. Mengkoordinasikan, merumuskan, menetapkan dan melaksanakan kebijakan
daerah kabupaten/kota di bidang penanaman modal meliputi:
- Penyiapan usulan bidang-bidang usaha yang perlu dipertimbangkan tertutup.
- Penyiapan usulan bidang-bidang yang perlu dipertimbangkan terbuka
dengan persyaratan.
- Penyiapan usulan bidang-bidang yang perlu dipertimbangkan mendapatkan
prioritas tinggi di kabupaten/kota.
- Penyusunan peta investasi daerah kabupaten/kota dan identifikasi potensi
sumber daya daerah kabupaten/kota yang terdiri dari sumber daya alam,
kelembagaan dan sumber daya manusia termasuk pengusaha mikro, kecil,
menengah, koperasi, dan besar.
- Usulan dan pemberian insentif penanaman di luar fasilitas dan non fiscal
nasional yang menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.
- Menetapkan peraturan daerah kabupaten/kota tentang penanaman modal
dengan berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Sub Bidang Pelaksanaan Kebijakan Penanaman Modal
Sub-sub Bidang Kerjasama Penanaman Modal
a) Melaksanakan, mengajukan usulan materi dan memfasilitasi kerjasama dengan
dunia usaha di bidang penanaman modal di tingkat kabupaten/kota.
b) Melaksanakan, mengajukan usulan materi dan memfasilitasi kerjasama
internasional di bidang penanaman modal di tingkat kabupaten/kota.
Sub-sub Bidang Promosi Penanaman Modal
a) Mengkaji, merumuskan dan menyusun kebijakan teknis pelaksanaan pemberian
bimbingan dan pembinaan promosi penanaman modal di tingkat kabupaten/kota.
b) Melaksanakan promosi penanaman modal daerah kabupaten/kota baik di dalm
negeri maupun di luar negeri.
c) Mengkaji, merumuskan dan menyusun materi promosi skala kabupaten/kota.
Sub-sub Bidang Pelayanan Penanaman Modal
a) Mengkaji, merumuskan dan menyusun pedoman tata cara dan pelaksanaan
pelayanan terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal yang menjadi
kewenangan kabupaten/kota berdasarkan pedoman tata cara dan pelaksanaan
pelayanan terpadu satu pintu kegiatan penanaman modal yang ditetapkan oleh
pemerintah.
b) Pemberian izin usaha kegiatan penanaman modal dan non perizinan yang
menjadi kewenangan kabupaten/kota.
c) Melaksanakan pelayanan terpadu satu pintu berdasarkan pendelegasian atau
pelimpahan wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan
perizinan dan non perizinan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota.
Sub-sub Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal
a) Mengkaji, merumuskan dan menyusun kebijakan teknis pengendalian
pelaksanaan penanaman modal di kabupaten/kota.
b) Melaksanakan pemantauan, bimbingan dan pengawasan pelaksanaan penanaman
modal, berkoordinasi dengan pemerintah dan pemerintah provinsi.
Sub-sub Bidang Pengelolaan Data Dan Sistem Informasi Penanaman Modal
a. Mengkaji, merumuskan dan menyusun pedoman tata cara pembangunan dan
pengembangan sistem informasi penanaman modal skala kabupaten/kota.
b. Membangun dan mengembangkan sistem informasi penanaman modal yang
terintegrasi dengan sistem informasi penanaman modal pemerintah dan
pemerintah provinsi.
c. Mengumpulkan dan mengolah data kegiatan usaha penanaman modal dan
realisasi proyek penanaman modal skala kabupaten/kota.
d. Memutakhirkan data dan informasi penanaman modal daerah.
Sub-sub penyebarluasan, pendidikan dan pelatihan penanaman modal
a) Membina dan mengawasi pelaksanaan di bidang sistem informasi penanaman
modal.
b) Melaksanakan sosialisasi atau kebijakan dan perencanaan pengembangan,
kerjasama luar negeri, promosi, pemberian pelayanan perizinan, pengendalian
pelaksanaan dan sistem informasi penanaman modal skala kabupaten/kota
kepada aparatur pemerintah dan dunia usaha.
c) Melaksanakan pendidikan dan pelatihan penanaman modal skala
kabupaten/kota.
