-
PENGARUH KEMAMPUAN BERBAHASA DAN KEMAMPUAN BERPIKIR
TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA
KELAS IX MTsN MODEL MAKASSAR
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan
Fisika
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar
Oleh
M A R D I A N T O
NIM. 20404108033
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN ALAUDDIN MAKASSAR
2012
-
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan penuh kesadaran, penyusun yang bertanda tangan di bawah
ini,
menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penyusun
sendiri. Jika
dikemudian hari terbukti bahwa ia merupakan duplikat, tiruan,
plagiat, atau dibuat
atau dibantu orang lain secara keseluruhan, maka skripsi dan
gelar yang diperoleh
karenanya batal demi hukum.
Samata Gowa, 18 Mei 2012
Penulis
M a r d i a n t o
NIM. 20404108033
-
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing penulisan skripsi saudara Mardianto, Nim.
T.20404108033, mahasiswa
Jurusan Pendidikan Fisika pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin
Makassar. Setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi
yang
bersangkutan dengan judul Pengaruh Kemampuan Berbahasa dan
Kemampuan
Berpikir terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX MTsN
Model
Makassar. Memandang bahwa skripsi tersebut telah memenuhi
syarat-syarat ilmiah
dan dapat disetujui untuk diajukan ke sidang munaqasyah.
Demikian persetujuan ini diberikan untuk proses selanjutnya.
Samata Gowa, 18 Mei 2011
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Andi Halimah, M. Pd. Dra. Hamsiah Djafar, M. Hum.
Nip. 19691114 199403 2 004 Nip. 19630803 199303 2 002
-
iv
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi yang berjudul Pengaruh Kemampuan Berbahasa dan
Kemampuan Berpikir terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX
MTsN
Model Makassar yang disusun oleh saudara Mardianto, Nim.
20404108033, mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan UIN
Alauddin Makassar, telah diuji dan dipertahankan dalam sidang
munaqasyah yang
diselenggarakan pada hari Jumat tanggal 25 Mei 2012 M,
bertepatan dengan tanggal 04 Rajab 1433 H dan dinyatakan telah
dapat diterima sebagai salah satu
syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada
Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Fisika dengan beberapa
perbaikan.
Samata Gowa, 25 Mei 2012 M 04 Rajab 1433 H
DEWAN PENGUJI
(SK Dekan No. 090 Tahun 2012)
Ketua : Drs. H. Muh. Yahya, M. Ag. (.)
Sekretaris : Dra. Hamsiah Djafar, M. Hum. (.....)
Munaqisy I : Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M. Pd. (.....)
Munaqisy II : Muhammad Qaddafi, S. Si., M. Si. (.)
Pembimbing I : Dra. Andi Halimah, M. Pd. (.)
Pembimbing II : Dra. Hamsiah Djafar, M. Hum. (.)
Diketahui Oleh :
Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Dr. H. Salehuddin, M. Ag.
NIP. 19541212 198503 1 001
-
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah
Swt. Yang telah
melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan
skripsi ini walaupun di dalamnya masih bersifat sederhana. Tak
lupa pula penulis
mengucapkan salam dan salawat semoga senantiasa dilimpahkan
kepada Nabi
Muhammad SAW serta para sahabat dan pengikutnya.
Ucapan terima kasih yang tulus kepada orang tua tercinta,
Ayahanda dan
Ibunda (H. Tenri Ajeng dan Almarhumah Hj. Saberia) yang telah
melahirkan,
mengasuh, memelihara, mendidik dan membimbing penulis dengan
penuh kasih
sayang serta pengorbanan yang tak terhitung sejak dalam
kandungan hingga dapat
menyelesaikan studi di perguruan tinggi ini serta
sauadara-saudaraku yang selalu
memberikan motivasi kepada saya. Serta tidak lupa penulis
mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. A. Qadir Gassing, HT. MS., Rektor Universitas
Islam Negeri
Alauddin Makassar selaku penanggung jawab Perguruan Tinggi
tempat penulis
menimba ilmu di dalamnya.
2. Dr. H. Salehuddin, M.Ag., Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar.
3. Drs. Muh. Yusuf Hidayat, M.Pd. dan Muhammad Qaddafi,
S.Si.,M.Si., Ketua dan
Sekretaris Jurusan Pendidikan Fisika beserta stafnya.
-
vi
4. Ibu Rafiqah, S.Si., dosen dan penanggung jawab Laboratorium
Jurusan
Pendidikan Fisika UIN Alauddin Makassar, atas segala ilmu yang
telah diberikan
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini
dengan baik.
5. Dra. Andi Halimah, M.Pd. dan Dra. Hamsiah Djafar, M.Hum.,
yang masing-
masing Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan
waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis sehingga
skripsi ini dapat
diselesaikan.
6. Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan Pendidikan Fisika UIN
Alauddin Makassar,
atas segala bimbingan yang diberikan selama perkuliahan,
sehingga penulis dapat
menyelesaikan tulisan ini.
7. Bapak Dr. H. Wahyuddin Hakim, S. Pd., M. Hum., Kepala MTsN
Model
Makassar, dan guru-guru yang telah memberikan bantuannya kepada
penulis,
serta siswa(i) MTsN Model Makassar khususnya kelas IX sehingga
penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan.
8. Tim the big five (Danawir, Risaldy A Bustam, Ghegen Suryanto
dan Imran
Nangki) atas bantuan, doa, dan dukungannnya, serta yang selalu
menjadi
motivator dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
9. Teman-teman di Gem_Bel (Fitriani, Rina S Bakri, Feni Kamal,
Eko Putra Wira
Guna dan sebagainya) yang telah banyak memberikan motivasi dan
bantuan
kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
10. Rekan-rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Fisika khususnya
angkatan 08
yang selalu menasehati dan menemani penulis menjalani hari-hari
di kampus dan
-
vii
menjadi kenangan yang tak akan pernah terlupakan, meskipun
perpisahan adalah
sunnatullah.
Tiada balasan yang dapat diberikan penulis, kecuali kepada Allah
SWT
penulis harapkan balasannya dan semoga bernilai pahala
disisi-Nya.
Amin ya Rabbal Alamin
Billahi Taufik Wal Hidayat Wassalamu Alakum Wr. Wb.
Samata Gowa, 18 Mei 2011
Penulis
M a r d i a n t o
Nim. 20404108033
-
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
...................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
....................................................... iv
KATA PENGANTAR
....................................................................................
v
DAFTAR ISI
...................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL
..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN
..................................................................................
xii
ABSTRAK
......................................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN
............................................................................
1-12
A. Latar Belakang Masalah
.....................................................................
1 B. Rumusan Masalah
..............................................................................
5 C. Hipotesis Penelitian
............................................................................
6 D. Definisi Operasional Judul
................................................................. 7
E. Tujuan dan Kegunaan
........................................................................
9 F. Garis Besar Isi Skripsi
......................................................................
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
...................................................................
13-33
A. Kemampuan Berbahasa
......................................................................
13 1. Pengertian
.....................................................................................
13 2. Perkembangan Bahasa Remaja
..................................................... 15
B. Kemampuan Berpikir
.........................................................................
17 1. Pengertian
....................................................................................
17 2. Hakikat
Berpikir...........................................................................
22 3. Proses Berpikir
.............................................................................
22
C. Hubungan antara Bahasa dan Proses Berpikir
................................... 23 1. Bahasa Memengaruhi
Pikiran ...................................................... 27
2. Pikiran Memengaruhi Bahasa
...................................................... 27 3. Bahasa
dan Pikiran Saling Memengaruhi ....................................
27
D. Hasil Belajar Fisika Siswa
.................................................................
28 1. Siswa
............................................................................................
28 2. Belajar
..........................................................................................
29 3. Hakikat Belajar
............................................................................
30 4. Hasil
Belajar.................................................................................
30 5. Manfaat Hasil Evaluasi
................................................................
31
-
ix
BAB III METODE PENELITIAN
.............................................................
34-46
A. Populasi dan Sampel
............................................................................
34 B. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian
................................................. 35 C. Prosedur
Pengumpulan Data
................................................................ 36
D. Instrumen
Penelitian.............................................................................
37 E. Teknik Analisis Data
............................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
............................ 48-73
A. Hasil Penelitian
....................................................................................
48 B. Pembahasan
..........................................................................................
70
BAB V PENUTUP
.........................................................................................
74-75
A. Kesimpulan
..........................................................................................
74 B. Saran
.....................................................................................................
75
DAFTAR PUSTAKA
.....................................................................................
76-77
LAMPIRAN
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
RIWAYAT HIDUP PENULIS
-
x
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Siswa Kelas IX
MTsN
Model Makassar
..........................................................................
38
Tabel 3.2 Lembar Observasi Kemampuan Berbahasa Siswa Kelas IX
MTsN
Model Makassar
..........................................................................
41
Tabel 3.3 Kategori Kemampuan Berbahasa Kelas IX MTsN Model
Makassar
.....................................................................................
44
Tabel 3.4 Kategori Kemampuan Berpikir Kelas IX MTsN Model
Makassar
.....................................................................................
44
Tabel 3.5 Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX MTsN
Model
Makassar
.....................................................................................
44
Tabel 4.1 Skor Kemampuan Berbahasa Siswa Kelas IX MTsN Model
Makassar
.....................................................................................
47
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden
............................. 50
Tabel 4.3 Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
......................... 50
Tabel 4.4 Tabel Penolong untuk Menghitung Standar Deviasi
.................. 51
Tabel 4.5 Tabel Kategori Skor Kemampuan Berbahasa Siswa
Kelas IX MTsN Model Makassar
............................................... 52
Tabel 4.6 Tabel Penolong Uji Normalitas Data Kemampuan
Berbahasa
Siswa Kelas IX MTsN Model Makassar
.................................... 52
Tabel 4.7 Skor Kemampuan Berpikir Siswa Kelas IX MTsN Model
Makassar
.....................................................................................
53
Tabel 4.8 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden
............................. 56
Tabel 4.9 Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
......................... 56
Tabel 4.10 Tabel Penolong untuk Menghitung Standar Deviasi
.................. 57
Tabel 4.11 Tabel Kategori Skor Kemampuan Berpikir Siswa Kelas
IX
MTsN Model Makassar
..............................................................
57
Tabel 4.12 Tabel Penolong Uji Normalitas Data Kemampuan
Berpikir
Siswa Kelas IX MTsN Model Makassar
.................................... 57
Tabel 4.13 Skor Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX MTsN
Model
Makassar
.....................................................................................
