KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI Perubahan Perda No. 9 tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga Pemkab Banyuwangi & Universitas Jember, 2020
KAJIAN AKADEMIK
RANPERDA KABUPATEN
BANYUWANGI
Perubahan Perda No. 9 tahun
2013 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan
dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
Pemkab Banyuwangi &
Universitas Jember, 2020
1
KAJIAN AKADEMIK
RANCANGAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BANYUWANGI
TENTANG
Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga
Disusun atas kerjasama
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI
dengan
LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS JEMBER
2020
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
2
Kajian Akademik
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
Tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi Nomor 9 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
3
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................. 5
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................ 5 1.2 IDENTIFIKASI MASALAH................................................................................. 8 1.3 TUJUAN DAN KEGUNAAN PENYUSUNAN KAJIAN AKADEMIK................................. 9
1.4 METODE PENELITIAN.................................................................................. 12
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS ........................................ 18
2.1 KAJIAN TEORITIS........................................................................................ 18 2.1.1 Sampah, Lingkungan Hidup, dan Kesehatan: Sebuah Keterkaitan ... 19 2.1.2 Definisi Sampah ................................................................................ 21 2.1.3 Jenis-jenis Sampah ............................................................................ 23 2.1.4 Konsep Pengelolaan Sampah ............................................................ 25 2.1.5 Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Pengelolaan Sampah .......... 27
2.2 PRAKTEK EMPIRIS ...................................................................................... 32
BAB III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TERKAIT .......................................................................................................... 44
3.1 PASAL PASAL 18 AYAT (6) UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 1945 ........................................................................................... 44 3.2. UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH... 47 3.3 PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN
SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA......... 51 3.4 PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 13 TAHUN 2012
TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN REDUCE, REUSE, DAN RECYCLE MELALUI BANK
SAMPAH .................................................................................................. 53 3.5 PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR 03/PRT/M/2013 TENTANG
PENYELENGGARAAN PRASARANA DAN SARANA PERSAMPAHAN DALAM PENANGANAN
SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA......... 56
BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS.......................... 58
4.1 LANDASAN FILOSOFIS ................................................................................. 58 4.2 LANDASAN SOSIOLOGIS............................................................................... 61
4.3 LANDASAN YURIDIS .................................................................................... 62
BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI TENTANG
PERUBAHAN PERDA NOMOR 9 TAHUN 2013 .................................................. 68
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
4
5.1 JANGKAUAN PENGATURAN .......................................................................................... 68
5.2 ARAH PENGATURAN .................................................................................................... 69
5.3 MATERI MUATAN PENGATURAN ................................................................................ 70
BAB VI. PENUTUP .................................................................................................................... 87
6.1 KESIMPULAN ................................................................................................................ 87
6.2 SARAN/REKOMENDASI ................................................................................................ 90
REFERENSI .................................................................................................................................. 92
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
5
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada tahun 2013 Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi telah
berhasil megundangkan peraturan daerah (selanjutnya disingkat Perda) yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah. Nomenklatur dari Perda tersebut
adalah Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga. Adapun tujuan dari penyusunan Perda tersebut adalah: "bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta
menjadikan sampah sebagai sumber daya" (Pasal 3 Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga). Hal ini patut
diapresiasi karena peraturan yang berkaitan dengan pengelolaan sampah
tersebut memiliki tujuan yang sejalan dengan kesejahteran dan kesehatan
masyarakat secara luas. Artinya, tujuan yang hendak dicapai oleh Perda
tersebut adalah tujuan yang relevan dengan keberadaan hukum sebagai
sarana untuk mencapai kebaikan bersama (the common good).
Sebagaimana dapat dilihat dalam penjelasan umum Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, pengelolaan sampah
adalah sistem yang bertujuan dan saling terkait. Secara detail, ditegaskan
didalam penjelasan umumnya bahwa (Penjelasan Umum Perda
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
6
Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga):
Pengelolahan persampahan di perkotaan merupakan suatu
sistem yang saling berinteraksi membentuk kesatuan dan
mempunyai tujuan. Pengolahan sampah suatu daerah/kota
bertujuan untuk melayani penduduk terhadap sampah
domestik rumah tangga yang dihasilkannya secara tidak
langsung memelihara kesehatan masyarakat serta
menciptakan suatu lingkungan yang baik, bersih dan sehat.
Untuk mencapai kondisi masyarakat yang hidup sehat dan
sejahtera di masa yang akan datang, akan sangat diperlukan
adanya lingkungan permukiman yang sehat. Dari aspek
persampahan, maka kata sehat akan berarti sebagai kondisi
yang akan dapat dicapai bila sampah dapat dikelola secara
baik sehingga bersih dari lingkungan permukiman dimana
manusia beraktifitas di dalamnya.
Namun demikian, perkembangan dan evaluasi atas Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga patut terus dilakukan.
Hal ini penting agar Perda tersebut tetap aktual, akomodatif, dan adaptif
dengan berbagai perubahan yang terjadi sangat cepat di dalam kehidupan
sehari-hari. Berdasarkan hal itulah, hasil penelusuran awal dari Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa terdapat
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
7
beberapa aspek yang patut dikaji lebih mendalam lagi untuk
menyesuaikan perkembangan yang terjadi dengan norma yang
terkandung dalam Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013
Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga. Pemikiran teresbut menjadi dasar dari
penyusunan Kajian akademik ini dalam rangka perubahan perda tentang
pengelolaan sampah di wilayah Kabupaten Banyuwangi.
Sejalan dengan itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
seyogyanya sudah mulai mengidentifikasi kelemahan-kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang tampak dalam Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Kemudian,
mengidentifikasi dan menyusun kebijakan-kebijakan yang dapat
mengoptimalkan upaya pengelolaan sampah rumah tangga dan jenis-
jenis sampah lainnya. Kebijakan pengelolaan berbagai jenis sampah di
Kabupaten Banyuwangi sangat penting untuk menjaga kesehatan
masyakatat dan kesehatan lingkungan sehingga diperlukan langkah-
langkah adaptasi Perda tersebut terhadap perkembangan sosial dan
hukum. Dengan demikian, keberadaan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi yang khusus mengatur tentang perubahan Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga sangat dibutuhkan.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
8
1.2 Identifikasi Masalah
Pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk melindungi dan
memberikan perlindungan hukum terhadap warganya. Kewajiban tersebut
dapat diimplementasikan dalam bentuk penyusunan peraturan daerah
(Perda) yang disesuaikan dengan situsasi dan kondisi masyarakat setempat.
Terkait dengan itu, inisiatif penyusunan Perda yang bertujuan untuk merubah
Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
merupakan hal yang patut diapresiasi oleh karena adanya kebutuhan serta
perubahan kondisi di lapangan. Dalam rangka penyusunan Perda tentang
Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga,
terdapat empat isu yang harus dimunculkan dan dibahas.
Pertama, permasalahan apa yang dihadapi masyarakat Kabupaten
Banyuwangi terkait dengan implementasi dari pengelolaan sampah rumah
tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga?
Kedua, bagaimanakah evaluasi dan analisis dari peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan Perda tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga?
Ketiga, apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,
yuridis, dan sosiologis dari penyusunan Perda tentang Perubahan Perda
Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga?
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
9
Keempat, apakah jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup
materi muatan dari Perda Kabupaten Banyuwangi tentang Perubahan
Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penyusunan Kajian Akademik
Penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia diatur
dalam UU No. 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan. Dalam UU tersebut juga ditegaskan bahwa Kajian akademik
merupakan sebuah dokumen yang tidak dapat dipisahkan dari lahirnya
sebuah peraturan perundang-undangan, termasuk Perda. Pasal 1 UU No.
12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
menyatakan bahwa:
Kajian Akademik adalah Kajian hasil penelitian atau
pengkajian hukum dan hasil penelitian lainnya terhadap suatu
masalah tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah mengenai pengaturan masalah tersebut dalam suatu
Rancangan Undang-Undang, Rancangan Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
sebagai solusi terhadap permasalahan dan kebutuhan hukum
masyarakat.
Dari rumusan tersebut dapat dimaknai bahwa Kajian akademik
pada hakikatnya merupakan suatu hasil penelitian atau pengkajian yang
akan menjadi dasar ilmiah dari pengaturan suatu norma hukum dalam
rangka kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan
demikian, pengaturan suatu norma hukum di masyarakat harus didasari
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
10
oleh sebuah hasil kajian ilmiah yang tertuang dalam Kajian akademik. Jadi
Kajian akademik berfungsi sebagai landasan ilmiah atau landasan teoritis
dalam penyusunan perundang-undangan.
Tujuan yang disebutkan di atas merupakan tujuan secara umum.
Selain tujuan dan kegunaan penyusunan Kajian akademik secara umum,
tujuan dan kegunaan penyusunan Kajian akademik secara khusus juga
perlu juga digali. Maksud dari tujuan dan kegunaan secara khusus adalah
tujuan dan kegunaan yang berhubungan dengan materi atau muatan yang
akan diatur dalam suatu rancangan peraturan perundang-undangan.
Sehubungan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
dalam mengundangkan Perda tentang Perubahan Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, tujuan dari Kajian
akademik ini adalah untuk memberikan landasan teoritis dan ilmiah atas
urgensi materi tentang perubahan Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga di Kabupaten Banyuwangi. Sejalan dengan
permasalahan yang telah diidentifikasi, tujuan dari penyusunan Kajian
akademik Perda tentang Perubahan Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga, adalah sebagai berikut:
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
11
1. Mengidentifikasi permasalahan apa yang dihadapi masyarakat
Banyuwangi terkait dengan persoalan pengelolaan sampah
rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.
2. Merumuskan hasil evaluasi dan analisis peraturan perundang-
undangan terkait dengan Perda tentang sampah rumah tangga
dan sampah sejenis sampah rumah tangga di Kabupaten
Banyuwangi.
3. Mengkaji pertimbangan atau landasan filosofis, yuridis, dan
sosiologis dari penyusunan Perda tentang perubahan atas
Perda pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
sampah rumah tangga yang telah diundangkan pada tahun
2013 di Kabupaten Banyuwangi.
4. Merumuskan jangkauan, arah pengaturan, dan ruang lingkup
materi muatan dari Perda tentang Perubahan Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Sementara itu, kegunaan dari penyusunan Kajian akademik
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) tentang Perubahan Perda
Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga adalah: (1)
sebagai bahan kajian dan dasar penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi tentang Perubahan Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun
2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
12
Sejenis Sampah Rumah Tangga; (2) sebagai wujud peran aktif dan
tanggung jawab pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menjawab
keinginan dan kebutuhan masyarakat Banyuwangi terutama terkait
dengan pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah
rumah tangga; (3) menemukan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis
atas pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan
Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
(4) diketahuinya sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dari Rancangan Peraturan
Daerah tentang Perubahan Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun
2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga.
1.4 Metode Penelitian
Penyusunan Kajian akademik ini menggunakan metode penelitian
yuridis normatif. Menurut Peter Mahmud Marzuki (2005:90) pengertian
penelitian hukum adalah penelitian yang dilakukan dengan mengkaji dan
menganalisa substansi peraturan perundang-undangan atas pokok
permasalahan, atau isu hukum dalam konsistensinya dengan asas-asas
hukum, teori hukum termasuk pendapat ahli.
Bahan yang dipergunakan adalah bahan hukum dan bahan non-
hukum. Bahan hukum meliputi bahan hukum primer dan bahan hukum
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
13
sekunder. Selain itu, data sekunder juga dikumpulkan guna memperkuat
analisis hukum yang diajukan. Dokumen-dokumen resmi yang dikeluarkan
oleh pejabat yang berwenang juga dikumpulkan sebagai bahan acuan atas
kondisi terkini di lapangan. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan
menelusuri website resmi Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi yang
memuat tentang data dan angka yang terkait dengan topik sampah dan
pengelolaan sampah termasuk pengelolaan lingkungan hidup.