B. Potensi Investasi di Daerah Papua
1. Gambaran Umum Papua
Luas Provinsi Papua adalah 317.062 Km, terletak antara 130-141 Bujur Timur dan
2,25-9 Lintang Selatan dengan batas wilayah:
Sebelah Utara Samudra Pasifik
Sebelah Selatan Laut Arafura
Sebelah Barat Provinsi Papua Barat
Sebelah Timur Negara Papua New Guinea
Papua terletak di sebelah selatan garis khatulistiwa, namun karena daerahnya yang
bergunung-gunung maka iklim di Papua sangat bervariasi. Pantai selatan Papua berikilim
kering akibat pengaruh angin kering yang bertiup dari daratan Australia. Pantai utara dan
pegunungan tengah beriklim basah dengan curah hujan yang tinggi. Di bagian utara hujan
turun merata sepanjang tahun dengan curah hujan cukup tinggi yaitu di atas 4.000 mm per
tahun.
Keadaan topografi Papua bervariasi mulai dari dataran rendah berawa sampai dataran
tinggi yang dipadati dengan hutan hujan tropis, padang rumput dan lembah dengan alang-
alangnya. Di bagian tengah berjejer rangkaian pegunungan tinggi sepanjang 650 Km.
Sungai-sungai besar beserta anak sungainya mengalir ke arah selatan dan utara, sungai-
sungai tersebut mempunyai peranan penting bagi masyarakat sepanjang alirannya baik
sebagai sumber air bagi kehidupan sehari-hari, sebagai penyedia ikan maupun sebagai
sarana penghubung ke daerah luar. Selain itu terdapat pula beberapa danau, diantaranya
yang terkenal adalah Danau Sentani di Jayapura, Danau Yamur, Danau Tigi dan Danau
Paniai di Kabupaten Nabire dan Paniai.
Di Papua terdapat 6 jenis tanah utama dari 19 jenis tanah yang terdapat di Indonesia.
Yaitu Alfisol, Entisol, Inceptisol, Mollisol, Histosol dan Ultisol. Dari sekitar 30.915.094
Ha luas tanah Papua dapat diklasifikasikan ke dalam 2 kolompok besar yaitu:
Areal pertanian, perkebunan, peternakan, pemukiman dan lain-lain yang
diperkirakan 10%.
Sisanya berupa areal berhutan, belukar dan alang-alang.
Berdasarkan proyeksi tahun 2008 jumlah penduduk Papua sebanyak 2.056.517 jiwa
dengan rata-rata pertumbuhan 2,03% per tahun. Jika dibandingkan dengan luas wilayah
maka secara rata-rata kepadatan penduduk Papua hanya 6,49 jiwa/Km2. Jumlah angkatan
kerja Papua berdasarkan Sakernas Agustus 2008 tercatat sebanyak 1.401.848 orang,
sedangkan pencari kerja yang tercatat sebanyak 89.042 orang.
2. Sumber Daya Alam Papua
a. Pertanian
Dari 309.150 Km2 luas daratan Papua diperkirakan 128.700 Km2 atau 1.287.700
Ha merupakan tanah yang cocok untuk digunakan sebagai areal pertanian.
Komoditi pertanian tanaman pangan Papua adalah padi, jagung, ubi kayu, ubi
jalar, kacang tanah, kacang kedelai, kacang hijau, keladi dan umbi-umbian. Selain itu
tanaman sayur dan buah-buahan juga cukup melimpah dan berkembang sejalan
dengan kebutuhan masyarakat.
Jenis sayur-sayuran di Papua bervariasi antara lain bawang merah, bawang putih,
kentang, kubis, lombok, tomat, ketimun, terong, kacang panjang, sawi, kacang
merah, buncis, labu siam, kangkung, bayam, wortel dan daun bawang.
Sedangkan untuk buah-buahan di Papua telah pula dikembangkan beraneka jenis
buah-buahan tropis seperti yang terdapat di daerah Indonesia lainnya seperti pisang,
nanas, alpokat, mangga, rambutan, duku, jambu air, jambu biji, jeruk, salak, nangka,
dan lain sebagainya.
