1 ABSTRAK Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang dikenal dengan sebutan Papuasia dan kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 – 25.000 jenis (Jhons, 1997) dengan 1.465 marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana 50 – 90% merupakan jenis endemik (De Fretes, 2000), baik endemik dalam skala terbatas maupun luas. Kekayaan flora tersebut baru dimanfaatkan dalam skala kecil dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat di Tanah Papua. Penelitian etnobotani di Tanah Papua sudah dimulai sejak 73 tahun yang lalu, namun penelitian dan pendokumentasian serta hasil kajian etnobotani tersebut khususnya bahan obat-obatan dan bahan pangan yang berasal dari biji dan buah-buah hutan tidak mendapat perhatian dan tindaklanjut oleh pemerintah saat ini. Disisi lain ancaman terhadap kejayaan flora tersebut di alam terus meningkat akibat adanya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman dan pemekaran wilayah serta pemanenan hasil hutan kayu oleh HPH. Pelestarian keanekaragaman jenis flora di Tanah Papua dapat dipertahankan dengan meningkatkan perlindungan dan perluasan kawasan konservasi, rehabilitasi lahan, mencegah pembukaan hutan secara besar-besaran dan illegal logging. Kata kunci : Flora, kekayaan, pelestarian, pemanfaatan, Papua I. PENDAHULUAN Hutan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan alam tropika basah yang terbesar dan terkaya akan keragaman flora dan fauna. Sekitar 25.000 – 30.000 jenis (spesies) tumbuhan berbunga atau berbiji menghuni hutan alam Indonesia dan sekitar 4.000 jenis berupa pohon, yakni tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama yang jelas terpisah dari tajuknya. Keragaman flora lainnya adalah lumut, ganggang, paku- pakuan, epifit, palem, bambu dan tumbuhan bawah. Kekayaan tersebut disebabkan oleh biogeografi Indonesia yang membentang diantara 2 kawasan biogeorafi utama yaitu Indomalaya dan Australasia. Dari sekian banyak flora tersebut diperkirakan sekitar 30 % flora belum diberi nama ilmiah (Sastrapradja dkk, 1989). Untuk mengerjakan tugas tersebut, Indonesia membutuhkan paling sedikit 60 taksonom yang bekerja “full time” selama 30 tahun untuk menginventarisasi flora Indonesia. Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 – 25.000 jenis (Jhons, 1997) dengan 1.465 marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI TANAH PAPUA Oleh : Krisma Lekitoo
20
Embed
KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI … · spesimen dari BO dan BZG, laporan penelitian Badan Litbang Kehutanan, penelusuran monograf, publikasi ilmiah dan hasil
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
ABSTRAK
Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis Indomalaya yang dikenal
dengan sebutan Papuasia dan kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di daerah
lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 – 25.000 jenis (Jhons, 1997) dengan 1.465
marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana 50 – 90% merupakan jenis endemik (De
Fretes, 2000), baik endemik dalam skala terbatas maupun luas. Kekayaan flora tersebut baru
dimanfaatkan dalam skala kecil dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat
di Tanah Papua. Penelitian etnobotani di Tanah Papua sudah dimulai sejak 73 tahun yang lalu, namun
penelitian dan pendokumentasian serta hasil kajian etnobotani tersebut khususnya bahan obat-obatan
dan bahan pangan yang berasal dari biji dan buah-buah hutan tidak mendapat perhatian dan
tindaklanjut oleh pemerintah saat ini. Disisi lain ancaman terhadap kejayaan flora tersebut di alam terus
meningkat akibat adanya pembukaan hutan untuk lahan pertanian, pemukiman dan pemekaran wilayah
serta pemanenan hasil hutan kayu oleh HPH. Pelestarian keanekaragaman jenis flora di Tanah Papua
dapat dipertahankan dengan meningkatkan perlindungan dan perluasan kawasan konservasi, rehabilitasi
lahan, mencegah pembukaan hutan secara besar-besaran dan illegal logging.
