Top Banner
Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 1 - PERBANDINGAN KANDUNGAN KADAR LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu) KEONG MAS Pomacea canaliculata PADA BERBAGAI LOKASI DI KOTA MAKASSAR THE COMPARISON OF HEAVY METAL COPPER (Cu) CONTENT IN THE GOLDEN APPLE SNAIL Pomacea canaliculata AT VARIOUS LOCATIONS IN MAKASSAR CITY Liantira 1* , Magdalena Litaay 1* , Eddy Soekendarsi 1 1) Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, UNHAS Makassar Email: [email protected] No telp: 081244703307 ABSTRAK Penelitian mengenai perbandingan kandungan logam berat Tembaga (Cu) pada keong mas Pomacea canaliculata telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis dan membandingkan kadar logam berat Tembaga (Cu) dalam P. canaliculata yang berasal dari empat lokasi berbeda yang diduga tercemar di Makassar. Perbandingan kandungan logam berat tembaga (Cu) dilakukan dengan metode destruksi kering dan pembacaan absorbansi sampel menggunakan Spektofotometri Serapan Atom (AAS). Hasil penelitian menunjukkan konsentrasi logam tembaga (Cu) yang tertinggi ke terendah pada sampel sebagai berikut: 1) lokasi tempat pembuangan sampah domestik (71,310 ± 0,505 mg/kg), 2) saluran irigasi (26,612 ± 0,256 mg/kg), 3) pusat pembuangan limbah RPH (10,705 ± 0,166 mg/kg), dan 4) lokasi persawahan sekitar RPH (7,140 ± 0,077 mg/kg). Hasil analisis varians menunjukkan terdapat perbedaan kandungan logam tembaga (Cu) dalam P. canaliculata pada lokasi yang berbeda. Kata kunci: Logam berat, Keong mas, Spektofotometri SSA, limbah organik & anorganik ABSTRACT The research on the determination heavy metals Copper (Cu) content in the Golden Apple Snail Pomacea canaliculata has been done. The purpose of this study was to analyze and to compare the levels of Cu in P. canaliculata originated four different sampling sites that suspect contaminated. Determination of copper was done with dryed destructive method using an Atomic Absorption Spektofotometric (AAS) on absorbancing samples. The results shows that concentrations of Cu which highest to the lowest value in the sample from locations are follows : 1) domestic landfills (71.310 ± 0.505 mg/kg), 2) irrigation (26.612 ± 0.256 mg/kg), 3) the central location of the abattoir waste disposal (10.705 ± 0.166 mg/kg), and 4) surrounding ricefields in abattoir waste disposal (7.140 ± 0.077 mg/kg). The result of the analysis of variance shows that there is significant different in Cu content in P. canaliculata at different sampling sites. Keywords : Heavy metals, Golden Apple Sails, Spectophotometry AAS, organic & inorganic waste
15

JURNAL PENELITIAN

Apr 13, 2016

Download

Documents

yugvyvhjb
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 1 -

PERBANDINGAN KANDUNGAN KADAR LOGAM BERAT TEMBAGA (Cu)

KEONG MAS Pomacea canaliculata PADA BERBAGAI LOKASI

DI KOTA MAKASSAR

THE COMPARISON OF HEAVY METAL COPPER (Cu) CONTENT IN

THE GOLDEN APPLE SNAIL Pomacea canaliculata AT VARIOUS LOCATIONS IN

MAKASSAR CITY

Liantira1*, Magdalena Litaay1*, Eddy Soekendarsi1 1) Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, UNHAS Makassar

Email: [email protected]

No telp: 081244703307

ABSTRAK

Penelitian mengenai perbandingan kandungan logam berat Tembaga (Cu) pada keong mas

Pomacea canaliculata telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis dan

membandingkan kadar logam berat Tembaga (Cu) dalam P. canaliculata yang berasal dari

empat lokasi berbeda yang diduga tercemar di Makassar. Perbandingan kandungan logam

berat tembaga (Cu) dilakukan dengan metode destruksi kering dan pembacaan absorbansi

sampel menggunakan Spektofotometri Serapan Atom (AAS). Hasil penelitian menunjukkan

konsentrasi logam tembaga (Cu) yang tertinggi ke terendah pada sampel sebagai berikut:

