JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL
KELOMPOK : 1 SHIFT : A
INJEKSI ATENOLOL SOAL :
I. Preformulasi Zat AktifStruktur (FI.IV, 1995).
Nama kimia4-(2-Hidroksi-3-isopropolamino propoksi)
fenilasetatamida (FI.IV, 1995).
Rumus molekulC14H22N2O3 (FI.IV, 1995).
Berat molekul266,3 (FI.IV, 1995).
PemerianSerbuk putih atau hampir putih, tidak berbau atau hampir
tidak berbau (FI.IV, 1995).
KelarutanAgak sukar larut dalam air, larut dalam etanol mutlak,
praktis tidak larut dalam eter (FI.IV, 1995).
Titik leleh152-155 C (FI.IV, 1995).
Inkompatibilitas
Stabilita Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya Tidak tahan pemanasan
dan lembab
Tahan cahaya
Kesimpulan :
Bentuk zat aktif yang digunakan : asam
Bentuk sediaan : larutan
Cara sterilisasi sediaan : sterilisasi akhir dengan
autoclave
Kemasan : vial
II. Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas dan Dapara.
TonisitasMetode : kesetaraan
Diket : LISO atenolol = 2 BM atenolol = 266,3Dit :Hit :Atenolol
= 0,5 mg/ml = 50 mg/100ml = 0,05 mg/100ml x 100% = 0,05%E = 17 x
(LISO / BM) = 17 x (2/266,3) = 0,1276Atenolol = 0,05% x 0,1276 =
0,00638%NaCl = 0,9% - 0,00638% = 0,8936% (hipotonis)NaCl yang
dibutuhkan = 0,8936% x 10,5 = 0,09345 grPerhitungan :
b. OsmolaritasPerhitungan :
Kesimpulan :Sediaan bersifat hipo-iso-hipertonis :
____________________Perhatian yang harus dicantumkan dalam
informasi obat
:________________________________________________________________________
c. DaparJenis dapar/kombinasi
Target pH
Kapasitas dapar
Perhitungan :
III. Pendekatan FormulaNoBahanJumlah (%)Fungsi / alasan
penambahan bahan
1Atenolol 0,5 mg/mlZat aktif
2NaCl0.89 %Pengisotonis
3
4Aqua proinjeksi Add 10mlPelarut
Di buat 2 vial (10 ml/vial) Atenolol = 0.5 mg x 20 ml = 10 mg +
5 % = 10.5 mg NaCL = 0.89% x 20 ml = 0.178 g + 5 % = 0.1869 g Aqua
pro injeksi ad 21 ml
IV. Preformulasi eksipient4.1. NaClStruktur kimiaNa Cl (Rowe,
2009)
Rumus molekulNaCl (Rowe, 2009)
Nama kimiaNatirum klorida
SinonimAlberger; chlorure de sodium; common salt; hopper salt;
natrii chloridum; natural halite; rock salt; saline; salt; sea
salt; table salt (Rowe, 2009)
Berat molekul58,44
PemerianHahlur bentuk kubus, tidak berwarna atau serhuk hahlur
putih; rasa asin (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995)
KelarutanMudah larut dalam air; sedikit lehih mudah larut dalam
air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
pH 6,7 7,3 (Rowe, 2009)
pKa-
Titik leleh-
InkompatibilitasDengan besi, perak, timbale, dan garam
merkuri,serta metil paraben dan agen pengoksidasi (Rowe, 2009)
Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi Cahaya--Harus terlindungi
dari cahaya matahari (Rowe,2009)
KegunaanPengencer tablet dan kapsul; agen tonisitas (Rowe,
2009)
PenyimpananDalam wadah tertutup rapat sejuk, dan kering (Rowe,
2009)
4.2. NaOHStruktur kimiaNa-OH (FI.IV, 1995).
Rumus molekulNaOH (FI.IV, 1995).
Nama kimiaNatirum hidroksida (FI.IV, 1995).
Berat molekul40,00 (FI.IV, 1995).
