Top Banner
KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN BAKTERI SELULOLITIK DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA SKRIPSI Oleh: RAFIDAH I111 12 310 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2016
83

KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

Apr 14, 2019

Download

Documents

lamliem
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG

DIFERMENTASI MENGGUNAKAN BAKTERI SELULOLITIK

DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh:

RAFIDAH

I111 12 310

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 2: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG

DIFERMENTASI MENGGUNAKAN BAKTERI SELULOLITIK

DENGAN METODE PENGERINGAN YANG BERBEDA

SKRIPSI

Oleh:

RAFIDAH

I111 12 310

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Peternakan

pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2016

Page 3: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,
Page 4: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,
Page 5: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

v

ABSTRAK

Rafidah (I111 12 310). Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Biji Kakao yang

Difermentasi Menggunakan Bakteri Selulolitik dengan Metode Pengeringan yang

Berbeda. Dibawah bimbingan Andi Mujnisa sebagai Pembimbing Utama dan Sri

Purwanti sebagai Pembimbing Anggota.

Pengeringan merupakan proses pengeluaran kadar air sehingga aman untuk

penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pengeringan yang

optimal terhadap kandungan nutrisi tepung limbah biji kakao yang difermentasi

menggunakan bakteri selulolitik. Bahan difermentasi selama 8 hari kemudian dikeringkan

dengan metode pengeringan berbeda. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan

Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan 5 ulangan; P0 (tepung limbah biji kakao 50% bekatul

25% onggok 20% arang sekam 5%) tanpa pengeringan, P1 (tepung limbah biji kakao

50% bekatul 25% onggok 20% arang sekam 5%) kering dianginanginkan, P2

(tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok 20% arang sekam 5%) kering

matahari, P3 (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok 20% arang sekam

5%) kering oven. Data dianalisis dengan ANOVA, dilanjutkan uji Duncan taraf 5%. Hasil

penelitian kadar air (%) P0: 46,82±1,84, P1: 15,98±0,73, P2: 6,78±0,34, P3: 32,18±1,22;

kadar abu (%) P0: 13,59±1,61, P1: 12,65±0,24, P2: 12,69±0,65, P3: 9,78±2,59; lemak kasar

(%) P0: 3,95±0,85, P1: 3,84±0,99, P2: 6,93±1,34, P3: 4,14±0,51; serat kasar (%) P0:

17,82±2,02, P1: 21,53±0,72, P2: 22,99±0,46, P3: 23,54±0,81 dan protein kasar (%) P0:

10,94±2,63, P1: 12,64±0,11, P2: 11,70±0,09, P3: 12,80±0,57. Tepung limbah biji kakao

yang difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda menunjukkan perbedaan nyata terhadap kadar air, kadar abu, lemak kasar dan

serat kasar, tetapi tidak berbeda nyata terhadap protein kasar. Kesimpulannya bahwa

metode pengeringan dengan dianginanginkan mampu memperbaiki kandungan nutrisi

tepung limbah biji kakao fermentasi.

Kata Kunci: Bakteri selulolitik, fermentasi, limbah biji kakao, nutrisi, pengeringan.

Page 6: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

vi

ABSTRACT

Rafidah (I111 12 310). Nutrient Flour Cocoa Beans Waste Fermented Using Cellulolytic

Bacteria with Different Drying Method. Under the supervision of Andi Mujnisa as Main

Supervisor and Sri Purwanti as CoSupervisor.

Drying is a process of spending levels that are safe for the storage of water. This

study aims to determine the optimal method of drying the waste starch nutrient content of

cocoa beans were fermented using cellulolytic bacteria. Material is fermented for 8 days

and then dried by different drying methods. The design used was Completely

Randomized Design (CRD) 4 treatments 5 replications; P0 (50% cocoa beans waste

25% bran 20% onggok 5% husk charcoal) without drying, P1 (50% cocoa beans

waste 25% bran 20% onggok 5% husk charcoal) wind drying, P2 (50% cocoa beans

waste 25% bran 20% onggok 5% husk charcoal) sun drying, P3 (50% cocoa beans

waste 25% bran 20% onggok 5% husk charcoal) oven drying. Data were analyzed

with ANOVA, continued Duncan test extent 5%. The results of this study of water

content (%) P0: 46.82±1.84, P1: 15.98±0.73, P2: 6.78±0.34, P3: 32.18±1.22; ash content

(%) P0: 13.59±1.61, P1: 12.65±0.24, P2: 12.69±0.65, P3: 9.78±2.59; extract eter (%) P0:

3.95±0.85, P1: 3.84±0.99, P2: 6.93±1.34, P3: 4.14±0.51; crude fiber (%) P0: 17.82±2.02,

P1: 21.53±0.72, P2: 22.99±0.46, P3: 23.54±0.81 and crude protein (%) P0: 10.94±2.63, P1:

12.64±0.11, P2: 11.70±0.09, P3: 12.80±0.57. Flour cocoa beans waste fermented using

cellulolytic bacteria with different drying methods show significant differences on water

content, ash content, extract eter and crude fiber, but not significantly different with crude

protein. Conclusion this study was the method of drying wind able to improve the

nutritional content of flour cocoa beans waste fermented.

Keywords: Cellulolytic bacteria, fermentation, waste cocoa beans, nutrition, drying.

Page 7: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan taufikNya

yang senantiasa tercurah sehingga dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Kandungan

nutrisi tepung limbah biji kakao yang difermentasi menggunakan bakteri selulolitik

dengan metode pengeringan yang berbeda”.

Skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya kerjasama, bantuan dan motivasi

dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih

banyak kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini. Ucapan

terima kasih penulis tujukan kepada:

1. Ayahanda H. Alimuddin dan Ibunda Hj. Nurmiati serta Saudaraku Rahmatang,

Ratnawati, Ramlah, Rasidah dan Rahmansyah, juga seluruh keluarga besar H. Kanne

dan Hj. Mina yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, nasehat, dukungan dan

semangat kepada penulis.

2. Ibu Dr. Andi Mujnisa, S.Pt., M.P sebagai pembimbing utama dan Ibu Dr. Sri

Purwanti, S.Pt., M.Si. sebagai pembimbing anggota yang telah meluangkan

waktunya untuk mendidik, membimbing dan memberikan nasihat serta motivasi

dalam penyusunan Skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Asmuddin Natsir, M.Sc, bapak Dr. Ir. Syamsuddin Nompo, MP,

bapak Dr. Ir. Budiman Nohong, M.P dan bapak Ir. Muhammad Zain Mide, M.S

yang telah memberikan banyak saran kepada penulis

4. Ibu Dr. Fatma Maruddin, S.Pt., MP. selaku penasehat akademik yang senantiasa

memberikan arahan dan motivasi.

Page 8: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

viii

5. Bapak Dekan Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc., Ibu WD I dan Ibu WD II serta

Bapak WD III. Ibu Bapak Dosen tanpa terkecuali dan Staf Fakultas Peternakan

terima kasih atas bantuan yang diberikan selama ini.

6. Keluarga besar bapak Ismail dan ibu Nurlina yang banyak memberikan bantuan

selama penelitian.

7. Bapak Abdul Alim Yamin, S.Pt., M.Si dan bapak Nallo yang telah membimbing dan

memberi arahan selama penelitian.

8. Partner penelitian Bungatang terima kasih atas segala bantuan dan kerjasamanya

selama penelitian.

9. Bapak Abigurdi sekeluarga yang telah menjadi keluarga baru penulis selama KKN

dan Teman-teman KKN Tematik Sebatik UNHAS angkatan 90 khususnya

Kecamatan Sebatik Induk, Kabupaten Nunukan.

10. Terkhusus Dewi, Dilah, Muharni, Rita dan Hasrah yang telah bekerja keras

membantu pelaksanaan penelitian

Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, yang telah membantu baik material maupun spiritual. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu diharapkan saran untuk

memperbaiki kekurangan tersebut. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca terutama

bagi saya sendiri. Aamiin.

Makassar, Agustus 2016

Rafidah

Page 9: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i

HALAMAN JUDUL ii

PERNYATAAN KEASLIAN iii

HALAMAN PENGESAHAN iv

ABSTRAK vii

ABSTRACT viii

KATA PENGANTAR xi

DAFTAR ISI ix

DAFTAR TABEL xi

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

PENDAHULUAN 1

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kakao (Theobroma cacao L.) 5

Limbah Biji Kakao 8

Bekatul 12

Onggok 14

Arang Sekam 16

Molases 18

Bakteri Selulolitik 20

Gambaran Umum Fermentasi 26

Gambaran Umum Pengeringan 28

Hipotesis 33

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat 34

Materi Penelitian 34

Metode Penelitian 34

Rancangan Penelitian 34

Prosedur Penelitian 35

Parameter yang Diukur 37

Analisis Statistik 39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Air 40

Kadar Abu 42

Page 10: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

x

Lemak Kasar 44

Serat Kasar 45

Protein Kasar 46

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan 48

Saran 48

DAFTAR PUSTAKA 49

LAMPIRAN 60

RIWAYAT HIDUP

Page 11: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

xi

DAFTAR TABEL

No. Halaman

Teks

1. Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Biji Kakao 9

2. Kandungan Theobromin dalam Limbah Kakao 11

3. Komposisi Kimia Onggok 16

4. Kandungan Nutrisi Molases 19

5. Kandungan Nutrisi Molases 19

6. Ratarata Kadar Air, Kadar Abu, Lemak Kasar, Serat Kasar dan Protein Kasar

Tepung Limbah Biji Kakao yang Difermentasi Menggunakan Bakteri Selulolitik

dengan Metode Pengeringan yang Berbeda 40

Page 12: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

xii

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

Teks

1. Tanaman dan Biji Kakao 5

2. Struktur Buah dan Biji Kakao 6

3. Limbah Biji Kakao 8

4. Biji Gepeng, Pecahan Kulit dan Pecahan Biji, Biji Saling Dempet dan Plasenta

Biji 10

5. Letak dan Bentuk Bekatul 13

6. Onggok 15

7. Arang Sekam 16

8. Molases 18

9. BioMC4 22

10. Pemecahan Selulosa oleh Enzim Selulase 25

11. Diagram Alir Pembuatan Tepung Limbah Biji Kakao 60

12. Diagram Alir Proses Fermentasi dan Pengeringan pada Tepung Limbah Biji

Kakao 61

Page 13: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

Teks

1. Diagram Alir Pembuatan Tepung Limbah Biji Kakao 60

2. Diagram Alir Proses Fermentasi dan Pengeringan pada Tepung Limbah Biji

Kakao 61

3. Hasil Analisis Ragam Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Biji Kakao yang

Difermentasi Menggunakan Bakteri Selulolitik dengan Metode Pengeringan yang

Berbeda 62

4. Dokumentasi Penelitian 66

Page 14: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

1

PENDAHULUAN

Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang sangat

diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Komoditas

peternakan terbesar di Indonesia saat ini berasal dari sektor perunggasan, hampir

70% industri peternakan didominasi industri perunggasan. Salah satunya adalah

peternakan ayam ras petelur. Peningkatan populasi ayam ras petelur pada tahun

20112012 sebanyak 130.539.437 ekor (Badan Pusat Statistik, 2012). Demikian

pula populasi ayam ras petelur di Sulawesi Selatan mengalami peningkatan setiap

tahun dari 8.303.129 ekor pada tahun 2013 meningkat menjadi 10.481.875 ekor

pada tahun 2014 (Direktorat Jenderal Peternakan, 2012). Populasi ayam ras

petelur yang terus meningkat dapat dijadikan suatu usaha berskala industri yang

ditunjang dengan permintaan dan kebutuhan akan telur yang terus meningkat.

Keberhasilan usaha peternakan ayam ras petelur dipengaruhi oleh faktor pakan.

Pakan merupakan faktor yang paling utama dalam peternakan unggas.

Biaya yang dikeluarkan untuk pakan bisa mencapai 71,79% dari total biaya

produksi (Budirahardjo, 2010). Hampir seluruh bahan pakan terutama pakan

unggas masih diimpor dari luar negeri seperti jagung, bungkil kedelai, tepung

ikan, tepung tulang dan lainnya. Data impor bahan pakan tahun 2007 Indonesia

mengimpor 480.000 ton jagung, 1.880.000 ton bungkil kedelai 10.000 ton tepung

ikan dan 280.000 ton meat and bone meal (Direktorat Jenderal Peternakan, 2009).

Penggunaan bahan pakan impor terus menerus dapat menyebabkan kerugian pada

peternak. Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan biaya pakan yaitu dengan

memanfaatkan bahan pakan lokal, salah satunya limbah biji kakao.

Page 15: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

2

Limbah biji kakao merupakan sisa/kotoran biji kakao setelah proses sortasi

biji kering. Kotoran (waste) biji kakao adalah bendabenda berupa plasenta, biji

dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulit dan biji pipih/gepeng yang berasal

dari tanaman kakao (Peraturan Menteri Pertanian No.67, 2014). Produksi kakao di

Sulawesi Selatan cukup meningkat pada Kabupaten Bone sebesar 23.803 ton pada

tahun 2011 meningkat menjadi 25.567 ton pada tahun 2012. Sedangkan produksi

kakao di Kabupaten Sidrap sebesar 6.090 ton pada tahun 2011 meningkat menjadi

10.480 ton pada tahun 2012 (Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan, 2013).

Produksi kakao yang meningkat setiap tahunnya berpotensi menghasilkan limbah

yang terus meningkat pula, apabila tidak diolah dan dimanfaatkan secara baik

dapat berpotensi sebagai polutan. Pengolahan yang dapat dilakukan terhadap

limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi.

Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan

mikroba, baik yang ditambahkan dari luar ataupun yang sudah ada didalam bahan.

Fermentasi bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dan mengurangi kandungan

zat antinutrisi. Kandungan serat kasar dan karbohidrat dalam bahan pakan yang

difermentasi menurun secara nyata, sebaliknya kandungan protein dan energinya

meningkat (Pangestu dkk., 1997). Setelah proses fermentasi, perlu diperhatikan

metode pengeringan yang optimal untuk mempertahankan kandungan nutrisi

tepung limbah biji kakao.