1) lokasi tempat pembuangan sampah domestik (71,310 ± 0,505 mg/kg), 2) saluran

irigasi (26,612 ± 0,256 mg/kg), 3) pusat pembuangan limbah RPH (10,705 ± 0,166 mg/kg),

dan 4) lokasi persawahan sekitar RPH (7,140 ± 0,077 mg/kg). Hasil analisis varians

menunjukkan terdapat perbedaan kandungan logam tembaga (Cu) dalam P. canaliculata

pada lokasi yang berbeda.

Kata kunci: Logam berat, Keong mas, Spektofotometri SSA, limbah organik & anorganik

ABSTRACT

The research on the determination heavy metals Copper (Cu) content in the Golden Apple

Snail Pomacea canaliculata has been done. The purpose of this study was to analyze and to

compare the levels of Cu in P. canaliculata originated four different sampling sites that

suspect contaminated. Determination of copper was done with dryed destructive method

using an Atomic Absorption Spektofotometric (AAS) on absorbancing samples. The results

shows that concentrations of Cu which highest to the lowest value in the sample from

locations are follows : 1) domestic landfills (71.310 ± 0.505 mg/kg), 2) irrigation (26.612 ±

0.256 mg/kg), 3) the central location of the abattoir waste disposal (10.705 ± 0.166 mg/kg),

and 4) surrounding ricefields in abattoir waste disposal (7.140 ± 0.077 mg/kg). The result of

the analysis of variance shows that there is significant different in Cu content in P.

canaliculata at different sampling sites. Keywords : Heavy metals, Golden Apple Sails, Spectophotometry AAS, organic &

inorganic waste

Page 2: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 2 -

PENDAHULUAN

Limbah logam berat di lingkungan akuatik sangat membahayakan

keberlangsungan lingkungan tersebut maupun organisme yang terlibat, termasuk

manusia. Logam berat berbahaya bagi manusia karena dapat mengakibatkan efek

biotoksik pada manusia yang kemudian menimbulkan penyakit akut maupun kronis.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menemukan bahaya

kesehatan yang dapat ditimbulkan dari keberadaan logam berat di rantai makanan

(Srivastava & Goyal, 2010). Logam berat dalam aliran air perkotaan, dan limbah

industri dialirkan menjadi limbah dan diendapkan menjadi sedimen. Ini kemudian

dikonsumsi terutama oleh ikan, krustasea, dan moluska yang memiliki kemampuan

untuk mengakumulasi logam berat dalam jaringan mereka, dan pada suatu waktu dapat

diakses untuk dikonsumsi oleh manusia (Peńa dan Gloria, 2008). Salah satu logam berat

yang menjadi bahan pencemar terutama pada perairan air tawar adalah logam Tembaga

(Cu).

Logam Tembaga (Cu) dapat masuk ke dalam semua strata lingkungan, baik itu

pada strata perairan, tanah ataupun udara (lapisan atmosfer). Tembaga (Cu) yang masuk

dalam ketiga strata lingkungan tersebut dapat datang dari bermacam-macam sumber.

Tetapi sumber–sumber masukan logam Tembaga kedalam strata lingkungan yang

umum dan diduga paling banyak adalah dari kegiatan-kegiatan perindustrian, kegiatan

rumah tangga dan dari pembakaran serta mobilitas bahan-bahan bakar (Palar, 2008).

Adanya pencemaran logam berat pada perairan menyebabkan biota-biota

tersebut dapat mengakumulasi logam berat (Asikin, 1982). Logam berat diserap oleh

tubuh hewan perairan kebanyakan dalam bentuk ion. Penyerapan tersebut dalam bentuk

ion, melalui insang dan saluran pencernaan. Logam dapat tertimbun dalam jaringan

Page 3: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 3 -

terutama dihati dan ginjal. Ion logam yang masuk kedalam jaringan makhluk hidup

bersenyawa dengan bahan kimia jaringan makhluk hidup membentuk senyawa

kompleks organik-protein yang disebut metalionin (Nurtoni, 1984).

