II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 LIMBAH INDUSTRI TAHU DAN AIR KELAPA Proses produksi tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan limbah cairan. Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan dibuat kerupuk, sedangkan limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu dapat menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar (www.okenet-kimia.com). Dalam proses produksi tahu, dihasilkan limbah cair antara 15-20 L/kg bahan baku kedelai dan limbah padat. Jumlah produksi tahu yang semakin meningkat akan mengakibatkan jumlah limbah cair yang dihasilkan semakin melimpah. Mengingat kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu yang memiliki kadar protein (34-45%), karbohidrat (12-30%), lemak (18-32%), dan air (7%) (Radiyati 2000), akibatnya limbah cair tahu memiliki zat-zat organik yang tinggi. Jika limbah cair industri tahu tersebut dibuang langsung ke lingkungan tanpa proses pengolahan, akan terjadi blooming (pengendapan zat-zat organik pada badan perairan), proses pembusukan dan berkembangnya mikroorganisme patogen (Sudaryati et al. 2007). Tabel 1. Kandungan kimia limbah cair tahu Komponen Jumlah Limbah Cair Tahu (% ) Air 99.34* Abu 0.11* Protein 1.73** Lemak 0.63** Nitrogen 0.05** Serat - Sumber: *(Hartati 2010) **(Nuraida et al. 1996) Pada tahun 2000 produksi kelapa di Indonesia mencapai 5.6 juta ton per tahun. Buah kelapa tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu 35 % sabut, 12 % tempurung, 28 % daging buah, dan 25 % air kelapa, sehingga satu buah kelapa rata-rata mengandung sekitar 200 ml air kelapa. Air kelapa mempunyai potensi yang baik untuk dibuat media fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa tergantung pada umur kelapa dan varietasnya. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula maksimal, yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa, sehingga air kelapa dapat menjadi sumber karbon dan berperan sebagai fermentable sugar dalam fermentasi bioinsektisida berbahan aktif Bacillus thuringiensis subsp. aizawai yang dapat mengoptimalkan proses fermentasi (www.transdigit.com).
11
Embed
Kajian rasio C/N terhadap produksi bioinsektisida dari Bacillus ...
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 LIMBAH INDUSTRI TAHU DAN AIR KELAPA
Proses produksi tahu menghasilkan dua jenis limbah, yaitu limbah padat dan limbah cairan.
Pada umumnya, limbah padat dimanfaatkan sebagai pakan ternak dan dibuat kerupuk, sedangkan
limbah cair dibuang langsung ke lingkungan. Limbah cair pabrik tahu ini memiliki kandungan
senyawa organik yang tinggi. Tanpa proses penanganan dengan baik, limbah tahu dapat
menyebabkan dampak negatif seperti polusi air, sumber penyakit, bau tidak sedap, meningkatkan
pertumbuhan nyamuk, dan menurunkan estetika lingkungan sekitar (www.okenet-kimia.com).
Dalam proses produksi tahu, dihasilkan limbah cair antara 15-20 L/kg bahan baku kedelai dan
limbah padat. Jumlah produksi tahu yang semakin meningkat akan mengakibatkan jumlah limbah cair
yang dihasilkan semakin melimpah. Mengingat kedelai sebagai bahan baku pembuatan tahu yang
memiliki kadar protein (34-45%), karbohidrat (12-30%), lemak (18-32%), dan air (7%) (Radiyati
2000), akibatnya limbah cair tahu memiliki zat-zat organik yang tinggi. Jika limbah cair industri tahu
tersebut dibuang langsung ke lingkungan tanpa proses pengolahan, akan terjadi blooming
(pengendapan zat-zat organik pada badan perairan), proses pembusukan dan berkembangnya
mikroorganisme patogen (Sudaryati et al. 2007).