Pengeringan merupakan proses pengeluaran kadar air untuk memperoleh

kadar air yang aman untuk penyimpanan (Winarno dkk., 1980). Beberapa cara

yang dapat dilakukan dalam proses pengeringan yaitu menggunakan sinar

Page 16: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

3

matahari secara langsung, menggunakan oven dan dianginanginkan. Pengeringan

dengan matahari langsung merupakan proses pengeringan yang paling mudah

dilakukan, akan tetapi sinar ultra violet dari matahari juga menimbulkan

kerusakan pada kandungan kimia bahan (Pramono, 2006). Pengeringan dengan

oven dianggap lebih menguntungkan karena tidak tergantung cuaca dan kondisi

pengeringan dapat dikontrol (Widodo dan Hendriadi, 2004). Sedangkan metode

kering angin dianggap murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan

bahan (Pramono, 2006). Namun demikian belum diketahui metode pengeringan

yang optimal terhadap kandungan nutrisi tepung limbah biji kakao fermentasi,

sehingga perlu dikaji lebih lanjut.

Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi bagi masyarakat

khususnya peternak mengenai metode pengeringan yang optimal terhadap

kandungan nutrisi tepung limbah biji kakao fermentasi dan bahan pertimbangan

dalam menggunakan tepung limbah biji kakao fermentasi sebagai pakan ternak

khususnya ternak unggas.

Page 17: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

4

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Kakao (Theobroma cacao L.)

Tanaman kakao memiiki tinggi 48 m, buahnya dapat dipanen pada umur

5 tahun dan mencapai produksi buah tertinggi pada umur 12 tahun. Buahnya dapat

terus menerus dipanen sampai tanaman berumur 50 tahun dengan panen besar dua

kali dalam satu tahun (Nasution, 1976). Tanaman dan biji kakao dapat dilihat pada

Gambar 1. Taksonomi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo dan Gembong

(1988) sebagai berikut:

Divisi :Spermatophyta

Subdivisi :Angiospermae

Kelas :Dicotyledoneae

Subkelas :Dialypetalae

Bangsa :Malvales

Suku :Sterculiaceae

Marga :Theobroma

Genus :Theobroma cacao L.

(a) (b)

Gambar 1. (a) Tanaman kakao (Yana, 2014), (b) Biji kakao (Swisscontact, 2013).

Page 18: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

5

Buah kakao memiliki kulit yang tebal dan berisi 3040 biji yang

dikelilingi oleh pulp yang berlendir seperti getah. Kakao merupakan salah satu

sumber polifenol termasuk flavonoid yang tinggi, khususnya epicatechin yang

dikenal mempunyai dampak yang baik bagi kesehatan jantung dan pembuluh

darah (Taubert et al., 2007). Bagianbagian buah kakao terdiri atas kulit buah,

pulp, plasenta, dan biji. Kulit buah kakao dengan tekstur yang kasar, tebal dan

keras sedangkan kulit biji kakao merupakan kulit tipis, lunak dan agak berlendir

yang menyelubungi biji kakao (Irawan, 1983). Struktur buah dan biji kakao dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur buah dan biji kakao (Ali, 2013).

Jenis kakao dibagi atas 3 jenis, yaitu kakao criolo (kakao mulia), kakao

forestero (kakao curah/lindak) dan kakao trinitario. Kakao jenis criolo

menghasilkan mutu biji yang memiliki mutu yang baik, buahnya berwarna

merah/hijau, kulitnya tipis berbintikbintik kasar dan lunak, bijinya berbintik

bulat telur dan berukuran besar dengan kotiledon berwarna putih pada waktu

basah. Jenis forestero menghasilkan biji kakao yang mutunya sedang, buahnya

Page 19: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

6

berwarna hijau, kulitnya tebal, biji buahnya tipis. Kotiledon berwarna ungu pada

waktu basah. Jenis trinitario bentuknya heterogen, buahnya berwarna hijau merah

dan bentuknya bermacammacam. Biji buahnya juga bermacammacam dengan

kotiledon berwarna ungu muda sampai ungu tua pada waktu basah (Hatta, 1992).

Di Indonesia tanaman kakao yang dikembangkan dari varietas kakao mulia

adalah klon djati runggo sedangakan dari varietas kakao curah adalah klon afrika

barat dan upper amazon hybrid. Dari klon tersebut yang paling banyak

dikembangkan adalah upper amazon hybrid (Effendi, 1982). Jenis kakao curah

sentra produksi utamanya adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan

Sulawesi Tengah (Goenadi dkk., 2005).

Komposisi kimia biji kakao curah klon afrika barat yaitu 53,50% lemak,

3,65% air dan 1,50% protein (Nasution, 1976). Walaupun kandungan lemak yang

relatif tinggi pada kakao, namun lemaknya tidak mudah tengik karena kakao

mengandung polifenol 6% sebagai antioksidan pencegah ketengikan (Prawoto dan

Sulistyowati, 2001). Komponenkomponen lain dari biji kakao yaitu senyawa

fenolik, antara lain: katekin, epikatekin, proantosianidin, asam fenolat, tanin dan

flavonoid lainnya. Biji kakao mempunyai potensi sebagai bahan antioksidan

alami, mempunyai kemampuan untuk memodulasi sistem ketahanan tubuh, efek

kemopreventif untuk pencegahan penyakit jantung koroner dan kanker (Othman et

al., 2007), selain itu polifenol kakao bersifat antimikroba terhadap beberapa

bakteri patogen dan bakteri karsinogenik (Osawal et al., 2000). Kakao juga

mempunyai kapasitas antioksidan lebih tinggi dibanding teh dan anggur merah

(Lee et al., 2003).

Page 20: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

7

Limbah Biji Kakao

Limbah kakao merupakan bahan makanan non konvensional yang dapat

digunakan sebagai bahan baku industri makanan ternak. Hal ini didukung oleh

potensi perkebunan kakao di Indonesia yang saat ini sedang dikembangkan,

sehingga produksi limbah yang dihasilkan cukup melimpah (Mustikasari, 1993).

Limbah kakao terdiri dari kulit buah 68,50%, kulit biji kakao 29% dan plasenta

2,50%. Kulit biji kakao mengandung 68,40% bahan kering terdiri atas abu 6,64%,

protein kasar 16,60%, lemak 8,82%, serat kasar 25,10%, βN 42,84% dan TDN

72% (Sutardi, 1991).

Limbah biji kakao merupakan sisa/kotoran biji kakao setelah melalui

proses sortasi biji kering. Kotoran (waste) biji kakao adalah bendabenda berupa

plasenta, biji dempet (cluster), pecahan biji, pecahan kulit dan biji pipih/gepeng

yang berasal dari tanaman kakao (Peraturan Menteri Pertanian No.67, 2014).

Limbah biji kakao sangat berpotensi dijadikan sebagai bahan pakan ternak karena

masih terdapat beberapa kandungan nutrisi (Tabel 1) yang dibutuhkan oleh ternak.

Limbah biji kakao dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Limbah biji kakao (Dokumentasi penelitian).

Page 21: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

8

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Tepung Limbah Biji Kakao

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Air 13,44

Abu 11,79

Lemak Kasar 2,98

Serat Kasar 21,18

Protein Kasar 15,38 Sumber: Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian,

UNDIP (2016).

Menurut Swisscontact (2013) bahwa penentuan sortasi ditujukan untuk

memisahkan biji kakao dari kotoran yang melekat dan mengelompokkan biji

berdasarkan kenampakan fisik dan ukuran biji yang seragam. Tercampurnya biji

kakao dengan bukan biji seperti plasenta, pecahan kulit, pecahan biji dan lain

sebagainya yang akan menurunkan nilai mutu biji kakao, sebagai berikut:

1. Biji gepeng/pipih

Biji gepeng/pipih (Gambar 4.a) mengandung nib/biji kakao sangat kecil dan

menurunkan kadar bahan yang bisa dimakan. Biji gepeng biasanya disebabkan

oleh pemanenan yang terlalu muda, kurangnya asupan air dan nutrisi, sehingga

berkurangnya nilai kakao dipasar.

2. Pecahan biji dan pecahan kulit

Pecahan biji dan pecahan kulit (Gambar 4.b) sering terjadi selama proses

pengepakan dan penyimpanan. Jumlah biji pecah lebih tinggi menyebabkan

tingginya jumlah nib yang terbuang pada proses pembersihan. Biji kakao yang

mengandung pecahan biji tinggi tidak dapat disimpan dalam waktu lama karena

biji yang pecah mudah diserang jamur dan serangga yang dapat menyebabkan

cacat cita rasa. Oleh karena itu harus dipisahkan dari biji kakao.

Page 22: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

9

3. Biji saling dempet

Biji saling dempet (Gambar 4.c) sangat mempengaruhi nilai di pabrik

cokelat. Biji saling dempet sebaiknya ikut disortir selama proses pembersihan.

3. Plasenta biji

Plasenta biji (Gambar 4.d) akan mempersulit proses pengolahan selanjutnya.

Oleh karena itu, didalam suatu partai biji kakao seharusnya biji terbebas dari

kehadiran plasenta biji dan bendabenda asing yang bukan termasuk biji seperti

kerikil, ranting dan lain sebagainya. Bentuk biji kakao gepeng, biji saling dempet,

plasenta biji, pecahan biji dan pecahan kulit dapat dilihat pada Gambar 4.

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 4. (a) Biji gepeng, (b) Pecahan kulit dan pecahan biji, (c) Biji saling dempet,

(d) Plasenta biji (Swisscontact, 2013).

Page 23: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

10

Kulit biji kakao merupakan sumber vitamin D. Meskipun mempunyai

kandungan nutrisi tetapi kulit biji kakao mempunyai faktor pembatas yaitu suatu

senyawa alkaloid yang disebut theobromin (3,7 dimethyl zanthine) (Gohl, 1981).

Kandungan theobromin dalam limbah kakao dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan Theobromin dalam Limbah Kakao

Bagian Buah Kakao Konsentrasi (% BK)

Kulit buah 0,170,20

Kulit biji kakao 1,802,10

Biji kakao 1,902,00

Sumber: Wong dan Osman (1986).

Kandungan theobromin pada kulit biji kakao dan biji kakao menunjukkan

ratarata berat kering yang sama yaitu 1,95%. Namun, pemanfaatan kulit biji

kakao dapat dijadikan sebagai pakan alternatif ternak. Theobromin melalui proses

metylase dapat diubah menjadi kafein (Noller, 1965). Fungsi kafein menurut

Lehninger (1978) sebagai penonaktif phospodiestirase yang berfungsi dalam

siklus AMP (Adenosin Monophospate). Siklus AMP berfungsi dalam sistem

regulasi biokimia tubuh ternak antara lain sebagai penonaktif enzim protein kinase

yang pada tahap selanjutnya mengakibatkan perombakan glikogen menjadi

glukosa. Sehingga theobromin berfungsi merangsang glikoneogenesis yaitu

merombak protein menjadi glukosa. Mekanisme ini berarti menyebabkan kurang

efisiensinya penggunaan protein dalam tubuh ternak. Akan tetapi kandungan

theobromin dapat dikurangi dengan cara penggilingan dan pengeringan (Gohl,

1981). Hal yang sama dinyatakan oleh Tarka et al. (1998) bahwa theobromin

merupakan alkaloid tidak berbahaya yang dapat dirusak dengan pemanasan atau

pengeringan.

Page 24: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

11

Erlinawati (1986) menyatakan bahwa meningkatnya kadar theobromin

ransum diatas batas toleransi ternak dapat menurunkan efisiensi penggunaan

protein dan sebagai akibatnya terjadi penurunan bobot badan. Dijelaskan lebih

lanjut oleh Hutagalung (1977) bahwa penggunaan kulit biji kakao pada ayam

pedaging mampu meningkatkan pertambahan bobot badan 20 g per hari, akan

tetapi apabila pemberian lebih dari 10% dapat mengurangi pertambahan bobot

badan.

Kulit biji kakao dapat digunakan sebagai subtitusi bahan baku utama

dalam ransum, dengan menggunakan kulit biji kakao sebanyak 10% dalam

ransum ayam akan menghemat dedak halus 13% dan menghemat jagung sebanyak

10%. Pada ransum babi penggunaan 20% kulit biji kakao akan menghemat

penggunaan jagung 20%, sedangkan pada ransum sapi potong dan kerbau

penggunaan 35% kulit biji kakao dapat menghemat penggunaan jagung 25%

(Direktorat Jenderal Peternakan, 1991).

Bekatul

Bekatul diperoleh melalui beberapa tingkatan dalam proses pengolahan

gabah, yang mulamula diperoleh dari beras pecah kulit dengan hasil ikutan

sekam dan dedak kasar (Damardjati dkk., 1998). Di Indonesia proses penyosohan

beras umumnya dilakukan hanya satu tahap saja, dengan demikian hasil samping

dari sosohan yaitu dedak dan bekatul bercampur menjadi satu, sehingga limbah

penggilingan padi yang berupa dedak berarti pula bekatul. Komposisi kimia

bekatul cukup tinggi yaitu 14,90% protein, 12,50% lemak, 2,10% abu dan 3,60%

air (Ardiansyah, 2010).

Page 25: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

12

Mineral yang paling banyak terkandung didalam bekatul adalah fosfor.

Selain itu magnesium, kalium, besi dan silikon dengan persentase yang cukup

tinggi serta natrium dan kalsium dengan persentase rendah. Bekatul kaya akan

vitamin B diantaranya adalah vitamin B1, B2, B3, B5 dan B6 serta tokoferol.

Serat dalam bekatul terdiri dari selulosa dan hemiselulosa, termasuk serat yang

tidak larut dalam air. Serat yang tidak larut dapat memperlancar saluran

pencernaan sehingga dapat mencegah konstipasi dan menurunkan kolesterol

dalam darah serta untuk kesehatan jantung (Mazza, 1998). Letak dan bentuk

bekatul dapat dilihat pada Gambar 5.

(a) (b)

Gambar 5 . (a) Letak bekatul (Buchari, 2009), (b) Bentuk bekatul (Salma, 2011).

Bekatul dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak, sumber energi,

sebagai sumber karbon bagi pertumbuhan mikroorganisme seperti bakteri yang

dapat menghasilkan enzim khususnya bakteri selulolitik (Ardiansyah, 2010).

Pemanfaatan bekatul sebagai media pertumbuhan mikroorganisme didasarkan

pada kandungan komponenkomponen nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme.

Page 26: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

13

Bekatul mengandung karbohidrat tinggi, protein, lemak, vitamin dan serat kasar

(Houston, 1972). Bekatul mempunyai sumber karbon dan nitrogen lebih kompleks

dibanding media lain. Selain itu adanya kandungan karbohidrat dan vitamin B.

Vitamin B tertentu yang terdapat dalam medium merupakan faktor penting untuk

pertumbuhan jamur (Dewi dkk., 2005). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa

bekatul dapat dimanfaatkan sebagai media untuk pertumbuhan jamur penghasil

enzim, seperti Aspergillus niger, Rhizopus sp. dan Mucor sp. Dengan kata lain,

bekatul dapat digunakan sebagai substrat untuk menghasilkan enzim. Jenis enzim

yang dihasilkan tergantung pada media dan kondisi lingkungan (Satyawiharja,

1984).

