KARAKTERISTIK PIODERMA SUPERFISIALIS PADA BAYI DAN ANAK DI SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE TAHUN 2010 – 2012 T E S I S RIZKY KURNIAWAN NIM : 097105001 PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2014 Universitas Sumatera Utara
69
Embed
KARAKTERISTIK PIODERMA SUPERFISIALIS PADA BAYI DAN …
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
KARAKTERISTIK PIODERMA SUPERFISIALIS
PADA BAYI DAN ANAK DI SMF ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN
PERIODE TAHUN 2010 – 2012
T E S I S
RIZKY KURNIAWAN
NIM : 097105001
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N
2014
Universitas Sumatera Utara
KARAKTERISTIK PIODERMA SUPERFISIALIS PADA BAYI DAN ANAK DI SMF ILMU KESEHATAN KULIT
DAN KELAMIN RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN PERIODE TAHUN 2010 – 2012
T E S I S
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh
RIZKY KURNIAWAN
NIM : 097105001
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Universitas Sumatera Utara
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul Tesis : Karakteristik Pioderma Superfisialis Pada Bayi dan Anak
di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik
Medan Periode Tahun 2010 – 2012
Nama : dr. Rizky Kurniawan
Nomor Induk : 097105001
Program Studi : Magister Kedokeran Klinik
Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II
(dr. Salia Lakswinar, SpKK) (dr. Kristo A. Nababan, SpKK,FAA.DV) NIP. 195911181987102001 NIP. 196302081989031004
Karakteristik Pioderma Superfisialis pada Bayi dan Anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan
Periode Januari 2010 – Desember 2012
Rizky KurniawanDepartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
, Kristo A. Nababan, Salia Lakswinar
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H. Adam Malik Medan - Indonesia
Abstrak Latar belakang : Pioderma Superfisialis adalah infeksi kulit yang terjadi dibawah stratum korneum sampai dermis atau pada folikel rambut. Tujuan : Mengetahui karakteristik pioderma superfisialis pada bayi dan anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012. Subyek dan metoda : Dilakukan penelitian retrospektif dari data rekam medis pasien pioderma superfisialis pada bayi dan anak yang datang berobat ke SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012. Hasil : Ditemukan 87 kasus pioderma superfisialis pada bayi dan anak, laki-laki sebesar 52,9 % dan perempuan 47,1 %. Kasus terbanyak pada kelompok usia 1-5 tahun sebesar 47,1 %. Bentuk klinis yang terbanyak adalah IB sebesar 43,7%. Lokasi lesi PS pada bayi dan anak setiap tahunnya menunjukkan lokasi lesi yang relatif berbeda. Lokasi lesi untuk pasien PS pada bayi dan anak secara berurutan dari tahun 2010 - 2012 yaitu pada wajah sebanyak 31,0 %, lengan dan ketiak, tungkai masing-masing sebesar 21,4 %, wajah dan ketiak masing-masing sebesar 23,5%. Pengobatan PS pada bayi dan anak umumnya menggunakan pengobatan secara kombinasi yang sesuai bentuk klinisnya masing-masing. Kesimpulan : Di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan PS pada bayi dan anak lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki, kelompok usia 1-5 tahun. Bentuk klinis terbanyak IB. Lokasi lesi setiap tahunnya menunjukkan perbedaan. Pengobatan PS pada bayi dan anak umumnya diberikan golongan antibiotika secara topikal. Kata kunci: Pioderma superfisialis, penelitian retrospektif, karakteristik.
Universitas Sumatera Utara
ii
Characteristics of Superficial Pyoderma in Infants and Children At Department of Dermatology and Venereology
H. Adam Malik General Hospital Period of January 2010 – December 2012
Rizky KurniawanDepartment of Dermatology and Venerealogy
, Kristo A. Nababan, Salia Lakswinar
Faculty of Medicine of North Sumatera University H. Adam Malik General Hospital Medan - Indonesia
Abstract
Background : Superficial pyoderma (SP) is skin infection that located under stratum corneum until dermis or hair follicle. Objective : To identify the characteristic of SP in infants and children at Departement of Dermatology and Venerealogy, H. Adam Malik General Hospital Medan, from period of January 2010 to December 2012. Subject and Method : retrospective study was carried out from medical records of SP patients in infants and children who had visited to Departement of Dermatology and Venerealogy, H. Adam Malik General Hospital Medan, from period of January 2010 to December 2012. Results : There were total 87 SP cases in infants and children, consist of 52,9 % boys and 47,1 % girls. Most common case was found in 1-5 years age group as much as 47,1 %. The most common clinical presentation was IB at 43,7%. The locations of SP lesions in infants and children showed relatively different annually. The locations of SP lesion in order from 2010-2012 are as followed; in the facial area was 31,0 %, lower hands, armpit and lower limbs were 21,4 % each, facial and armpit were 23,5 % each. The treatment in infants and children usually using combination therapy depends on each clinical types. Conclusion : The most common case of SP in infants and children at Departement of Dermatology and Venerealogy, H. Adam Malik General Hospital Medan were found in boys of 1-5 years age group. The most common clinical presentation was IB. Each year showed different locations. The general treatment of SP in infants and children is topical antibiotics. Keywords : Superficial pyoderma, retrospectice study, characteristics
Universitas Sumatera Utara
iii
KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan seluruh rangkaian punyusunan tesis yang berjudul: “Karakteristik Pioderma Superfisialis Pada Bayi dan Anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan Periode Tahun 2010 – 2012” sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Kedokteran Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin.
