KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERORIENTASI PISA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: AMALIA BUDIANA PUTRI A 410 160 148 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2019
18
Embed
KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM MENYELESAIKAN SOAL ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DALAM
MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA BERORIENTASI
PISA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR
Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata I
Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Oleh:
AMALIA BUDIANA PUTRI
A 410 160 148
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2019
i
ii
iii
1
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dalam Menyelesaikan Soal
Matematika Berorientasi PISA Ditinjau dari Gaya Belajar
Abstrak
Masalah matematika diberikan kepada siswa untuk melatih diri dalam kemampuan
berpikir dan mengetahui tingkat berpikir yang dimiliki masing-masing siswa.
Pemecahan masalah matematika dipengaruhi oleh tingkat kemampuan berpikir
siswa. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kemampuan berpikir tingkat tinggi
siswa dalam menyelesaikan soal matematika berorientasi PISA ditinjau dari gaya
belajar. Jenis penelitian metode mix method dengan desain Concurrent
Triangulation Strategy. Populasi seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta
sampel pada penelitian beberapa siswa dalam populasi. Teknik pengambil sampel
menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan
wawancara, dokumentasi, dan tes. Hasil penelitian: 1) Tidak terdapat perbedaan
kemampuan antara siswa gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik dalam
menyelesaikan soal matematika berorientasi PISA. 2) Terdapat 23 siswa yang
memiliki gaya belajar visual atau 70% dari populasi. 30 % diantaranya masuk
kategori tinggi, 44% kategori sedang, dan 26% kategori rendah. 3) Terdapat 8 siswa
yang memiliki gaya belajar auditorial atau 24% dari populasi. 62,5 % diantaranya
masuk kategori sedang, dan 37,5 % kategori rendah. 4) Terdapat 2 siswa yang
memiliki gaya belajar kinestetik, kedua siswa tersebut satu masuk kategori sedang
dan satu masuk kategori rendah.
Kata kunci: berpikir tingkat tinggi, gaya belajar, PISA, soal matematika
Abstract
Math problems are given to students to train themselves in the ability to think and
to know the level of thinking each student has. The mathematical problem solving
is influenced by the students ' thinking skills level. The purpose of this research is
to analyze students ' high-level thinking skills in solving PISA-oriented
mathematical problems reviewed from the learning style. Type of research method
mix method with design Concurrent Triangulation Strategy. The population of all
students in grade X SMA Negeri 2 Surakarta samples on several students ' research
in the population. Sample getter techniques using purposive sampling. Data
collection techniques using interviews, documentation, and tests. Research result:
1) There is no difference in the ability to learn visual, auditorial and kinaesthetic
students in solving the PISA-oriented mathematics problem. 2) There are 23
students who have a visual learning style or 70% of the population. 30% of them
are in high category, 44% medium category, and 26% low category. 3) There are
8 students who have auditorial learning style or 24% of the population. 62.5% of
them are in medium category, and 37.5% low category. 4) There are two students
2
who have a kinaesthetic learning style, both students one in the category of medium
and one in the low category.
Keywords: High level thinking, learning style, PISA, math problem
1. PENDAHULUAN
Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu
dalam memajukan daya pikir manusia. Mata pelajaran matematika diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari tingkat sekolah dasar hingga pendidikan
tinggi untuk membekali mereka dalam memiliki kemampuan berpikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Kompetensi
tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk dapat bertahan hidup pada keadaan
yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif Depdiknas (2006).
Masalah matematika diberikan kepada siswa untuk melatih diri dalam
kemampuan berpikir, serta untuk mengetahui tingkat berpikir yang dimiliki
masing-masing siswa. Pemecahan masalah matematika sangat dipengaruhi oleh
tingkat kemampuan berpikir yang dimiliki oleh siswa. Kemampuan berpikir
merupakan kemampuan memproses informasi secara mental atau kognitif yang
dimulai dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Setiap siswa diarahkan untuk
memiliki kemampuan berpikir hingga tingkat tertinggi sehingga berpikir tingkat
tinggi (higher order thinking) merupakan tujuan akhir dalam meningkatkan
kemampuan berpikir. Untuk itu, diperlukan informasi awal kemampuan berpikir
tingkat tinggi yang dimiliki oleh masing-masing siswa sebagai langkah awal dalam
upaya meningkatkan kemampuan berpikir.
Secara sederhana, kemampuan berpikir adalah kemampuan memproses
informasi secara mental atau secara kognitif. Secara lebih formal, berpikir adalah
penyusunan ulang atau manipulasi kognitif baik informasi dari lingkungan maupun
symbol-simbol yang disimpan dalam long term memory. Jadi, berpikir adalah
sebuah representasi simbol dari beberapa peristiwa atau item. Ismienar,Andrianti,
dan Vidia (2009).
