Top Banner

of 127

Jurnal No22 Thn13 Juni2014

Jul 07, 2018

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    1/127

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    2/127

    Diterbitkan oleh:

    BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

    I S S N : 1412-2588

     Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan

    penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

    Penanggung JawabIr. Budi Tarbudin, MBA.

    Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

    Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang

    Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.

    Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

    Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.Etiwati, S.Pd., M.M.

    Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

    Alamat Redaksi : Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470

    Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968

    http://www.bpkpenabur.or.idE-mail : [email protected]

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    3/127

    i Jurnal Pendidikan Penabur - No. 22 /Tahun ke-13/Juni 2014

     Jurnal Pendidikan PenaburNomor 22/Tahun ke-13/Juni 2014

    ISSN: 1412-2588

    Daftar Isi i

    Pengantar Redaksi ii - v

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan

    Kelompok , Cahyo Purnomo, 1-11

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri Secara Aktif dan Diskusi dalam Bimbingan Kelompok

    untuk Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar,  Pratama Manihuruk, 12-22

    Meningkatkan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Siswa melalui Metode Latihan, Sakila,

     23-33

    Efektivitas Implementasi Kebijakan Sistem Kepangkatan dan Kenaikan Pangkat Pegawai Guru,

     Elika Dwi Murwani, 34-46

    Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru melalui Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Komunikasi

    Asertif Guru,  Hendrik Gunawan, 47-58

    Meningkatkan Kinerja dan Komitmen Organisasi Berdasarkan Kemampuan, Kepuasan Kerja,

    Pembelajaran, dan Pengambilan Keputusan, Upi Isabella Rea, 59-71

    Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter Siswa melalui Pendidikan

    Agama Kristen , Maria Evvy Yanti, 72-83

    Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah

    Dasar,  Hilda Karli, 84-96

    Isu Mutakhir: Menimbang Ulang Proses Penilaian di Sekolah,  Mudarwan, 97-106

    Resensi buku: 10 Karakter yang Harus Dimiliki Guru yang Sangat Efektif,  Lisa Kumalanty,

    107-110

    Profil BPK PENABUR Cimahi,  Fredrika HR, 111-118

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    4/127

    ii  Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013

    Pengantar Redaksi

    etelah diberlakukannya Undang-undang N0. 22 Tahun

    1999 tentang Otonomi Daerah, sistem pemerintahan

    Indonesia berubah dari sentralisasi ke desentralisasiyang intinya terjadi pergeseran wewenang pengambilan

    keputusan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, khususnya

    ke Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota. Pergeseran

    wewenang ini diharapkan dapat membuat pengambilan keputusan

    kebijakan dan operasional lebih cepat, akurat, dan relevan dengan

    kondisi serta kebutuhan daerah setempat sehingga lebih efektif dan

    lebih efisien. Dalam jangka panjang, desentralisasi itu akan memacu

    dan mempercepat pembangunan daerah sehingga kesejahteraan

    masyarakat dapat terwujud sesuai dengan kemampuan masing-

    masing daerah.

    Desentralisiasi bermakna memperluas wilayah wewenang

    organisasi di tingkat lebih rendah dengan tidak mengabaikan

    prinsip atau nilai dasar yang dianut organisasi secara keseluruhan.

    Keberhasilan desentralisasi tergantung pada konsistensi

    penerapannya serta kemampuan penerima wewenang. Pemberi

    wewenang harus percaya bahwa yang diberi wewenang akan

    menggunakan wewenang secara benar dan keputusan yang diambil

    adalah untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberi wewenang akan

    berfokus memantau, mengevaluasi dan mengendalikan keputusan-

    keputusan penerima wewenang. Apabila pengambil keputusan di

    tingkat bawah tidak atau kurang mampu menggunakannya maka

    keputusan yang diambil tidak efektif dan tidak efisien. Lebih jauh

    lagi, dapat mengakibatkan penyalahgunaan wewenang yangberakibat buruk terhadap organisasi secara keseluruhan.

    Keberhasilan desentralisasi tergantung kemampuan penerima

    wewenang memahami serta menghayati visi, misi, dan tujuan

    organisasi serta komitmen mewujudkannya, di samping

    kemampuan manejerial dan kepemimpinan yang unggul.