Tidak ada satupun karya tulis dapat diselesaikan seorang diri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam penyelesaian tesis ini, baik ketika penulis melakukan penelitian maupun saat penulis menyusun setiap kata demi kata dalam penyusunan proposal dan hasil penelitian, ada banyak pihak yang Allah SWT telah kirimkan untuk membantu, memberikan dorongan dan masukan kepada penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, izinkanlah penulis menyampaikan rasa terima kasih dan perhargaan yang setinggi – tingginya kepada:
1. Yang terhormat dr. Salia Lakswinar, SpKK, selaku pembimbing utama penulis, yang dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi kepada penulis selama proses penyusunan tesis ini.
2. Yang terhormat dr. Kristo A. Nababan, SpKK,FAA.DV selaku pembimbing kedua penulis, yang juga dengan penuh kesabaran membimbing, memberi masukan dan koreksi yang sangat bermanfaat selama penyusunan tesis ini.
3. Yang terhormat Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto-Mahadi, SpKK(K), FINS DVsebagai Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, sebagai guru besar yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti pendidikan spesialis di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
4. Yang Terhormat dr. Chairiyah Tanjung,SpKK(K),FINS DV Ketua Program Studi Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai tim penguji, yang juga telah banyak membantu saya, senantiasa mengingatkan dan memberikan dorongan selama menjalani pendidikan sehari – sehari.
5. Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. DR. Syahril Pasaribu, SpA(K), DTM&H, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk dapat melaksanakan studi pada Universitas yang Bapak pimpin.
6. Yang terhormat Bapak Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Gontar A. Siregar, SpPD-KGEH, yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
iv
Klinik dan Program Pendidikan Dokter Spesialis di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
7. Yang terhormat dr. Rointan Simanungkalit, SpKK(K), sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
8. Yang terhormat dr. Remenda Siregar, SpKK sebagai anggota tim penguji, yang telah memberikan bimbingan dan koreksi atas penyempurnaan tesis ini.
9. Yang terhormat para Guru Besar, (Alm) Prof. Dr. dr. Marwali Harahap, SpKK(K), Prof. dr. Mansur A. Nasution, SpKK(K), Prof. dr. Diana Nasution, SpKK(K) serta seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK USU, RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dan membimbing saya selama mengikuti pendidikan ini.
10. Yang terhormat Bapak Direktur RSUP. H. Adam Malik Medam, Direktur RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada saya selama menjalani pendidikan keahlian ini.
11. Yang terhormat Dr Surya Dharma, MPH, selaku staf Fakultas Kesehatan Masyarakat USU yang telah banyak membantu saya dalam metodologi penelitian dan pengolahan statistik penelitian saya ini.
12. Yang terhormat seluruh staf/pegawai dan perawat di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, baik di RSUP. H. Adam Malik Medan, RSU Dr. Pirngadi Medan, atas bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik selama ini.
13. Yang tercinta Ayahanda (Alm) H. Darwis Dawood dan Ibunda Dra. R.A. Zoraida R, yang dengan penuh cinta kasih, keikhlasan, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang luar biasa untuk mengasuh, mendidik, dan membesarkan saya. Tiada ungkapan yang mampu melukiskan betapa bersyukurnya saya mempunyai kedua orangtua seperti kalian. Kiranya hanya Allah SWT, yang dapat membalas segala kebaikan kalian.
14. Yang terkasih Abang, kakak dan Adik saya, terima kasih atas doa, dukungan dan pengertian yang telah kalian berikan kepada saya selama ini.
15. Yang terkasih seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan dukungan dan nasehat selama masa pendidikan dan penelitian saya ini.
16. Kepada seluruh keluarga dan kerabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
17. Teman-teman seangkatan saya, dr. Dinna Devi, M.Ked(DV),SpDV, dr.Juliyanti, M.Ked(DV),SpDV, dr. Maulina, M.Ked(DV), SpDV, dr. Rini Chrisna,dr. Ade Sri Wahyuni, dr. Riri Arisyafrin Lubis dan
Universitas Sumatera Utara
v
dr. E.Heriawati, terima kasih untuk kerja sama, kebersamaan, waktu dan kenangan yang tidak akan pernah terlupakan selama menjalani pendidikan ini.
18. Semua teman-teman PPDS Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, dukungan, dan kerjasama kepada saya selama menjalani masa pendidikan dan penyelesaian tesis ini.
