i SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI Oleh Hayatun Nufus NIM 160103102 JURUSAN TADRIS MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM 2020
i
SKRIPSI
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI
Oleh
Hayatun Nufus
NIM 160103102
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2020
ii
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA
DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram
untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar
Sarjana Matematika
Oleh
Hayatun Nufus
NIM 160103102
JURUSAN TADRIS MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM
MATARAM
2020
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi oleh: Hayatun Nufus, NIM: 160103102 dengan judul : “Analisis
Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Geometri” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji.
Disetujui pada tanggal: 30 April 2020
Pembimbing I,
Dr. Al Kusaeri, M.Pd
NIP 198008022006041000
Pembimbing II,
Kamirsyah Wahyu, M.Pd
NIP 198812292015031004
iv
Mataram, 30 April 2020
Hal: Ujian Skripsi
Yang Terhormat
Dekan Fakultas Tabiyah dan Keguruan
di Mataram
Assalammu’alaikum, Wr. Wb
Dengan hormat, setelah melakukan bimbingan, arahan, dan koreksi, kami berpendapat
bahwa skripsi Saudara:
Nama Mahasiswa : Hayatun Nufus
NIM : 160103102
Jurusan/Prodi : Tadris Matematika
Judul : Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Dalam
Memecahkan Masalah Geometri
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam siding munaqasyah skripsi Fakultas
Tarbiyah dan Keguruan skripsi ini dapat segera di-munaqasyah-kan.
Wassalammua’alaikum, Wr. Wb.
Pembimbing I,
Dr. Al Kusaeri, M.Pd
NIP 198008022006041000
Pembimbing II,
Kamirsyah Wahyu, M.Pd
NIP 198812292015031004
vii
HALAMAN MOTTO
العالم ون إل يعقل ها وما للناس نضرب ها المثال وتلك
Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia.
Dan tidak ada yang bisa memahaminya kecuali mereka yang
berilmu. – (Q.S Al-Ankabut: 43).1
1 Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al-Quran, (Jakarta, CV Ahlus Sunnah,
2012), hlm. 402
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Kupersembahkan Skripsi ini untuk almamaterku, semua guru
dan dosenku, serta Ibuku Hamidah dan Bapakku Moh. Haril”
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin, segala puji hanya bagi Allah, Tuhan
semesta alam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, juga kepada keluarga, sahabat, dan semua pengikutnya.
Aamiin.
Peneliti menyadari bahwa proses penyelesaian proposal penelitian ini
tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan berbagai pihak. Oleh karena
itu, penulis memberikan penghargaan setinggi-tingginya dan ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu sebagai berikut:
1. Dr. Al Kusaeri, M.Pd sebagai pembimbing I dan Bapak Kamirsyah Wahyu,
M.Pd sebagai pembimbing II yang memberikan bimbingan, motivasi, dan
koreksi mendetail, terus-menerus, dan tanpa bosan di tengah kesibukannya
dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini menjadi lebih matang dan
cepat selesai;
2. Dr. Al Kusaeri, M.Pd selaku ketua jurusan Tadris Matematika, atas
kebijaksanaan dan segala upaya dalam mengurus dan memajukan jurusan
matematika;
3. Dr. Hj. Lubna, M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, atas
segala upaya untuk memajukan fakultas secara khusus dan universitas secara
umum;
4. Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag selaku Rektor UIN Mataram yang telah memberi
tempat bagi peneliti untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan
peringatan untuk tidak berlama-lama di kampus tanpa pernah selesai.
x
5. Bapak dan Ibu dosen program studi Tadris Matematika, atas bimbingan dan
ilmu yang telah diberikan tanpa mengenal lelah. Semoga ilmu yang diberikan
memiliki kebarakahan sehingga dapat bermanfaat bagi masyarakat, nusa,
bangsa, dan agama.
6. Orangtuaku tercinta yang tanpa lelah terus memberikan dukungan moral dan
material, atas pengorbanannya dalam mendampingi perjalanan menuntut ilmu
peneliti.
7. Rekan-rekan dan semua pihak yang telah ikut berkontribusi dalam penulisan
dan penyusunan skripsi ini.
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala
yang berlipat ganda dari Allah SWT dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat
bagi semesta. Aamiin.
Mataram, 30 April 2020
Peneliti
Hayatun Nufus
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING.............................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ................................................ v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI .................................................... vi
HALAMAN MOTO ................................................................................ vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiii
ABSTRAK ............................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. JUDUL ................................................................................................ 1
B. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
D. Tujuan dan Manfaat ............................................................................. 8
E. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ................................................. 9
F. Telaah Pustaka ..................................................................................... 10
G. Kerangka Teori..................................................................................... 16
H. Metode Penelitian................................................................................. 32
I. Sistematika Pembahasan ...................................................................... 41
J. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................... 43
BAB II PAPARAN DATA ...................................................................... 46
BAB III PEMBAHASAN ....................................................................... 74
xii
BAB IV PENUTUP ................................................................................. 79
A. Kesimpulan .......................................................................................... 79
B. Saran ..................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 80
LAMPIRAN .............................................................................................
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kriteria dan Indikator Berpikir Kritis, 21
Tabel 1.2 Level Crtical Thingking (LCT), 24.
Tabel 2.1 Keterangan Jadwal Penelitian, 42
Tabel 2.2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis 43
Tabel 2.3 Triangulasi Data Hasil Tes dan Wawancara S1, 58
Tabel 2.4 Triangulasi Data Hasil Tes dan Wawancara S2, 65
Tabel 2.5 Triangulasi Data Hasil Tes dan Wawancara S3, 70
Tabel 2.6. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, 73
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Kubus,28
Gambar 1.2 Diagonal bidang kubus, 29
Gambar 1.3 Diagonal ruang kubus, 30
Gambar 1.4 Bidang diagonal kubus, 30
Gambar 1.5 Jarak titik ke titik, 31
Gambar 1.6 Kubus ACD.EFGH, 31
Gambar 1.7 Segitiga AET, 32
Gambar 1.8 Jarak garis ke garis, 33
Gambar 1.9 Jarak antar titik ke garis dalam kubus, 33
Gambar 1.10 Jarak titik ke bidang, 34
Gambar 1.11 Jarak garis ke garis¸34
Gambar 1.12 Jarak garis ke bidang, 34
Gambar 1.13 Jarak antara bidang dan bidang, 35
Gambar 1.14 Alur pengambilan sampel, 39
Gambar 1.15 Alur pengumpulan data, 42
Gambar 2.1 Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1, 48
Gambar 2.2 Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 2, 48
Gambar 2.3 Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 3, 49
Gambar 2.4 Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1, 56
Gambar 2.5 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S1, 58
Gambar 2.6 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S2, 61
Gambar 2.7 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S2, 62
Gambar 2.8 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3, 68
Gambar 2.9. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3, 69
Gambar 2.10. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3, 70
xv
Transkrip 2.1 Petikan Wawancara S1 pada Tahap Focus (Memahami masalah), 50
Transkrip 2.2 Petikan Wawancara S1 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan),
50
Transkrip 2.3 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Focus (Memahami masalah), 51
Transkrip 2.4 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan),
52
Transkrip 2.5 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Situation (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi), 53
Transkrip 2.6 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Inference (membuat kesimpulan
dengan benar), 53
Transkrip 2.7 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Overview (memeriksa kembali),
53
Transkrip 2.8 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah), 54
Transkrip 2.9 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan),
55
Transkrip 2.10 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Situation (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi), 55
Transkrip 2.11 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Inference (membuat
kesimpulan dengan benar), 55
Transkrip 2.12 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Overview (memeriksa kembali),
55
Transkrip 2.13 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah), 57
Transkrip 2.14 Petikan Wawancara S1 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan),
58
Transkrip 2.15. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Focus (memahami masalah),
60
xvi
Transkrip 2.16 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat
kesimpulan), 62
Transkrip 2.17 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Situatiom (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi), 63
Transkrip 2.18 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Inference (membuat
kesimpulan dengan benar), 63
Transkrip 2.19 Petikan Wawancara S2 pada Tahap Overview (memeriksa kembali),
64
Transkrip 2.20 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah), 66
Transkrip 2.21 Petikan Wawancara S3 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan),
68
Transkrip 2.22. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Overview (mengecek kembali
jawaban), 70
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Validasi instrument penelitian
Lampiran 2 Kartu konsul
Lampiran 3 Surat permohonan rekomendasi penelitian
Lampiran 4 Surat rekomendasi penelitian
Lampiran 5 Surat keterangan penelitian di sekolah
xviii
ANALISIS TINGKAT KEMAMPUAN BERPIKIR KRTIS SISWA
DALAM MEMECAHKAN MASALAH GEOMETRI
Oleh:
Hayatun Nufus
NIM 160103102
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan
pemecahan masalah matematika di Indonesia, hal ini ditunjukkan dari
peringkat PISA Indonesia pada tahun 2018 turun apabila dibandingkan
dengan hasil PISA pada tahun 2015. Indonesia berada pada peringkat 7 dari
bawah yaitu peringkat 73 dari 79 negara yang berpartisipasi dalam PISA
matematika, ditelusuri bahwa salah satu faktor yang mengakibatkan
rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika salah satunya
disebabkan oleh tingkat kemampuan berpikir kritis siswa. Sehingga
kemampuan berpikir kritis ini memiliki peranan penting dalam pemecahan
masalah matematika, hal ini didukung dengan hasil observasi di lapangan,
ketika menyelesaikan suatu permsalahan matematika siswa kesulitan
memodelkan soal latihan yang diberikan guru ke dalam bentuk matematika,
di lihat dari siswa hanya terfokus kepada contoh latihan soal di buku yang
telah dijelaskan oleh guru, hal ini membuktikan bahwa siswa belum paham
terhadap penjelasan yang diberikan oleh guru. Kemudian ditemukan bahwa
saat proses pembelajaran di kelas XII-BHS ketika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya terkait materi yang telah
disampaikan, siswa banyak mengajukan pertanyaan akan tetapi
pertanyaannya sudah ada jawabannya di buku paket mereka, sehingga tanpa
dijawab oleh guru, siswa bisa mencari jawabannya di buku paket tersebut.
Siswa masih ada yang belum mampu mengaitkan materi yang telah
disampaikan sebelumnya untuk sampai pada konsep jarak titik ke titik yang
diajarkan guru sehingga siswa kesulitan menentukan alasan-alasan yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, siswa juga merasa kesulitan ketika
guru meminta siswa menyampaikan kesimpulan materi yang telah dibahas.
Siswa menjawab dengan cara mengulang penjelasan guru sebelumnya
tentang materi tersebut bukan dari pemikiran siswa sendiri. sehingga
menigindikasikan bahwa siswa memiliki masalah dalam kemampuan berpikir
kritisnya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kemampuan berpikir
kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri. Penelitian ini merupakan
xix
penelitian deskriptif kualitatif yang dilakukan di kelas XII-BHS MAN 2
Mataram. Pengambilan subjek pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling, teknik pengumpulan data dengan cara observasi, tes dan
wawancara. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
dari Miles dan Huberman. Berdasarkan hasil analisis tingkat kemampuan
berpikir kritis dalam memecahkan masalah geometri diperoleh bahwa S1 hanya
mampu memenuhi 2 kriteria berpikir kritis sehingga dapat disimpulkan bahwa
S1 termasuk dalam kategori Level Critical Thingking (LCT) 1, sedangkan S2
hanya mampu memenuhi 4 dari 6 kriteria berpikir kritis sehingga dapat
disimpulkan bahwa S2 termasuk dalam Level Critical Thingkiing (LCT) 2, dan
S3 hanya mampu memenuhi 5 dari 6 kriteria kemampuan berpikir kritis
sehingga dapat disimpulkan bahwa S3 termasuk dalam Level Critical
Thingking (LCT) 2.
Kata kunci: Tingkat berpikir kritis, pemecahan masalah
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah upaya untuk mengembangkan potensi peserta didik
melalui proses pembelajaran, hal ini dituangkan dalam Undang-Undang
nomor 20 Tahun 2003.2 Salah satu pembelajaran yang dapat mengembangkan
kreativitas berpikir siswa serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkonstruksi pengetahuan baru peserta didik adalah pembelajaran
matematika3, berdasarkan tujuan dari pembelajaran matematika yaitu
matematika adalah subjek penting yang diberikan kepada siswa untuk
melengkapi kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif dan
kemampuan untuk bekerja sama.4
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diujikan dalam
PISA (Programme for International Student Assessment) sebagai tolak ukur
kinerja siswa di pendidikan menengah.5 Berdasarkan hasil PISA, kemampuan
siswa dalam memecahkan masalah matematika masih tergolong rendah. Hal
ini terlihat dari peringkat PISA Indonesia pada tahun 2018 turun apabila
dibandingkan dengan hasil PISA pada tahun 2015. Indonesia berada pada
2Abdul Kadir, dkk, Dasar-dasar pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2015), hlm. 62 . 3 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
186. 4M.Ikhsan, dkk, “Kemampuan Berpikir Kritis dan Metakognisi Siswa dalam
Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Solving”, Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro ,Vol. 6 Nomor 2, 2017
5 Moch. Sukardjo & Lipur Sugiyanta, “Analisis Strategi Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 dalam Rangka Meningkatkan Nilai Pisa Matematika”, Jurnal Keluarga dan
Pendidikan (JKKP), Vol. 05, Nomor 01, hlm. 44.
2
peringkat 7 dari bawah yaitu peringkat 73 dari 79 negara yang berpartisipasi
dalam PISA matematika.6
Penelitian tentang pemecahan masalah pernah dilakukan oleh N.
