JURNAL PRAKTIKUM SEMISOLID “FORMULASI KRIM HIDROKORTISON” I. TUJUAN PRAKTIKUM Mahasiswa dapat merancang formula sediaan semisolid “krim hidrokortison asetat” Mahasiswa mampu memformulasi dan mengevaluasi sediaan “krim hidrokortison asetat” II. DASAR TEORI Menurut FI III, krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim ada dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A). Menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci dengan air.Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000).
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
JURNAL PRAKTIKUM SEMISOLID
“FORMULASI KRIM HIDROKORTISON”
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Mahasiswa dapat merancang formula sediaan semisolid “krim
hidrokortison asetat”
Mahasiswa mampu memformulasi dan mengevaluasi sediaan “krim
hidrokortison asetat”
II. DASAR TEORI
Menurut FI III, krim adalah sediaan setengah padat berupa emulsi kental
mengandung tidak kurang dari 60% air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe
krim ada dua yaitu krim tipe air minyak (A/M) dan krim minyak air (M/A).
Menurut FI IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung
satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang
sesuai. Krim mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air
dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang batasan tersebut lebih diarahkan
untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal
asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air yang dapat dicuci
dengan air.Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi. Umumnya berupa
surfaktan-surfaktan anionik, kationik, dan nonionik (Anief, 2000).
Prinsip pembuatan krim adalah berdasarkan proses penyabunan (safonifikasi)
dari suatu asam lemak tinggi dengan suatu basa dan dikerjakan dalam suasana
panas yaitu temperatur 700- 800C. (Dirjen POM,1995).
Ada beberapa tipe krim seperti emulsi, air terdispersi dalam minyak (A/M)
dan emulsi minyak terdispersi dalam air (M/A). sebagai pengemulsi dapat
digunakan surfaktan anionik, kationik dan non anionik. Untuk krim tipe A/M
digunakan : sabun monovalen, tween, natrium laurylsulfat, emulgidum dan lain-
lain. Krim tipe M/A mudah dicuci. (Anief,1994).
Dalam pembuatan krim diperlukan suatu bahan dasar. Bahan dasar yang
digunakan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Kualitas dasar krim yang
diharapkan adalah sebagai berikut :
a. Stabil
b. Lunak
c. Mudah dipakai
d. Dasar krim yang cocok
e. Terdistribusi merata
Fungsi krim adalah:
a. Sebagai bahan pembawa substansi obat untuk pengobatan kulit
b. Sebagai bahan pelumas bagi kulit
c. Sebagai pelindung untuk kulit yaitu mencegah kontak langsung dengan zat-zat
berbahaya. (anief,1999)
Obat kulit yang umum digunakan mengandung obat-obat golongan
antibiotika, kortikosteroid, antiseptik lokal, antifungi dan lain-lain. Obat kulit
topikal mengandung obat yang bekerja secara lokal. Tapi pada beberapa keadaan,
dapat juga bekerja pada lapisan kulit yang lebih dalam, misalnya pada pengobatan
penyakit kulit kronik dengan obat kulit topikal yang mengandung kortikosteroid.
Hidrokortison adalah golongan kortikosteroid yang mempunyai efek
farmakologi sebagai anti-inflamasi, anti-pruritis dan aksi vasokonstriksi
Mekanisme kerja kortikosteroid sebagai antiinflamasi adalah kortikosteroid
mempengaruhi berbagai sel imunokompeten seperti sel T, makrofag, sel
dendritik, eosinofil,neutrofil, dan sel mast, yaitu dengan menghambat
respons inflamasi dan menyebabkan apoptosis berbagai sel tersebut. Kerja
kortikosteroid menekan reaksi inflamasi pada tingkat molekuler terjadi
melalui mekanisme genomik dan nongenomik. Antiinflamasi kortikosteroid
topikal dimediasi oleh penghambatan rilis fosfolipase A2, yang merupakan
enzim produksi prostaglandin, leukotrien, dan turunan asam arakhidonat.