59
Tabel 4.14 Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden
............................. 61
Tabel 4.15 Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
......................... 62
Tabel 4.16 Tabel Penolong untuk Menghitung Standar Deviasi
.................. 62
-
xi
Tabel 4.17 Tabel Kategori Skor Hasil Belajar Fisika Siswa
Kelas IX MTsN Model Makassar
............................................... 63
Tabel 4.18 Tabel Penolong Uji Normalitas Data Hasil Belajar
Fisika Siswa
Kelas IX MTsN Model Makassar
............................................... 63
-
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A: INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran B: PERSURATAN
-
xiii
ABSTRAK
Nama Penyusun : Mardianto
Nim : 20404108033
Judul Skripsi : Pengaruh Kemampuan Berbahasa dan Kemampuan
Berpikir terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX
MTsN Model Makassar
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan
menginterpretasikan
pengaruh kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir terhadap
hasil belajar
fisika siswa kelas IX MTsN Model Makassar tahun ajaran
2011/2012. Penelitian ini
dilaksanakan selama 6 kali pertemuan. Penelitian ini menggunakan
tiga variabel yaitu
kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir sebagai variabel
bebas dan hasil
belajar fisika siswa sebagai variabel terikat.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTsN
Model
Makassar. Adapun sampelnya adalah siswa kelas IX1 MTsN Model
Makassar yang
terdiri dari 40 orang karena peneliti menggunakan sistem sampel
random class.
Untuk memperoleh data mengenai kemampuan berbahasa siswa,
peneliti
menggunakan pedoman observasi. Untuk memperoleh data tentang
kemampuan
berpikir siswa, peneliti menggunakan instrumen angket. Untuk
memperoleh data
tentang hasil belajar fisika siswa, peneliti mengambil dokumen
hasil belajar siswa,
dalam hal ini nilai rapor fisika siswa. Teknik analisis data
yang digunakan yaitu
statistik deskriptif dan statistik inferensial untuk uji
hipotesis.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis deskriptif diperoleh
skor rata-rata
kemampuan berbahasa siswa adalah 84 dan skor rata-rata kemampuan
berpikir siswa
adalah 71,7 serta skor rata-rata hasil belajar fisika siswa
adalah 85,5. Adapun hasil
analisis inferensial menunjukkan nilai Fhitung adalah 525,61
sedangkan Ftabel pada taraf
signifikansi 5% dan 1% berturut-turut adalah 3,26 dan 5,25.
Dengan demikian, nilai
Fhitung jauh lebih besar dari pada nilai Ftabel dan hipotesis
nihil ditolak, artinya terdapat
pengaruh yang signifikan antara kemampuan berbahasa dan
kemampuan berpikir
terhadap hasil belajar fisika siswa kelas IX MTsN Model
Makassar.
-
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya dalam kegiatan berkomunikasi terjadi proses
memproduksi
dan memahami ujaran. Dapat dikatakan bahwa psikolinguistik
adalah studi tentang
mekanisme mental yang terjadi pada orang yang menggunakan
bahasa, baik pada saat
memproduksi atau memahami ujaran. Dengan kata lain, dalam
penggunaan bahasa
terjadi proses mengubah pikiran menjadi kode dan mengubah kode
menjadi pikiran.
Ujaran merupakan sintesis dari proses pengubahan konsep menjadi
kode, sedangkan
pemahaman pesan tersebut hasil analisis kode.
Bahasa sebagai wujud atau hasil proses dan sebagai sesuatu yang
diproses
baik berupa bahasa lisan maupun bahasa tulis. Psikolinguistik
adalah studi mengenai
manusia sebagai pemakai bahasa, yaitu studi mengenai
sistem-sistem bahasa yang
ada pada manusia yang dapat menjelaskan cara manusia dapat
menangkap ide-ide
orang lain dan bagaimana ia dapat mengekspresikan ide-idenya
sendiri melalui
bahasa, baik secara tertulis ataupun secara lisan. Apabila
dikaitkan dengan
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh seseorang, hal
ini berkaitan dengan
keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan
menulis
(http://keterkaitan/antara/bahasa/dan/pikiran.html).
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk
berkomunikasi. Psikolinguistik adalah telaah tentang hubungan
antara kebutuhan-
kebutuhan kita untuk berekspresi dan berkomunikasi dan
benda-benda yang
-
14
ditawarkan kepada kita melalui bahasa yang kita pelajari sejak
kecil dan tahap-tahap
selanjutnya. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami satu
dengan lainnya
dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa yang dipelajari
semenjak anak-anak
bukanlah bahasa yang netral dalam mengkoding realitas objektif.
Bahasa memiliki
orientasi yang subjektif dalam menggambarkan dunia pengalaman
manusia. Orientasi
inilah yang selanjutnya memengaruhi bagaimana manusia berpikir
dan berkata
(http://keterkaitan/antara/bahasa/dan/pikiran.html).
Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia
ketika
berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa,
sedangkan perilaku yang
tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang
disimak atau dibaca
sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memproses sesuatu
yang akan
diucapkan atau ditulisnya
(http://keterkaitan/antara/bahasa/dan/pikiran.html).
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan ruang lingkup
psikolinguistik
yaitu perolehan bahasa, pemakaian bahasa, pemproduksian bahasa,
pemrosesan
bahasa, proses pengkodean, hubungan antara bahasa dan perilaku
manusia, hubungan
antara bahasa dengan otak. Psikolinguistik meliputi pemerolehan
atau akusisi bahasa,
hubungan bahasa dengan otak, pengaruh pemerolehan bahasa dan
penguasaan bahasa
terhadap kecerdasan cara berpikir, hubungan encoding (proses
mengkode) dengan
decoding (penafsiran/pemaknaan kode), hubungan antara
pengetahuan bahasa dengan
pemakaian bahasa dan perubahan bahasa.
Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme
yang
beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik
kognitif, afektif, maupun
-
15
psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif
(menyimak dan
membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan
ketiga ranah tadi
(http://keterkaitan/antara/bahasa/dan/pikiran.html).
Istilah kognitif berasal dari cognition yang padanannya knowing
berarti
mengetahui. Dalam arti yang luas cognition (kognisi) ialah
perolehan, penataan, dan
penggunaan pengetahuan. Dalam perkembangan selanjutnya istilah
kognitiflah yang
menjadi populer sebagai salah satu domain, ranah/wilayah/bidang
psikologis manusia
yang meliputi perilaku mental manusia yang berhubungan dengan
pemahaman,
pertimbangan, pemecahan masalah, pengolahan informasi,
kesengajaan, dan
keyakinan. Ranah ini berpusat di otak yang juga berhubungan
dengan konasi
(kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan ranah
rasa
(http://keterkaitan/antara/bahasa/dan/pikiran.html).
Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang
terpenting.
Ranah ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah
kejiwaan lainnya,
yaitu ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Tanpa
ranah kognitif sulit
dibayangkan seseorang dapat berpikir. Tanpa kemampuan berpikir
mustahil
seseorang tersebut dapat memahami dan meyakini faedah
materi-materi yang
disajikan kepadanya (Syah, 2005: 22).
Afektif adalah ranah psikologi yang meliputi seluruh fenomena
perasaan
seperti cinta, sedih, senang, benci, serta sikap-sikap tertentu
terhadap diri sendiri dan
lingkungannya. Sedangkan, psikomotor adalah ranah psikologi yang
segala amal
-
16
jasmaniah yang konkret dan mudah diamati baik kuantitas maupun
kualitasnya
karena sifatnya terbuka (Syah, 2005: 52).
Beberapa ahli mencoba memaparkan bentuk hubungan antara bahasa
dan
pikiran, atau lebih disempitkan lagi, bagaimana bahasa
memengaruhi pikiran
manusia. Dari banyak tokoh yang memaparkan hubungan antara
bahasa dan pikiran,
penulis melihat bahwa paparan Edward Sapir dan Benyamin Whorf
yang banyak
dikutip oleh berbagai peneliti dalam meneliti hubungan bahasa
dan pikiran
(http://keterkaitan/antara/bahasa/dan/pikiran.html).
Sapir dan Worf mengatakan bahwa tidak ada dua bahasa yang
memiliki
kesamaan untuk dipertimbangkan sebagai realitas sosial yang
sama. Sapir dan Worf
menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan antara bahasa dan
pikiran.
1. Hipotesis pertama adalah lingusitic relativity hypothesis
yang menyatakan bahwa perbedaan struktur bahasa secara umum paralel
dengan perbedaan
kognitif non bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan
bahasa
menyebabkan perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa
tersebut.
2. Hipotesis kedua adalah linguistics determinism yang
menyatakan bahwa struktur bahasa mempengaruhi cara inidvidu
mempersepsi dan menalar
dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi manusia
ditentukan
oleh kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.
(http://keterkaitan-bahasa-dan-pikiran.html).
Pengaruh bahasa terhadap pikiran dapat terjadi melalui habituasi
dan
beroperasinya aspek formal bahasa, misalnya grammar dan
leksikon. Grammar dan
leksikon dalam sebuah bahasa menjadi penentu representasi
konseptual yang ada
dalam pengguna bahasa tersebut. Selain habituasi dan aspek
formal bahasa, salah satu
aspek yang dominan dalam konsep Whorf dan Sapir adalah masalah
bahasa
-
17
mempengaruhi kategorisasi dalam persepsi manusia yang akan
menjadi premis dalam
berpikir, seperti apa yang dikatakan oleh Whorf berikut ini
:
Kita membelah alam dengan garis yang dibuat oleh bahasa native
kita. Kategori dan tipe yang kita isolasi dari dunia fenomena tidak
dapat kita temui
karena semua fenomena tersebut tertangkap oleh majah tiap
observer. Secara
kontras, dunia mempresentasikan sebuah kaleidoscopic flux yang
penuh
impresi yang dikategorikan oleh pikiran kita, dan ini adalah
sistem bahasa
yang ada di pikiran kita. Kita membelah alam,
mengorganisasikannya ke
dalam konsep, memilah unsur-unsur yang penting.
(http://keterkaitan-bahasa-dan-pikiran.html).
Bahasa bagi Whorf pemandu realitas sosial dan mengondisikan
pikiran
individu tentang sebuah masalah dan proses sosial. Individu
tidak hidup dalam dunia
objektif, tidak hanya dalam dunia kegiatan sosial seperti yang
biasa dipahaminya,
tetapi sangat ditentukan oleh simbol-simbol bahasa tertentu yang
menjadi medium
komunikasi sosial. Tidak ada dua bahasa yang cukup sama untuk
mewakili realitas
yang sama. Dunia tempat tinggal berbagai masyarakat dinilai oleh
Whorf sebagai
dunia yang sama akan tetapi dengan karakteristik yang berbeda.