Novferma.7 Hasil penelitiannya mengatakan bahwa jenis-jenis kesulitan yang
dialami siswa dalam memecahkan masalah yaitu pada tahap mengingat fakta,
mengingat konsep, memahami fakta, memahami konsep, menerapkan
konsep, menerapkan prosedur, menganalisis prosedur, mengevaluasi faktual,
mengevaluasi konsep, mengevaluasi prosedur, dan mengomunikasikan
metakognitif. Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dipengaruhi
oleh beberapa faktor diantaranya yaitu pengetahuan awal, apresiasi
matematika, dan kecerdasan logis matematis, keterampilan berpikir, gaya
belajar, penerapan model pembelajaran dan lain-lain.8 Hal ini diperkuat oleh
penelitian yang dilakukan oleh Indah Puspita Sari, hasil penelitiannya
mengatakan bahwa 1) pencapaian kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan
problem posing lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran
biasa; 2) peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran dengan pendekatan problem posing lebih baik
6https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-indonesia-
ini-5-pr-besar-pendidikan-pada-era-nadiem-makarim?page=all, di akses pada tanggal 12
januari 2020, Pukul 07.20. 7 N.Novferma, “Analisis Kesulitan Siswa dan Self-Efficacy Siswa SMP dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berbentuk Soal Cerita”, Jurnal Riset Pendidikan Matematika, Vol 3, Nomor 1, 2016, hlm. 77
8 Putu Eka Irawan, dkk. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika: Pengetahuan awal, Apresiasi Matematika, dan Kecerdasan Logis
Matematis”, dalam https://ejournal.undiksha.ac.id/article diakses pada tanggal 4 maret 2020,
pukul 07.10 WITA
3
daripada siswa yang memperoleh pembelajaran biasa.9 Senada dengan hal
tersebut penelitian lain pernah dilakukan oleh Nonong Rohimah Hasil
penelitian tersebut, menunjukkan bahwa ketiga siswa yang berbeda dalam
kemampuan matematikanya, mencerminkan tiga kategori siswa bervariasi
juga dalam kemampuan pemecahan masalah matematika. Untuk itu, dapat
diasumsikan bahwa kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu
komponen yang memberikan kontribusi pada pengembangan kemampuan
matematika.10 Salah satu cara agar siswa memliki kemampuan memecahkan
masalah adalah siswa harus memiliki keterampilan berpikir, yaitu
keterampilan berpikir kritis.11
Menurut Ennis seseorang dikatakan telah melakukan kegiatan berpikir
kritis apabila Ia yaitu mampu : (1) memahami masalah, (2) memberikan
alasan berdasarkan bukti atau fakta yang relevan, (3) membuat suatu
kesimpulan dengan tepat, (4) menemukan jawaban sesuai dengan konteks
permasalahan, (5) memberikan penjelasan terhadap kesimpulan yang dibuat
dan atau memberikan penjelasan jika terdapat istilah dalam menjawab soal,
dan (6) memeriksa kembali jawabannya. Sehingga, berpikir kritis merupakan
proses berpikir yang perlu dikuasai siswa.12Berpikir kritis sangat bermanfaat
9 Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Solving”, Didaktik, Vol 9, Nomor 1, 2015, hlm.10 10 Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.66
11Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
126. 12 Flavia Aurelia Hidajat, dkk, “Identifikasi Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas X
IPA-6 SMAK Santo Albertus Malang”, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4, Nomor
2, 2017, hlm. 101
4
dalam membuat seseorang menjadi lebih mandiri, percaya diri dan mampu
memecahkan persoalan dengan lebih bijak.13
Penelitian tentang kemampuan berpikir kritis pernah dilakukan oleh
Sagita Puspita, dkk.14 Hasil penelitiannya adalah 1) Siswa laki-laki dengan
kemampuan awal tuntas KKM mampu melakukan tahap interpretasi, analisis,
evaluasi, inferensi, dan eksplanasi dalam memecahkan masalah lingkaran.
Hal ini dibuktikan dengan subjek mampu menggambarkan permasalahan
dengan tepat, mampu menuliskan apa yang harus dilakukan, mampu
menyelesaikan permasalahan, mampu menarik suatu kesimpulan, dan mampu
memberikan jawaban alternatif lain, 2) Siswa laki-laki dengan kemampuan
awal tidak tuntas KKM hanya mampu melakukan tahap interpretasi dalam
memecahkan masalah lingkaran, karena subjek hanya memahami masalah
dengan cara menggambarkan permasalahan dalam bentuk geometri dan
mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, 3) Siswa
perempuan dengan kemampuan awal tuntas KKM telah mampu melakukan
tahap interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi dan eksplanasi dalam
memecahkan masalah lingkaran. Dilihat dari subjek mampu menggambarkan
permasalahan yang diberikan dalam bentuk geometri, mampu menuliskan apa
yang ditanyakan pada soal dengan jelas dan tepat, mampu menuliskan
hubungan konsep-konsep yang digunakan, mampu menuliskan apa yang
harus dilakukan, mampu melakukan penyelesaian, mampu menarik
13 Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018), hlm. 11 14 Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender dan
Kemampuan Awal”, JPMM, Vol 3, Nomor 1, 2019, hlm.172
5
kesimpulan secara logis, mampu menduga alternatif lain, dan mampu
menuliskan hasil akhir serta memberikan alasan tentang kesimpulan yang
diambil dan 4) Siswa perempuan dengan kemampuan awal tidak tuntas KKM
mampu melakukan tahap interpretasi dengan baik dalam memecahkan
masalah lingkaran, hal ini dapat dilihat dari subjek mampu menggambarkan
permasalahan yang diberikan dalam bentuk geometri dan mampu menuliskan
apa yang ditanyakan pada soal dengan jelas dan tepat.
Penelitian lain juga dilakukan oleh Afinda.15 Hasil penelitiannya adalah
1) subjek reflektif mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis FRISCO
terlihat dari Ia bisa menceritakan kembali informasi-informasi yang terdapat
di soal dan dapat menyelesaikan soal tersebut dengan benar dan memberikan
gagasan yang tepat untuk mendukung hasil jawabannya serta dapat
menyimpulkan jawabannya dengan baik dan benar, 2) Subjek impulsif tidak
mampu memenuhi seluruh indikator berpikir kritis, Ia mampu menceritakan
informasi-informasi yang ada di soal tetapi dalam menjawab soal masih
belum tepat, ada beberapa alasan yang tidak relevan yang diungkapkan
sehingga Ia tidak bisa menarik suatu kesimpulan dari soal atau masalah yang
disajikan.
Penelitian tentang berpikir kritis juga pernah dilakukan oleh Nonong
Rohimah.16 Hasil penelitiannya megatakan bahwa: 1) Subjek ST (Siswa
15 Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 11 16 Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.59-68
6
Berkemampuan Tinggi) membaca soal sebelum menjawab soal, ST
menuliskan informasi yang ada dalam soal berupa apa yang diketahui,
ditanyakan dan menuliskan rumus apa yang akan Ia gunakan untuk
menyelesaikan soal, ST membuat model matematika dengan tepat dan
memberikan penjelasan dengan tepat. Untuk menyelesaikan masalah ST
menggunakan cara eliminasi mencar nilai y dengan cara mengeliminasi
variabel x, ST juga membuat kesimpulan dengan tepat terkait permasalahan
yang diberikan, 2) Subjek SS (Siswa Berkemampuan Sedang) membaca soal
sebelum menjawab soal, SS menuliskan informasi yang ada dalam soal
berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan rumus apa yang akan
Ia gunakan untuk menyelesaikan soal, SS membuat model matematika
dengan tepat dan memberikan penjelasan dengan tepat. Untuk menyelesaikan
masalah SS menggunakan cara eliminasi mencar nilai y dengan cara
mengeliminasi variabel x, SS juga membuat kesimpulan dengan tepat terkait
permasalahan yang diberikan, dan 3) Subjek SR (Siswa Berkemampuan
Rendah) memahami masalah dengan menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal, SR ketika mengidentifikasi hubungan-hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, dan konsep yang diberikan tidak bisa membuat
model matematika, dan SR tidak bisa memberikan penjelasan dengan detail
dan benar. SR juga tidak bisa memberikan kesimpulan terkait dengan
permasalahan yang diberikan.
Beberapa dari paparan hasil penelitian tersebut terkait dengan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah matematika,
7
peneliti tertarik untuk meneliti terkait kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah yang berbeda, dan pada jenjang yang berbeda.
Hal di atas senada dengan hasil observasi di lapangan, ketika
menyelesaikan suatu permsalahan matematika siswa kesulitan memodelkan
soal latihan yang diberikan guru ke dalam bentuk matematika, di lihat dari
siswa hanya terfokus kepada contoh latihan soal di buku yang telah dijelaskan
oleh guru, hal ini membuktikan bahwa siswa belum paham terhadap
penjelasan yang diberikan oleh guru. Kemudian ditemukan bahwa saat proses
pembelajaran di kelas XII-BHS ketika guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya terkait materi yang telah disampaikan, siswa banyak
mengajukan pertanyaan akan tetapi pertanyaannya sudah ada jawabannya di
buku paket mereka, sehingga tanpa dijawab oleh guru, siswa bisa mencari
jawabannya di buku paket tersebut. Siswa masih ada yang belum mampu
mengaitkan materi yang telah disampaikan sebelumnya untuk sampai pada
konsep jarak titik ke titik yang diajarkan guru sehingga siswa kesulitan
menentukan alasan-alasan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan soal, siswa
juga merasa kesulitan ketika guru meminta siswa menyampaikan kesimpulan
materi yang telah dibahas. Siswa menjawab dengan cara mengulang
penjelasan guru sebelumnya tentang materi tersebut bukan dari pemikiran
siswa sendiri. sehingga menigindikasikan bahwa siswa memiliki masalah
dalam kemampuan berpikir kritisnya.
8
Berangkat dari permasalahan di atas, peneliti melihat bahwa sangat
penting untuk mengkaji sejauh mana kemampuan berpikir kritis matematis
siswa, Peneliti terdorong untuk melakukan penelitian deskriptif yang berjudul
“Analisis Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan
Masalah”
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu “Bagaimana tingkat kemampuan berpikir kritis siswa
dalam memecahkan masalah ?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang bisa peneliti kemukakan terkait dengan
persoalan di atas dapat di bagi menjadi dua yaitu manfaat teoritis dan
praktis.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai
sumbangan pemikiran untuk meningkatkan tercapainya tujuan
pendidikan.
9
b. Manfaat Praktis
Adapun manfaat secara praktis yang peneliti harapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan guru untuk merancang atau membuat instrument
pembelajaran terkait pemecahan masalah matematika dan sebagai
informasi untuk dapat memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
2) Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat dijadikan
sebagai dokumentasi dalam rangka melakukan penelitian lebih
lanjut.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mempermudah pembahasan dalam penelitian ini dan
menghasilkan data yang akurat sehingga dapat peneliti pertanggung
jawabkan kebenarannya, maka peneliti melakukan pembatasan masalah
yang meliputi objek penelitiannya yaitu materi dimensi tiga dengan pokok
bahasan jarak titik dalam ruang sedangkan subyek penelitiannya yaitu
siswa MAN 2 Mataram kelas XII-BHS.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Mataram tahun pelajaran
2019/2020.
10
E. Telaah Pustaka
Telaah Pustaka atau kajian terdahulu ini merupakan salah satu acuan
peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya
teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Peneliti
mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya
bahan kajian pada penelitian. Berikut merupakan penelitian terdahulu
berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti.
Adapun penelitian yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Menyelesaikan Soal
Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif.17 Hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut :
a. subjek Reflektif mampu memenuhi semua indikator berpikir kritis
FRISCO terlihat dari Ia bisa menceritakan kembali informasi-
informasi yang terdapat di soal dan dapat menyelesaikan soal
tersebut dengan benar dan memberikan gagasan yang tepat untuk
mendukung hasil jawabannya serta dapat menyimpulkan
jawabannya dengan baik dan benar.
17 Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan
Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan
Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 11
11
b. Subjek Impulsif tidak mampu memenuhi seluruh indikator berpikir
kritis, Ia mampu menceritakan informasi-informasi yang ada di
soal tetapi dalam menjawab soal masih belum tepat, ada beberapa
alasan yang tidak relevan yang diungkapkan sehingga Ia tidak bisa
menarik suatu kesimpulan dari soal atau masalah yang disajikan.
Berdasarkan paparan di atas, maka ditemukan beberapa perbedaan
dalam fokus penelitiannya dan subjek penelitian. Penelitian yang
dilakukan oleh Avinda, dkk. yaitu analisis kemampuan berpikir kritis
siswa berdasarkan gaya kognitif dan gaya Impulsif pada materi aljabar
dan dilakukan pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP),
sedangkan penelitan ini fokus pada analisis tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri, dan
dilakukan pada jenjang Sekolah Madrasah Aliyah (MA).
2. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A SMPN 8
Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender
dan Kemampuan Awal.18 Hasil penelitiannya sebagai berikut:
a. Siswa laki-laki dengan kemampuan awal tuntas KKM mampu
melakukan tahap interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi, dan
eksplanasi dalam memecahkan masalah lingkaran. Hal ini
dibuktikan dengan subjek mampu menggambarkan permasalahan
18 Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A
SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari Gender dan
Kemampuan Awal”, JPMM, Vol 3, Nomor 1, 2019, hlm.172
12
dengan tepat, mampu menuliskan apa yang harus dilakukan,
mampu menyelesaikan permasalahan, mampu menarik suatu
kesimpulan, dan mampu memberikan jawaban alternatif lain.
b. Siswa laki-laki dengan kemampuan awal tidak tuntas KKM hanya
mampu melakukan tahap interpretasi dalam memecahkan masalah
lingkaran, karena subjek hanya memahami masalah dengan cara
menggambarkan permasalahan dalam bentuk geometri dan
mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal.
c. Siswa perempuan dengan kemampuan awal tuntas KKM telah
mampu melakukan tahap interpretasi, analisis, evaluasi, inferensi
dan eksplanasi dalam memecahkan masalah lingkaran. Dilihat dari
subjek mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan
dalam bentuk geometri, mampu menuliskan apa yang ditanyakan
pada soal dengan jelas dan tepat, mampu menuliskan hubungan
konsep-konsep yang digunakan, mampu menuliskan apa yang
harus dilakukan, mampu melakukan penyelesaian, mampu menarik
kesimpulan secara logis, mampu menduga alternatif lain, dan
mampu menuliskan hasil akhir serta memberikan alasan tentang
kesimpulan yang diambil.
d. Siswa perempuan dengan kemampuan awal tidak tuntas KKM
mampu melakukan tahap interpretasi dengan baik dalam
memecahkan masalah lingkaran, hal ini dapat dilihat dari subjek
mampu menggambarkan permasalahan yang diberikan dalam
13
bentuk geometri dan mampu menuliskan apa yang ditanyakan pada
soal dengan jelas dan tepat.
Berdasarkan paparan di atas, maka ditemukan beberapa perbedaan
dalam fokus penelitiannya dan subjek penelitian. Penelitian yang
dilakukan oleh Shinta fokus membahas tentang kemampuan berpikir
kritis siswa dalam memecahkan masalah lingkaran dan subjek
penelitiannya dilakukan pada kelas VIII. Sedangkan pada penelitian ini,
fokus pada analisis tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah geometri, dan dilakukan pada jenjang Sekolah
Madrasah Aliyah (MA).
3. Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika
Berdasarkan Kemampuan Matematika.19 Hasil penelitiannya sebagai
berikut:
a. Subjek ST (Siswa Berkemampuan Tinggi) membaca soal sebelum
menjawab soal, ST menuliskan informasi yang ada dalam soal
berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan rumus apa
yang akan Ia gunakan untuk menyelesaikan soal, ST membuat
model matematika dengan tepat dan memberikan penjelasan
dengan tepat. Untuk menyelesaikan masalah ST menggunakan cara
eliminasi mencar nilai y dengan cara mengeliminasi variabel x, ST
19 Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”, LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan, Vol 14, Nomor 1, 2019, hlm.59-68
14
juga membuat kesimpulan dengan tepat terkait permasalahan yang
diberikan.
b. Subjek SS (Siswa Berkemampuan Sedang) membaca soal sebelum
menjawab soal, SS menuliskan informasi yang ada dalam soal
berupa apa yang diketahui, ditanyakan dan menuliskan rumus apa
yang akan Ia gunakan untuk menyelesaikan soal, SS membuat
model matematika dengan tepat dan memberikan penjelasan
dengan tepat. Untuk menyelesaikan masalah SS menggunakan cara
eliminasi mencar nilai y dengan cara mengeliminasi variabel x, SS
juga membuat kesimpulan dengan tepat terkait permasalahan yang
diberikan.
c. Subjek SR (Siswa Berkemampuan Rendah) memahami masalah
dengan menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan oleh soal,
SR ketika mengidentifikasi hubungan-hubungan antara
pernyataan, pertanyaan, dan konsep yang diberikan tidak bisa
membuat model matematika, dan SR tidak bisa memberikan
penjelasan dengan detail dan benar. SR juga tidak bisa memberikan
kesimpulan terkait dengan permasalahan yang diberikan.
