PORTOFOLIO KASUS MEDIS Nama Peserta : dr. JESSIE ANDREAN Nama Wahana : RSUD Padang Panjang Topik : Kasus medis Tanggal (Kasus) : 24 Oktober 2012 Nama Pasien : A No RM : 765107 Tanggal Presentasi : 29 Maret 2012 Nama Pendamping : dr. Dessy Rahmawati Tempat Presentasi : Ruang Konfrens RSUD Padang Panjang Objektif Presentasi : - Keilmuan - Diagnostik Bahan Bahasan : Kasus Cara Membahas : Presentasi dan diskusi 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
PORTOFOLIO KASUS MEDIS
Nama Peserta : dr. JESSIE ANDREAN
Nama Wahana : RSUD Padang Panjang
Topik : Kasus medis
Tanggal (Kasus) : 24 Oktober 2012
Nama Pasien : A
No RM : 765107
Tanggal Presentasi : 29 Maret 2012
Nama Pendamping : dr. Dessy Rahmawati
Tempat Presentasi : Ruang Konfrens RSUD Padang Panjang
Objektif Presentasi : - Keilmuan
- Diagnostik
Bahan Bahasan : Kasus
Cara Membahas : Presentasi dan diskusi
1
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu
rektal lebih dari 38ºC ) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakanium. Menurut Cosensus
Statement on Febrile Seizures, kejang demam adalah suatu kejadian pada bayi atau anak,
biasanya terjadi antara umur 6 bulan dan 5 tahun, berhubungan dengan demam tetapi tidak
terbukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab tertentu. Anak yang pernah mengalami
kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam.
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan tidak termasuk dalam kejang
demam. Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang
didahului demam, perlu dipikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsi
yang kebetulan terjadi bersama demam.
2. Epidemiologi
Kejadian kejang demam diperkirakan 2-4% di Amerika Serikat, Amerika selatan, dan
Eropa Barat. Insiden tertinggi telah dilaporkan dibeberapa negara, yaitu 7% di Jepang dan
14% di Mariana Island. Di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20% kasus merupakan
kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada tahun kedua kehidupan (17-
23 bulan). Kejang demam sedikit lebih sering pada anak laki-laki. Kira-kira 2% -5 % anak
mengalami sekurang - kurangnya satu kejang demam sebelum usia 5 tahun. Di negara -
negara berkembang beberapa infeksi pada masa anak lebih sering terjadi lebih awal
dibandingkan negara maju. Berdasarkan data dari RSUP M.Djamil Padang pada tahun 1995-
1996 insiden kejang demam 68,48 % dari kasus rawat neurologis lainnya.
3. Klasifikasi
a. Kejang demam sederhana ( Simple febrile seizure)
2
Kejang demam yang berlangsung singkat, <15 menit dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Dan kejang tidak
berulang dalam waktu 24 jam. Kejang demam sederhana merupakan 80% diantara seluruh
kejang.
b. Kejang demam kompleks (complex febrile seizure )
Memenuhi salah satu ciri berikut ini :
1) Kejang lama >15 menit
2) Kejang fokal atau parsial atau satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
3) Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
4. Etiologi dan Faktor Resiko
Penyebab kejang demam yang pasti tidak diketahui dengan jelas. Faktor risiko yang
utama untuk kejang demam adalah umur, demam dan genetik. Pada penelitian dari Wallace
(1972, 1976), Nelson dan Elenberg telah mendapatkan bahwa gangguan tumbuh kembang
sebelumnya ada hubungan dengan kejang demam kompleks.
a. Faktor Demam
Demam yang memicu terjadinya kejang demam sering di sebabkan oleh ISPA, otitis
media, pneumonia, influenza, gastroenteritis dan infeksi traktus urinarius. Infeksi seperti itu
sering terjadi pada anak. Biasanya kejang demam terjadi pada awal infeksi akut, kebanyakan
pada 24 jam pertama demam. Tingkat suhu pada kejang demam bervariasi, dalam suatu
penelitian 75% anak kejang demam mempunyai suhu 39⁰C, dan 25% mempunyai suhu
>40⁰C atau lebih. Anak yang kejang pada demam yang suhunya rendah mempunyai risiko
tinggi untuk mendapatkan kejang berulang.