Saya menyadari bahwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata, dengan penuh kerendahan hati, izinkanlah saya untuk menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan, kekhilafan dan kekurangan yang telah saya lakukan selama proses penyusunan tesis dan selama saya menjalani pendidikan. Semoga segala bantuan, dorongan dan petunjuk yang telah diberikan kepada saya selama menjalani pendidikan, kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Medan, November 2014 Penulis
dr. Rizky Kurniawan
Universitas Sumatera Utara
vi
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ............................................................................................................. i ABSTRACT ........................................................................................................... ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... x DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA ............................................................. xi BAB 1. PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................. 3 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 3 1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 4 1.4.1 Dalam Bidang Akademik atau Ilmiah ........................... 4 1.4.2 Dalam Bidang Pengembangan Penelitian ..................... 4 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5 2.1 Pioderma Superfisialis ........................................................... 5 2.2 Etiologi ................................................................................... 5 2.3 Patogenesis ............................................................................. 6 2.4 Klasifikasi dan Gambaran Klinis ........................................... 6 2.4.1 Impetigo ........................................................................ 7 2.4.2 Folikulitis ...................................................................... 10 2.4.3 Furunkel dan Karbunkel ............................................... 11 2.4.4 Ektima ........................................................................... 13 2.5 Pemeriksaan Penunjang ......................................................... 14 2.6 Pengobatan ............................................................................. 15 2.7 Kerangka Teori....................................................................... 17 BAB 3. METODE PENELITIAN ............................................................. 18 3.1. Desain Penelitian .................................................................... 18 3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................ 18 3.3 Sampel Penelitian ................................................................... 18 3.4 Bahan dan Cara Kerja ............................................................ 18 3.4.1 Bahan ............................................................................ 18 3.4.2 Cara Kerja ..................................................................... 19 3.5 Kerangka Operasional ............................................................ 20 3.6 Definisi Operasional .............................................................. 20 3.7 Pengolahan dan Analisis Data ................................................ 22
Universitas Sumatera Utara
vii
BAB 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................ 23 4.1 Karakteristik Subyek Penelitian ............................................ 23 4.2 Karakteristik Bentuk Klinis Pasien Pioderma Superfisialis ... 25 4.3 Karakteristik Lokasi Lesi Pasien Pioderma Superfisialis ...... 27 4.4 Karakteristik Pengobatan Pasien Pioderma Superfisialis ...... 29 BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 33
3. Hasil Uji Statistik……………………………….............................................41
Universitas Sumatera Utara
xi
DAFTAR SINGKATAN
IB : Impetigo Bulosa
IK : Ilmu Kesehatan
PS : Pioderma Superfisialis
RSUP H : Rumah Sakit Umum Pusat Haji
SBHA : Streptokokus β-hemolitikus grup A
SMF : Satuan Medis Fungsional
SSSS : Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
Universitas Sumatera Utara
i
Karakteristik Pioderma Superfisialis pada Bayi dan Anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan
Periode Januari 2010 – Desember 2012
Rizky KurniawanDepartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
, Kristo A. Nababan, Salia Lakswinar
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara RSUP. H. Adam Malik Medan - Indonesia
Abstrak Latar belakang : Pioderma Superfisialis adalah infeksi kulit yang terjadi dibawah stratum korneum sampai dermis atau pada folikel rambut. Tujuan : Mengetahui karakteristik pioderma superfisialis pada bayi dan anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012. Subyek dan metoda : Dilakukan penelitian retrospektif dari data rekam medis pasien pioderma superfisialis pada bayi dan anak yang datang berobat ke SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2012. Hasil : Ditemukan 87 kasus pioderma superfisialis pada bayi dan anak, laki-laki sebesar 52,9 % dan perempuan 47,1 %. Kasus terbanyak pada kelompok usia 1-5 tahun sebesar 47,1 %. Bentuk klinis yang terbanyak adalah IB sebesar 43,7%. Lokasi lesi PS pada bayi dan anak setiap tahunnya menunjukkan lokasi lesi yang relatif berbeda. Lokasi lesi untuk pasien PS pada bayi dan anak secara berurutan dari tahun 2010 - 2012 yaitu pada wajah sebanyak 31,0 %, lengan dan ketiak, tungkai masing-masing sebesar 21,4 %, wajah dan ketiak masing-masing sebesar 23,5%. Pengobatan PS pada bayi dan anak umumnya menggunakan pengobatan secara kombinasi yang sesuai bentuk klinisnya masing-masing. Kesimpulan : Di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan PS pada bayi dan anak lebih banyak dijumpai pada anak laki-laki, kelompok usia 1-5 tahun. Bentuk klinis terbanyak IB. Lokasi lesi setiap tahunnya menunjukkan perbedaan. Pengobatan PS pada bayi dan anak umumnya diberikan golongan antibiotika secara topikal. Kata kunci: Pioderma superfisialis, penelitian retrospektif, karakteristik.
Universitas Sumatera Utara
ii
Characteristics of Superficial Pyoderma in Infants and Children At Department of Dermatology and Venereology
H. Adam Malik General Hospital Period of January 2010 – December 2012
Rizky KurniawanDepartment of Dermatology and Venerealogy
, Kristo A. Nababan, Salia Lakswinar
Faculty of Medicine of North Sumatera University H. Adam Malik General Hospital Medan - Indonesia
Abstract
Background : Superficial pyoderma (SP) is skin infection that located under stratum corneum until dermis or hair follicle. Objective : To identify the characteristic of SP in infants and children at Departement of Dermatology and Venerealogy, H. Adam Malik General Hospital Medan, from period of January 2010 to December 2012. Subject and Method : retrospective study was carried out from medical records of SP patients in infants and children who had visited to Departement of Dermatology and Venerealogy, H. Adam Malik General Hospital Medan, from period of January 2010 to December 2012. Results : There were total 87 SP cases in infants and children, consist of 52,9 % boys and 47,1 % girls. Most common case was found in 1-5 years age group as much as 47,1 %. The most common clinical presentation was IB at 43,7%. The locations of SP lesions in infants and children showed relatively different annually. The locations of SP lesion in order from 2010-2012 are as followed; in the facial area was 31,0 %, lower hands, armpit and lower limbs were 21,4 % each, facial and armpit were 23,5 % each. The treatment in infants and children usually using combination therapy depends on each clinical types. Conclusion : The most common case of SP in infants and children at Departement of Dermatology and Venerealogy, H. Adam Malik General Hospital Medan were found in boys of 1-5 years age group. The most common clinical presentation was IB. Each year showed different locations. The general treatment of SP in infants and children is topical antibiotics. Keywords : Superficial pyoderma, retrospectice study, characteristics
Universitas Sumatera Utara
1
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pioderma adalah terminologi umum untuk penyakit-penyakit infeksi kulit
yang disebabkan oleh kuman (bakteri), terutama Stafilokokus aureus,
streptokokus, atau keduanya.1,2 Dalam praktek sehari-hari pioderma dengan
berbagai bentuk dan jenisnya, masih sering dijumpai, terutama pada anak-anak.