Berdasarkan paparan di atas, ditemukan beberapa perbedaan dalam
fokus penelitiannya dan subjek penelitian. Penelitian yang dilakukan
oleh Nonong, fokus pada pembahasan profil berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah program linier. Kemudian subjek penelitinnya
siswa SMP kelas VIII. Sedangkan pada penelitian ini, fokus
15
pembahasannya adalah mengenai analisis kemampuan berpikir kritis
siswa dalam memecahkan masalah geometri (dimensi tiga) dan
subjeknya siswa SMA kelas XII.
F. Kerangka Teori
1. Kemampuan Berpikir Kritis
a. Berpikir
Berpikir merupakan salah satu kemampuan yang diberikan oleh
Tuhan Yang Maha Kuasa yang menjadikan manusia berbeda dengan
makhluk lainnya. Melalui kemampuan berpikir inilah manusia
memperoleh kedudukan mulia di sisi Tuhannya. Berpikir adalah salah satu
aktivitas yang tidak bisa terlepaskan dari aktivitas manusia. Kemampuan
berpikir ini dibutuhkan oleh manusia untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan mempertahankan kelangsungan hidupnya. Berpikir
merupakan suatu kegiatan yang dijadikan pemenuhan kebutuhan
intelektual dan pengembangan potensi peserta didik.20
b. Berpikir Kritis
Menurut Lupoto proses berpikir merupakan kegiatan intelektual
yang dilakukan untuk mendapatkan suatu pengetahuan, membuat
keputusan, memecahkan masalah maupun untuk menilai suatu perbuatan.
Deporter dan Hernacki mengelompokkan cara berpikir manusia ke dalam
beberapa bagian, yaitu: berpikir vertical, berpikir lateral, berpikir kritis,
20 Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
16
berpikir analitis, berpikir strategis, berpikir tentang hasil, dan berpikir
kreatif. Menurut keduanya, berpikir kritis kegiatan melalukan evaluasi
atau penelitian terhadap suatu hal. Sementara itu, Presseisen membagi
kemampuan berpikir menjadi dua bagian, yaitu kemampuan berpikir dasar
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Kemampuan berpikir dasar
merupakan gambaran dari proses berpikir rasional dan kemampuan
berpikir esensial. Kemampuan berpikir dasar ini meliputi: menentukan
hubungan sebab akibat (causation), melakukan transformasi
(transformation), menemukan hubungan (relationship), memberikan
kualifikasi (qualification), dan membuat klasifikasi (classification).21
Presseisen menyebutkan bahwa adalah kemampuan pemecahan
masalah (problem solving), pengambilan keputusan (decision making),
berpikir kreatif (creative thingking), dan berpikir kritis (critical thingking)
merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi. Tipe-tipe
berpikir tersebut dibedakan berdasarkan tujuannya. Pemecahan masalah
bertujuan untuk mencari jawaban atas masalah yang dihadapi.
Pengambilan keputusan bertujuan untuk memilih yang terbaik di antara
alternatif-alternatif yang ada. Berpikir kreatif bertujuan untuk menemukan
atau menghasilkan sesuatu. Sedangkan berpikir kritis bertujuan untuk
memberi pertimbangan atau keputusan mengenai sesuatu.22
21 Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018), hlm. 6 22Ibid, hlm. 8
17
Semua kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diungkapkan di atas
dapat dikembangkan melalui pembelajaran, dan salah satu dari
kemampuan tersebut adalah kemampuan berpikir kritis. Beberapa definisi
berpikir kritis telah coba dikemukakan oleh para ahli, antara lain Norris
yang menyebutkan bahwa berpikir kritis adalah pengambilan keputusan
secara rasional atas apa yang diyakini dan dilakukan. Ungkapan tersebut
ternyata sejalan dengan pendapat Ennis yang menyatakan bahwa berpikir
kritis adalah suatu kegiatan berpikir yang tujuannya yaitu membuat suatu
keputusan masuk akal tentang segala hal yang dilakukan dan diyakini.
Menurut Ennis ada enam unsur dalam berpikir kritis yaitu Focus, Reason,
Inference, Situation, Clarity,dan Overview. Ke enam unsur ini disingkat
dengan FRISCO. 23
Berpikir kritis sangat diperlukan oleh setiap orang untuk menyikapi
permasalahan dalam realita kehidupan yang tak bisa dihindari, dengan
berpikir kritis, seseorang dapat mengatur, menyesuaikan, mengubah, atau
memperbaiki pikirannya, sehingga ia dapat mengambil keputusan untuk
bertindak lebih tepat.
Costa mengemukakan tentang seorang berpikir kritis apabila Ia
mampu mendeteksi perbedaan informasi, mengumpulkan data untuk
pembuktian faktual, mampu mengidentifikasi atribut-atribut benda (seperti
sifat, wujud dan sebagainya), mampu mendaftar alternatif pemecahan
23 Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
18
masalah, alternatif ide, alternatif situasi; mampu membuat hubungan yang
berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik
kesimpulan dan generalisasi dari data yang berasal dari lapangan. Mampu
membuat prediksi dari informasi yang tersedia, mampu mengklasifikasi
informasi dan ide, mampu menginterpretasi dan menjabarkan informasi ke
dalam pola tertentu, mampu menginterpretasi dan membuat flow chart,
mampu menganalisis isi, menganalisis prinsip, menganalisis hubungan,
mampu membandingkan dan mempertentangkan yang kontras, dan mampu
membuat konklusi yang valid.24
Beberapa para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai berpikir
kritis, diantaranya yaitu :
1) Brookfield (2010:24) dan Eipstein (2006:5) mendefinisikan
berpikir kritis sebagai “susunan argumen yang mencakup beberapa alasan dan sebuah kesimpulan yang benar”.
2) Fisher (2009:16) menyebutkan lima aspek berpikir kritis yaitu
mengidentifikasi masalah, menemukan solusi, memberikan alasan,
memeriksa kembali, dan memberikan kesimpulan.
3) Subanji (2011: 5) Berpikir kritis merupakan proses berpikir yang
tidak hanya mengingat ataupun berpikir dasar yang sekedar
memahami secara pasif melainkan proses berpikir yang ditandai
dengan kemampuan menganalisa masalah, menentukan kecukupan
data untuk menyelesaikan masalah, mengenali konsistensi data, dan
menentukan kesimpulan dari sekumpulan data tersebut.
4) Sedangkan menurut Ennis (2000), berpikir kritis adalah berpikir
rasional dan reflektif yang difokuskan pada apa yang diyakini dan
dikerjakan.25
Dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu keterampilan
yang harus dimiliki seseorang agar bisa memahami dan menyelesaikan
24 Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, (Jakarta: UPI PRESS, 2018), hlm. 7. 25 Ibid, hlm. 6-8
19
suatu permasalahan dan dapat mengambil suatu keputusan terhadap apa
yang diyakini.
c. Indikator Berpikir Kritis
Menurut Ennis, seseorang dikatakan berpikir kritis jika memenuhi kriteria-
kriteria tertentu yang disingkat dengan FRISCO yaitu (Focus, Reason,
Inference, Situation, Clarity, dan Overview).26
Berikut penjelasan dari kriteria-kriteria tersebut.
a. Focus (fokus) yaitu Identifikasi fokus atau perhatian utama atau Siswa
dalam memahami permasalahan pada soal yang diberikan.
b. Reason (alasan) yaitu identifikasi dan menilai akseptabilitas alasannya
atau memberikan alasan berdasarkan fakta/bukti yang relevan pada
setiap langkah dalam membuat keputusan maupun kesimpulan.
c. Inference (kesimpulan) yaitu menilai kualitas kesimpulan, dengan
asumsi alasan untuk dapat diterima atau siswa membuat kesimpulan
dengan tepat dan Siswa memilih reason (R) yang tepat untuk
mendukung kesimpulan yang dibuat.
d. Situation (situasi) yaitu perhatikan situasi dengan seksama atau siswa
menggunakan semua informasiyang sesuai dengan permasalahan.
e. Clarity (kejelasan) yaitu periksa untuk memastikan bahasanya jelas
atau siswa memberikan penjelasan yang lebih lanjut terkait
jawabannya.
26Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 121.
20
f. Overview yaitu Mengecek kembali atau Langkah mundur dan tentang
apa yang dimaksudkan dalam kesimpulan melihat semuanya secara
keseluruhan atau siswa meneliti/mengecek kembali secar amenyeluruh
mulai dari awal sampai akhir (yang dihasilkan pada FRISC)
Tabel 1.1 Kriteria dan Indikator Berpikir Kritis27
Kriteria Berpikir Kritis Indikator Berpikir Kritis Deskripsi
F (Focus) :fokus
Siswa Memahami
permasalahan pada soal
yang diberikan
1. Menuliskan
atau
menyebutkan
yang diketahui
disoal
2. Menuliskan
atau
menyebutkan
apa yang
ditanyakan
disoal
R (Reason) :
alasan
Siswa memberikan
alasan berdasarkan
fakta/bukti yang relevan
pada setiap langkah
dalam membuat
keputusan maupun
kesimpulan.
Siswa mampu
menuliskan
langkah-langkah
dalam
menyelesaikan soal
atau siswa dapat
memberikan alasan
yang relevan dalam
membuat suatu
kesimpulan.
I (Inference) :
kesimpulan
Siswa membuat
kesimpulan dengan tepat
Siswa menuliskan
kesimpulan dengan
tepat
27 Avinda, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal
Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah ditinjau dari Gaya Kognitif Reflektif dan Gaya
Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol. 9 Nomor 1, Juli 2018, hlm. 12-13.
21
S (Situation) :
situasi
Siswa menemukan
jawaban sesuai dengan
konteks permasalahan
Siswa mampu
menemukan
jawaban dengan
menggunakan
informasi yang
sesuai dengan
permasalahan
C (Clarity) :
kejelasan
1) Siswa menggunakan
penjelasan yang lebih
lanjut tentang apa
yang dimaksudkan
dalam kesimpulan
yang dibuat.
2) Jika terdapat istilah
dalam menjawab soal,
siswa dapat
menjelaskan hal
tersebut.
1) Siswa mampu
mengklarifikasi
atau menjelaskan
tentang jawaban
yang telah ditulis
2) Jika terdapat
istilah dalam
jawabannya
siswa mampu
menjelaskan
O (Overview):
memerika
kembali
Siswa meneliti atau
mengecek kembali
secara menyeluruh
mulai dari awal sampai
akhir.
Siswa mengecek
kembali secara
menyeluruh
jawabannya dari
awal sampai akhir
Pada penelitian ini, indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir kritis siswa adalah menggunakan indkator berpikir kritis menurut
Ennis, untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya
adalah dengan cara memberikan suatu masalah matematika. Hal ini sesuai
dengan pendapat para ahli yaitu Sabandar dan Jonson mengatakan adanya
suatu hubungan antara kemampuan berpikir kritis dengan kemampuan siswa
dalam menyelesaikan suatu masalah, dalam menyelesaikan suatu
permasalahan setidaknya terdapat empat langkah yaitu siswa mampu
22
memahami masalah, kemudian merencanakan penyelesaian suatu masalah,
melaksanakan rencana dan terakhir yaitu menafsirkan hasilnya.28
Secara umum, keterampilan berpikir terdiri atas empat tingkat, yaitu:
menghafal (recall thinking), keterampilan dasar (basic thinking), kritis
(critical thinking) dan kreatif (creative thinking).29 Tingkat berpikir paling
rendah adalah (LCT 0) yaitu keterampilang menghafal (recall thingking)
yang terdiri atas keterampilan yang hampir otomatis atau refleksif. Tingkat
berpikir berikutnya adalah keterampilan dasar (LCT 1) yang termasuk
dalam keterampilan ini adalah memahami konsep-konsep. Salah satu
kemampuan berpikir yang termasuk ke dalam kemampuan berpikir tingkat
tinggi adalah kemampuan berpikir kritis (LCT 2 dan LCT 3). Kriteria LCT
yang disesuaikan dengan indikator berpikir kritis menurut Ennis yaitu
mampu : (1) memahami masalah, (2) memberikan alasan berdasarkan bukti
atau fakta yang relevan, (3) membuat suatu kesimpulan dengan tepat, (4)
menemukan jawaban sesuai dengan konteks permasalahan, (5) memberikan
penjelasan terhadap kesimpulan yang dibuat dan atau memberikan
penjelasan jika terdapat istilah dalam menjawab soal, dan (6) memeriksa
kembali jawaban. Sehingga dihasilkan kriteria berikut :
28 Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam
Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari Gaya Kognitif
Reflektif dan Kognitif Impulsif”, Aksioma, Vol 9, Nomor. 1, 2018, hlm. 13 29 Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 2, Nomor 9, 2014, hlm. 912
23
1. LCT 0, yaitu tidak ada jawaban yang sesuai dengan indikator berpikir
kritis menurut Ennis.
2. LCT 1, yaitu jawaban siswa sesuai dengan 1 sampai tiga indikator
berpikir kritis menurut Ennis.
3. LCT 2, yaitu jawaban siswa sesuai dengan empat atau lima indikator
berpikir kritis menurut Ennis.
4. LCT 3, jawaban siswa sesuai dengan enam indikator menurut berpikir
kritis menurut Ennis.
Tabel 1.2
Level Crtical Thingking (LCT)
Kriteria
Berpikir
Kritis
Sub Indikator
Berpikir Kritia
LCT 3 LCT 2 LCT 1 LCT
0
F (Focus) Mampu
menyebutkan
informasi terkait
apa yang
diketahui dan
ditanyakan soal
√√ √√ √√
-
R
(Reason)
Siswa mampu
menuliskan
langkah-langkah
dalam
menyelesaikan
soal atau siswa
dapat
memberikan
alasan yang
relevan dalam
membuat suatu
kesimpulan
√√ √√ √√ -
24
I
(Inference)
Siswa mampu
membuat
kesimpulan
dengan tepat
√√
√
√
-
S
(Situation)
Siswa mampu
menemukan
jawaban dengan
menggunakan
informasi yang
sesuai dengan
permasalahan
√√
√√
√
-
C (Clarity) Siswa mampu
mengklarifikasi
atau
menjelaskan
tentang jawaban
yang telah
ditulis
√√ √√ √ -
O
(Overview)
Siswa mampu
memeriksa
kembali
jawaban
√√ - -
Keterangan :
√ √ : Memenuhi kriteria berpikir kritis
√ : memenuhi kriteria berpikir kritis tetapi kurang tepat
- : tidak memenuhi kriteria berpikir kritis
25
2. Pemecahan Masalah Matematika
a. Masalah Matematika
Masalah merupakan suatu persoalan atau hal yang perlu dipecahkan
atau perlu dicari solusinya.30 Dikatakan suatu masalah dalam
matematika apabila terdapat suatu pertanyaan atau soal matematika jika
dalam penyelesaiannya memerlukan suatu kreativitas, pengertian, dan
pemikiran atau imajinasi dari setiap orang yang mengahadapi masalah
tersebut.31
Persoalan yang tidak mempunyai prosedur rutin dalam
penyelesaiannya dikatakan sebagai suatu masalah dalam matematika.