Disamping itu, patut juga dikemukakan bahwa penyusunan Kajian
akademik Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Perda
Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga ini juga
dilakukan dengan mengacu kepada Undang-Undang No. 12 tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan serta praktek
penyusunan Kajian akademik yang selama ini dilakukan di Indonesia, baik di
Badan Legislasi DPR RI dan BPHN Kementerian Hukum dan HAM.
Bahan hukum primer yang dipergunakan dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Perubahan Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga dapat dilihat dalam
tabel berikut ini:
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
14
Tabel 1.1 Bahan Hukum Primer
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3209); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004,
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4725); Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5059);
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
15
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga (Lembaran Negara Tahun 2012 Nomor 188 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5347);
12. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara
Tahun 2014 Nomor 199);
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem
Pengelolaan Persampahan;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2010 tentang
Pedoman Pengelolaan Sampah;
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16 Tahun
2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga;
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
16
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah;
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013 tentang
Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dala
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga;
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 Nomor 4 Tahun 2010
Seri E);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 4 Tahun 2012
tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah Kabupaten
Banyuwangi (Berita Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun 2012
Nomor 3/E);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2014 Nomor 1).
Pendekatan yang dipergunakan dalam penyusunan Kajian
akademik ini adalah dengan menggunakan pendekatan perundang-
undangan atau statute approach (Peter Mahmud Marzuki, 2005).
Pendekatan perundang-undangan dilakukan dengan menelaah semua
undang-undang dan semua regulasi yang berkaitan dengan sampah,
pengelolaan sampah, lingkungan hidup, kesehatan, dan topik yang terkait
lainnya.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
17
Selain pendekatan perundang-undangan (statute approach),
penyusunan Kajian akademik ini juga menggunakan pendekatan konseptual
atau conceptual approach (Peter Mahmud Marzuki, 2005). Pendekatan
konseptual pada hakikatnya adalah rujukan terhadap prinsip-prinsip hukum.
Peter Mahmud Marzuki (2005:138) menyatakan bahwa: "Prinsip-prinsip ini
dpat diketemukan dalam pandangan-pandangan sarjana ataupun doktrin-
doktrin hukum. Meskipun tidak secara eksplisit, konsep hukum dapat juga
diketemukan dalam undang-undang. Hanya saja dalam mengidentifikasi
prinsip tersebut, peneliti terlebih dahulu memahami konsep tersebut melalui
pandangan-pandangan dan doktrin yang ada".
Dengan demikian, langkah-langkah yang diambil dalam
penyusunan Kajian akademik ini dimulai dari: (1) penentuan tipe
penelitian, (2) pengumpulan bahan-bahan hukum yang dipergunakan, (3)
pengumpulan data, dan (4) pendekatan yang dipilih. Berdasarkan
langkah-langkah tersebut maka akan diperoleh analisis yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah gunna memberikan nilai dalam
rangka pembentukan peraturan daerah tentang Perubahan Perda
Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
18
BAB II. KAJIAN TEORITIS DAN PRAKTEK EMPIRIS
2.1 Kajian Teoritis
Kajian akademik dalam penyusunan peraturan perundang-
undangan memegang peranan yang penting sebagai "pondasi" dari
norma-norma yang akan dimuat dalam perundang-undangan yang akan
ditetapkan. Kajian akademik disusun berdasarkan hasil penelitian yang
bersifat akademis sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang
rasonal, kritis, objektif, dan impersonal. Karena itu, Kajian akademis harus
terbebas dari kepentingan-kepentingan yang bersifat pribadi, kelompok,
golongan, partai, dan kepentingan-kepentingan sesaat lainnya (Jimly
Asshiddiqie, 2006:320). Penyusunan Kajian akademik menunjukkan
bahwa rancangan undang-undang yang disusun bukanlah atas dasar
"kepentingan sesaat, kebutuhan mendadak, atau karena pemikiran tidak
mendalam" (Jimly Asshiddiqie, 2006:321).
Kajian teoritis, yang merupakan bagian dari Kajian akademik, juga
merupakan bagian dari pondasi yang terkandung dalam Kajian akademik.
Pada dasarnya, kajian teoritis memuat tentang konsep-konsep atau prinsip-
prinsip yang bekembang dalam ilmu pengetahuan; dan substansinya memiliki
keterkaitan dengan norma yang akan diatur dalam perundang-undangan
yang akan disusun. Terkait dengan hal tersebut, berikut ini akan dijabarkan
beberapa aspek teoritis yang menjadi pondasi dari penyusunan Ranperda
Kabupaten Banyuwangi tentang Perubahan Peraturan Daerah
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
19
Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
2.1.1 Sampah, Lingkungan Hidup, dan Kesehatan: Sebuah
Keterkaitan
Bagi kota-kota besar dengan penduduk yang padat dan pola
konsumsi yang tinggi, persoalan sampah merupakan masalah umum yang
memerlukan penanganan dengan baik. Apabila tidak ditangani dengan
baik maka sampah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Pencemaran lingkungan dapat berupa pencemaran tanah, air dan
udara. Sampah yang sukar membusuk akan mengakibatkan pencemaran
tanah, sedangkan sampah yang dibakar secara terbuka (open burning) akan
menghasilkan gas-gas yang dapat mencemari udara dan air rembesan hasil
pembusukan sampah akan menyebabkan pencemaran air.
Kemudian, dampak pengelolaan sampah yang salah dapat
menimbulkan masalah kesehatan masyarakat, seperti penyakit
pencernaan karena infeksi bakteri-bakteri yang bersumber dari sampah,
sakit pernapasan karena bau busuk yang bersumber dari sampah, dan
bahkan sampai penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh sampah beracun.
Yang terakhir ini dikenal dengan istilah sampah dari bahan berbahaya dan
beracun (selanjutnya disingkat B3).
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
20
Sumber sampah yang mengandung B3 dapat bersumber dari
beberapa sektor. Sektor industri dan sektor pertanian dinilai sebagai
sektor yang dapat menimbulkan masalah lingkungan, yaitu pencemaran
lingkungan akibat B3 (Takdir Rahmadi, 2003). Selain kedua sektor
tersebut, sektor kesehatan, khsusunya aktivitas rumah sakit, dan sektor
energi merupakan sektor-sektor yang juga berpotensi untuk mencemari
lingkungan karena limbah B3 yang dihasilkannya. Terkait dengan
persoalan ini, Takdir Rahmadi (2003:1) menyatakan bahwa: "pencemaran
lingkungan oleh B3 merupakan ancaman serius terhadap kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat serta pemerosotan kualitas sumber daya
alam". Pencemaran lingkungan tersebut tentunya bukan saja karena
keberadaan B3, melainkan juga merupakan akibat dari pengelolaan
sampah B3 yang tidak tepat.
Sebaliknya, apabila sampah ditangani dan dikelola dengan baik
maka akan dapat menigkatkan kualitas lingkungan dan kesehatan
masyarakat, termasuk dalam hal ini sampah yang mengandung bahan B3.
Misalnya, pengembangan Waste to Energy diperlukan sebagai bagian
dari pengolahan sampah yang dapat memberikan opsi dalam solusi
persampahan yang ada di Indonesia (Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah b, 2018:2).
Dengan demikian, secara konseptual antara sampah dengan
lingkungan hidup dan kesehatan adalah hal yang saling terkait. Dampak
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
21
positif ataupun negatif dari pengelolaan sampah terhadap lingkungan hidup
dan kesehatan masyarakat tergantung dari pola pengelolaan sampah itu
sendiri. Supaya keberadaan sampah berdampak positif terhadap lingkungan
hidup dan kesehatan masyarakat maka pengelolaanya harus dilakukan
dengan tepat. Hal ini sudah dilaksanakan di kota-kota besar di dunia,
khususnya di kota-kota negara maju (developed countries), seperti Amerika,
Australia, Inggris, Jepang, Canada, dan lain-lain.
2.1.2 Definisi Sampah
Secara normatif, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-
hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat, sebagaimana
ditegaskan dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang No. 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Defnisi tersebut merupakan definisi yuridis.
Sementara definisi sampah secara umum dapat dilihat misalnya
dalam kamus Oxford Advance Learner's Dictionary (1995:1343) yang
menegaskan bahwa waste adalah "material, food, etc that is no longer
needed and is (to be) thrown away" Secara harfiah dapat diterjemahkan
bahwa sampah adalah material, makanan, dan lain-lain yang mana tidak
lagi dibutuhkan dan karenanya harus dibuang. Jadi, pengertian ini adalah
oengertian yang umum atau genearl tentang sampah yang bermakna
bahwa sampah adalah segala sesuatu yang tidak dibutuhkan lagi, entah
karena rusak atau karena memang tidak diperlukan, sehingga harus
dibuang. Apabila dicermati maka tampak bahwa point pentingnya adalah
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
22
pada aspek "membuangnya". Oleh karena akan dibuang, persoalan
selanjutnya adalah bagaimana cara mengelola segala sesuatu yang
dibuang tersebut (sampah) agar tidak merusak lingkungan dan
menyebabkan masalah kesehatan.
Pengelolaan sampah di Indonesia mengalami pergeseran paradigma
setelah tahun 2008, yaitu setelah disahkannya Undang-Undang No. 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah. Sebelumnya, pola pengelolaan sampah
adalah sebagai berikut: (1) pola penanganan sampah kumpul, angkut, dan
buang; dan (2) mindset sampah adalah sesuatu yang tidak berguna dan
harus dibuang, sehingga pendekatan yang dijalankan adalah pendekatan
melalui penyelesaian di akhir (end of pipe).
Setelah tahun 2008, perubahan paradigma dalam pengelolaan
sampah di Indonesia adalah sebagai berikut (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah a, 2018:6):
• Mengubah paradigma dari kumpul-angkut-buang menjadi
pengurangan di sumber (reduce at source) dan daur ulang
sumberdaya (resources recycle).
• Pendekatan yang tepat menggantikan pendekatan end of pipe
adalah dengan mengimplementasikan prinsip 3R (reduce, reuse,
recycle), extended producer responsiblity (EPR), pemanfaatan
sampah (waste utilisation), dan pemrosesan akhir sampah di TPA
yang environmentally sound manner.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
23
2.1.3 Jenis-jenis Sampah
Dalam UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
dinyatakan bahwa jenis-jenis sampah adalah: (1) sampah rumah tangga;
(2) sampah sejenis sampah rumah tangga; dan (3) sampah spesifik.
Jenis-jenis sampah tersebut dibagi berdasarkan sumbernya sebagaimana
dijelaskan lebih lanjut dalam Pasal 2 ayat (2), (3), dan (4) UU No. 18
tahun 2008.
Sampah rumah tangga berasal dari kegiatan sehari-hari dalam
rumah tangga, tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Sampah sejenis
sampah rumah tangga adalah sampah yang tidak berasal dari rumah
tangga. Sampah sejenis sampah rumah tangga tersebut berasal dari
kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial,
fasilitas umum, dan/atau fasilitas lainnya. Merujuk pada penjelasan Pasal
2 ayat (3) UU No. 18 tahun 2008, yang dimaksud dengan kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas
umum, dan/atau fasilitas lainnya adalah sebagai berikut.
• Kawasan komersial berupa, antara lain, pusat perdagangan, pasar,
pertokoan, hotel, perkantoran, restoran, dan tempat hiburan.
• Kawasan industri merupakan kawasan tempat pemusatan kegiatan
industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang
yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan
industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
24
• Kawasan khusus merupakan wilayah yang bersifat khusus yang
digunakan untuk kepentingan nasional/berskala nasional, misalnya,
kawasan cagar budaya, taman nasional, pengembangan industri
strategis, dan pengembangan teknologi tinggi.
• Fasilitas sosial berupa, antara lain, rumah ibadah, panti asuhan,
dan panti sosial.
• Fasilitas umum berupa, antara lain, terminal angkutan umum,
stasiun kereta api, pelabuhan laut, pelabuhan udara, tempat
pemberhentian kendaraan umum, taman, jalan, dan trotoar.