Hal ini dapat di maklumi karena anak-anak sering bersentuhan dengan
benda - benda sekelilingnya yang boleh jadi sebagian diantaranya terpapar kuman
stafilokokus atau streptokokus.1,3
Penyakit pioderma ini terdiri atas beberapa bentuk klinis, yaitu impetigo,
ektima, folikulitis, furunkel dan karbunkel, abses, erisepelas, selulitis, serta infeksi
sekunder pada kelainan kulit yang sudah ada. Pioderma superfisialis (PS)
menggambarkan infeksi terjadi di bawah stratum korneum sampai dermis, atau di
folikel rambut, sehingga semua bentuk di atas dapat dimasukkan ke dalam PS,
kecuali abses, erisipelas dan selulitis. Menurut kepustakaan bentuk PS yang
tersering dijumpai adalah impetigo.1,2,4,5
Kulit bayi berbeda dari orang dewasa karena lebih tipis (40-60%), kurang
berambut, dan perlekatan epidermis dengan dermis lebih lemah. Rasio luas tubuh
dengan berat badan bayi juga lebih besar daripada dewasa. Hal ini meningkatkan
risiko terjadinya trauma, absorpsi perkutan dan infeksi pada kulit.2
Infeksi bakteri kulit terjadi bila flora normal mengalami perubahan karena
pengaruh faktor-faktor seperti suhu lingkungan kulit, kelembaban, higiene yang
buruk dan karena pengobatan antimikroba sebelumnya, yang memungkinkan
Universitas Sumatera Utara
2
bakteri patogenik menempel dan berkembang biak pada kulit. Infeksi bakteri kulit
pada anak-anak bervariasi dari yang terlokalisasi, seperti impetigo dan folikulitis,
hingga menjadi kondisi sistemik, seperti Staphylococcal Scalded Skin Syndrome
(SSSS) 1,2
Infeksi bakteri pada kulit umumnya ditemukan pada anak-anak. Dalam
sebuah survei, dari 24% kasus dermatologi di klinik anak di Amerika Serikat,
didapati infeksi bakteri kulit mencapai persentase paling tinggi (17,5%).1
Berdasarkan laporan morbiditas 10 penyakit terbanyak divisi dermatologi
pediatrik di Indonesia dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, RS Hasan Sadikin
Bandung, RSUP Dr. Kariadi Semarang dan RSU Dr. Soetomo Surabaya pada
bulan Januari sampai Desember 2010 dijumpai kasus PS baru sebanyak 869
kasus. Sedangkan berdasarkan laporan morbiditas 10 penyakit terbanyak divisi
dermatologi pediatrik di Indonesia dari RS Hasan Sadikin Bandung, RSUP H.
Adam Malik Medan, RSU Dr. Soetomo Surabaya, RS Cipto Mangunkusumo
Jakarta dan RSUP Dr. Kariadi Semarang pada bulan Januari sampai Desember
2011 dijumpai kasus PS baru sebanyak 657 kasus. Data jumlah kunjungan pasien
ke Unit Rawat Jalan Divisi Dermatologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia / RS Dr. Cipto
Mangunkusumo selama tahun 2002 menunjukkan pasien pioderma anak sebesar
328 kasus (16,72%) dari 1962 kunjungan baru. Pioderma primer terbanyak secara
berturut-turut adalah furunkulosis (19,32%), impetigo krustosa (15%), impetigo
vesikobulosa (14,02%), dan ektima (11,59%). Infeksi sekunder terbanyak
dijumpai pada skabies dan dermatitis atopik.5 Data jumlah kunjungan pasien
penyakit kulit pada bayi dan anak pada periode tahun 2010 – 2012 yang berobat
Universitas Sumatera Utara
3
ke Unit Rawat Jalan Divisi Dermatologi Anak Departemen Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan sebanyak 721 kunjungan.
Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian tentang karakteristik
penyakit PS pada bayi dan anak di SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam
Malik Medan, sehingga peneliti melakukan penelitian retrospektif terhadap pasien
PS pada bayi dan anak di SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik
Medan pada periode Januari 2010 - Desember 2012. Pada penelitian ini peneliti
akan melakukan penelitian terhadap beberapa jenis PS yang paling sering
dijumpai di SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan. Melalui
penelitian ini diharapkan SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik
Medan akan memiliki data mengenai penyakit PS pada bayi dan anak pada
beberapa tahun terakhir.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana karakteristik PS bayi dan anak di SMF IK Kulit dan Kelamin
RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012 ?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum:
Untuk mengetahui karakteristik PS pada bayi dan anak di SMF IK Kulit
dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 -
Desember 2012.
Universitas Sumatera Utara
4
1.3.2 Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui jumlah pasien PS pada bayi dan anak yang berobat
ke SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan pada
periode Januari 2010 - Desember 2012.