Masalah dapat disajikan dalam berbagai bentuk bentuk, seperti soal non
rutin, soal cerita, penggambaran fenomena, atau kejadian, ilustrasi
gambar, atau teka-teki. Dikatakan sebagai masalah matematika apabila
masalah tersebut mengandung suatu konsep matematika. Seorang siswa
akan menganggap suatu hal itu sebagai masalah apabila ia merasa
kesulitan untuk dapat menyelesaikan atau memecahkan persoalan
tersebut dengan menggunakan pengetahuan yang telah Ia miliki. Siswa
akan mampu menyelesaikan suatu masalah, apabila siswa tersebut
30 Kamisa, KBBI, (Surabaya: CV Cahaya Agency, 2013), hlm365 31 Irfan Taufar Asfar & Syarif Nur, Model Pembelajaran PPS (Problem
Posing&Solving), (Suka bumi : CV Jejak, 2018), hlm. 26
26
benar-benar memahami prinsip-prinsip yang telah dipelajari
sebelumnya.32
b. Pemecahan Masalah Matematika
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai proses pengaplikasian
pengetahuan yang telah didapat siswa selama belajar. Pemecahan
masalah merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam matematika
karena berdasarkan tujuan pembelajaran matematika yaitu siswa dapat
memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-harinya.33 Polya
mengatakan bahwa34:
“Pemecahan masalah sebagai suatu usaha mecari jalan keluar
dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak
begitu mudah segera dapat dicapai.”
Adapun karakteristik pemecahan masalah matematika yang baik
menurut Sumarmo, dkk diantaranya adalah 1) mampu memahami
konsep dan istilah matematika, 2) mampu memahami keserupaan,
perbedaan dan analogi, 3) mampu mengidentifikasi unsur yang kritis
dan memilihi prosedur dan data yang benar, 4) mampu mengetahui data
yang tidak relevan, 5) mampu mengestimasi dan menganalisis, 6)
mampu memfisualisasi (menggambarkan dan menginterpretasikan fakta
32Ikhsan,Said,& Lia Fitria, “Kemampuan berpikir kritis dan metakognisi siswa dalam
menyelesaikan masalah matematika melalu pendekatan problem solving”, Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP Univ.Muhammadiyah Metro, Vol 6 Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 234-235. 33 Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
195. 34 Irfan Taufar Asfar & Syarif Nur, ...hlm, 26
27
kuantitatif dan hubungan), 7) mampu menggeneralisasi berdasarkan
beberapa contoh, 8) mampu menukar/mengganti metode/cara dengan
tepat, 9) memiliki harga diri dan kepercayaan diri yang kuart serta
hubungan dengan sesama siswa, 10) memiliki rasa cemas yang rendah.35
Polya mengembangkan empat langkah pemecahan masalah yaitu
memahami masalah atau persoalan, menyusun rencana pemecahan
masalah, melaksanakan rencana pemecahan dan memeriksa kembali
hasil pemecahan masalah.36
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas diketahui bahwa
pemecahan masalah dapat membantu siswa mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh dan dapat diterapkan kepada situasi
baru, melalui pemecahan masalah siswa bisa menjadi lebih kritis, dan
analitis dalam mengambil suatu keputusan dalam kehidupan. Sehingga
melalui pemecahan masalah ini siswa dapat belajar secara aktif dalam
menemukan, merumuskan, atau menyimpulkan sendiri permasalahan.
35 Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis
Siswa SMP melalui Pendekatan Problem Solving”, Jurnal Ilmiah STKIP Siliwngi, Vol 9
Nomor 1, Maret 2015, hlm 10-11. 36 Harlinda, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal elektronik
pembelajaran matematika ,vol 2, Nomor 9, November 2014, hlm. 915.
28
c. Materi Geometri
1. Kubus
Gambar 1.1
Gambar 1.1 menunjukkan sebuah gambar kubus ABCD.EFGH yang
memilki unsur sebagai berikut:
a. Sisi/bidang
Sisi kubus adalah bidang yang membatasi kubus. Dari
Gambar 1.1 terlihat bahwa kubus memiliki 6 buah sisi yang semua
sisinya berbentuk persegi, sisi-sisi tersebut yaitu sisi ABCD, EFGH,
ABFE, CDHG, BCGF, dan ADHE.
b. Rusuk
Rusuk kubus adalah garis potong antara dua sisi bidang
kubus dan terlihat seperti kerangka yang menyusun kubus. Kubus
ABCD.EFGH memiliki 12 buah rusuk, yaitu AB, BC, CD, DA, EF,
FG, GH, HE, AE, BF, CG, dan DH.
c. Titik sudut
Titik sudut kubus adalah titik potong antara dua rusuk.
Kubus ABCD.EFGH memilki 8 buah titik sudut, yaitu A, B, C, D, E,
F, G, dan H.
29
d. Diagonal bidang
Gambar 1.2
Pada Gambar 1.2 kubus ABCD.EFGH terdapat garis AF
yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam
satu sisi/ bidang. Ruas garis tersebut dinamakan sebagai diagonal
bidang. Diagonal bidang pada kubus ABCD.EFGH sebanyak 12,
yaitu AF, BE, BG, CF, CH, DG, DE, AH, EG, FH, AC, dan BD.
e. Diagonal Ruang
Gambar 1.3
Pada Gambar 1.3 kubus ABCD.EFGH terdapat garis HB
yang menghubungkan dua titik sudut yang saling berhadapan dalam
satu ruang. Ruas garis tersebut disebut diagonal ruang.
30
f. Bidang diagonal
Gambar 1.4
Pada Gambar 1.4 terlihat dua buah diagonal bidang pada
kubus ABCD.EFGH yaitu BD dan FH. Diagonal bidang BD dan FH
beserta dua rusuk kubus yang sejajar, yaitu BF dan DH membentuk
suatu bidang di dalam ruang kubus bidang BDFH pada kubus
ABCD.EFGH. bidang BDFH disebut bidang diagonal.37
2. Jarak titik ke titik, titik ke garis, dan jarak titik ke bidang
a. Jarak titik ke titik
Gambar 1.5
Jarak titik ke titik dalam suatu ruang dengan cara menghubungkan titik
itu ke titik yang lain sehingga terjadi sebuah garis. Jarak kedua titik
ditentukan oleh panjang garis itu.
37 Kholifah, “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada Siswa SMP Kelas
IX” (Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017 ), hlm. 18-20.
31
Contoh masalah :
“Dalam suatu kamar berukuran 4m × 4m × 4m dipasang lampu tepat
di tengah-tengah atap. Berapakah jarak lampu ke salah satu sudut lantai
kamar?”
Alternatif Penyelesaian:
Misal kamar tersebut digambarkan sebagai kubus ABCD.EFGH dan
lampu dinyatakan dengan titik T seperti berikut:
Gambar 1.6 Kubus ABCD.EFGH sebagai Representasi Kamar
Jarak lampu ke salah satu sudut lantai kamar adalah jarak titik T ke titik
A atau ke titik B atau ke titik C atau ke titik D. Titik T merupakan titik
tengah bidang EFGH sehingga 𝑇𝐴 = 𝑇𝐵 = 𝑇𝐶 = 𝑇𝐷. Akan dicari
jarak titik T ke titik A. Jarak titik T ke titik A salah satunya dapat dicari
dari segitiga AET.
Gambar 1.7 Segitiga AET
32
Karena 𝐴𝐸 tegak lurus dengan 𝐸𝑇 , maka segitiga AET merupakan
segitiga siku-siku yang siku-siku di E. Dengan menggunakan
Teorema Pythagoras diperoleh 𝐴𝑇2 = 𝐴𝐸2 + 𝐸𝑇2.
Menentukan panjang 𝐸𝑇.
Oleh karena T merupakan titik tengah maka 𝐸𝑇 = 12 𝐸𝐺. Oleh karena
𝐸𝐺 merupakan diagonal bidang, maka 𝐸𝑇 = 12 . 4√2 = 2√2.
Sehingga, 𝐴𝑇2 = 𝐴𝐸2 + 𝐸𝑇2 𝐴𝑇 = √42 + (2√2)2
𝐴𝑇 = √24 = 2√6 Jadi, jarak lampu ke salah satu sudut lantai adalah 2√6.38
G. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti
menggunakan pendekatan kualitatif, karena peneliti berusaha
memperoleh data deskriptif berupa kata-kata tertulis (berupa jawaban
tertulis siswa dalam menjawab soal), kata-kata lisan (misal
pembicaraan keseharian siswa terkait matematika khususnya pada
materi geometri).
38 Abdurrahman, dkk, Matematika Kelas XII, (Jakarta: Pusat kurikulum dan Perbukuan,
Balitbang, Kemendikbud, 2018) cet. Ke-2, hlm. 9.
33
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung pada
saat ini atau saat yang lampau.39 Penelitian deskriptif memiliki langkah-
langkah dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah ini sebagai berikut:
a. Diawali dengan adanya masalah
b. Menentukan jenis informasi yang diperlukan
c. Menentukan prosedur pengumpulan data melalui observasi atau
pengamatan
d. Pengolahan informasi atau data
e. Menarik kesimpulan penelitian.
Dalam hal ini, peneliti menggunakan paradigma berpikir kritis
untuk menjawab masalah penelitian dengan jelas bagaimana tingkat
kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah pada
materi geometri.
2. Kehadiran peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini sangat dibutuhkan karena
peneliti bertindak sebagai instrumen utama dalam penelitian. Hal ini
didasarkan karena peneliti berpartisipasi langsung dalam penelitian
mulai menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
39 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012), hlm.54.
34
data, melaukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya.40
Selama di lokasi penelitian, peneliti melakukan observasi berupa
ikut mengamati proses pembelajaran di kelas matematika, peneliti juga
melakukan wawancara dengan guru matematika serta beberapa siswa
untuk ditanyakan terkait kemampuan berpikir kritis siswa. Kehadiran
peneliti dari bulan oktober 2019- februari 2020.
3. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Mataram yang beralamatkan
di Jalan Pendidikan No.25, Dasan Agung Baru, Kec. Selaparang, Kota
Mataram, Nusa Tenggara Barat. Alasan memilih MAN 2 Mataram karena:
a. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, ditemukan bahwa
siswa memiliki masalah dalam memecahkan masalah matematika.
b. Penelitian terkait tingkat kemampuan berpikir kritis diperlukan
dalam pembelajaran matematika khususnya dalam pemecahan
masalah geometri untuk medeskripsikan tingkat kemampuan
berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri di MAN
2 Mataram
c. Karena sekolah tersebut salah satu sekolah terbaik di NTB.
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII-Bahasa
MAN 2 Mataram. Pemilihan sumber data dilakukan secara purposive
40 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: ALFABETA, 2017), hlm. 306.
35
sampling. Pemilihan kelas XII-Bahasa sebagai sumber data karena kelas
tersebut masih terlibat pada kegiatan yang tengah di teliti atau masih dalam
proses belajar materi geometri, siswa dari kelas XII-BHS mempunyai
waktu yang memadai untuk dimintai informasi, kelas tersebut cukup aktif
dalam pembelajaran matematika, dan memiliki semangat dalam belajar
matematika dibandingkan kelas lain.
Adapun data yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut:
a. Data mengenai hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa yang
dikerjakan oleh 21 siswa kelas XII-Bahasa.
b. Transkrip wawancara
Adapun subjek penelitian dipilih menggunakan teknik purposive
sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan
tertentu. Pada tahap pemilihan subjek, peneliti memberikan soal tes
kemampuan berpikir kritis kepada 21 orang siswa kelas XII-Bahasa.
Selanjutnya, setelah siswa menjawab soal tes, peneliti
mengelompokkan hasil jawaban siswa yang menjawab dengan kriteria
kemampuan berpikir kritis (FRISCO) sesuai dengan ketentuan level
yang telah dipaparkan peneliti. Kemudian, dari hasil pengelompokkan
tersebut peneliti akan memilih beberapa siswa sebagai perwakilan dari
setiap level Critical Thingking (LCT) yang akan diwawancarai untuk
tahap selanjutnya. Selain itu, peneliti juga berkoordinasi dengan guru
matematika guna mengetahui siswa-siswa yang komunikatif sehingga
informasi yang dibutuhkan peneliti didapatkan dengan mudah.
36
Berikut alur pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dilihat
pada gambar 1.14
Gambar 1.14 alur pengambilan sampel
5. Instrumen Penelitian
Dalam Penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama. Hal ini
karena peneliti berperan dalam menentukan fokus penelitian, memilih
subjek penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
menganalisis data dan membuat kesimpulan hasil penelitian. Sedangkan
instrumen pendukung dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Soal Tes kemampuan berpikir kritis
Instrumen dalam penelitian ini berupa soal uraian yang terdiri dari
soal materi geometri. Soal tes yang digunakan pada materi geometri
dikembangkan sendiri oleh peneliti. Soal tes ini telah divalidasi
terlebih dahulu oleh dosen dari Program Studi Tadris Matematika UIN
Mataram sebelum digunakan di lokasi penelitian.
37
b. Pedoman Wawancara
Instrumen pedoman wawancara disusun dengan mengacu pada
indikator kemampuan berpikir kritis. Pada saat wawancara peneliti
menggunakan perekam audio untuk merekam hasil wawancara.
6. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan untuk
menemukan data-data kualitatif berupa fakta atau informasi seperti
kegiatan-kegiatan siswa ketika di dalam kelas, keterangan guru mengenai
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika, serta hal-hal
lain yang diperlukan dalam penelitian ini.
Peneliti melakukan proses pengumpulan data dengan observasi,
pemberian soal tes kemampuan berpikir kritis yaitu soal geometri sebagai
data dokumentasi, kemudian melakukan wawancara dengan guru
matematika dan siswa. Berikut penjelasannya;
a. Observasi
Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti
langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas
belajar individu–individu di lokasi penelitian.observasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengetahui subjek yang akan diteliti.
Perilaku di sini seperti apakah siswanya ramah dan bisa diajak untuk
berkomunikasi dan sejenisnya.
38
b. Tes
Semua siswa kelas XII diberikan soal tes kemampuan berpikir
kritis untuk mendapatkan data tentang kemampuan berpikir kritis siswa
yang digunakan siswa dalam memecahkan soal non rutin matematika.
Tes ini bertujuan untuk melihat kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah matematika (geometri). Kegiatan siswa selama
proses penyelesaian soal kemudian difoto sebagai data pendukung.
Setelah mengerjakan soal, siswa dipilih beberapa orang berdasarkan
jawaban siswa yang sesuai dengan tujuan penelitian. Selanjutnya, hasil
jawaban dari siswa tersebut nantinya akan digunakan sebagai data
utama dalam menganalisis data.
c. Wawancara
Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tak terstruktur. Dalam pelaksanaannya, pewawancara
membawa pedoman yang hanya merupakan garis-garis besar tentang
hal-hal yang akan dipertanyakan sesuai dengan tujuan penlitian.