• Yang termasuk fasilitas lain yang tidak termasuk kawasan komersial,
kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum
antara lain rumah tahanan, lembaga pemasyarakatan, rumah sakit,
klinik, pusat kesehatan masyarakat, kawasan pendidikan, kawasan
pariwisata, kawasan berikat, dan pusat kegiatan olah raga.
Sementara itu, sampah spesifik meliputi:
1. sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun;
2. sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan
beracun;
3. sampah yang timbul akibat bencana;
4. puing bongkaran bangunan;
5. sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau
6. sampah yang timbul secara tidak periodik.
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
25
2.1.4 Konsep Pengelolaan Sampah
Sebelum disahkannya UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah, paradigma pengelolaan sampah di Indonesia adalah kumpul-
angkut-buang. Hal ini tentunya akan akan menambah beban tempat
pembuangan akhir (TPA). Padahal dengan semakin terbatasnya wilayah
suatu kota karena pembangunan (perumahan, industri, kawasan
komersial, jalan, dansebagainya), ketersediaan lahan menjadi persoalan
yang sering dihadapi oleh suatu kota. Oleh karena itu, diperlukan suatu
terobosan terkait pengembangan teknologi pengelolaan sampah, salah
satunya melalui aplikasi teknologi Waste to Energy (WtE). Selain dapat
memaksimalkan potensi sumber energi yang masih dimiliki sampah,
teknologi pengolahan sampah dengan konsep WtE dapat mereduksi
jumlah sampah yang harus ditimbun di TPA (Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan
Infrastruktur Wilayah a, 2018).
Sejalan dengan itu, dalam Penjelasan Umum UU No. 18 tahun
2008 telah menegaskan bahwa:
"Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan
akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma
baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah
sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat
dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun
untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
26
pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan
suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir,
yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi
sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara
aman. Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut
dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah.
Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan
kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan
sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan,
pengolahan, dan pemrosesan akhir."
Dengan demikian, pendekatan dalam pengelolaan sampah telah
mengalami pergeseran setelah diundangkannya UU No. 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Keberadaan sampah tidak hanya dilihat
sebagai hal yang tidak berguna dan karenanya harus dimusnahkan,
melainkan sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan
dapat dimanfaatkan. Misalnya, sampah dapat dimanfaatkan untuk energi,
kompos, pupuk, maupun untuk bahan baku industri.
Selain itu, diperlukan pendekatan-pendekatan yang lain seperti
upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan partisipasi
masyarakat, meningkatkan peran serta kemitraan, meningkatkan peran
serta pihak-pihak yang menghasilkan sampah selain rumah tangga, dan
tentunya upaya optimalisasi peran Pemerintah Daerah. Terkait dengan ini,
dalam Penjelasan Perda No. 9 Tahun 2013 telah ditegaskan bahwa:
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
27
"Bagi sebagian kalangan, pengelolaan sampah masih dipandang
sebatas tanggungjawab pemerintah semata. Dan memposisikan
masyarakat lebih berperan hanya sebagai pihak yang dilayani,
karena mereka merasa sudah cukup hanya dengan membayar
uang retribusi sampah sehingga penanganan selanjutnya adalah
menjadi tanggungjawab pemerintah. Padahal saat ini sudah ada
sistem yang lebih baik dan efisien dan dianggap modern yaitu
konsep zero waste, dengan menerapkan pengelolaan sampah
secara terpadu, mengurangi volume sampah dari sumbernya
dengan cara daur ulang dan pengkomposan".
Peran serta semua pihak, termasuk masyarakat, sangat penting
dalam optimalisasi pengelolaan sampah. Justru awal dari pengelolaan
sampah yang baik berasal dari adanya kesadaran masyarakat akan
pentingnya memilah sampah yang dapat di daur ulang (recycle) dengan
sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga. Logikanya bahwa
kesadaran awal dari level rumah tangga untuk memisahkan antara sampah
yang organik dan sampah daur ulang (recycle) akan sangat membantu
pengelolaan sampah pada level berikutnya yang dilakukan di tempat
pembuangan sementara (TPS) dan tempat pembuangan ahir (TPA).
2.1.5 Penegakan Hukum Lingkungan Dalam Pengelolaan Sampah
Takdir Rahmadi (2003:23) dengan mengutip pendapat Kleijs-
Wijnnobel menyatakan bahwa penegakan hukum lingkungan bergerak
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
28
dalam berbagai bidang hukum, baik dalam bidang hukum administrasi,
hukum pidana, maupun hukum perdata. Selanjutnya dinyatakan bahwa
penegakan hukum diartikan sebagai pengawasan dan penerapan sarana-
sarana hukum administrasi, hukum pidana, atau hukum perdata agar aturan-
aturan hukum dan persyaratan-persyaratan yang berlaku umum dan
individual dipatuhi (Takdir Rahmadi, 2003:23). Sebagai pembanding yang
lain, Takdir Rahmadi juga mengemukakan pandangan dari Biezeveld tentang
penegakan hukum lingkungan (environmental law enforcement).
Dari kedua pandangan pakar tersebut memang tepat apabila
disimpulkan bahwa "penegakan hukum lingkungan mencakup sarana-
sarana penegakan hukum di tiga bidang hukum, yaitu hukum administrasi,
hukum pidana, dan hukum perdata" (Takdir Rahmadi, 2003:23). Dari
itulah kemudian muncul istilah hukum lingkungan administrasi, hukum
lingkungan pidana, dan hukum lingkungan perdata. Berikut ini akan
dijelaskan perbedaan di antara ketiganya.
A. Hukum Lingkungan Administrasi
Dalam bidang hukum administrasi, penegakan hukum lingkungan
tampak dari pengaturan norma administratif dan sanksi adminsitratif yang
digunakannya. Norma hukum administrasi lingkungan pada umumnya
mengatur permasalahan perizinan. Kemudian, sanksi administrasi
dipergunakan untuk memperkuat norma administratif tersebut. Siti Soetami
(2000:60) mengatakan bahwa sanksi merupakan bagian penutup yang
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
29
penting dalam hukum, termasuk dalam bidang hukum administrasi. Dalam
kepustakaan hukum administrasi dikenal beberapa jenis sanksi
administrasi yang khas, yaitu:
• bestuursdwang (paksaan administratif).
• penarikan kembali keputusan (izin, pembayaran, subsidi).
• pengenaan denda administratif.
• pengenaan uang paksa oleh pemerintah.
Selain itu, dalam hukum adminsitrasi juga dikenal konsep tanggung
gugat yang berarti bahwa "negara dapat digugat atas perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh badan pemerintahan" (Takdir Rahmadi,
2003:25). Dengan kata lain, pemerintah dapat dipertanggungjawabkan
apabila melalaikan kewajibannya dalam menjalankan tugasnya di
lapangan publik. Siti Soetami (2000:3) menyatakan bahwa pengertian
perbuatan melawan hukum penguasa diperluas, yaitu:
1. Perbuatan melawan hukum UU dengan tidak mempedulikan
apakah peraturan yang dilanggar di lapangan publik atau
hukum privat.
2. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiabn penguasa itu
sendiri.
3. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap hati-hati atau
kecermatan yang seharusnya dilaksanakan oleh pihak
penguasa
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
30
4. Perbuatan yang bertentangan dengan kepatutan atau
kelayakan dalam hidup bermasyarakat.
B. Hukum Lingkungan Pidana
Selain terminologi hukum lingkungan pidana biasanya juga dikenal
ada istilah hukum pidana lingkungan (Hermien Hadiati Koeswadji, 1993).
Dengan merujuk pendapat Hermien Hadiati Koeswadji (1993:90), hukum
pidana lingkungan yang dimaksud adalah terbatas pada ruang lingkup
obyektif yaitu yang menyangkut aspek pidana dari UU Pengelolaan
Lingkungan Hidup (UU PLH). Jadi sifatnya lebih terbatas, yaitu aspek
pidana yang terkandung dalam UU PLH.
Hukum pidana dipergunakan dalam menegakkan hukum lingkungan
tampak dari perumusan sanksi pidana dalam peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan aspek lingkungan. Jadi tidak terbatas pada UUPLH
semata. Sanksi pidana diperlukan didasari oleh, paling tidak, dua alasan
sebagaimana dikemukakan oleh Takdir Rahmadi (2003:26):
1. Sanksi pidana selain dimaksudkan untuk melindungi
kepentingan manusia seperti harta enad dan kesehatan, juga
untuk melindungi kepentingan lingkungan karena manusia tidak
dapat menikmati harta benda dan kesehatannya dengan baik
apabila persyaratan dasar tentang kualitas lingkungan yang
baik tidak dipenuhi.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
31
2. Pendayagunaan sanksi pidana juga dimaksudkan untuk
memberi rasa takut kepada pencemar potensial. Sanski pidana
yang dikenakan seperti penjara, denda, pemulihan lingkungan
yang tercemar, pengumuman melalui media massa akan dapat
menurunkan nama baik badan usaha yang bersangkutan.
Dengan demikian, diharapkan pihak-pihak yang berencana
untuk melakukan tindakan pencemaran lingkungan (pencemar
potensial) akan menjadi mengurungkan niatnya karena
reputasinya akan jatuh dengan dikenakannya sanksi pidana.
C. Hukum Lingkungan Perdata
Sejalan dengan bidang keperdataan yang bertumpu pada aspk
privat, hukum lingkungan perdata merupakan pranata hukum untuk
memperoleh ganti kerugian dan biaya pemulihan lingkungan yang
tercemar atau rusak. Pihak yang dapat mengajukan gugatan perdata
lingkungan adalah penguasa maupun rakyat. Menurut Takdir Rahmadi
(2003), pergeseran konsep tanggunggugat dari asas liability based on
fault ke asas strict liability (tanggungugat mutlak), baik di Indonesia
maupun di negara-negara lain, merupakan pekembangan penting dalam
bidang hukum lingkungan perdata.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
32
2.2 Praktek Empiris
Praktek empiris dalam Kajian akedemik memuat tentang realitas di
lapangan sehubungan dengan peraturan perundang-undangan yang akan
disusun. Pada akhirnya, praktek empiris akan menjadi dasar sosiologis
dari pembentukan peraturan perundang-udnangan. Tujuan penjabaran
praktek empiris adalah kajian sosiologis sebagai bagian dari telaah
akademik. Mahendra Eka Putra dkk (2007:37) menyatakan bahwa kajian
sosiologis memuat uraian realitas masyarakat yang meliputi kebutuhan
hukum masyarakat, kondisi masyarakat, dan nilai-nilai yang hidup dan
berkembang di masyarakat.
Terkait dengan itu, dalam sub-bab ini akan menjelaskan tentang
kondisi yang berkembang dalam pengelolaan sampah di Kabupaten
Banyuwangi. Sebelum menjelaskan praktek empiris tersebut, terlebih
dahulu akan dijabarkan data-data yang relevan tentang Kabupaten
Banyuwangi dan perkembangannya.
Kabupaten Banyuwangi terletak di wilayah timur Provinsi Jawa
Timur, paling dekat dengan Provinsi Bali. Kabupaten Banyuwangi
dikelilingi dan berbatasan dengan beberapa Kabupaten, yaitu Kabupaten
Jember, Kabupaten Situbondo, dan Kabupaten Bondowoso. Secara
administratif, Kabupaten Banyuwangi terdiri dari 25 Kecamatan, 217 Desa
/ Kelurahan. Peta Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat dalam gambar
berikut ini (BPS Kabupaten Banyuwangi, 2018:5).
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
33
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Banyuwangi
Total keseluruhan luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah
5.782,50 km2.