Onggok

Onggok merupakan limbah padat agroindustri pengolahan singkong

menjadi tepung tapioka. Ketersediaan onggok terus meningkat sejalan dengan

meningkatnya produksi tapioka. Produksi singkong di Indonesia pada tahun 2009

mencapai 21,70 juta ton dan menghasilkan limbah dari pengolahan tepung tapioka

berupa onggok sebesar 2,80 juta ton (Badan Pusat Statistik, 2010). Enie (1989)

melaporkan dari setiap ton ubi kayu akan dihasilkan 250 kg tapioka dan 114 kg

onggok. Dengan demikian, onggok ini merupakan sisa limbah industri tepung

tapioka yang akan membusuk jika tidak termanfaatkan, sehingga mengakibatkan

pencemaran lingkungan hidup. Dengan menjadikan onggok sebagai pakan

alternatif bagi kebutuhan konsumsi unggas, akan memilki dampak baik untuk

mengurangi masalah polutan yang akan disebabkan oleh onggok tersebut.

Page 27: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

14

Onggok diperoleh dari produk limbah industri tepung tapioka yang

selama ini kurang memiliki nilai ekonomis karena pemanfaatannya sangat

terbatas. Onggok dapat bertahan lama bila dalam kondisi kering, tetapi bila dalam

keadaan basah akan mudah ditumbuhi jamur dan bakteri pembusuk sehingga akan

mudah rusak. Untuk mencegah hal tersebut perlu diupayakan cara pengawetan

onggok yang sekaligus dapat dipakai untuk meningkatkan nilai ekonomisnya.

Salah satu cara yang dapat diterapkan adalah dengan memanfaatkan onggok

sebagai substrat atau media fermentasi dalam pembuatan mineral organik karena

proses biofermentasi memerlukan bahan yang kaya akan karbohidrat (Pujaningsih

dan Mangisah, 2003). Bentuk onggok dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Onggok (Dokumentasi penelitian).

Onggok dapat dijadikan sebagai sumber karbon dalam suatu media

fermentasi karena masih banyak mengandung pati 75,19% yang tidak terekstrak,

tetapi kandungan protein kasarnya rendah yaitu 1,40% berdasarkan bahan kering,

sehingga diperlukan tambahan bahan lain sebagai sumber nitrogen yang sangat

diperlukan untuk pertumbuhan kapang (Nuraini dkk., 2008). Komposisi kimia

onggok secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 28: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

15

Tabel 3. Komposisi Kimia Onggok

Komposisi kimia (%) a b c

Air 14,32 16,86 20,00

Protein 0,80 6,42 1,57

Lemak 0,25 0,25 0,26

Abu 8,50

Serat kasar 21,92 8,14 10,00

Pati 60,60 62,97 68,00

Sumber: a. Hendri (1999); b. Tjiptadi (1982); c. Lamiya dan Mareta (2010).

Arang Sekam

Sekam tersusun dari palea dan lemma yang terikat dengan struktur

pengikat. Selsel sekam yang telah masak mengandung lignin dan silica dalam

konsentrasi tinggi. Kandungan silica berada pada lapisan luar (De Datta, 1981),

sehingga permukaannya keras dan sulit menyerap air, sulit mempertahankan

kelembaban, serta memerlukan waktu yang lama untuk mendekomposisinya

(Houston, 1972). Oleh karena itu diperlukan proses lebih lanjut yaitu dengan

pengarangan. Pengarangan adalah proses pembakaran dengan oksigen terbatas.

Pengarangan ini dimaksud untuk memudahkan panggunaan untuk tahapan lebih

lanjut (Douglas, 1985). Bentuk arang sekam dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Arang sekam (Eadewi, 2012).

Page 29: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

16

Arang sekam merupakan hasil pembakaran dari sekam padi dengan warna

hitam banyak digunakan sebagai media hidroponik secara komersial di Indonesia

Berdasarkan analisis Japanese Society for Examining Fertilizer and Fodders,

komposisi arang sekam paling banyak mengandung SiO2 yaitu 52% dan unsur C

sebanyak 31%. Komposisi lainnya adalah Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu

dalam jumlah yang sangat kecil, juga mengandung bahanbahan organik

(Houston, 1972). Arang sekam mengandung SiO2 52%, C 31%, K 0,30%, N

0,18%, F 0,80%, dan Ca 0,14%. Selain itu juga mengandung unsur lain seperti

Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa

jenis bahan organik. Kandungan silikat yang tinggi dapat menguntungkan bagi

tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya

pengerasan jaringan. Arang bakar juga digunakan untuk menambah kadar kalium

dalam tanah (Septiani, 2012).

Arang sekam juga mempunyai beberapa kegunaan lain, diantaranya

mempertahankan kelembaban apabila arang ditambahkan ke dalam tanah akan

dapat mengikat air dan melepaskannya jika tanah menjadi kering, mendorong

pertumbuhan (proliferation) mikroorganisme yang berguna bagi tanah dan

tanaman, penggembur tanah untuk menghindari pengerasan tanah karena sifatnya

yang ringan, pengatur pH dimana arang dapat mengatur pH dalam situasi tertentu,

dan menyuburkan tanah kandungan mineral arang adalah hara bagi tanaman

(Proctor dan Palaniappan, 1989). Karakteristik dari arang sekam adalah ringan

(berat Jenis 0,02 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi, kapasitas menahan

air tinggi, berwarna kehitaman sehingga dapat mengabsorbsi sinar matahari

Page 30: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

17

dengan efektif (Douglas, 1985). Beberapa penelitian diketahui kemampuan arang

sekam sebagai absorban yang bisa menekan jumlah mikroba patogen dan logam

berbahaya dalam pembuatan kompos sehingga kompos yang dihasilkan bebas dari

penyakit dan zat kimia berbahaya (Kuntara, 2014).

Molases

Molases merupakan hasil sampingan pengolahan tebu menjadi gula.

Bentuk fisiknya berupa cairan yang kental dan berwarna hitam. Kandungan

karbohidrat, protein dan mineralnya cukup tinggi sehingga bisa juga dijadikan

pakan ternak walaupun sifatnya hanya sebagai pakan pendukung. Disamping

harganya murah, kelebihan lain molases terletak pada aroma dan rasanya

(Widayati dan Widalestari, 1996). Bentuk dari molases dapat dilihat pada

Gambar 8.

Gambar 8. Molases (Doddy, 2011).

Molases dapat digunakan sebagai pakan ternak. Keuntungan molases

untuk pakan ternak adalah kadar karbohidrat tinggi (4860%) sebagai gula, kadar

mineral cukup dan rasanya disukai ternak artinya molases yang mengandung

cukup gula dan mineral apabila dicampur kedalam ransum dapat meningkatkan

Page 31: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

18

palatabilitas dan rasanya lebih disukai oleh ternak. Molases juga mengandung

vitamin B kompleks dan unsurunsur mikro yang penting bagi ternak seperti

kobalt, boron, yodium, tembaga, mangan dan seng (Rangkuti dkk., 1985).

Kandungan nutrisi molasses dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan Nutrisi Molases

Zat Nutrisi Kandungan (%)

Bahan Kering 67,05

Protein Kasar 4,00

Lemak Kasar 0,08

Serat Kasar 0,38

TDN 81,00

P 0,02

Ca 1,05

Sumber: Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Jurusan Peternakan, FPUSU (2000).

Keistimewaan molases dibandingkan limbah industri yang lain yaitu

merupakan sumber karbon organik yang paling murah dan sumber energi bagi

pertumbuhan mikroba, mengandung karbohidrat 5060%, terutama golongan

disakarida yaitu sukrosa yang akan dihidrolisis oleh mikroba menjadi glukosa dan

fruktosa (Andriani, 1993). Proses fermentasi yang menggunakan bakteri

selulolitik perlu ditambahkan molases. Kandungan gizi molases yaitu karbohidrat

84%, protein 5,09%, kalsium 1,05% dan fosfor 0,01% (Santoso, 1999). Molases

juga mengandung vitamin B kompleks, yaitu thiamin 0,08%, riboflavin dan niacin

28,00%. Selain itu, di dalam molases terdapat unsurunsur mikro yang penting

dengan kadar 15% (Sunna et al., 2000).

Page 32: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

19

Bakteri Selulolitik

Bakteri selulolitik merupakan bakteri yang dapat menghidrolisis kompleks

selulosa menjadi oligosakarida yang lebih kecil dan akhirnya menjadi glukosa.

Glukosa tersebut digunakan sebagai sumber nutrisi dan karbon bagi pertumbuhan

organisme. Bakteri selulolitik mensintesis enzim yang dapat menghidrolisis

selulosa. Enzim tersebut adalah enzim selulase. Mikroba mensintesis enzim

selulase selama tumbuh pada media selulosa (Ibrahim dan AlDewany, 2007).

Bakteri selulolitik minimal memproduksi 2 unit enzim selulase yaitu endo1,4

βglukanase yang berperan menghidrolisis serat selulosa menjadi rantai pendek,

kemudian oleh enzim ekso1,4βglukanase yang akan memecah rantai pendek

tersebut untuk menghasilkan senyawa sederhana terlarut (Charrier dan Brune,

2003).

Enzim selulase merupakan kumpulan dari beberapa enzim yang bekerja

bersama untuk hidrolisis selulosa. Mikroorganisme tertentu menghasilkan partikel

yang dinamakan selulosom. Partikel inilah yang akan terdisintegrasi menjadi

enzimenzim yang secara sinergis mendegradasi selulosa (Belitz et al., 2008).

Selulase dihasilkan karena adanya respon terhadap selulosa pada lingkungannya.

Proses ini berlangsung apabila sel bakteri berkontak langsung pada permukaan

selulosa (Busto et al., 1995). Selulase terdiri dari tiga komponen enzim, yaitu

endoβ1,4glukanase, eksoβ1,4glukanase dan βglukosidase. Ketiga

komponen enzim ini bekerjasama dalam menghidrolisis selulosa menjadi senyawa

yang lebih sederhana, yaitu glukosa (Schlegel dan Schmidt, 1994).

Page 33: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

20

Selulosa adalah polimer glukosa yang berbentuk rantai linier dan

dihubungkan oleh ikatan β1,4 glikosidik. Struktur yang linier menyebabkan

selulosa bersifat kristalin dan tidak mudah larut. Selulosa tidak mudah didegradasi

secara kimia maupun mekanis. Di alam biasanya selulosa berasosiasi dengan

polisakarida lain seperti hemiselulosa atau lignin membentuk kerangka utama

dinding sel tumbuhan (Holtzapple et al., 2003). Enzim selulase atau enzim yang

dikenal dengan nama sistematik β1,4 glukan4glukano hidrolase adalah enzim

yang dapat menghidrolisis selulosa dengan memutus ikatan glikosidik β1,4

dalam selulosa, selodektrin, selobiosa dan turunan selulosa lainnya menjadi gula

sederhana atau glukosa. Sistem pemecahan selulosa menjadi glukosa terdiri atas

tiga jenis enzim selulase yaitu endoβ1,4glukanase, eksoβ1,4glukanase,

dan βglukosidase (Silva et al., 2005).

Bakteri selulolitik sebagian besar berbentuk coccus yang memperlihatkan

tipe struktur dinding sel grampositif dan terdapat beberapa berbentuk bacill yang

memperlihatkan tipe struktur dinding sel gramnegatif (Ogimoto dan Imai, 1981).

Bakteri selulolitik digolongkan menjadi dua berdasarkan akan kebutuhan oksigen,

yaitu kelompok bakteri aerob dan anaerob. Bakteri selulolitik kelompok aerob

meliputi bakteri Pseudomonas, Cellvibrio, Cellulomonas, Bacillus,

Actinommycetes (Streptomyces, Microbispora, Thermomonospora) dan

Acidothermus, sedangkan bakteri selulolitik kelompok anaerob meliputi

Ruminococcus, Clostridium, Caldocellum, Bacteroides dan Acetivibrio (Fogarty

dan Kelly, 1990).

Page 34: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

21

Bakteri selulolitik dapat diperoleh dari BioMC4. BioMC4 merupakan

produk komersil mengandung bakteri selulolitik yang mampu meningkatkan nilai

nutrisi sehingga memperbaiki kecernaan terhadap bahan pakan berserat tinggi.

Kandungan bakteri BioMC4 yaitu Bacillus sp., Enterobacter sp., Cellulomonas

sp. dan Actinomyces sp. dengan dosis 1 liter per ton bahan pakan. Cara

penggunaanya yaitu mencampurkan 1 liter (0,1%) BioMC4 dengan 200 liter

(20%) air dan 15 kg (1,5%) molases, diaduk secara merata lalu disemprotkan pada

bahan pakan yang akan difermentasi (BioWiber). BioMC4 dapat dilihat pada

Gambar 9.

Gambar 9. BioMC4 (Dokumentasi penelitian)

Cellulomonas sp. mengandung enzim selulase dan memiliki aktivitas

βglucosidase (Kang et al., 2007; Bagnara et al.,1985). Cellulomonas sp. mampu

menghasilkan protein dengan memanfaatkan substrat berupa serat (Schlegel dan

Schmidt, 1994). Menurut Wizna dkk. (1995) bahwa penggunaan bakteri

Page 35: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

22

selulolitik (Cellulomonas sp.) dapat merombak serat kasar serta meningkatkan

protein kasar. Lamid dkk. (2005) melaporkan bahwa jerami padi yang

difermentasi selama tujuh hari menggunakan bakteri selulolitik (Bacillus sp.,

Cellulomonas sp., Cellvibrio sp.) dosis 30% dapat menurunkan kandungan serat

kasar dari 39,71% menjadi 34,60%.

Bacillus sp. memiliki tipe enzim selulase yang termasuk enzim

endoβ1,4glukanase yang memiliki kemampuan mendegradasi selulosa

menjadi oligosakarida dan eksoβ1,4glukanase yang mampu mendegradasi

oligosakarida menjadi selobiosa serta βglukosidase yang mendegradasi selobiosa

menjadi glukosa (Andriyani et al., 2012) Pamungkas dan Khasani (2010)

melaporkan bahwa fermentasi bungkil kelapa sawit menggunakan Bacillus sp.

efektif menurunkan kandungan serat kasar dan lemak kasar bungkil kelapa sawit,

serta meningkatkan kandungan protein kasar.