b. Faktor Umur
Usia mempengaruhi kejadian kejang demam. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak
berumur 6 bulan – 5 tahun. Delapan puluh persen anak mengalami kejang demam pertama
pada usia 4 tahun dan 90% pada usia 5 tahun. Kejang pada usia kurang dari 6 bulan atau lebih
dari 5 tahun yang didahului demam bisa diakibatkan oleh suatu proses intrakanium, misalnya
infeksi SSP atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
c. Faktor Genetik
3
Penyebab kejang demam multifaktorial, tetapi kejadian kejang demam lebih sering di
kalangan anggota keluarga yang terdapat riwayat kejang demam. Annergers mendapatkan
bahawa tingkat risiko kejadian kejang demam di kalangan adik - beradik adalah 2-3 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan populasi lokal. Aicardi dan Chevrie mendapatkan bahwa
terdapat insiden tinggi, 31% di kalangan anak yang bersaudara kandung.
Beberapa lokus yang berbeda pada kromosom 8q (FEBI); 2q23-24 (FEB2); dan 5q14-
15(FEB4) telah dikenal pasti di banyak keluarga yang mempunyai sifat dominan dalam
pewarisan. Kejang demam juga lebih sering terjadi pada laki-laki menunjukkan adanya faktor
genetik.
5. Patogenesis
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel atau organ otak diperlukan suatu
energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting
adalah glukosa. Sifat proses itu adalah oksidasi dimana oksigen disediakan melalui fungsi
paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler. Melalui proses oksidasi
glukosa dipecah menjadi CO2 dan air.
Sel neuron dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam adalah
lipoid dan permukaan luar adalah ionik. Dalam keadaan normal, membran sel dapat dilalui
dengan mudah oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion (Na+) dan elektrolit
lainnya, kecuali ion (Cl-). Akibatnya konsentrasi ion K+ dalam sel neuron tinggi dan
konsentrasi ion Na+ rendah, sedangkan di luar sel neuron terjadi sebaliknya. Karena
perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut sebagai potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase
yang terdapat di permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat dirubah oleh
adanya perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraselular, rangsangan yang datangnya
mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari sekitarnya, dan perubahan
patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau keturunan.
Neurotransmitter juga memegang peran penting terhadap terjadinya kejang, salah
satunya zat yang dikenal sebagai gama-aminobutyric acid (GABA). GABA adalah jenis
4
neurotransmitter inhibisi utama di susunan saraf pusat. Ketidakseimbangan antara eksitasi
dan inhibisi di otak serta penurunan fungsi GABA dapat menimbulkan terjadinya kejang.
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1⁰ celsius akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak usia 3
tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan pada orang dewasa
yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
K+ maupun ion Na+ melalui membran tersebut, dengan akibat akan terjadi lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke sel-sel tetangganya melalui bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap
anak memiliki ambang kejang yang berbeda. Tergantung dari ambang kejang yang
dimilikinya, seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tertentu. Pada anak yang
memiliki ambang kejang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 38⁰ C dan pada anak yang
memiliki batas ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40⁰ C atau lebih.
Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering tejadi
pada ambang kejang yang rendah sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan
pada suhu berapa penderita kejang.
Skema 1. Patogenesis Kejang Demam
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
menimbulkan gejala sisa.Tetapi pada kejang yang berlangsung lama ( > 15 menit ) biasanya
disertai terjadinya apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot
skeletal yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh
5
metabolisme anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu
tubuh semakin meningkat disebabkan meningkatnya aktifitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian di atas adalah faktor
penyebab hingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permiabilitas kapiler dan timbul edema otakyang mengakibatkan neuron otak.
