Top Banner

of 24

karies

Oct 30, 2015

Download

Documents

Dedi Irwansyah
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Karies Gigi

    Karies gigi merupakan masalah gigi dan mulut yang banyak dijumpai pada

    anak-anak di Negara berkembang termasuk Indonesia, dan cenderung meningkat

    pada setiap dasawarsa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 90% anak

    mengalami karies. Angka ini diduga lebih parah di daerah daripada di kota dan

    pada anak-anak golongan ekonomi menengah ke bawah. Kondisi ini tentu saja

    berpengaruh pada derajat kesehatan anak, proses tumbuh kembang bahkan masa

    depan mereka (Depkes RI., 2000). Data SKRT (2004) menyatakan bahwa,

    prevalensi karies mencapai 90,06%. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007

    melaporkan bahwa prevalensi karies gigi aktif pada usia 12 tahun sebesar 29,8%

    dengan indeks DMF-T 0,91 dan mencapai 4,46 pada usia 35-44 tahun (Depkes

    RI., 2008).

    2.1.1. Definisi Karies

    Karies adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan

    cementum yang disebabkan oleh aktivitas jazad renik terhadap suatu jenis

    karbohidrat yang dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi

    jaringan keras gigi yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya (Kidd

    & Bechal, 1992). Karies merupakan proses demineralisasi yang disebabkan oleh

    suatu interaksi antara (produk-produk) seperti: mikroorganisme, ludah, bagian-

    bagian yang berasal dari makanan dan email (Houwink & Winchel, 2000).

  • 8

    2.1.2. Proses Terjadinya Karies Gigi

    Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque di permukaan gigi,

    sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu

    yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi

    kritis (5,5) dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies

    gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui

    lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang).

    Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun

    kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan

    mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makrokopis dapat

    dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai terlihat hanya lapisan keempat (lapisan

    transparan, terdiri dari tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk

    rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan

    opak/tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin

    merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblast). Baru setelah terjadi

    kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam,

    tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,

    dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima.

    Akumulasi plak pada permukaan gigi utuh dalam dua sampai tiga minggu

    menyebabkan terjadinya bercak putih. Waktu terjadinya bercak putih menjadi

    kavitasi tergantung pada umur, pada anak-anak 1,5 tahun dengan kisaran 6 bulan

    ke atas dan ke bawah, pada umur 15 tahun, 2 tahun dan pada umur 21-24 tahun,

    hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan individual. Sekarang ini karena

    banyak pemakaian flourida, kavitasi akan berjalan lebih lambat daripada dahulu.

  • 9

    Pada anak-anak, kerusakan berjalan lebih cepat dibanding orang tua, hal ini

    disebabkan:

    1) Email gigi yang baru erupsi lebih mudah diserang selama belum selesai

    maturasi setelah erupsi (meneruskan mineralisasi dan pengambilan flourida)

    yang berlangsung terutama 1 tahun setelah erupsi.

    2) Remineralisasi yang tidak memadai pada anak-anak, bukan karena perbedaan

    fisiologis, tetapi sebagai akibat pola makannya (sering makan makanan kecil)

    3) Lebar tubuli pada anak-anak mungkin menyokong terjadinya sklerotisasi

    yang tidak memadai

    4) Diet yang buruk dibandingkan dengan orang dewasa, pada anak-anak

    terdapat jumlah ludah dari kapasitas buffer yang lebih kecil, diperkuat

    oleh aktivitas proteolitik yang lebih besar di dalam mulut.

    2.1.3. Pencegahan Karies Gigi

    Menjaga kebersihan mulut adalah merupakan cara terbaik untuk

    mencegah terjadinya penyakit-penyakit dalam mulut, seperti: karies gigi dan

    radang gusi. Kedua penyakit tersebut merupakan penyakit yang paling sering

    ditemukan dalam mulut, penyebab utama penyakit tersebut adalah plaque.

    Beberapa cara pencegahan karies gigi antara lain:

    1. Plaque control

    Plaque control merupakan cara menghilangkan plaque dan mencegah

    akumulasinya. Tindakan tersebut merupakan tingkatan utama dalam mencegah

    terjadinya karies dan radang gusi. Menurut Wirayuni (2003), ada beberapa hal

    yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan plaque control, antara lain:

  • 10

    a. Scalling

    Scalling yaitu tindakan membersihkan karang gigi pada semua permukaan

    gigi dan pemolesan terhadap semua permukaan gigi.

    b. Penggunaan dental floss (benang gigi)

    Dental floss ada yang berlilin ada pula yang tidak yang terbuat dari nilon.