Enterobacter sp. memiliki kemampuan mendegradasi lignin dan

polisakarida pada jerami (Borji et al., 2003). Menurut Suci (2005) bahwa

Enterobacter claoace menghasilkan enzim selulase yang dapat mengkatalisis

reaksi pemutusan ikatan 1,4βglycoside dalam selulosa. Enzim selulase tersebut

mampu memecah dan menguraikan komponen serat kasar menjadi karbohidrat

terlarut yang selanjutnya dapat digunakan sebagai sumber energi bagi ternak.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lokapirnasari et al. (2015) bahwa enzim

selulolitik memiliki aktivitas endo1,4βDglukanase, ekso1,4

βDglukanase dan βglukosidase, yang dapat diproduksi dari Enterobacter

claoace WPL 214. Hal ini menunjukkan bahwa Enterobacter claoace WPL 214

Page 36: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

23

dapat digunakan untuk menghidrolisis bahan pakan berserat yang mengandung

lignoselulosa. Actinomyces sp. merupakan mikroba selulolitik (Park et al., 2005).

Menurut Judoamidjojo dkk. (1989) Actinomyces sp. merupakan bakteri yang

mampu mendegradasi selulosa.

Hasil penelitian Mahmudah (2013) bahwa fermentasi onggok oleh

Bacillus mycoides dapat menurunkan serat kasar dari 10,24% menjadi 5,52% dan

meningkatkan kadar protein kasar dari 1,10% menjadi 9,10%. Mekanisme bakteri

dalam menurunkan serat adalah dengan mengeluarkan enzim selulase. Bakteri

genus Bacillus memiliki kemampuan dalam mendegradasi selulosa karena mampu

memproduksi enzim selulase (Pelczar dan Chan, 1986). Mekanisme penurunan

serat kasar pada onggok oleh bakteri Bacillus mycoides dengan menghasilkan

enzim selulase yaitu dengan menguraikan serat kasar menjadi senyawa yang lebih

sederhana seperti selobiosa (disakarida) dan glukosa (Mahmudah, 2013). Menurut

Andriyani et al. (2012) tipe enzim selulase yang dimiliki genus Bacillus termasuk

enzim endoβ1,4glukanase yang memiliki kemampuan mendegradasi selulosa

menjadi oligosakarida dan eksoβ1,4glukanase yang mampu mendegradasi

oligosakarida menjadi selobiosa serta βglukosidase yang mendegradasi selobiosa

menjadi glukosa. Fardiaz (1988) menambahkan bahwa pada proses fermentasi

mikroba menggunakan karbohidrat sebagai sumber energi setelah terlebih dahulu

dipecah menjadi glukosa. Karbohidrat dalam proses fermentasi digunakan oleh

mikroba sebagai sumber karbon (C), pemecahan karbohidrat dapat menyebabkan

penurunan serat kasar. Mekanisme kerja enzim selulase mendegradasi serat kasar

oleh mikroba penghasil enzim dapat dilihat pada Gambar 10.

Page 37: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

24

Gambar 10. Pemecahan selulosa oleh enzim selulase (Nugraha, 2006).

Gambar 10 memperlihatkan tahaptahap pemecahan selulosa oleh

kompleks enzim selulase (endoglukanase, eksoglukanase dan βglukosidase).

Tahap pertama, enzim endoglukonase menyerang daerah amorf dari selulosa

secara acak dan membentuk makin banyak ujungujung non pereduksi yang

memudahkan kerja eksoglukonase. Enzim eksoglukonase selanjutnya

menghidrolisis daerah kristal dari selulosa dengan membebaskan dua unit

glukosa. Kerja sama kedua enzim ini menghasilkan unitunit sakarida yang lebih

kecil yang selanjutnya dihidrolisis oleh βglukosidae menghasilkan glukosa.

Enzim dapat berfungsi dengan baik sebagai katalisator pada suhu optimum, jika

suhu menyimpang dari suhu optimum maka aktivitas enzim akan menurun (Lay

dan Hastowo, 1994). Sebagian besar enzim mempunyai aktivitas optimum pada

suhu antara 30°C dan 40°C (Volk dan Wheeler, 1988).

Mekanisme bakteri dalam meningkatkan protein kasar menurut Wizna et

al. (2009) bahwa populasi mikroba yang tinggi mengakibatkan kandungan protein

kasar tinggi karena mikroba sebagian besar terdiri dari protein. Crueger dan

Page 38: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

25

Crueger (1984) menambahkan bahwa kadar protein berbagai jenis mikroba

bervariasi, bakteri mengandung protein 7078%. Peningkatan kandungan protein

kasar dapat disebabkan adanya tambahan protein yang berasal dari enzim yang

dihasilkan bakteri selulolitik serta tambahan protein yang berasal dari peningkatan

biomassa inokulum bakteri selulolitik (Lokapirnasari, 2013).

Penelitian yang dilakukan oleh Gianfreda dan Rao (2004) bahwa

peningkatan protein dan asam amino pada onggok terfermentasi merupakan

akumulasi dari protein onggok, protein mikroba dan protein enzim ekstraseluler

produksi mikroba. Selain itu, semakin lama fermentasi maka semakin banyak

memberikan kesempatan pada bakteri untuk tumbuh dan berkembang sehingga

protein yang dihasilkan juga semakin banyak. Hal yang sama dikatakan oleh

Aisjah (1995) bahwa dengan waktu inkubasi yang lama berarti akan semakin

banyak kesempatan mikroba untuk terus tumbuh dan berkembang biak sampai

tercapai stasioner, yaitu laju pertumbuhan sama dengan nol dan jumlah massa sel

total konstan.

Gambaran Umum Fermentasi

Fermentasi adalah proses perubahan kimia pada subtrat sebagai hasil kerja

enzim dari mikroorganisme dengan menghasilkan produk tertentu (Bidura, 2007).

Proses ini berjalan tergantung pada jenis substrat, mikroorganisme dan lingkungan

yang mempengaruhi pertumbuhan dan metabolisme mikroorganisme. Contoh

produk fermentasi oleh mikroorganisme yang dapat dimanfaatkan seperti etil

alkohol, asam laktat, gliserol dan lainlain (Volk dan Wheeler, 1993).

Page 39: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

26

Proses fermentasi dapat menurunkan kandungan serat kasar dan

meningkatkan kandungan protein pakan (Sa’id, 1987). Pakan yang difermentasi

memiliki nilai gizi yang lebih tinggi dari bahan asalnya. Hal ini disebabkan oleh

sifat katabolik mikroorganisme yang mampu memecah komponen yang komplek

menjadi komponen yang lebih sederhana sehingga mudah dicerna (Winarno dkk.,

1980). Fermentasi menghasilkan bahan yang bernilai gizi lebih tinggi dari bahan

lain. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh mikroba yang bersifat katabolik atau

memecah komponenkomponen yang kompleks menjadi lebih sederhana dan

mudah dicerna, tetapi mikroba juga dapat mensintesa beberapa vitamin dan faktor

pertumbuhan yang lain misalnya riboflavin, vitamin B12 dan provitamin A

(Rahayu dan Sudarmadji, 1989).

Fermentasi melibatkan aktifitas mikroba untuk memperoleh energi melalui

pemecahan substrat yang berguna untuk keperluan metabolisme dan

pertumbuhannya sehingga dapat menyebabkan perubahan sifat bahan pakan

(Rachman, 1989). Menurut Pangestu dkk. (1997) bahwa kandungan serat kasar

dan karbohidrat dalam bahan pakan yang difermentasi menurun, sebaliknya

kandungan protein dan energinya meningkat. Prescott dan Dunn (1982)

menyatakan bahwa fermentasi dapat memperbaiki sifatsifat bahan dasar seperti

meningkatkan kecernaan, menghilangkan senyawa beracun, menimbulkan rasa

dan aroma yang disukai.

Hasil penelitian penerapan teknologi fermentasi yang dilakukan

Purwadaria et al. (1995) bahwa bungkil kelapa yang difermentasi dengan

menggunakan Aspergillus niger mampu meningkatkan kadar protein dari 21,07%

Page 40: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

27

menjadi 35,02% dan kandungan serat kasarnya turun dari 16,02% menjadi

10,01%. Lebih lanjut dijelaskan oleh Helmi dkk. (1999) bahwa aktivitas enzim

lipase selama fermentasi akan menurunkan kadar lemak bungkil kelapa sebesar

52,03% dan 61,06%. Aspergillus niger yang digunakan dapat memproduksi enzim

lipase, sehingga lemak yang terdapat di dalam bungkil kelapa dapat berkurang.

Keberhasilan fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air,

suhu, pH, fermentator, susunan bahan dasar dan bahan yang bersifat mendukung

(Rahayu dan Sudarmadji, 1989). Ciri fisik fermentasi yang berhasil/normal yaitu:

timbul bau atau aroma yang khas, terjadi perubahan warna dan tekstur bahan.

Sedangkan ciri fisik fermentasi yang gagal yaitu tidak adanya bau atau aroma

khas yang timbul, tidak terjadi perubahan warna dan tekstur bahan. Ciri fisik

tepung limbah biji kakao fermentasi yang berhasil yaitu: timbul bau/aroma khas

tape dan berwarna coklat tua.

Gambaran Umum Pengeringan

Pengeringan adalah proses pengeluaran kadar air untuk memperoleh kadar

air yang aman untuk penyimpanan (Winarno dkk., 1980). Pengeringan merupakan

suatu peristiwa perpindahan massa dan energi yang terjadi dalam pemisahan

cairan atau kelembaban dari suatu bahan sampai batas kandungan air yang

ditentukan dengan menggunakan gas sebagai fluida sumber panas dan penerima

uap cairan (Desrosier, 1988). Pengeringan pada dasarnya merupakan suatu cara

untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan

cara menguapkan sebagian besar air yang dikandungnya dengan menggunakan

energi panas. Penurunan kandungan air biasanya dilakukan sampai mencapai

Page 41: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

28

kadar air tertentu sehingga mikroba penyebab kerusakan bahan pangan menjadi

tidak aktif atau mati (Supriyono, 2003; Wirakartakusumah dkk., 1992).

Pengeringan dilakukan sampai kadar air dibawah batas minimum dimana mikroba

dapat tumbuh, yaitu 1415% (Almasyhuri, 2013).

Proses pengeringan sangat mempengaruhi kandungan nutrien bahan yang

dikeringkan. Semakin cepat pemanasan dan semakin tinggi suhu yang digunakan

menyebabkan perubahan yang komplek pada komponen bahan, tetapi selama

pengeringan, bahan akan mengalami penurunan kadar air (Norman, 1988). Waktu

dan suhu pengeringan yang digunakan tidak dapat ditentukan dengan pasti untuk

setiap bahan, tetapi tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan, diantaranya

untuk jenis bubuk menggunakan suhu 4060oC selama 68 jam (Novary, 1997).

Faktorfaktor yang mempengaruhi pengeringan terdiri dari faktor udara pengering

dan sifat bahan. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering adalah suhu,

kecepatan volumetrik aliran udara pengering dan kelembaban udara, sedangkan

faktor yang berhubungan dengan sifat bahan yaitu ukuran bahan, kadar air awal

dan tekanan parsial dalam bahan (Fellow, 2001).

Pengeringan dapat menimbulkan terjadinya perubahan warna, tekstur,

aroma, meskipun pada bahan tersebut diberikan perlakuan pendahuluan sebelum

dikeringkan. Dengan mengurangi kadar air pada bahan, konsentrasi protein,

karbohidrat, lemak, dan mineral akan lebih tinggi, namun vitamin dan zat warna

akan berkurang (Winarno, 1984). Menurut Muchtadi (1997) bahwa proses

pengeringan sangat dipengaruhi oleh suhu dan lama pengeringan. Akan tetapi

pengeringan dengan menggunakan suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan

Page 42: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

29

pengeringan yang tidak merata. Rachmawan (2001) menyatakan bahwa semakin

tinggi suhu dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses

pengeringan berlangsung. Makin tinggi suhu udara pengering, makin besar energi

panas yang dibawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang

diuapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Jika kecepatan aliran udara

pengering makin tinggi maka makin cepat massa uap air yang dipindahkan dari

bahan ke atmosfer.

Kusmartanti (2010) menyatakan bahwa hubungan antara suhu pengeringan

dan kadar abu yang dihasilkan berbanding terbalik, semakin tinggi suhu

pengeringan maka semakin kecil pula kadar abu yang dihasilkan. Hal ini

menyebabkan semakin tinggi suhu pemanasan maka kadar abu akan cenderung

semakin menurun (Putra dkk., 2013). Sedangkan pada kadar lemak kasar menurut

Yuniarti dkk. (2007) bahwa dengan lamanya waktu dan tinggi suhu yang

digunakan pada proses pengeringan akan menyebabkan kandungan lemak yang

ada pada bahan juga semakin meningkat dan kandungan air yang semakin

menurun. Menurut Rahayu dkk. (1992) bahwa kadar lemak berbanding terbalik

dengan kadar air. Kadar lemak yang tinggi biasanya mempunyai kandungan air

cenderung lebih rendah. Pengaruh pengeringan terhadap kadar serat kasar

menurut Kilara dan Sharkasi (1986) bahwa pengeringan pada suhu yang lebih

tinggi dapat meningkatkan kadar serat. Semakin tinggi suhu pengeringan maka

kadar pati semakin menurun, karena suhu yang tinggi mengakibatkan rusaknya

sebagian molekul pati pada saat pengeringan (Lidiasari dkk., 2006). Penguraian

kadar pati tersebut menyebabkan kadar selulosa meningkat (Varo et al., 1983).

Page 43: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

30

Pengeringan dengan matahari langsung merupakan proses pengeringan yang

paling ekonomis dan paling mudah dilakukan, akan tetapi sinar ultra violet dari

matahari juga menimbulkan kerusakan pada kandungan kimia bahan yang

dikeringkan (Pramono, 2006). Kekurangan pengeringan dengan matahari yaitu

sangat tergantung pada iklim yang panas dan udara atmosfer yang kering (Frazier

dan Westhoff, 1978). Pengeringan oven (oven drying) merupakan alternatif lain

dari pengeringan matahari, tetapi metode pengeringan ini membutuhkan sedikit

biaya investasi. Pengeringan oven dapat melindungi pangan dari serangan

serangga dan debu dan tidak tergantung pada cuaca. (Hughes dan Willenberg,

1994). Keuntungan pengeringan oven yaitu tidak tergantung cuaca, kapasitas

pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan, tidak memerlukan

tempat yang luas dan kondisi pengeringan dapat dikontrol (Widodo dan

Hendriadi, 2004). Sedangkan metode kering dengan dianginanginkan dianggap

murah akan tetapi kurang efisien waktu dalam pengeringan (Pramono, 2006).