Dengan luas tersebut, Kabupaten Banyuwangi merupakan
kabupaten yang terluas di Jawa Timur (BPS Kabupaten Banyuwangi,
2018:3). Kemudian, topografi wilayah Kabupaten Banyuwangi berupa
dataran tinggi, tanah datar, dan garis pantai. Dalam laporan statistik BPS
dikemukakan bahwa dataran tinggi berupa daerah pegunungan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
34
menghasilkan produksi perkebunan. Daerah dataran menghasilkan
tanaman pangan; sementara daerah sekitar garis pantai yang membujur
dari arah Utara ke Selatan merupakan daerah penghasil berbagai biota
laut (BPS Kabupaten Banyuwangi, 2018:4).
Terkait dengan jumlah penduduk, jumlah penduduk Kabupaten
Banyuwangi juga semakin meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana
kota besar lain di Indonesia. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Banyuwangi 2018, diketahui bahwa jumlah penduduk
Kabupaten Banyuwangi pada tahun 1980 sebesar 1.420.562 jiwa, yang
kemudian terus mengalami peningatan dalam kurun waktu tahun 1990,
2000, dan 2010. Jumlah penduduk Kabupaten Banyuwangi pada tahun
2010 mencapai angka 1.556.078 jiwa. Angka pertumbuhan penduduk
Kabupaten Banyuwangi dari tahun 1980 s/d 2010 dapat dilihat dalam
gambar berikut ini (di halaman selanjutnya).
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
35
Gambar 2.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Banyuwangi Hasil Sensus
Penduduk 1980, 1990, 2000, 2010
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi (2018:54)
Pada tahun 2016, angka tersebut mengalami peningkatan lagi, yaitu
menjadi 1.599.811 jiwa. Sebaran tertinggi dari jumlah tersebut terdapat di
Kecamatan Muncar dan Banyuwangi sebesar 8,36% dan 6,81%. Sebaran
jumpah penduduk di seluruh kecamatan di Kabupaten Banyuwangi dapat
dilihat dalam gambar beikut ini (di halaman berikutnya).
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
36
Gambar 2.3 Peta Kabupaten Banyuwangi Menurut Jumlah Penduduk,
2016
Keterangan / Note :
Sumber: BPS Kabupaten Banyuwangi (2018:51)
Fakta tersebut menunjukkan bahwa persoalan pertumbuhan
penduduk akan berkaitan dengan pertumbuhan sampah di Kabupaten
Banyuwangi. Oleh karena itu, persoalan sampah merupakan persoalan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
37
yang penting untuk dikelola dengan baik di Kabupaten Banyuwangi. Hal
ini adalah konsekuensi logis dari menigkatnya jumlah sampah yang
seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun di
Kabupaten Banyuwangi.
Dalam penjelasan umum Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 tahun
20013 telah dikemukakan data empiris tentang pertumbuhan volume
sampah di Kabupaten Banyuwangi. Data menunjukkan bahwa
pertumbuhan volume sampah di Kabupaten Banyuwangi sebesar 218 m3
per hari dengan jumlah sampah per tahun sebesar 1.089.254.600 ton.
Secara rata-rata dapat dikatakan bahwa jumlah sampah meningkat rata-
rata 11,53% per-tahun.
Dari data pertumbuhan tersebut, perbandingan antara rata-rata
pertumbuhan volume sampah dengan pertumbuhan jumlah penduduk di
Kabupaten Banyuwangi menunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah
sampah jauh melebihi pertumbuhan jumlah penduduk. Hal ini menjadi
alasan kuat bahwa masalah sampah merupakan masalah utama yang
harus dipecahkan baik dalam jangka pendek, menengah maupun
panjang, sebagaimana ditegaskan dalam penjelasn umum Perda
Kabupaten Banyuwangi No. 9 tahun 20013.
Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi merespon
permasalahan pengelolaan samaph dengan cukup baik melalui berbagai
kebijakan dan langkah-langkah pengaturan. Sebagai langkah konkrit dan
tanggungjawab pengelolaan sampah yang sudah dilaksanakan saat ini
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
38
menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah melakukan
langkah-langkah pengelolaan sampah dengan optimal. Pengelolaan ini
dilakukan dikoordinasikan dan dilaksanakan Pelaksanaan pembinaan,
pengawasan, dan pengendalian pengelolaan sampah dilakukan oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan (Pasal 22 Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013). Sebagai langkah konkrit dari upaya
tersebut, pada tahun 2013 Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah
mengundangkan Perda yang khusus mengatur pengelolaan sampah,
yaitu Perda No. 9 Tahun 2013. Dalam penjelasan umum Perda tersebut
tergambar dengan jelas fakta empiris tentang pentingnya pengelolaan
sampah dengan baik dan benar di Kabupaten Banyuwangi. Secara detail
dinyatakan dalam penjelasan umum Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9
Tahun 2013, bahwa:
"Bagi pemerintah Kabupaten Banyuwangi, permasalahan
persampahan merupakan isu penting dalam masalah
lingkungan perkotaan yang dihadapi sejalan dengan
perkembangan jumlah dan mobilitas penduduk seiring
peningkatan dinamika pembangunan. Konsekuensi dari
padanya adalah menunjukkan fakta bahwa peningkatan
volume sampah berkembang secara eksponensial yang
belum dibarengi dengan peningkatan pendapatan. Masalah
mendasar adalah berkaitan dengan mendapatkan lokasi
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
39
memungkinkan diperolehnya lokasi strategis serta murah
dengan memperhitungkan overhead cost untuk biaya
tranportasi yang harus dikeluarkan pemerintah daerah
secara regular".
Sehubungan dengan prediksi sampah atau limbah padat rumah
tangga, jumlah sampah yang dihasilkan di Indonesia diperkirakan akan
mengalami peningkatan sebesar 5 kali lipat pada tahun 2020. Data yang
dikemukakan oleh Pusat Informasi Lingkungan Hidup (2001:11-13)
menunjukkan bahwa rata-rata produksi sampah tersebut diperkirakan
meningkat dari 800 gram per hari per kapita pada tahun 1995 menjadi 910
gram per hari per kapita pada tahun 2000.
Hal yang sama akan dialami oleh kota-kota besar dan berkembang
di Indonesia termasuk Kabupaten Banyuwangi. Oleh karena itu,
pengelolaan sampah merupakan hal yang harus diperhatikan dengan
serius oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Apabila
pertambahan jumlah sampah di Kabupaten Banyuwangi tidak diimbangi
dengan pengelolaan yang ramah lingkungan akan menyebabkan
terjadinya masalah kesehatan, perusakan, dan pencemaran lingkungan di
daerah Kabupaten Banyuwangi. Sebaliknya, apabila ditangani dengan
baik maka diharapkan akan dapat meningkatkan kesehatan masyarakat
dan lingkungan bahkan sampai pada pemanfaatan sampah guna
kepentingan peningkatan ekonomi daerah.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
40
Selain kondisi empiris di atas, sektor pengelolaan sampah sangat
penting untuk dikelola dengan baik oleh Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi mengingat sektor ini juga sebagai salah satu penyumbang
pendapatan daerah melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Dalam BPS Kabupaten Banyuwangi (2018) dinyatakan bahwa PDRB
menurut lapangan usaha dirinci menurut total nilai tambah dari seluruh
sektor ekonomi yang mencakup 17 lapangan usaha, yaitu:
1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan;
2. Pertambangan dan Penggalian;
3. Industri Pengolahan;
4. Pengadaan Listrik dan Gas;
5. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang;
6. Konstruksi;
7. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
Motor;
8. Transportasi dan Pergudangan;
9. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum;
10. Informasi dan Komunikasi;
11. Jasa Keuangan dan Asuransi;
12. Real Estate;
13. Jasa Perusahaan;
14. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial
Wajib;
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
41
15. Jasa Pendidikan;
16. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan
17. Jasa lainnya.
Sementara yang menduduki 4 besar penyumbang Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) adalah dari sektor: (1) Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan; (2) Industri Pengolahan; (3) Konstruksi; dan (4) Perdagangan
Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (BPS Banyuwangi,
2018). Dari 4 besar lapangan usaha tersebut, lapangan usaha Pertanian,
Kehutanan, dan Perikanan merupakan lapangan usaha terbesar dalam
meningkatkan PDRB dengan 33,70% dari seluruh jenis usaha yang ada.
Data selengkapnya dapat dilihat dalam gambar berikut ini (lihat
halaman berikutnya):
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
42
Gambar 2.4 Empat Besar Pembentukan PDRB Kabupaten
Banyuwangi
40
35
30
25
20
33,7
15 27,9
10
15,21 12,45
10,74
5
0 Pertanian, Perdagangan Konstruksi Industri Lapangan Usaha
Kehutanan, dan Besar dan Eceran, Pengolahan Lainnya Perikanan Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor
Sumber: diolah dari data BPS Kabupaten Banyuwangi (2018:237)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional
(kabupaten) merupakan sebuah gambaran kemampuan suatu wilayah
untuk menciptakan nilai tambah pada suatu waktu tertentu. Sebagai salah
satu sektor dalam menunjang PDRB, pengelolaan sampah, limbah dan
daur ulang di Kabupaten Banyuwangi tentu merupakan hal yang sangat
strategis. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang bertujuan untuk
menunjang aktifitas pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang di
wilayah Kabupaten Banyuwangi perlu mendapatkan perhatian serius oleh
Pemerintah Daerah, salah satunya adalah dengan menyesuaikan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
43
peraturan daerah yang telah ada dengan situasi dan perkembangan yang
ada melalui pengudangan sebuah Peraturan Daerah (Perda) perubahan.
Namun demikian, data menunjukkan bahwa laju pertumbuhan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)dari sektor "Pengadaan Air,
Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang", mengalami penurunan
dalam menopang PDRB Kabupaten Banyuwangi. Selama tiga tahun
terakhir (2015, 2016, dan 2017), data menunjukkan bahwa laju
pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2010 menurut lapangan
usaha "Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang" di
Kabupaten Banyuwangi (dalam juta rupiah) adalah sebesar 5,34 pada
tahun 2015; pada tahun 2016 sebesar 5,05; dan pada tahun 2017
menurun menjadi sebesar 2,09 (BPS Kabupaten Banyuwangi, 2018:245).
Data empiris tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi harus melakukan evaluasi dalam pengelolaan sampah
mengingat laju pertumbuhan PDRB dari sektor tersebut mengalami
penurunan. Secara ekonomis, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang
seharusnya dapat mendatangkan keuntungan bagi pemerintah daerah dan
masyarakat. Oleh karena itu, sektor pengelolaan sampah dalam upaya
penunjang perekonomian harus dievaluasi agar laju pertumbuhannya
mengalami peningkatan; bukan sebaliknya, mengalami penurunan.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
44
BAB III. EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
3.1 Pasal Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Segala hukum yang berlaku di Indonesia, termasuk peraturan
perundang-undangan, harus bersumber dari Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena, Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah sumber hukum
tertinggi di Indonesia. Merujuk pada ajaran hukum dari Hans Kelsen
(1978), Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
merupakan sumber hukum yang harus menjadi rujukan dari peraturan
perundang-undangan dibawahnya.
Pasal Berkaitan dengan pengaturan tentang pengelolaan sampah.
Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 menyatakan bahwa: "Pemerintahan Daerah berhak menetapkan
Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan otonomi
dan tugas pembatuan". Hal ini mengandung makna bahwa konstitusi telah
memberikan dasar yang jelas dan tegas tentang kewenangan Pemerintah
Daerah dalam menetapkan peraturan daerah, termasuk dalam hal ini adalah
penetapan Perda yang berkaitan dengan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
45
pengelolaan sampah demi kesehatan masyarakat, kesehatan lingkungan,
kelestarian alam, dan kesejahteraan masyarakat.
Selain pengundangan Perda tentang pengelolaan sampah oleh
Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat juga telah menetapkan beberapa
peraturan perundang-undangan yang materi muatannya adalah tentang
pengelolaan sampah. Peraturan tersebut adalah Undang-Undang Nomor
18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4851). Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008
tersebut merupakan undang-undang payung (umbrella act) dalam
pengaturan pengelolaan sampah di Indonesia.
