32 BAB III GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAMBA’UL HIKMAH DI KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah didirikan oleh Ustadz Abdul Aziez. Bermula dari diwakafkannya sebidang tanah seluas 113 m 2 oleh Bapak H. Sukirno 1 pada tahun 1994. Ustadz Abdul Aziez yang ketika itu berusia 36 tahun memutuskan meninggalkan aktivitas dakwahnya di Cirebon dan kemudian menetap di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Pada saat itu, Ustadz Abdul Aziez bermukim di masjid sekitar desa Nambangan. Kehadirannya diterima dengan baik oleh masyarakat sekitar, sehingga Ustadz Abdul Aziez mengajak teman sesama alumni pondok pesantren di Cirebon untuk bersama-sama berdakwah dan mengajarkan ajaran agama Islam di desa Nambangan. Sebelum berdirinya Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah, masyarakat di desa Nambangan sebelum Tahun 1994 masih kerap terjadi aktivitas yang menyimpang dari ajaran agama Islam, seperti judi masih bersifat terbuka dan seperti dianggap umum. Memberikan sesaajen ke pohon-pohon tua juga rutin dilaksanakan ketika ada warga yang memilki hajatan. Masyarakat sekitar masih kental dengan adat Jawa. Dengan kondisi yang sedemikian tersebut maka Ustadz Abdul Aziez dan teman alumni pondok pesantren di Cirebon memutuskan berpindah dan menetap di Kecamatan Selogiri dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Selogiri kemampuannya lebih dibutuhkan. Kondisi masyarakat yang masih awam 1 Bapak H. Sukirno merupakan sahabat Ustadz Abdul Aziez sekaligus penduduk asli Selogiri
16
Embed
KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI A. Latar … · Sumber: Dokumentasi pribadi Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi ... pendukung lainnya adalah satu
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
32
BAB III
GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN MAMBA’UL HIKMAH DI
KECAMATAN SELOGIRI, KABUPATEN WONOGIRI
A. Latar Belakang Berdirinya Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah
Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah didirikan oleh Ustadz Abdul Aziez.
Bermula dari diwakafkannya sebidang tanah seluas 113 m2 oleh Bapak H.
Sukirno1 pada tahun 1994. Ustadz Abdul Aziez yang ketika itu berusia 36 tahun
memutuskan meninggalkan aktivitas dakwahnya di Cirebon dan kemudian
menetap di Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri. Pada saat itu, Ustadz Abdul
Aziez bermukim di masjid sekitar desa Nambangan. Kehadirannya diterima
dengan baik oleh masyarakat sekitar, sehingga Ustadz Abdul Aziez mengajak
teman sesama alumni pondok pesantren di Cirebon untuk bersama-sama
berdakwah dan mengajarkan ajaran agama Islam di desa Nambangan.
Sebelum berdirinya Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah, masyarakat di desa
Nambangan sebelum Tahun 1994 masih kerap terjadi aktivitas yang menyimpang
dari ajaran agama Islam, seperti judi masih bersifat terbuka dan seperti dianggap
umum. Memberikan sesaajen ke pohon-pohon tua juga rutin dilaksanakan ketika
ada warga yang memilki hajatan. Masyarakat sekitar masih kental dengan adat
Jawa. Dengan kondisi yang sedemikian tersebut maka Ustadz Abdul Aziez dan
teman alumni pondok pesantren di Cirebon memutuskan berpindah dan menetap
di Kecamatan Selogiri dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan Selogiri
kemampuannya lebih dibutuhkan. Kondisi masyarakat yang masih awam
1 Bapak H. Sukirno merupakan sahabat Ustadz Abdul Aziez sekaligus
penduduk asli Selogiri
33
mengenai al-Islam dibuktikan oleh jumlah pesantren kala itu yang baru ada dua,
itupun berada dilokasi yang cukup jauh.Satu pesantren berada di perbatasan
Wonogiri-Pacitan dan di perbatasan Wonogiri-Ponorogo.2
Ustadz Abdul Aziez dibesarkan di sebuah keluarga yang akrab dengan
tradisi pesantren. Ayahnya, KH. Muhammad Mahfuf Anwari, alumnus Pondok
Pesantren Lirboyo Kediri. Pada saat masih kecil, Ustadz Abdul Aziez memasuki
pendidikan di pondok-pondok pesantren.Ketika Ustadz Abdul Aziez tamat dari
jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), melanjutkan ke SMP NU Sindanglaut
yang berdiri atas prakarsa para tokoh NU setempat. Pada tahun 70-an, ia dikirim
ke Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin, Cirebon, untuk belajar di bawah
bimbingan KH. Masduqi Ali. Tidak lama disana ia kemudian melanjutkan ke
Pondok Pesantren Lirboyo dalam asuhan KH. Marzuki Dahlan dan KH.Mahrus
Ali sampai tahun 1980. Selepas dari pesantren ini, ia melanjutkan pendidikan di
Pondok Pesantren Sunan Pandan Aran Yogyakarta.
Untuk menaungi aktivitas dakwahnya, Ustadz Abdul Aziez kemudian
mendirikan sebuah pondok pesantren yang diberi nama Mamba’ul Hikmah yang
berarti “Sumber Kebijakan”, pada 20 Rabi’ul Awal 1415 H atau pada tanggal 27
Agustus 1994. Melalui Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah ini, Ustadz Abdul
Aziez berikhtiar dengan sungguh-sungguh merealisasi visi dan misi dakwahnya
yaitu mencetak muslim yang memiliki kecerdasan intelektual dan emosional yang
optimal. Memadukan model pendidikan khas pesantren adalah prinsip yang
diperjuangkan sebagai bentuk implementasi dan kepatuhannya terhadap prinsip
Al-Ifaadah wa al-istifaadah.
2Arsip Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah.
34
Gambar 2.
Gapura pintu masuk Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah
Sumber: Dokumentasi pribadi
Desa Nambangan, Kecamatan Selogiri, Kabupaten Wonogiri, Provinsi
Jawa Tengah lokasi berdirinya Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah. Desa ini
cukup strategis karena dibelah oleh sebuah jalan tingkat provinsi yang
menghubungkan Solo, Jawa Tengah dengan Pacitan/Ponorogo, Jawa Timur.
Namun demikian, dikarenakan sebagian besar penduduknya yang merantau
tersebar di berbagai kota besar di Indonesia. Di desa Nambangan memiliki ikatan
sosial yang kuat dengan ditandai oleh kuatnya gotong royong dan toleransi di
antara mereka.
35
Kuatnya budaya Jawa yang ada di desa Nambangan, masyarakat cepat
memang cepat tanggap mengulurkan tangannya apabila pesantren memiliki suatu
hajat, tetapi pergesekan idealisme antara pemuka adat dengan tokoh Islam pun
acap terjadi. Menghadapi situasi yang seperti ini pengelola pesantren harus
bersikap hati-hati dan mau melakukan pendekatan kepada pemuka masyarakat
setempat. Dengan model pendekatan seperti ini Pondok Pesantren Mamba’ul
Hikmah berhasil mempertahankan keberadaannya.
Awal mula pembangunan Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah ditandai
dengan berdirinya sarana pendidikan seperti TK (Taman Kanak-kanak)