    Komitmen terhadap organisasi berhubungan dengan loyalitas

    atau kesetiaan pada nilai-nilai organisasi yang terlihat pada

    pertimbangan dan premis yang dipergunakan dalam mengambil

    keputusan organisasi. Setiap keputusan diambil dan dilaksanakan

    untuk mencapai tujuan jangka pendek, menengah, atau panjang

    organisasi. Semakin tinggi komitmen, semakin tinggi pula kesetiaan

    pada organisasi sehingga membuat individu secara berangsurmengintegrasikan dan mengidentifikasikan dirinya sama dengan

    organisasi. Apabila keadaan ini sudah tercapai, tanggung jawab

    terhadap dan rasa memiliki organisasi menjadi tinggi serta

    memotivasi bekerja keras, berbakti, dan berkorban untuk organisasi.

    Komitmen dan loyalitas mengurangi fungsi pengawasan tetapi

    meningkatkan fungsi koordinasi.

    Kebijakan desentralisasi dengan memberikan otonomi ke

    Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota juga berdampak pada

    S

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    5/127

    iii Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013

    pengelolaan pendidikan di daerah dengan berperannya Bupati/

    Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan mengambil keputusan/

    kebijakan pendidikan. Pengambil keputusan di kedua tingkat itu

    strategis dan mempengaruhi langsung kegiatan, mutu, serta

    pemerataan pendidikan dasar dan menengah di daerah.

    Sungguhpun standar nasional pendidikan ditetapkan secara

    terpusat, pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenagakependidikan menjadi wewenang Pemerintah Daerah tingkat

    Kabupaten/Kota. Apabila wewenang ini tidak dipergunakan secara

    tepat, proses pendidikan di satuan pendidikan dapat terganggu

    sehingga standar proses dan standar kelulusan tidak tercapai.

    Berbarengan dengan kebijakan desenteralisasi, di pendidikan

    dasar dan menengah diperkenalkan konsep manajemen berbasis

    sekolah (MBS) yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada

    kepala sekolah, guru, orangtua serta masyarakat melalui komite

    sekolah, dan kadang-kadang mengikutsertakan peserta didik dalam

    proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan

    pendidikan di satuan pendidikan. Otonomi yang diberikan kepada

    sekolah dalam MBS ialah membuat keputusan berkaitan dengankegiatan operasional sekolah, pendanaan, usul pengangkatan/

    perpindahan/pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan,

    pengembangan kurikulum dan program kegiatan sekolah,

    pengaturan kalender pendidkan, pengadaan buku pelajaran serta

    sumber belajar/pembelajaran lainnya. Dalam melaksanakan MBS

    itu, pengambilan keputusan di tingkat sekolah memperhatikan

    rambu-rambu yang berlaku secara nasional dan daerah, seperti

    Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Standar

    Nasional Pendidikan yang menetapkan standar minimal isi, proses,

    kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pendidik

    dan tenaga kependidikan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

    Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional serta

    Standar Nasional Pendidikan memberikan daerah dan sekolah

    rambu-rambu dalam menggunakan otonomi pengelolaan pendidikan

    termasuk dalam melaksanakan MBS. Dalam penerapan Kurikulum

    2013 (K 13) , sebagai salah satu unsur Standar Isi, setiap sekolah

    harus memenuhi tuntutan K 13 dalam proses pembelajaran termasuk

    silabus dan buku teks pelajaran yang disusun secara terpusat.

    Peluang bagi sekolah mengembangkan K 13 secara kreatif dengan

    berinovasi dalam pembelajaran menjadi terbatas, sungguhpun guru

    diberikan kebebasan dalam menyusun rencana pelaksanaan

    pembelajaran (RPP) setiap pertemuan pembelajaran. Sementara itu

    Standar Penilaian dan Standar Kelulusan memberikan ruang untukujian nasional (UN) yang kemudian dijadikan orientasi tujuan dan

    proses pembelajaran di banyak sekolah.

    Dalam kenyataannya sekolah negeri sendiri memperoleh

    otonomi pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dengan berbagai

    rambu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas

    Pendidikan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Hasil

    pemantauan delapan tahun sesudah MBS diberlakukan memberikan

    gambaran antara lain, kepala sekolah merasa memperoleh

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    6/127

    iv  Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013

    wewenang mengelola sekolah dengan pola MBS, tetapi dibatasi

    dengan berbagai rambu yang membuatnya tidak leluasa menerapkan

    MBS itu sehingga beberapa wewenang itu tidak dapat diterapkan,

    misalnya dalam pengadaan buku teks pelajaran dan perpustakaan

    serta pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah

    pendidikan, termasuk juga pengalokasian dan penggunaan dana

    operasional sekolah. Di samping itu, hasil pemantauan jugamenunjukkan MBS tidak atau kurang berjalan di sejumlah sekolah

    karena kepala sekolah tidak mampu melaksanakan dan

    mengembangkannya. Sungguhpun demikian, banyak juga sekolah

    yang berkembang dan berhasil meningkatkan mutunya karena

    berhasil menerapkan MBS dengan dukungan orang tua, masyarakat,

    Pemerintah Daerah, serta sponsor yang mendampingi sekolah

    tersebut.