Tabel IV.1. Produksi Sayuran selama Tahun 2006-2008
No Komoditas Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/Ha)
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
1 Bawang 154 159 163 786 791 869 47 50 53
2 Kentang 365 370 386 3.294 3.303 3.534 89,27 89,27 91,55
3 Kembang
Kol
39 41 43 362 371 398 90,50 90,50 92,50
4 Wortel 190 196 200 1.464 1.472 1.596 75,11 75,11 79,80
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Papua, 2008
Tabel IV.2. Produksi Buah-buahan selama Tahun 2006-2008
N
o
Komoditas Luas Lahan (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas
(Ton/Ha)
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
1 Nanas - 789 802 - 3.70
4
3.723 - 46,9
4
46,42
2 Jeruk - 1.326 1.33
7
- 8.81
6
8.966 - 66,4
9
67,06
3 Mangga - 1.889 1.81
6
- 8.90
4
9.013 - 47,1
3
49,63
4 Salak - 1.035 1.00
5
- 3.18
4
3.394 - 31,7
6
33,33
5 Buah Merah - - - - - - - - -
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Papua, 2008Buah Merah baru dikembangkan pada tahun 2005 sehingga belum berproduksi.
Tabel IV.3. Perkembangan Luas Area Penanaman Buah Merah
No. Kabupaten Luas Area (Ha) Total
(Ha)2005 2006 2007 2008 2009
1 Jayawijaya 5 5 0 0 0 10
2 Yahukimo 5 5 3 2 2 17
3 Tolikara 5 0 0 0 0 5
4 Puncak Jaya 5 0 0 0 0 5
5 Peg. Bintang 0 5 0 0 0 5
6 Kepulauan
Yapen
5 5 0 0 0 10
Total 25 20 3 2 2 52
Sumber: Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Papua, 2008
b. Perkebunan
Kurang lebih 5.462.718 Ha tanah di Papua cocok untuk areal perkebunan,
namun sampai dengan tahun 2007 baru 127.205 Ha atau kurang lebih 2,3% yang
sudah dimanfaatkan.
Menurut bentuk usahanya, pengembangan perkebunan dibedakan menjadi dua
yaitu Perkebunan Rakyat (PR) dan Perkebunan Besar (PB). Perkebunan besar
meliputi perkebunan besar Negara dan perkebunan besar swasta nasional. Komoditi
utama usaha perkebunan besar terutama kelapa sawit dan kakao. Sedangkan untuk
perkebunan rakyat antara lain kelapa, kakao, kopi, jambu mete dan karet.
Tabel IV.4. Area Perkebunan
Kota/Kabupaten Area
Potensial
Area yang Sudah
Dimanfaatkan
Area yang Belum
Dimanfaatkan
Ha % Ha %
Kota Jayapura 8.300 165 1,99 8.135 98,01
Merauke 1.434.750 9.768 0,68 1.424.982 99,32
Jayawijaya 83.580 4.435 5,31 79.145 94,69
Jayapura 386.700 25.005 6,47 361.695 93,53
Paniai 254.239 1.245 0,49 252.994 99,51
Puncak Jaya 231.372 464 0,20 230.908 99,80
Nabire 131.460 5.673 4,32 125.787 95,68
Mimika 159.987 709 0,44 159.278 99,56
Kepulauan
Yapen
19.100 2.814 14,73 16.286 85,27
Biak Numfor 103.641 6.441 6,21 97.200 93,79
Boven Digoel 618.200 18.541 3,00 599.659 97,00
Mappi 591.767 5.069 0,86 586.698 99,14
Asmat 168.730 50 0,03 168.680 99,97
Yahukimo 113.656 664 0,58 112.992 99,42
Peg. Bintang 181.702 548 0,30 181.154 99,70
Tolikara 170.223 254 0,15 169.969 99,85
Sarmi 392.675 10.511 2,68 382.164 97,32
Keerom 211.233 26.289 12,45 184.944 87,55
Waropen 196.011 7.605 3,88 188.406 96,12
Supiori 5.392 955 17,71 4.437 82,29
Total 5.462.718 127.205 2,33 5.335.513 97,67
Sumber: Papua dalam Angka, 2008
Tabel IV.5. Area Perkebunan dan Produksinya pada 2007
Komoditas Area (Ha) Produksi (Ton)
Kelapa Sawit 41.075 29.951
Kakao 20.346 11.414
Kopi 9.067 2.627
Karet 4.682 1.531
Pinang 1.625 336
Kacang Mete 3.206 446
Pala 3.331 487
Cengkeh 2.061 69
Lain-lain 15.038 184
Total 127.205 46.544
Sumber: Papua dalam Angka, 2008
c. Kehutanan
Diperkirakan 90% luas daratan Papua merupakan hutan yang dipadati dengan
aneka ragam tanaman. Lebih dari 1.000 spesies tanaman terdapat di Papua dimana
kurang lebih 150 varitas merupakan tanaman komersil.
d. Peternakan
Papua memiliki area yang sangat luas sehingga pengembangan usaha peternakan
sangat potensial.