2. Untuk mengetahui data demografik yaitu berupa jenis kelamin dan
umur pasien PS pada bayi dan anak yang bekunjung di SMF IK
Kulit dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari
2010 - Desember 2012
3. Untuk mengetahui karakteristik penyakit PS pada bayi dan anak
berdasarkan bentuk klinis, lokasi lesi dan pengobatan di SMF IK Kulit
dan Kelamin RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 -
Desember 2012
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Dalam Bidang Akademik atau Ilmiah
Memberikan informasi kepada institusi kesehatan, institusi
pendidikan dan pihak - pihak terkait lainnya mengenai karakteristik
pasien PS pada bayi dan anak di SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP.
H. Adam Malik Medan periode Januari 2010 - Desember 2012.
1.4.2 Dalam Pengembangan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi data dasar
ataupun data pendukung untuk penelitian - penelitian selanjutnya
mengenai penyakit PS pada bayi dan anak.
Universitas Sumatera Utara
5
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pioderma Superfisialis
PS adalah infeksi pada kulit yang terjadi dibawah stratum korneum sampai
dermis atau pada folikel rambut.5,6,7 Pada anak-anak PS pada kulit dan aneksa
yang sering dijumpai antara lain impetigo, folikulitis, furunkulosis dan karbunkel.
Pada PS ini jika diagnosis ditegakkan sejak awal dan diberikan terapi adekuat,
infeksi hampir selalu dapat disembuhkan, namun jika diagnosis terlambat dan atau
terapi tidak adekuat, beberapa infeksi mempunyai potensi untuk terjadinya
komplikasi yang serius.8
2.2 Etiologi
Penyebab utama PS adalah kuman Gram positif, yaitu stafilokokus dan
streptokokus, sedangkan sebagian kecil kasus disebabkan oleh kuman Gram
negatif. Beberapa galur kuman yang dianggap penting pada penyakit ini, antara
lain Stafilokokus aureus yang digolongkan ke dalam 3 grup faga utama, yaitu
grup I, II, dan III. Kuman ini merupakan penyebab tersering PS. Genus
streptokokus yang tersering menyebabkan infeksi pada manusia adalah
Streptokokus β-hemolitikus grup A (SBHA). Kuman penyebab Gram negatif
jarang dijumpai, yaitu Pseudomonas aeroginosa, Proteus vulgaris, Proteus
mirabilis, Escherichia, dan Klebsiella.5
Universitas Sumatera Utara
6
2.3 Patogenesis
Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan penyakit pioderma: 1,2,5,8
1. Higiene yang buruk dan kondisi iklim yang lembab
2. Penurunan daya tahan tubuh, misalnya karena penyakit menahun, kurang
gizi, penyakit keganasan, penggunaan kortikosteroid jangka panjang.
3. Adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan terganggunya faktor
perlindungan kulit, misalnya dermatitis, gigitan serangga, trauma kulit,
ulserasi, infeksi jamur dan abrasi kulit minor
Proses kolonisasi kuman pada kulit melibatkan reseptor spesifik terhadap
kuman pada sel pejamu yang akan berikatan dengan adesin, yaitu antigen pada
dinding sel kuman. Komponen utama adesin pada streptokokus dan stafilokokus
adalah techoic acid, sedangkan pada reseptor hospes berupa fibronektin.1,5,11,12
Beberapa keadaan yang berhubungan dengan ketidak utuhan kulit seperti
pada kulit bayi prematur (imaturitas kulit bayi) merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya infeksi pada kulit. Selain itu keadaan seperti berat badan lahir rendah,
maserasi, ekskoriasi dan ketidak utuhan sawar epidermal juga merupakan faktor
risiko terjadinya infeksi pada kulit. Apabila terjadi infeksi pada kulit umpamanya
pada penyakit pioderma biasanya tempat masuknya bakteri akan muncul gejala
atau tanda inflamasi.13
2.4 Klasifikasi dan Gambaran Klinis
Pioderma menggambarkan infeksi di kulit dan folikel rambut. Pioderma
dibedakan menjadi pioderma superfisialis dan profunda. PS oleh stafilokokus
maupun streptokokus terdiri pioderma primer yang terdiri atas beberapa bentuk
klinis, yaitu impetigo, ektima, folikulitis, furunkel dan karbunkel, serta pioderma
Universitas Sumatera Utara
7
sekunder. Sedangkan bentuk profunda terdiri atas limfadenitis, erisepelas,
selulitis, dan ganggren.5
2.4.1 Impetigo
Impetigo merupakan pioderma yang tersering dijumpai, mencapai 50-60%
dari seluruh kasus infeksi kuman kulit pada anak. Impetigo merupakan infeksi
superfisial yang terbatas pada subkorneal epidermis.1,2,5 Terdapat 2 bentuk klinis
impetigo, yaitu bulosa (vesikobulosa) dan nonbulosa (krustosa, kontangiosa).