    Sekolah swasta juga tidak luput dari berbagai rambu yang dapat

    membatasi kreativitas dan usaha kepala sekolah dan guru

    meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Sungguhpun tidak

    sepenuhnya tergantung pada pemerintah, sekolah swasta diawasi

    dan dibina oleh Pemerintah dengan menggunakan berbagai standarpendidikan. Di samping itu Yayasan yang menaungi sekolah swasta

    memberikan rambu-rambu kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga

    kependidikan untuk melaksanakan visi dan misi Yayasan. Tidak

     jarang terjadi rambu-rambu yang datang dari berbagai pihak tidak

    sinkron sehingga menyulitkan posisi sekolah.

    Sebagai organisasi, lembaga pendidikan memiliki ciri khas yang

    membedakannya dengan organisasi nonpendidikan. Lembaga

    pendidikan berfungsi melayani setiap individu dengan memberikan

    kesempatan dan kemudahan belajar dengan gaya belajar masing-

    masing sehingga memperoleh kemampuan yang mereka perlukan

    dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya.

    Dilihat dari sistem, peserta didik merupakan masukan yang

    diberikan pengalaman belajar dalam proses pendidikan sehingga

    menjadi keluaran sebagai lulusan yang bermutu. Akan tetapi dalam

    memberikan pengalaman belajar, peserta didik tidak boleh

    diperlakukan sebagai mengolah bahan mentah dengan

    menggunakan mesin di industri. Peserta didik memiliki jasmani, roh,

    pikiran, naluri, emosi, dan perasaan serta harus diperlakukan secara

    manusiawi sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Pendapat bahwa peserta

    didik adalah seperti kertas putih polos yang dapat ditulisi atau

    digambar sesuai dengan keinginan guru, sebagaimana diteorikan

    oleh John Locke, sudah lama ditinggalkan. Walaupun diakui bahwa

    lingkungan mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasilpendidikan, teori itu kemudian disempurnakan dengan

    memperlakukan peserta didik sebagai subjek dan bukan objek

    pendidikan.

    Kemajuan pengetahuan tentang apa, siapa, dan bagaimana

    manusia mempengaruhi proses pendidikan khususnya dalam

    kegiatan belajar-membelajarkan. Karakteristik dan kepentingan

    peserta didik didahulukan sehingga pendekatan pembelajaran yang

    semula berpusat kepada guru berubah menjadi berpusat kepada

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    7/127

    v Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013

    peserta didik. Strategi pembelajaran pun berkembang dari mengajar

    pesera didik (pendekatan satu arah) dengan memberikan

    pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan penilaian berbasis

    menghafal (pengetahuan), berubah menjadi membelajarkan peserta

    didik atau membuat mereka aktif belajar dengan penilaian berbasis

    kemampuan. Memahami bagaimana peserta didik belajar, para ahli

    mengembangkan teori belajar seperti belajar berbasis masalah,belajar dengan menemukan, belajar berbasis proyek, belajar berbasis

    masalah, belajar dengan berkolaborasi,dan belajar dengan bekerja

    sama, yang semuanya membuat peserta didik menjadi pelaku aktif

    belajar. Perkembangan strategi belajar itu berkaitan erat dengan

    perkembangan teori behaviorisme, kognitivisme, dan

    konstruktivisme yang menjelaskan bagaimana manusia itu belajar

    dan berprilaku. Teori-teori belajar ini juga dijadikan pertimbangan

    dalam mengembangkan K 13. Pembelajaran tematis berbasis

    kegiatan, serta pendekatan ilmiah (scientific inquiry), serta penilaian

    berbasis kemampuan yang seimbang sikap, pengetahuan dan

    keterampilan menjadi contoh penciri K 13.

    Uraian sebelumnya menunjukan mengelola dan memimpinsatuan pendidikan dengan berbagai rambu yang harus dipedomani

    memerlukan keahlian tersendiri. Teori manjemen dan kepemimpinan

    umum tidak dapat diterakan begitu saja dalam dunia pendidikan.

    Kepala satuan pendidikan diharapkan berfungsi sebagai (a) tutor

    yang membantu pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa

    melaksnakan tugasnya secara professional, (b) pelayan yang

    memberikan kemudahan serta memenuhi kebutuhan semua

    pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, serta (c)

    perancang yang merencanakan pengembangan pendidikan di

    satuan pendidikan.