Pomacea canaliculata adalah salah satu organisme perairan tawar yang telah

dibuktikan memiliki tingkat akumulasi 8,97 ug 𝐶𝑢

𝑔 per hari, dan efisiensi asimilasi 89%.

Data ini menunjukkan bahwa Pomacea canaliculata memiliki kapasitas yang tinggi

untuk mengumpulkan dan mengasimilasi logam dari makanannya sehingga dapat dinilai

sebagai biomonitor logam potensial, selain itu juga mudah ditemukan, selalu tersedia,

memiliki massa yang cukup untuk analisis, bisa dengan mudah menyesuaikan diri

dengan kondisi lingkungan yang berbeda, dapat terpapar untuk periode lebih lama tanpa

makan, dan menetap (Phipps, 1993).

Masyarakat pada umumnya belum mengetahui bahwa biota air yang dikonsumsi

dapat sebagai perantara memindahkan penyakit pada manusia, baik ringan maupun

berat. Penyakit ini berhubungan erat dengan dengan cara hidupnya yang relatif menetap,

sehingga kecil kemungkinan untuk menghindari dari perubahan lingkungan perairan

yang membahayakan dan juga sifat filter feeder dari biota perairan. Cara makan seperti

ini menyebabkan terakumulasinya jenis-jenis polutan sampai jumlah yang

membahayakan bagi tubuh manusia (Nurtoni, 1984).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk membuktikan

ada atau tidak pencemaran logam berat Tembaga (Cu) melalui akumulasi terhadap

organisme perairan tawar khususnya pada Keong Mas Pomacea canaliculata pada

beberapa habitat yang berbeda.

Page 4: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 4 -

METODE

Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel Keong Mas Pomacea

canaliculata yang diambil dari beberapa lokasi yang berbeda yakni (1) Persawahan

sekitar industri Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Antang, (2) Pusat pembuangan

Limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Antang, (3) Saluran irigasi Warga dan (4)

tempat pembuangan sampah domestic. Pada setiap lokasi sampling di ambil tiga titik

pada tiap lokasi dan dijadikan satu (komposit) (Lelifajri, 2009).

Preparasi Sampel

Sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 60-70oC selama 24 jam dan

didinginkan di dalam desikator, kemudian sampel ditimbang sebanyak 30 g yang

dimasukkan dalam wadah tertutup, selanjutnya di tambahkan 1,5 mL H2SO4 pekat dan

3,5 mL HNO3 pekat, ditutup dan dibiarkan selama 24 jam. Selanjutnya larutan yang

diperoleh dipanaskan di atas penangas air pada suhu 60 - 70oC selama 2 - 3 jam (sampai

larutan jernih). Didinginkan pada suhu ruangan dan ditambahkan 1 mL HNO3 pekat dan

diaduk pelan-pelan, kemudian ditambahkan 9 mL aquades. Sampel siap diukur dengan

Spektofotometri Serapan Atom (AAS) menggunakan nyala udara-asetilen.

Penetapan kadar logam Tembaga (Cu) dalam keong mas dilakukan dengan

menggunakan spektofotometer serapan atom karena waktu pengerjaan yang cepat,

sensitif, dan sangat spesifik untuk unsur yang akan dianalisis (Haris dan Gunawan,

1992).

Pembuatan Larutan Pengencer

Larutan pengencer dibuat dari larutan HNO3 dengan pH 2. Larutan HNO3 65%

dipipet sebanyak 0,5 ml dan diencerkan dengan aquades hingga volumenya 500 mL.

Page 5: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 5 -

Sebanyak 10 mL larutan induk logam tembaga 1000 mg/L dimasukkan kedalam labu

takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda akhir yang

ada pada labu takar dan diaduk sampai homogen. Larutan yang diperoleh mengandung

konsentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan

kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer sampai garis tanda

akhir dan diaduk sampai homogen untuk memperoleh larutan dengan konsentrasi 10

ppm.