Sebagai tindak lanjut dari peraturan tersebut, pemerintah juga telah
menetapkan peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang
yang materinya menjabarkan lebih rinci tentang pegelolaan sampah
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 188, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5347) dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13
Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
melalui Bank Sampah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 804). Hal ini merupakan wujud dari tanggung jawab Pemerintah
Pusat dalam mengelola persoalan sampah di Indonesia.
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
46
Lebih lanjut, Pemerintah Daerah juga harus melakukan pengelolaan
sampah demi kesehatan masyarakat dan lingkungan diwilayahnya masing-
masing. Peran ini jelas dijamin dan diamanatkan dalam konstitusi, yaitu
dengan diberikannya kewenangan kepada Pemerintah daerah untuk
menetapkan Perda. Dengan peran demikian maka Pemerintah Daerah telah
megimplementasikan dan mewujudkan amanat UUD 1945.
Terkait dengan pembentukan Perda yang berkaitan dengan
pengelolaan sampah, Pemerintah Daerah Kabupaten Bayuwangi telah
menyusun dan menetapkan Peraturan Daerah yang spesifik mengatur
tentang pengelolaan sampah, yaitu: Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga. Namun demikian, Perda tersebut
membutuhkan penyesuaian dengan perkembangan keadaan dan
peraturan yang ada.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membutuhkan
Perda yang menjadi dasar untuk merubah beberapa norma yang terdapat
dalam Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga. Hal ini penting untuk dilakukan dalam rangka optimalisasi
dan adaptasi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
lainnya di Kabupaten Banyuwangi, baik untuk kesehatan masyarakat
Banyuwangi pada umunya maupun kesehatan masing-masing warga atau
rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi. Jadi, amanat perubahan Perda
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
47
dimaksud memenuhi aspek sosiologis. Mengenai hal ini akan dijelaskan
lebih lanjut pada BAB IV dalam uraian Kajian akademik ini.
Dalam pembahasan BAB ini, hal yang perlu ditegaskan adalah bahwa
langkah Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam menyusun dan
menetapkan Perda tentang Perubahan Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9
Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga telah memiliki landasan konstitusional yang
kuat. Dengan kata lain, langkah Pemerintahan Daerah dalam menetapkan
peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain telah dijamin oleh konstitusi
dalam rangka pelaksanaan otonomi dan tugas pembantuan sebagaimana
diamanatkan Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (Maria Farida Indrati, 2014).
3.2. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah
Pada tahun 2008, pemerintah mengundangkan UU No. 18 tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah. Undang-undang ini bertujuan sebagai
slah satu implementasi dari Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal tersebut memberikan hak
kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan
sehat yang lebih lanjut disikapi oleh pemerintah dengan menetapkan UU
tentang Pengelolaan Sampah pada tahun 2008. Dalam penjelasan UU
tersebut digariskan bahwa: "Amanat Undang-Undang Dasar tersebut
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
48
memberikan konsekuensi bahwa pemerintah wajib memberikan
pelayanan publik dalam pengelolaan sampah. Hal itu membawa
konsekuensi hukum bahwa pemerintah merupakan pihak yang berwenang
dan bertanggung jawab di bidang pengelolaan sampah meskipun secara
operasional pengelolaannya dapat bermitra dengan badan usaha".
Lebih lanjut ditegaskan bahwa, pembentukan Undang-Undang
tentang pengelolaan sampah diperlukan dalam rangka (Penjelasan Umum
UU No 18 tahun 2008):
1. kepastian hukum bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan
pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan;
2. ketegasan mengenai larangan memasukkan dan/atau
mengimpor sampah ke dalam wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
3. ketertiban dalam penyelenggaraan pengelolaan sampah;
4. kejelasan tugas, wewenang, dan tanggung jawab Pemerintah
dan pemerintahan daerah dalam pengelolaan sampah; dan
5. kejelasan antara pengertian sampah yang diatur dalam undang-
undang ini dan pengertian limbah sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Lebih lanjut, dalam Pasal 5 UU No. 18 tahun 2008 menyebutkan
bahwa pemerintah dan pemerintah daerah memiliki tugas untuk menjamin
terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
49
lingkungan. Lebih rinci disebutkan dalam Pasal 6 bahwa: Tugas pemerintah
dan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
1. menumbuhkembangkan dan meningkatkan kesadaran
masyarakat dalam pengelolaan sampah;
2. melakukan penelitian, pengembangan teknologi pengurangan,
dan penanganan sampah;
3. memfasilitasi, mengembangkan, dan melaksanakan upaya
pengurangan, penanganan, dan pemanfaatan sampah;
4. melaksanakan pengelolaan sampah dan memfasilitasi
penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah;
5. mendorong dan memfasilitasi pengembangan manfaat hasil
pengolahan sampah;
Pasal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah juga memiliki
tugas dan wewenang dalam mengelola sampah di daerah. Tentu saja hal ini
harus sejalan dengan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan
pemerintah. Bahkan dalam Pasal 8 dan Pasal 9 ditegaskan mengenai hal-hal
apa saja yang menjadi kewenangan Pemerintah Propinsi (Pasal 8) dan
Pemerintah Kabupaten Kota. Jadi, perlu digarisbawahi bahwa Pemerintah
Propinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota juga memiliki wewenang dalam
mengatur pengelolaan sampah. Oleh karena konteks Kajian akademik ini
adalah sebagai landasan dalam penyusunan Perda Kabupaten Banyuwangi
maka yang dapat dirujuk adalah ketentuan Pasal 9 UU 18 tahun 2008
tentang Pengelolaan Sampah. Ketentuan Pasal 9 ayat
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
50
(1) UU tersebut menegaskan bahwa dalam menyelenggarakan
pengelolaan sampah, pemerintahan kabupaten/kota mempunyai
kewenangan:
1. menetapkan kebijakan dan strategi pengelolaan sampah
berdasarkan kebijakan nasional dan provinsi;
2. menyelenggarakan pengelolaan sampah skala kabupaten/kota
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah;
3. melakukan pembinaan dan pengawasan kinerja pengelolaan
sampah yang dilaksanakan oleh pihak lain;
4. menetapkan lokasi tempat penampungan sementara, tempat
pengolahan sampah terpadu, dan/atau tempat pemrosesan
akhir sampah;
5. melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala setiap 6
(enam) bulan selama 20 (dua puluh) tahun terhadap tempat
pemrosesan akhir sampah dengan sistem pembuangan terbuka
yang telah ditutup; dan
6. menyusun dan menyelenggarakan sistem tanggap darurat
pengelolaan sampah sesuai dengan kewenangannya.
Dengan demikian, UU tentang Pengelolaan Sampah merupakan
sebuah norma hukum yang melandasi penyusunan Rancangan Perda
tentang Perubahan Perda No. 9 tahun 2013 yang mengatur tentang
pengelolaan sampah di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Dengan kata lain,
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
51
selain landasan konstitusional, Ranperda ini telah memiliki landasan
norma hukum (payung hukum) sebagaimana tertuang dalam UU No. 11
tahun 1974 tentang UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.
3.3 Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
Sebagai implementasi lebih lanjut dari peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi, Pemerintah kemudian menetapkan Peraturan
Pemerintah 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Tujuan dari pengaturan
pengelolaan sampah dalam PP ini adalah untuk: (1) menjaga kelestarian
fungsi lingkungan hidup dan kesehatan masyarakat; dan (2) menjadikan
sampah sebagai sumber daya.
Penjelasan umum PP tersebut menegaskan pentingnya pengelolaan
sampah sebagai upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan
sebagai berikut: "Sehubungan dengan itu, Peraturan Pemerintah ini berperan
penting guna melindungi kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan,
menekan terjadinya kecelakaan dan bencana yang terkait dengan
pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah
tangga, serta mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan".
Dengan demikian, disamping untuk menjaga kesehatan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
52
masyarakat dan lingkungan, keberadaan sampah juga diharapkan
menjadi sektor pendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Terkait dengan kewenangan pemerintah daerah dalam pengelolaan
sampah, Pasal 4 ayat (3) PP Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
menyatakan bahwa: "Pemerintah kabupaten/kota menyusun dan menetapkan
kebijakan dan strategi kabupaten/kota dalam pengelolaan sampah". Artinya,
PP tersebut kembali menegaskan amanat UU No. 18 tahun 2008 tentang
Pengelolaan Sampah yang menggariskan bahwa Pemerintah Daerah juga
memiliki wewenang dalam pengembangan dan pengeloaan sampah. Hal ini
dimaksudkan untuk menjamin pengembangan dan pengelolaan sampah yang
efisien dan efektif di tiap-tiap daerah.
Dengan demikian, rencana penyusunan Rancangan Perda tentang
Perubahan Perda No. 9 tahun 2013 telah sejalan dengan semangat PP
Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Bahkan, dalam penjelasan PP
No. 81 tahun 2012 tersebut dinyatakan bahwa norma dalam Peraturan
Pemerintah ini juga diharapkan menjadi rujukan dalam menyusun
peraturan daerah.
Karena itu, secara yuridis, PP ini juga merupakan payung hukum
dalam penyusunan Rancangan Perda tentang Perubahan Perda No. 9
tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga yang telah diberlakukan dan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
53
diimplementasikan di Kabupaten Banyuwangi. Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya bahwa Perda pengelolaan sampah yang telah
ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi tersebut memerlukan
sebuah evaluasi untuk disesuaikan dengan perkembangan yang ada.
Dengan kata lain, secara empiris, perlunya perubahan Perda adalah
sebagai upaya untuk menyesuaikannya dengan situasi dan kondisi yang
berkembang dalam pengelolaan sampah, terutama di Kabupaten
Banyuwangi.
3.4 Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun
2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle
melalui Bank Sampah
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2012
tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank
Sampah (selanjutnya disingkat Permen LH No. 13 tahun 2012) merupakan
penjabaran lebih lanjut dari upaya pemerintah dalam mengelola sampah
secara nasional. Secara teknis yuridis, Permen LH No. 13 tahun 2012
ditetapkan oleh pemerintah sebagai salah satu landasan hukum dibawah
undang-undang (UU) dan peraturan pemerintah (PP) yang terkait dengan
pengelolaan sampah. Oleh karena itu, Permen LH No. 13 tahun 2012
merupakan salah satu landasan hukum yang mendasari perlunya Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi menetapkan Rancangan Perda yang berfungsi untuk
merubah atau menyempurnakan Perda tentang
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
54
pengelolaan sampah yang telah diundangkan di Kabupaten Banyuwangi
pada tahun 2012.
Fokus utama dari Permen LH No. 13 tahun 2012 tersebut adalah
pada aspek pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui Bank
Sampah. Hal ini terlihat secara jelas dari nomenklatur yang dipakai dalam
judul Permen tersebut. Norma-norma yang terkandung didalamnya juga
menggariskan bahwa fokus Permen tersebut adalah pengaturan tentang:
(1) Reduce, Reuse, dan Recycle, dan (2) Bank Sampah. Yang dimaksud
dengan "bank sampah", sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2
Permen LH No. 13 tahun 2012, adalah tempat pemilahan dan
pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/atau diguna ulang
yang memiliki nilai ekonomi.
Terkait dengan reduce, reuse, dan recycle (R3), diundangkannya
Permen LH No. 13 tahun 2012 didasari atas pertimbangan bahwa
pengelolaan sampah selama ini belum menerapkan prinsip R3 sehingga
menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan masyarakat dan
lingkungan. Hal ini ditegaskan dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 1
Permen LH No. 13 tahun 2012 yang menyatakan bahwa:
Kegiatan reduce, reuse, dan recycle atau batasi sampah, guna ulang
sampah dan daur ulang sampah yang selanjutnya disebut Kegiatan
3R adalah segala aktivitas yang mampu mengurangi segala sesuatu
yang dapat menimbulkan sampah, kegiatan penggunaan kembali
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
55
sampah yang layak pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang
lain, dan kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru.