Tabel 1. Kandungan kimia limbah cair tahu
Komponen Jumlah Limbah Cair Tahu (% )
Air 99.34*
Abu 0.11*
Protein 1.73**
Lemak 0.63**
Nitrogen 0.05**
Serat -
Sumber: *(Hartati 2010) **(Nuraida et al. 1996)
Pada tahun 2000 produksi kelapa di Indonesia mencapai 5.6 juta ton per tahun. Buah kelapa
tua terdiri dari empat komponen utama, yaitu 35 % sabut, 12 % tempurung, 28 % daging buah, dan 25
% air kelapa, sehingga satu buah kelapa rata-rata mengandung sekitar 200 ml air kelapa. Air kelapa
mempunyai potensi yang baik untuk dibuat media fermentasi karena kandungan zat gizinya yang kaya
dan relatif lengkap, sehingga sesuai untuk pertumbuhan mikroba. Komposisi gizi air kelapa
tergantung pada umur kelapa dan varietasnya. Air kelapa mengandung sejumlah zat gizi, yaitu
protein, lemak, gula, sejumlah vitamin, asam amino, dan hormon pertumbuhan. Kandungan gula
maksimal, yaitu 3 gram per 100 ml air kelapa, sehingga air kelapa dapat menjadi sumber karbon dan
berperan sebagai fermentable sugar dalam fermentasi bioinsektisida berbahan aktif Bacillus
thuringiensis subsp. aizawai yang dapat mengoptimalkan proses fermentasi (www.transdigit.com).
4
Kelapa yang dibudidayakan di Indonesia pada umumnya adalah kelapa dalam dan kelapa
hibrida. Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air
kelapa, dan lembaga. Setiap butir kelapa dalam dan hibrida mengandung air kelapa masing-masing
sebanyak 300-230 ml dengan berat jenis rata-rata 1.02 dan pH sedikit asam (5.6). Air kelapa
mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak, dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini
tergantung kepada umur buah. Di samping zat gizi tersebut, air kelapa juga mengandung berbagai
asam amino bebas.
Kandungan zat gizi air kelapa tua dan muda disajikan dalam tabel berikut :
Tabel 2. Kandungan zat gizi air kelapa muda dan tua per 100 g
Zat Gizi Satuan Muda Tua
Kalori K 17.0 -
Lemak g 0.20 0.14
Protein g 1.00 1.50
Karbohidrat g 3.80 4.60
Kalsium mg 15.00 -
Fosfor mg 8.00 0.50
Besi mg 0.20 -
Vitamin C mg 1.00 -
Air g 95.50 91.50
Sumber : http://warintek.ristek.go.id/pangan/umum/tanaman
............... perkebunan.pdf
2.2 BIOINSEKTISIDA
Bioinsektisida merupakan salah satu dari beberapa jenis pestisida yang dapat digunakan untuk
mengendalikan hama berupa serangga. Bioinsektisida dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ovisida dan
larvisida. Ovisida khusus digunakan untuk mengendalikan telur serangga, sedangkan larvisida khusus
digunakan untuk mengendalikan larva serangga. Bioinsektisida memanfaatkan bakteri, cendawan,
jamur, nematoda untuk membunuh hama serangga. Bioinsektisida juga merupakan insektisida
generasi baru dan sangat dianjurkan untuk digunakan dalam PHT (Pengendalian Hama Terpadu)
(Djojosumarto 2008).
Bioinsektisida (insektisida mikrobial) merupakan produk yang dihasilkan oleh mikroorganisme
yang dapat membunuh hama serangga dan vektor pembawa penyakit. Insektisida mikrobial
didefinisikan juga sebagai racun biologis dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh
serangga (entomopathogen). Sebagai entomopathogen, insektisida mikrobial dapat dikembangkan
dari bakteri, virus, fungi, dan protozoa (Ignoffo dan Anderson 1979).
Menurut Bravo (1997), adapun bakteri yang paling banyak digunakan untuk memproduksi
bioinsektisida adalah Bacillus. Bakteri ini mampu membentuk δ-endotoksin yang bersifat toksin
terhadap larva serangga.
Penggunaan bioinsektida ditujukan untuk menggantikan insektisida kimia yang banyak
digunakan selama ini. Menurut Behle et al. (1999), bioinsektisida memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan insektisida kimia. Keunggulan tersebut adalah sifat dari bioinsektisida yang
spesifik terhadap hama serangga sehingga tidak membahayakan organisme non target lainnya,
penggunaannya aman, dan bersifat ramah lingkungan karena tidak menyebabkan terjadinya
penumpukan residu pada hasil pertanian dan dalam tanah. Menurut Becker dan Margalit (1993),