PemerianPemerian putih atau praktis putih, massa melebur,
berbentuk pellet, serpihan atau batang bentuk lain. Keras, rapuh
dan menunjukkan pecahan hablur bila dibiarkan di udara, akan cepat
menyerap karbon dioksida dan lembab (FI.IV, 1995).
KelarutanMudah larut dalam air dan dalam etanol (FI.IV,
1995).
pH 12-14 (British pharmacopoeia, 2009).
pKa-
Titik leleh318 C (British pharmacopoeia, 2009).
InkompatibilitasBasa kuat dan tidak kompatibel dengan senyawa
yang mudah mengalami hidrolisis atau oksidasi. Bereaksi dengan
asam, ester dan eter dalam larutan air (Rowe,dkk, 2009).
Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi CahayaHarus disimpan dalam
wadah non-logam kedap udara, sejuk dan kering. Mudah menyerap
kelembaban dan mencai, tetapi kemudian memadat kembali karena
penyerapan karbon dioksida dan pembentukan natrium karbonat
(Rowe,dkk, 2009).
Kegunaan
PenyimpananWadah tertutup rapat (FI. IV, 1995).
4.3. Aqua Proinjeksi
Struktur kimiaH-O-H (FI.IV, 1995).
Rumus molekulH2O (FI.IV, 1995).
PemerianCairan, jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI.IV,
1995).
KelarutanLarut dalam pelarut polar (FI.IV, 1995).
pH 12-14 (British pharmacopoeia, 2009).
pKa-
InkompatibilitasDapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien
lain yang rentan terhadap hidrolisis dan suhu tinggi. Dapat
bereaksi dengan logam alkali, garam anhidrat dan berbagai bahan
organik dan kalsium karbida (Rowe,dkk, 2009).
Stabilitas Panas Hidrolisis/oksidasi CahayaStabil di lingkungan
es, cair dan uap dilindungi oleh ion dan kontaminasi organik yang
dapat menyebabkan konduktivitas dan jumlah karbon organik meningkat
(Rowe,dkk, 2009).
Kegunaan
PenyimpananWadah tertutup rapat (Rowe,dkk, 2009).
V. Persiapan Alat/Wadah/Bahan a. AlatNoNama alatJumlahCara
sterilisasi (lengkap)
1Batang pengaduk2Oven, 170C, 2 jam
2Corong 1Oven, 170C, 2 jam
3Erlenmeyer 1Autoclave, 121C, 15 menit
4Gelas beaker3Autoclave, 121C, 15 menit
5Gelas ukur1Autoclave, 121C, 15 menit
6Kaca arloji4Oven, 170C, 2 jam
7Karet pipet tetes3Autoclave, 121C, 15 menit
8Pipet tetes3Oven, 170C, 2 jam
b. WadahNoNama alatJumlahCara sterilisasi (lengkap)
1
2Karet vial2Etanol 70%, 24 jam
3Vial 2Oven, 170C, 2 jam
c. Bahan (hanya untuk cara aseptic)NoNama bahanJumlahCara
sterilisasi (lengkap)
1Atenolol 10.5 mgSterilisasi akhir dg autoclave, 121C, 15
menit
2NaCl189 mgautoclave, 121C, 15 menit
3
4Aqua proinjeksi Add 21mlAutoclave, 121C, 15 menit
VI. Penimbangan BahanJumlah sediaan yang dibuat : 2 vial
NoNama bahanJumlah yang ditimbang
1Atenolol 10.5 mg
2NaCl189 mg
3
4Aqua proinjeksiAd 21 ml
VII. Prosedur PembuatanRUANGPROSEDUR
Disiapkan alat, wadah dan bahan yang diperlukan
Grey Area(Ruang Sterilisasi)Disterilkan sesuai prosedur :Dicuci
alat, wadah dan bahan , dikeringkan dan dibungkus dengan kertas
perkamen 2 lapisSebelum disterilkan, dikalibrasi gelas beker 100ml
menjadi 50mlDisterilkan alat, wadah dan bahan dengan metode : Panas
basah (autoclave, 121C, 15 menit) : gelas beker, kaca arloji, pipet
tets, gelas ukur, batang pengaduk, erlenmeyer dan vial Kimia
(etanol 70%, 24 jam) : karet pipet tetes, karet tutup vial Panas
kering (oven, 170C, 1 jam) : batang pengaduk, NaCL, NaOH
Dibuat aqua proinjeksi : disterilkan 100ml aquades dengan
autoclave, 121C, 15 menit
Setelah disterilkan, semua alat dan wadah dimasukkan ke dalam
white area, transfer box