Obat ini juga bekerja dengan menghambat transkripsi gen yang
mengaktifasi proinflamasi. Hal tersebut yang menjadikan kortikosteroid
menghambat fagositosis dan menstabilkan membran liposomal dari sel
fagosit yang berkontibusi pada efek antiinfalmasi.
Mekanisme sebagai efek imunosupresif dari kortikosteroid topikal adalah
dengan dimediasi dengan menurunkan produksi dan aksi hormon yang
terlibat pada respon inflamasi, menghambat migrasi leukosit ke daerah
inflamasi, dan mengganggu fungsi granulosit, sel endotel, sel mast dan
fibroblast.
Sedangkan mekanisme kortikosteroid topikal sebagai antiproliferatif adalah
dimediasi untuk mengganggu sintesis DNA dan mitosis. Menghambat juga
aktivitas fibroblast dan pembentukan kolagen.
Efek vasokontriksi pada kortikosteroid topikal dimediasi dengan
menghambat vasodilator alami termasuk antihistamin, bradikinin dan
prostaglandin. (Chabassol, A & Green Peter. 2012)
DAPUS : (Allison Chabassol and Peter green , MD, FRCPC. Topical Corticosteroid
Therapy:WhatYou Need to Know . The Canadian Journal of Diagnosis / February 2012
Secara umum, kortikosteroid topikal akan memberikan efek samping baik
lokal maupun sistemik. Efek samping sistemik terjadi setelah penyerapan steroid.
Kortikosteroid efektif karena berpenetrasi ke dalam kulit. Anak-anak memiliki
permukaan kulit yang relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa dan efek
samping sistemik lebih mungkin terjadi. Setelah penyerapan secara sistemik,
kortikosteroid mengganggu sintesis kortikosteroid dalam kelenjar adrenal.
Sehingga, produksi endogen akan dihambat dan terjadi kekurangan cadangan
kortikosteroid. Hal ini menyebabkan penurunan respon stres fisik. Ketika
penyerapan kortikosteroid berlangsung selama waktu yang lama, dan terutama
ketika steroid kuat digunakan, aktivitas kortikosteroid dalam tubuh mungkin terlalu
tinggi. Hal ini menyebabkan efek metabolik, yaitu Sindrom Cushing secara luas
dikenal. Pada anak-anak akan terjadi keterbelakangan pertumbuhan akibat
penggunaan yang berkepanjangan kortikosteroid.
Farmakokinetika kortikosteroid adalah tingkat penyerapan perkutan
kortikosteroid topikal ditentukan oleh beberapa faktor yaitu pembawa/basis ,
integritas penghalang epidermis , dan penggunaan dressing oklusif .Kortikosteroid
topikal dapat diserap dari kulit utuh normal. Peradangan dan / atau lainnya proses
penyakit di kulit meningkatkan penyerapan perkutan .Dressing oklusif secara
substansial meningkatkan penyerapan perkutan kortikosteroid topikal .Dengan
demikian , dressing oklusif dapat menjadi tambahan yang berharga untuk terapi
pengobatan dermatosis resisten. Setelah diserap melalui kulit , kortikosteroid
topikal ditangani melalui farmakokinetik jalur yang sama dengan kortikosteroid
sistemik diberikan . Kortikosteroid adalah terikat protein plasma dalam derajat
yang bervariasi . Kortikosteroid dimetabolisme terutama di hati dan kemudian
diekskresikan oleh ginjal . Beberapa kortikosteroid topikal dan metabolitnya
juga diekskresikan ke dalam empedu .