Singkat kata, dapat
disimpulkan bahwa pandangan manusia tentag dunia dibentuk oleh
bahasa sehingga
karena bahasa berbeda maka pandangan tentang dunia pun berbeda.
Secara selektif
individu menyaring sensori yang masuk seperti yang diprogramkan
oleh bahasa yang
dipakainya. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa
yang berbeda
memiliki perbedaan sensori pula (Rakhmat, 2009: 76).
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk
mengadakan
penelitian mengenai bahasa dan pikiran kaitannya dengan hasil
belajar siswa. Selain
itu, berdasarkan hasil survey sebelumnya, sekolah yang menjadi
lokasi penelitian
-
18
belum pernah menjadi objek penelitian sehubungan dengan pengaruh
kemampuan
berbahasa jika dikaitkan kemampuan berpikir siswa. Oleh sebab
itu, peneliti
mengangkat judul tentang Pengaruh Kemampuan Berbahasa dan
Kemampuan
Berpikir terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas IX MTsN Model
Makassar.
B. Rumusan Masalah
Dalam sebuah penelitian, masalah merupakan kunci dari kegiatan.
Dari
rumusan masalah inilah tujuan penelitian, hipotesis, populasi
dan sampel, teknik
untuk mengumpulkan dan menganalisis data ditentukan. Rumusan
masalah
merupakan pertanyaan yang dijadikan tonggak bagi peneliti dengan
tes
mengemukakan problematika (Arikunto, 2007: 11).
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan berbahasa siswa kelas IX MTsN Model
Makassar?
2. Bagaimana kemampuan berpikir siswa kelas IX MTsN Model
Makassar?
3. Bagaimana hasil belajar fisika siswa kelas IX MTsN Model
Makassar?
4. Adakah pengaruh yang signifikan dari kemampuan berbahasa dan
kemampuan
berpikir terhadap hasil belajar fisika siswa kelas IX MTsN Model
Makassar?
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah
penelitian. Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah
penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif. Pada penelitian kualitatif,
tidak dirumuskan
hipotesis, tetapi diharapkan dapat ditemukan hipotesis, yang
selanjutnya, hipotesis
tersebut diuji dengan menggunakan pendekatan kuantitatif
(Sugiyono, 2009: 64).
-
19
Adapun hipotesis dari penelitian ini yaitu:
Ada pengaruh yang signifikan dari kemampuan berbahasa dan
kemampuan berpikir terhadap hasil belajar fisika siswa kelas IX
MTsN Model Makassar.
Ditinjau dari operasinya, hipotesis dibedakan menjadi hipotesis
nol (H0),
yakni hipotesis yang menyatakan tidakadanya hubungan
antarvariabel, dan hipotesis
alternatif (Ha) yakni hipotesis yang menyatakan adanya hubungan
antar variabel
(Arikunto, 2007: 47).
Adapun hipotesis statistik dari penelitian ini yaitu:
H0: berlaku jika tidak ada pengaruh yang signifikan antara
kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir dengan hasil belajar fisika
siswa
kelas IX MTsN Model Makassar.
Ha: berlaku jika ada pengaruh yang signifikan antara kemampuan
berbahasa
dan kemampuan berpikir dengan hasil belajar fisika siswa kelas
IX MTsN
Model Makassar.
D. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel X1: Kemampuan Berbahasa
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan
objek-objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol
abstrak. Dengan
adanya transformasi ini, maka manusia dapat berpikir mengenai
sebuah objek,
meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu
dilakukan olehnya
(Sumantri, 1998: 16).
-
20
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahasa adalah
sistem
lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu
masyarakat untuk
bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
Materi bahasa bisa dipahami melalui linguistik. Linguistik
adalah ilmu yang
mengkaji bahasa, biasanya menghasilkan teori-teori bahasa
(Yudibrata, 1998: 2).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
sebagai alat
pergaulan, terdapat bermacam-macam bahasa. Ada bahasa lisan yang
diucapkan
dengan lisan dan alat pengucap lainnya, ada bahasa tulisan,
serta ada bahasa gerak.
Dalam ilmu, terutama dalam logika, bahasa itu harus bisa
mencerminkan maksud
setepat-tepatnya. Lain halnya dengan bahasa yang dipergunakan
dalam kesusasteraan.
Di situ yang diutamakan adalah keindahan bahasa. Memang maksud
juga penting,
tetapi di samping maksud juga ada faktor indah. Jadi, bahasa
menurut caranya
mengutarakan ada bahasa lisan, tertulis, dan gerak.
2. Variabel X2: Kemampuan Berpikir
Siswa sebagai organisme dengan segala perilakunya, termasuk
proses yang
terjadi dalam diri siswa ketika belajar bahasa tidak bisa
dipahami oleh linguistik,
tetapi hanya bisa dipahami melalui ilmu lain yang berkaitan
dengannya, yaitu
psikologi. Atas dasar hal tersebut, muncullah disiplin ilmu baru
yang disebut
Psikolinguistik atau disebut juga dengan istilah Psikologi
Bahasa.
Berpikir tidak dilakukan manusia sejak lahirnya. Walaupun
kemampuan itu
ada, pada umumnya mengikuti perkembangan fisik manusia secara
biologis.
kemampuan berpikir pada manusia merupakan kemampuan
potensial.
-
21
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
manusia
berpikir itu untuk tahu. Kalau ia berpikir tidak semestinya,
mungkin ia tidak akan
mencapai pengetahuan yang benar. Tak seorang pun yang
mencita-citakan
kekeliruan, tetapi kita ingin mencapai kebenaran dalam proses
tahunya itu.
3. Variabel Y: Hasil Belajar Fisika
Hasil belajar merupakan sebuah kalimat yang terdiri dari dua
kata yakni hasil
dan belajar. Hasil adalah prestasi dari sebuah kegiatan yang
telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individu maupun kelompok (Djamarah, 1991:
91). Sedangkan
belajar adalah aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk
mendapatkan sejumlah
kesan dari bahan yang telah dipelajari (Djamarah, 1991: 21).
Hasil adalah
kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak setelah melalui
kegiatan belajar. Belajar
itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha
untuk memperoleh
suatu perubahan perilaku yang relatif menetap (Mulyono, 2003:
37).
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
yang
dimaksud dengan hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah
menerima pengalaman belajar yang berupa nilai yang mencakup
ranah kognitif,
afektif, dan psikomotorik.
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian menunjukkan tentang apa yang ingin diperoleh
(Arikunto,
2007: 15). Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini
yaitu:
1. Untuk mendeskripsikan kemampuan berbahasa siswa kelas IX MTsN
Model
Makassar.
-
22
2. Untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir siswa kelas IX MTsN
Model
Makassar.
3. Untuk mendapatkan gambaran adanya pengaruh yang signifikan
antara
kemampuan berpikir dan kemampuan berbahasa dengan hasil belajar
fisika siswa
kelas IX MTsN Model Makassar.
Penelitian dilakukan tidak hanya untuk memenuhi hasrat ingin
tahu dan fungsi
penjelasan bagi suatu fenomena, tetapi juga harus memberi
manfaat bagi seorang
peneliti maupun masyarakat sekitar. Sasaran pertama mahasiswa
melakukan
penelitian ialah sebagai bahagian dari proses belajar untuk
memperdalam wawasan
ilmiah. Adapun kegunaan dari penelitian ini, yaitu sebagai
berikut:
1. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah akan pentingnya
bahasa dan pikiran
seseorang, khususnya bahasa dan pikiran seorang siswa dalam
proses
pembelajaran serta menjadi bahan pertimbangan kepada pemerintah
untuk
melihat kemampuan seorang siswa dalam membentuk sumber daya
Indonesia
yang terampil dan berkualitas.
2. Sebagai bahan masukan bagi para guru untuk lebih meningkatkan
kemampuan
dan daya pikir siswa dalam pencapaian tujuan Pendidikan
Nasional.
3. Sebagai bahan informasi kepada mahasiswa untuk lebih
meningkatkan serta
mengembangkan pengetahuannya dalam menemukan penelitian
penelitian baru
yang dapat dimanfaatkan untuk siswa.
-
23
4. Penelitian ini diharapakan dapat memberikan kontribusi
positif dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa, khususnya siswa kelas IX MTsN
Model
Makassar.
F. Garis Besar Isi Skripsi
Untuk memperoleh penjelasan atau uraian yang jelas tentang
skripsi ini,
maka penulis mengemukakan garis besar isi skripsi ini yang
berjudul Pengaruh
Kemampuan Berbahasa dan Kemampuan Berpikir Terhadap Hasil
Belajar
Fisika Siswa Kelas IX MTsN Model Makassar, yang terdiri dari
lima bab yaitu:
Bab I merupakan bab pendahuluan mengemukakan latar belakang
sehingga
judul skripsi ini yang diangkat oleh penulis, kemudian dari
latar belakang dibuatkan
rumusan masalah. Latar belakang membahas tentang issue, pendapat
ahli, dan
keinginan penulis untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Akan
tetapi, yang
menjadi dasar skripsi ini adalah karena adanya suatu masalah
yang membutuhkan
suatu penyelesaian atau solusi, defenisi operasional judul
terdiri atas kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir serta hasil belajar dan
kemudian tujuan yang
berdasar pada rumusan masalah dan kegunaan yang hendak dicapai
setelah
melakukan penelitian.
Bab II merupakan tinjauan pustaka menyangkut variabel-variabel
skripsi
yang menjelaskan tentang kemampuan berbahasa, kemampuan
berpikir, hubungan
antara bahasa dan pikiran serta hasil belajar siswa.
Bab III mengemukakan tentang metode penelitian yang digunakan
dalam
penyusunan skripsi ini. Dalam hal ini, penulis menjangkau sampel
penelitian yang
-
24
dijadikan sebagai responden, yang dimana sampel penelitian ini
adalah siswa kelas
IX MTsN Model Makassar kemudian melakukan tindakan sesuai dengan
rencana dan
mengumpulkan data sesuai dengan instrumen yang dibuat, yaitu
angket dan pedoman
observasi kemudian data tersebut diolah menjadi data kualitatif
dan kuantitatif.
Bab IV merupakan hasil penelitian yang memberikan gambaran
tentang
pengaruh kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir terhadap
hasil belajar
siswa kelas IX MTsN Model Makassar.
Bab V merupakan bab terakhir yang mengemukakan beberapa
implikasi
yang menyangkut mengenai kemampuan berpikir dan kemampuan
berbahasa dapat
mempengaruhi hasil belajar siswa serta saran untuk penelitian ke
depannya.