Ruang PenimbanganDitimbang bahan-bahan menggunakan kaca
arlojiDi-addkan aqua proinjeksi dengan gelas ukur sampai 1ml
White Area(Ruang Pencampuran)Disiapkan aqua proinjeksiDilarutkan
atenolol ke dalam gelas beker dengan aqua proinjeksi secukupnya,
diaduk hingga homogen dengan batang pengadukDilarutkan
masing-masing bahan eksipien dalam gelas beker dengan aqua
proinjeksi secukupnya, diaduk hingga homogen dengan batang
pengadukDimasukkan satu-persatu larutan eksipien ke dalam larutan
zat aktif, diaduk hingga homogen dengan batang pengadukDihomogenkan
campuran larutan, kemudian larutan ditambahkan aqua proinjeksi
sampai mencapai 80% dari total volume sediaanDilakukan pengecekan
pH menggunakan pH indikator universalBila pH belum mencapai nilai
yang diharapkan, maka ditambahkan NaOH hingga pH larutan mencapai
6, lalu digenapkan dengan aqua proinjeksiDisaring larutan sediaan
menggunakan membran filter (0,45m) dan ditampung dengan
erlenmeyerDiisi setiap vial dengan sediaan sebanyak 10,5ml, ditutup
vial aluminium foilDibawa vial ke ruang penutupan melalui transfer
box
White Area(Ruang Penutupan Grade C)Ditutup vial yang sudah
terisi dengan tutup karet vial, lalu diseal dengan aluminium
foil
Grey Area(Ruang Sterilisasi)Disterilisasi sediaan menggunakan
autoclave, 121C, 15 menitDisimpan sediaan didalam gelas kimia yang
telah dilapisi kapasBotol yang sudah disterilisasi dibawa ke ruang
evaluasi untuk dilakukan evaluasi pada sediaan
Grey Area(Ruang Evaluasi)Dilakukan evaluasi sediaanDiberi etiket
dan brosurDikemas dalam wadah sekunder
VIII. Evaluasi SediaanNoJenis evaluasiPrinsip evaluasiJumlah
sampelHasil pengamatanSyarat
1Penetapan pHMenggunakan air bebas karbondioksida P. Elektroda,
larutan baku, larutan uji1Ph= 6Nilai pH dalam darah normal 7,35
7,45 (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
2Penetapan volume injeksi dalam wadahMenggunakan spuit yang bisa
menampung isi 3 buah ampul dan dipindahkan ke dalam sediaan semula
1Vol = 8.6 mlVolume injeksinya itu harus dilebihkan. Kelebihan
volume yang dianjurkan dipersyaratkan dalam FI IV (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
3Bahan partikulat dalam injeksiBebas dari partikel yang dapat
diamati pada pemeriksaan secara visual.Bertujuan untuk memeriksa
keutuhan kemasan untuk menjaga sterilitas dan volume serta
kestabilan sediaan. (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995Bebas partikulatTidak ada boleh bahan partikulat pada sediaan
injeksi (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995
4Uji kebocoranBertujuan untuk memeriksa keutuhan kemasan untuk
menjaga sterilitas dan volume serta kestabilan sediaan. (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
Volume pada sediaan injeksi harus sesuai dengan jumlah volume
pada etiket yang tertera (Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
1995)
5Uji kejernihan larutanDilakukan dibawah cahaya yang terdifusi,
tegak lurus ke arah bawah tabung.Setiap larutan obat suntik harus
jernih dan bebas dari kotoran sehingga diperlukan uji kejernihan
secara visual (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995Larutan
jernihSetiap sediaan injeksi yang dibuat harus terlihat jernih
(tidak ada zat atau bahan pengotor lain pada sediaan injeksi)
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995)
6Uji keseragaman sediaanMenimbang 10 vial satu per satu dan