    Floss ini digunakan untuk menghilangkan plaque dan memoles daerah

    interproximal (celah di antara dua gigi), serta membersihkan sisa makanan yang

    tertinggal di bawah titik kontak.

    c. Diet

    Diet merupakan makanan yang dikonsumsi setiap hari dalam jumlah dan

    jangka waktu tertentu. Hendaknya dihindari makanan yang mengandung

    karbohidrat seperti: dodol, gula, permen, demikian pula makanan yang lengket

    hendaknya dihindari. Adapun yang disarankan dalam plaque control adalah

    makanan yang banyak mengandung serat dan air. Jenis makanan ini memiliki efek

    self cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung di dalamnya memberikan

    daya tahan pada jaringan penyangga gigi.

    d. Kontrol secara periodik

    Kontrol dilakukan setiap 6 bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan

    penyakit gigi dan mulut secara dini.

    e. Fluoridasi

    Fluor adalah suatu bahan mineral yang digunakan oleh manusia sebagai

    bahan yang dapat membuat lapisan email tahan terhadap asam. Menurut YKGI

    (1999), penggunaan fluor ada dua macam yaitu secara sistemik dan lokal. Secara

    sistemik dapat dilakukan melalui air minum mengandung kadar fluor yang cukup,

  • 11

    sehingga fluor dapat diserap oleh tubuh. Secara lokal dapat dilakukan dengan

    diteteskan/dioleskan pada gigi, kumur-kumur dengan larutan fluor dan diletakkan

    pada gigi dengan menggunakan sendok cetak.

    f. Menyikat gigi

    Menyikat gigi dalah cara yang dikenal umum oleh masyarakat untuk

    menjaga kebersihan gigi dan mulut dengan maksud agar terhindar dari penyakit

    gigi dan mulut. Menurut Manson dan Elley (1993), menyikat gigi sebaiknya

    dilakukan dengan cara sistematis supaya tidak ada gigi yang terlampaui, yaitu

    mulai dari posterior ke anterior dan berakhir pada bagian posterior sisi lainnya.

    Beberapa alat dan bahan yang digunakan dalam menyikat gigi yang baik, antara

    lain:

    1). Sikat gigi

    Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang mempunyai ciri-ciri, seperti:

    bulu-bulu sikat lunak dan tumpul, sehingga tidak melukai jaringan lunak dalam

    mulut. Ukuran sikat gigi diperkirakan dapat menjangkau seluruh permukaan gigi

    atau disesuaikan dengan ukuran mulut. Dalam memilih sikat gigi, yang harus

    diperhatikan adalah kondisi bulu sikat. Pilihlah bulu sikat yang terbuat dari nilon

    karena sifatnya yang elastis (Budiman, 2009).

    2). Pasta gigi

    Pasta gigi yang baik adalah pasta gigi yang mengandung fluor, karena

    fluor akan bereaksi dengan email gigi dan membuat email lebih tahan terhadap

    serangan asam. Pasta gigi yang mengandung fluor apabila digunakan secara

  • 12

    teratur akan dapat mencegah kerusakan gigi. Pasta gigi mengandung bahan

    abrasif ringan seperti kalsium karbonat dan dikalsium fosfat, tetapi baru sedikit

    bukti-bukti yang menunjukkan bahwa penggunaan pasta gigi dapat meningkatkan

    efisiensi pembersihan plaque. Pasta gigi yang mengandung fluorida ternyata

    sudah terbukti dapat meningkatkan absorpsi ion fluor pada permukaan gigi yang

    akan menghambat kolonisasi bakteri dari permukaan gigi. Beberapa pasta gigi

    tentu juga mengandung bahan-bahan kimia seperti formaldehid atau strongsium

    clorida, yang dapat membantu mengurangi sensitivitas dari akar gigi yang terbuka

    akibat resesi gingiva (Manson dan Eley, 1993).

    3). Alat bantu menyikat gigi

    Menurut Manson dan Elley (1993), beberapa alat bantu yang digunakan

    untuk membersihkan gigi adalah: benang gigi, tusuk gigi, dan sikat sela-sela gigi.

