LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA HIPERTENSI Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Disusun oleh : TRI UJI RAHAYU 22010113210006 DESKANITA AMITRI 22010112210155 FAJAR HERBOWO NIANTIARNO 22010112210101 PRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LAPORAN HASIL KUNJUNGAN RUMAH KELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENDERITA
HIPERTENSI
Diajukan guna memenuhi tugas Kepaniteraan Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Pencegahan Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Disusun oleh :
TRI UJI RAHAYU 22010113210006
DESKANITA AMITRI 22010112210155
FAJAR HERBOWO NIANTIARNO 22010112210101
PRAKTEK KEDOKTERAN KLINIK KELUARGAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan dunia dimana lebih dari satu
dari empat orang dewasa di dunia mengalami hipertensi. Pada tahun 2025,
diperkirakan prevalensinya akan meningkat menjadi 60%, dengan 2/3
penderitanya tinggal di negara berkembang.1 Di Indonesia, hipertensi merupakan
penyebab kematian nomor ketiga setelah stroke dan tuberkulosis, yakni mencapai
6,7% dari populasi kematian pada semua umur di Indonesia. Hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) Balitbangkes tahun 2007 menunjukan prevalensi
hipertensi secara nasional mencapai 31,7%.2,3
Keadaan hipertensi yang berlangsung kronis dapat menyebabkan
kerusakan organ yang bersifat serius dan merupakan faktor risiko mortalitas yang
disebabkan gangguan serebrovaskular, kardiovaskular ataupun gagal ginjal
terminal. Pada penelitian klinis, terapi pengendalian hipertensi menunjukkan
pengurangan insiden stroke sebesar 35-40%, infark miokard 20-25% dan gagal
jantung sebesar lebih dari 50%.4
Dari keseluruhan kasus hipertensi, diketahui bahwa 70 % penderita
menderita hipertensi ringan, 20% hipertensi sedang dan 10 % hipertensi berat.5
Ketiga jenis hipertensi ini membutuhkan penanganan yang berbeda. Hipertensi
ringan, sedang dapat ditangani dengan melakukan perubahan gaya hidup dan
pemberian obat-obatan per oral. Sementara pada hipertensi berat yang tergolong
sebagai kasus gawat darurat diperlukan penanganan segera dimana tekanan darah
harus diturunkan dalam waktu hitungan jam atau maksimal 24 jam.4
Untuk itu, diperlukan kemampuan dokter dalam mengenali kondisi klinis
penderita dan memberikan terapi yang tepat, serta memberikan pembinaan pada
penderita hipertensi dan keluarga. Upaya untuk memiliki keterampilan yang baik
pada kondisi tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan melakukan tinjauan
kasus kedokteran keluarga melalui kunjungan rumah seperti yang dilakukan
dalam laporan kasus ini.
2
1.2 Tujuan
Pada laporan kasus ini dibahas seorang laki-laki 53 tahun dengan hipertensi
grade II. Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk mengetahui
penatalaksanaan dan pembinaan penderita hipertensi melalui pendekatan keluarga.
1.3 Manfaat
Diharapkan laporan ini dapat digunakan sebagai media pembelajaran
kedokteran keluarga dan praktek secara langsung kepada penderita hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 HIPERTENSI
3
Hipertensi didefinisikan sebagai suatu tingkat tekanan darah di atas 140/90,
dimana pemeriksaan dan terapi untuk menurunkannya akan berefek lebih baik.
Keadaan ini dapat merusak pembuluh darah dan organ serta meningkatkan
mortalitas. Tingginya tekanan sistolik dan diastolik berhubungan dengan risiko
penyakit serebrovaskuler, kardiovaskuler dan penyakit ginjal.