ditetapkan sesuai monografi
7Uji efektivitas pengawet antimikroba
8Uji kandungan zat antimikrobazat yang tertera tidak lebih dari
20% dari jumlah yang tertera pada etiket
8Uji sterilitasMenginokulasi langsung kedalam media pembenihan
lalu diinkubasi pada suhu 2 sampai 250C
9Uji pirogentasUji dilakukan dalam ruang terpisah yang khusus
dan dengan kondisi yang sama dengan ruang pemeliharaan
10Uji endokrin bakteriDilakukan menggunakan limunus amebocyte
lysate (LAL)
Kesimpulan :Sediaan memenuhi syarat / tidak memenuhi syarat
IX. PembahasanPada praktikum kali ini dilakukan percobaan
pembuatan injeksi atenolol. Tujuan pada praktikum kali ini adalah
agar mahasiswa dapat memehamai dan membuat Injeksi injeksi
atenolol. Injeksi merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi,
suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan
terlebih dahulu sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara
merobek jaringan kedalam kuit atau melalui kulit atau selaput
lendir. Solutio atau larutan adalah sediaan cair yang mengandung
bahan kimia terlarut, sebagai pelarut digunakan air suing, kecuali
dinyatakan lain. Untuk larutan steril yang diugnakan sebagai obat
uar harus mmenuhi syarat yang tertera pada injectiones.Atenolol
merupakan agen pemblok reseptor beta-adrenergik (-adrenergik)yang
selektif pada reseptor1 tanpa aktivitas agonis parsial
simpatomimetik intrinsik atau stabilisasi membran.Atenolo di
berikan sebagai anti hipertensi. Rute pemberian adalah intravena
dikarenakan efek yang di inginkan cepat. Adapun keuntungan dan
kerugian nya Keuntungan sediaan parenteral: Aksi obat lebih
cepatCocok untuk obat inaktif jika diberikan oralObat yang
mengiritasi bila diberikasn secara oral Kondisi pasien (pingsan,
dehidrasi) sehingga tidak memungkinkan obat diberikan secar
oralDapat digunakan secara depo terapi. Kemurniaan dan takaran zat
berkhasiat lebih terjamin. Kerugian sediaan parenteral:Karena
bekerja cepat, jika terjadi kekeliruan sukaar dilakukan
pencegahan.Secara ekonomi lebih mahal dibandingkan sediaan per oral
.Risiko, kalau alergi atau salah obat maka tidak bisa langsung
dighilangkan Cara pemberian lebih sukar, butuh personil khusus,
misal di rumah sakit oleh dokter atau perawat.
Pada praktikum kedua yaitu membuat injeksi Atenolol yang
berfungsi sebagai anti hipertensi Pembuatan dengan menggunakan
pelarut air. Atenolol merupakan zat yang larut dalam air, sehingga
pembuatanya juga lebih stabil dengan pelarut air. Pembawa air yang
digunakan adalah a.p.i (aqua pro injeksi). Aqua pro injeksi di buat
dengan didihkan aqua bides selama 30 menit dihitung dari setelah
air mendidih di atas api lalu didinginkan.d i + karbon aktif 0,1%
dari volume,dipanaskan 60-70oC selama 15 menit.dinginkan kemudian
di saring dan di sterilisasi wadah yang di gunakan adalah vial
transparan di karenakan zat aktif tidak rusak oleh cahayaFormulasi
sediaan injeksi ,atenolol sebagai zat aktif stabil dalam rentang ph
yang luas sehingga tidak di perlukan penambahan dapar. langkah
pertama yang dilakukan adalah melakukan pengecekan tonisitas
larutan dalam formula, apakah akan menghasilkan larutan infuse
isotonis atau tidak isotonis. Larutan harus dibuat isotonis karena
nantinya akan berinteraksi langsung dengan darah. Jika hipertonis,
dimana tekanan osmotiknya lebih besar dari tekanan darah makan