-
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berbahasa
1. Pengertian
Bahasa adalah medium tanpa batas yang membawa segala sesuatu
mampu
termuat dalam lapangan pemahaman manusia. Oleh karena itu
memahami bahasa
akan memungkinkan peneliti untuk memahami bentuk-bentuk
pemahaman manusia.
Bahasa adalah media manusia berpikir secara abstrak yang
memungkinkan objek-
objek faktual ditransformasikan menjadi simbol-simbol abstrak.
Dengan adanya
transformasi ini maka manusia dapat berpikir mengenai tentang
sebuah objek,
meskipun objek itu tidak terinderakan saat proses berpikir itu
dilakukan olehnya
(Sumantri, 1998: 54).
Bahasa adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer yang
dipakai oleh
anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan
berinteraksi antar
sesamanya, berlandaskan pada budaya yang mereka miliki bersama.
Sistem pada
definisi ini merujuk pada adanya elemen-elemen beserta hubungan
satu sama lainnya
yang akhirnya membentuk suatu konstituen yang sifatnya hirarkis
(Soenjono, 2005:
16).
Sistem dalam bahasa adalah sistem yang terdiri dari
simbol-simbol. Karena
bahasa adalah lisan, maka simbol-simbol ini juga simbol-simbol
lisan. Simbol-simbol
ini bersifat arbitrer, yakni, tidak ada keterkaitan antara
simbol-simbol ini dengan
benda, keadaan, atau peristiwa yang diwakilinya. Sistem simbol
lisan yang arbitrer ini
-
26
dipakai oleh masyarakat bahasa tersebut, yakni, masyarakat yang
memiliki bahasa itu.
Orang dari masyarakat bahasa lain tentunya tidak dapat memakai
sistem ini. Pemakai
bahasa menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi
antara sesama
mereka. Prilaku bahasa mereka merupakan cerminan dari budaya
mereka (Soenjono,
2005: 18).
Kemampuan dalam menggunakan kata-kata secara terampil dan
mengekspresikan konsep-konsep secara fasih (fluently). Menurut
James (1998: 225)
dalam Agus Efendi, kecerdasan linguistik ditunjukkan oleh
kepekaan akan makna dan
urutan kata, serta kemampuan membuat beragam penggunaan bahasa.
Kemampuan
alamiah yang berkaitan dengan kecerdasan bahasa ini adalah:
percakapan spontan,
dongeng, humor, kelakar, membujuk orang untuk mengikuti
tindakan, memberi
penjelasan atau mengajar.
Menurut Howard Gardner (1993: 76) dalam Agus Efendi,
kecerdasan
linguistik antara lain ditunjukkan oleh sensitivitas terhadap
fonologi, penguasaan
sintaksis, pemahaman semantik dan pragmatik. Kecerdasan bahasa
sendiri, menurut
Noam Chomsky, adalah kecerdasan bawaan sejak lahir (birthright)
(Efendi, 2005:
141).
Komunikasi dengan sesama manusia akan terhenti karena tanggapan
terhadap
ujaran interlokutor ditentukan pula oleh kemampuan memori kita
untuk menerima
dan menyimpan input itu untuk jangka waktu yang pendek dan
secara sementara. Kita
juga tidak akan bisa melanjutkan ujaran kita tanpa kita dapat
mengingat apa yang
baru saja kita ucapkan. Kita benci atau kita cinta pada
seseorang karena perasaan
-
27
yang tumbuh di masa lalu yang semuanya itu kita simpan dalam
memori. Dengan
singkat, manusia akan berhenti sebagai manusia pada saat dia
tidak dapat lagi
mengingat (Soenjono, 2005: 269).
2. Perkembangan Bahasa Remaja
Sesuai dengan fungsinya, bahasa merupakan alat komunikasi yang
digunakan
oleh seorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang
lain. bahasa
merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa
menjadi efektif sejak
seorang individu memerlukan berkomunikasi dengan orang lain.
Sejak seorang bayi
mulai berkomunikasi dengan orang lain, sejak itu pula bahasa
diperlukan. Sejalan
dengan perkembangan hubungan sosial, maka perkembangan bahasa
seorang (bayi
anak) dimulai dengan meraba (suara atau bunyi tanpa arti) dan
diikuti dengan bahasa
atau suku kata, dua suku kata, menyusun kalimat sederhana dan
seterusnya
melakukan sosialisasi dengan menggunakan bahasa yang kompleks
sesuai dengan
tingkat perilaku sosial
(http://perkembangan-bahasa-remaja.html).
Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang, ia telah
banyak belajar
dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk
dari kondisi
lingkungan. Lingkungan remaja mencakup lingkungan keluarga,
masyarakat dan
khususnya pergaulan teman sebaya, dan lingkungan sekolah. Pola
bahasa yang
dimiliki adalah bahasa yang berkembang di dalam keluarga atau
bahasa itu
(http://perkembangan-bahasa-remaja.html).
Perkembangan bahasa remaja dilengkapi dan diperkaya oleh
lingkungan
masyarakat di mana mereka tinggal. Hal ini berarti pembentukan
kepribadian yang
-
28
dihasilkan dari pergaulan masyarakat sekitar akan memberi ciri
khusus dalam
perilaku bahasa. Bersamaan dengan kehidupannya di dalam
masyarakat luas, anak
(remaja) mengkutip proses belajar disekolah. Sebagaimana
diketahui, dilembaga
pendidikan diberikan rangsangan yang terarah sesuai dengan
kaidah-kaidah yang
benar. Proses pendidikan bukan memperluas dan memperdalam
cakrawala ilmu
pengetahuan semata, tetapi juga secara berencana merekayasa
perkembangan sistem
budaya, termasuk perilaku berbahasa. Pengaruh pergaulan di dalam
masyarakat
(teman sebaya) terkadang cukup menonjol, sehingga bahasa anak
(remaja) menjadi
lebih diwarnai pola bahasa pergaulan yang berkembang di dalam
kelompok sebaya.
Dari kelompok itu berkembang bahasa sandi, bahasa kelompok yang
bentuknya amat
khusus, seperti istilah baceman di kalangan pelajar yang
dimaksudkan adalah bocoran
soal ulangan atau tes. Bahasa prokem terutama secara khusus
untuk kepentingan
khusus pula (http://perkembangan-bahasa-remaja.html).
Pengaruh lingkungan yang berbeda antara keluarga masyarakat, dan
sekolah
dalam perkembangan bahasa, akan menyebabkan perbedaan antara
anak yang satu
dengan yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh pilihan dan
penggunaan kosakata sesuai
dengan tingkat sosial keluarganya. Keluarga dari masyarakat
lapisan pendidikan
rendah atau buta huruf, akan banyak menggunakan bahasa pasar,
bahasa
sembarangan, dengan istilah-istilah yang kasar. Masyarakat
terdidik yang pada
umumnya memiliki status sosial lebih baik, menggunakan
istilah-istilah lebih selektif
dan umumnya anak-anak remajanya juga berbahasa lebih baik
(http://perkembangan-
bahasa-remaja.html).
-
29
B. Kemampuan Berpikir
1. Pengertian
Pendapat para ahli mengenai berpikir itu bermacam-macam.
Misalnya ahli-
ahli psikologi asosiasi menganggap bahwa berpikir adalah
kelangsungan tanggapan-
tanggapan dimana yang berpikir pasif. Plato beranggapan bahwa
berpikir itu adalah
berbicara dalam hati. Sehubungan dengan pendapat Plato ini
adalah berpendapat
bahwa berpikir adalah aktivitas ideasional. Pendapat yang
terakhir itu dikemukakan
dua kenyataan, yaitu:
a) berpikir itu adalah aktivitas, jadi subjek yang berpikir
aktif.
b) aktivitas itu sifatnya idesional, jadi bukan sensoris dan
bukan motoris, walaupun
dapat disertai oleh kedua hal itu, berpikir itu mempergunakan
abstraksi-abstraksi
atau ideas (Suryabrata, 2002: 54).
Selanjutnya ada pendapat yang lebih menekankan kepada tujuan
berpikir itu,
yaitu yang mengatakan bahwa berpikir itu adalah meletakkan
hubungan antara
bagian-bagian pengetahuan kita (Bigot dkk, 1950: 103).
Bagian-bagian pengetahuan
kita yaitu segala sesuatu yang telah kita miliki, yang berupa
pengertian-pengertian
dan dalam batas tertentu juga tanggapan-tanggapan. Berpikir
adalah proses yang
dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya
(Suryabrata, 2002: 54).
Pada manusia, proses belajar tidak hanya menyangkut aktivitas
fisik saja,
tetapi terutama sekali menyangkut kegiatan otak, yaitu berpikir.
Dalam hubungan ini,
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi proses belajar,
yaitu:
-
30
1) waktu istirahat, khususnya dalam mempelajari sesuatau yang
meliputi
bahan yang banyak, perlu disediakan waktu-waktu tertentu
untuk
beristirahat. Dalam waktu istirahat sebaiknya tidak banyak
melakukan
kegiatan yang mengganggu pikiran sehingga bahan yang sudah
dipelajari
mempunyai cukup kesempatan untuk mengendap dalam ingatan.
2) pengetahuan tentang materi yang dipelajari secara menyeluruh,
dalam
mempelajari sesuatu, lebih baik kalau pertama-tama kita pelajari
materi
atau bahan yang ada secara keseluruhan. Setelah itu, mempelajari
dengan
lebih seksama bagian-bagiannya. Akan tetapi, untuk melakukan hal
ini,
diperlukan taraf kecerdasan yang relatif tinggi. Makin rumit
persoalannya,
makin sukar materi untuk ditangkap secara keseluruhan. Karena
itu, bagi
seseorang yang kurang mampu, lebih baik mempelajari terlebih
dahulu
detail-detailnya, baru kemudian menyatukannya dalam suatu
keseluruhan.
3) pengertian terhadap materi yang dipelajari, kalau hendak
mempelajari
sesuatu, maka kita harus mengerti materi yang kita pelajari itu.
Tanpa
pengertian, kita mendapat kesulitan.
4) pengetahuan akan prestasi sendiri, kalau kita tiap kali
mengetahui hasil
prestasi kita sendiri, yaitu mengetahui perbuatan-perbuatan yang
masih
salah, maka akan lebih mudah kita memperbaiki
kesalahan-kesalahan itu
daripada kalau kita meraba-raba terus. Dengan demikian,
pengetahuan dan
prestasi sendiri akan mempercepat kita dalam mempelajari
sesuatu.