Mekanisme masuknya obat ke kulit??????????/
Nama Produk Kandungan Indikasi Kontra Indikasi Dosis
Armacort - Hidrokortison asetat 2,5 %
- Kloramfenikol 2%
Nyeri inflamasi dari
dermatosis yang responsif
terhadap kortikosteroid
- Oleskan 3-4x sehari
menutupi bagian yang sakit
Bufacort-N - Hidrokortison asetat 1%
- Neomisin sulfat 0,5 %
- Dermatitis yang terinfeksi
- Infetigo furunkulosis
- Akne
-penderita TBC
- herpes simpleks
- vericella
- vaccine
Oleskan 2-3x sehari
menutupi bagian yang sakit
Calacort - Hidrokortioson 2,5 % - Pengobatan topikal berbagai
kelainan kulit akut, sub akut,
kronik
- Infeksi virus
- Lesi kulit karena
tuberkulosis
- Infeksi jamur
-
Oleskan 2-3x sehari
menutupi bagian yang sakit
(10 gram)
Camviocorthon
Cendo
- Kliokinol 1 %
- Hidrokortison asetat 1 %
- Kamfer 1 %
- Peradangan kulit
- Alergi
- infeksi
- Oleskan 2-4x sehari
menutupi bagian yang sakit
(5 gram)
III. EVALUASI PRODUK REFEREN
IV. STUDI PRAFORMULASI BAHAN AKTIF
Rek.. tulis yang hidrokortison asetat aja
No. Bahan Aktif Efek Utama Efek Samping Karakteristik
Fisik
Karakteristik Kimia Sifat Lain
1. Hydrocortisone Anti alergi
Antiradang
Eksim
hipersensitivitas Pemerian :
serbuk hablur
putih atau
hampir putih,
tidak berbau
Kelarutan : sukar
larut dalam air
dan dalam eter,
agak sukar larut
dalam etanol dan
dalam aseton,
sukar larut dalam
kloroform
Rumus molekul :
C21H30O5
BM : 362.5
2. Hydrocortisone Acetate Anti alergi hipersensitivitas Pemerian :
serbuk hablur
Rumus molekul : Hidrokortison
asetat
Antiradang
Eksim
putih atau
hampir putih,
tidak berbau,
rasa tawar
kemudian pahit
Kelarutan :
praktis tidak
larut dalam air,
sukar larut dalam
etanol dan dalam
kloroform.
C23H32O6
BM : 404,5
merupakan
bahan dengan
karakteristik
fisik yang
tidak bersifat
higroskopis,
volatil, mudah
melebur , dan
kristal.
Hidrokortison
asetat dalam
bentuk kering
(bahan baku)
mempunyai
shelf life
(waktu
terjadinya
degradasi
10%obat
menjadi tidak
stabil) adalah
selama 1tahun.
3. Hydrocortisone Butyrate Anti alergi
Antiradang
Eksim
hipersensitivitas Pemerian :
serbuk hablur,
putih hingga
praktis putih,
praktis tidak
berbau
Kelarutan :
praktis tidak
larut dalam air,
sukar larut dalam
air, sukar larut
dalam eter, larut
dalam methanol,
dalam etanol dan
dalam aseton,
mudah larut
dalam kloroform
Rumus molekul :
C25H36O6
BM : 432,56 (FI 4)
4. Hydrocortisone Valerate Anti alergi
Antiradang
Eksim
hipersensitivitas Rumus molekul :
C26H38O6
BM =446.6 clarke’s
analysis
Alasan pemilihan bahan aktif :
Bahan aktif yang digunakan adalah hidrokortison asetat
Karena :
Menurut Bakker,P.et.al.1990 hidrokortison asetat adalah steroid lemah yang masuk di
dalam daftar obat esensial WHO. Secara luas digunakan, mudah didapat dan tidak
mahal. Digunakan pada beberapa sediaan. Pada sediaan krim dan salep hidrokortison
asetat mempunyai stabilitas lebih baik dari pada lotion. Sehingga sediaan
hidrokortison bentuk krim dan salep banyak digunakan.
Menurut Bakker,P.et.al.1990 Hidrokortison asetat merupakan bahan dengan
karakteristik fisik yang tidak bersifat higroskopis, volatil, mudah melebur , dan
kristal.
Menurut Bakker,P.et.al.1990 hidrokortison asetat tidak terjadi reaksi rearragement
seperti yang terjadi pada betametason-17-valerat , karena hidrokortison asetat
merupakan 21-monoester. Sedangkan yang mengalami reaksi rearragement dan
aktivitasnya menurun adalah terjadi untuk semua 17-monoester dengan gugus
hidroksi bebas pada posisi 21.