Impetigo bulosa (IB) disebabkan oleh kuman Stafilokokus aureus. Sedangkan
impetigo nonbulosa biasanya disebabkan oleh Streptokokus β-hemolitikus.1,2,14
IB sering terjadi pada bayi baru lahir, meskipun dapat terjadi juga pada semua
umur. Sebuah penelitian di Inggris menyebutkan bahwa insiden tahunan dari
impetigo adalah 2.8 % terjadi pada anak-anak usia di bawah 4 tahun dan 1,6%
pada anak - anak usia 5 sampai 15 tahun.2 Impetigo nonbulosa atau impetigo
krustosa meliputi kira-kira 70% dari semua kasus impetigo 1,15
Impetigo nonbulosa terjadi pada anak - anak dari segala usia dan juga pada
orang dewasa. Kulit utuh biasanya resisten terhadap kolonisasi atau
impetiginisasi, mungkin disebabkan ketiadaan reseptor fibronektin untuk gugus
techoic acid pada Stafilokokus aureus dan Streptokokus grup A. Dalam rangkaian
tipikal, Stafilokokus aureus menyebar dari hidung ke kulit normal (kira - kira 11
hari kemudian) dan kemudian berkembang kedalam lesi kulit. Lesi umumnya
muncul pada kulit wajah (terutama sekitar lubang hidung) atau pada ekstremitas
setelah trauma. Karier Stafilokokus aureus nasal bisa muncul dengan tipe
impetigo sangat terlokalisasi yang terbatas pada lubang hidung anterior dan
daerah bibir didekatnya dimana pruritus atau perih di daerah tersebut merupakan
Universitas Sumatera Utara
8
keluhan umum. Kondisi yang mengganggu integritas epidermis memberikan
jalan masuk impetiginisasi, meliputi gigitan serangga, dermatofitosis epidermal,
herpes simpleks, varisela, abrasi, laserasi dan luka bakar panas.2,16
Lesi awal pada impetigo nonbulosa adalah vesikel atau pustul bersifat
sementara yang dengan cepat berkembang menjadi plak berkrusta berwarna madu
yang bisa berukuran hingga berdiameter lebih besar dari 2 cm. Jika dilepaskan
tampak erosi di bawahnya. Sering krusta menyebar ke daerah perifer dan sembuh
di bagian tengahnya. Bisa muncul eritema di sekeliling lesinya. Pada impetigo
nonbulosa tidak dijumpai gejala - gejala konstitusional. Limfadenopati regional
bisa ada hingga pada 90% pasien dengan infeksi berkepanjangan yang tidak
diobati. Bila tidak diobati, lesi bisa membesar secara perlahan-lahan dan dapat
melibatkan tempat - tempat yang baru dalam beberapa minggu. Pada sebagian
pasien, lesi dapat berkembang secara spontan. Pada yang lainnya, lesi bisa
menyebar ke dermis dan dapat membentuk ulkus.1,2,5 Penyakit impetigo non
bulosa dapat didiagnosis banding dengan beberapa penyakit antara lain dermatitis
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk bentuk klinis ektima yang
mendapat pengobatan amoksisilin, krim asam fusidat, kompres NaCl didapatkan
1 orang (25%) dan yang mendapat pengobatan amoksisilin, krim gentamisin,
kompres NaCl didapatkan 2 orang (50%). Sedangkan yang mendapat pengobatan
krim gentamisin dan kompres NaCl didapatkan 1 orang (25%).
Universitas Sumatera Utara
31
Pada PS bentuk klinis folikulitis yang mendapat pengobatan amoksiklav,
krim asam fusidat didapatkan 1 orang (14,3%) dan yang mendapat pengobatan
hanya krim asam fusidat didapatkan 5 orang (71,4%). Selain itu yang
mendapatkan pengobatan krim asam fusidat dan kompres NaCl didapatkan 1
orang (14,3%). Pada PS bentuk klinis furunkel yang mendapat pengobatan
amoksisilin, krim mupirosin, kompres NaCl didapatkan 2 orang (14,3%).
Sedangkan yang mendapat pengobatan amoksisilin, parasetamol, krim asam
fusidat didapatkan 2 orang (14,3%). Selain itu yang mendapat pengobatan
amoksisilin, krim gentamisin didapatkan 2 orang (14,3%) dan yang hanya
mendapat pengobatan krim asam fusidat, krim mupirosin atau krim gentamisin
saja masing - masing didapatkan 1 orang (7,1%), 1 orang (7,1%) dan 2 orang
(14,3%). Sedangkan pasien lainnya merupakan kombinasi dari antibiotika oral
dengan krim antibiotika dan kompres NaCl atau kombinasi dari krim antibiotika
dan kompres NaCl.
Bentuk klinis PS IB yang mendapat pengobatan amoksisilin, krim asam
fusidat, kompres NaCl didapatkan 4 orang (10,5%). Sedangkan yang mendapat
pengobatan hanya krim asam fusidat didapatkan 6 orang (15,8%). Selain itu yang
mendapat pengobatan krim asam fusidat dan kompres NaCl didapatkan 10 orang
(26,3%) dan yang mendapat pengobatan krim mupirosin, kompres NaCl
didapatkan 3 orang (7,9%). Sedangkan pasien lainnya merupakan kombinasi dari
antibiotika oral atau krim antibiotika, parasetamol, antihistamin dan juga kompres
NaCl.
Bentuk klinis PS impetigo krustosa terbanyak diberikan pengobatan hanya
dengan krim asam fusidat yaitu didapatkan 10 orang (43,5%) dan pasien lainnya
Universitas Sumatera Utara
32
mendapat pengobatan secara kombinasi. Sedangkan untuk PS bentuk klinis karbunkel
yang mendapatkan pengobatan berupa sefadroksil, parasetamol dan krim gentamisin
didapatkan 1 orang.