-
31
5) transfer, pengetahuan kita mengenai hal-hal yang pernah kita
pelajari
sebelumnya, kadang-kadang mempengaruhi juga proses belajar
yang
sedang kita lakukan sekarang. Pengaruh ini disebut transfer.
Transfer
dapat bersifat positif. Jika hal yang lalu mempermudah proses
belajar
yang sekarang atau dapat juga bersifat negatif jika proses
belajar yang lalu
justru mempersulit proses belajar yang sekarang. Transfer
positif,
misalnya kemampuan mengendarai sepeda mempermudah seseorang
dalam mengendarai sepeda motor. Transfer negatif, misalnya
kemampuan
kita dalam berbicara bahasa Indonesia akan mempersukar kita
mempelajari bahasa Inggris.
(Fauzi, 2004: 46)
Belajar adalah pengalaman yang universal. Setiap orang harus
selalu belajar
sepanjang hidupnya. Balita harus belajar bicara, berpakaian dan
makan sendiri. Para
remaja harus belajar melakukan kebiasaan-kebiasaan sosial yang
dapat yang dapat
diterima oleh masyarakat. Orang dewasa harus belajar bagaimana
melakukan
pekerjaan dan memenuhi tanggung jawab kehidupan rumah tangga.
Kehidupan
sehari-hari penuh dengan problem-problem yang harus dipecahkan
dengan belajar.
Perkataan belajar mempunyai tiga arti, yaitu:
a) menemukan;
b) mengingat;
c) menjadi efisien.
-
32
Sudah dikatakan di atas, bahwa proses belajar pada manusia erat
sekali
hubungannya dengan proses berpikir. Berpikir adalah tingkah laku
yang
menggunakan ide, yaitu suatu proses simbolis. Kalau kita makan,
kita bukan berpikir.
Tetapi kalau kita membayangkan suatu makanan yang tidak ada,
maka kita
menggunakan ide atau simbol-simbol tertentu dan tingkah laku ini
disebut berpikir
(Fauzi, 2004: 46).
Sebagai makhluk berpikir (rational animal), manusia bukan saja
memikirkan
lingkungannya, tapi juga dirinya. Tidak hanya sampai di situ,
manusia pun
menciptakan diri dan lingkungannya. Lingkungannya berubah karena
imajinasinya.
Kita juga berubah sesuai bagaimana kita berpikir tentang diri
kita. Potensi kecerdasan
akal dan imajinasi manusia sungguh luar biasa. Hal ini tidak
terlepas dari mukjizat
otak, struktur mental dan anatomi-fisiologis tubuh manusia dan
fakultas ruhaninya
yang diciptakan Tuhan dalam bentuknya yang sangat paripurna
serta struktur
kesadaran yang mampu melampaui batas-batas diri dan
lingkungannya (Efendi, 2005:
3).
Macam-macam kegiatan berpikir dapat kita golongkan sebagai
berikut:
1) berpikir asosiatif, yaitu proses berpikir dimana suatu ide
merangsang timbulnya
ide lain. Jalan pikiran dalam proses berpikir asosiatif tidak
ditentukan atau
diarahkan sebelumnya, jadi ide-ide timbul secara bebas.
Jenis-jenis berpikir
asosiatif yaitu:
i. Asosiasi bebas, suatu ide akan menimbulkan ide mengenai hal
lain, tanpa ada
batasnya.
-
33
ii. Asosiasi terkontrol, satu ide tertentu akan menimbulkan ide
mengenai hal lain
dalam batas-batas tertentu.
iii. Melamun, yaitu menghayal bebas, sebebas-bebasnya tanpa
batas, juga
mengenai hal-hal yang tidak realistis.
iv. Mimpi, ide-ide tentang berbagai hal, yangh timbul secara
tidak disadari pada
waktu tidur.
v. Berpikir artistik, yaitu proses berpikir yang sangat
subjektif. Jalan pikiran
sangat dipengaruhi oleh pendapat dan pandangan diri pribadi
tanpa
menghiraukan keadaan sekitar.
b) berpikir terarah, yaitu proses berpikir yang sudah ditentukan
sebelumnya dan
diarahkan pada sesuatu, biasanya diarahkan pada pemecahannya
persoalan. Ada
dua macam berpikir terarah yaitu:
i. Berpikir kritis, yaitu membuat keputusan atau pemeliharaan
terhadap suatu
keadaan.
ii. Berpikir kreatif, yaitu berpikir untuk menentukan
hubungan-hubungan baru
antara berbagai hal, menemukan pemecahan baru dari suatu soal,
menemukan
sistem baru, menemukan bentuk artistik baru, dan sebagainya.
(Fauzi, 2004: 48)
2. Hakikat Berpikir
Menurut analisis berpikir, proses berpikir itu terdiri dari
keaslian, kritik, dan
penerimaan atau penolakan hipotesis. Dalam pemecahan problem
yang bersifat
nonsimbolis, sasaran atau kritik terhadap hipotesis dilaksanakan
bersama-sama,
-
34
dalam perbuatan trial and eror yang bersifat terbuka. Responnya
berwujud gerakan-
gerakan otot besar (Fauzi, 2004: 49).
Dalam pemecahan problem yang bersifat simbolis (reasoning),
sasaran
hipotesis berbeda dari kritiknya. Sasaran itu selalu
dilambangkan sedangkan kritik
bisa dilambangkan. Sasaran dan kritik itu dilambangkan oleh
respon-respon yang
bersifat tertutup, seperti sensasi, fantasi, bahasa, atau
geraka-gerakan kecil (Fauzi,
2004: 49).
Kesimpulannya, seseorang berpikir bukan saja dengan otaknya,
tetapi juga
dengan seluruh tubuhnya. Meskipun sistem saraf itu mempunyai
peranan yang
penting dalam berpikir karena mengintegrasikan semua bagian
tubuh, alat indera, otot
dan kelenjar juga memegang peranan yang tidak kalah penting
(Fauzi, 2004: 49).
3. Proses Berpikir
Simbol-simbol yang digunakan dalam berpikir pada umumnya berupa
kata-
kata atau bahasa (language), karena itu sering dikemukakan bahwa
bahasa dan
berpikir mempunyai kaitan yang erat. Dengan bahasa manusia mampu
menciptakan
ratusan, ribuan simbol-simbol yang memungkinkan manusia dapat
berpikir begitu
sempurna apabila dibandingkan dengan makhluk lain. Sekalipun
bahasa merupakan
alat yang cukup ampuh (powerful) dalam proses berpikir, namun
bahasa bukan satu-
satunya alat yang dapat digunakan dalam proses berpikir, sebab
masih ada lagi yang
dapat digunakan yaitu bayangan atau gambaran (image) (Walgito,
2004: 187).
Kekurangan data atau kurang jelasnya data akan menjadikan
hambatan dalam
proses berpikir seseorang, lebih-lebih kalau datanya
bertentangan satu dengan yang
-
35
lain, misalnya dalam ceritera-ceritera detektif. Karena itu
rumit tidaknya sesuatu
masalah, lengkap tidaknya data akan dapat membawa sulit tidaknya
dalam proses
berpikir seseorang (Walgito, 2004: 191).
C. Hubungan Antara Bahasa dan Proses Berpikir
Dalam penggunaan bahasa terjadi proses mengubah pikiran menjadi
kode dan
mengubah kode menjadi pikiran. Ujaran merupakan sintesis dari
proses pengubahan
konsep menjadi kode, sedangkan pemahaman pesan tersebut hasil
analisis kode. Bagi
logika, ucapan adalah buah pikiran. Pikiran hanya bisa berbuah
jika dia diucapkan
melalui suara, ucapan, tulisan, atau isyarat. Isyarat adalah
perkataan yang dipadatkan,
karena itu ia adalah perkataan juga
(http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Perilaku yang tampak dalam berbahasa adalah perilaku manusia
ketika
berbicara dan menulis atau ketika dia memproduksi bahasa,
sedangkan perilaku yang
tidak tampak adalah perilaku manusia ketika memahami yang
disimak atau dibaca
sehingga menjadi sesuatu yang dimilikinya atau memroses sesuatu
yang akan
diucapkan atau ditulisnya. Dalam proses berbahasa terjadi proses
memahami dan
menghasilkan ujaran, yaitu berupa kalimat-kalimat. Pada
hakikatnya dalam kegiatan
berkomunikasi terjadi proses memproduksi dan memahami ujaran
(http://bahasa-
untuk-berpikir.com).
Semua bahasa yang diperoleh pada hakikatnya dibutuhkan untuk
berkomunikasi. Manusia hanya akan dapat berkata dan memahami
satu dengan
lainnya dalam kata-kata yang terbahasakan. Bahasa memiliki
orientasi yang subjektif
dalam menggambarkan dunia pengalaman manusia. Orientasi inilah
yang selanjutnya
-
36
mempengaruhi bagaimana manusia berpikir dan berkata
(http://bahasa-untuk-
berpikir.com).
Manusia sebagai pengguna bahasa dapat dianggap sebagai organisme
yang
beraktivitas untuk mencapai ranah-ranah psikologi, baik
kognitif, afektif, maupun
psikomotor. Kemampuan menggunakan bahasa baik secara reseptif
(menyimak dan
membaca) ataupun produktif (berbicara dan menulis) melibatkan
ketiga ranah tadi
(http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Ranah kognitif yang berpusat di otak merupakan ranah yang yang
terpenting.
Ranah ini merupakan sumber sekaligus pengendali ranah-ranah
kejiwaan lainnya,
yaitu ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa)
(http://bahasa-untuk-
berpikir.com).
Sapir dan Worf menguraikan dua hipotesis mengenai keterkaitan
antara
bahasa dengan pikiran, yaitu sebagai berikut.
a) perbedaan struktur bahasa secara umum paralel dengan
perbedaan kognitif non-bahasa (nonlinguistic cognitive). Perbedaan
bahasa menyebabkan
perbedaan pikiran orang yang menggunakan bahasa tersebut.
b) struktur bahasa mempengaruhi cara indvidu mempersepsi dan
menalar dunia perseptual. Dengan kata lain, struktur kognisi
manusia ditentukan oleh
kategori dan struktur yang sudah ada dalam bahasa.
(http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Pandangan manusia tentang dunia dibentuk oleh bahasa, sehingga
karena
bahasa berbeda, maka pandangan tentang dunia pun berbeda. Secara
selektif individu
menyaring sensori yang masuk seperti yang diprogramkan oleh
bahasa yang
dipakainya. Dengan begitu, masyarakat yang menggunakan bahasa
yang berbeda
memiliki perbedaan sensori pula
(http://bahasa-untuk-berpikir.com).