    Penggunaan benang gigi akan membantu menghilangkan plaque dan sisa-sisa

    makanan yang berada di sela-sela gigi dan di bawah gusi. Daerah-daerah tersebut

    sulit dibersihkan dengan sikat gigi.

    4). Waktu menyikat gigi

    Waktu menyikat gigi yang tepat adalah pagi setelah sarapan dan malam

    sebelum tidur. Waktu tidur produksi air liur berkurang sehingga menimbulkan

    suasana asam di mulut. Sisa-sisa makanan pada gigi jika tidak dibersihkan, maka

    mulut semakin asam dan kumanpun akan tumbuh subur membuat lubang pada

    gigi. Sifat asam ini bisa dicegah dengan menyikat gigi (Budiman, 2009).

  • 13

    5). Teknik menyikat gigi

    Menurut Depkes RI (1996), teknik menyikat gigi adalah:

    a. Sikatlah semua permukaan gigi atas dan bawah dengan gerakan maju mundur

    dan pendek-pendek atau atas bawah, sedikitnya delapan kali gerakan setiap

    permukaan gigi.

    b. Permukaan gigi yang menghadap ke bibir disikat dengan gerakan naik turun.

    c. Permukaan gigi yang menghadap ke pipi disikat dengan gerakan naik turun

    agak memutar.

    d. Permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah disikat dengan gerakan

    maju mundur.

    e. Permukaan gigi yang menghadap ke langit-langit atau lidah disikat dengan

    gerakan dari arah gusi ke permukaan gigi.

    f. Setelah permukaan gigi selesai disikat, berkumur satu kali saja agar sisa fluor

    masih ada pada gigi.

    g. Sikat gigi dibersihkan di bawah air mengalir air dan disimpan dengan posisi

    kepala sikat gigi berada di atas.

    2.2. Pelayanan Asuhan Kesehatan Gigi dan Mulut

    2.2.1. Definisi

    Menurut Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan,

    menjelaskan bahwa pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut adalah upaya

    kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),

    pencegahan penyakit (preventif), pengobatan penyakit (kuratif) dan pemulihan

  • 14

    kesehatan (rehabilitatif). Program ini dilaksanakan secara terencana, menyeluruh,

    terpadu dan berkesinambungan, ditujukan pada kelompok tertentu yang dapat

    diikuti dalam suatu kurun waktu tertentu, untuk mencapai tujuan kesehatan gigi

    dan mulut yang optimal (UU RI., 2009).

    2.2.2. Tujuan

    Tujuan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut terdiri dari tujuan

    umum dan tujuan khusus. Tujuan umum pelayanan asuhan kesehatan gigi dan

    mulut adalah untuk meningkatkan mutu, cakupan, efisiensi pelayanan kesehatan

    gigi dan mulut dalam rangka tercapainya kemampuan pelihara diri di bidang

    kesehatan gigi dan mulut, serta status kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

    Sedangkan tujuan khususnya adalah meningkatnya pengetahuan, sikap

    dan kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat di bidang kesehatan

    gigi dan mulut yang mencakup beberapa kemampuan diantaranya mampu untuk

    memelihara kesehatan gigi dan mulut, mampu melaksanakan upaya untuk

    mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut, mampu mengetahui kelainan-

    kelainan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut serta mampu mengambil

    tindakan yang tepat untuk mengatasinya.

    2.2.3. Sasaran

    Sasaran pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut diutamakan kepada

    siswa sekolah dasar yang rentan terhadap penyakit gigi dan mulut (Depkes RI,

    1999).

    2.2.4. Upaya-upaya dalam program pelayanan asuhan

    2.2.4.1. Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut (promotif)

  • 15

    Penyuluhan merupakan upaya yang dilakukan untuk merubah perilaku

    seseorang, sekelompok orang atau masyarakat sedemikian rupa, sehingga

    mempunyai kemampuan dan kebiasaan berperilaku hidup sehat di bidang

    kesehatan gigi (Depkes RI, 1999). Dalam konsepsi kesehatan secara umum,

    penyuluhan kesehatan diartikan sebagai kegiatan pendidikan kesehatan yang

    dilakukan dengan cara menyebarluaskan pesan dan menanamkan keyakinan,

    dengan demikian masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga

    mau dan dapat melakukan anjuran yang berhubungan dengan kesehatan (Azwar,

    2003).