Dengan demikian, peneliti tidak hanya fokus kepada pertanyaan yang
ada dalam pedoman wawancara, tetapi dapat mengajukan beberapa
pertanyaan lain yang mendukung dan relevan dengan tujuan penelitian.
Wawancara dilakukan kepada tiga siswa kelas XII yang dipilih
berdasarkan pertimbangan tertentu. Kegiatan wawancara dilakukan
setelah peneliti selesai menganalisis jawaban siswa. Selanjutnya siswa
sebagai subjek penelitian diwawancarai terkait dengan kemampuan
39
berpikir kritis. Kegiatan siswa selama proses wawancara kemudian
direkam dan di foto sebagai data pendukung. Adapun informasi yang
diperoleh dari kegiatan wawancara ini adalah kemampuan berpikir
kritis siswa dalam memecahkan masalah geometri.
Alur pengumpulan data dalam penelitian ini dapat di lihat pada gambar
1.15. berikut
Gambar 1.15 alur pengumpulan data
40
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan model Milles
dan Huberman yaitu (1) reduksi data, (2) penyajian data, dan (3) verifikasi
data.41
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
Data yang akan direduksi dalam penelitian ini berupa data hasil
tes kemampuan berpikir ktitis oleh beberapa siswa yang dijadikan
subjek penelitian. Pada tahap ini peneliti akan memfokuskan pada
indikator berpikir kritis yang dibuat oleh peneliti pada tabel 1.1.
Dalam hal ini, peneliti membuang bagian-bagian yang tidak relevan,
dan mengambil bagian yang terkait dengan indikator yang telah
dibuat.
Selain data hasil tes kemampuan berpikir kritis, peneliti juga
mereduksi data hasil wawancara tak terstruktur pada beberapa siswa
mengenai kemampuan berpikir kritis. Kalimat-kalimat dari jawaban
responden yang tidak berkaitan dengan hal yang diteliti akan dibuang.
41 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), hlm. 246.
41
b. Penyajian Data (Data Display)
Dalam penelitian ini, data-data yang telah direduksi kemudian
disajikan dalam bentuk deskripsi data temuan. Data-data tersebut
antara lain yaitu data hasil tes berpikir kritis siswa, dan data berpikir
kritis siswa berdasarkan hasil wawancara.
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan atau verifikasi. Data-data hasil temuan yang telah
direduksi dan disajikan dalam bentuk deskripsi dan tabel akan
diproses lebih lanjut dengan memperhatikan tingkat kebenarannya
melalui pengecekan kembali data dan informasi yang diperoleh dalam
penelitian.
Kesimpulan akhir yang diperoleh dari hasil analisis adalah
deskripsi tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah geometri.
8. Pengecekan Keabsahan Data
Untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan triangulasi. Triangulasi yaitu teknik pemeriksaan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Triangulasi
digunakan sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan
sumber, metode, penyidik, dan teori.42
42 Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2017). hlm. 330.
42
Jenis triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi teknik. Triangulasi teknik artinya mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam hal ini, peneliti
menggunakan teknik tes, wawancara, dan dokumentasi untuk
mendapatkan data mengenai kemampuan berpikir kritis siswa dalam
memecahkan masalah geometri.
H. Sistematika Pembahasan
Dalam pemaparan skripsi ini, alur pemaparannya dibagi ke dalam
empat bagian. Masing-masing bagian berisi pemaparan yang berbeda tetapi
merupakan kelanjutan dari pemaparan pada bagian-bagian sebelumnya.
Adapun isi pemaparan dari masing-masing bagian seperti diuraikan
berikut ini:
1. Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan ini, peneliti mengungkapkan latar
belakang yang berisi hal-hal yang berkaitan alasan akademik
dilakukannya penelitian. Selanjutnya dari uraian latar belakang, peneliti
merumuskan masalah, dan selanjutnya diuraikan mengenai tujuan dan
manfaat penelitian. Setelah tujuan dan manfaat penelitian, peneliti
merumuskan ruang lingkup dan setting penelitian, telaah pustaka,
kerangka teori dan diakhiri dengan uraian metode yang digunakan
dalam penelitian ini.
43
2. Paparan Data dan Temuan
Bagian paparan data dan temuan ini, peneliti memaparkan mengenai
hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Pada bagian ini, peneliti
berusaha mengungkapkan hasil temuannya di lokasi penelitian dengan
berusaha tidak mencampuri fakta terlebih dahulu. Data yang diperoleh
dari hasil tes, wawancara, dan dokumentasi adalah data.
3. Pembahasan
Pada bagian ini, peneliti mengungkapkan proses analisis terhadap
temuan penelitian pada bagian sebelumnya. Analisis tersebut dilakukan
dengan tetap berpedoman pada kerangka teori dan hasil penelitian
sebelumnya.
4. Penutup
Pada bagian ini berisi simpulan akhir dari hasil analisis pada bagian
sebelumnya. Selain itu peneliti mengajukan berbagai saran untuk
berbagi pihak dalam rangka perbaikan terhadap kekurangan-kekurangan
yang ditemukan peneliti
44
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Jadwal Penelitian
Kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu memberikan soal
tes kemampuan berpikir kritis kepada 3 siswa yang terdiri dari 1 orang
putra dan 2 putri dan melakukan wawancara kepada tiga informan. Waktu
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengumpulan data ini adalah selama
6 hari untuk melakukan tahapan tes dan wawancara sebagaimana pada tabel
2.1 di bawah ini:
Tabel 2.1
Keterangan Jadwal Penelitian
No Kegiatan Penelitian Waktu Tempat
1 Memberikan soal tes
kemampuan berpikir
kritis
22 Januari 2020 Kelas XII-Bhs MAN
2 Mataram
2 Melakukan
wawancara kepada 3
informan
27 Januari 2020
Kelas XII-Bhs MAN
2 Mataram
3 Dokumentasi 22 dan 27
Januari 2020
Kelas XII-Bhs MAN
2 Mataram
B. Paparan Data Hasil Penelitian
Dalam paparan data hasil penelitian dikemukakan informasi terkait dengan
hasil pengolahan data berupa hasil tes data yang diungkapkan oleh informan
ketika proses wawancara. Pada bagian ini, peneliti memaparkan data menjadi
dua bagian yaitu hasil tes kemampuan berpikir kritis dan hasil wawancara.
45
1. Hasil Tes Kemampuan berpikir kritis
Tabel 2.2.
Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis
Narasumber Hasil tes Kriteria Berpikir
kritis terpenuhi
Subjek 1 LCT 1 2
Subjek 2 LCT 2 3
Subjek 3 LCT 2 4
Subjek 4- Subjek 21 LCT 0 0
Berdasarkan tabel di atas, maka peneliti mengambil tiga subjek penelitian yaitu
S1, S2 dan S3.
a. Subjek 1 (LCT 1)
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1 (S1) pada soal dapat
dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 1
b. Sujek 2 (LCT 2)
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 2 (S2) pada soal dapat
dilihat pada Gambar 2.2.
46
Gambar 2.2. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S2
c. Subjek 3 (LCT 2)
Adapun hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 3 (S3) pada soal dapat
dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3. Hasil tes kemampuan berpikir kritis subjek 3
47
2. Hasil Wawancara
a. Subjek S1
Peneliti mewawancarai S1 pada tanggal 27 Januari 2020 di kelas XII-Bhs
MAN 2 Mataram. Adapun hasil petikan wawancara S1 dapat dilihat pada
Transkrip 2.1., dan transkrip 2.2.
Transkrip 2.1. Petikan Wawancara S1 pada Tahap Focus (Memahami masalah)
P : apa yang adek ketahui disoal tersebut ?
S1 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm, terus ada semut di
salah satu sudut kotak.
P : ada lagi gak ?
S1 : ada bu, ini ada lubang di setiap sisinya
P : kenapa di lembar jawabannya yang ditulis Cuma panjang sisi 20 cm,
terus ini apa maksudnya yang 30 cm ?
S1 : kan saya langsung tulis di gambarnya informasi soalnya, terus yang
30 cm itu saya langsung tulis aja bu, tapi ternyata itu yang ditanya.
Males saya hapus bu.
P : kenapa bisa tau itu yang ditanya ?
S1 : karena saya baca lagi soalnya.
P : berarti adek baca berulang-ulang untuk memahami soalnya ?
S1 : iya soalnya pas saya mau langsung kerjain saya bingung yang 30
cm itu dipake dimana, makanya saya baca lagi.
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S1 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak terpendek semut 30 cm”
P : terus yang akan adek lakukan apa ?
S1 : dibuktikan bu, nyari jarak tempuh dari alas ke lubang.
48
Transkrip 2.2. Petikan Wawancara S1 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
b. Subjek S2
Peneliti mewawancarai S2 pada tanggal 27 Januari 2020 di kelas XII-Bhs
MAN 2 Mataram. Adapun hasil petikan wawancara S2 dapat dilihat pada
Transkrip 2.3., 2.4., 2.5., 2.6., dan Transkrip 2.7.
P : adek gambar apa ini ?
S1 : kubus buk
P : kenapa gambar kubus ?
S1 : karena di soalnya bilang kotak dan sisinya sama panjang.
P :terus titik A ini sebagai apa ?
S1 : posisi semutnya kak, kan ada di salah satu sudut, jadi saya pilih
sudut ini.
P : kenapa
dikasih huruf ? sedangkan yang lain gak dikasih huruf di sudut
bawahnya.
S1 : gak kepikiran sih bu, tapi saya kasi ABC biar fokus aja ke yang di
hitung.
P : titik B sebagai apa ?
S1 : salah satu lubangnya bu, saya pilih lubang yang itu karena deket,
susah kayaknya nyarinya.
P : terus segitiga ini ?
49
Transkrip 2.3. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Focus (Memahami masalah)
P : coba kakak tanya yang diketahui di soal itu apa aja si ?
S2 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm.
P : ada informasi lagi di soalnya ?
S2 : ada semut di sudut bawah kotak dan ada lubang-lubang disetiap sisi
tengah bagian atas kotak
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S2 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak
terpendek semut 30 cm”
P : butuh waktu berapa lama untuk memahami soal ?
S2 : mm gak inget kak, yang jelas saya baca berulang-ulang biar
nangkep poinnya.
P : apa aja adek lakukan untuk menyelesaikan soal tersebut ?
S2 : gambar dulu kubusnya.
P : mengapa gambar kubus ?
S2 : karena disoalnya kan bilang kotak dan sisinya sama panjang
P : oke, lalu mengapa kamu berikan nama-nama di kubus itu?
S2 : itu jadi titik sudutnya kasih nama biar jelas dan memudahkan saya
menyelesaikan soal.
P : titik-titik yang kamu gambar itu maksudnya apa ?
S2 : saya misalkan itu kak, kan semutnya di sudut bawah kotak, jadi titik
A itu tempat posisi semutnya, terus lubang-lubangnya di setiap sisi
tengah bagian atas makanya saya kasi titik-titik.
P : mengapa pilih titik A ?
S2 : iya mau saya kak, yang penting di bawah kan. karena di soalnya gak
disebutin harus di sudut yang mana
P : lalu, garis putus-putus itu buat apa ?
50
Transkrip 2.4. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
S2 : saya buat karena yang diminta soal cara semut nyelamatin diri dari
tempatnya ke lubang
P : kenapa pilih titik itu ?
S2 : karena dia yang terdekat dengan semut
P : emang titik yang lain gak deket sama semut ?
S2 : ada si yang ini juga kak (menunjuk salah satu titik tengah garis EG)
P : kenapa kamu anggap itu yang paling dekat ?
S2 : kalo diliat kak, itu titik-titiknya termasuk diagonal sisi, sedangkan
titik-titik yang lain dia termasuk diagonal ruang, jadi lebih jauh dia
kalo kita pilih itu
P : terus kenapa kamu keluarin gambar segitiga itu ?
S2 : biar fokus liat gambarnya
P : apa yang kamu cari ini ?
S2 : nilai EP kak
P : menggunakan apa ?
S2 : pytahgoras
P : mengapa menggunakan pythagoras ?
S2 : karena segitiga siku-siku, makanya kan cari sisi miringinya itu bisa
pake pytahgoras
P : mengapa bentuk segitiga yang kamu keluarkan beda dengan yang di
dalam kubus ?
S2 : sama aja sih kak, yang penting panjang sisinya sama
P : emangnya itu segitiga apa ?
S2 : segitiga siku-siku
P : siku-sikunya di titik mana ?
S2 : di titik A
P : kalo yang di kubusnya, siku-sikunya di mana itu ?
S2 : astaga iya, di titik E kak.
51
Transkrip 2.5. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Situatiom (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi)
Transkrip 2.6. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Inference (membuat kesimpulan
dengan benar)
Transkrip 2.7. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Overview (memeriksa kembali)
c. Subjek tiga (S3)
Peneliti mewawancarai S3 pada tanggal 27 Januari 2020 di kelas XII-Bhs
MAN 2 Mataram. Adapun hasil petikan wawancara S4 dapat dilihat pada
Transkrip 2.8.,2.9., 2.10., 2.11., dan Transkrip 2.12.
P : paham soalnya dek ?
S3 : InsyaAllah kak
P : caranya gimana biar paham ?
S3 : saya baca berulang-ulang dulu sebelum ngerjain.
P : apa yang diketahui di soal ?
S3 : ada kotak, dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm, terus ada
semut yang ada di salah satu sudut bawah kotak, dan ada lubang-
lubang yang ada di tengah setiap sisi di permukaan kotak, berarti
ada 4 lubang di sisi tengahnya.
P : yang ditanyakan soal apa dek ?
S3 : apakah kamu setuju dengan pernyataan “ jarak tempuh terpendek semut menuju lubang tersebut untuk menyelematkan diri 30 cm ?”
P : sudah yakin sama jawabannya ?
S2: iya kak, jawabannya 10√5
P : diperiksa lagi gak jawabannya ?
S2 : he gak kak, langsung saya anter kemarin.
P : mengapa gak diperiksa lagi ?
S2 : udah yakin aja kak
P : terus kesimpulannya ?
S2 : jawabannya 10√5
P : yakin begitu kesimpulannya ?
S2 : iya kak
52
Transkrip 2.8. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah)
P : cara adek selesaikan soal gimana ?
S3 : saya gambar kubus dulu kak karena kan di soal bilang ada kotak
dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm
P : apa maksud titik A itu ?
S3 : itu dimisalkan letak semutnya kak, karena kan semut ada di salah
satu sudut bawah kotak, jadi saya pilih titik A, bisa aja si pilih titik
yang lain, tapi saya maunya A, karena kan di soalnya itu gak
ditentuin harus di titik yang mana.
P : terus titik x nya ?
S3 : itu saya misalin jadi titik lubang yang akan dilalui semut, makanya
saya kasi huruf x, terus saya buatin garis putus-putus.
P : kenapa gak pilih titik yang ini (sambil nunjuk titik tengah diantara
garis HG)
S3 : jauh kak, kan yang diminta soal yang terpendek.
P : darimana tau itu jauh ? kan belum dihitung ?
S3 : kalo diperhaitiin kak, kan itu titik kalo dilalui dari tempat semut jadi
diagonal ruang. Tentu lebih jauh jadinya.