dapat terjadi plasmolisis atau hilangnya kadar air dari sel darah,
sehingga sel darah akan mengkerut. Jika larutan hipotonis, yaitu
tekanan osmotiknya kurang dari tekanan darah maka akan terjadi
hemolisis yaitu eritrosit akan pecah. Hal ini karena air akan masuk
kedalam eritrosit dengan melewati membran semi permiabel sehingga
terjadi peningkatan volume darah, dan jika berkelanjutan akan
pecah. Pada pemberian secara intravena dalam volume yang kecil
isotonis bukanlah syarat yang mutlak. Hal ini karena jumlah cairan
tubuh jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah cairan yang
dimasukkan, sehingga terjadi pengenceran yang cepat. pada larutan
hipotonis akan mengalami peristiwa osmose. Osmose merupakan
peristiwa dimana terjadi aliran cairan dari tekanan rendah ke
tekanan tinggi. Karena hipotonis mempunyai tekanan yang lebih
rendah dari cairan tubuh, maka sel darah lama-kalamaan akan pecah
kerana tidak mampu lagi menampung cairan yang masuk. Pecahnya sel
darah merah dinamakan hemolisis. Peristiwa hemolisis bersifat
irreversible yang artinya tidak dapat balik lagi seperti semula.
Oleh karena itu sangat membayahakan jika sediaan parenteral yang
dimasukkan ke dalam tubuh bersifat hipotonis.Berdasarkan hasil
perhitungan didapat nilai 0.00638 % yang artinya injeksi atenolol
dalam formula bersifat hipotonis, sehingga perlu pengatasan agar
sifatnya berubah dari hipotonis mejadi isotonis. Larutan yang
hipotonis,tidak boleh dimasukkan ke dalam tubuh karena selain
menyebabkan rasa sakit, juga dapat menimbulkan efek yang
membahayakan mengatasinya, maka perlu penambahan zat
pengisotonis,tujuannya adalah untuk mencegah rasa nyeri yang
ditimbulkan karena perbedaan tekanan osmosis antara larutan dan
jaringan. Dalam praktik ini zat pengisotonis yang digunakan adalah
NaCL dimana dari perhitungan di dapat NaCL yang perlu di tambahkan
0.89 %Prosedur kerja nya yang pertama mensterilkan semua alat yang
di butuhkan menggunakan metode yang sesuai , sterilisasi uap (panas
basah) dengan menggunakan autoclave, sterilisasi panas kering
menggunakan oven. Sterilisasi uap air ini lebih efektif
dibandingkan dengan sterilisasi panas kering. Bila ada uap air,
bakteri akan dikoagulasi dan dirusak pada temperatur yang lebih
rendah daripada tidak ada kelembaban. Sel bakteri dengan air besar
umumnya lebih mudah dibunuh. Pada spora-spora yang kadar airnya
relatif rendah maka akan sulit dihancurkan. Mekanisme penghancuran
bakteri oleh uap air adalah karena terjadinya denaturasi dan
koagulasi beberapa proten esensial organisme tersebut. Adanya uap
air yang panas dalam sel mikroba menimbulkan kerusakan pada
temperatur yang lebih rendah. Sedangkan untuk sterilisasi panas
kering, kematian mikroba diakibatkan karena adanya sel mikroba
mengalami dehidrasi diikuti dengan pembakaran pelan-pelan atau
proses oksidasi.Proses selanjutnya adalah menimbang Atenolol dan
Nacl . Di larutkan NaCl dengan aqua pro injeksi kemudian atenolol
di larutkan didalam larutan NaCL. Campuran tersebut kemudian
dimasukkan ke dalam vial kemudian di periksa Ph nya,hasil
pemeriksaan menunjukkan sediaan sudah sesuai dengan rentang Ph nya
sehingga tidak perlu di adjust PH nya. Apabila zat terlalu asam
maka dapat di tambahkan NaOH dan apabila terlalu basa dapat di
tambah HCL. Kemudian di tambah aqua pi ad tanda kalibrasi kemudian