    Secara umum penyuluhan merupakan terjemahan dari counseling yang

    berarti bimbingan, yaitu proses pemberian bantuan kepada individu yang

    dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami

    diriya sendiri. Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik

    antara dua individu (penyuluh dan klien) untuk mencapai pengertian tentang diri

    sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang

    akan datang (Maulana, 2009).

    2.2.4.2. Upaya pencegahan penyakit gigi (preventif)

    Kesehatan gigi meliputi aspek yang luas. Upaya kesehatan gigi pada

    dasarnya diarahkan pada upaya pencegahan penyakit gigi, meliputi kegiatan

    promotif dan preventif. Adapun kegiatan yang dilakukan untuk menjaga

    kesehatan gigi dan mulut siswa sekolah dasar adalah sebagai berikut:

    1. Sikat gigi massal /bersama

  • 16

    Menyikat gigi yang dilakukan secara bersama-sama di bawah bimbingan guru,

    petugas kesehatan dan kader bertujuan untuk meningkatkan kebersihan gigi

    dan mulut siswa.

    2. Pencegahan karies dengan pemberian fluor pada gigi. Fluor adalah zat

    mineral yang efektif mencegah terjadinya karies gigi dalam konsentrasi

    rendah dipertahankan dalam mulut. Ada beberapa macam cara upaya

    fluoridasi yaitu:

    a. Kumur-kumur dengan larutan fluor (mouth rinsing) dalam dosis tertentu yang

    dimasukkan ke dalam air minum. Dilakukan pagi hari di sekolah dan diulangi

    2 minggu sekali selama 2 tahun (minimal 20 kali setahun).

    b. Topikal aplikasi yaitu pemberian fluor pada gigi dengan cara pengulasan pada

    seluruh permukaan gigi, jadi perawatan topikal aplikasi bersifat lokal pada

    permukaan gigi.

    c. Pengisian pit dan fissure

    Merupakan tindakan yang dilakukan untuk menutupi pit dan fissure yang

    dalam dengan bahan pengisi/pelapis, untuk mencegah terjadinya karies gigi.

    2.2.4.3. Tindakan penyembuhan penyakit (kuratif)

    Upaya kuratif yang dilakukan di sekolah dasar yang mendapat pelayanan

    asuhan kesehatan gigi dan mulut antara lain:

    a. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit. Tujuannya adalah untuk

    menghilangkan rasa sakit gigi dengan segera sebelum mendapat perawatan

    yang semestinya.

  • 17

    b. Perawatan gigi dan mulut siswa pasca tindakan, yaitu untuk mempercepat

    penyembuhan pasien dan menghindarkan infeksi pasca tindakan.

    c. Pencabutan gigi susu yang dilakukan dengan topikal anastesi

    d. Penumpatan (restorasi) gigi yang karies untuk mengembalikan bentuk dan

    fungsi semula dengan tambalan glassionomer dan amalgam.

    2.3. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS)

    Dalam upaya pembinaan kesehatan dan pengembangan IPTEK bidang

    kesehatan, aspek kesehatan gigi dan mulut tidak dapat diabaikan. UKGS adalah

    suatu komponen Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang merupakan suatu paket

    pelayanan asuhan sistematik dan ditujukan bagi semua murid sekolah dasar dalam

    bentuk paket promotif, promotif-preventif dan paket optimal. Upaya promotif dan

    promotif-preventif paling efektif dilakukan pada anak sekolah dasar karena upaya

    peningkatan kesehatan harus sedini mungkin dan dilakukan secara terus menerus

    agar menjadi kebiasaan. Di samping itu kelompok ini juga lebih mudah dibentuk

    mengingat anak sekolah dasar selalu di bawah bimbingan dan pengawasan para

    guru sehingga pada kelompok ini sangat potensial untuk ditanamkan kebiasaan

    berperilaku hidup sehat (Depkes RI, 2000).