Tujuan utama pengobatan pioderma adalah menghilangkan kuman
penyebab sehingga dapat sembuh dengan cepat dan mencegah penyebaran
penyakit. Perawatan kulit pada penyakit pioderma diantaranya meliputi
membersihkan, mengangkat krusta dan tindakan kompres basah sebelum
pengolesan antibiotika akan mempercepat penyembuhan penyakit.5,6,7
Pada penelitian Karuniawati dkk melaporkan sebanyak 58,3% PS masih
peka terhadap antibiotika penisilin. Hasil serupa dilaporkan juga bahwa PS
sebanyak 94% masih peka terhadap amoksisilin-asam klavulanat dan gentamisin.
Hasil uji kepekaan terhadap eritromisin didapatkan bahwa 85,7% Stafilokokus
aureus peka terhadap eritromisin. Hasil penelitian Sauerman tentang pola
kepekaan kuman terhadap antibiotika didapatkan bahwa kuman Stafilokokus
aureus dan SBHA sebanyak 58,3% masih peka terhadap penisilin dan 50%
terhadap ampisilin.5,8
Universitas Sumatera Utara
33
33
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Telah dilakukan penelitian mengenai karakteristik pasien PS pada bayi dan
anak di SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam Malik
Medan periode Januari 2010 - Desember 2012 melalui rekam medis dengan
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari karakteristik demografik berupa jenis kelamin dan kelompok usia
tampak bahwa pasien PS bayi dan anak yang terbanyak adalah yang
berjenis kelamin laki-laki (52,9%), sedangkan untuk kelompok usia yang
terbanyak yaitu pada kelompok usia 1-5 tahun (47,1%).
2. Jumlah pasien PS pada bayi dan anak yang berkunjung berobat ke SMF IK
Kulit dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan pada periode januari
2010-Desember 2012 berjumlah 87 orang.
3. Dari karakteristik bentuk klinis yang terbanyak adalah jenis IB (43,7%),
lokasi lesi terbanyak adalah pada wajah (25,3%) sedangkan pengobatan
terhadap PS bervariasi tergantung dari bentuk klinisnya, namun secara
umum merupakan kombinasi dari antibiotika oral, krim antibiotika topikal
dan kompres NaCl.
5.2. Saran
1. Pencatatan rekam medis harus dilakukan secara lebih lengkap agar dapat
menggambarkan secara nyata keseluruhan gambaran pasien PS bayi dan
Universitas Sumatera Utara
34
anak yang berkunjung di SMF IK Kulit dan Kelamin RSUP. H. Adam
Malik Medan.
2. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan melakukan penelitian korelasi
untuk menilai hubungan karakteristik dan faktor risiko pasien dengan
kejadian PS pada bayi dan anak.
3. Perlu dilakukan telaah lebih lanjut apakah kunjungan pasien PS bayi dan
anak yang mengalami penurunan jumlahnya dari tahun 2010-2012
memang disebabkan oleh jumlah kasus PS yang menurun atau disebabkan
oleh kunjungan pasien bayi dan anak secara keseluruhan ke SMF IK Kulit
dan Kelamin RSUP H.Adam Malik Medan mengalami penurunan.
4. Perlu dilakukan peningkatan pendidikan kesehatan khususnya mengenai
hidup bersih dan sehat melalui kegiatan posyandu.
Universitas Sumatera Utara
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Hedrick J. Acute Bacterial Skin Infections in Pediatric Medicine. Pediatr Drugs 2003;1:35-46
2. Craft N, Lee PK, Zipoli MT, Weinberg AN. Pyodermas : Superficial Cutaneus Infections and Pyodermas. Dalam : Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Penyunting. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York : McGraw Hill 2008:1694-1711
3. Hutahaean NB, K Soenarto. Pola dan Insidens Penyakit Kulit pada Anak di RSUP.Dr. Mohammad Hoesin Palembang. Media Dermato-Venereologica Indonesia 2010;37:154-8
4. Weston WL, Lane AT, Morelli J. Bacterial Infections and spirochetal infections of the skin. Dalam: Weston WL, Lane AT, Morelli J. Color Texbook of Pediatric Dermatology edisi ke-3. Missouri: Mosby Inc, 2002:44-62.
5. Heragandi N. Kuman Penyebab Pioderma Superfisialis pada Anak dan Kepekaannya terhadap beberapa antibiotik (Tesis) Jakarta: Universitas Indonesia 2004.
6. Galen WK, Rogers M, Cohen I, Smith MHD. Bacterial Infections. Dalam : Schachner LA, Hansen RC, penyunting. Pediatric Dermatology. Edisi ke-2, New York Churchill Livingstone 1995:1169-77.