Pembuatan larutan standar tembaga (Cu)

Untuk mendapatkan larutan standar dengan konsentrasi 1,00; 2,00; dan dan 4,00

ppm berturut-turut dipipet sebayak 10, 20, dan 40 ml larutan standar tembaga 10 ppm

dimasukkan kedalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan pengencer

sampai garis tanda dan diaduk sampai homogen.

Pembuatan kurva kalibrasi logam tembaga (Cu)

Larutan seri standar logam tembaga 1,00 ppm kemudian diukur absorbansinya

dengan spektofotometer serapan atom pada λspesifik = 324,8 nm. Perlakuan dilakukan

sebanyak 4 kali dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 2,00 dan 4,00

ppm. Alat Spektofotometri Serapan Atom di set terlebih dahulu sesuai dengan instruksi

dalam manual alat tersebut. Kemudian dikalibrasikan dengan kurva standar dari masing-

masing logam Cu dengan konsentrasi 1,00; 2,00 dan 4,00 ppm. Diukur absorbansi atau

konsentrasi masing-masing sampel.

Pengukuran kadar logam tembaga dalam sampel

Setelah itu kemudian diukur absorbansi larutan sampel P. canaliculata yang

telah dipreparasi dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λspesifik =

324,8. Perlakuan dilakukan sebanyak empat kali untuk setiap sampel. Kadar logam

Page 6: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 6 -

berat Cu dalam masing-masing sampel dinyatakan dengan ppm (part per million).

Untuk mendapatkan berat kering sampel maka nilai konsentrasi logam dalam larutan

satuan μg/ml di konversi mg/kg (1 ppm= μg/mL).

K (ppm) x V (mL)

Kandungan Cu (mg/Kg) =

W (g)

K = Konsentrasi Cu

V = Volume akhir sampel

W = Berat kering sampel yang ditimbang

Analisis Data

Hasil perhitungan konsentrasi logam tembaga (Cu) selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan uji statistik ANAVA dan uji lanjut kemudian (uji t) untuk melihat apakah

terdapat perbedaan nyata tiap sampelnya berdasarkan perbedaan tempat pengambilan

sampel.

HASIL

Hasil analisis kandungan logam tembaga (Cu) pada keong mas yang diambil

dari empat tempat berbeda disajikan pada Gambar 1. Kandungan tembaga tertinggi

adalah keong mas yang diperoleh di area pembuangan sampah domestik yaitu 71,310 ±

0,505 mg/Kg. Selanjutnya berturut- turut saluran irigasi = 26,612 ± 0,256 mg/Kg, Pusat

limbah RPH Antang yaitu: 10,705 ± 0,166 mg/Kg; dan terendah persawahan sekitar

RPH Antang yaitu: 7,140 ± 0,077 mg/Kg.

Page 7: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 7 -

Gambar 1. Histogram kandungan logam Cu dalam P. canaliculata

Hasil pembacaan absorbansi pada kurva kalibrasi tembaga (Cu) diperoleh

persamaan garis regresi (fungsi garis linier) dengan nilai y = 0.160x + 0.004 dan nilai r2

= 0.999 yang berarti terdapat pengaruh sebesar 99.9% antara absorbansi yang diperoleh

dari larutan standar 1,00; 2,00 dan 4,00. Dengan demikian alat yang digunakan yakni

Spektofotometri Serapan Atom layak untuk digunakan.

Hasil uji statistik untuk tiap area atau tempat pengambilan sampel menunjukkan

hasil yang berbeda nyata, yaitu: Fhitung = 39226.92 > daripada Ftabel = 3.49 (P < 0,05).

Untuk hasil uji lanjut yang digunakan yakni uji t dengan membandingkan tiap dua

variabel sampel dari ke empat sampel diperoleh hasil dari semua sampel yang diuji

menunjukkan nilai yang signifikan dengan kesimpulan nilai thitung lebih besar dari nilai

ttabel. Hasil analisis perhitungan uji t pada tiap sampel disajikan pada Tabel 1.