3
Berdasarkan tingkatan proses, berpikir dibagi menjadi dua tingkat yaitu
berpikir tingkat rendah (lower order thinking) dan berpikir tingkat tinggi (higher
order hinking). Kemampuan berpikir tingkat tinggi ini menghendaki seseorang
untuk menerapkan informasi baru atau pengetahuan sebelumnya dan
memanipulasi informasi untuk menjangkau kemungkinan jawaban dalam situasi
yang baru. Taksonomi Bloom menjelaskan bahwa kemampuan melibatkan
analisis, evaluasi dan mengkreasi dianggap berpikir tingkat tinggi Pohl (2000).
Banyak tes internasional yang dapat dijadikan sebagai gambaran bagaimana
kondisi pendidikan di Indonesia. Terutama kondisi pendidikan pada mata pelajaran
matematika yang masih jauh dari kata baik. Salah satu tes yang sudah ada yaitu
PISA (Programme for Internasional Student Assesment) yang merupakan studi
internasional untuk menilai kemampuan literasi matematika siswa dalam sebuah
Negara. Penilaian yang dilakukan oleh PISA tidak hanya untuk mendapatkan data
mengenai peringkat Negara berdasarkan pendidikannya, tetapi juga berorientasi ke
masa depan. Memaksa anak muda untuk menggunakan keterampilan dan
pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak semata-mata mengukur
kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum sekolah. Oleh karena itu siswa
diharapkan memiliki kemampuan literasi matematika (mathematical literacy).
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa memiliki hubungan dengan pola
berpikir dari masing-masing siswa dalam proses penerimaan dan pengolahan
informasi dari suatu masalah. Pola berpikir tersebut dipengaruhi oleh gaya belajar
masing-masing siswa. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa
memiliki hubungan erat dengan gaya belajar dari masing-masing siswa tersebut
dan banyak faktor yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan soal
matematika berorientasi PISA.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa memiliki hubungan dengan pola
berpikir dari masing-masing siswa dalam proses penerimaan dan pengolahan
informasi dari suatu masalah. Pola berpikir tersebut dipengaruhi oleh gaya belajar
masing-masing siswa. Gaya belajar seseorang sangat membantu dan bermanfaat
bagi siswa dengan membantu mereka menjadi lebih terfokus pada suatu informasi
4
yang akhirnya akan meningkatkan keberhasilan pendidikan. Dengan mengetahui
gaya belajar yang sesuai, seseorang akan mengetahui kelemahan dan kelebihan
dirinya sendiri dalam belajar. Tujuan penggunaan gaya belajar adalah mencari
yang cara terbaik bagi siswa untuk belajar secara efektif dan guru untuk mengajar
secara efisien Gilakjani & Ahmadi (2012). Sehingga pemilihan gaya belajar
menjadi permasalahan penting untuk siswa dalam belajar dan untuk guru dalam
memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar yang dimiliki
siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Maric, Penger, Todorivic, Djurika dan Pintar
(2015) yang menyimpulkan perlunya pemeriksaan lebih lanjut terhadap
pendekatan pembelajaran siswa untuk meningkatkan pengalaman belajar dan
untuk menggeneralisasi pendekatan saat berhadapan dengan preferensi gaya
belajar siswa. Oleh sebab itu, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa memiliki
hubungan erat dengan gaya belajar dari masing-masing siswa tersebut dan banyak
faktor yang menyebabkan kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika
berorientasi PISA Berdasarkan uraian tersebut, maka dilakukan penelitian dengan
judul “Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam menyelesaikan soal
matematika berorientasi PISA ditinjau dari gaya belajar Siswa SMA Negeri 2
Surakarta”. Tujuan penelitian untuk mengetahui kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa dalam menyelesaikan soal matematika yang ditinjau dari gaya belajar
siswa.
2. METODE
Penelitian ini merupakan mix method dengan model Concurrent
Triangulation Strategy. pada model ini, menggunakan metode kuantitatif dan
kualiatatif secara bersamaan, baik dalam pengumpulan data maupun analisisnya,
selanjutnya peneliti dapat menemukan mana data yang dapat digabungkan dan
mana data yang perlu dibedakan Sutama (2019:193).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri 2 Surakarta.
Sampel pada penelitian ini terdiri dari satu kelas, yaitu kelas X IPA 3 sebagai kelas
sampel dengan jumlah 33 siswa. Adapun peneliti mengambil kelas sampel yang
5
lain, yaitu kelas X IPS 3 dengan jumlah 33 siswa yang digunakan sebagai kelas uji
coba. Teknik untuk uji instrumen menggunakan uji validitas dan uji reliabilitas.