Tabel IV.6. Produksi Ternak di Papua selama 2006-2008
Produk Total Produksi
2006 2007 2008
Daging 7.324.617 8.407.459 8.454.384
Telur 1.741.606 1.815.431 1.936.401
Sumber: Papua dalam Angka, 2008
Tabel IV.7. Populasi Ternak di Papua selama 2006-2008
Hewan Ternak Populasi
2006 2007 2008
Sapi 51.118 53.085 63.260
Kerbau 1.283 1.319 1.365
Kuda 2.104 2.148 2.216
Domba 126 105 115
Babi 474.350 484.078 514.744
Kambing 35.695 36.437 40.885
Sumber: Papua dalam Angka, 2008
e. Perikanan
Papua dikelilingi pantai sepanjang 2.000 Mil serta memiliki banyak sungai dan
danau sehingga potensi perikanan yang dimiliki sangat besar. Hasil perikanan laut
terdiri dari udang, tuna/cakalang, pelagis dan damersal. Sedangkan dari hasil
perikanan darat antara lain ikan mas, tawes, mujair, nilam, lele, gabus, sepat siam,
tambakan, udang galah, bandeng, dan ikan lainnya.
Tabel IV.8. Produksi (Ton) Perikanan selama 2006-2008
Jenis Ikan 2006 2007 2008
Ikan Laut 218.324,2 224.190,8 225.054,3
Ikan Darat:
Air Terbuka 6.875,8 6.926,7 7.311,9
Budidaya 2.007,5 1.587,8 2.072,0
Sumber: Papua dalam Angka, 2008
f. Pertambangan
Papua sangat kaya akan sumber daya tambang, mineral dan gas alam. Papua
memiliki cadangan tembaga terbesar di dunia yang diperkirakan memiliki deposit
dua milyar ton. Hasil-hasil tambang lain yang besar potensinya adalah emas, perak,
platina, besi, batu bara, nikel, talk, marmer, kaolin, batu gamping dan sebagainya.
g. Pariwisata
Papua merupakan tanah yang penuh pesona baik budaya maupun alamnya.
Lautnya yang biru sangat menarik bagi para penyelam dan keanekaragaman burung
serta satwa liar akan sangat menarik bagi para pecinta alam.
Dari segi budaya, para wisatawan dapat menjumpai aneka raga suku dengan
budaya yang unik yang kebanyakan masih belum berubah dari apa yang
dipraktekkan sejak jaman nenek moyangnya.
Banyak atraksi-atraksi pariwisata yang telah berhasil menarik perhatian para
wisatawan manca Negara, diantara Festival Perang Lembah Baliem di Kabupaten
Jayawijaya dan Festival Budaya Asmat di Kabupaten Asmat. Festival Budaya
Komoro di Mimika. Pesta Budaya Papua di Jayapura. Tahun 2008 dan 2009 telah
pula dilaksanakan Festival Danau Sentani di Kabupaten Jayapura dan telah
ditetapkan sebagai event tetap pariwisata nasional.
Bagi pecinta alam tersedia aneka ragam obyek wisata alam antara lain Taman
Nasional Lorentz dan Wasur, Wisata Penyelaman Bawah Air di Pulau Padaido dan
pendakian puncak gunung bersalju abadi di Pegunungan Jayawijaya, serta wisata
pantai yang indah di Pulau Liki.
h. Flora dan Fauna
Jenis flora dan fauna di Papua termasuk unik dan beberapa diataranya tidak
terdapat di bagian lain wilayah Indonesia.
Beberapa satwanya mirip dengan satwa yang ada di Australia antara lain
Kangguru Pohon/Wallaby, Tupai Berkantung dan Kuskus.
Di Papua terdapat sekitar 650 spesies burung dimana 454 spesies diantaranya
merupakan spesies asli Papua. Beberapa burung yang sangat khas adalah burung
Cenderawasih, Mambruk, dan Kasuari.
Papua juga sangat kaya akan jenis flora, dan yang sangat menonjol adalah
anggrek karena di Papua diperkirakan terdapat lebih dari 2.500 spesies.