6. Manifestasi klinis
Umumnya kejang demam sederhana berlangsung singkat, berupa serangan kejang
klonik atau tonik-klonik bilateral. Seringkali kejang berhenti sendiri. Setelah kejang berhenti
anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit
anak terbangun dan sadar kembali tanpa defisit neurologi. Kejang dapat diikuti oleh
hemiparesis sementara (hemiparesis Todd) yang berlangsung beberapa jam sampai beberapa
hari. Kejang unilateral yang lama dapat diikuti oleh hemiparesis yang menetap. Bangkitan
kejang yang berlangsung lama lebih sering terjadi pada kejang demam yang pertama.
Livingston membagi kejang demam menjadi 2 golongan, yaitu kejang demam
sederhana (simple febrile convulsion) dan epilepsi yang diprovokasi oleh demam (epilepsi
triggered off by fever). Prichard dan Mc Greal membagi kejang demam sederhana dan kejang
demam atipik.
7. Diagnosis
a. Anamnesis
Anamnesis yang dilakukan umumnya aloanamnesis, terutama kepada Ibu atau orang
yang menyaksikan waktu anak kejang.
1) Pastikan adanya bangkitan kejang
Pada waktu temperatur anak meningkat terlihat adanya gerakan-gerakan yang
dilakukan anak sebagai bangkitan kejang, bila perlu minta Ibu untuk menirukannya
dan nilai apakah kejang itu fokal atau umum.
6
2) Pastikan pada waktu itu anak demam
Dengan menanyakan dan menyelidiki apakah ada faktor infeksi yang memegang
peranan dalam terjadinya bangkitan kejang yang menyertai demam.
3) Lamanya serangan
Ibu yang melihat anaknya kejang merasakan waktu berjalan lama, sehingga jawaban
Ibu yang tidak tepat dapat mempengaruhi diagnosis.
4) Pola serangan
Pola serangan perlu diketahui untuk mengklasifikasikan apakah termasuk kejang
demam simplek atau komplek dengan berusaha mendapatkan gambaran.
5) Frekuensi serangan
Yang berhubungan dengan frekuensi serangan adalah :
a) Riwayat kejang sebelumnya
b) Umur anak pertama kali mengalami kejang
Makin kecil usia anak waktu terjadinya kejang yang pertama, prognosis akan
makin jelek.
c) Frekuensi kejang pertahun.
6) Keadaan sebelum, selama dan sesudah serangan :
a) Tanyakan adakah aura tertentu yang menimbulkan kejang, misalnya lapar,
muntah, melihat cahaya dan lain-lain.
b) Tanyakan asal dan penjalaran kejang pada anggota badan.
c) Sesudah kejang berhenti tanyakan tentang kesadaran anak dan kelainan yang
mungkin timbul akibat terjadinya kejang.
7) Riwayat Keluarga
7
Riwayat keluarga perlu diketahui untuk mencari faktor herediter, dengan menanyakan
anggota keluarga yang menderita kejang demam, kejang tanpa demam, dan penyakit
syaraf lainnya.
8) Riwayat Ibu dan anak sebelumnya
a) Riwayat kehamilan, berupa penyakit yang diderita ibu selama hamil
b) Riwayat persalinan, yaitu tentang proses persalinan ibu, apakah anak lahir normal
atau dengan tindakan (forcep, vakum, operasi)
c) Penyakit dahulu, adanya trauma, radang selaput otak, reaksi terhadap imunisasi,
penyakit yang berat, dll.
d) Perkembangan mental dan motorik anak.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaaan kejang sendiri lebih diarahkan untuk membedakan apakah kejang
disebabkan oleh proses ekstra atau intrakranial. Jika kita mendapatkan pasien dalam keadaan
kejang, perlu diamati teliti apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum, atau fokal. Amati
pula kesadaran pasien pada saat dan setelah kejang. Perlu diperiksa keadaan pupil; adanya