P : emang titik yang kamu pilih ini termasuk apa?
S3 : diagonal sisi kak, kan jadinya lebih deket.
P : kenapa keluarin segitiga itu ?
S3 : biar enak ngitungnya.
P : EX itu kenapa 10 cm ?
S3 : karena setengahnya kan dari EF
P : apa ya maksudnya Ax itu ?
S3 : itu buat cari nilai Ax kak, karena kan ini saya pake teorema
pyhtagoras
53
Transkrip 2.9. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
Transkrip 2.10. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Situation (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi)
Transkrip 2.11. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Inference (membuat suatu
kesimpulan dengan benar)
P : kenapa pake pyhtagoras ?
S3 : karena mau cari sisi miringnya ini kita bisa pake pytagoras.
P : itu aja syaratnya ?
S3 : ini kak, kalo segitiganya siku-siku, kita bisa pake dia.
P : emang di mana siku-sikunya ?
S3 : ini di E
P : ini yakin 10√5 ?
S3 : insyaAllah kak,
P : jadi kesimpulannya apa ?
S3 : kesimpulannya yaitu saya gak setuju karena hasil perhitungan saya
beda, kalo di sini kan 30 cm katanya, sedangkan hasil hitungan saya 10√5 jadi ya gak setuju.
P : diperiksa lagi gak jawabannya ?
S3 : kalo saya kurang yakin saya periksa lagi kak, tapi kalo yakin saya
periksa pake cara kelinci
P : ini yakin gak sama jawabannya ?
S3 : yakin kak
P : berarti ngecek pake cara kelinci, apa sih itu kalo boleh tau ?
S3 : di lompat-lompat ngeceknya.
P : berarti gak ngecek dari awal ya ?
S3 : gak kak, saya ngecek dari ngitungnya kak.
54
Transkrip 2.12. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Overview (mengecek kembali
jawaban)
C. Analisis Data Hasil Penelitian
Pada bagian ini, akan disajikan data hasil penelitian terkait hasil tes
kemampuan berpikir kritis siswa dan hasil wawancaranya sebagai berikut:
1. Subjek satu (S1)
a. Tahap Focus (memahami masalah)
Pada tahap ini S1 menuliskan beberapa informasi dari soal diantaranya
yaitu panjang sisi kotak yaitu 20 cm, akan tetapi S1 keliru menuliskan
informasi 30 cm merupakan jarak tempuh semut, S1 juga menuliskan
pertanyaan dari soal. S1 mengklasifikasikan jawabannya melalui tahap
wawancara, kemudian S1 memberikan penjelasan terkait indikator tersebut.
Sehingga S1 mampu memenuhi kriteria Focus. Hal ini dapat dibuktikan
pada hasil tes kemampuan berpikir kritis S1 dan pada petikan wawancara
S1 pada transkrip 2.13.
Gambar 2.4 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S1
55
Transkrip 2.13. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah)
b. Tahap Reason (menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal/alasan
membuat kesimpulan)
Pada tahap Reason, S1 menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal
di lembar jawabannya yaitu S1 membuat gambar kubus sebagai ilustrasi dari
kotak yang memiliki panjang sisi yang sama dengan ukuran 20 cm,
kemudian S1 juga membuat titik untuk memisalkan posisi semut yaitu titik
A, tetapi uniknya S1 hanya memberikan keterangan gambar hanya pada titik
yang S1 ingin selesaikan. Kemudian S1 membuat empat titik di setiap sisi
tengah permukaan kubus, tetapi hanya satu titik yang diberikan keterangan
gambar. Setelah itu S1 membuat gambar segitiga di lembar jawabannya,
segitiga itu didapat dari posisi semut menuju ke lubang untuk
menyelesaikan permasalahan tersebut, akan tetapi S1 tidak mengingat
konsep apa yang akan Ia gunakan untuk menyelesaikan soal tersebut
P : apa yang adek ketahui disoal tersebut ?
S1 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm, terus ada semut di
salah satu sudut kotak.
P : ada lagi gak ?
S1 : ada bu, ini ada lubang di setiap sisinya
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S1 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak terpendek semut 30 cm”
P : terus yang akan adek lakukan apa ?
S1 : dibuktikan bu, nyari jarak tempuh dari alas ke lubang.
56
sehingga S1 hanya mengandalkan logikanya untuk menjawab soal. Hal ini
mengindikasikan bahwa S1 tidak sepenuhnya memenuhi kriteria Reason
(menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal atau mampu memberikan
alasan yang relevan untuk membuat suatu kesimpulan). Hal ini dapat di lihat
dari hasil tes S1 dan pada petikan wawancara S1 ada transkrip 2.15.
Gambar 2.5 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S1
57
Transkrip 2.14. Petikan Wawancara S1 pada Tahap Reason (langkah-langkah
dalam menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
Tabel 2.3. Triangulasi Data Hasil Tes dan Hasil Wawancara S1
Indikator Hasil Tes Hasil Wawancara
Siswa Memahami
permasalahan pada soal
yang diberikan
Pada Indikator ini,
S1 kurang mampu
menuliskan
informasi terkait
apa yang diketahui
dan ditanyakan oleh
soal secara lengkap
dan tepat.
Pada indikator ini, S1
mampu menjelaskan
terkait apa yang
diketahui dan
ditanyakan oleh soal
secara lengkap dan
tepat
Siswa memberikan
alasan berdasarkan
fakta/bukti yang relevan
pada setiap langkah
dalam membuat
keputusan maupun
kesimpulan.
S1 mampu
menuliskan bukti
yang relevan atau
langkah-langkah
penyelesaian soal
dengan tepat teapi
kurang lengkap
S1 mampu
menjelaskan
langkah-langkah
penyelesaian dengan
tepat tetapi kurang
lengkap
P : adek gambar apa ini ?
S1 : kubus buk
P : kenapa gambar kubus ?
S1 : karena di soalnya bilang kotak dan sisinya sama panjang.
P :terus titik A ini sebagai apa ?
S1 : posisi semutnya kak, kan ada di salah satu sudut, jadi saya pilih
sudut ini.
P : kenapa dikasih huruf ? sedangkan yang lain gak dikasih huruf di
sudut bawahnya.
S1 : gak kepikiran sih bu, tapi saya kasi ABC biar fokus aja ke yang di
hitung.
P : titik B sebagai apa ?
S1 : salah satu lubangnya bu, saya pilih lubang yang itu karena deket,
susah kayaknya nyarinya.
P : terus segitiga ini ?
S1 : saya keluarin aja bu dari kubus itu, tapi saya lupa rumusnya
makanya saya bilang langsung setuju karena pake logika saya.
58
Siswa membuat
kesimpulan dengan tepat
S1 tidak mampu
menuliskan
penarikan
kesimpulan dengan
tepat
S1 tidak mampu
menarik kesimpulan
dengan tepat
Siswa menemukan
jawaban sesuai dengan
informasi
S1 tidak mampu
memberikan
jawaban sesuai
dengan informasi
dengan tepat
S1 tidak mampu
menjelaskan jawaban
berdasarkan
informasi dengan
tepat
1) Siswa menggunakan
penjelasan yang lebih
lanjut tentang apa
yang dimaksudkan
dalam kesimpulan
yang dibuat.
2) Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa
dapat menjelaskan hal
tersebut.
S1 kurang mampu
menjelaskan
jawabannya
berdasarkan
informasi yang
sesuai dengan
permasalahan
Siswa meneliti atau
mengecek kembali
secara menyeluruh mulai
dari awal sampai akhir.
S1 tidak mampu
mengecek kembali
jawabannya dari
awal sampai akhir
2. Subjek dua (S2)
a. Tahap Focus (memahami masalah)
Pada tahap ini S2 tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
oleh soal, akan tetapi berdasarkan hasil wawancara, S2 mengetahui
informasi-informasi yang ada di dalam soal dan mengetahui apa yang
ditanyakan soal. Sehingga S2 memenuhi salah satu indikator berpikir kritis
yaitu Focus (memahami masalah) dengan baik. Hal ini dapat di lihat pada
petikan wawancara S2 pada transkrip wawancara 2.15 berikut
59
Transkrip 2.15. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Focus (memahami masalah)
b. Tahap Reason (menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal/alasan
membuat kesimpulan)
Pada tahap Reason, S2 menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal
di lembar jawabannya yaitu S2 membuat gambar kubus sebagai ilustrasi dari
kotak yang memiliki panjang sisi yang sama dengan ukuran 20 cm,
kemudian S2 juga membuat titik untuk memisalkan posisi semut yaitu titik
A, kemudian membuat empat titik di setiap sisi tengah permukaan kubus.
Setelah itu S2 membuat gambar segitiga di lembar jawabannya, segitiga itu
didapat dari posisi semut menuju ke lubang, dan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut S2 menggunakan Teorema Pythagoras karena
segitiga tersebut berbentuk siku-siku, walaupun ada beberapa kesalahan
ketika mengeluarkan segitiga karena posisi siku-sikunya tertukar. Sehingga
dalam hal ini S2 memenuhi indikator ke-dua dari indikator berpikir kritis
yaitu tahap Reason (menuliskan langkah-langkah penyelesaian soal atau
mampu memberikan alasan yang relevan untuk membuat suatu
P : coba kakak tanya yang diketahui di soal itu apa aja si ?
S2 : ada kotak yang ukurannya sama, yaitu 20 cm.
P : ada informasi lagi di soalnya ?
S2 : ada semut di sudut bawah kotak dan ada lubang-lubang disetiap sisi
tengah bagian atas kotak
P : apa yang diminta di soal tersebut ?
S2 : ditanyain apakah setuju atau tidak dengan pernyataan kalo “jarak terpendek semut 30 cm”
60
kesimpulan). Hal ini dapat di lihat dari hasil tes S2 dan pada petikan
wawancara S2 pada transkrip 2.16
Gambar 2.6. Hasil Tes kemampuan berpikir kritis S2
61
Transkrip 2.16. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat kesimpulan)
c. Tahap Situation (menemukan jawaban berdasarkan informasi)
Pada tahap Situation, S2 menuliskan jawabannya berdasarkan
informasi yang Ia tulis, akan tetapi di lembar jawabannya belum dituliskan
apa yang dicari, S2 langsung menyelesaikan operasi perhitungannya. Pada
saat wawancara S2 mengklarifikasi atau menjelaskan jawaban yang S2 tulis.
Sehingga S2 mampu memenuhi indikator Situation (menemukan jawaban
berdasarkan informasi yang ditulis). Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes
S2 dan pada petikan wawancara S2 pada transkrip 2.17
P : mengapa bentuk segitiga yang kamu keluarkan beda dengan yang di
dalam kubus ?
S2 : sama aja sih kak, yang penting panjang sisinya sama
P : emangnya itu segitiga apa ?
S2 : segitiga siku-siku
P : siku-sikunya di titik mana ?
S2 : di titik A
P : kalo yang di kubusnya, siku-sikunya di mana itu ?
S2 : astaga iya, di titik E kak.
P : apa yang kamu cari ini ?
S2 : nilai EP kak
P : menggunakan apa ?
S2 : pythagoras
P : mengapa menggunakan pythagoras ?
S2 : karena segitiga siku-siku, makanya kan cari sisi miringinya itu bisa
pake pytahgoras
62
Gambar 2.7 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S2
Transkrip 2.17. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Situatiom (mampu menemukan
jawaban berdasarkan informasi)
d. Tahap Inference (membuat kesimpulan dengan tepat)
Pada tahap Inference, S3 tidak menuliskan kesimpulan di lembar
jawabannya, kemudian berdasarkan hasil wawancara S3 memberikan
kesimpulan akan tetapi masih kurang tepat. Sehingga S3 belum mampu
membuat kesimpulan dengan tepat. Hal ini dapat di lihat pada petikan
wawancara S2 di transkrip 2.18
Transkrip 2.18. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Inference (membuat
kesimpulan dengan benar)
P : sudah yakin sama jawabannya ?
S2 : iya kak, jawabannya 10√5
P : terus kesimpulannya ?
S2 : jawabannya 10√5
P : yakin begitu kesimpulannya ?
S2 : iya kak
63
e. Tahap Clarity (menjelaskan jawaban berdasarkan informasi yang ada
dengan tepat)
Pada tahap ini, S2 sudah mampu memberikan penjelasan mengenai
jawabannya terkait dengan informasi yang ada di soal atau pada tahap
(Focus), kemudian terkait juga dengan langkah-langkah atau penyusunan
penyelesaian (Reason), pelaksanaan rencana (Situation), akan tetapi
penjelasannya pada tahap Inference sudah baik akan tetapi jawabannya
kurang tepat.
f. Tahap Overview (memeriksa kembali)
Pada tahap Overview, peneliti tidak bisa melihat tahap ini di lembar
jawaban S2, sehingga peneliti memeriksanya melalui wawancara. Hasilnya
adalah S2 tidak memeriksa kembali jawabannya. Sehingga S2 tidak
memenuhi indikator Overview. Hal ini dapat di lihat di petikan wawancara
S2 pada transkrip wawancara 2.19.
Transkrip 2.19. Petikan Wawancara S2 pada Tahap Overview (memeriksa kembali)
Pada paparan data di atas, triangulasi dari data hasil tes dan hasil wawancara
S2 dapat di lihat pada tabel 2.3.
Tabel 2.4. Triangulasi Data Hasil Tes dan Hasil Wawancara S2
P : diperiksa lagi gak jawabannya ?
S2 : gak kak, langsung saya anter kemarin.
P : mengapa gak diperiksa lagi ?
S2 : udah yakin aja kak
64
Indikator Hasil Tes Hasil Wawancara
Siswa Memahami
permasalahan pada soal
yang diberikan
Pada Indikator ini, S2
kurang mampu
menuliskan
informasi terkait apa
yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal
secara lengkap dan
tepat
Pada indikator ini, S2
mampu menjelaskan
informasi terkait apa
yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal
Siswa memberikan
alasan berdasarkan
fakta/bukti yang
relevan pada setiap
langkah dalam
membuat keputusan
maupun kesimpulan.
S2 mampu
menuliskan bukti
yang relevan atau
langkah-langkah
penyelesaian soal
dengan tepat
S2 mampu
menjelaskan bukti
yang relevan atau
langkah-langkah
penyelesaian soal
dengan tepat
Siswa membuat
kesimpulan dengan
tepat
S2 kurang mampu
menuliskan
penarikan
kesimpulan dengan
tepat
S2 kurang mampu
menarik kesimpulan
dengan tepat
Siswa menemukan
jawaban sesuai dengan
informasi dengan tepat
S2 mampu
menemukan jawaban
sesuai dengan
informasi dengan
tepat
S2 mampu
menjelaskan jawaban
berdasarkan informasi
dengan tepat
3) Siswa
menggunakan
penjelasan yang
lebih lanjut tentang
apa yang
dimaksudkan dalam
kesimpulan yang
dibuat.
4) Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa
dapat menjelaskan
hal tersebut.
S2 mampu
menjelaskan
jawabannya
berdasarkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan tetapi
kurang tepat dalam
penarikan kesimpulan
Siswa meneliti atau
mengecek kembali
secara menyeluruh
mulai dari awal sampai
akhir.