Proses pengeringan yang kurang tepat akan mengakibatkan beberapa kerugian,

yaitu kandungan nutrisi dan sifat bahan asal yang dikeringkan dapat berubah

(Istadi dan Sitompul, 2000).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwadaria dkk. (1999) bahwa

lumpur sawit fermentasi dengan perlakuan pengeringan sinar matahari

menghasilkan nilai nutrisi yang lebih baik daripada perlakuan pengeringan dengan

oven dan blower. Lumpur sawit fermentasi dengan perlakuan pengeringan sinar

matahari selama 7,5 jam dengan suhu 32oC mencapai kandungan protein kasar

sebesar 24,60%, serat kasar 14,09% dan kadar air 6,70%. Sedangkan perlakuan

Page 44: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

31

pengeringan dengan oven selama 50 jam dengan suhu 60oC kandungan protein

kasar sebesar 24,20%, serat kasar 16,20% dan kadar air 2,19%. Dan perlakuan

pengeringan dengan blower selama 24 jam dengan suhu 40oC kandungan protein

kasar 23,80%, serat kasar 16,00% dan kadar air 4,93%.

Page 45: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

32

Hipotesis

Tepung limbah biji kakao yang difermentasi menggunakan bakteri

selulolitik dengan metode pengeringan yang berbeda diduga dapat memperbaiki

kandungan nutrisi tepung limbah biji kakao.

Page 46: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

33

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan MaretMei 2016 di Dumbia Farm

(Pakan Lokal) yang bekerjasama dengan CV. Bijaksana Poultry Shop and

Feedmill di Allakuang Kec. Maritengngae Kab. Sidrap dan Laboratorium Ilmu

Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Semarang.

Materi Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ember, sprayer, karung,

kantong plastik hitam, terpal gelap, tali rafia, alat tulis, termometer, timbangan

pakan, oven dan mesin penggiling.

Bahan yang digunakan untuk pembuatan fermentasi yaitu limbah biji

kakao, onggok, bekatul, arang sekam, molases, bakteri selulolitik (BioMC4) dan

air.

Metode Penelitian

Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, perlakuan terdiri atas:

P0 = tanpa pengeringan (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok

20% arang sekam 5%)

P1 = kering dianginanginkan (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25%

onggok 20% arang sekam 5%)

Page 47: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

34

P2 = kering matahari (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok

20% arang sekam 5%)

P3 = kering oven (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok 20%

arang sekam 5%)

Prosedur Penelitian

a. Pembuatan tepung limbah biji kakao

Limbah biji kakao yang terdiri dari pecahan kulit, pecahan biji, plasenta, biji

saling dempet dan biji gepeng digiling halus menjadi tepung dengan

menggunakan mesin penggiling. Diagram alir proses pembuatan tepung limbah

biji kakao dapat dilihat pada Gambar 11 (Lampiran 1).

b. Pengaktifan bakteri

Bakteri yang digunakan yaitu bakteri selulolitik yang merupakan produk

komersil BioMC4. Cara mengaktifkannya yaitu mencampurkan BioMC4

sebanyak 0,04 liter (0,1%) dari bahan dengan air 15 liter (25%) dan molases 0,6

kg (1,5%)

c. Fermentasi tepung limbah biji kakao

Proses fermentasi tepung limbah biji kakao sebagai berikut (Lampiran 2):

1. Mencampur bahan yang akan digunakan yaitu tepung limbah biji kakao

sebanyak 20 kg (50%), bekatul 10 kg (25%), onggok 8 kg (20%) dan arang

sekam 2 kg (5%). Semua bahan diaduk secara merata

2. Menyemprotkan bakteri yang telah diaktifkan secara merata pada bahan

3. Memasukkan bahan fermentasi ke dalam karung dan diikat erat, kemudian

dilapisi dengan kantong plastik hitam sehingga tidak ada udara yang masuk

Page 48: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

35

4. Memasukkan termometer tabung ke dalam bahan fermentasi untuk mengukur

dan memudahkan dalam mengontrol suhu fermentasi, lalu ditutup

menggunakan terpal gelap

5. Hari ke3 tutup dibuka dan diaduk/dibolakbalik

6. Hari ke9 proses fermentasi telah selesai dan dilanjutkan dengan proses

pengeringan

d. Proses pengerigan

Proses pengeringan dilakukan tiga cara sebagai berikut:

1. Pengeringan dengan cara dianginanginkan yaitu bahan pakan dihambur tipis

di dalam gudang dan diaduk/dibolakbalik setiap hari, pengeringan dilakukan

selama 9 hari dengan suhu 35oC sampai kadar air mencapai 1415%.

2. Pengeringan dengan sinar matahari secara langsung yaitu bahan dihambur tipis

dilantai pengering dan diaduk/dibolakbalik dengan suhu 40oC selama 7,5 jam

sampai kadar air mencapai 1415%.

3. Pengeringan dengan menggunakan oven yaitu bahan dimasukkan kedalam

oven dengan suhu 60oC selama 50 jam sampai kadar air mencapai 1415%.

e. Metode sampling

Mengambil bahan dari setiap sampel untuk dilakukan uji proksimat yaitu

kadar air, kadar abu, lemak kasar, serat kasar dan protein kasar di Laboratorium

Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas

Diponegoro, Semarang.

Page 49: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

36

Parameter yang diukur

Parameter yang diukur adalah kadar air, kadar abu, lemak kasar, serat

kasar dan protein kasar. Prosedur kerja dari analisis proksimat ini menurut AOAC

(1992) yaitu:

a. Analisis Protein Kasar

1. Sampel ditimbang 0,05 g (a g) kemudian dimasukkan dalam labu kjeldahl.

2. Ditambhakan 1 sendok teh takaran selenium mix dan 10 mL H2SO4.

3. Sampel dikocok hingga seluruh sampel terbasahi oleh H2SO4 kemudian

didestruksi (dalam lemari asam) di atas alat pemanas hingga jernih.

4. Sampel yang telah didestruksi kemudian diencerkan dengan aquades

sampai tanda garis (pengenceran b kali).

5. H3BO3 2% sebanyak 10 mL dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer,

kemudian ditambahkan dengan indikator metil merah sebanyak 3 tetes.

6. Memipet larutan sebanyak 10 mL, kemudian dimasukkan dalam destilasi

dan ditambahkan 10 mL NaOH 40 % serta aquades sebanyak 100 mL.

7. Alat destilasi dijalankan sampai larutan N mencapai 50 mL.

8. Menitrasi dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sampai terjadi perubahan

warna (c mL). Keberhasilan analisis ini ditandai dengan terjadinya

perubahan warna hijau menjadi merah pada labu penampung N.

Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Kadar Protein Kasar mL titrasi x N H2SO4 x 0,014 x 6,25 x b x 100% berat sampel (g)

x 100% mL titrasi x N H2SO4 x 0,014 x 6,25 x b

berat sampel (g)

Page 50: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

37

b. Analisis Serat Kasar

1. Sampel ditimbang sebanyak kurang lebih 0,05 g (a g) kemudian

dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer 500 mL.

2. 50 ml H2SO4 0,3 N ditambahkan kemudian didihkan selama 30 menit.

3. 25 ml NaOH 1,5 N ditambahkan kemudian didihkan lagi selama 30 menit.

4. Penyaringan dilakukan dengan menggunakan sintered glass dan pompa

vakum.

5. Sampel yang disaring dicuci dengan menggunakan 50 mL air panas, 50

mL H2SO4 0,3 N, 50 mL air panas dan 25 mL alkohol 95%.

6. Sampel dimasukkan dalam oven pada suhu 105oC selama 12 jam

kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang (b g).

7. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam tanur selama 3 jam (serat

kasar merupakan kehilangan berat sesudah pengabuan) (c g).

Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Kadar Serat Kasar sampel setelah diovensampel setelah ditanur x 100% berat sampel (g)

c. Analisis Lemak Kasar

1. Menimbang sampel sebanyak 1 g (a g), kemudian dimasukkan kedalam

tabung reaksi.

2. Larutan chloroform diberikan sebanyak 10 mL kemudian tabung reaksi

ditutup agar larutan tidak menguap, dikocok sampai homogen dan

dibiarkan selama 24 jam.

3. Sampel disaring dengan menggunakan kertas saring kemudian pipet

sebanyak 5 mL.

x 100% sampel setelah dioven sampel setelah ditanur

berat sampel (g)

Page 51: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

38

4. Sampel yang telah dipipet dimasukkan kedalam cawan porselin yang telah

ditimbang berat kosongnya (b g).

5. Sampel dimasukkan dalam oven selma 24 jam pada suhu 105oC, kemudian

didinginkan dalam desikator selma 30 menit dan ditimbang (c g).

Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:

Kadar Lemak Kasar Sampel setelah ovencawan kosong x b x 100% berat sampel (g)

Analisis Statistik

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan RAL (Rancangan

Acak Lengkap), pola searah dengan 4 perlakuan 5 ulangan. Perlakuan yang

berpengaruh nyata dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (Gaspersz,

1991). Rumus matematikanya sebagai berikut:

Yij = μ + τi + €ij

Keterangan :

Yij = Nilai Pengamatan dengan ulangan kej

μ = Ratarata umum (nilai tengah pengamatan)

τi = Pengaruh Perlakuan kei (i = 1, 2, 3, 4)

€ij = Galat percobaan dari perlakuan kei pada pengamatan kej (j =

1, 2, 3, 4, 5)

i = Banyaknya perlakuan

j = Banyaknya ulangan dari setiap perlakuan

x 100% sampel setelah oven cawan kosong x b berat sampel (g)

Page 52: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

39

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh ratarata kadar air, kadar abu,

lemak kasar, serat kasar dan protein kasar tepung limbah biji kakao yang

difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Ratarata Kadar Air, Kadar Abu, Lemak Kasar, Serat Kasar dan Protein Kasar Tepung Limbah Biji Kakao yang Difermentasi Menggunakan

Bakteri Selulolitik dengan Metode Pengeringan yang Berbeda

Parameter Perlakuan

P0 P1 P2 P3

Air (%) 46,82 ± 1,84a 15,98 ± 0,73

c 6,78 ± 0,34

d 32,18 ± 1,22

b

Abu (%) 13,59 ± 1,61a 12,65 ± 0,24

a 12,69 ± 0,65

a 9,78 ± 2,59

b

Lemak Kasar

(%)

3,95 ± 0,85b 3,84 ± 0,99

b 6,93 ± 1,34

a 4,17 ± 0,51

b

Serat Kasar

(%)

17,82 ± 2,02c 21,53 ± 0,72

b 22,99 ± 0,46

ab 23,54 ± 0,81

a

Protein Kasar

(%)

10,94 ± 2,63 12,64 ± 0,11 11,70 ± 0,09 12,80 ± 0,57

Keterangan: P0: Tanpa pengeringan (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok 20%

arang sekam 5%), P1: kering dianginanginkan (tepung limbah biji kakao 50%

bekatul 25% onggok 20% arang seekam 5%), P2: kering matahari (tepung

limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok 20% arang sekam 5%), P3: kering

oven (tepung limbah biji kakao 50% bekatul 25% onggok 20% arang sekam

5%).

a, b, ab, c, d: Superskrip pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata P<0,05.

Kadar Air

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tepung limbah biji kakao yang

difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda menunjukkan perbedaan nyata terhadap kadar air. P0 (46,82%) berbeda

nyata lebih tinggi dari P1 (15,98%), P2 (6,78%) dan P3 (32,18%). P1 (15,98%)

berbeda nyata lebih rendah dari P0 (46,82%) dan P3 (32,18%), tetapi berbeda

nyata lebih tinggi dari P2 (6,78%). P2 (6,78%) berbeda nyata lebih rendah dari P0

(46,82%), P1 (15,98%) dan P3 (32,18%). P3 (32,18%) berbeda nyata lebih tinggi

Page 53: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

40

dari P1 (15,98%) dan P2 (6,78%), tetapi berbeda nyata lebih rendah dari P0

(46,82%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar air pada tepung

limbah biji kakao fermentasi setelah dikeringkan.

Kadar air terendah yang diperoleh pada penelitian ini terdapat pada

pengeringan dengan matahari. Hal ini dikarenakan suhu pengeringan matahari

yang cukup tinggi dan kondisi cuaca yang sangat baik menyebabkan terjadinya

penguapan air yang lebih banyak sehingga kadar air menurun. Sesuai dengan

pendapat Winarno (1995) yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu pengering

maka semakin cepat terjadi penguapan, sehingga kandungan air di dalam bahan

semakin rendah. Perbedaan kadar air yang diperoleh pada setiap metode

pengeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: luas permukaan bahan, suhu

ruang pengering dan kecepatan aliran udara pada ruang pengering. Semakin besar

perbedaan suhu antara pengering dengan bahan, makin cepat pemindahan panas

ke dalam bahan dan makin cepat pula penghilangan air dari bahan. Selain itu,

udara yang mempunyai gerakan yang tinggi selain dapat mengambil uap air juga

akan menghilangkan uap air tersebut dari permukaan bahan (Supriyono, 2003).

Penurunan kadar air tepung limbah biji kakao fermentasi lebih banyak

pada pengeringan matahari dengan suhu lebih rendah dan waktu yang lebih

singkat dibandingkan pengeringan oven pada suhu lebih tinggi dan waktu lebih

lama. Hal ini disebabkan oleh cuaca matahari yang sangat baik dan dalam keadaan

terbuka sehingga penguapan air yang lebih banyak dan berlangsung lebih cepat,

sedangkan oven yang terisi penuh dan dalam keadaan tertutup sehingga tidak

terjadi pertukaran udara dan uap air dapat masuk kembali ke dalam bahan. Sesuai

Page 54: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

41

dengan pendapat Kilara dan Sharkasi (1986) bahwa proses pengeringan dengan

matahari penurunan kadar airnya lebih banyak dengan suhu lebih rendah dan

waktu lebih singkat, dibandingkan pengeringan dengan oven pada suhu lebih

tinggi dan waktu lebih lama. Hal ini berkaitan dengan kondisi cuaca pada saat itu

yang tidak lembab, sehingga proses penguapan atau pelepasan molekul air dari

bahan berlangsung baik dan adanya lantai beton juga merupakan pengantar panas

yang cukup baik untuk pengeringan dengan matahari. Pada pengeringan dengan

oven 60°C karena kapasitas oven terisi penuh, pertukaran udara menjadi tidak

sempurna sehingga diperlukan waktu yang lebih lama.