C. Peran Badan Promosi dan Investasi Daerah Terhadap Potensi Investasi di Daerah
Papua
1. Kewenangan Pelayanan Penanaman Modal
Undang-undang yang mengatur tentang pelaksanaan penanaman modal adalah
Undang-undang No.25 Tahun 2007. Masalah kewenangan perijinan penanaman modal
yang merupakan kewenangan wajib daerah telah diautr dalam Peraturan Pemerintah No.38
Tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara pemerintah, pemerintah daerah
provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota. Namun di dalam pelaksanaannya selama
tahun 2009 persetujuan penanaman modal dan ijin lainnya seperti fasilitas pabean, Izin
Usaha Tetap (IUT) masih dikeluarkan oleh BKPM Pusat. Selama tahun 2009 BKPM Pusat
telah mengeluarkan persetujuan penanaman modal sebanyak 10 perusahaan PMA dan 3
perusahaan PMDN. Dari 13 perusahaan PMA/PMDN tersebut, hanya 1 perusahaan yang
melaporkan kegiatannya ke Pemerintah Daerah Provinsi Papua secara lisan dan di lapangan
telah melakukan kegiatan, sementara 12 lainnya belum melapor.
Dengan kondisi demikian tentu para investor masih ragu dan merasa tidak adanya
kepastian untuk mengurus perijinannya di Papua. Kebijakan seperti ini merupakan salah
satu factor menghambat untuk masuknya investasi ke Papua. Dalam menyikapi kondisi di
atas Pemerintah Daerah Provinsi Papua telah menentukan langkah-langkah proses dan
prosedur pemberian ijin investasi dengan system “Pelayanan Satu Pintu” (One Stop
Service) guna memudahkan pengurusan perijinan bagi investor yang berminat berinvestasi
di Papua.
2. Pelayanan Perijinan Penanaman Modal di Papua
Dengan dikeluarkannya Perpres No. 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu
Pintu lebih memperjelas lagi pelaksanaan pelayanan kepada investor di Papua dan sambil
menunggu aturan pelaksanaannya maka selama ini pelayanan penanaman modal dilakukan
secara terpadu oleh tim investasi yang anggotanya dari instansi teknis terkait di bawah
koordinasi BKPM Provinsi Papua (Badan Promosi dan Investasi Daerah).
Dalam pemberian pelayanan perijinan kepada investor yang langsung ke Papua,
berdasarkan proposal yang dibuat maka perusahaan diminta mempresentasikan rencana
proyeknya. Pada umumnya presentasi berisi profil perusahaan, rencana investasi
perusahaan dan rencana/program-program pemberdayaan masyarakat yang akan dilakukan
oleh investor.
Adapun langkah-langkah proses dan prosedur ijin penanaman modal bagi investor
yang langsung ke Papua adalah:
a. Proposal rencana kegiatan investasi.
b. Investor mempresentasikan rencana proyeknya di depan Gubernur bersama
tim ekonomi/instansi terkait dengan BKPM Provinsi Papua selaku
koordinator. Dalam tanggapannya Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD)
terkait akan member saran-saran maupun bantuan yang diperlukan investor
dalam pengurusan perijinan yang diperlukan dan proses-proses yang harus
ditempuh investor
c. Selanjutnya investor harus mengurus perijinan-perijinan daerah yang
diperlukan dimana perijinan daerah dapat diurus secara pararel dengan
perijinan penanaman modalnya (PMA/PMDN) di BKPM Pusat.
Dengan menempuh langkah prosedur perijinan di atas, investor akan lebih mudah
karena adanya dukungan perijinan daerah dan dapat diurus di BKPM Provinsi Papua selaku
koordinator tim investasi Provinsi papua. Selama kurun waktu 2007-2009 tercatat 82 calon
investor yang telah mengajukan proposal, 20 perusahaan telah memperoleh ijin lokasi dari
Bupati dan 31 telah mempresentasikan rencanan investasinya di Papua. Diatara
perusahaan-perusahaan tersebut 11 telah mengajukan dan memperoleh persetujuan sebagai
perusahaan PMA maupun PMDN.
Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan perusahaan PMA/PMDN oleh Badan
Promosi dan Investasi Daerah tahun 2009, secara kumulatif perizinan/persetujuan
penanaman modal PMA/PMDN di Papua sebanyak 103 perusahaan. Dibandingkan pada
tahun 2008 sebanyak 93 perusahaan maka jumlah perusahaan meningkat 10,75%.