Page 8: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 8 -

Tabel 1. Hasil hitung Uji t untuk setiap sampel berpasangan

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar logam berat Tembaga (Cu)

pada Keong mas P. canaliculata pada beberapa habitat yang tercemar sehingga dapat

diketahui mana lokasi yang paling banyak tercemar oleh logam berat tembaga dan juga

kelayakan dari keong mas untuk dimanfaatkan oleh manusia. Kelayakan daging dari

keong untuk dikonsumsi mengacu pada batas aman yang telah ditetapkan oleh Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).

Kandungan tembaga (Cu) pada keong mas P. canaliculata tertinggi didapat di

area pembuangan sampah domestik yaitu 71,310 ± 0,505 mg/Kg, hal ini di duga bahwa

habitat atau perairan keong mas tersebut sudah tercemar logam tembaga. Hal ini

dikarenakan pada tempat pembuangan sampah tersebut terdapat berbagai macam jenis

sampah baik itu sampah yang berasal dari sisa barang-barang bekas yang dibuang dan

mengalami pengkaratan, utamanya barang bekas berupa baterai yang tidak terpakai

kemudian dibuang ke penampungan sampah. Baterai merupakan salah satu benda yang

Saluran irigasi Pusat limbah

RPH Antang

Persawahan

sekitar RPH

Antang

Pembuangan

Sampah

domestik

t hitung = 230,8

t tabel = 2,353

t hitung = 318,9

t tabel = 2,353

t hitung = 293,8

t tabel = 2,353

Saluran irigasi t hitung = 237,1

t tabel = 2,353

t hitung = 187,9

t tabel = 2,353

Pusat limbah

RPH Antang

t hitung = 56,6

t tabel = 2,353

Page 9: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 9 -

dapat menyumbang pasokan tembaga karena memiliki kandungan campuran tembaga di

dalamnya, juga buangan yang bersumber dari industri perbengkelan yang ada di dekat

pembuangan sampah tersebut. Pada industri perbengkelan salah satu sumber tembaga

yang dapat menimbulkan pencemaran berasal dari aki kendaraan bermotor yang ikut

terbuang bersama limbah perbengkelan, sisa-sisa pembakaran sampah oleh masyarakat

baik itu sampah plastik dan sampah yang berbahan karet, selain itu juga karena tempat

pembuangan sampah tersebut dijadikan sebagai tempat mengalirnya air sisa pemakaian

rumah tangga (selokan) sehingga pencemaran menjadi sangat tinggi.

Menurut Sudarwin (2008) pada pembuangan sampah domestik, berbagai jenis

sampah mengalami proses dekomposisi. Proses tersebut sangat dipengaruhi oleh

berbagai faktor seperti curah hujan, geografi, jenis tanah serta musim. Proses

dekomposisi akan menghasilkan lindi. Kandungan lindi terdiri atas bahan organik

maupun bahan anorganik. Lindih hasil dekomposisi yang mengandung logam berat

dapat bereaksi dengan partikel-partikel permukaan dalam perairan dan mengendap

menjadi lumpur sedimen. Selanjutnya organisme yang hidup pada tempat tersebut yang

sifatnya menetap akan dapat mengakumulasi logam berat yang terkandung didalam

sedimen lumpur, terutama organisme seperti keong mas yang hidup membenamkan diri

pada lumpur sedimen dan perairan.

Kandungan tembaga (Cu) di area irigasi yaitu 26,612 ± 0,256 mg/kg, kandungan

tembaga (Cu) masih tergolong tinggi. Hal ini diduga karena saluran irigasi merupakan

saluran pembuangan air sisa pemakaian rumah tangga dan pembuangan limbah

pertanian utmanya sisa-sisa penggunaan pestisida. Menurut Darmono (1995) Pestisida

yang digunakan untuk penyemprotan hama pada pertanian mengandung tembaga yakni

dari larutan CuSO4 yang berkisar antara 1–3% dan digunakan sebagai bahan larutan

Page 10: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 10 -

“Bordeaux” untuk membasmi hama dan penyakit pada tanaman pertanian sehingga

dapat memasok logam tembaga kedalam air irigasi, serta limbah cair lainnya terbuang

bersama aliran air perkotaan dan pada akhirnya menyatu pada penampungan air sisa

dari saluran irigasi yang merupakan tempat hidup keong mas.