Kata kunci : Flora, kekayaan, pelestarian, pemanfaatan, Papua
I. PENDAHULUAN
Hutan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan alam tropika basah yang
terbesar dan terkaya akan keragaman flora dan fauna. Sekitar 25.000 – 30.000 jenis
(spesies) tumbuhan berbunga atau berbiji menghuni hutan alam Indonesia dan sekitar
4.000 jenis berupa pohon, yakni tumbuhan berkayu yang memiliki batang utama yang
jelas terpisah dari tajuknya. Keragaman flora lainnya adalah lumut, ganggang, paku-
pakuan, epifit, palem, bambu dan tumbuhan bawah. Kekayaan tersebut disebabkan oleh
biogeografi Indonesia yang membentang diantara 2 kawasan biogeorafi utama yaitu
Indomalaya dan Australasia. Dari sekian banyak flora tersebut diperkirakan sekitar 30
% flora belum diberi nama ilmiah (Sastrapradja dkk, 1989). Untuk mengerjakan tugas
tersebut, Indonesia membutuhkan paling sedikit 60 taksonom yang bekerja “full time”
selama 30 tahun untuk menginventarisasi flora Indonesia.
Hutan hujan tropis Papua merupakan salah satu formasi hutan hujan tropis
Indomalaya yang kaya akan jenis, genera dan famili yang khas dan tidak dijumpai di
daerah lain di Indonesia. Jumlah flora Papua diperkirakan 20.000 – 25.000 jenis (Jhons,
1997) dengan 1.465 marga dan paling sedikit 142 marga bersifat endemik, dimana
KEKAYAAN, PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN JENIS FLORA DI TANAH PAPUA
Oleh :
Krisma Lekitoo
2
50 – 90% merupakan jenis endemik (De Fretes, 2000), baik endemik dalam skala
terbatas maupun luas.
Menurut Primak (1998), Keragaman flora yang terdapat pada suatu daerah
dipengaruhi oleh faktor biogeografi pulau yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya,
misalnya ketinggian tempat, curah hujan serta garis lintang dan jauh dekatnya suatu
daerah atau pulau dari pulau lainnya. Menurut Hope (1982), yang dikutip oleh Petocz
(1987), hutan Papua kaya akan jenis, genera (marga) dan famili yang bersifat khas,
namun masih sedikit yang diketahui manfaatnya bagi masyarakat Papua, baik sebagai
bahan makanan, industri maupun obat-obatan.
Menurut Van Bolgooy (1976) dalam Petocz (1987), bahwa tipe hutan Papua
mengandung banyak jenis flora yang dapat dijadikan tanaman berguna bagi manusia.
Namun sampai saat ini Kekayaan flora tersebut belum diketahui dengan pasti, dikenal
dan diketahui informasi botani, biologis dan penyebarannya. Demikian pula
pemanfaatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat masih dalam skala
kecil dan bersifat tradisional.
Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor pembatas berupa bentangan
lahan yang sangat luas, topografi yang cukup berat dan kurangnya penelitian atau
ekspedisi dibidang taksonomi serta faktor politik dan keamanan. Faktor pembatas
lainnya adalah kurangnya sumberdaya manusia dibidang taksonomi, waktu dan biaya
yang disebabkan kurangnya perhatian pemerintah akan pentingnya data base
keanekaragaman hayati flora di Tanah Papua. Pepatah “tak kenal maka tak sayang”
mempunyai makna tertentu. Tanpa mengenal jenis-jenis tumbuhan yang ada, kita tak
mungkin mengetahui potensi, keanekaragaman maupun sifat-sifat lainnya
Perubahan lingkungan hutan menjadi perladangan, pertanian, industri,
pemukiman, jalan, padang alang-alang dan sebagainya mengakibatkan berkurang atau
makin kecilnya populasi jenis-jenis tertentu. Beberapa jenis endemik dan langka
mungkin sudah punah di habitat aslinya sebelum diketahui potensinya.
II. KEANEKARAGAMAN JENIS FLORA DI PAPUA
Sejarah Geologi pembentukan Pulau Papua yang rumit serta pengaruh ciri
fisiografi mengakibatkan Tanah Papua memiliki lingkungan habitat dengan zona-zona
vegetasi terlengkap di Asia-Pasifik mulai dari daerah pantai hingga alpin. Karena
adanya pengaruh adaptasi, mengakibatkan flora Papua memiliki karakter-karakter yang
3
sangat unik, keadaan ini telah menciptakan kekayaan flora yang sangat tinggi di Tanah
Papua
Menurut Pigram dan Davis (1987), faktor penyebab utama tingginya keragaman
hayati dan endemisitas flora dan fauna di Papua adalah sejarah pembentukan pulau
tersebut. Pulau New Guinea memiliki 32 lempengan tektonik, setiap lempengan
memiliki karakteristik khusus sehingga mempengaruhi jenis flora yang hadir diatasnya.