Dalam produk referen banyak sediaan krim hidrokortison yang menggunakan bahan
aktif hidrokortison asetat
Hidrokortison dalam bentuk krim biasanya dikombinasi dengan asam seperti
hidrokortison dan asam asetat yang disebut hidrokortison asetat
Target Organ yg dituju : subkutan
Tujuan terapi : Lokal
Bentuk sediaan yang dipilih : krim o/w
Alasan
Sifat krim lebih nyaman dan cenderung disukai oleh masyarakat
Dengan basis o/w bahan aktif yang bersifat hidrofob mudah lepas
Di kebanyakan produk referen berupa krim
Sediaan krim direkomendasikan untuk mengobati lesi subkutan, lesi kronik
Dosis
Menurut martindale, Untuk topikal bisa dalam bentuk salep, lotion, dan cream.
Dengan konsentrasi 0,25 -2,5 %.
Menurut Martindale, 100 mg hidrokortison setara dengan :
Hidrokortison asetat 112 mg
Hidrokortison buteprate 135 mg
Hidrokortison butirat 119 mg
Hidrokortison cipionat 134 mg
Hidrokortison hidrogen suksinat 128 mg
Hidrokortison sodium fosfat 134 mg
Hidrokortison valerat 123 mg
Pada formula yang kami rancang, dosis yang digunakan sebesar 2,5 % hidrokortison
asetat, karena krim hidrokortison 2,5% memberikan kuantitas pelepasan zat aktif
yang lebih banyak dibandingkan dengan Krim Hidrokortison dengan kadar 1%.
Maka dalam jika sediaan krim sebesar 10 gram, maka :
Hidrokortison asetat = 2,5100
x 10 gram = 0,25 gram = 250 mg
Digunakan 3 x sehari. Tidak boleh menggunakan 50 g krim dalam satu minggu, atau
atas anjuran dokter
FORMULA
BAHAN Konsentrasi Penimbangan
(10 gram)
Penimbangan
(200 g)
FUNGSI
Hidrokortison asetat 2,5 % 0,25 gr 5 gr Bahan aktif
Metilparaben/nipagin 0,25 % 0,025 gr 0,5 gr Pengawet
Propilparaben/nipasol 0,15 % 0,015 gr 0,3 gr Pengawet
Propilen glikol 0,2 % 0,2076 gr 4,152 gr Pelarut
pengawet
Aqua rosae q.s q.s q.s Corigen
odoris
Asam stearat 15 % 1,5 gr 30 gr Emulgator
Cera alba 2 % 0,2 gr 4 gr Fase minyak
Vaselin album 8 % 0,8 gr 16 gr Fase minyak
TEA 1,5% 0,15 gr 3 gr Emulgator
Propilen glikol 8 % 0,8 gr 16 gr Fase air
Aquadest Ad 100 6,0524 gr 121,048 gr Fase Air
PERHITUNGAN BAHAN :
Dibuat krim sebesar 10 gram
Hidrokortison asetat = 2,5 g100
x 10 g = 0,25 gram
Metil paraben = 0,25100
x 10 g = 0,025 gram
Propil paraben = 0,15100
x 10 g = 0,015 gram
Propilen glikol yang dibutuhkan untuk melarutakan metil paraben dan propil paraben
Pengawet, antimikroba, efektif pada range pH yang luas, untuk sediaan topical 0,02 – 0,3 % . Aktivitas meningkat ketika digunakan dengan golongan paraben yang lainnya Melawan mikroba pada pH 4-8
Mengalami inkompatibilitas dengan bentonit, tragacant, sorbitol
Pengawet, antimikroba, efektif pada range pH yang luas. Untuk sediaan topical 0,01 – 0,6 %, aktivitas meningkat ketika digunakan dengan golongan paraben yang lainnya ,melawan mikroba pada pH 4-8
Pemerian : Kristal putih, tidak berasa, tidak berbau