Haryanti dan Hidajati (2013) menyatakan bahwa tingginya kadar air

dengan pengeringan oven disebabkan bahan berada dalam kondisi tertutup dan air

yang menguap tetap ada didalam oven sehingga uap air tersebut dapat masuk

kembali ke dalam bahan, sedangkan pada pengeringan dengan sinar matahari

memiliki kadar air lebih rendah disebabkan bahan berada dalam keadaan terbuka

sehingga air yang menguap dapat berkurang dengan adanya angin dan sinar

matahari langsung.

Kadar Abu

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tepung limbah biji kakao yang

difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda menunjukkan perbedaan nyata terhadap kadar abu. P0 (13,59%) tidak

berbeda nyata pada P1 (12,65%) dan P2 (12,69%), tetapi berbeda nyata lebih tinggi

dari P3 (9,78%). P1 (12,65%) tidak berbeda nyata pada P0 (13,59%) dan P2

(12,69%), tetapi berbeda nyata lebih tinggi dari P3 (9,78%). P3 (9,78%) berbeda

Page 55: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

42

nyata lebih rendah dari P0 (13,59%), P1 (12,65%) dan P2 (12,69%). Berdasarkan

data tersebut dapat dikatakan bahwa terjadi penurunan kadar abu pada tepung

limbah biji kakao fermentasi setelah dikeringkan.

Kadar abu yang diperoleh pada penelitian ini mengalami penurunan

setelah dikeringkan dikarenakan tepung limbah biji kakao fermentasi telah

mengalami proses pengolahan yaitu pengeringan, sehingga sebagian kadar abunya

menguap. Sesuai dengan pendapat Pratama (2011) bahwa bahan segar sebelum

mengalami proses pengolahan memiliki kadar abu serta kadar mineral lainnya

yang terkandung dalam bahan tersebut masih utuh. Beda halnya dengan bahan

yang telah mengalami proses pengolahan yang bervariasi menyebabkan sebagian

abu dan mineral menghilang dari bahan.

Kadar abu terendah terdapat pada pengeringan dengan oven. Hal ini

disebabkan suhu pengeringan oven yang tinggi sehingga kadar abu didalam

bahan menguap. Menurut Sudarmadji dkk. (1997) bahwa komponen abu mudah

mengalami dekomposisi atau bahkan menguap pada suhu yang tinggi. Menurut

Kusmartanti (2010) menyatakan bahwa hubungan antara suhu pengeringan dan

kadar abu yang dihasilkan berbanding terbalik, semakin tinggi suhu pengeringan

maka semakin kecil pula kadar abu yang dihasilkan. Sejalan dengan pendapat

Hidayati (2007) bahwa faktor suhu yang tinggi menyebabkan kandungan mineral

dalam bahan berkurang.

Lemak Kasar

Page 56: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

43

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tepung limbah biji kakao yang

difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda menunjukkan perbedaan nyata terhadap lemak kasar. P0 (3,95%) tidak

berbeda nyata pada P1 (3,84%) dan P3 (4,17%), tetapi berbeda nyata lebih rendah

dari P2 (6,93%). P1 (3,84%) tidak berbeda nyata pada P0 (3,95%) dan P3 (4,17%),

tetapi berbeda nyata lebih rendah dari P2 (6,93%). P2 (6,93%) berbeda nyata lebih

tinggi dari P0 (3,95%), P1 (3,84%) dan P3 (4,17%). P3 (4,17%) tidak berbeda nyata

pada P0 (3,95%) dan P1 (3,84%), tetapi berbeda nyata lebih rendah dari P2

(6,93%). Hal ini menunjukkan terjadi perubahan kandungan lemak kasar pada

tepung limbah biji kakao fermentasi setelah dikeringkan.

Kandungan lemak kasar terendah yang diperoleh pada penelitian ini yaitu

pada pengeringan dengan dianginanginkan, karena suhu pengeringan yang tidak

terlalu tinggi sehingga lemak kasarnya tidak meningkat. Menurut Yuniarti dkk.

(2007) bahwa dengan tingginya suhu yang digunakan pada proses pengeringan

akan menyebabkan kandungan lemak yang ada pada bahan juga semakin

meningkat. Zuhra dan Erlina (2012) menyatakan bahwa kadar lemak yang tinggi

dapat terjadi sebagai akibat dari pemberian panas yang tinggi pada lemak

sehingga terputusnya ikatanikatan rangkap pada lemak, dan lemak tersebut akan

terdekomposisi menjadi gliserol dan asam lemak. Lemak merupakan suatu

senyawa yang terbentuk sebagai hasil dari reaksi esterifikasi antara gliserol

dengan asam lemak.

Kandungan lemak kasar tertinggi terdapat pada pengeringan dengan

matahari. Hal ini disebabkan terjadi penguapan air dari bahan dalam jumlah

Page 57: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

44

banyak sehingga kadar air menurun dan menyebabkan peningkatan pada lemak

kasar. Sesuai dengan pendapat Rahayu dkk. (1992) bahwa kadar lemak

berbanding terbalik dengan kadar air. Kadar lemak yang tinggi biasanya

mempunyai kandungan air cenderung lebih rendah. Hal tersebut didukung oleh

pendapat Buckle (1987) bahwa selama proses pengeringan, air menguap dari

permukaan dengan kecepatan tergantung pada suhu pengeringan, tetapi kemudian

setelah kadar air kritis tercapai, air yang akan menguap harus berdifusi dari dalam

bahan. Inilah yang menyebabkan kadar lemak meningkat.

Serat Kasar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tepung limbah biji kakao yang

difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda menunjukkan perbedaan nyata terhadap serat kasar. P0 (17,82%) berbeda

nyata lebih rendah dari P1 (21,53%), P2 (22,99%) dan P3 (23,54%). P1 (21,53%)

berbeda nyata lebih tinggi dari P0 (17,82%) dan berbeda nyata lebih rendah dari P3

(23,54%), tetapi tidak berbeda nyata pada P2 (22,99%). P2 (22,99%) tidak berbeda

nyata pada P1 (21,53%) dan P3 (23,54%), tetapi berbeda nyata lebih tinggi dari P0

(17,82%). P3 (23,54%) tidak berbeda nyata pada P2 (22,99%), tetapi berbeda nyata

lebih tinggi dari P0 (17,82%) dan P1 (21,53%). Berdasarkan hasil yang diperoleh

dapat dikatakan bahwa terjadi penigkatan serat kasar tepung limbah biji kakao

fermentasi setelah dikeringkan.

Kandungan serat kasar tepung limbah biji kakao fermentasi meningkat

setelah dikeringkan disebabkan oleh suhu pengeringan yang tinggi sehingga air

menguap dari dalam bahan dan terjadi penurunan kadar air sehingga terjadi

Page 58: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

45

pemekatan pada bahanbahan yang tertinggal salah satunya yaitu serat kasar.

Sesuai dengan pendapat Alfian dan Susanti (2012) bahwa semakin tinggi suhu

pengeringan menyebabkan terjadinya penguapan air. Bila kadar air yang terdapat

dalam bahan menurun maka akan terjadi pemekatan dari bahanbahan yang

tertinggal sehingga menyebabkan kadar serat meningkat. Sejalan dengan pendapat

Kilara dan Sharkasi (1986) bahwa pengeringan pada suhu yang lebih tinggi dapat

meningkatkan kadar serat. Hal ini didukung penelitian Purwadaria dkk. (1999)

mengenai evaluasi nilai gizi lumpur sawit fermentasi dengan Aspergillus niger

setelah proses pengeringan dengan pemanasan menunjukkan bahwa pengeringan

dengan sinar matahari selama 7,5 jam dengan suhu 32oC memiliki kandungan

serat kasar 14,90%, sedangkan pengeringan dengan oven selama 50 jam dengan

suhu 60oC memiliki kandungan serat kasar 16,20%.

Protein Kasar

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa tepung limbah biji kakao yang

difermentasi menggunakan bakteri selulolitik dengan metode pengeringan yang

berbeda menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata pada protein kasar. Protein

kasar pada perlakuan berturutturut adalah P0: 10,94%; P1: 12,64%, P2: 11,70%

dan P3: 12,80%. Berdasarkan data tersebut terjadi peningkatan protein kasar pada

tepung limbah biji kakao fermentasi setelah dikeringkan. Hal ini disebabkan

terjadi penguapan air pada tepung limbah biji kakao fermentasi pada saat

dikeringkan sehingga kadar air mengalami penurunan dan menyebabkan

kandungan protein meningkat. Sesuai dengan pendapat Hayati dkk. (2012) bahwa

pada saat proses pengeringan produk akan kehilangan kandungan air sehingga

Page 59: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

46

jumlah protein yang dikeringkan lebih tinggi atau bertambah pekat dibandingkan

dengan kandungan protein tanpa dikeringkan. Sejalan dengan pendapat Adawyah

(2007) bahwa kadar air yang mengalami penurunan akan mengakibatkan

kandungan protein di dalam bahan mengalami peningkatan. Penggunaan panas

dalam pengolahan bahan dapat menurunkan persentase kadar air yang

mengakibatkan persentase kadar protein meningkat.

Page 60: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

47

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa metode

pengeringan dengan dianginanginkan mampu memperbaiki kandungan nutrisi

tepung limbah biji kakao fermentasi.

Saran

Pengeringan dengan dianginanginkan dapat diterapkan pada tepung

limbah biji kakao fermentasi karena aman untuk penyimpanan yang akan

digunakan sebagai pakan tambahan ayam petelur.

Page 61: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

48

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah, R. 2007. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Aisjah, T. 1995. Biokonversi Limbah Umbi Singkong Menjadi Bahan Pakan

Sumber Protein Oleh Jamur Rizhopus sp. serta Pengaruhnya Terhadap

Pertumbuhan Ayam Pedaging. Tesis. Program Pascasarjana Universitas

Padjajaran Bandung. Bandung.

Alfian, B. dan R. Susanti. 2012. Analisis Senyawa Fenolik. 4365 hal. Universitas Diponegoro Press. Semarang.

Ali, H. M. 2013. Perbaikan Kualitas Daging Sapi Bali Melalui Percepatan

Pemulihan Cekaman Akibat Transportasi dengan Pemberian Teobromin

dan Polifenol dari Ekstrak Kakao. Disertasi. Program Pasca Sarjana.

Universitas Hasanuddin. Makassar.

Almasyhuri. 2013. Kemampuan rhizopus untuk menurunkan kandungan sianida

dan meningkatkan kandungan protein singkong. Penelitian Gizi dan

Makanan. 36(2): 141148.

Andriani, M. 1993. Karakterisasi Yeast yang Berperan dalam Fermentasi Ciu

Bekonang. Tesis. Program Pasca Sarjana. Universitas Gadjah Mada.

Jogjakarta.

Andriyani, Y., S. Sukaya, S. Ratu and A. Abun. 2012. The quality of fermented

cassava tuber skin as herbivorous fish feed. Seria Zootechnie. 57: 6569.

Ardiansyah. 2010. Sehat dengan Mengkonsumsi Bekatul. Suara Pembaruan 23

Agustus 2010.

Association Of Analytical Communities. 1992. Methods of the Assosiation of

Official Analitical Chemists. Published by the AOAC. Washington DC.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2010. Produksi Singkong Indonesia Tahun

20062009. [serial online] www.bps.go.id. Diakses 20 Januari 2016.

Badan Pusat Statistik (BPS). 2012. Jumlah Populasi dan Produksi Ayam Petelur

di Indonesia. [serial online] www.bps.go.id. Diakses 20 Januari 2016.

Bagnara, C., R. Toci, C. Gaudin and J. P. Belaich. 1985. Isolation and

characterization of a cellulolytic microorganism, Cellulomonas fermentans

sp. nov. doi: 10.1099/00207713354502. IJSEM. 35(4): 502507.

Page 62: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

49

Belitz, H. D., W. Grosch and P. Schieberle. 2008. Food Chemistry. 4th

Ed. Berlin.

SpringerVerlag. 327-337.

Bidura, I. G. N. G. 2007. Aplikasi Produk Bioteknologi Pakan Ternak. UPT

Penerbit Universitas Udayana. Denpasar.

Borji, M., S. Rahimi, G. Ghorbani, J. Vand, Yoosefi and H. Fazaeli. 2003.

Isolation and identification os some bacteria from termites gut capable in

degrading straw lignin and polysaccharides. Journal of Veterinary

Research. 58(3): 249256.

Buchari, E. 2009. Beras dan Kandungan Nutrisinya. [serial online]

www.kedaikopi.com. Diakses 18 Februari 2016.

Buckle, K. A. 1987. Ilmu Pangan. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Budirahardjo, K. 2010. Analisis Profitabilitas Pengembangan Usaha Ternak Itik di

Kecamatan Pagerbarang Kabupaten Tegal. Skripsi. Fakultas Peternakan.

Universias Diponegoro. Semarang.

Busto, M. D., N. Ortega and M. PerezMateos. 1995. Induction of β–glukosidase

in fungal and soil bacterial cultures. Soil Biol Biochem. 27: 949954.

Charrier, M. and A. Brune. 2003. The gut micro environment of helicid snails

(Gastropoda: Pulmonata) insitu profiles of pH, oxygen and hydrogen

determined by microsensors. Can. J. Zool. 81: 928935.

Crueger, W. and A. Crueger. 1984. Biotechnology. Text book of Industrial

Microbiology. Science Technology. Sinaver Assosiates Inc. Madison.

Damardjati, D., S. M. Ismunadji., S. Partorahardjono., M. Syam dan A. Widjono.

1998. Struktur Kandungan Gizi Beras. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan. Bogor.

De Datta, K. S. 1981. Principles and Practices of Rice Production. A.Wiley

Interscience Publication.

Desrosier, N. W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Terjemahan M.

Muljoharjo. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Dewi, C., T. Purwoko dan A. Pangastuti. 2005. Produksi gula reduksi oleh

Rhizopus oryzae dari substrat bekatul. Bioteknologi. 2(1): 2126.

Page 63: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

50

Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan. 2013. Laporan Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah. Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Selatan.

Makassar.

Direktorat Jenderal Peternakan. 1991. Pemanfaatan Limbah Industri Perkebunan

Kakao sebagai Bahan Pakan. Direktorat Jenderal Peternakan dan

Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2009. Statistik Peternakan. Direktorat Jenderal

Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jenderal Peternakan. 2012. Populasi Ayam Ras Petelur di Sulawesi

Selatan Tahun 20082012. Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian. Jakarta.

Doddy, M. J. 2011. Molasses/Tetes Tebu. [serial online] www.youtube.com.

Diakses 18 Februari 2016.