    Depkes RI (2004), menyatakan bahwa untuk pemerataan jangkauan

    UKGS dan adanya target kesehatan gigi dan mulut tahun 2010 yang harus

    dicapai, maka diterapkan strategi pentahapan UKGS yang disesuaikan dengan

    paket-paket UKS sebagai berikut:

  • 18

    2.3.1. UKGS Tahap I/Paket Minimal UKS

    Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum

    terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim Pelaksana UKS di

    SD/MI melaksanakan kegiatan yaitu:

    a. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

    penjaskes/guru Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

    b. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi

    masal minimal untuk kelas I,II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai

    pasta gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali sebulan.

    2.3.2. UKGS Tahap II/Paket Standar UKS

    Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah terjangkau

    oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas. Adapun kegiatannya

    meliputi:

    a. Pelatihan kepada guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan

    gigi dan mulut secara terintegrasi.

    b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru

    Orkes/Pembina UKS sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

    c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk murid SD/MI dengan

    melaksanakan kegiatan sikat gigi masal pada kelas I, II dan III dengan pasta

    gigi yang mengandung fluor minimal 1 kali sebulan.

    d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I diikuti dengan

    pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal.

  • 19

    e. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru

    f. Pelayanan medik dasar atas permintaan

    g. Rujukan bagi yang memerlukan

    2.3.3. UKGS Tahap III/Paket Optimal UKS

    Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid yang sudah terjangkau

    tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang sudah memadai. Pada tahap ini

    digunakan system incremental dan pemeriksaan ulang status kesehatan gigi

    setiap dua tahun sekali untuk gigi tetap kelas III dan V. Kegiatannya meliputi:

    a. Pelatihan guru dan petugas kesehatan tentang pengetahuan kesehatan gigi

    dan mulut secara terintegrasi

    b. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh guru

    Penjaskes/guru Pembina UKS sesuai kurikulum yang berlaku.

    c. Pencegahan penyakit gigi dan mulut untuk SD/MI dengan melaksanakan

    sikat gigi masal kelas I-IV dengan memakai pasta gigi mengandung fluor

    minimal 1 kali sebulan

    d. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk murid kelas I diikuti dengan

    pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal

    e. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I-IV (care an

    demand)

    f. Pelayanan medik gigi dasar pada kelas terpilih sesuai kebutuhan untuk kelas

    I,III, V dan VI (treatment need)

    g. Rujukan bagi yang memerlukan

  • 20

    2.4. Status Kesehatan Gigi dan Mulut

    Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit masyarakat yang dapat

    menyerang semua golongan umur. Apabila tidak dirawat/diobati dapat menjadi

    semakin parah karena adanya sifat progresif. Status kesehatan gigi meliputi

    pemeriksaan karies dan kebersihan gigi dan mulut oleh karena kedua keadaan ini

    diderita oleh masyarakat Indonesia (Depkes RI, 2004).

    Menurut Depkes RI (2008), status kesehatan gigi dan mulut dapat diukur

    dengan derajat keparahan penyakit gigi dan mulut masyarakat, untuk itu

    diperlukan indikator-indikator dan standar penilaian yang sesuai dengan WHO,

    seperti indikator kesehatan gigi dan status periodontal. Indikator status kesehatan

    gigi untuk menilai karies digunakan indeks DMF-T. Indikator untuk menilai

    kebersihan gigi dan mulut yang sering digunakan adalah OHI-S.

    2.4.1 Indeks DMF-T

    Menurut Priyono (2000) DMF-T merupakan keadaan gigi geligi

    seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang, perbaikan, yang disebabkan

    oleh karies gigi, indikator ini digunakan untuk gigi geligi tetap. Gigi sulung

    digunakan indeks decayed ectraction filled teeth (def-t).

    Tujuan pemeriksaan DMF-T adalah untuk melihat status karies gigi,

    perencanaan upaya promotif dan preventif, merencanakan kebutuhan perawatan,

    membandingkan status pengalaman karies gigi masyarakat dari satu daerah

    dengan daerah lain atau membandingkan antara sebelum dan sesudah pelaksanaan

    program, serta untuk memantau perkembangan status pengalaman karies individu.