S2 tidak mampu
mengecek kembali
jawabannya dari awal
sampai akhir
65
3. Subjek tiga (S3)
a. Tahap Focus ( memahami masalah )
Pada tahap Focus, S3 tidak menuliskan secara jelas terkait apa yang
diketahui dan ditanyakan oleh soal, akan tetapi pada saat proses wawancara,
S3 menyebutkan apa saja informasi yang terdapat di soal. Sehingga S3
mampu memahami masalah dengan baik atau S3 memenuhi indikator
berpikir kritis yaitu Focus (memahami masalah). Hal ini dapat dibuktikan
pada petikan wawancara S3 pada transkrip wawancara 2.20. berikut
Transkrip 2.20. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Focus (Memahami masalah)
b. Tahap Reason (langkah-langkah penyelesaian masalah atau alasan
membuat suatu kesimpulan)
Pada tahap ini, S3 menuliskan langkah-langkah penyelesaian masalah
yaitu diantaranya menggambar sebuah kubus dengan panjang sisi 20 cm,
kemudian S3 juga membuat sebuah titik disudut bawah yaitu di sudut A
sebagai posisi semut, tidak hanya itu S3 juga menggambar posisi setiap
titik sebagai lubang yang terdapat di informasi soal. Lalu S3 membuat
gambar segitiga untuk memudahkannya menyelesaikan soal dan mencari
P : apa yang diketahui di soal ?
S3 : ada kotak, dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm, terus ada
semut yang ada di salah satu sudut bawah kotak, dan ada lubang-
lubang yang ada di tengah setiap sisi di permukaan kotak, berarti
ada 4 lubang di setiap tengah sisinya.
P : yang ditanyakan soal apa dek ?
S3 : apakah kamu setuju dengan pernyataan “ jarak tempuh terpendek semut menuju lubang tersebut untuk menyelematkan diri 30 cm ?”
66
salah satu panjang sisi segitiga yaitu panjang Ex melalui panjang sisi EF :
2, S3 juga menuliskan sebuah rumus yaitu rumus pythagoras sebagai
rencana penyelesaian soal. Sehingga berdasarkan hal tersebut S3 mampu
memenuhi indikator Reason. Hal ini dapat di lihat pada hasil tes S3 dan
pada petikan wawancara S3 pada transkrip wawancara 2.21 berikut.
Gambar 2.8 Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3
67
Transkrip 2.21. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Reason (langkah-langkah dalam
menyelesaikan soal/alasan yang relevan dalam membuat keputusan)
c. Tahap Situation (menemukan jawaban berdasarkan informasi)
Pada tahap ini, S3 menuliskan jawabannya sesuai dengan informasi yang
S3 peroleh di lembar jawabannya. S3 menjawab soal dengan benar dan tepat
sehingga S3 mampu menemukan jawaban berdasarkan informasi atau S3
memenuhi indikator Situation. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil tes
kemampuan berpikir kritis S3
Gambar 2.9. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3
P : cara adek selesaikan soal gimana ?
S3 : saya gambar kubus dulu kak karena kan di soal bilang ada kotak
dengan panjang sisi yang sama yaitu 20 cm
P : apa maksud titik A itu ?
S3 : itu dimisalkan letak semutnya kak, karena kan semut ada di salah satu
sudut bawah kotak, jadi saya pilih titik A, bisa aja si pilih titik yang
lain, tapi saya maunya A, karena kan di soalnya itu gak ditentuin harus
di titik yang mana.
P : terus titik x nya ?
S3 : itu saya misalin jadi titik lubang yang akan dilalui semut, makanya
saya kasi huruf x, terus saya buatin garis putus-putus.
P : EX itu kenapa 10 cm ?
S3 : karena setengahnya kan dari EF
68
d. Tahap Inference (membuat kesimpulan dengan tepat)
Pada Tahap ini, S3 menuliskan kesimpulan dengan tepat di lembar
jawabannya. Kemudian berdasarkan hasil wawancara, S3 juga mengemukakan
tentang kesimpulannya dengan jelas dan tepat. Sehingga berdasarkan hal
tersebut S3 mampu membuat kesimpulan dengan benar dan tepat. Maka S3
memenuhi indikator Inference (membuat kesimpulan dengan tepat). Hal ini
dapat dibuktikan dari hasil tes kemampuan berpikir kritis S3.
Gambar 2.10. Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis S3
e. Tahap Clarity (menjelaskan jawaban berdasarkan informasi yang ada dengan
tepat)
Pada tahap ini, S3 mampu memberikan penjelasan dengan lugas dan
relevan dari tahap Focus (memahami masalah) sampai pada tahap Situation
(menemukan jawaban berdasarkan informasi dengan tepat). Sehingga
berdasarkan penjelasan di atas maka S3 memenuhi indikator Clarity. Hal
tersebut dapat dilihat dari petikan transkrip wawancara peneliti dengan S3,
bagaimana S3 mampu menjawab seluruh pertanyaan dari peneliti dengan baik
dan benar.
69
f. Tahap Overview (memeriksa kembali)
Pada tahap Overview, peneliti tidak bisa melihat S3 melakukan tahap ini
di lembar jawabannya, pada saat wawancara S3 mengatakan bahwa S3
memeriksa kembali jawabannya akan tetapi tidak dari awal atau tahap
memahami masalah. S3 hanya memerika kembali jawabannya dari tahap
Reason menuju tahap Situation. Sehingga S3 mampu memenuhi tahap
Overview akan tetapi tidak sempurna. Hal ini dapat dibuktikan berdasarkan
petikan wawancara S3 pada transkrip wawancara 2.22.
Transkrip 2.22. Petikan Wawancara S3 pada Tahap Overview (mengecek kembali
jawaban)
Pada paparan data di atas, triangulasi dari data hasil tes dan hasil wawancara
S3 dapat di lihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.5. Triangulasi Data Hasil Tes dan Hasil Wawancara S3
Indikator Hasil Tes Hasil Wawancara
Siswa Memahami
permasalahan pada
soal yang diberikan
Pada Indikator ini, S3
kurang mampu
menuliskan informasi
terkait apa yang
diketahui dan
Pada indikator ini, S3
mampu menjelaskan
informasi terkait apa
yang diketahui dan
ditanyakan oleh soal
P : diperiksa lagi gak jawabannya ?
S3 : kalo saya kurang yakin saya periksa lagi kak, tapi kalo yakin saya
periksa pake cara kelinci
P : ini yakin gak sama jawabannya ?
S3 : yakin kak
P : berarti ngecek pake cara kelinci, apa sih itu kalo boleh tau ?
S3 : di lompat-lompat ngeceknya.
P : berarti gak ngecek dari awal ya ?
S3 : gak kak, saya ngecek dari ngitungnya kak.
70
ditanyakan oleh soal
secara lengkap dan
tepat
Siswa memberikan
alasan berdasarkan
fakta/bukti yang
relevan pada setiap
langkah dalam
membuat keputusan
maupun kesimpulan.
S3 mampu
menuliskan bukti yang
relevan atau langkah-
langkah penyelesaian
soal dengan tepat
S3 mampu menjelaskan
bukti yang relevan atau
langkah-langkah
penyelesaian soal
dengan tepat
Siswa membuat
kesimpulan dengan
tepat
S3 mampu
menuliskan penarikan
kesimpulan dengan
tepat
S3 mampu menarik
kesimpulan dengan
tepat
Siswa menemukan
jawaban sesuai
dengan informasi
dengan tepat
S3 mampu
menemukan jawaban
sesuai dengan
informasi dengan
tepat
S3 mampu menjelaskan
jawaban berdasarkan
informasi dengan tepat
5) Siswa
menggunakan
penjelasan yang
lebih lanjut
tentang apa yang
dimaksudkan
dalam kesimpulan
yang dibuat.
6) Jika terdapat
istilah dalam soal,
siswa dapat
menjelaskan hal
tersebut.
S3 mampu menjelaskan
jawabannya
berdasarkan informasi
yang sesuai dengan
permasalahan
Siswa meneliti atau
mengecek kembali
secara menyeluruh
mulai dari awal
sampai akhir.
S3 kurang mampu
mengecek kembali
jawabannya dari awal
sampai akhir
71
D. Rangkuman Temuan Penelitan
Tabel 2.6. Hasil Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
NO Subjek Kriteria Berpikir Kritis
LCT F R I S C O
1 S1 √ √ - - √ - 1
2 S2 √ √ - √ √ - 2
3 S3 √ √ √ √ √ - 2
Berdasarkan tabel 2.6. tingkat kemampuan berpikir kritis siswa dapat dianalisis
sebagai berikut :
1. Pada tahap Focus, semua subjek cenderung dapat memenuhi tahap Focus
ini yaitu semua subjek mampu mengetahui informasi yang ada di soal dan
mampu mengetahui pertanyaan yang ada di soal.
2. Pada tahap Reason, semua subjek mampu memenuhi tahap ini, yaitu
dengan memberikan alasan-alasan yang relevan untuk membuat suatu
kesimpulan mengenai masalah yang diberikan seperti siswa menggambar
kubus sebagai refleksi dari permasalahan yang diberikan sehingga
memudahkan mereka menyelesaikan soal, kemudian menuliskan rumus
pythagoras yang akan mereka gunakan untuk menyelesaikan soal.
3. Pada tahap Inference, hanya subjek 3 yang mampu memenuhi tahap ini,
yaitu subjek mampu menarik suatu kesimpulan dari masalah yang
diberikan sedangkan dua subjek lainnya tidak.
4. Pada tahap Situation, hanya dua subjek yaitu S2 dan S3 yang mampu
memenuhi tahap ini yaitu subjek bisa menemukan jawaban dari
permasalahan yang diberikan.
72
5. Pada tahap Clarity, semua subjek mampu memenuhi tahap ini, yaitu semua
subjek mampu memberikan penjelasan terkait jawaban mereka.
6. Pada tahap Overview, semua subjek tidak mampu memenuhi tahap ini,
semua subjek tidak mampu memerika kembali jawaban mereka dari awal
sampai akhir.
73
BAB III
PEMBAHASAN
Pada bagian ini, Peneliti akan membahas ketercapaian siswa terkait
kriteria kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan data hasil analisis penelitian,
menunjukkan bahwa siswa mampu memenuhi kriteria kemampuan berpikir
kritis yaitu Focus, Reason, dan Clarity. Kemudian satu siswa memenuhi
kriteria Inference, dua siswa memenuhi kriteria Situation, dan semua siswa
tidak mampu memenuhi kriteria Overview.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua siswa mampu memenuhi
beberapa kemampuan berpikir kritis yaitu Focus,Reason, dan Clarity. Pada
tahap Focus, terlihat dari siswa mampu mengetahui informasi yang terdapat
dalam soal yaitu terkait apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan di dalam
soal melalui proses wawancara, akan tetapi di lembar jawaban siswa hanya S1
yang menuliskan beberapa terkait informasi yang ada di soal, sedangkan dua
siswa lainnya langsung mengaplikasikan informasi soal di gambar kubus yang
ada di lembar jawabannya. Siswa mampu memenuhi tahap ini juga karena
ketelitian siswa dalam memahami soal berupa membaca soal dengan berulang-
ulang sampai siswa paham fokus yang akan mereka kerjakan. Hal ini senada
dengan penelitian yang dilakukan oleh AS Bayuningsih, dkk. Hasil
penelitiannya mengungkapkan bahwa semua subjek mampu memenuhi
indikator memahami masalah berupa menuliskan apa yang diketahui dan
ditanyakan soal, beberapa siswa tidak menuliskan apa yang diketahui di soal,
74
tetapi langsung membuat gambar trapesium dan mengaplikasikan informasi
yang ada di soal seperti memberikan keterangan panjang sisi di setiap sisi
gambar trapesium.43
Siswa juga mampu memenuhi kriteria kedua yaitu Reason (mampu
menuliskan langkah-langkah dalam menyelesaikan soal atau siswa dapat
memberikan alasan yang relevan dalam membuat suatu kesimpulan),
dibuktikan dari siswa mampu merefleksikan masalah ke bentuk model
matematika yaitu menggambar kubus dengan memberikan keterangan pada
setiap titik yang dibuat seperti menggambar titik A pada kubus sebagai posisi
semut di salah satu sudut bawah kotak, kemudian siswa menggambar empat
titik di setiap sisi tengah atas kubus sebagai posisi lubang yang merupakan
salah satu informasi yang ada di soal. Kemudian siswa mengeluarkan gambar
segitiga siku-siku yang ada di kubus untuk memudahkannya menjawab soal.
Setelah menggambar, siswa menggunakan rumus phytagoras yang akan
mereka gunakan untuk menyelesaikan soal.
Kriteria kemampuan berpikir kritis yang mampu dipenuhi siswa juga
adalah Clarity, dilihat dari siswa mampu memberikan penjelasan terkait apa
saja yang siswa tulis, baik dari tahap Focus, Reason, dan Situation. Hal ini
senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Lalu Calvian Pramuditya, dkk.
43 AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-regulated
learning”, Journal Of Physics, 2018.
75
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa siswa mampu menjawab seluruh
pertanyaan dari peneliti terkait jawaban yang mereka tulis.44
Kriteria berpikir kritis lainnya yaitu Inference, pada tahap ini hanya S3
yang mampu memenuhi tahap ini, S3 mampu menarik suatu kesimpulan dari
permasalahan yang diberikan. Sedangkan S1 dan S2 tidak mampu karena S1
tidak sampai pada tahap Situation atau tahap menemukan jawaban, sehingga
S1 tidak bisa memberikan kesimpulan dengan tepat, di lembar jawabannya S1
menjawab setuju dikarenakan S1 menggunakan logikanya untuk menjawab
tanpa menggunakan algoritma atau konsep-konsep matematika yang terkait
dengan masalah yang diberikan. Sedangkan S2 tidak mampu menarik suatu
kesimpulan dengan tepat karena S2 merasa jawaban 10√5 itu adalah
kesimpulan dari masalah yang diberikan.
Kriteria berpikir kritis selanjutnya yaitu Situation, pada tahap ini hanya
S2 dan S3 yang mampu memenuhi tahap ini, karena S2 dan S3 menemukan
jawaban yang tepat dari masalah yang diberikan sedangkan S1 tidak mampu
menemukan jawaban yang tepat. Kriteria berpikir kritis terakhir yaitu
Overview, pada tahap ini siswa tidak mampu memenuhi tahap ini, karena siswa
sudah merasa yakin dengan jawabannya tanpa memikirkan mungkin saja siswa
melakukan kesalahan baik dari segi pemahaman soal, informasi yang
didapatkan, maupun dari rumus yang digunakan untuk menyelesaikan soal. Hal
ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh AS Bayuningsih, bahwa
44 Lalu Calvian Pramuditya, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP
Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Materi Aljabar”, Imajiner, Vol 1, Nomor 6, hlm. 283
76
siswa mampu memahami masalah, menjalankan tahap perencanaan, tetapi
tidak melakukan tahap refleksi atau Overview sehingga kemungkinan bisa
membuat kesalahan dalam menjawab soal.45
Hasil peneltian menunjukkan bahwa S1 masuk dalam kategori Level
Critical Thingking (LCT) 1 karena menurut Ennis, berpikir kritis adalah suatu
kegiatan berpikir yang tujuannya yaitu membuat suatu keputusan masuk akal
tentang segala hal yang dilakukan dan diyakini. Menurut Ennis ada enam unsur
dalam berpikir kritis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity,dan
Overview. Ke enam unsur ini disingkat dengan FRISCO. 46 Karena S1 hanya
memenuhi tiga kriteria dari enam kriteria berpikir kritis menurut Ennis, maka
S1 masuka dalam kategori Level Critical Thingking (LCT) 1.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa S2 dan S3 masuk dalam kategori
Level Critical Thingking (LCT) 2, akan tetapi S2 dan S3 memiliki perbedaan
dalam tahapannya dalam memecahkan masalah geometri berdasarkan kriteria
kemampuan berpikir kritis. S2 mampu melalui tahap Focus, Reason, Clarity,
dan Situation. Sedangkan S3 mampu melalui tahap Focus, Reason, Inference,
Clarity, dan Situation. Perbedaan di antara keduanya terletak pada tahap
Inference, S2 tidak mampu menarik suatu kesimpulan ketika menyelesaikan
masalah yang diberikan sedangkan S3 mampu memenuhi tahap Inference
ketika menyelesaikan masalah. berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan sebelumnya bahwa siswa dikatakan berpikir kritis (LCT 2 ) apabila
45 AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-regulated
learning”, Journal Of Physics, 2018. 46 Ahmad Susanto,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
121.