Setyowati (2006) menyatakan, bahwa pemasukan logam Cu berasal dari limbah

rumah tangga, pertanian, dan peternakan, aktifitas penduduk dalam industri maupun

limbah rumah tangga merupakan salah satu jalur yang dapat mempercepat peningkatan

pencemaran logam Cu. Selain itu pemukiman padat penduduk menghasilkan limbah

rumah tangga yang berpotensi besar dalam mentransfer logam Tembaga (Cu) ke

perairan karena sebagian besar penduduk akan membuang limbahnya ke saluran irigasi

sebagai aliran pembuangan limbah cair. Disamping itu korosi pada pipa-pipa saluran air

dan peralatan rumah tangga juga menyumbang pasokan logam Tembaga (Cu) ke

perairan.

Astuti (2013) menyatakan organisme perairan dapat mengabsorbsi tembaga (Cu)

melalui makanannya dan langsung dari air dengan melewati insang. Oleh karena logam

berat terikat dengan protein di seluruh jaringan organsme perairan, termasuk otot, maka

tidak ada metoda pemasakan atau pencucian untuk mengurangi kadar tembaga (Cu) di

dalamnya. Pengaruh langsung pollutan terhadap organisme perairan biasa dinyatakan

sebagai lethal (akut), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu kurang dari 96 jam

atau sublethal (kronis), yaitu akibat-akibat yang timbul pada waktu lebih dari 96 jam

(empat hari). Sifat toksis yang lethal dan sublethal dapat menimbulkan efek genetik

maupun teratogenik terhadap biota yang bersangkutan. Pengaruh lethal disebabkan

gangguan pada saraf pusat sehingga ikan tidak bergerak atau bernapas akibatnya cepat

Page 11: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 11 -

mati. Pengaruh sub lethal terjadi pada organ-organ tubuh, menyebabkan kerusakan pada

hati, mengurangi potensi untuk perkembangbiakan, pertumbuhan dan sebagainya.

Kandungan tembaga (Cu) pada pusat pembuangan Limbah RPH yaitu 10,705 ±

0,166 mg/kg dan pada persawahan sekitar RPH 7,140 ± 0,08 mg/kg memiliki

perbedaan nilai yang kecil. Pada lokasi RPH meskipun kandungan tembaga lebih kecil

dibandingkan dengan kedua lokasi yang lainnya namun tetap melampaui batas baku

mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh Kep. Men. Neg. No.:KEP-

51/MENLH/10/1995 dengan batas maksimum cemaran logam pada limbah cair untuk

industri adalah 2 – 3 ppm. Hal ini dikarenakan pada industri Rumah Pemotongan

Hewan sumber tembaga yang paling banyak berasal dari darah ternak yang telah

dipotong dan kemudian mengendap selama beberapa waktu. Tembaga dalam tubuh

hewan sangat dibutuhkan terutama dalam pembentukan hemoglobin dan juga berikatan

dengan enzim seruloplasmin yang berfungsi sebagai feroksidase dan transportasi

didalam darah (Sharma, 2003). Nilai konsentrasi tembaga (Cu) dari Limbah

pembuangan RPH ini seharusnya lebih tinggi daripada nilai yang diperoleh dari hasil

pengukuran absorbansi dan konsentrasi tembaga. Nilai yang lebih kecil ini diduga

karena sebelum pengambilan sampel dilakukan, terjadi penggenangan air akibat adanya

hujan yang terus menerus berlangsung sehingga terjadi pelarutan mineral-mineral

tembaga didalam tanah dan limbah cair, dan ketika telah larut maka jumlah konsentrasi

tembaga pada limbah akan menjadi berkurang, kemudian penyerapan logam tembaga

oleh Keong mas pun ikut menurun. Dari kempat sampel yang tercemar ini, tidak lepas

pula dari sumber unsur tembaga yang terjadi secara alami yakni dari proses pelapukan

yang larut didalam tanah kemudian dapat di absorbsi oleh organisme perairan

khususnya keong mas (Foth, 1994).