    Indeks DMF-T terdiri atas:

  • 21

    a. Decay (karies gigi)

    Indeks karies untuk gigi dewasa sampai saat ini masih menggunakan

    DMF-T Indeks. Decay (D) adalah jumlah gigi karies dalam mulut subyek atau

    sampel, dan karies tersebut masih bisa ditambal (Priyono, 2000).

    b. Missing

    Missing atau kehilangan gigi yang dimaksud dalam pemeriksaan DMF-T

    adalah kehilangan gigi oleh karena karies. Komponen missing (M) adalah gigi

    hilang oleh karena karies, dan hilangnya gigi oleh sebab lain atau bukan karena

    karies.

    c. Filling (tumpatan)

    Filling (F), dalam hal ini yang dimaksud adalah tumpatan, termasuk di

    dalamnya tumpatan tanpa karies, seperti fissure sealant. Yang termasuk dalam

    kriteria filling (F) adalah gigi yang sudah ditumpat, dan tumpatan masih dalam

    keadaan baik.

    2.4.2. Indeks OHI-S

    Salah satu cara untuk mengukur kebersihan mulut seseorang adalah

    dengan menggunakan indeks OHI-S. Kebersihan mulut adalah suatu keadaan yang

    menunjukkan bahwa di dalam mulut seseorang bebas dari kotoran, seperti plaque

    dan calculus. Plaque akan selalu terbentuk pada gigi geligi dan meluas ke seluruh

    permukaan gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulutnya.

    Timbulnya plaque tersebut karena keadaan mulut yang selalu basah, gelap dan

    lembab yang sangat mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan

  • 22

    bakteri. OHI-S diperoleh dari penjumlahan Debris Index (DI) dan Calculus Index

    (CI), sehingga perolehan nilai tersebut dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:

    OHI-S = Debris Index (DI) + Calculus Index (CI)

    Debris Index (DI) merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan

    terhadap endapan lunak yang berupa sisa-sisa makanan yang melekat pada

    permukaan gigi, sedangkan Calculus Index (CI) merupakan nilai (skor) dari

    endapan keras (karang gigi/calculus) yang terjadi karena pengerasan dari debris

    akibat pengapuran.

    Menurut Depkes RI (1999), dalam menentukan kriteria penilaian debris

    maupun penilaian calculus digunakan ketentuan sebagai berikut:

    a. Kriteria penilaian debris

    1) Pada permukaan gigi yang terlihat, tidak terdapat debris lunak dan tidak

    terdapat pewarnaan ekstrinsik diberi nilai 0 (nol).

    2) Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat debris lunak yang menutupi 1/3

    permukaan gigi dari tepi gusi atau pada permukaan gigi yang terlihat, tidak

    ada debris lunak, tetapi terdapat pewarnaan ekstrinsik yang menutupi

    sebagian atau seluruh permukaan gigi, diberi nilai 1 (satu).

    3) Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat debris lunak yang menutupi

    permukaan gigi lebih dari 1/3, tetapi kurang dari 2/3 dari tepi gusi diberi nilai

    2 (dua).

    4) Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat debris yang menutupi permukaan

    gigi lebih dari 2/3 atau menutupi seluruh permukaan gigi diberi nilai 3 (tiga).

  • 23

    Penentuan Debris Index yaitu dengan rumus sebagai berikut:

    Jumlah Penilaian Debris

    Debris Index = -----------------------------

    Jumlah Gigi yang diperiksa

    Dari penghitungan tersebut akan menghasilkan Debris Score, sebagai berikut:

    Baik (good) apabila nilai berada di antara 0,0 0,6

    Sedang (fair) apabila nilai berada di antara 0,7 1,8

    Buruk (poor) apabila nilai berada di antara 1,9 3,0

    b. Kriteria penilaian calculus

    1) Tidak terdapat karang gigi diberi nilai 0 (nol).

    2) Pada permukaan gigi terdapat karang gigi supra gingival yang menutupi tidak

    lebih dari 1/3 permukaan dari tepi gusi, diberi nilai 1(satu).

    3) Pada permukaan gigi yang terlihat, terdapat karang gigi supra gingival kurang

    dari 2/3 dari tepi gusi, atau sekitar bagian servikal terdapat sedikit karang gigi

    sub gingival, diberi nilai 2 (dua).

    4) Pada permukaan gigi yang diperiksa terdapat karang gigi supra gingival yang

    menutupi permukaan gigi lebih dari 2/3 permukaan dari tepi gusi, atau sekitar

    bagian servikal terdapat karang gigi subgingival yang menutupi dan

    melingkari seluruh bagian servikal, diberi nilai 3 (tiga).