Pasal tersebut memberikan arti secara hukum tentang apa yang
dimaksud dengan reduce, reuse, dan recycle dalam konteks pengelolaan
sampah di Indonesia. Tersirat dengan jelas dalam Pasal 1 angka 1 tersebut
bahwa reduce adalah mengurangi segala sesuatu yang dapat menimbulkan
sampah. Reuse adalah kegiatan penggunaan kembali sampah yang layak
pakai untuk fungsi yang sama atau fungsi yang lain. Sementara, recycle
adalah kegiatan mengolah sampah untuk dijadikan produk baru.
Pada prinsipnya, pengertian yuridis reduce, reuse, dan recycle
tersebut tidak jauh berbeda dengan pengertian yang dipahami secara
umum oleh publik selama ini. Permen LH No. 13 tahun 2012 memberikan
penegasan bahwa pengertian tersebut juga diadopsi secara yuridis
sehingga memiliki kekuatan secara hukum. Dan, makna yang lebih utama
lagi, sehubungan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
menyusun Ranperda tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga, bahwa Permen LH No. 13 tahun 2012 adalah sebuah
landasan yuridis yang menjadi justifikasi hukum bagi penyusunan
peraturan daerah perubahan tentang sampah yang telah diberlakukan di
Kabuten Banyuwangi.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
56
3.5 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana Persampahan dalam
Penanganan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga
Selain Permen LH No. 13 tahun 2012 yang telah dijelaskan dalam
sub-bab sebelumnya, peraturan pada level kementerian yang juga
berkitan dengan pengelolaan sampah adalah Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor 03/PRT/M/2013 tentang Penyelenggaraan
Prasarana dan Sarana Persampahan dalam Penanganan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
(selanjutnya disingkat Permen PU 03/PRT/M/2013).
Adapun maksud dari ditetapkannya Permen PU 03/PRT/M/2013
adalah sebagai acuan bagi Pemerintah, pemerintah provinsi, pemerintah
Kabupaten/Kota, dan orang yang berkepentingan dalam penyelenggaraan
Prasarana Dan Sarana Persampahan atau PSP, sebagaimana ditetapkan
dalam Pasal 2 ayat (1) Permen tersebut. Dari norma yang terkandung di
dalam Permen PU 03/PRT/M/2013 menunjukkan bahwa yang menjadi
salah satu fokus utamanya adalah seputar Prasarana Dan Sarana
Persampahan (PSP). Yang dimaksud dengan PSP adalah kegiatan
merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara, serta
memantau dan mengevaluasi penanganan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga (Pasal 1 angka 6 Permen PU
03/PRT/M/2013).
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
57
Salah satu fokus utama Permen PU 03/PRT/M/2013 pada persoalan
PSP juga tampak dari tujuan ditetapkannya Permen tersebut. Pasal 2 ayat
(2) Permen PU 03/PRT/M/2013 menyatakan bahwa tujuan dari
ditetapkannya Permen PU ini adalah untuk:
1. mewujudkan penyelenggaraan PSP yang efektif, efisien, dan
berwawasan lingkungan;
2. meningkatkan cakupan pelayanan penanganan sampah;
3. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kualitas
lingkungan;
4. melindungi sumber daya air, tanah, dan udara terhadap
pencemaran serta mitigasi perubahan iklim; dan
5. menjadikan sampah sebagai sumber daya.
Dengan demikian, dari norma yang terkandung dalam Permen PU
03/PRT/M/2013 tersebut maka tampak bahwa Permen ini jelas
merupakan salah satu dasar yuridis dari pembentukan Perda Kabupaten
Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah; termasuk rencana
penyusunan perda perubahannya guna menyesuaikannya dengan
perkembangan hukum dan keadaan yang ada di lapangan.
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
58
BAB IV. LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN
YURIDIS
4.1 Landasan Filosofis
Dalam Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dinyatakan bahwa landasan
filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa
peraturan yang dibentuk mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran
dan cita hukum yang meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa
Indonesia yang bersumber dari Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, dalam
penyusunan peraturan perundang-undangan harus mencerminkan nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila sebagai cita hukum Indonesia (Darji
Darmodiharjo dan Shidarta, 2002).
Dengan merujuk pada pendapat Gustav Radbruch, Maria Farida
Indrati menyatakan bahwa cita hukum tidak hanya berfungsi sebagai tolok
ukur yang besifat regulatif, yang semata-mata menguji apakah suatu
hukum adil atau tidak, namun juga sebagai dasar yang bersifat konstitutif,
yang menentukan bahwa tanpa cita hukum, maka hukum akan kehilangan
maknanya (Maria Farida Indrati, 2014:237-238).
Landasan filosofis yang menjadi pijakan dalam penyusunan
Rancangan Perda Kabupaten Banyuwangi tentang Perubahan Perda No.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
59
9 Tahun 2013 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah adalah ketiga asas sebagaimana yang
dikemukakan oleh Gustav Radbruch tersebut, yaitu asas keadilan,
kepastian hukum, dan kemanfaatan dalam pengelolaan sampah. Asas ini
penting dalam rangka optimalissi pengelolaan sampah untuk kesehatan
masyarakat dan kelestarian lingkungan hidup. Pada dasarnya asas
keadilan dan kemanfaatan dalam pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga telah tersirat dalam peraturan
perundang-undangan yang telah diuraiakan sebelumnya. Misalnya, dalam
Pasal 3 UU No. 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
menyebutkan bahwa: "Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan
asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan,
asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan,
dan asas nilai ekonomi". Dengan demikian, selain asas keadilan dan
kemanfaatan, UU No. 18 tahun 2008 ternyata juga menegaskan terdapat
asas lain sebagai landasan filosofis pengelolaan sampah di Indonesia.
Adapun asas-asas yang landasan filosofis penyusunan Ranperda tentang
Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, selain
asas keadilan dan kemanfaatan, adalah:
• asas tanggung jawab,
• asas berkelanjutan,
• asas kesadaran,
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
60
• asas kebersamaan,
• asas keselamatan,
• asas keamanan, dan
• asas nilai ekonomi
Secara konstitusional, pijakan hukum dalam pengaturan tentang
pengelolaan sampah di Indonesia didasarkan pada Pasal 5 ayat (1), Pasal
20, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 33 ayat (3) dan ayat (4) Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sebagaimana
ditegaskan dalam konsiderans mengingat UU No. 18 tahun 2008. Dengan
pijakan konstitusianal tersebut maka secara tidak langsung menegaskan
pentingnya asas kepastian hukum dalam pengelolaan sampah agar
pengelolaan sampah dapat berjalan secara proporsional, efektif, dan
efisien. Dalam pengelolaan sampah sangat diperlukan kejelasan
tanggung jawab dan kewenangan Pemerintah, pemerintahan daerah,
serta peran masyarakat dan dunia usaha. Oleh karena itulah diperlukan
adanya pengaturan secara tegas dan jelas mengatur hal-hal tersebut,
termasuk di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Dalam rangka menciptakan
adanya kepastian hukum pengelolaan sampah yang sejalan dengan
perkembangan (up to date), maka diperlukan adanya penyusunan
Ranperda tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
61
4.2 Landasan Sosiologis
Selain merumuskan landasan filosofis, sebuah peraturan
perundang-undangan juga harus memuat landasan sosiologis guna
menjustifikasi peraturan tersebut memiliki basis empiris yang nyata.
Dalam pengertian bahwa peraturan yang dibuat memang merupakan
sebuah peraturan yang dibutuhkan oleh masyarakat, pemerintah dan/atau
para pihak terkait, baik sebagai subjek ataupun sebagai objek dari
peraturan perundang-undangan tersebut. Dengan demikian, landasan
sosiologis merupakan pertimbangan atau alasan yang berasal dari kondisi
faktual di Kabupaten Banyuwangi saat ini, khususnya yang terkait dengan
penanganan dan pengelolaan sampah rumah tangga dan jenis-jenis
sampah lainnya di Kabupaten Banyuwangi.
Secara sosiologis, terdapat paling tidak 4 (empat) alasan tentang
mengapa Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 memerlukan
perubahan. Pertama, pertumbuhan sampah melebihi pertumbuhan
penduduk. Kedua, menghindari munculnya masalah kesehatan dan
kerusakan lingkungan.
Ketiga, sebagaimana data yang telah dikemukakan dalam BAB II,
kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten Banyuwangi merupakan salah
satu sektor yang dalam menopang perekonomian daerah selain sektor:
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan; Pertambangan dan Penggalian;
Industri Pengolahan; Pengadaan Listrik dan Gas; Pengadaan Air, Konstruksi;
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
62
Motor; Transportasi dan Pergudangan; Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum; Informasi dan Komunikasi; Jasa Keuangan dan Asuransi;
Real Estate; Jasa Perusahaan;Administrasi Pemerintahan, Pertahanan
dan Jaminan Sosial Wajib; Jasa Pendidikan; Jasa Kesehatan dan
Kegiatan Sosial; dan Jasa lainnya.
Keempat, laju pertumbuhan PDRB mengalami penurunan selama
tiga tahun terakhir (2015, 2016, dan 2017). Dari sebesar 5,34 pada tahun
2015; menurun pada tahun 2016 menjadi sebesar 5,05; dan pada tahun
2017 menurun lagi menjadi sebesar 2,09 (BPS Kabupaten Banyuwangi,
2018:245).
4.3 Landasan Yuridis
Peraturan perundang-undangan yang terkait dengan materi yang
diatur dalam Ranperda tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga telah dikumpulkan dan di-inventarisasi.
Peraturan perundang-undangan yang memiliki keterkaitan paling erat
dengan materi Ranperda telah dianalisis sebelumnya dalam BAB III.
Dari hasil inventarisasi dan analisis yuridis yang telah dilakukan maka
pada intinya dapat dikatakan bahwa tidak semua peraturan perundang-
undangan yang telah dikumpulkan tersebut dapat dijadikan landasan yuridis.
Hanya peraturan perundang-undangan yang memiliki relevansi materi yang
dijadikan sebagai dasar hukum. Oleh karena itu, hasil
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
63
kajian dalam Kajian akademik ini menentukan bahwa peraturan
perundang-undangan yang dapat dipertimbangkan untuk dijadikan
konsiderans mengingat dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten
Banyuwangi tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga adalah sebagai berikut:
1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1981, Nomor 76, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004,
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
64
124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4725);
6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan
Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5059);
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang
Pedoman dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4593);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah,
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
65
Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 140,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2012 tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga (Lembaran Negara Tahun 2012
Nomor 188 Tambahan Lembaran Negara Nomor 5347);
12. Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Tahun 2014 Nomor 199);
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2006
tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan
Sistem Pengelolaan Persampahan;
14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 tahun 2010
tentang Pedoman Pengelolaan Sampah;
15. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 16
Tahun 2011 tentang Pedoman Materi Muatan Rancangan
Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Sampah Rumah
Tangga dan Sampah sejenis Sampah Rumah Tangga;
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011
tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
66
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 3/PRT/M/2013
tentang Penyelenggaraan Prasarana dan Sarana
Persampahan dala Penanganan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga;
18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010
tentang Pengelolaan Sampah Regional Jawa Timur
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2010 Nomor 4
Tahun 2010 Seri E);
19. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 4 Tahun
2012 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah
Kabupaten Banyuwangi (Berita Daerah Kabupaten
Banyuwangi Tahun 2012 Nomor 3/E);
20. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 9 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga (Lembaran Daerah
Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 Nomor 1).
Sementara itu, perlu juga dikemukakan disini sebagai tambahan
bahwa pengaturan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) di Indonesia tersebar
dalam sejumlah peraturan perundang-undangan mulai dari tingkatan yang
tingggi sampai tingkat yang berada dibawhnya (Ordonansi hingga Keputusan
Menteri). Takdir Rahmadi (2003:33) berpandangan bahwa dengan tidak
tersedianya undang-undang yang memuat ketentuan-ketentuan penyelaras
(harmonizing provisions) menyebabkan peraturan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
67
perundang-undangan yang ada tidak mencerminkan sebuah keterpaduan.