Page 12: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 12 -

Keong mas merupakan salah satu organisme perairan yang memiliki

kemampuan mengakumulasi logam berat dan dapat bertahan hidup dengan kondisi

perairan yang tidak memungkinkan atau dapat dikatakan tercemar. Kondisi lingkungan

yang tercemar dapat berbeda-beda sesuai dengan bahan pencemar yang terkandung pada

habitatnya tersebut. Hal ini membuat keong mas dapat digunakan sebagai bioindikator

adanya pencemaran logam berat di perairan tawar sehingga dapat diketahui tempat-

tempat mana saja yang memiliki tingkat pencemaran yang paling tinggi.

Tembaga (Cu) dapat masuk kedalam tubuh keong melalui rantai makanan,

insang, dan difusi permukaan kulit, dan akumulasi Cu dalam tubuh Keong Mas dapat

terjadi melalui proses absorbsi air, dan partikel-partikel kecil. Disamping itu tingginya

konsentrasi Cu dalam jaringan tubuh Keong mas tidak terlepas dari tingginya

kandungan Cu di dalam air dan endapannya.

Keempat lokasi tersebut dapat dikatakan telah terjadi akumulasi logam berat

tembaga (Cu). Akumulasi logam berat ini terjadi bila pada waktu tertentu banyaknya

logam berat yang diabsorbsi lebih besar dari yang diekskresikan dari tubuh sampel.

Pemasukan logam ini dapat terjadi anrata lain: bersama makanan yang mengandung

logam berat, penyerapan dari air yang telah tercemar atau dari air yang dicerna melalui

sistem pencernaan. Logam Tembaga (Cu) dapat menimbulkan efek peggandaan

(magnification effect) pada konsumen berikutnya sesuai dengan sistem rantai makanan

dan akan sampai pada manusia jika dikonsumsi oleh manusia.

Hasil analisis konsentrasi Cu pada keong mas di empat lokasi tersebut dapat

dikatakan melampaui ambang batas. Nilai toksisitas tembaga berkisar antara 0.02-100

mg/L. Sementara itu kadar standar baku mutu logam berat pada biota perairan untuk

tembaga sebesar 0.02 mg/kg dan batas maksimum kadar Cu yang diperbolehkan dalam

Page 13: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 13 -

makanan sebesar 1.0 mg/kg (Widowati, 2008). Bila dilihat dari nilai ambang batas yang

telah ditetapkan di atas, berdasarkan ini maka limbah industri pemotongan hewan, aliran

air perkotaan, dan limbah buangan domestik data dinyatakan tercemar logam berat Cu

yang cukup tinggi.

Selain mencemari lingkungan, berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan

sebagian besar warga masyarakat khususnya di sekitar industri Rumah Pemotongan

Hewan yang ada di Antang Makassar dan masyarakat yang hidup disekitar pusat

pembuangan aliran air perkotaan memanfaatkan keong mas sebagai bahan makanan

sedangkan hasil penelitian bahwa keong mas yang sering dikonsumsi oleh masyarakat

tersebut telah tercemar Cu yang cukup tinggi, jika terus menerus dikonsumsi maka

kemungkinan dapat menyebabkan keracunan logam Cu. Sesuai dengan keputusan

Jendral Pengawasan Obat dan Makanan (POM) No. 0375/B/SK/VII/89 tentang batas

maksimum cemaran logam pada makanan khususnya daging dan hasil olahannya. Batas

maksimal konsentrasi Cu adalah 20,0 mg/kg, maka keong mas yang hidup pada limbah

cair domestik dan saluran irigasi tidak layak untuk dikonsumsi, sedangkan keong mas

yang hidup pada sekitar pembuangan industri Rumah Pemotongan Hewan masih dapat

dikonsumsi namun tentunya dalam jumlah yang sedikit.