8. Stulberg DL, Penrod MA, Blatny RA. Common Bacterial Skin Infections. American Family Physician 2002; 66:119-24.
9. Geria AN, Schuartz RA. Impetigo Update: New Challenges in the Era of Methicillin Resistance. Cutis.2010;85:65-70.
10. Moellering RC. The Problem of Complicated Skin and StructureInfections: the need for new agents. J Antimicrob Chemother 2010;65:3-8
11. Thestrup-Pedersen K. Bacteria and the skin: clinical practice and therapy update. Br J Dermatol 1998;139:1-3
12. Veine NK. The clinican’s choice of antibiotics in the treatment of bacterial skin infection. British J Dermatol 1998;139:30-6
13. Waskito F, Bacterial Infection : General Consideration. Dalam :National Symposium and workshop on Dermatovenereology, Banten, 2010; h.12-4
14. Schweigner ES, Weinberg JM. Novel antibacterial skin and skin structure infection. J Am Acad Dermatol 2004;50:331-40
15. Brown J, Shriner DL, Schwartz RA, Janniger CK. Impetigo: an update. Int J Dermatol 2003; 42:251-5
16. Hirschmann JV. Impetigo: etiology and therapy. Curr Clin Top Infect Dis.2002;22:42-5
17. Moulin F, Quinet B, Raymond J, Gillet Y, Cohen R. Managing children skin and soft tissue infections. Arch Pediatr. Oct 2008; (15) : 2-6
18. Oumeish I, Oumeish OY, Bataineh O. Acute bacterial skin infections in children. Clinics in Dermatology 2009; 18: 667-78
Universitas Sumatera Utara
36
19. Mancini AJ. Bacterial skin infections in children : the common and the not so common. Pediatric Annals 2007; 29 (1): 26-35
20. Moran GJ, Amii RN, Abrahamian FM, Talan DA. Methicillin-resistant Staphylococcus aureus in community-acquired skin infections. Dalam : Emerg nfect Dis. Jun 2005;11(6):928-30.
21. Daskalaki M, Rojo P, Marin-Ferrer M, Barrios M, Otero JR, Chaves F. Panton-Valentine leukocidin - positive Staphylococcus aureus skin and soft tissue Infections among children in an emergency department in Madrid, Spain. Dalam : Clin Microbiol Infect. Jan 2010;16(1):74-7.
22. Elliot DJ, Zaoutis TE, Troxel AB, Loh A, Keren R. Empiric Antimicrobial Therapy for Pediatric Skin and Soft-Tissue Infections in the Era of Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus.Pediatrics 2009; 123:959-65
23. Bhawani Y, Ramani TV, Sudhakar V. A bacteriological study of 100 cases of superfisial pustular folliculitis with special reference to staphylococci from lesions and carrir sites. Biology and medicine 2011;3(4):7-12
24. Djuanda A. Pioderma. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisyah S, Editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI 2007:57-63
25. McNeil JC, Huten KG, Kaplan SL, Masen EO. Mupirocin Resitance in Staphylococcus aureus Causing Recurrent Skin and Soft Tissue Infections in Children. Antimicrobial Agents and Chemotherapy 2011; 55: 2431-3
26. George A, Rubin G. A Systematic review and meta-analysis of treatments for impetigo. Dalam : Br J Gen Pract. Jun 2003;53(491) : 480-7.
27. Upton A, lang S, Heffernan H. Mupirocin and Staphylococus aureus : a recen paradigm of emerging antibiotic resitance. J Antimicroba Chemother 2003;51:613-21
28. Durupt F. Prevalence of Staphylococcus aureus toxins and nasal carriage in furunculosis and impetigo. Dalam : Br J Dermatol 2007: 157-63
29. Kuniyuki S, Nakano K, Maekawa N, Suzuki S. Topical antibiotic treatment of impetigo with tetracycline. J Dermatol. Oct 2005;32(10) :788-92.
30. Treating impetigo in primary care. Drug Ther Bull. Jan 2007;45(1): 2-4 31. Barton LL, Friedman AD. Impetigo: a reassessment of etiology and therapy.
Ped Dermatol 1997; 4(3): 185-8 32. Murray PR, Pfaller MA. Staphylococcus and related organism. Dalam:
Murray PR, Rosenthal KS, Kobayashi GS, Pfaller MA (eds). Medical Microbiology edisi ke-4.MosbyInc,Missouri,2002:202-16.
33. Fridkin SK, Hageman JC, Morrison M.Active Bacterial Core Surveillance Program of the Emerging Infections Program Network Methicillin - resistant Staphylococcus aureus disease in three communities. Engl J Med 2005; 352 :1436-44
34. Indonesian Pediatric Dermatology Study Group. Laporan Morbiditas Sepuluh Penyakit Terbanyak Divisi Dermatologi Pediatrik Se-Indonesia: 2011
Total Count 4 7 14 38 23 1 87 % within Bentuk klinis
100,0%
100,0%
100,0%
100,0 %
100,0 %
100,0 %
100,0%
Keterangan : a : Amoksisilin g : Parasetamol b : Amoksiklav h : Krim Asam Fusidat c : Eritromisin i : Krim Mupirosin d : Sefadroksil j : Krim Gentamisin e : Interhistin k : Kompres NaCl f : Setirizin
Universitas Sumatera Utara
49
Universitas Sumatera Utara
50
Universitas Sumatera Utara
51
Universitas Sumatera Utara
52
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. DATA PRIBADI
1. Nama : dr. Rizky Kurniawan
2. Tempat / Tanggal Lahir : Banda Aceh, 29 September 1977
3. Agama : Islam
4. Suku / Bangsa : Aceh / Indonesia
5. Alamat : Perumahan Griya Ananda No. GRA3 Pasar 1
Asam Kumbang Kecamatan Sunggal Medan
6. Telp / HP : 0811687588
II. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1994 – 1990 : SD Negeri No 50 Kota Banda Aceh
2. 1990 – 1993 : SMP Negeri 1 Kota Banda Aceh
3. 1993 – 1996 : SMA Negeri 1 Kota Banda Aceh
4. 1999 – 2006 : Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala
Provinsi Aceh
5. 2009 – sekarang : PPDS Ilmu Kes. Kulit dan Kelamin Fak. Kedokteran USU
III. KEANGGOTAAN PROFESI
1. 2009 – sekarang : Anggota IDI cabang Kota Banda Aceh
2. 2009 – sekarang : Anggota Muda PERDOSKI cabang Medan