JNC 7 melaporkan klasifikasi hipertensi sebagai berikut :
Tabel 1. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Sistolik
mmHg
Tekanan Diastolik
mmHg
Normal < 120 < 80
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 90-99
Hipertensi stage 2 ≥160 ≥100
Adanya hubungan antara berbagai tingkat tekanan darah dan risiko PKV
menyebabkan berbagai macam klasifikasi hipertensi. WHO/ISH tetap
mempertahankan klasifikasi tahun 1999 (tabel 2) dengan menekankan bahwa level
dimana disebut hipertensi tidaklah suatu titik yang kaku. Level tersebut dapat
lebih tinggi atau lebih rendah dari level tersebut sesuai dengan risiko PKV dari
masing-masing individu. Sebagai contoh, tekanan normal tinggi dapat dianggap
hipertensi pada penderita dengan risiko tinggi dan sebaliknya dianggap normal
pada penderita dengan risiko rendah.
Tabel 2. Stratifikasi dan klasifikasi Hipertensi
Faktor risiko
dan riwayat
penyakit
Normal
Sistolik 120-129
Diastolik 80-84
Normal tinggi
Sistolik 130-139
Diastolik 85-89
Grade 1
Sistolik 140-159
Diastolik 100-109
Grade 2
Sistolik 160-179
Diastolik 100-109
Grade 3
Sistolik ≥180
Diastolik ≥ 110
4
Tanpa Faktor
risikoRisiko rata-rata Risiko rata-rata Risiko rendah Risiko sedang Risiko tinggi
Faktor risiko
1-2Risiko rendah Risiko rendah Risiko sedang Risiko sedang
Risiko sangat
tinggi
Faktor Risiko
≥3 atau TOD
arau diabetesRisiko sedang Risiko tinggi Risiko tinggi Risiko tinggi
Risiko sangat
tinggi
Penyakit
penyertaRisiko tinggi
Risiko sangat
tinggi
Risiko sangat
tinggi
Risiko sangat
tinggi
Risiko sangat
tinggi
NB : TOD: kerusakan target organ
Hipertensi merupakan suatu penyakit multifaktorial yang timbul karena
interaksi faktor risiko tertentu antara lain; 1. Life style (diet, stress, merokok); 2.
Sistem saraf simpatis (tonus simpatis, variasi diurnal); 3.Keseimbangan modulator
vasokonstriksi dan vasodilatasi; 4.Sistem otokrin yang berperan pada sistem RAA.
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penderita hipertensi
adalah:
a. Pemeriksaan rutin meliputi :
Darah rutin, urinalisis, gula darah, profil lipid, asam urat, ureum
kreatinin serum, kalium serum, dan elektrokardiogram.
Keluhan nyeri kepala dirasakan berkurang setelah minum obat secara teratur
dan mengikuti saran yang diberikan, 3 hari keluhan berkurang. Saat
kunjungan rumah (tanggal 18 Agustus 2014) keadaan kesehatan sudah
membaik. Tidak ada keluhan lagi.
Faktor Pendukung : - Penderita mengikuti saran untuk minum obat
secara rutin dan teratur
- Tekanan darah penderita turun
- Penderita beristirahat cukup
- Penderita memulai pola makan sesuai saran yang
dianjurkan
- Istri penderita bersedia menjadi pendamping
minum obat dan penyedia makanan yang sesuai
dengan diet bagi penderita hipertensi
Faktor Penghambat : -
Pasienbelumdapatmenghentikankebiasaanmerokoknya
Indikator Keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum
obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola
makan sesuai saran yang dianjurkan.
IV. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Biologis
17
Dari hasil wawancara dengan istri penderita diperoleh informasi bahwa
penderita 5 hari yang lalu mengalami sakit kepala terasa seperti berdenyut
dirasakan di kepala bagian belakang dan disertai rasa pegal. Penderita
memiliki riwayat hipertensisejak 5 tahun yang lalu, namun tidak rutin kontrol
dan tidak teratur minum obat. Pola hidup penderita menunjang faktor risiko
untuk terjadinya penyakit hipertensi diantarnya kebiasaan makan sehari-hari
penderita yang banyak mengkonsumsi makanan tinggi garam dan lemak dan
kebiasaan merokok ± 6 batang per hari.