-
37
Ketika manusia berkomunikasi dengan kata-kata, pada saat yang
sama otak
harus mencari, memilah, merumuskan, merapikan, mengatur,
menghubungkan, dan
menjadikan campuran antara gagasan-gagasan dengan kata-kata yang
sudah
mempunyai arti itu dapat dipahami. Pada saat yang sama,
kata-kata ini dirangkai
dengan gambar, simbol, citra (kesan), bunyi, dan perasaan.
Sekumpulan kata yang
bercampur aduk tak berangkai di dalam otak, keluar secara satu
demi satu,
dihubungkan oleh logika, diatur oleh tata bahasa, dan
menghasilkan arti yang dapat
dipahami (http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Dapat dikatakan sebenarnya manusia dapat berpikir tanpa
menggunakan
bahasa, tetapi bahasa mempermudah kemampuan belajar dan
mengingat,
memecahkan persoalan, dan menarik kesimpulan. Bahasa
memungkinkan individu
menjadi peristiwa dan objek dalam bentuk kata-kata. Dengan
bahasa, individu
mampu mengabstraksikan pengalamannya dan mengomunikasikannya
pada orang
lain (http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Hipotesis Whorf dan Sapir tidak dapat dilepaskan dari apa yang
diartikan oleh
mereka sebagai bahasa. Melalui struktur terkecil dari bahasa
yaitu kata-kata akan
dapat diketahui bahwa bahasa dapat mempengaruhi pikiran
individu. Berikut ini akan
dipaparkan beberapa pengertian dari kata yang memungkinkan kata
dapat berkaitan
dengan pikiran manusia (http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Pertama, kata sebagai simbol (words as simbols). Kata sebagai
simbol
berarti kata lebih mewakili suatu objek daripada dirinya
sendiri. Hubungan antara
kata dan simbol ini dibangun oleh konvensi sosial dalam sebuah
budaya. Kedua,
-
38
kata sebagai atribut objek (words as attribute). Kata dan objek
adalah satu bagian
yang tidak dapat dipisahkan. Piaget dan Vigotsky melaporkan
bahwa penerimaan
anak-anak terhadap nama sebuah objek tidak dapat dibedakan lagi.
Bagi mereka
nama meja atau kursi adalah bagian dari objek meja. Kata dan
objek yang
diatribusikan adalah satu bagian. Kata meja menjadi milik sebuah
meja. Ketiga,
kata sebagai objek (words as object)
(http://bahasa-untuk-berpikir.com).
Kata-kata adalah bagian dari dunia manusia. Kata diterima
sebagai
sesuatu yang dalam pikiran. Ketika individu mendengar sebuah
kata terucap, ia
akan mereaksi ucapan ini dengan berpikir objek itu ada di dalam
dunia nyatanya.
Kata-kata adalah bagian dari bahasa yang digunakan oleh manusia
untuk
menerima, mengolah, serta menyampaikan informasi. Segala sesuatu
yang berkaitan
dengan manusia selalu menggunakan media bahasa. Manusia tidak
mungkin
melakukan apa-apa tanpa menggunakan bahasa dalam hal ini
direpresentasikan dalam kata-kata (Sumaryono, 1993: 187).
Keterkaitan antara bahasa dan pikiran dimungkinkan karena
berpikir adalah
upaya untuk mengasosiasikan kata atau konsep untuk mendapatkan
satu kesimpulan
melalui media bahasa. Beberapa uraian para ahli mengenai
keterkaitan antara bahasa
dan pikiran antara lain:
1. Bahasa Memengaruhi Pikiran
Pemahaman terhadap kata mempengaruhi pandangannya terhadap
realitas.
Pikiran dapat membuat manusia terkondisikan oleh kata yang
manusia gunakan.
-
39
Tokoh yang mendukung hubungan ini adalah Benyamin Whorf dan
gurunya, Edward
Saphir. Whorf mengambil contoh Bangsa Jepang. Orang Jepang
mempunyai
pikiran yang sangat tinggi karena orang Jepang mempunyai banyak
kosa kata
dalam mejelaskan sebuah realitas. Hal ini membuktikan bahwa
mereka mempunyai
pemahaman yang mendetail tentang realitas
(http://hubungan-antara-bahasa-dan-
pikiran.pdf).
2. Pikiran Memengaruhi Bahasa
Pendukung pendapat ini adalah tokoh psikologi kognitif yang tak
asing bagi
manusia, yaitu Jean Piaget. Melalui observasi yang dilakukan
oleh Piaget
terhadap perkembangan aspek kognitif anak. Ia melihat bahwa
perkembangan aspek
kognitif anak akan mempengaruhi bahasa yang digunakannya.
Semakin tinggi aspek
tersebut semakin tinggi bahasa yang digunakannya
(http://hubungan-antara-bahasa-
dan-pikiran.pdf).
3. Bahasa dan Pikiran Saling Memengaruhi
Hubungan timbal balik antara kata-kata dan pikiran dikemukakan
oleh
Benyamin Vigotsky, seorang ahli semantik berkebangsaan Rusia
yang teorinya
dikenal sebagai pembaharu teori Piaget mengatakan bahwa bahasa
dan pikiran
saling memengaruhi. Penggabungan Vigotsky terhadap kedua
pendapat di atas
banyak diterima oleh kalangan ahli psikologi kognitif
(http://hubungan-antara-bahasa-
dan-pikiran.pdf).
-
40
D. Hasil Belajar Fisika Siswa
1. Siswa
Anak didik atau sering juga disebut sebagai siswa adalah setiap
orang yang
menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang
menjalankan
kegiatan pendidikan. Sedangkan dalam arti sempit ialah anak atau
pribadi yang belum
dewasa yang diserahkan kepada tanggung jawab pendidik, karena
itu anak didik
memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:
a) belum memiliki pribadi dewasa susila sehingga masih menjadi
tanggung
jawab pendidik.
b) masih menyempurnakan aspek tertentu dari kedewasaannya,
sehingga masih
menjadi tanggung jawab pendidik.
c) sebagai manusia memiliki sifat-sifat dasar yang sedang ia
kembangkan secara
terpadu, menyangkut seperti kebutuhan biologis, rohani, sosial,
intelegensi,
emosi, kemampuan berbicara, perbedaan individual dan
sebagaiannya
(Hasbullah, 2005: 23).
Dalam proses pendidikan, kedudukan siswa sangatlah penting.
Proses
pendidikan tersebut akan berlangsung di dalam situasi pendidikan
yang dialaminya.
Dalam situasi pendidikan yang dialami tersebut, anak didik
merupakan komponen
yang hakiki (Hasbullah, 2005: 24).
Inti dari kegiatan pendidikan adalah memberikan bantuan kepada
anak didik
dalam rangka mencapai kedewasaan. Implikasinya dalam hal ini
adalah sebagai
berikut:
-
41
a) orang yang dibantu bukanlah seseorang yang sama sekali tidak
dapat berbuat
akan tetapi makhluk yang bisa bereaksi terhadap rangsang yang
ditunjukan
kepadanya.
b) pencapaian kemandirian harus dimulai dengan menerima realita
tentang
ketergantungan anak yang mencakup kemampuan untuk beridenteksi,
bekerja
sama, dan meniru pendidikannya (Hasbullah, 2005: 25).
2. Belajar
Belajar merupakan suatu kata yang sudah akrab dengan semua
lingkungan
masyarakat. Bagi para pelajar kata belajar merupakan kata yang
tidak asing lagi
bagi mereka, bahkan merupakan bagian yang tidak akan terpisahkan
dari semua
kegiatan mereka dalam menempuh ilmu baik di lembaga pendidikan
formal maupun
di lembaga pendidikan nonformal (Djamarah, 2008: 12).
Howard L. Kingskey mengatakan bahwa belajar merupakan psoses di
mana
tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui praktek dan
latihan. Sedangkan
Slameto merumuskan pengertian belajar merupakan proses usaha
yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
interaksi dengan
lingkungannya (Djamarah, 2008: 13).
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
serangkaian
kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interkasi dengan lingkungannya yang
menyangkut
kognitif, afektif, dan psikomotorik (Djamarah, 2008: 13).
-
42
Menurut pendapat aliran Skolastik, belajar pada hakikatnya yaitu
mengulang-
ulang bahan yang harus dipelajari atau yang telah dipelajari.
Karena dengan
mengulang-ulang maka bahan pelajaran akan makin diingat atau
dikuasai. Sehingga
alran ini menyimpulkan bahwa belajar adalah ulangan (Suryabrata,
2004: 244).
3. Hakikat Belajar
Dalam pengertian belajar kata yang sangat penting untuk dibahas
yaitu kata
change atau perubahan (Djamarah, 2008: 14).
Ketika kata perubahan dibicarakan dan dipermasalahkan maka kata
itu bagian
dari masalah belajar. Inti dari pengertian dari belajar yaitu
masalah perubahan yang
terjadi dalam diri individu yang belajar (Djamarah, 2008:
14).
Seseorang yang melakukan aktivitas belajar dan diakhiri dari
aktivitasnya itu
telah memperoleh perubahan dalam dirinya dengan pemilikan
pengalaman baru,
maka seseorang itu telah melakukan kegiatan belajar (Djamarah,
2008: 15).
Maka dapat disimpulkan bahwa hakikat belajar merupakan perubahan
dan
setiap perubahan adalah hasil belajar (Djamarah, 2008:
14-15).
4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan
keterampilan yang
diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan
oleh guru sehingga
dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan
sehari-hari
(http://pengertian-definisi-hasil-belajar.html).
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor
yakni faktor dari
dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa. Dari pendapat
ini faktor yang
-
43
dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang
dimilikinya
seperti yang dikemukakan oleh Clark menyatakan bahwa hasil
belajar siswa di
sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 %
dipengaruhi oleh
lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan yang paling
dominan berupa kualitas pembelajaran
(http://pengertian-definisi-hasil-belajar.html).
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan
kualitas
pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional
yang dimiliki oleh
guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang
sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik)
(http://pengertian-definisi-hasil-
belajar.html).
Dari beberapa pendapat di atas, maka hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua
faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan personal
(internal) dan faktor
dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan demikian hasil
belajar adalah sesuatu
yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau
fikiran yang mana hal
tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan
kecakapan dasar
yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak
pada diri indivdu
penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan
dasar yang
terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga tampak pada
diri individu
perubahan tingkah laku secara kuantitatif
(http://pengertian-definisi-hasil-
belajar.html).
-
44
5. Manfaat Hasil Evaluasi
Untuk melihat pemanfaatan hasil evaluasi secara komprehensif,
kita dapat
meninjau dari berbagai pihak yang berkepentingan, yaitu:
a) bagi peserta didik, dimanfaatkan untuk:
1) membangkitkan minat dan motivasi belajar.