Berikut disajikan data rencana investasi berdasarkan SP Baru selama tiga tahun
terakhir:
Tabel IV.9. Data Surat Persetujuan Baru PMA/PMDN selama tiga tahun
No. Jenis
Investasi
2007 2008 2009
Proyek Renc.
Investasi
Proyek Renc.
Investasi
Proyek Renc.
Investasi
1 PMA 9 35.150 18 104.950 10 94.255
2 PMDN 13 17.664.386 2 18.041.956 3 691.464
Jumlah 12 20 13
PMA dalam US$ RibuPMDN dalam RP. Juta
3. Minat Investor Berinvestasi di Papua
Minat investor untuk berinvestasi di Provinsi Papua cukup tinggi, selama tahun
2007-2009 ada 82 perusahaan yang telah menyampaikan permohonan langsung ke
Pemerintah Daerah Provinsi Papua (Pemda Provinsi Papua) tentang rencana penanaman
modalnya. Pada tahun 2009 dari 82 perusahaan tersebut 11 perusahaan telah mendapatkan
persetujuan Penanaman Modal Asing/Penanaman Modal Dalam negeri (PMA/PMDN) dari
BKPM Pusat. Sedangkan 71 perusahaan lainnya berstatus non PMA/PMDN (swasta
nasional). Tahap kegiatan ke-82 calon investor tersebut adalah sebagai berikut:
a. Masih tahap proposal dan survei/orientasi 31 Perusahaan
b. Telah melakukan presentasi rencana kegiatan proyeknya 40 Perusahaan
c. Telah mendapatkan SP PMA/PMDN dan melakukan SP 11 Perusahaan
PMA/PMDN dan melakukan kegiatan di lapangan
4. Kondisi Operasional Perusahaan PMA/PMDN
Berdasarkan hasil pemantauan kegiatan perusahaan PMA/PMDN oleh Badan
Koordinasi Penanaman Modal Provinsi Papua perusahaan PMA/PMDN yang aktif
melaksanakan kegiatan di lapangan, baik kegiatan persiapan proyek maupun kegiatan
opersional dalam rangka produksi sampai dengan tahun 2009 adalah:
PMA 42 Perusahaan
PMDN 21 Perusahaan
Sedangkan perusahaan belum aktif sampai dengan tahun 2009 adalah:
PMA 32 Perusahaan
PMDN 8 Perusahaan
Perusahaan belum aktif adalah perusahaan yang belum dapat merealisasikan
kegiatan proyeknya di Papua karena:
Baru mendapat Surat Persetujuan PMA/PMDN dan masih dalam tahap
persiapan sampai dengan tiga tahun sejak mendapat SP PMA/PMDN
Perusahaan yang mendapat persetujuan perpanjangan waktu pelaksanaan
proyek sampai waktu yang ditentukan
Kumulatif jumlah perusahaan yang tidak merealisasikan kegiatannya di Papua
karena macet, atau belum pernah merealisasikan kegiatan sejak mendapatkan SP Baru
(2005-2009) sebanyak 72 perusahaan. Selama tahun 2009 sebanyak 3 PMA/PMDN di
Papua tidak merealisasikan kegiatan/macet, terdiri dari:
PMA 1 Perusahaan
PMDN 2 Perusahaan
Berikut disajikan tabel keadaan operasional perusahaan PMA/PMDN di Provinsi
Papua
Tabel IV.10. Data Rencana Investasi berdasarkan SP Baru PMA/PMDN Tahun 2009
No. Jenis Investasi Jumlah SP Rencana
Investasi TKI Lahan/Ha
1 PMA 10 94.255 6.252
2 PMDN 3 691.464 336
Rencana PMA dalam US$ Ribu.Rencana PMDN dalam Rp. Juta.
Tabel IV.11. Data Kumulatif Operasional Perusahaan PMA/PMDN sampai dengan Tahun
2009
No. Jenis Investasi Aktif Belum Aktif Tidak Aktif
Menghentika
n Kegiatan
Tidak
Realisasi
1 PMA 42 32 - -
2 PMDN 21 8 1 2
Jumlah 63 40 1 2
Mengenai realisasi pelaksanaan penanaman modal, dari hasil pemantauan kegiatan
perusahaan PMA/PMDN tahun 2009 diperoleh data bahwa dibandingkan dengan rencana
yang ditetapkan di dalam SP PMA/PMDN dapat disimpulkan sebagai berikut:
Realisasi PMA cukup rasional (di atas rencana)
Realisasi PMDN sangat rendah (jauh di bawah rencana)
Tabel IV.12. Data Rencana dan Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja s/d tahun 2009
No Jenis
Investasi
Jumlah
SP
Investasi Tenaga Kerja
Rencana Realisasi Rencana Realisasi
TKI TKA TKI TKA
1 PMA 74 5.161.341 6.572.907 103.671 588 17.980 488
2 PMDN 29 63.020.041 1.811.052 63.311 181 11.450 29
Jumlah 102 166.982 769 29.430 517
Investasi PMA dalam US$ Ribu.Investasi PMDN dalam Rp. Juta.