Selain itu wilayah geografis Papua yang berbentuk pulau menyebabkan daerah ini
memiliki keragaman jenis flora yang tidak dimiliki oleh daerah lain di Indonesia karena
adanya isolasi geografi berupa jarak (hamparan dataran), gunung dan laut yang cukup
luas. Keragaman jenis flora di Papua juga sangat dipengaruhi oleh faktor biogeografi
pulau yang khas serta faktor-faktor fisik lainnya.
Tanah Papua (Provinsi Papua dan Papua Barat) memiliki hutan dataran rendah
terbesar di Asia Tenggara yang masih murni dan mengandung kekayaan dan
keanekaragaman kehidupan yang tidak ada taranya. Tanah Papua juga merupakan salah
satu misteri (sesuatu yang tidak diketahui) terakhir di dunia yang paling besar…. Yang
menantang untuk dipahami, merangsang untuk dijelajahi dan menantang pula untuk
dikembangkan (Petocz, 1987).
Secara umum lingkungan flora Tanah Papua dikenal dengan sebutan ”Papuasia”.
Beberapa ahli yang pernah menyampaikan atau bercerita soal kekayaan flora di Tanah
Papua adalah :
1. Paijsman (1976), marga Angiospermae sebanyak 1.465 telah tercatat di Pulau
Papua, dengan perkiraan 9.000 spesies
2. Hope (1978, pemberitaan pribadi) dalam Petocz (1987), jumlah flora di Tanah
Papua diperkirakan 16.000 spesies
3. Womersly (1978) dalam Petocz (1987), keanekaragaman flora seluruh Papuasia
(semua famili) diduga melampaui 20.000 spesies
4. Jhons (1997), Keanekaragaman flora seluruh Papuasia sangat tinggi 20.000-
25.000 spesies.
Perbandingan tingkat keanekaragaman jenis flora Tanah Papua (Papuasia) dengan
beberapa daerah di kawasan di Indonesia secara singkat dapat ditampilkan sbb:
4
1. Sumatera (Andalas) : antara 8.000-10.000 spesies
2. Kalimantan (Borneo) : antara 10.000-15.000 spesies namun berbeda dari sumber
lainnya yang memperkirakan 25.000 jenis tumbuhan berpembuluh
3. Jawa (Java) : diperkirakan mencapai 4.500 spesies tumbuhan ber-pembuluh
4. Sulawesi (Celebes) : diperkirakan 5.000 spesies tumbuhan tinggi dan 2.100 jenis
diantaranya tumbuhan berkayu.
5. Maluku (Moluccas) : belum dapat diperkirakan jumlahnya hanya tercatat 15.000
koleksi yang berasal dari maluku dan 2.900 berasal dari Maluku Utara
6. Kepulauan sunda kecil : belum dapat diperkirakan jumlahnya
Perbandingan jumlah koleksi herbarium di Tanah Papua dan beberapa daerah di
Indonesia pada masa penjajahan kolonial Belanda tahun 1817 - 1950 (Steenis-
Kruseman, Cyclopedia of Botanical Exploration in Malesia, Flora Malesia I (1). 1950)
dan masa pemerintahan Indonesia tahun 1950-2008 (Flora Malesiana Bulletin 1–13.