2) membentuk sikap yang positif terhadap belajar dan
pembelajaran.
3) membantu pemahaman peserta didik menjadi lebih baik.
4) membantu peserta didik dalam memilih metode belajar yang baik
dan
benar.
5) mengetahui kedudukan peserta didik dalam kelas (Arifin, 2009:
288).
b) bagi guru dapat dimanfaatkan untuk:
1) promosi peserta didik, seperti kenaikkan kelas atau
kelulusan.
2) mendiagnosis peserta didik yang memiliki kelemahan atau
kekurangan,
baik secara perseorangan maupun kelompok.
3) menentukan pengelompokkan dan penempatan peserta didik
berdasarkan
prestasi masing-masing.
4) feedback dalam melakukan perbaikan terhadap sistem
pembelajaran.
5) menyusun laporan kepada orang tua guna menjelaskan
pertumbuhan dan
perkembangan peserta didik.
6) dijadikan dasar pertimbangan dalam membuat perencanaan
pembelajaran.
7) menentukan perlu tidaknya pembelajaran remedial (Arifin,
2009: 288).
-
45
c) bagi orang tua dimanfaatkan untuk:
1) mengetahui kemajuan belajar peserta didik
2) membimbing kegiatan belajar peserta didik di rumah
3) menentukan tindak lanjut pendidikan yang sesuai dengan
kemampuan
anaknya.
4) memperkirakan kemungkinan berhasil tidaknya anak tersebut
dalam
bidang pekerjaannya (Arifin, 2009: 289).
d) bagi administrasi sekolah dimanfaatkan untuk:
1) menentukan penempatan peserta didik.
2) menentukan kenaikan kelas.
3) pengelompokkan peserta didik di sekolah mengingat terbatasnya
fasilitas
pendidikan yang tersedia serta indikasi kemajuan peserta didik
pada waktu
mendatang (Arifin, 2009: 289).
-
BAB III
METODE PENELITIAN
Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah
untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,
2010: 3).
Dalam melakukan suatu penelitian, cara atau prosedur dalam
melakukan
penelitian sangatlah penting dalam upaya memformat jalannya
kegiatan penelitian.
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah:
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
objek/subjek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010:
117).
Berdasarkan uraian di atas dapatlah diketahui bahwa populasi
merupakan
keseluruhan objek yang menjadi sasaran penelitian. Dengan
demikian, yang menjadi
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IX MTsN
Model Makassar.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua
yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana,
tenaga dan waktu, maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Untuk itu sampel
yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif
(mewakili) ( Sugiyono,
2010: 118 ).
-
47
Mengingat besarnya populasi melebihi 100 orang, maka sampel
dalam
penelitian ini diambil secara random class dengan mengambil
siswa kelas IX1 MTsN
Model Makassar yang berjumlah 40 siswa yang diantaranya 14 orang
laki-laki dan 26
orang perempuan yang ada dalam kelas tersebut.
B. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif
kuantitatif, dimana penelitian ini merupakan metode penelitian
yang berusaha
mengambarkan dan menginterpretasikan pengaruh kemampuan
berbahasa dan
kemampuan berpikir terhadap hasil belajar fisika siswa kelas IX
MTsN Model
Makassar.
2. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan yaitu paradigma ganda dengan
dua variabel
independen dan satu variabel dependen. Secara umum, bentuk
diagramatik dari
model penelitian ini yaitu:
X1
X2
Y
-
48
Keterangan :
X1 : Kemampuan Berbahasa (Variabel Independen)
X2 : Kemampuan Berpikir (Variabel Independen)
Y : Hasil Belajar Fisika (Variabel Dependen)
C. Prosedur Pengumpulan Data
Adapun tahap-tahap prosedur pengumpulan data yang akan dilakukan
oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan yaitu tahap awal dalam memulai suatu kegiatan
sebelum
peneliti mengadakan penelitian langsung ke lapangan untuk
mengumpulkan data,
yaitu membuat draft skripsi, mengurus surat izin untuk
mengadakan penelitian
kepada pihak-pihak yang bersangkutan, dan yang terpenting adalah
melakukan survey
ke sekolah yang akan menjadi lokasi penelitian.
2. Tahap Penyusunan
Tahap ini dilakukan dengan tujuan agar peneliti mengetahui
permasalahan
yang terjadi di lapangan sehingga mempermudah dalam pengumpulan
data. Selain itu
menyusun instrumen penelitian yang meliputi lembar observasi,
angket dan dokumen
untuk proses pengumpulan data.
3. Tahap Pelaksanaan
Adapun cara yang dilakukan dalam tahap ini yaitu dengan
melakukan
penelitian lapangan untuk mendapatkan data yang konkrit dengan
menggunakan
instrument penelitian serta dengan jalan membaca
referensi/literatur yang berkaitan
-
49
dengan pembahasan ini baik dengan menggunakan kutipan langsung
atapun kutipan
tidak langsung.
Langkah awal dalam tahap pelaksanaan ini adalah peneliti
menyampaikan
maksud dan tujuan peneli mengadakan penelitian ini. Kemudian
membagikan lembar
angket untuk mengukur kemampuan berpikir siswa dan lembar
observasi untuk
mengukur kemampuan berbahasa siswa, serta mengambil dokumen yang
ada di
sekolah berupa nilai rapor siswa untuk melihat sejauh mana hasil
belajarnya
khususnya dalam mata pelajaran fisika.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan untuk mendapatkan data atau
informasi yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Dalam hal ini data
atau informasi
mengenai pengaruh kemampuan berbahasa dan kemampuan berpikir
terhadap hasil
belajar fisika siswa kelas IX MTsN Model Makassar.
Secara fungsional kegunaan instrumen penelitian adalah
memperoleh data
yang diperlukan ketika peneliti telah menginjak pada langkah
pengumpulan data atau
informasi di lapangan. Ada empat media untuk mengumpulkan data
dalam proses
penelitian tersebut diantaranya adalah kuesioner, observasi,
wawancara dan angket.
Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah
sebagai berikut:
-
50
1. Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang
pribadinya atau hal-
hal yang ia ketahui (Arikunto, 2002: 128).
Angket yang digunakan dalam penelitian ini memakai empat
alternatif
jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Angket ini merupakan
angket yang di
adaptasi dari angket yang mempunyai variabel yang sama dan
disesuaikan dengan
variabel dalam penelitian ini. Berikut disajikan kisi-kisi
instrumen angket untuk
mengukur kemampuan berpikir siswa kelas IX MTsN Model
Makassar.
Tabel 3.1: Kisi-kisi instrumen kemampuan berpikir siswa
Variabel Indikator Deskripsi
No.
Butir
Soal
Kemampuan
Berpikir
Fleksibel
dalam
berpikir
o Pemikiran saya sering dikatakan aneh oleh teman-teman dalam
mengerjakan soal-soal
fisika.
o Mencoba sesuatu yang baru, saya rasa akan bermanfaat bagi
peningkatan pengetahuan
saya.
o Saya memutuskan cara belajar yang lebih baik dibandingkan
dengan cara belajar
yang telah ada terutama dalam belajar
fisika
o Ide baru yang datang selalu saya terima dengan terbuka karena
hal tersebut belum
pernah saya lakukan
o Saya mengetahui pendapat orang berbeda dengan pendapat
sebagian besar orang,
saya akan ikut membuktikan kebenaran
pendapat tersebut
o Berpikir adalah sumber gagasan yang berguna untuk melaksanakan
tugas-tugas
fisika
1, 3, 5,
10, 13
dan 28
-
51
Menyenangi
kebebasan
dalam
ekspresi dan
pernyataan
o Apabila menghadapi rumus-rumus yang rumit, saya mudah jenuh
dan malas untuk
menyelesaikannya
o Saya mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi terutama dalam
menyelesaikan soal-
soal fisika
o Saya tidak mudah menerima pendapat baru dalam menyelesaiakan
soal-soal fisika
o Saya mempunyai imajinasi yang baik dalam menyelesaikan
soal-soal fisika
11, 14,
15, dan
17
Percaya
pada
gagasan
sendiri
o Bila saya telah memutuskan untuk berbuat sesuatu tiada hal
yang dapat mencegah
saya terutama dalam mengerjkan soal
fisika
o Untuk menghindari terjadinya keributan dalam berdiskusi, saya
lebih baik mengalah
walau saya yakin pendapat saya benar
o Setiap keputusan yang saya ambil senantiasa berdasarkan
pertimbangan yang
dapat dipertanggung jawabkan
o Saya kadang bersifat keras kepala
2, 6, 9
dan 20
Keinginan
untuk maju
o Saya akan memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk
mengembangkan diri termasuk pelajaran
fisika
o Saya menganggap mengerjakan soal-soal fisika sebagai
tantangan
o Hasil temuan baru akan lebih baik jika disebarluskan untuk
kepentingan kemajuan
umat
o Saya mempunyai dorongan pribadi yang kuat dan kebutuhan untuk
maju
o Saya bersedia berkorban sementara, untuk mendapatkan imbalan
dalam jangka
panjang
o Saya memiliki kepekaan yang tinggi atas keindahan
o Saya menyukai kebiasaan menyendiri sepanjang hari, sambil
merenung dari dan
memikirkan soal-soal fisika
7, 12,
16, 18,
19, 21
dan 30
-
52
Daya kerja
yang tinggi
o Saya mempunyai daya kerja yang tinggi dalam menyelesaikan
soal-soal fisika
o Saya selalu menggunakan cara-cara lama dalam mengerjakan
soal-soal fisika
o Kadang-kadang saya dihinggapi semangat yang berlebihan
terutama dalam
mengerjakan soal-soal fisika
o Saya menyukai pekerjaan dimana saya harus berusaha untuk
memengaruhi orang
lain
4, 8, 23
dan 25
Mempunyai
minat yang
luas
o Saya sering memikirkan bagaiamana pandangan orang lain
terhadap diri saya
22
Mempunyai
ingatan
yang baik
o Saya menyukai orang-orang yang mendahulukan pekerjaan
daripada
kesenangan
o Saya menyukai orang-orang yang mempunyai keyakinan yang kuat
dalam
mempertahankan pendapatnya
24, 26
Bersedia
mengambil
resiko
o Saya kurang menghargai orang-orang yang tidak memiliki
pendirian yang jelas dan
ragu-ragu ketika menyelesaikan soal-soal
fisika
o Saya lebih mudah bergaul dengan orang-orang yang berasal dari
kelas sosial-
ekonomi yang kurang lebih setara dengan
saya
27, 29
2. Lembar Observasi
Menurut Nana Sudjana, Ibrahim (2009: 109), observasi sebagai
alat
pengumpul data yang banyak digunakan untuk mengukur tingkah laku
individu
ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati baik
dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan.