B. Fungsi Psikologis
Penderita merupakan kepala keluarga.Penderita tinggal di rumah bersama istri.
Hubungan penderita dengan keluarga baik.Hubungan dengan tetangga di
sekitar rumah baik.Penderita sering berkomunikasi dengan tetangga di sekitar
rumah.
C. FungsiEkonomi
Penderita bekerja sebagai buruh tani dengan pendapatan Rp. 550.000/bulan
yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
D. FungsiPendidikan
Tingkat pendidikan terakhir penderita dan istri penderita adalah tamat SD,
sehingga dimungkinkan penderita belum begitu mengetahui bahaya dari
hipertensi dan komplikasinya.
E. FungsiReligius
Penderitaberagama Islam.Tidak tersedia ruangan khusus di rumah untuk
beribadah. Penderita dan istri rajin melakukan ibadah di rumah.
F. Fungsi Sosial Budaya
Penderita bersosialisai dengan lingkungan di sekitar rumah. Hubungan dengan
tetangganya terjalin cukup baik.
G. Fungsi Penguasan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi
18
Penderita dalam menghadapi masalah selalu bercerita dengan istrinya.
V. POLA KONSUMSI PENDERITA
Kebiasaan makan sehari 3 kali dengan menu makan sehari-hari tidak tetap. Menu
makanan yang biasa disediakan adalah nasi dengan lauk pauk seperti ikan asin,
telor, sayur-sayuran, sedangkan untuk daging dan ayam penderita jarang
mengkonsumsinya. Penderita sering mengkonsumsi buah-buahan seperti pisang
dan pepaya. Dalam seminggu pasien mengkonsumsi buah-buahan tersebut dengan
frekuensi minimal 2 kali.
VI. HASIL KUNJUNGAN RUMAH
Kunjungan rumah dilakukanpadasenin 18 Agustus 2014 pukul 15.30
Keadaan Rumah
Ukuran : 6 m x 7 m
Penghuni : 2 orang (penderita dan istri)
Halaman rumah : tanah
Pekarangan rumah : latar tanah
Dinding rumah : bambu
Lantai rumah : tanah
Atap : genting
Ruangan : 1 ruang untuk ruang tamu,2 kamar tidur, dapur, dan
keluarga menggunakan kamar mandi sendiri namun
terpisah 2 meter dari belakang rumah.
Ventilasi : jendela 2 buah di bagian depan, ukuran 50cm x 50cm
Pencahayaan : kurang
Kebersihan : kurang
Sumber air : untuk minum, masak, mandi, dan cuci menggunakan air
sumur, jumlah cukup
Tempat sampah : sampah dikumpulkan di bak sampah di depan rumah
lalu dibakar di pekarangan rumah
VII. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
19
A. Faktor Perilaku
Penderita memiliki kebiasaan makan tidak teratur dan cenderung tinggi garam
dan berlemak dengan frekuensi makan 2-3x sehari. Penderita tidak pernah
berolahraga karena kondisi fisik penderita yang sudah tua. Selain itu, penderita
juga tidak rutin kontrol ke dokter dan tidak teratur minum obat.Penderita
memiliki kebiasaan merokok sejak 25 tahun yang lalu.Dalam satu hari
penderita biasa menghabiskan ± 6 batang rokok.
B. Faktor Non Perilaku
Dilihat dari usia Tn. T (53 tahun) yang merupakan kelompok lanjut usia, dapat
menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi. Rumah penderita terletak di
perkampungan, jarak antar rumah 1 meter, dan keadaan sekitar rumah kurang
bersih. Rumah penderita berdinding kayu, ada 2 jendela. Ruangan terdiri dari
1 ruang untuk ruang tamu, 2 kamar tidur, dapur, dan 1 kamar mandi di luar
rumah. Sarana pelayanan kesehatan puskesmas cukup jauh jaraknya. Hal ini
cukup berpengaruh terhadap kemudahan mendapatkan pelayanan kesehatan
jika ada anggota keluarga yang sakit. Penderita menggunakan Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) untuk pembiayaan biaya kesehatan.