Cu merupakan logam yang bersifat esensial terutama pada tubuh hewan dan

manusia akan tetapi jika di konsumsi secara berlebihan maka akan bersifat racun

terhadap tubuh karena tidak mampunya tubuh menyerap Cu yang berlebih. Sehubungan

dengan keong mas yang banyak dikonsumsi oleh warga sekitar utamanya di Makassar,

sangat besar kemungkinan keong mas yang dikonsumsi ini dapat mengakumulasikan

logam Cu terlebih lagi karena sumber keong yang diambil oleh warga berasal dari

tempat yang memang diduga tercemar oleh berbagai sumber pencemar misalnya

Page 14: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 14 -

pembuangan sampah warga, limbah aliran air perkotaan, dan persawahan sekitar limbah

serta pusat pembuangan industri rumah pemotongan hewan.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik berdasarkan hasil penelitian adalah

1). Kandungan Cu dalam P. canaliculata berbeda pada habitat yang berbeda.

2). Kandungan Cu dalam P. canaliculata dari tertinggi ke terendah ditemukan pada

sampel asal: lingkungan pembuangan sampah, saluran irigasi, pusat pembuangan

limbah RPH Antang, dan daerah persawahan sekitar RPH Antang.

DAFTAR PUSTAKA

Asikin. 1982. “Kerang Hijau”. PT. Penebar Swadaya. Jakarta.

Astuti. 2013. “Pencemaran Logam Berat”. https://www.academia.edu. Jurnal

Makalah Universitas Hasanuddin Makassar. Diakses pada tanggal 15 Februri

2015 pukul 23.05 WITA.

Darmono, 1995. “Logam Dalam System Biologi Makhluk Hidup”. UI-Press. Jakarta.

Foth, 1994. “Dasar - Dasar Ilmu Tanah. Erlangga”. Jakarta. 368 Hal.

Haris, A. dan Gunawan. 1992. “Prinsip dasar Spektofotometi Serapan Atom”. Badan

Pengelolah MIPA-UNDIP. Semarang. Hal 55-56.

Lelifajri. 2009. “Analisis Logam Berat Pb dan Cd dalam Sampel Ikan dan Kerang

secara Spektrofotometri Serapan Atom”. Jurnal Rekayasa Kimia dan

Lingkungan. Universitas syiah Kuala. 8 Hal.

Nurtoni, R. 1984. “Mutu Kerang Hijau Rebus yang Disimpan Pada Suhu Rendah”.

Dalam laporan penelitian Teknologi Perikanan. Balai Penelitian Teknologi

Perikanan. Jakarta.

Palar, H. 2008. “Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat”. Penerbit Rineka cipta.

Jakarta.

Penná, S.C., Glorina, Pocsidio, N. 2008. “Accumulation of Copper by Golden Apple

Snail Pomacea canaliculata Lamarck”. Philippine Journal of Science”. 137 (2):

153-158

Page 15: JURNAL PENELITIAN

Submit to Jurnal SAINSMAT- Maret 2015 - 15 -

Phipps, Gi., Ankley G.T, Benoit Da, Mattson, V. 1993. “Use of The Aquatic

Oligochaete Lumbriculus Variegatus for Assessing The Toxicity And

Bioaccumulation of Sediment-Associated Contaminants”. Environ Toxicol

Chem 12: 269-274.z.

Setyowati, S. 2006. “ Logam tembaga (Cu) dalam Eceng Gondok (Eichhornia

crassipes Solms.), Perairan dan Sedimen Berdasarkan Tata Guna Lahan di

Sekitar Sungai Banger Pekalongan”. Jurnal. Jurusan Biologi FMIPA UNDIP.

8 Hal.

Sharma. 2003. “Studies on serum micro-mineral, hormone and vitamin profile and

its effect on production and therapeutic management of buffaloes in

Haryana State of India”. Asian Aust. J. Anim. Sci. 16(4): 519 – 528.

Sudarwin. 2008. “Analisis Spasial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) pada

aliran sungai pada tempat pembuangan akhir (TPA) Jatibarang

Semarang”. Tesis. Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang. 106 Hal.

Srivastava, S., and P. Goyal. 2010. “Novel Biomaterials Decontamination of Toxic

Metals from Wastewater”. Heidelberg: Springer-Verlag.

Widowati, W. 2008. “Efek toksik logam, pencegahan dan penanggulangan

pencemaran”. Andi. Yogyakarta.