di saring dengan membrane filter lalu di sterilisasi akhir
menggunakan autoklaf lalu di evaluasi.Uji pH Uji pH ini bertujuan
unttuk mengetahui sifat ke asam-basaan dari sediaan injeksi
Atenolol yang dibuat. Uji pH ini berkaitan dengan stabilitas obat
dan keamanan dalam penggunaan. Hasil pemeriksaan pH larutan yang
didapat yaitu 6. Ini berarti memenuhi untuk pH sediaan parenteral
yaitu antara 5 sampai 6 karena pH tersebut isohidris dengan nilai
pH darah dan cairan tubuh lainnya. Isohidris yaitu keadaan dimana
pH larutan sama dengan pH darah ataupun cairan tubuh. Namun jika
dalam uji ini belum memenuhi persyaratan pH maka perlu dilakukan
penyesuaian pH agar memenuhi syarat. Jika terlalu asam, maka bisa
ditambah larutan NaOH 0,1 N. Dan jika terlalu basa dapat ditambah
larutan HCl 0,1 N. Tujuan dari pengaturan pH ini adalah untuk
meningkatkan stabilitas obat. Selain itu juga untuk mencegah adanya
rangsangan atau rasa sakit sewaktu disuntikkan. Karena jika terlalu
tinggi dapat menyebabkan nekrosis jaringan sedangkan jika terlalu
rendah maka menyebabkan rasa sakit sewaktu disuntikkan.Uji partikel
asing Tujuan dari uji partikel asing ini adalah agar mengetahui
apakah ada partikel dalam larutan. Partikel asing tersebut
merupakan partikel-partikel yang tidak larut yang dapat berasal
dari larutan dan zat kimia yang terkandung, lingkungan, peralatan,
personal, maupun dari wadah. Partikel asing tersebut dapat
menyebabkan pembentukan granuloma patologis dalam organ vital
tubuh. Untuk mengetahui keberadaan partikel asing dilakukan dengan
menerawang sediaan pada sumber cahaya. Dari hasil uji ini didapat
bahwa tidak terdapat partikel asing dalam injeksi. Jika terdapat
partikel asing bisa terjadi karena sewaktu penyaringan masing ada
partikel yang lolos dari saringan.Uji kejernihan Tujuan dilakukan
uji kejernihan ini adalah untuk mengetahui kejernihan dari larutan
infus yang dibuat. Kejernihan adalah suatu batasan yang relatif,
yang artinya sangat dipengaruhi oleh penilaian subjektif dari
pengamat. Dari pemeriksaan yang dilakukan diperoleh bahwa larutan
infus yang dibuat memenuhi syarat kejernihan.Pengujian keseragaman
volume berkaitan dengan uji kebocoran. Untuk injeksi dalam bentuk
cairan, volume isi netto tiap wadah harus sedikit berlebih dari
volume yang ditetapkan. Dari pengujian ini didapatkan hasil yaitu
terdapat penyusutan. Sehingga dapat dikatakan tidak memenuhi
keseragaman volume, yaitu 10 ml setelah sterilisasi volumenya
menjadi 8.6 ml
x. Kesimpulanformula yang di usulkan :Atenolol 0.5 mg/mlNaCL
0.89 %Aqua pi ad 10 ml
X. Daftar PustakaBritish Pharmacopoeia. (2009). British
Pharmacopoeia, Volume I & II. London: Medicines and Healthcare
Products Regulatory Agency (MHRA)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope
Inodonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.Kawasaki, Jiro. 2006. The Japanese Pharmacopoeia. Jepang
: The Minister of Health, Labour, and Welfare.Rowe, Raymond C.,
Paul J Shesky, and Marian E Quinn. 2009. Handbook of Pharmaceutical
Excipients. Sixth Edition. London : the Phamaceutical Press and
Washington: the American Pharmacists Association.Sweetman, Sean C.
2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th. London : the
Pharmaceutical Press.
USP. 2007. United States Pharmacopoiea- National Formulary 30.
United States : The Official Compendia of Standards.