Dilihat dari masa pengundangannya, pengaturan B3 dapat dibedakan atas
4 periode waktu, yaitu (Takdir Rahmadi, 2003:33):
1. Masa pemerintahan atau pendudukan Belanda;
2. Masa sebelum pengundangan UU Lingkungan Hidup;
3. Masa setelah pengundangan UU Lingkungan Hidup, 11
Maret 1982; dan
4. Masa setelah pengundangan UU Pengelolaan Lingkungan
Hidup, 19 September 1997.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
68
BAB V. JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
KABUPATEN BANYUWANGI TENTANG PERUBAHAN
PERDA NOMOR 9 TAHUN 2013
Dalam Bab ini pada dasarnya menjelaskan ruang lingkup materi
muatan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi tentang
Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Sebelum
memaparkan tentang materi muatan yang akan di atur dalam Rancangan
Peraturan Daerah tersebut, dalam bab ini juga merumuskan jangkauan
serta arah pengaturan yang ada di dalamnya.
5.1 Jangkauan Pengaturan
Pengaturan tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan
sampah sejenis sampah rumah tangga di Kabupaten Banyuwangi
diharapkan akan menjangkau para stakeholder, utamanya setiap rumah
tangga sebagai pihak yang membutuhkan pelayanan dalam pengelolaan
sampah serta pihak-pihak terkait lainnya. Pihak-pihak lainnya yang
hendak dijangkau oleh norma dalam Perda ini adalah kelompok-kelompok
masyarakat atau wilayah tertentu yang juga memproduksi sampah; dan
bahkan dengan kapasitas yang lebih besar dari sekedar sampah rumah
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
69
tangga, seperti kawasan permukiman, wilayah tindustrial, kawasan
komersial seperti mall, ruko, dan sebagainya.
Dengan demikian, keberadaan Perda ini diharapkan meningkatkan
kualitas kesehatan warga masyarakat Banyuwangi dan kelestarian
lingkungan di wilayah Kabupaten Banyuwangi. Pada akhirnya juga
diharapkan bahwa Perda ini akan memberikan manfaat terhadap semua
pihak/kelompok/badan usaha yang terlibat langsung dalam pengelolaan
sampah di Kabupaten Banyuwangi. Perhatian khusus dalam Rancangan
Perda perubahan ini adalah adanya syarat tambahan bagi kelompok
penyedia jasa pelayanan sampah.
5.2 Arah Pengaturan
Pengaturan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
diharapkan dapat menjadi acuan dalam penetapan kebijakan pengelolaan
sampah di Kabupaten Banyuwangi. Di samping itu, pengaturan Peraturan
Daerah Kabupaten Banyuwangi tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun
2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga diarahkan untuk menata keberadaan kelompok
penyedia jasa pelayanan sampah.
Perda ini diarahkan juga untuk menjadi pedoman bagi Pemerintah
Daerah Kabupaten Banyuwangi dalam menetapkan peraturan atau
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
70
kebijakan teknis dalam pengelolaan sampah. Wilayah atau area yang
sekiranya juga akan memproduksi sampah selain rumah tangga juga
menjadi fokus dari perubahan Perda ini. Adapun wilayah atau area yang
dimaksud adalah:
a. kawasan permukiman;
b. kawasan komersial;
c. kawasan industri;
d. kawasan khusus;
e. fasilitas umum;
f. fasilitas sosial; dan/atau
g. fasilitas lainnya.
5.3 Materi Muatan Pengaturan
Adapun ruang lingkup materi muatan pada Perda ini akan meliputi
beberapa hal, mulai dari ketentuan umum sampai dengan ketentuan
penutup sebagaimana halnya sebuah kelaziman dalam penyusunan
peraturan perundang-undangan. Secara spesifik, materi muatan yang
akan diatur dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi
tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga
dijabarkan dalam uraian berikut ini.
1. Ketentuan Pasal 4 diubah, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
71
Pasal 4
(1) Ruang lingkup pengelolaan sampah dalam
Peraturan Daerah ini, terdiri atas:
a. sampah rumah tangga;
b. sampah sejenis sampah rumah tangga; dan
c. sampah spesifik.
(2) Sampah rumah tangga sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a berasal dari kegiatan sehari-
hari dalam rumah tangga, tidak termasuk tinja dan
sampah spesifik.
(3) Sampah sejenis sampah rumah tangga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan sampah yang berasal dari:
a. kawasan permukiman;
b. kawasan komersial;
c. kawasan industri;
d. kawasan khusus;
e. fasilitas umum;
f. fasilitas sosial; dan/atau
g. fasilitas lainnya.
(4) Sampah spesifik sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c meliputi:
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
72
a. sampah yang mengandung bahan berbahaya
dan beracun;
b. sampah yang mengandung limbah bahan
berbahaya dan beracun;
c. sampah yang timbul akibat bencana;
d. puing bongkaran bangunan;
e. sampah yang secara teknologi belum
dapat diolah; dan/atau
f. sampah yang timbul secara tidak periodik.
2. Diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 7 disisipkan 1
(satu) ayat baru, yakni ayat (2a), sehingga Pasal 7
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 7
(1) Pengurangan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 6 meliputi kegiatan:
a. pembatasan timbulan sampah;
b. pendauran ulang sampah;
c. pemanfaatan kembali sampah; dan/atau
d. pengurangan penggunaan benda - benda
yang berpotensi menjadi sampah.
PEMKAB BANYUWANGI & KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
73
(2) Pemerintah daerah wajib melakukan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai
berikut:
a. memfasilitasi penerapan teknologi yang
ramah lingkungan;
b. memfasilitasi penerapan label produk yang
ramah lingkungan;
c. memfasilitasi kegiatan mengguna ulang dan
mendaur ulang; dan
d. memfasilitasi pemasaran produk-produk daur
ulang.
(2a) Kegiatan pengurangan sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang dilaksanakan oleh
penghasil sampah meliputi:
a. pengomposan sampah basah; dan/atau
b. pelaksanaan daur ulang meliputi kertas, plastik
dan sejenisnya atau material dan sejenisnya.
(3) Pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan bahan produksi yang menimbulkan
sampah sesedikit mungkin, dapat diguna ulang,
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
74
dapat didaur ulang dan/atau mudah diurai oleh
proses alam.
(4) Masyarakat dalam melakukan kegiatan
pengurangan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menggunakan bahan yang dapat
diguna ulang, didaur ulang, dan/atau mudah diurai
oleh proses alam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengurangan
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur dengan
Peraturan Kepala Daerah.
3. Diantara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 1 (satu)
Pasal baru, yakni Pasal 7A, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 7A
(1) Dalam rangka pelaksanaan pembatasan timbulan
sampah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10
ayat (1) huruf a, Pemerintah Daerah berwenang
untuk menetapkan kebijakan larangan
penggunaan kantong plastik.
(2) Kebijakan larangan penggunaan kantong plastik
sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan paling
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
75
lambat 2 (dua) tahun sejak Peraturan Daerah ini
diundangkan.
(3) Ketentuan lebih lanjut terkait dengan kebijakan
larangan penggunaan kantong plastik
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih
lanjut dalam Peraturan Kepala Daerah.
4. Diantara ayat (2) dan ayat (3) Pasal 8 disisipkan 1
(satu) ayat baru, yakni ayat (2a), sehingga Pasal 8
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Kegiatan penanganan sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 meliputi:
a. pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan
pemisahan sampah sesuai dengan jenis,
jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan
pemindahan sampah dari sumber sampah ke
tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu;
c. pengangkutan dalam bentuk membawa
sampah dari sumber dan/atau dari tempat
penampungan sampah sementara atau dari
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
76
tempat pengolahan sampah terpadu menuju
ke tempat pemrosesan akhir;
d. pengolahan dalam bentuk mengubah
karakteristik, komposisi dan jumlah sampah;
dan/atau
e. pemrosesan akhir sampah dalam bentuk
pengembalian sampah dan/atau residu hasil
pengolahan sebelumnya kemedia lingkungan
secara aman.
(2) Pemilahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dilakukan melalui kegiatan
pengelompokan sampah menjadi paling sedikit 5
(lima) jenis sampah yang terdiri atas:
a. sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun serta limbah bahan
berbahaya dan beracun;
b. sampah yang mudah terurai;
c. sampah yang dapat digunakan kembali;
d. sampah yang dapat didaur ulang; dan
e. sampah lainnya.
(2a) Pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
77
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
dalam melakukan pemilahan sampah wajib
menyediakan sarana pemilahan sampah skala
kawasan dengan memperhatikan jenis,
karakteristik dan timbulan sampah.
(3) Sampah yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun serta limbah bahan berbahaya dan
beracun sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a antara lain kemasan obat serangga,
kemasan oli, kemasan obat-obatan, obat-obatan
kadaluarsa, peralatan listrik, dan peralatan
elektronik rumah tangga.
(4) Sampah yang mudah terurai sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf b antara lain sampah
yang berasal dari tumbuhan, hewan, dan/atau
bagian-bagiannya yang dapat terurai oleh makhluk
hidup lainnya dan/atau mikroorganisme seperti
sampah makanan dan serasah.
(5) Sampah yang dapat digunakan kembali
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan sampah yang dapat dimanfaatkan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
78
kembali tanpa melalui proses pengolahan antara
lain kertas kardus, botol minuman, dan kaleng.
(6) Sampah yang dapat didaur ulang sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan
sampah yang dapat dimanfaatkan kembali setelah
melalui proses pengolahan antara lain sisa kain,
plastik, kertas, dan kaca.
(7) Sampah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf e merupakan residu.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penanganan
sampah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Kepala Daerah
5. Setelah ayat (2) Pasal 10 disisipkan 1 (satu) ayat
baru, yakni ayat (2a), sehingga Pasal 10 berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 10
(1) Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf c dimulai dari tempat
sampah domestik (sumber sampah) ke TPS atau
TPST, transfer depo dan/atau transfer station ke
TPA menggunakan sarana pengangkutan sampah.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
79
(2) Pengangkutan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat melibatkan penyedia jasa
pelayanan sampah.
(2a) Penyelenggaraan pengangkutan dan penyediaan
alat angkut dalam rangka pelaksanaan
pengangkutan sampah oleh lembaga penyedia
jasa layanan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 10 ayat (2) wajib memenuhi
ketentuan:
a. memiliki jadwal dan rute pengangkutan;
b. mencegah tercecernya air lindi;
c. memenuhi persyaratan keamanan, kesehatan
lingkungan, kenyamanan dan kebersihan;
d. menaati ketentuan kewajiban, larangan dan
persyaratan lainnya yang tercantum dalam
izin usaha pengelolaan sampah; dan
e. menaati ketentuan kewajiban,larangan dan
persyaratan lainnya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
6. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu)
Pasal baru, yakni Pasal 10A, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
80
Pasal 10A
(1) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (1) huruf d meliputi kegiatan:
a. pemadatan;
b. pengomposan;
c. daur ulang materi; dan/atau
d. daur ulang energi.
(2) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan melalui penggunaan
atau pemanfaatan teknologi ramah lingkungan.
(3) Sampah yang tidak dapat diolah melalui kegiatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditimbun di
TPA.
(4) Pengolahan sampah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan oleh:
a. setiap orang pada sumbernya;
b. pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan
khusus, fasilitas umum, fasilitas sosial, dan
fasilitas lainnya; dan
c. Pemerintah Daerah.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
81
(5) Pengelola kawasan permukiman, kawasan
komersial, kawasan industri, kawasan khusus,
fasilitas umum, fasilitas sosial, dan fasilitas lainnya
wajib menyediakan fasilitas pengolahan sampah
skala kawasan yang berupa TPS 3R (reduce,
reuse, recycle).
(6) Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas
pengolahan sampah pada wilayah permukiman
berupa:
a. TPS;
b. TPST;
c. Transfer depo;
d. Transfer station; dan/atau
e. TPA.