Douglas, J. S. 1985. Advance Guide to Hydroponic. Pelham Books. London.

Eadewi. 2012. Biochar. [serial online] www.eadewi.wordpress.com. Diakses 18

Februari 2016.

Effendi, S. 1982. Pengaruh Kondisi Pengolahan Terhadap Mutu Biji Cokelat di

Perkebunan Bunisari. Fakultas Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Enie, A. B. 1989. Teknologi Pengolahan Singkong. Prosiding Seminar Nasional

Peningkatan Nilai Tambah Singkong. Fakultas Pertanian. Universitas

Padjajaran. Bandung.

Erlinawati. 1986. Kemungkinan Penggunaan Kulit Biji Coklat (Theobroma cacao

L.) untuk Bahan Makanan Ternak Domba. Karya Ilmiah. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fardiaz, S. 1988. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi

Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Fellow, P. J. 2001. Food Processing Technology. Principles and Practices. CRC

Press. Boca Raton. Boston. New York. Washington.

Fogarty, W. M. and C. T. Kelly. 1990. Microbial enzymes and biotechnology. 2th

Ed. Elsevier Scence Publishers Ltd. New York. p: 3862.

Frazier, W. C. and D. C. Westhoff. 1978. Food Microbiology 3th

Ed. Tata Mc

GrawHill Publishing Company Limited. New Delhi.

Page 64: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

51

Gaspersz, V. 1991. Metode Perancangan Percobaan. CV. Armico. Bandung.

Gianfreda, L. and M. A. Rao. 2004. Potential of extraceluler enzyme in

remediation of polluted soil. Enzyme Microbiology Technolog. 2(35):

339354.

Goenadi, D. H., J. B. Bakon, Herman dan A. Purwoto. 2005. Prospek dan Arah

Pengembangan Agribisnis Kakao. Badan Litbang Pertanian. 26 hlm.

Gohl, B. 1981. Tropical Feeds. FAOUN. Rome pp 389390.

Haryanti, D. N., dan N. Hidajati. 2013. Pengaruh metode pengeringan terhadap

kualitas tepung cacing sutra (Tubifex sp.). Journal of Chemistry. 2(3):

7176.

Hatta, S. 1992. Budidaya Coklat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya.

Kanisius. Yogyakarta.

Hayati, R., Yusmanizar, Mustafril dan H. Fauzi. 2012. Kajian fermentasi dan suhu

pengeringan pada mutu kakao (Theobroma cacao L.). Teknik Pertanian.

26(2): 129135.

Helmi, H., T. Purwadaria, T. Haryati dan A. P. Sinurat. 1999. Perubahan nilai

bilangan peroksida bungkil kelapa dalam proses penyimpanan dan

fermentasi. JITV. 4(2): 102106.

Hendri, J. 1999. Kondisi optimum pembuatan selulosa nitrat dari onggok. Jurnal

Sains dan Teknologi. 5(1): 510.

Hidayati, I. L. 2007. Formulasi Tablet Effervescent dari Ekstrak Daun Belimbing

Wuluh (Avverhoa bilimbi L.) Sebagai Anti Hipertensi. Skripsi. Fakultas

Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Holtzapple, M., N. Mosier, C. Wyman, B. Dale, R. Elander, Y. Y. Lee and M.

Ladisch. 2003. Features of Promising Technologies for Pretreatment of

Lignocellulosic Biomass. Bioresource Journal. Purdue University.

Houston, D. F. 1972. Rice Chemistry and Technology. American Association of

Cereal Chemist. Inc. Minnesota.

Hughes, K. V. and B. J. Willenberg. 1994. Quality for Keeps Drying Food.

University of Missouri. [serial online]. http://www.Extension.missouri.ed.

com. Diakses 3 Februari 2016.

Page 65: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

52

Hutagalung, R. I. 1977. Nontradisional Feeding Stuffs for Livestock. Symp. On

Feeding Stuffs for Livestock in South East Asia. Kuala Lumpur. Preprint No.26.

Ibrahim, A. S. S. and AlDewany. 2007. Isolation and identification of new

cellulases producing thermophilic bacteria from an egyptian hot spring and

some properties of the crude enzyme. Australian Journal of Basic and

Applied Sciences. 1(4): 473478.

Irawan, B. 1983. Penilaian Manfaat Limbah Industri Perkebunan sebagai Bahan

Makanan Ternak Ruminansia Secara In Vitro. Karya Ilmiah. Fakultas

Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Istadi dan J. P. Sitompul. 2000. Model heterogen pengeringan butiran jagung

dalam unggun diam. Mesin. 15(3): 6368.

Judoamidjojo, R. M., E. G. Said dan L. Hartoto. 1989. Biokonversi. Pusat Antar

Universitas Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Kang, M. S., W. T. Im, H. M. Jung, M. K. Kim, M. Goodfellow, K. K. Kim, H. C.

Yang, D. S. An and S. T. Lee. 2007. Cellulomonas composti sp. nov. a

cellulolytic bacterium isolated from cattle farm compost. International

Journal of Systematic and Evolutionary Micribiology. doi:

10.1099/ijs.0.639740. IJSEM. 57(6): 12561260. Kilara, A. and T. Y. Sharkasi. 1986. Effects of temperature on food proteins and

its implications on functional properties. CRC Critical Rev. Food Sci. Nut.

23: 323395.

Kuntara, M. 2014. Cara Praktis Membuat Arang Sekam Padi. [serial online]

www.organichcs.com. Diakses 16 Februari 2016.

Kusmartanti, A. 2010. Pengaruh Suhu Terhadap Penurunan Kadar Abu Tepung

Beras dengan Menggunakan Alat Furnace. Skripsi. Fakultas Teknik.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan. 2016. Hasil Analisis Nutrisi Tepung

Limbah Biji Kakao. Program Studi Peternakan. Fakultas Peternakan dan

Pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan Ternak. 2000. Hasil Analisa Nutrisi

Molases. Program Studi Peternakan. Fakultas Pertanian. Universitas

Sumatera Utara. Medan.

Lamid, M., Kusriningrum, Mustikoweni dan S. Chusniati. 2005. Revitalisasi

Bidang Kesehatan Hewan dan Manajemen Peternakan Menuju Ekonomi

Page 66: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

53

Global. Prosiding Seminar Nasional Surabaya. Fakultas Kedokteran

Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Lamiya dan Mareta. 2010. Penyiapan Bahan Baku dalam Proses Fermentasi untuk

Pakan Ternak. [serial online] http://eprints.undip.ac.id. Diakses 20 Januari

2016.

Lay, B. Dan S. Hastowo. 1994. Analisis Mikroba di Laboratorium. Cetakan I.

Edisi I. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada. 34: 7273.

Lee, K. W., Y. J. Kim, H. J. Lee and C. Y. Lee. 2003. Cocoa has more phenolic

phytochemical and higher antioxidant capacity than teas and red wine. J.

Agric. Food Chem. 51(25): 72927295.

Lehninger, A. L. 1978. Biochemistry. Worth Publisher. Inc. New York.

Lidiasari, E., M. I. Syafutri dan F. Syaiful. 2006. Pengaruh perbedaan suhu

pengeringan tepung tapai ubi kayu terhadap mutu fisik dan kimia yang

dihasilkan. Jurnal Teknologi Pertanian. Universitas Sriwijaya. Sumatera

Selatan.

Lokapirnasari, W. P. 2013. Potensi Inokulan Selulolitik Entrobacter cloacae dan

Minyak Ikan untuk Meningkatkan Kualitas Pakan Serta Implikasinya

Terhadap Penampilan Produksi dan Kualitas Daging Broiler. Disertasi.

Program Pasca Sarjana. Univesitas Airlangga. Surabaya.

Lokapirnasari, W. P., D. S. Nazar, T. Nurhajati, K. Supranianondo and A. B.

Yulianto. 2015. Production and assay of cellulolytic enzyme activity of

Enterobacter cloacae WPL 214 isolated from bovine rumen fluid waste of

Surabaya abbatoir, Indonesia. Veterinary World. EISSN: 22310916.

p:367371.

Mahmudah. 2013. Pengaruh Jumlah Inokulum dan Lama Fermentasi Oleh

Bacillus mycoides Terhadap Kadar Serat kasar dan Protein Kasar Onggok.

Skripsi. Fakultas Sains dan Teknologi. Universitas Islam Negeri Malang.

Malang.

Mazza, G. 1998. Functional Foods Biochemical and Processing Aspects Jilid I.

Pennsylvania. Technomic Publishing Company. Inc. USA.

Muchtadi, T. R. 1997. Teknologi Proses Pengolahan Pangan. Fakultas Pangan dan

Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Mustikasari, M. 1993. Manfaat Kulit Biji Kakao (Theobroma cacao L.) Terhadap

Pertumbuhan Ayam Ras Pedaging. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Page 67: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

54

Nasution, Z. 1976. Pengolahan Cokelat. Departemen Teknologi Hasil Pertanian.

IPB Press. Bogor.

Noller, C. R. 1965. Chemistry of Organic Compounds. 3th

Ed. W. B. Sounders

Company. Philadelphia.

Norman, W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Edisi Ketiga. Universitas

Indonesia. Jakarta.

Novary, E. W. 1997. Penanganan dan Pengolahan Sayuran Segar. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Nugraha, R. 2006. Produksi Enzim Selulase Oleh Penicillum nalgiovense SS240

pada Substrat Tandan Sawit. Skripsi. Program Studi Biokimia, Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nuraini, Sabrina dan S. A. Latif. 2008. Peforma ayam dan kualitas telur yang

menggunakan pakan mengandung onggok fermentasi dengan Neurospora

crassa. Media Peternakan. Universitas Andalas. 31(3): 195201.

Ogimoto, K. and S. Imai. 1981. Atlas of Ruemen Microbiology. Jap. Sci. Soc.

Press. Tokyo.

Osawal, K., K. Miyazakil, I. Shimura, J. Okuda, M. Matsumoto and T. Ooshima.

2000. Identification of cariostatic substances in the cacao bean husk their

antiglucosyl transferase and antibacterial activities. Dent. Res. 80(11):

20002004.

Othman, A., A. Ismail, N. A. Ghani and I. Adenan. 2007. Antioxidant capacity

and phenolic content of cocoa bean. Food Chemistry. 15231530.

Pamungkas, W. dan I. Khasani. 2010. Efektifitas Bacillus sp. untuk peningkatan

nilai nutrisi bungkil kelapa sawit melalui fermentasi. Loka Riset

Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar. Hal 769774.

Pangestu, D., E. Rahmadi dan B. Ariyanti. 1997. Pengaruh fermentasi

Trichoderma viride terhadap nilai energi serbuk gergaji pada ternak

ruminansia. J. Pengembangan Peternakan Tropis. 22(3): 3539.

Park, K. M., H. I. Shin, K. K. Kang and J. H. Lee. 2005. Actinomyces isolated

from rumen of goat. AsianAust. J. Anim. Sci. 18(1): 6165.

Pelczar, J. M. dan E. C. S. Chan. 1986. Dasardasar Mikrobiologi I. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Page 68: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

55

Peraturan Menteri Pertanian No.67. 2014. Persyaratan Mutu dan Pemasaran Biji

Kakao. Republik Indonesia.

Pramono, S. 2006. Penanganan Pascapanen dan Pengaruhnya Terhadap Efek

Terapi Obat Alami. Prosiding Seminar Nasional Tumbuhan Obat

Indoneisa XXVIII. Bogor. Hal 16.

Pratama, C. 2011. Laporan Tetap Praktikum Analisa Pangan. Fakultas Teknologi

Pangan dan Agroindustri. Universitas Mataram. Mataram.

Prawoto, A. dan Sulistyowati. 2001. SifatSifat Fisik Kimia Lemak Kakao dan

FaktorFaktor yang Berpengaruh. Pusat Penelitian Perkebunan. Jember.

Hal 3946.

Prescott, S. C. and C. G. Dunn. 1982. Industrial Microbiolog. 4th

Ed. Mc. Graw

Hill Book Company. New York. Toronto. London.

Proctor, A. and Palaniappan. 1989. Soy oil adsorption by rice hull ash. J. Am. Oil.

Chem. 66(11): 6181621.

Pujaningsih, R. I. dan I. Mangisah. 2003. Potensi Saccharomyces cerevisiae dan

Aspergillus oryzae dalam Mensintesis Kromium Organik Melalui Proses

Fermentasi pada Media Onggok. Jurnal Penelitian. Fakultas Peternakan.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Purwadaria, T., T. Haryati, J. Darma and O. I. Munazat. 1995. In vitro

digestibility evaluation of fermented coconut meal using Aspergillus niger

NRRL 337. Bull. Anim. Sci. Special Edition. pp. 375382.

Purwadaria, T., A. P. Sinurat, Supriyati, H. Hamid dan I. A. K. Bintang. 1999.

Evaluasi nilai gizi lumpur sawit fermentasi dengan Aspergillus niger

setelah proses pengeringan dengan pemanasan. JITV. (4)4: 257263.

Putra, S. D. R., L. M. E. Purwijantiningsih dan F. S. Pranata. 2013. Kualitas

minuman serbuk instan kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L.)

dengan variasi maltodekstrin dan suhu pemanasan. Jurnal Penelitian.

Fakultas Teknobiologi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Yogyakarta.

Rachman, A. 1989. Pengantar Teknologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas

Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rachmawan, O. 2001. Pengeringan, Pendinginan dan Pengemasan Komoditas

Pertanian. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Rahayu, K. dan S. Sudarmadji. 1989. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar

Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Page 69: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

56

Rahayu, W. P., S. Ma’oen, Suliantari dan S. Fardiaz. 1992. Teknologi Fermentasi

Produk Perikanan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Rangkuti, A., Musofie, Sitorus, Kompiang, Kusumawardhani dan Roesjat. 1985.

Pemanfaatan Daun Tebu untuk Pakan Ternak di Jawa Timur. Seminar

Pemanfaatan Hasil samping Tebu untuk Pakan Ternak. Badan Penelitian

dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Grati.

Sa’id, E. 1987. Bioindustri Penerapan Teknologi Fermentasi. Pusat Antar

Universitas. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Salma. 2011. Bekatul Bukan Hanya Makanan Unggas. [serial online]

www.majalahkesehatan.com. Diakses 18 Februari 2016.

Santoso, U. 1999. Limbah Bahan Ransum Unggas yang Rasional. PT. Bhatara

Karya Aksara. Jakarta.

Satyawiharja, B. 1984. Fermentasi Media Padat dan Manfaatnya. Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Schlegel, H. G. dan K. Schmidt. 1994. Mikrobiologi Umum. Ed.6. Terjemahan

Tejo Baskoro dan Joke R Wattimena. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta.