1951– 2008), secara lengkap disajikan pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Perbandingan Jumlah Koleksi Herbarium di Tanah Papua dan Beberapa
Daerah di Indonesia
TAHUN 1817 - 1950 TAHUN 1951 - 2008
PULAU LUAS
(KM2)
JUMLAH
NOMOR
KOLEKSI
HERBARIUM
RATA-RATA
NOMOR
KOLEKSI PER
100 KM2
JUMLAH
NOMOR
KOLEKSI
HERBARIUM
JUMLAH
NOMOR
KOLEKSI
HIDUP
Papua
(New Guinea) 2.980.155 196.755 3,6
2.150
(Papua)
946
(Papua)
Maluku
(Moluccas) 63.575 27.525 43 22.216 1.173
Sulawesi
(Celebes) 182.870 32.350 18 15.420 1.834
Nusa Tenggara 98.625 24.546 25 4.365 3.638
Kalimantan
(Borneo) 739.175 91.550 12
28.820
(Kalimantan)
2.739
(Kalimantan)
Jawa
(Java) 132.474 247.522 25 4.363 3.638
Sumatera
(Andalas) 479.513 87.900 18
26.966
(Sumatera)
3.357
(Sumatera)
Sumber : Steenis-Kruseman, 1950 dalam Flora Malesiana I dan Flora Malesiana Bulletin 1-13, 1950-2008 dalam
Kartawinata, 2010
Berdasarkan tingkat kekayaan relatif dan keendemikan spesies tumbuhan, maka
Papua menempati posisi paling tinggi dibandingkan dengan wilayah biogeografi
5
lainnya, diikuti Kalimantan dan Sumatera. Perbandingan tersebut secara lengkap
disajikan pada Tabel 2. Perbandingan tersebut akan berubah sejalan dengan laju
perkembangan penelitian taksonomi di masing-masing daerah di Indonesia.
Tabel 2. Kekayaan dan Keendemikan Flora di Tanah Papua dan Beberapa Daerah di
Indonesia
Wilayah Kekayaan spesies
Persentase spesies
endemik
(%)
Sumatera (Andalas) 820 11
Jawa (Java) 630 5
Kalimantan (Borneo) 900 33
Sulawesi (Celebes) 520 7
Sunda kecil 150 3
Maluku (Moluccas) 380 6
Papua (Papuasia) 1030 55 Sumber : FAO/Mackinnon (1981) dalam Kusmana dan Hikmat 2005
Hampir setengah abad Papua berintegrasi dengan RI, belum banyak penelitian
mengenai keanekaragaman jenis flora dan potensi lokal masyarakat adat sehubungan
dengan pemanfaatan tumbuhan hutan. Padahal hasil penelitian ini adalah inti dari
keterlibatan masyarakat adat dalam pengelolaan hutan, sumber informasi bagi
pemanfaatan dan pengembangan sumberdaya baru yang masih potensial.
A. Fitogeografi Flora di Tanah Papua
Pada umumnya jenis flora di Tanah Papua tumbuh pada habitat hutan primer dan
sekunder dengan tipe ekologi adalah hutan yang dipengaruhi oleh faktor edafis dan
faktor iklim baik penyebaran hutan secara horisontal maupun vertikal.
Penyebaran flora di Tanah Papua secara umum sangat berkaitan dengan
penyebaran flora di wilayah lainnya di Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara.
Khusus untuk wilayah Indonesia, berdasarkan geografi wilayah, penyebaran flora di
Indonesia terbagi menjadi :
1. Flora Jawa (Java)
2. Flora Kalimantan (Borneo)
3. Flora Sumatra (Andalas)
4. Flora sulawesi (Celebes)
5. Flora Bali dan Nusa Tenggara (Kepulauan Sunda kecil)
6. Flora Maluku (Moluccas)
7. Flora Papua (Papuasia)
6
Penyebaran flora di berbagai wilayah di Indonesia telah menciptakan berbagai
tipe hutan. Tipe hutan merupakan suatu istilah yang digunakan bagi kelompok tegakan
yang mempunyai ciri-ciri yang sama dalam susunan jenis dan perkembangannya.
Umumnya tipe hutan dibedakan berdasarkan sebaran di setiap negara sesuai dengan
kawasannya.
Penyebaran flora di Papua sangat dipengaruhi oleh isolasi geografi berupa lautan
yang sangat luas, pegunungan yang sangat tinggi dan bentangan alam lainnya seperti
sungai, lembah yang luas, tebing yang curam dan patahan-patahan geologi yang
ekstrim. Faktor lainnya yang juga sangat mempengaruhi penyebaran flora adalah
lingkungan. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap penyebaran tumbuh-
tumbuhan pada suatu wilayah adalah :
1. Faktor Iklim yang meliputi ; Curah hujan, Suhu, Kelembaban atmosfer, angin,
cahaya dan kesetimbangan energi
2. Faktor Fisiografi dan edafik yang meliputi ; Topografi, Faktor edafik (tanah dan
lapis alas geologi)
Faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik antara
satu dengan yang lain sangat berkaitan erat dan sangat menentukan kehadiran suatu
jenis tumbuhan di tempat tertentu, namun cukup sulit mencari penyebab terjadinya
kaitan yang erat tersebut (Syafei, 1994). Selanjutnya Marsono (1977) menyebutkan
bahwa kehadiran suatu jenis pada suatu tempat atau areal ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain ; habitat, dimana habitat akan mengadakan seleksi terhadap jenis yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan setempat, waktu yang diperlukan untuk
mengatasi hal ini, dimana dengan berjalannya waktu vegetasi akan berkembang ke arah
yang stabil dan kehadiran satu jenis dapat ditentukan juga oleh vegetasi yang berada
disekitarnya.