    Penentuan Calculus Index adalah dengan rumus sebagai berikut:

  • 24

    Jumlah Penilaian Calculus

    Calculus Index = -----------------------------

    Jumlah Gigi yang diperiksa

    Selanjutnya dalam pemeriksaan untuk memperoleh OHI-S score, digunakan enam

    gigi indeks yaitu:

    a. Gigi molar pertama permanen kanan rahang atas diperiksa bagian bukal, jika

    tidak ada maka dapat diganti dengan molar kedua permanen atau molar ketiga

    permanen. Gigi molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada, maka tidak diberi

    penilaian, dan dalam kolom diisi tanda (-).

    b. Gigi insisif pertama permanen kanan rahang atas diperiksa bagian labial, jika

    tidak ada maka dapat diganti dengan insisif pertama permanen kiri. Gigi

    insisif pertama permanen kiri dan kanan tidak ada maka tidak diberi penilaian,

    dan dalam kolom diisi tanda (-).

    c. Gigi molar pertama permanen kiri rahang atas diperiksa bagian bukal, jika

    tidak ada maka dapat diganti dengan molar kedua permanen atau molar ketiga

    permanen. Gigi molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada, maka tidak diberi

    penilaian, dan dalam kolom diisi tanda (-).

    d. Gigi molar pertama permanen kiri rahang bawah diperiksa bagian lingual, jika

    tidak ada maka dapat diganti dengan molar kedua permanen, atau molar ketiga

    permanen. Gigi molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada, maka tidak diberi

    penilaian, dan dalam kolom diisi tanda (-).

    e. Gigi insisif permanen pertama kiri rahang bawah diperiksa bagian labial, jika

    tidak ada dapat diganti dengan insisif pertama permanen kanan. Gigi insisif

  • 25

    kiri dan kanan pertama permanen tidak ada maka tidak diberi penilaian, dan

    dalam kolom diisi tanda (-).

    f. Gigi molar pertama permanen kanan rahang bawah diperiksa bagian lingual,

    jika tidak ada maka dapat diganti dengan molar kedua permanen atau molar

    ketiga permanen. Gigi molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada, maka tidak

    diberi penilaian, dan dalam kolom diisi tanda (-).

    Dari keenam gigi indeks yang telah ditetapkan, ada kemungkinan beberapa gigi

    sudah tidak ada. Dalam kasus seperti ini maka penilaian dapat dilakukan apabila

    masih ada minimal dua gigi yang dapat dinilai.

    OHI-S score (jumlah dari debris score dengan calculus score) dikatakan:

    Baik (good ) apabila nilai berada di antara 0,0 1,2

    Sedang (fair) apabila nilai berada di antara 1,3 3,0

    Buruk (poor)apabila nilai berada di antara 3,1 6,0

    2.5. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Status Kesehatan Gigi

    2.5.1. Pengetahuan

    Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah

    orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

    terjadi melalui pancaindera, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,

    rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

    telinga. Pengetahuan (cognitive) merupakan domain yang sangat penting dalam

    membentuk tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh

    berbagai faktor seperti: pengalaman, tingkat pendidikan, usia, frekuensi

  • 26

    penerimaan informasi yang dapat berupa pelatihan-pelatihan, seminar, dan lain-

    lain (Notoatmodjo, 2003).

    Menurut Noor (dalam Herijulianti, dkk., (2002), dengan meningkatkan

    pengetahuan seseorang dalam bidang kesehatan gigi dan mulut, maka akan

    diperoleh kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya pemeliharaan kesehatan

    gigi dan mulut. Pengetahuan tersebut pula akan mampu memperkenalkan kepada

    masyarakat tentang penyakit-penyakit dalam mulut, upaya penanggulangannya,

    serta yang terpenting adalah mampu menanamkan perilaku sehat sejak dini.

    2.5.2. Sikap

    Sikap merupakan suatu konstrak multidimensional yang terdiri dari kognisi,

    afeksi, dan konasi. Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2003) sikap didefinisikan

    sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk

    menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah

    respons terhadap stimuli sosial yang terkondisikan. Sikap juga dikatakan sebagai

    suatu respons evaluatif, respons ini akan timbul apabila individu dihadapkan pada

    suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual.

    Sikap positif dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah

    tanggapan positif terhadap upaya-upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut,

    meliputi: cara menyikat gigi, pengaturan pola makan, dan keteraturan dalam

    memeriksakan gigi ke pelayanan kesehatan yang tepat.