VIII. DIAGNOSIS FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Biologis
Penderita pernah memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun yang lalu
Ayah dari penderita juga menderita hipertensi
B. Fungsi Psikologis
Hubungan penderita dengan keluarga baik.
Hubungan penderita dengan tetangga di sekitar rumahnya terjalin baik.
C. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Ekonomi kurang
D. Fungsi Pendidikan
20
Pendidikan terakhir penderita adalah tamat SD, sehingga belum begitu
mengetahui bahaya dari hipertensi dan komplikasinya.
E. Fungsi Sosial
Dapat bersosialisasi dengantetanggasekitar
F. FungsiPenguasanMasalah dan KemampuanBeradaptasi
Tidak ada masalah
G. Faktor Perilaku
Pola makan tidak teratur dan jenis makanan yang dikonsumsi adalah
makanan tinggi garam dan berlemak
Penderita adalah seorang perokok. Dalam satu hari penderita biasa
menghisap ± 6 batang rokok
Penderita tidak pernah berolah raga
Istri penderita sering memasak makanan tinggi garam
Penderita tidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obat
H. Faktor Non Perilaku
Sarana pelayanan kesehatan cukup jauh
IX. DIAGRAM REALITA YANG ADA PADA KELUARGA
Yan.Kes Status Kesehatan
Genetik
Perilaku
Lingkungan
Pelayanan kesehatan :jarak rumah dengan Puskesmas cukup jauh
Kebersihan kurang, ventilasi dan penerangan kurang, tempat sampah tidak tertutup dan dibakar
Kebiasaan makan tidak teratur dan tinggi garamTidak pernah berolah ragaTidak rutin kontrol dan tidak teratur minum obatKebiasaan merokok ± 6 batang per hari
HIPERTENSI
21
X. TABEL PERMASALAHAN PADA PENDERITA DAN KELUARGANYA
No Risiko dan Masalah Kesehatan Rencana Pembinaan
1 Hipertensi Menyarankan untuk mengontrol tekanan
darah secara rutin, minum obat teratur,
olahraga, dan merubah pola makan
XI. PEMBINAAN DAN HASIL KEGIATAN
Tanggal Kegiatan yang Dilakukan Keluarga Hasil Kegiatan
Terdapat riwayat keluarga (ayah penderita) dengan hipertensi
22
yang Terlibat
19-08-2014 Memberi penjelasan kepada
penderita tentang hipertensi,
meliputi penyebab, bahaya
hipertensi, usaha mengatasi
hipertensi, dan pencegahan
komplikasi hipertensi
Memberi penjelasan bahaya
merokok dan hubungannya
dengan hipertensi
Penderita dan
istri
Penderita dan istri
memahami penjelasan
tentang penyakit hipertensi
yang diberikan
Pasien belum mau untuk
berhenti merokok
19-08-2014 Memberi penjelasan dan
lembar panduan tentang diet
bagi penderita hipertensi
Istri penderita Istri penderita menerima
lembar panduan tentang diet
bagi penderita hipertensi
XII. KESIMPULAN PEMBINAAN KELUARGA
1. Tingkat pemahaman : Pemahaman terhadap edukasi yang diberikan
cukup baik
2. Faktor pendukung : penderita dan istri dapat memahami dan
menangkap penjelasan yang diberikan
sikap penderita dan istri kooperatif dan
menangkap penjelasan yang diberikan
3. Faktor penyulit : Pasien belum memiliki motivasi untuk berhenti
merokok
4. Indikator keberhasilan: Adanya kesadaran penderita untuk teratur minum
obat dan rutin kontrol serta mulai mengubah pola
makan sesuai saran yang dianjurkan dan berhenti
merokok
DAFTAR PUSTAKA
23
1. Riaz K. Hypertension. 2012 [cited : Nov 18, 2012]. Available at