Septiani, D. 2012. Pengaruh Pemberian Arang Sekam Padi Terhadap

Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens).

Seminar Program Studi Hortikultura. Politeknik Negeri Lampung.

Lampung.

Silva, R. D., E. S. Lago, C. W. Merheb, M. M. Machione, Y. K. Park and E.

Gomes. 2005. Production xylanase and CMCase on solid state

fermentation in different residues by Thermoascus auranticus. Miehe.

Braz J. Microbiomol. 36: 235–241.

Suci, L. D. 2005. Pengaruh Pemberian Jerami Padi Terfermentasi Terhadap Daya

Cerna Bahan Organik dan Serat Kasar Pakan pada Domba. Skripsi.

Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga. Surabaya.

Sudarmadji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1997. Analisa Bahan Makanan dan

Pertanian. Penerbit Liberty. Yogyakarta. 127 hal.

Sunna, A., M. D. Gibbs and P. L. Berguist. 2000. A novel thermostable

multidomain 1,4xylanase from caldibaccilus cellulovorans and effect of

its xilan binding domain on enzyme activity. Microbiol. 146: 29472855.

Page 70: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

57

Supriyono. 2003. Mengukur FaktorFaktor dalam Proses Pengeringan. Gramedia.

Jakarta.

Sutardi, T. 1991. Pemanfaatan Limbah Tanaman Perkebunan sebagai Pakan

Ternak Ruminansia. Prosiding Pameran Produksi dan Teknologi

Peternakan 31 Oktober 1991. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian

Bogor. Pemerintah Daerah Kodya Bogor. Bogor.

Swisscontact. 2013. Pasca Panen, Kualitas Biji Kakao dan Fermentasi.

Sustainable Cocoa Production Program (SCPP). Medan.

Tarka, S. M., B. L. Zoumas and G. A. Trout. 1998. Examination of Effect Cocoa

Shell with Theobromin in Lamb. Nutrition Report International.

Taubert, D., R. Roesen, C. Lehmann, N. Jung and E. Schoming. 2007. Effects of

low habitual cocoa intake on blood pressure dan bioactive nitric oxide.

The Journal of the American Medical Association. 298: 4960.

Tjiptadi. 1982. Telaah Pembuatan Glukosa dan Sifat Limbah Cairnya dengan

Bahan Ubi Kayu Secara Hidrolisa Asam dalam Rangka Meningkatkan

Teknik Pengolahannya. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian

Bogor. Bogor. 152 hlm.

Tjitrosoepomo dan Gembong. 1988. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta).

Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Varo, P., R. Laine and P. Koivistoinen. 1983. Effect of heat treatment on dietary

fiber. Interlaboratory study. J. Assoc. Off. Anal. Cm. 66: 933938.

Volk, W. A. and M. F. Wheeler. 1988. Mikrobiologi Dasar. Terjemahan

Soenartono Adisoemarto. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Volk, W. A. and M. F. Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jasad V. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Widayati dan Widalestari. 1996. Limbah untuk Pakan Ternak. Trubus Agriwidya.

Surabaya.

Widodo, P. dan A. Hendriadi. 2004. Perbandingan kinerja mesin pengering

jagung tipe bak datar model segiempat dan silinder. Jurnal Enjinering

Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2)1.

Winarno, F. G., S. Fardiaz dan D. Fardiaz. 1980. Pengantar Teknologi Pangan. PT

Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Page 71: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

58

Winarno, F. G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama.

Jakarta.

Winarno, F. G. 1995. Enzim Pangan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wirakartakusumah, A., Subarna, M. Arpah, D. Syah dan S. I. Budiwati. 1992.

Petunjuk Laboratorium. Peralatan dan Unit Proses Industri Pangan. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Wizna, H. Abbas dan Rusmana. 1995. Toleransi itik periode pertumbuhan

terhadap serat kasar ransum. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. 1(3): 13.

Wizna, Y. R., A. Hafil, D. Abdi and I. P. Kompiang. 2009. Improving the quality

of tapioca byproduct (onggok) as poultry feed through fermentation by

Bacillus amyloliquefaciens. Journal of Applied and Industrial

Biotechnology in Tropical Regon. 2(1): 15.

Wong, H. K. and A. H. Osman. 1986. The Nutritive Value and Rumen

Fermentation Pattern in Sheep Fed and Dried Cocoa Pod Ration. Canberra.

Yana. 2014. Mengenal Tanaman Kakao. [serial online] www.budidayatanaman

perkebunan.blogspot.com. Diakses 18 Februari 2016.

Yuniarti, N., D. Syamsuwida dan A. Aminah. 2007. Pengaruh penurunan kadar air

terhadap perubahan fisiologi dan kandungan biokimia benih eboni

(Diospyros celebica B.). Jurnal Penelitian Hutan Tanaman. 5(3): 191198.

Zuhra, S. dan C. Erlina. 2012. Pengaruh kondisi operasi alat pengering semprot

terhadap kualitas susu bubuk jagung. Jurnal Rekayasa Kimia dan

Lingkungan. 9(1): 3644.

Page 72: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

59

LAMPIRAN

Lampiran 1. Diagram alir pembuatan tepung limbah biji kakao

Biji Kakao Kering

Disortir

Biji Kakao Limbah Biji Kakao

Plasenta

Pecahan Kulit

Pecahan Biji

Biji Dempet dan Biji Gepeng

Digiling

Tepung Limbah Biji Kakao

Gambar 11. Diagram alir pembuatan tepung limbah biji kakao

Page 73: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

60

Lampiran 2. Diagram alir proses fermentasi dan pengeringan pada tepung

limbah biji kakao

Gambar 12. Diagram alir proses fermentasi dan pengeringan pada tepung limbah

biji kakao

Tepung Limbah Biji Kakao Fermentasi

Pencampuran Tepung limbah biji

kakao (50%)

Bekatul (25%)

Onggok (20%)

Arang sekam (5%)

Pengadukan

Penyemprotan bakteri

Dimasukkan kedalam wadah

Kadar air 4050%

Tutup dibuka dan dibolakbalik

Diikat erat

Pengeringan

Karung dan kantong plastik

Ditutup Terpal gelap

Dianginanginkan

35oC (9 Hari)

Matahari 40oC

(7,5 Jam)

Oven 60oC

(50 Jam)

Hari ke3

Hari ke9

8 hari

Analisis proksimat

1. Kadar air

2. Kadar abu

3. Lemak kasar

4. Serat kasar

5. Protein kasar

Page 74: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

61

Lampiran 3. Hasil analisis ragam kandungan nutrisi tepung limbah biji

kakao yang difermentasi menggunakan bakteri selulolitik

dengan metode pengeringan yang berbeda

Descriptives

N Mean

Std.

Deviation

Std.

Error

95% Confidence

Interval for Mean

Min Max

Lower

Bound

Upper

Bound

Air P0 (tanpa pengeringan) 5 46.8267 1.84994 .82732 44.5297 49.1237 43.61 48.28

P1 (kering diangin-anginkan) 5 15.9829 .73115 .32698 15.0751 16.8908 15.45 17.25

P2 (kering matahari) 5 6.7845 .34076 .15239 6.3613 7.2076 6.41 7.12

P3 (kering oven) 5 32.1834 1.22588 .54823 30.6613 33.7055 31.17 34.22

Total 20 25.4444 15.76797

3.5258

2 18.0647 32.8240 6.41 48.28

Abu P0 (tanpa pengeringan) 5 13.5986 1.61734 .72330 11.5904 15.6068 12.63 16.45

P1 (kering diangin-anginkan) 5 12.6576 .24297 .10866 12.3559 12.9593 12.45 12.94

P2 (kering matahari) 5 12.6972 .65496 .29291 11.8840 13.5105 11.73 13.48

P3 (kering oven) 5 9.7859 2.59489

1.1604

7 6.5639 13.0078 7.47 12.94

Total 20 12.1848 2.05898 .46040 11.2212 13.1485 7.47 16.45

Lemak_kasar P0 (tanpa pengeringan) 5 3.9501 .85010 .38017 2.8945 5.0056 2.79 4.93

P1 (kering diangin-anginkan) 5 3.8478 .99665 .44571 2.6103 5.0853 3.03 5.57

P2 (kering matahari) 5 6.9355 1.34682 .60231 5.2632 8.6078 5.43 8.94

P3 (kering oven) 5 4.1760 .51152 .22876 3.5408 4.8111 3.40 4.78

Total 20 4.7273 1.58869 .35524 3.9838 5.4709 2.79 8.94

Serat_kasar P0 (tanpa pengeringan) 5 17.8224 2.02292 .90468 15.3106 20.3342 14.56 19.99

P1 (kering diangin-anginkan) 5 21.5368 .72673 .32500 20.6345 22.4392 20.60 22.48

P2 (kering matahari) 5 22.9914 .46659 .20867 22.4121 23.5708 22.22 23.41

P3 (kering oven) 5 23.5423 .81354 .36383 22.5322 24.5525 22.60 24.59

Total 20 21.4732 2.52976 .56567 20.2893 22.6572 14.56 24.59

Protein_kasar P0 (tanpa pengeringan) 5 10.9488 2.63506

1.1784

3 7.6770 14.2207 7.93 14.07

P1 (kering diangin-anginkan) 5 12.6431 .11440 .05116 12.5010 12.7851 12.44 12.73

P2 (kering matahari) 5 11.7032 .09298 .04158 11.5877 11.8187 11.57 11.82

P3 (kering oven) 5 12.8023 .57602 .25761 12.0870 13.5175 12.34 13.80

Total 20 12.0243 1.45868 .32617 11.3417 12.7070 7.93 14.07

Page 75: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

62

ANOVA

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Air Between

Groups

(Combined) 4701.643 3 1567.214 1.124E3 .000

Linear

Term

Contrast 705.655 1 705.655 506.231 .000

Deviation 3995.988 2 1997.994 1.433E3 .000

Within Groups 22.303 16 1.394

Total 4723.946 19

Abu Between

Groups

(Combined) 41.199 3 13.733 5.584 .008

Linear

Term

Contrast 32.482 1 32.482 13.208 .002

Deviation 8.718 2 4.359 1.772 .202

Within Groups 39.349 16 2.459

Total 80.548 19

Lemak_kasar Between

Groups

(Combined) 32.789 3 10.930 11.530 .000

Linear

Term

Contrast 3.545 1 3.545 3.739 .071

Deviation 29.244 2 14.622 15.426 .000

Within Groups 15.166 16 .948

Total 47.955 19

Serat_kasar Between

Groups

(Combined) 99.595 3 33.198 24.145 .000

Linear

Term

Contrast 86.625 1 86.625 63.001 .000

Deviation 12.970 2 6.485 4.716 .025

Within Groups 22.000 16 1.375

Total 121.594 19

Protein_kasar Between

Groups

(Combined) 11.239 3 3.746 2.054 .147

Linear

Term

Contrast 5.337 1 5.337 2.926 .107

Deviation 5.902 2 2.951 1.618 .229

Within Groups 29.188 16 1.824

Total 40.427 19

Duncan

Air

Tepung_limbah_biji_kakao N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

Page 76: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

63

Duncana P2 (kering matahari) 5 6.7845

P1 (kering diangin-anginkan) 5

15.9829

P3 (kering oven) 5

32.1834

P0 (tanpa pengeringan) 5

46.8267

Sig.

1.000 1.000 1.000 1.000

Abu

Tepung_limbah_biji_kakao N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncana P3 (kering oven) 5 9.7859

P1 (kering diangin-anginkan) 5

12.6576

P2 (kering matahari) 5

12.6972

P0 (tanpa pengeringan) 5

13.5986

Sig.

1.000 .382

Lemak_kasar

Tepung_limbah_biji_kakao N

Subset for alpha = 0.05

1 2

Duncana P1 (kering diangin-anginkan) 5 3.8478

P0 (tanpa pengeringan) 5 3.9501

P3 (kering oven) 5 4.1760

P2 (kering matahari) 5

6.9355

Sig.

.621 1.000

Serat_kasar

Tepung_limbah_biji_kakao N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

Duncana P0 (tanpa pengeringan) 5 17.8224

Page 77: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

64

P1 (kering diangin-anginkan) 5

21.5368

P2 (kering matahari) 5

22.9914 22.9914

P3 (kering oven) 5

23.5423

Sig.

1.000 .067 .468

Protein_kasar

Tepung_limbah_biji_kakao N

Subset for alpha = 0.05

1

Duncana P0 (tanpa pengeringan) 5 10.9488

P2 (kering matahari) 5 11.7032

P1 (kering diangin-anginkan) 5 12.6431

P3 (kering oven) 5 12.8023

Sig.

.062

Page 78: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

65

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

Persiapan alat dan bahan

Karung

Terpal gelap Termometer tabung

Termometer suhu Sprayer

Kantong plastik hitam

Page 79: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

66

Oven BioMC4

Limbah biji kakao Bekatul

Arang sekam Onggok

Page 80: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

67

Proses fermentasi tepung limbah biji kakao

Pencampuran Pengadukan

Penyemprotan bakteri Dimasukkan ke dalam karung

Dimasukkan ke kantong plastik Ditutup terpal gelap

Page 81: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

68

Proses pengeringan

Proses pembalikan pada hari ke3

Dianginanginkan Pengadukan

Pengeringan matahari Pengadukan

Page 82: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

69

Proses pengemasan dan pengiriman sampel

Pengeringan oven Sampel yang dikeringkan

Pengemasan sampel Pengiriman sampel

Page 83: KANDUNGAN NUTRISI TEPUNG LIMBAH BIJI KAKAO YANG ... · limbah biji kakao yaitu dengan teknologi fermentasi. Fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan dengan melibatkan mikroba,

70

RIWAYAT HIDUP

Rafidah, lahir pada tanggal 25 Maret 1994 di Sebatik,

Kalimantan Utara sebagai anak keempat dari enam

bersaudara dari pasangan bapak H. Alimuddin dan Ibu Hj.

Nurmiati. Jenjang pendidikan formal yang pernah

ditempuh adalah SDN 002 Sebatik pada tahun 2000

sampai tahun 2006. Pada tahun yang sama melanjutkan di

SMPN 1 Sebatik, lulus tahun 2009 dan melanjutkan di SMAN 1 Sebatik, lulus

pada tahun 2012. Setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, pada tahun 2012

penulis diterima di Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur SNMPTN Tertulis di

Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi

mahasiswa penulis sempat menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan

Makanan Ternak (HUMANIKA UNHAS) dan sebagai anggota Himpunan

Mahasiswa Islam komisariat peternakan.