7. Diantara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu)
Pasal baru, yakni Pasal 10B, sehingga berbunyi
sebagai berikut:
Pasal 10B
(1) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) huruf e
dilakukan dengan menggunakan:
a. metode lahan urug terkendali;
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
82
b. metode lahan urug saniter; dan/atau
c. teknologi ramah lingkungan.
(2) Pemrosesan akhir sampah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah Daerah.
8. Ketentuan ayat (1) Pasal 19 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 19
(1) Setiap orang dilarang:
a. mencampur sampah dengan limbah
berbahaya dan beracun;
b. membuang sampah yang mengandung bahan
berbahaya dan beracun (B3) ke TPS, TPST,
transfer depo/transfer station, dan/atau TPA;
c. mengelola sampah yang menyebabkan
pencemaran dan/atau perusakan lingkungan;
d. membuang sampah tidak pada tempat yang
tetelah ditentukan dan disediakan, termasuk
membuang sampah ke sungai, parit, selokan,
got, saluran irigasi, saluran drainase, taman
kabupaten, tempat terbuka, fasilitas umum,
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
83
jalan umum, trotoar dan/atau di tempat umum
lainnya;
e. membakar sampah dengan cara yang tidak
sesuai persyaratan teknis pengelolaan
sampah;
f. menggunakan lahan untuk dimanfaatkan
sebagai tempat pembuangan akhir sampah
tanpa proses pengolahan sesuai dengan jenis
sampah;
g. memasukkan sampah dari luar wilayah
Kabupaten Banyuwangi ke TPS, TPST,
transfer depo/transfer station, dan/atau TPA
kecuali mendapat izin dari Kepala Daerah;
h. menumpuk sampah di luar landfill di kawasan
di TPA;
i. menumpuk sampah di luar kontainer dan/atau
gerobak di kawasan TPS, TPST, dan/atau
transfer depo/transfer station; dan
j. membuang sampah puing bongkaran
bangunan ke TPS, TPST, transfer
depo/transfer station, dan/atau TPA.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
84
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai larangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Kepala Daerah.
9. Ketentuan ayat (3) Pasal 22 diubah sehingga
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 22
(1) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian pengelolaan sampah dilakukan oleh
Dinas Kebersihan dan Pertamanan.
(2) Pelaksanaan pembinaan, pengawasan, dan
pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilaksanakan melalui kegiatan:
a. penyuluhan dan pembinaan teknis
pengelolaan sampah;
b. memeriksa instalasi, timbulan sampah dan
atau alat transportasi;
c. meminta laporan dan/atau keterangan dari
pihak yang bertanggung jawab atas kegiatan
pengelolaan sampah.
(3) Dalam rangka pembinaan pengelolaan sampah
Pemerintah Daerah berwenang memberikan:
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
85
a. Insentif kepada setiap orang, lembaga,
dan/atau badan hukum yang melakukan
pengurangan sampah; dan
b. Disinsentif kepada setiap orang lembaga,
dan/atau badan hukum yang tidak melakukan
pengurangan sampah.
(4) Pemberian insentif dan desintensif disesuaikan
dengan kemampuan keuangan daerah.
(5) Ketentuan pelaksanaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), ayat (2), ayat (3) dan ayat (4) diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.
10. Ketentuan ayat (1) dan ayat (2) Pasal 24 diubah
sehingga berbunyi:
Pasal 24
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3),
Pasal 7 ayat (4), Pasal 8 ayat (2), Pasal 10 ayat
(2a), atau Pasal 10A ayat (5) dapat dikenakan
sanksi administratif.
(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat berupa:
a. teguran;
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
86
b. peringatan tertulis;
c. paksaan pemerintahan;
d. uang paksa;
e. pembekuan izin untuk sementara;
f. pencabutan izin; dan/atau
g. penutupan usaha/kegiatan
(3) Tata cara pemberian sanksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan (2), ditetapkan
dengan Peraturan Kepala Daerah.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
87
BAB VI. PENUTUP
Dalam bab penutup ini akan dikemukakan dua hal, yaitu
kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan merupakan pemaparan
kembali secara ringkas dan padat dari pembahasan yang telah
dikemukakan dalam bab-bab sebelumnya. Rekomendasi memuat point-
point utama yang dapat dipilih oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi
sehubungan dengan inisiatif untuk menyusun Ranperta tentang
Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah
Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
6.1 Kesimpulan
Bagi kota-kota besar dengan penduduk yang padat dan pola
konsumsi yang tinggi, persoalan sampah merupakan masalah umum yang
memerlukan penanganan dengan baik. Apabila tidak ditangani dengan
baik maka sampah dapat menimbulkan dampak negatif terhadap
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Pencemaran lingkungan dapat
berupa pencemaran tanah, air dan udara. Sampah yang sukar membusuk
akan mengakibatkan pencemaran tanah, sedangkan sampah yang
dibakar secara terbuka (open burning) akan menghasilkan gas-gas yang
dapat mencemari udara dan air rembesan hasil pembusukan sampah
akan menyebabkan pencemaran air.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
88
Dampak pengelolaan sampah yang salah dapat menimbulkan
masalah kesehatan masyarakat, seperti penyakit pencernaan karena
infeksi bakteri-bakteri yang bersumber dari sampah, sakit pernapasan
karena bau busuk yang bersumber dari sampah, dan bahkan sampai
penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh sampah beracun. Yang terakhir
ini dikenal dengan istilah sampah dari bahan berbahaya dan beracun
(selanjutnya disingkat B3).
Terkait dengan kegiatan pengelolaan sampah di Kabupaten
Banyuwangi, Pemerintah Daerah Kabupaten Bayuwangi telah menyusun
dan menetapkan Peraturan Daerah yang spesifik mengatur tentang
sampah, yaitu: Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga. Namun demikian, Perda tersebut membutuhkan
penyesuaian seiring dengan perkembangan situasi, kondisi, keadaan dan
peraturan yang ada.
Oleh karena itu, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membutuhkan
Perda yang menjadi dasar untuk merubah beberapa norma yang terdapat
dalam Perda Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013 Tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah
Rumah Tangga. Hal ini penting untuk dilakukan dalam rangka optimalisasi
dan adaptasi pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis
lainnya dengan perubahan situasi, kondisi, dan keadaan di Kabupaten
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
89
Banyuwangi; termasuk adaptasi dengan perubahan peraturan perundang-
undangan yang ada.
Berdasarkan kajian yang telah dikemukakan dalam pembahasan
Kajian akadmik ini maka dapat disimpulkan bahwa penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) Kabupaten Banyuwangi
tentang Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
telah memiliki pijakan teoritis dan empiris yang kuat. Selain itu, landasan
filosofis, sosiologis, dan yuridis penyusunan Ranperda tersebut juga telah
tergali secara kuat, faktual, dan jelas.
Secara konstitusional, rencana pengundangan Peraturan Daerah
(Perda) guna merubah beberapa norma dalam Perda No. 9 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga adalah sejalan dengan mandat Pasal 18 ayat (6)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang
menyatakan bahwa: "Pemerintahan Daerah berhak menetapkan
Peraturan Daerah dan peraturan-peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembatuan".
Secara sosiologis menunjukkan bahwa adanya kebutuhan perubahan
pengaturan pengelolaan sampah di Banyuwangi adalah konsekuensi logis
dari perkembangan pengelolaan sampah di Banyuwangi. Secara yuridis,
beberapa peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi telah
mengamanatkan juga bahwa pengelolaan sampah merupakan
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
90
tanggungjawab bersama pemerintah pusat maupuan Pemerintah Daerah.
Dengan demikian, asas kemanfaatan dan kepastian hukum telah
terpenuhi apabila kebijakan ini akan diundangkan dalam bentuk Peraturan
Daerah (Perda) Kabupaten Banyuwangi tentang Perubahan Perda No. 9
Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga.
6.2 Saran/Rekomendasi
Bertolak dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan dalam
Kajian akademik ini, hal-hal yang direkomendasikan adalah:
1. Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi No. 9 Tahun 2013
tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah
Sejenis Sampah Rumah Tangga perlu dirubah mengingat
adanya perkembangan dalam pengelolaan sampah dan
perkembangan peraturan perundang-undangan yang terkait
dengan pengelolaan sampah. Oleh karena itu, Pemerintah
Kabupaten Banyuwangi seyogyanya segera mengundangkan
Perda Kabupaten Banyuwangi tentang Perubahan Perda No. 9
Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan
Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
2. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi seyogyanya melakukan
serap aspirasi dan sosialisasi sehubungan dengan pengaturan
dan substansi dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
91
Perubahan Perda No. 9 Tahun 2013 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah
Tangga yang telah disusun atas dasar Kajian akademik ini.
Sasaran dari serap aspirasi ini adalah masyarakat yang
terdampak secara langsung, pengusaha dan badan usaha yang
relevan, serta penyedia jasa layanan sampah. Masukan dari
para pihak tersebut akan sangat bermanfaat dalam
menyempurnakan norma yang telah disusun atas dasar Kajian
akademik ini.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
92
REFERENSI
Affan Gafar, Civil Society dan Prospeknya di Indonesia, dalam Affan
Gafar dan Abdul Gaffar Karim, Negara dan Civil Society, Fisipol
UGM, Yogyakarta, 1997.
Arfawie Kurde, dan Nukthoh, Telaah Kritis Teori Negara Hukum,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005.
A S Horby, Oxford Advance Learner's Dictionary, Oxford University Press,
Oxford, 1995.
Bagir Manan, Perumbuhan dan Pekembangan Konstitusi Suatu
Negara, Bandung, Mandar Maju, 1995.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi
dalam Angka: 2018, BPS Kabupaten Banyuwangi, banyuwangi,
2018.
Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum: Apa dan
Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Gramedia, Jakarta, 2002
Hermien Hadiati Koeswadji, Hukum Pidana Lingkungan, Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1993.
Hans Kelsen, Pure Theory of Law, Barkeley, University California Press,
1978.
Jimly Asshiddiqie, Perihal Undang-Undang, Konstitusi Press, Jakarta,
2006.
Leo Agustino, Politik Lokal dan Otonomi Daerah, Alfabeta, Bandung,
2014.
Mahendra Putra Kurnia, dkk., Pedoman Kajian Akademik Perda
Partisipatif, Kreasi Total Media, Yogyakarta, 2007.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020
93
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-undangan (bk.2 Proses dan
Teknik Pembentukannya), Kanisius, Jakarta, 2014.
Maria Farida Indrati S., Ilmu Perundang-undangan (bk.1 Jenis, Fungsi
dan Materi Muatan), Kanisius, Jakarta, 2014.
M. Solly Lubis, Pergeseran Garis Politik dan Perundang-Undangan
Mengenai Pemerintahan Daerah, Alumni, Bandung, 1975.
Pusat Informasi Lingkungan Hidup, State of The Environment Report
Indonesia, Bapedal, Jakarta, 2001.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah (a), Kebijakan Dan Strategi
Pengembangan Waste to Energy: Modul 1, Pusat Pendidikan
dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah, Bandung, 2018.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan Jalan, Perumahan, Permukiman, dan
Pengembangan Infrastruktur Wilayah (b), Pengantar Pengolahan
Sampah Secara Umum: Modul 2, Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Jalan, Perumahan, Permukiman, dan Pengembangan Infrastruktur
Wilayah, Bandung, 2018.
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Prenada Media, Jakarta, 2005.
Siti Soetami, Hukum Administrasi Negara Lanjut, BP Undip, Semarang,
2000.
Syaukani, Afan Gafar, Ryaas Rasyid, Otonomi Daerah Dalam Negara
Kesatuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2007.
Takdir Rahmadi, Hukum Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun,
Airlangga University Press, Surabaya, 2003.
PEMKAB BANYUWANGI &
KAJIAN AKADEMIK RANPERDA KABUPATEN BANYUWANGI UNIVERSITAS JEMBER, 2020