Tabel IV.12. Data Rencana dan Realisasi Investasi dan Tenaga Kerja s/d tahun 2009
Tahun PMA PMDN
Jumlah
Perusahaan
Rencana Realisasi Jumlah
Perusahaa
Rencana Realisasi
n
2007 54 5.387.016 6.625.783 32 37.493.881 1.456.388
2008 65 5.071.086 6.529.785 28 57.395.187 1.469.913
2009 74 5.161.341 6.572.907 29 63.020.041 1.811.052
Investasi PMA dalam US$ Ribu.Investasi PMDN dalam Rp. Juta.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sampai saat ini kondisi investasi di Papua belum sepenuhnya kondusif karena berbagai
permasalahan. Data perkembangan penanaman modal tahun 2009 menunjukkan bahwa minat
investor untuk berinvestasi di Papua sangat tinggi. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya investor
yang berdatangan ke Papua melakukan survei, presentasi rencana kegiatan proyeknya, bahkan
langsung memohon pelepasan kawasan hutan untuk kegiatan investasinya, namun realisasinya
masih kecil. Selain perusahaan yang berminat di atas, selama tahun 2009 Pemerintah (BKPM RI)
telah memberikan persetujuan penanaman modal kepada 13 (tiga belas) perusahaan PMA/PMDN
untuk beroperasi di Papua.
Selama 3 (tiga) tahun terakhir (2007, 2008, 2009) pemerintah telah mengeluarkan 59 (lima
puluh sembilan) surat persetujuan penanaman modal PMA/PMDN namun kenyataannya yang
melaporkan rencana kegiatannya atau telah melaksanakan kegiatan lapangan di Papua baru 15
(lima belas) perusahaan atau (25,42 %), sedangkan 44 (empat puluh empat) perusahaan lainnya
belum menunjukkan keseriusannya untuk merealisasikan kegiatan proyeknya di Papua.
Sementara jumlah perusahaan PMA/PMDN yang aktif di Papua pada tahun 2009 sebanyak 63
perusahaan, yaitu perusahaan yang merealisasikan kegiatan nyata di lapangan, sedangkan yang
belum aktif atau dalam masa persiapan sebanyak 40 perusahaan. (BKPM,2009)
Ada beberapa permasalahan yang menyebabkan rendahnya realisasi investasi di Papua,
antara lain:
1. Masalah kepemilikan tanah ulayat sampai saat ini belum sepenuhnya dapat diatasi
oleh Pemerintah Daerah sehingga untuk pemberian lahan kepada investor masih
terkendala.
2. Untuk menempatkan investor, masih terkendala dengan izin pelepasan kawasan yang
masih menjadi kewenangan Departemen Kehutanan (Pusat)
3. Belum tersedianya data potensi Papua yang akurat
4. Rendahnya dukungan sarana dan prasarana untuk kegiatan investasi
5. Masih adanya birokrasi yang panjang dalam perurusan perizinan
6. Rendahnya pelaporan perusahaan kepada pemerintah
7. Persetujuan penanaman modal dan ijin lainnya seperti fasilitas pabean, Izin Usaha
Tetap (IUT) masih dikeluarkan BKPM pusat.
8. Ada kemungkinan ijin yang dikeluarkan oleh BKPM pusat tersebut tidak sesuai
dengan rencana tata ruang maupun perencanaan investasi daerah dan akhirnya
pelaksanaan kegiatan proyeknya akan mengalami hambatan bahkan mungkin tidak
bisa dilaksanakan.
9. Karena perijinan diperoleh dari pusat (BKPM) sehingga perusahaan kurang
mempedulikan laporan kepada Pemerintah Daerah.
10. Adanya krisis ekonomi global pada pertengahan tahun 2008 di belahan Amerika
Serikat/Eropa yang berpengaruh juga pada perekonomian di Indonesia termasuk di
Papua.