Akibat dari sejarah geologi dan faktor lingkungan, Papua terbagi menjadi empat
wilayah utama keragaman hayati yaitu : daerah utara, daerah selatan, daerah kepala
burung (Vogelkop) dan daerah dataran tinggi (Muller, 2005) . Pada daerah-daerah
tersebut, sejarah geologis yang berbeda menghasilkan vegetasi yang berbeda dan pada
tingkat tertentu jenis hewannyapun berbeda. Keadaan lingkungan yang spesifik dan
adanya penghalang (isolasi geografi) untuk menyebar, maka kebanyakan jenis
7
tumbuhan dan hewan mempunyai wilayah penyebaran yang terbatas yang
menyebabkan tingginya keendemikan.
B. Potensi Tumbuhan Endemik di Papua
Spesies endemik merupakan gejala alami sebuah biota untuk menjadi unik pada
suatu wilayah geografi tertentu. Sebuah spesies bisa disebut endemik jika spesies
tersebut merupakan spesies asli yang hanya bisa ditemukan di sebuah tempat tertentu
dan tidak ditemukan di wilayah lain. Wilayah di sini dapat berupa pulau, negara, atau
zona tertentu. Perbedaan yang harus diperhatikan adalah spesies asli belum tentu spesies
endemik. Namun spesies endemik pastilah spesies asli wilayah tersebut.
1. Tumbuhan Berkayu Tingkat Pohon
Menurut Whitemore, Tantra dan Sutisna (1997), Berdasarkan hasil kompilasi
spesimen dari BO dan BZG, laporan penelitian Badan Litbang Kehutanan, penelusuran
monograf, publikasi ilmiah dan hasil revisi serta masukan dari beberapa ahli taksonomi
tumbuhan, di ketahui bahwa di Tanah Papua untuk tumbuhan berkayu dengan kriteria
diameter 10 cm up dan tinggi lebih dari 5 m, terdapat 86 Famili tumbuhan berkayu yang
terdiri dari 359 genus dan 2.323 spesies.
Hasil kompilasi tumbuhan berkayu tingkat pohon tersebut belum lengkap, hal ini
disebabkan karena spesimen yang ada sangat terbatas sehingga untuk beberapa famili
seperti Lauraceae, Myrtaceae, Rubiaceae dan Rutaceae yang merupakan famili dengan
genus dan spesies yang jumlahnya sangat banyak tidak dapat diselesaikan dengan baik.
Sehingga hasil ini bukanlah hasil akhir dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan
dan kemajuan penelitian di bidang taksonomi tumbuhan khususnya tumbuhan berkayu
tingkat pohon.
Berdasarkan hasil kompilasi tersebut, diketahui bahwa jenis tumbuhan berkayu
tingkat pohon yang endemik di Pulau New Guinea atau Tanah Papua (Papua Barat yang
termasuk wilayah Negara Republik Indonesia dan Papua Timur yang termasuk wilayah
Negara Papua New Guinea) adalah 53 famili yang terdiri dari 175 genus dan 1205
spesies. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa penyebaran tumbuhan tidak
mengenal batas negara sehingga untuk tumbuhan berkayu tingkat pohon endemik di
New Guinea dianggap sama untuk wilayah Republik Indonesia dan Papua New Guinea.
Hasil ini masih perlu dibuktikan lagi, namun lambatnya penelitian taksonomi yang
disebabkan oleh faktor pembatas sumberdaya manusia, waktu dan biaya dikhawatirkan
8
akan mengakibatkan beberapa jenis endemik akan punah sebelum sempat diketahui dan
dibuktikan.
Gambar 1. Beberapa Jenis Tumbuhan Berkayu Endemik Terbatas dan Luas di Tanah