77
siswa tersebut mampu memenuhi empat sampai lima indikator berpikir kritis.
Indikator ini disesuaikan dengan indikator berpikir menurut Ennis.47
Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Siti Rahmatillah dkk, hasil penelitiannya mengatakan bahwa siswa dengan
TKBK (Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis) 2 hanya mampu memenuhi 2 dari
empat indikator berpikir kritis menurut Paul dan Elder, siswa yang termasuk
dalam TKBK 2 tidak mampu menarik suatu kesimpulan berdasarkan masalah
yang telah Ia selesaikan.48
Berdasarkan paparan di atas, ditemukan bahwa dari empat Level
Critical Thingking (LCT) 0-3, siswa hanya mampu mencapai Level Critical
Thingking (LCT) 2.
47 Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah
Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat”, Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol 2, Nomor 9, 2014, hlm. 912
48Siti Rahmatillah, “Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Barisan dan Deret Aritmatika di SMAN 5 Jember”, Kadikma, Vol 8, Nomor 2, 2017, hlm.59
78
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dipaparkan
dalam penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat kemampuan
berpikir kritis matematis siswa kelas XII Bahasa MAN 2 Mataram terbagi
menjadi 2 (dua) kategori, yaitu memiliki tingkat kemampuan berpikir kritis
atau LCT (Level of Critical Thingking) 1 dan tingkat kemampuan berpikir kritis
atau LCT (Level of Critical Thingking) 2. LCT 1 tercapai ketika memenuhi satu
sampai tiga indikator berpikir kritis menurut Ennis. Pada penelitian ini siswa
mencapai tiga indikator berpikir menurut Ennis diantaranya yaitu Focus,
Reason, dan Situation. LCT 2 tercapai ketika memuhi empat sampai lima
indikator berpikir kritis menurut Ennis. Pada penelitian ini siswa mencapai
lima indikator menurut Ennis diantaranya yaitu Focus, Reason, Inference,
Situation, dan Clarity.
B. Saran
1. Kepada guru matematika disarankan agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah, dengan
menggunakan berbagai macam metode belajar yang sesuai dengan
karakteristik siswa karena kemampuan berpikir kritis yang baik
merupakan dasar bagi siswa untuk dapat memecahkan suatu masalah.
2. Deskripsi tingkat kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah
geometri telah diperoleh, bagi peneliti selanjutnya agar dapat mengadakan
80
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir, dkk, Dasar-dasar pendidikan, Jakarta: Kencana, 2015.
Abdurrahman, dkk, Matematika Kelas XII, Jakarta: Pusat kurikulum dan
Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, 2018.
Ahmad Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana, 2013.
AS Bayuningsih, dkk. “Critical thinking level in geometry based on self-
regulated learning”, Journal Of Physics, 2018.
Avinda Fridanianti, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Kelas VII SMP Negeri 2 Pangkah Ditinjau dari
Gaya Kognitif Reflektif dan Kognitif Impulsif”. Aksioma. Vol 9, Nomor. 1, 2018.
Flavia Aurelia Hidajat, dkk, “Identifikasi Berpikir Kritis Matematika Siswa Kelas X IPA-6 SMAK Santo Albertus Malang”.Jurnal Ilmiah Pendidikan
Matematika.Vol. 4, Nomor 2, 2017.
Harlinda Fatmawati, dkk, “Analisis Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika Berdasarkan Polya pada Pokok Bahasan Persamaan
Kuadrat”. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol 2, Nomor 9, 2014.
Ikhsan,Said,& Lia Fitria, “Kemampuan berpikir kritis dan metakognisi siswa dalam menyelesaikan masalah matematika melalu pendekatan problem solving”. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ.Muhammadiyah Metro. Vol 6
Nomor 2, Agustus 2017.
Indah Puspita Sari, “Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Problem Solving”. Didaktik. Vol 9, Nomor 1, 2015.
Irfan Taufar Asfar & Syarif Nur, Model Pembelajaran PPS (Problem
Posing&Solving), Suka bumi : CV Jejak, 2018.
Kamisa, KBBI, Surabaya: CV Cahaya Agency, 2013.
Kholifah, “Analisis Kemampuan Berfikir Kritis Matematis pada Siswa SMP Kelas
IX”. Skripsi, FITK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017.
Lalu Calvian Pramuditya, dkk, “Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP Kelas VIII dalam Menyelesaikan Soal Matematika pada Materi Aljabar”. Imajiner, Vol 1, Nomor 6.
81
Lexy J. Moleong, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2017.
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2012.
N.Novferma, “Analisis Kesulitan Siswa dan Self-Efficacy Siswa SMP dalam
Pemecahan Masalah Matematika Berbentuk Soal Cerita”. Jurnal Riset Pendidikan Matematika.Vol 3, Nomor 1, 2016.
Nonong Rohimah, “Profil Berpikir Kritis Siswa dalam Memecahkan Masalah
Matematika Berdasarkan Kemampuan Matematika”.LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol 14, Nomor 1, 2019.
Maulana, Dasar-dasar konsep peluang, Jakarta: UPI PRESS, 2018.
M.Ikhsan, dkk, “Kemampuan Berpikir Kritis dan Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Melalui Pendekatan Problem Solving”. Aksioma Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro
.Vol. 6, Nomor 2, 2017.
Moch. Sukardjo & Lipur Sugiyanta, “Analisis Strategi Pembelajaran Matematika Kurikulum 2013 dalam Rangka Meningkatkan Nilai Pisa Matematika”. Jurnal
Keluarga dan Pendidikan (JKKP). Vol. 05, Nomor 01, 2017.
Putu Eka Irawan, dkk. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika: Pengetahuan awal, Apresiasi Matematika,
dan Kecerdasan Logis Matematis”, dalam https://ejournal.undiksha.ac.id/article diakses pada tanggal 4 maret 2020, pukul
07.10 WITA
Sagita Puspita, dkk. “ Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas VIII A SMPN 8 Surakarta dalam Memecahkan Masalah Lingkaran ditinjau dari
Gender dan Kemampuan Awal”. JPMM. Vol 3, Nomor 1, 2019.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: ALFABETA, 2017.
Siti Rahmatillah, “Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis Siswa dalam Menyelesaikan
Soal Barisan dan Deret Aritmatika di SMAN 5 Jember”. Kadikma. Vol 8, Nomor 2.
2017.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2014.
82
Sumadi, dkk, Matematika, Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional, 2008.
Yohanes Enggar Harususilo, “Skor PISA terbaru Indonesia” dalam https://edukasi.kompas.com/read/2019/12/04/13002801/skor-pisa-terbaru-
inonesia. di ambil pada tanggal 12 januari 2020, Pukul 07.20.
Lampiran 1 : Kisi-kisi soal berpikir kritis
KISI-KISI SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Semester/Kelas : Ganjil/XII
Materi Pokok : Dimensi Tiga
Alokasi Waktu : 80 menit
Kompetensi Dasar Indikator Indikator Soal Jumlah
Soal
1.1 Menentukan jarak
dalam ruang (antar
titik, titik ke garis,
dan titik ke bidang).
1.1.1 Menentukan
jarak dalam
ruang (antara
titik ke titik).
Siswa mampu
menentukan jarak
antartitik dalam ruang.
1
Lampiran 2 : Tes berpikir kritis
SOAL INSTRUMEN TES
KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Sekolah : MAN 2 Mataram
Materi/Kelas : Dimensi Tiga/XII
Alokasi Waktu : 2 × 40 menit
Petunjuk:
1. Berdo’alah terlebih dahulu sebelum mengerjakan! 2. Tulislah nama dan kelas pada lembar jawaban!
3. Kerjakan soal secara individu dan tidak diperbolehkan membuka buku catatan!
4. Kerjakan soal pada lembar jawaban yang telah disediakan!
5. Kerjakan soal dengan baik dan benar!
6. Tanyakan pada guru apabila terdapat soal yang kurang jelas!
7. Cek kembali kebenaran jawaban sebelum lembar jawaban dikumpulkan!
Soal:
Seekor semut terjebak dalam sebuah kotak berbentuk kubus yang memiliki ukuran panjang
sisi yang sama yaitu berukuran 20 cm. Pada kotak tersebut terdapat lubang-lubang. Jika
semut berada di salah satu sudut bagian bawah kotak, serta lubang-lubang berada di bagian
tengah setiap sisi permukaan atas kotak, maka apakah kamu setuju dengan pernyataan
“jarak tempuh terpendek yang bisa dilalui semut dengan lintasan lurus menuju lubang
tersebut untuk menyelamatkan diri adalah 30 cm ? jika iya mengapa ? jika tidak, jelaskan
alasanmu !
Lampiran 3 : Jawaban soal berpikir kritis
KUNCI JAWABAN
SOAL TES KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Seekor semut terjebak dalam sebuah kotak berbentuk kubus yang memiliki ukuran panjang
sisi yang sama yaitu berukuran 20 cm. Pada kotak tersebut terdapat lubang-lubang. Jika
semut berada di salah satu sudut bagian bawah kotak, serta lubang-lubang berada di bagian
tengah setiap sisi permukaan atas kotak, maka apakah kamu setuju dengan pernyataan
“jarak tempuh terpendek yang bisa dilalui semut dengan lintasan lurus menuju lubang
tersebut untuk menyelamatkan diri adalah 30 cm ? jika iya mengapa ? jika tidak, jelaskan
alasanmu !
Jawaban:
Dik : panjang sisi 20 cm ........(i1)
Posisi semut di salah satu sudut bawah kotak ........(i1)
Lubang-lubang di tengah setiap sisi atas kotak ........(i1)
Dit : apakah setuju dengan pernyataan “jarak tempuh terpendek yang bisa dilalui
semut menuju lubang tersebut untuk menyelamatkan diri adalah 30 cm?”
(membuktikan pernyataan tersebut) ....(i1)
Penyelesaian :
...(I2)
... (I2)
Keluarkan segitigs APE ... (i2)
Karena EP merupakan ½ dari EF maka EP = 20:2 = 10 cm .. (i2)
APE dicari menggunakan rumus phytagoras ...(i2)
𝐴𝑃2 = 𝐴𝐸2 + 𝐸𝑃2 ... (i2) 𝐴𝑃 = √𝐴𝐸2 + 𝐸𝑃2 ...(i2)
𝐴𝑃 = √202 + 102 = √400 + 100 ...(i2) 𝐴𝑃 = √500 = √100 × 5 = 10√5 ...(i2) dan (i4)
Jadi jarak terpendek semut ke lubang untuk menyelamatkan diri adalah 10√5 sehingga
saya tidak setuju dengan pernyataan yang mengatakan bahwa jarak terpendek yang bisa
dilalui semut untuk menyelematkan diri adalah 30 cm, karena berdasarkan perhitungan
bahwa jarak terpendek yang bisa dilalui semut yaitu 10√5 ... (i6)
Lampiran 4 : Pedoman wawancara
PEDOMAN WAWANCARA KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS
Kriteria Berpikir
Kritis
Indikator Berpikir
Kritis
Pedoman wawancara
F (Focus) 1) Siswa memahami
permasalahan pada
soal yang diberikan
Apa yang kamu ketahui dari
soal tersebut ?
Apa yang ditanya dari soal
tersebut ?
Mengapa kamu
menggambar kubus ?
R (Reason) 1) Siswa memberikan
alasan berdasarkan
fakta/bukti yang
relevan pada setiap
langkah dalam
membuat keputusan
maupun kesimpulan.
Menggunakan konsep apa
saja kamu menyelesaikan
masalah tersebut ?
Strategi apa yang kamu
gunakan untuk
menyelesaikan masalah
tersebut ?
Mengapa memilih
menggunakan strategi
tersebut ?
I (Inference) 1) Siswa membuat
kesimpulan dengan
tepat
2) Siswa memilih reason
(R) yang tepat untuk
mendukung
kesimpulan yang
dibuat.
Apa kesimpulan dari
permasalahan tersebut ?
Apakah kamu yakin
membuat kesimpulan yang
tepat ?
S (Situation) 1) Siswa menggunakan
semua informasi yang
sesuai dengan
permasalahan.
Apakah kamu menggunakan
semua konsep yang telah
kamu tulis untuk membuat
kesimpulan tersebut ?
C (Clarity 3) Siswa menggunakan
penjelasan yang lebih
lanjut tentang apa
yang dimaksudkan
dalam kesimpulan
yang dibuat.
Apakah kamu bisa
menjelaskan istilah-istilah
yang terdapat di dalam soal
?
4) Jika terdapat istilah
dalam soal, siswa
dapat menjelaskan hal
tersebut.
O (Overview) 1) Siswa meneliti atau
mengecek kembali
secara menyeluruh
mulai dari awal
sampai akhir.
Apakah kamu memeriksa
kembali jawabanmu ?
Jika iya, bagaimana cara
memeriksanya ?
Jika tidak, mengapa ?
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
Nama : Hayatun Nufus
Tempat Tanggal Lahir
:
Gerung, 02 Agustus 1997
Alamat Rumah : Lingkungan Pohdana, RT/RW
003/002, Kelurahan Gerung Utara,
Kecamatan Gerung, Lombok Barat,
NTB
Nama Ayah : Moch Haril
Nama Ibu : Hamidah
1. Pendidikan Formal
a. SDN 3 Gerung Utara, 2010
b. SMPN 1 Gerung, 2013
c. SMAN 1 Gerung, 2016
B. Riwayat Pekerjaan
1. Guru Private di Sankia (Insan Cendikia) Private
2. Guru Private di Sanggar RC (Rumah Cerdas)
C. Prestasi/ Penghargaan
1. Juara II Cabang Fahmil Qur’an tingkat Kabupaten
2. Juara II Nasyid
D. Pengalaman Organisasi
1. Pramuka
2. Drumband
3. Anggota REMUS
4. Anggota HMJ Tadris Matematika
5. Anggota Relawan Rumah Cerdas
Mataram, 30 April 2020
Hayatun Nufus