    Metode pengukuran sikap pada awalnya dipicu oleh artikel yang ditulis

    oleh Louis Thurstone (dalam Azwar, 2003). Berikut ini diuraikan beberapa

    metode pengukuran sikap yang dapat dilakukan:

  • 27

    a. Observasi sikap, yaitu untuk mengetahui sikap seseorang dapat dilihat dari

    perilakunya, sebab perilaku itu sendiri juga merupakan indikator sikap

    individu, misalnya seseorang menampakkan perilaku yang berulang

    (konsisten).

    b. Bertanya langsung, hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa individu

    merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri, juga asumsi

    keterusterangan bahwa manusia akan mengemukakan secara terbuka tentang

    perasaannya. Jawaban-jawaban individu dalam metode ini digunakan sebagai

    indikator sikap individu tersebut.

    c. Pengungkapan langsung, merupakan direct assessment secara tertulis yang

    dapat dilakukan dengan item tunggal maupun ganda (Ajzen, 1988 dalam

    Azwar, 2003). Dalam metode ini responden diberi kesempatan untuk

    menjawab langsung secara tertulis tentang pernyataan sikap dengan memberi

    tanda setuju atau tidak setuju. Metode tertulis ini membantu agar responden

    lebih jujur, sehingga sebaiknya dalam metode ini tidak menulis identitas

    responden.

    2.5.3. Perilaku Kesehatan

    Menurut Skinner (dalam Notoatmodjo, 2003), perilaku kesehatan adalah

    suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang bekaitan

    dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman,

    serta lingkungan. Perilaku kesehatan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok:

  • 28

    a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) adalah perilaku

    seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan

    usaha untuk menyembuhkan bilamana sakit. Perilaku ini terdiri dari tiga

    aspek:

    1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta

    pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit.

    2. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat.

    3. Perilaku gizi (makanan) dan minuman.

    b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan

    atau sering disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

    c. Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang merespon

    lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial budaya dan

    sebagainya sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

    Becher (dalam Notoatmodjo, 2003), mengklasifikasi perilaku kesehatan

    yaitu:

    a. Perilaku hidup sehat (health behavior), yaitu perilaku-perilaku yang berkaitan

    dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan

    meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup, antara lain: makan

    dengan menu seimbang (appropriate diet), olahraga teratur, tidak merokok,

    tidak minum minuman keras dan narkoba, istirahat cukup, mengendalikan

    stress, dan perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan.

  • 29

    b. Perilaku sakit (illines behavior), yaitu mencakup respon seseorang terhadap

    sakit dan penyakit, persepsinya terhadap penyakit, pengetahuan tentang

    penyebab penyakit dan gejala penyakit, pengobatan penyakit dan sebagainya.

    c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior), perilaku ini meliputi: tindakan

    untuk memperoleh kesembuhan, mengenal atau mengetahui fasilitas atau

    sarana pelayanan/ penyembuhan penyakit yang layak, mengetahui hak dan

    kewajiban orang sakit.

    Hosland dkk., (dalam Notoatmodjo, 2003), menyatakan bahwa perubahan

    perilaku pada hakekatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan

    perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

    a. Stimulus (rangsangan) yang diberikan pada organisme dapat diterima atau

    ditolak. Stimulus tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian

    individu, apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak, perhatian

    individu dan stimulus tersebut efektif bila stimulus diterima oleh organisme.

    b. Bila stimulus telah mendapat perhatian dari organisme, maka organisme

    mengerti stimulus ini dan dilanjutkan pada proses selanjutnya.

    c. Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi kesediaan

    untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap).

    d. Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dari lingkungan maka stimulus

    tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan perilaku).

    Perilaku positif pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah mampu dan

    terampil dalam menyikat gigi, meliputi: teknik menyikat gigi, menyikat gigi

  • 30

    dengan sistematis, dan menyikat gigi dengan gerakan-gerakan yang tidak

    menimbulkan kerusakan jaringan sekitarnya.

    Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas, yang merupakan

    hasil akhir dari jalinan yang saling mempengaruhi antara berbagai macam gejala.

    Perilaku manusia dapat diukur melalui pengamatan, yang merupakan pengenalan

    obyek dengan cara melihat.