Dengan demikian, yang menjadi objek observasi dalam penelitian
ini yaitu
kemampuan berbahasa siswa kelas IX MTsN Model Makassar. Adapun
lembar
observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai
berikut:
-
53
Tabel 3.2: Lembar observasi kemampuan berbahasa siswa kelas IX
MTsN Model
Makassar
No. Nama Siswa
Aspek Yang
Dinilai/Indikator*
Jumlah
Skor Nilai
I II III IV V
Keterangan (*):
I : Kelancaran menyampaikan pendapat/tanggapan
II : Kejelasan vokal
III : Ketepatan intonasi
IV : Ketepatan pilihan kata (diksi)
V : Struktur kalimat (tuturan)
Kriteria Penilaian
Sangat Sesuai : 4
Sesuai : 3
Kurang Sesuai : 2
Tidak Sesuai : 1
Pedoman Penilaian
Nilai =
x 100
-
54
3. Dokumen
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa
berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang (Sugiyono
2010: 329).
Data mengenai hasil belajar siswa yang diperoleh dari
dokumentasi nilai rapor
fisika siswa kelas IX MTsN Model Makassar.
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk
mendriskipsikan atau
memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data
sampel atau populasi
sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat
kesimpulan yang
berlaku untuk umum (Sugiyono, 2010: 29).
Penggunaan statistik deskriptif dalam hal ini berfungsi untuk
menjawab
permasalahan pertama dan kedua. Pada data statisitik deskriptif
ini, disajikan dengan
tabel distribusi frekuensi melalui penjelasan sebagai
berikut:
a) Tabulasi frekuensi
Dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) rentang (RT) adalah nilai terbesar dikurangi nilai
terkecil.
=
-
55
2) banyak kelas interval
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log
3) panjang kelas interval
=
4) menghitung rata-rata (mean) dengan menggunakan rumus:
=
(Sudjana, 1996: 70)
Dengan :
= Rata-rata variabel
= Frekuensi untuk variabel
= Tanda kelas interval variabel
5) menghitung simpangan baku (standar deviasi) dengan
menggunakan
rumus:
= ( )
1 (Sudjana, 1996: 95)
Dengan :
= Standar Deviasi
= Frekuensi untuk variabel
= Tanda kelas interval variabel
= Rata-rata
n = Jumlah populasi
-
56
6) kategori kemampuan berbahasa
=
= 25 4
4
= 25
dimana, I = Interval
Tabel 3.3: Kategori Kemampuan Berbahasa
Tingkat Keseimbangan Kategori/Kualifikasi
1 25
26 50
51 75
76 100
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
7) kategori kemampuan berpikir
=
= 30 4
4
= 30
dimana, I = Interval
Tabel 3.4: Kategori Kemampuan Berpikir
Tingkat Keseimbangan Kategori/Kualifikasi
1 30
31 60
61 90
91 120
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
-
57
8) kategori hasil belajar fisika
Untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar fisika siswa,
digunakan standar
yang ditetapkan oleh Depdikbud (2003) yaitu:
Tabel 3.5: Kategori Hasil Belajar Fisika Siswa
Tingkat Pencapaian Kategori/Kualifikasi
< 24
25 48
49 72
73 96
> 96
Sangat Kurang
Kurang
Cukup
Baik
Sangat Baik
2. Analisis Statistik Inferensial
Statistik inferensial digunakan untuk menguji hipotesis.
Pengujian hipotesis
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan
berbahasa dan
kemampuan berpikir terhadap hasil belajar fisika siswa kelas IX
MTsN Model
Makassar. Pengolahan data X1 dan X2 sekaligus disatukan untuk
melihat besar
kecilnya sumbangan (kontribusi) Variabel (X1 dan X2) terhadap
variabel Y tersebut.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pengaruh kemampuan
berbahasa
dan kemampuan berpikir terhadap hasil belajar fisika siswa kelas
IX MTsN Model
Makassar, dapat diketahui dengan menggunakan analisis regresi
linear berganda,
yaitu:
-
58
a) Membuat Ha dan H0 dalam bentuk kalimat:
Ha: berlaku jika ada pengaruh yang signifikan antara
kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir dengan hasil belajar fisika
siswa
kelas IX MTsN Model Makassar.
H0: berlaku jika tidak ada pengaruh yang signifikan antara
kemampuan
berbahasa dan kemampuan berpikir dengan hasil belajar fisika
siswa
kelas IX MTsN Model Makassar.
b) melakukan persamaan regresi = + b1X1 + b2X2
= Nilai Variabel dependen
1 = Nilai variabel independen ke 1
2 = Nilai variabel independen ke 2
= Harga Y, jika X = 0/ konstan
12 = Koefisien arah regresi linear (Usman dkk, 2008: 216)
c) menetukan a, b1 dan b2 dengan menggunakan persamaan
berikut:
b1 = X2
2 . X1Y X1X2 . X2Y
X12 . X2
2 X1X2 2
b2 = 1
2 . 2Y X1X2 . X1Y
X12 . X2
2 X1X2 2
a = Y
n 1
X1
n 2
X2
n
d) melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dicari kesalahan
baku regresi dan
kesalahan baku koefisien regresi. Adapun langkah-langkahnya
sebagai
berikut :
-
59
(1) menentukan koefisien korelasi berganda (R)
RX1X2r = b1 X1Y b2 X2Y
Y2 (Sugiono, 2004: 221)
(2) Koefisien Determinasi (R)2
(3) mencari nilai kontribusi peren pengaruh dengan rumus:
Kp = (RX1X2r)2. 100 %
(4) menguji signifikan dengan membanding Fhitung dengan Ftabel
dengan
rumus :
F = R2(nk1)
k(1R2) (Sugiyono, 2011: 286)
Keterangan: k = jumlah variabel bebas
(5) membuat kesimpulan, jika:
Fhitung Ftabel, maka Ha diterima artinya signifikan, dan
jika
Fhitung Ftabel, maka H0 diterima artinya tidak signifikan.
-
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Kemampuan Berbahasa Siswa Kelas XI MTsN Model
Makassar
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MTsN Model
Makassar,
penulis dapat mengumpulkan data kemampuan berbahasa siswa Kelas
XI MTsN
Model Makassar melalui lembar observasi yang kemudian diberikan
skor pada
masing-masing item pertanyaan yang telah di konversi dan
disajikan dalam bentuk
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1: Skor Kemampuan Berbahasa Siswa Kelas IX MTsN Model
Makassar
No. Nama Skor Nilai
1 Abdul Rasyid Kadir 14 70
2 Aghnina Nur Imani 16 80
3 Ahmad Musyafiq Arif 19 95
4 Akhmad Hanif Fauzan 16 80
5 Dinar Khaerunnisa 16 80
6 Dwi Ayu Marlia 18 90
7 Fadhilah Arhamy Darussalam 17 85
8 Husnul Khatimah Rusyid 17 85
9 Ira Adeliya Lestari 17 85
10 Khaerul Razaq AR. 18 90
11 Khusnul Hatimah 16 80
-
61
No. Nama Skor Nilai
12 Kurniawan 18 90
13 Latifah Nabila Ramadhana 15 75
14 Maryam Marzuki 15 75
15 Miftakhol Haeriyah M. 14 70
16 Muh. Amri Munsir 17 85
17 Muh. Auzan Haq 19 95
18 Muh. Fadly Ahmad 15 75
19 Muh. Fikri Fahri 18 90
20 Muh. Ihsan Dahri 17 85
21 Muh. Khaidir Usman 18 90
22 Muhammad Junaid Azis 13 65
23 Muhammad Nurrahman 15 75
24 Nadia Widiawati Mutty 17 85
25 Nur Afiah Ulfah 14 70
26 Nur Amalina Dwi Lestari 16 80
27 Nur Fitri Annisa 18 90
28 Nur Hildah Inayah 17 85
29 Nurul Aqilah Gunawan 17 85
30 Nurul Fauziyah 16 80
31 Nurul Izzah Arfai S. 17 85
32 Nurul Ulfah 14 70
33 Rahmat Hidayat 17 85
34 Ratih Kumala Dewi 17 85
35 Rifdha Fakhirah 16 80
-
62
No. Nama Skor Nilai
36 Risky Amalia 17 85
37 Rizdha Adzidzah Fadhilah 17 85
38 Syafira Ashari Salsabila 16 80
39 Tri Permata Ayu M. Nur 15 75
40 Ummu Salamah 17 85
Sumber: Hasil Pengolahan Lembar Observasi Kemampuan
Berbahasa
a) Menghitung rentang
Rentang = Data terbesar Data terkecil
= 95 65
= 30
b) Menghitung banyaknya kelas interval
Banyak Kelas = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 40
= 1 + 3,3 (1,60)
= 6,28 7
c) Menghitung panjang kelas interval
Panjang Kelas =
= 30
7
= 4,28 5
-
63
d) membuat tabel distribusi frekuensi skor kemampuan berbahasa
siswa kelas IX
MTsN Model Makassar
Tabel 4.2: Daftar Distribusi Frekuensi Skor Responden
Interval Tabulasi Frekuensi
65 69 I 1
70 74 IIII 4
75 79 IIII 5
80 84 IIII III 8
85 89 IIII IIII IIII 14
90 94 IIII I 6
95 99 II 2
Jumlah 40
e) menghitung rata-rata (mean)
Tabel 4.3: Tabel Penolong untuk Menghitung Nilai Mean
Interval fi X1 fi .X1
65 69 1 67 67
70 74 4 72 288
75 79 5 77 385
80 84 8 82 656
85 89 14 87 1218
90 94 6 92 552
95 99 2 97 194
Jumlah 40 - 3360
-
64
= .
= 3360
40
= 84
f) menghitung standar deviasi
Tabel 4.4: Tabel Penolong Untuk Menghitung Standar Deviasi
Interval fi X1 X1 X (X1 X)2 fi (X1 X)
2
65 69 1 67 -17 289 289
70 74 4 72 -12 144 576
75 79 5 77 -7 49 245
80 84 8 82 -2 4 32
85 89 14 87 3 9 126
90 94 6 92 8 64 384
95 99 2 97 13 169 338
Jumlah 40 - 1990
SD = ( )
2
1
= 1990
401
= 7,14
g) mengategorikan nilai responden
Nilai yang menunjukkan kemampuan berbahasa siswa kelas IX MTsN
Model
Makassar yang ditunjukkan pada tabel di atas, sel