     Jurnal Pendidikan PENABUR Edisi Juni 2014 ini memuat

    berbagai tulisan berkaitan dengan pengelolaan sekolah termasuk

    pengelolaan pembelajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang

    inovatif dan menyenangkan. Pendidik dan tenaga kependidikan

    merupakan ujung tombak dalam menjalankan fungsi sekolah

    sebagai lembaga pendidikan. Komitmen dan kesetiaan mereka

    terhadap tugasnya dipengaruhi oleh sistem pengembangan karier

    mereka di sekolah, termasuk tata cara penilaian kinerja, kenaikan

    pangkat serta jabatan yang berakibat langsung pada pendapatan

    dan kesejahterannya. Tulisan dengan Efektivitas Implementasi

    Kebijakan Sistem Kepangkatan Dan Kenaikan Pangkat Pegawai

    (KKPP) Guru di BPK PENABUR melaporkan hasil penelitian sejauh

    mana kebijakan sistem KKPP guru di BPK PENABUR telahdilaksanakan secara efektif. Di samping itu tulisan berjudul

    Meningkatkan Kinerja Pekerjaan dan Komitmen Organisasi

    Berdasarkan Kemampuan, Kepuasan Kerja, Pembelajaran, dan

    Pengambilan Keputusan menunjukkan pengaruh kemampuan,

    kepuasaan kerja, pembelajaran, dan pengambil keputusan dapat

    meningkatkan kinerja dan komitmen organisasi yang mendukung

    uraian pada awal Pengantar Redaksi ini. Manajemen yang baik

    didukung oleh kepemimpinan yang kondusif dan dalam kegiatan itu

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    8/127

    vi  Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013

    terjadi komunikasi untuk mempengaruhi yang dipimpin. Hubungan

    kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru juga

    menjadi salah satu ulasan dalam Edisi ini.

    Keberhasilan manajemen dan kepemimpinan di lembaga

    pendidikan terwujud secara nyata dalam proses pembelajaran di

    dalam kelas, seperti upaya guru dalam menciptakan pembelajaran

    yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan menyenangkan. Dalamkaitannya dengan proses pembelajaran, Edisi ini memuat laporan

    penelitian tentang meningkatkan pemahaman studi lanjut melalui

    metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok, penggunaan

    kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan diskusi dalam

    bimbingan kelompok untuk meningkatkan pengaturan diri dalam

    belajar. Tentu banyak metode dan teknik pembelajaran lain yang

    dapat dikembangkan oleh guru melalui penelitian tindakan kelas

    untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.

    Dalam pendidikan dan pembentukan karakter peserta didik,

    pendidikan agama dan peran orang tua sangat penting sebagaimana

    terlihat dalam K 13 yang berbeda dengan Kurikulum 2006,

    sebagaimana juga dibahas dalam beberapa tulisan berikut termasukisu mutakhir yang mempersoalkan sekolah belajar atau menilai.

    Pembentukan karakter peserta didik akan lebih efektif kalau

    dilakukan dengan contoh atau teladan perilaku. Dalam konteks yang

    demikianlah, Edisi ini memuat resesensi buku dengan tema

    pengembangan karakter guru.

    Untuk melengkapi edisi ini, dipaparkan pula Profil BPK

    PENABUR Cimahi, yang secara terus menerus mengem-bangkan

    pengelolaan pendidikannya agar dapat memberikan pelayanan yang

    lebih baik dan lebih bermutu berlandaskan nilai-nilai Kristiani.

     Jurnal Penabur Edisi Juni 2014 ini terbit menyongsong tahun ajaran

    baru 2014/2015. Dewan Redaksi mengucapkan selamat bekerja dan

    sampai bertemu lagi pada Edisi Desember 2014 yang akan datang.

    Redaksi

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    9/127

    1 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

     

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melaluiMetode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok

    Cahyo PurnomoE-mail : [email protected]

    SMPK BPK PENABUR Gading Serpong Jakarta

    Penelitian

    Abstrak

    emilih studi lanjut setamat dari jenjang SMP bisa merupakan keadaan yang sulit bagi para

    siswa yang masih dalam kategori remaja. Keadaan itu semakin dipersulit karena

    pemahaman remaja belum terarah dan sangat tergantung oleh pihak luar, yaitu temanbahkan harapan orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang

    mengalami kesulitan untuk membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman

    yang tepat tentang kualitas diri dan informasi sekolah lanjutan. Penelitian Tindakan Bimbingan

    dan Konseling ( PTBK ) yang dilakukan selama empat bulan dalam Tahun Pelajaran 2012 – 2013

    ini, dimaksudkan untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman studi lanjutnya melalui

    metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok. Setelah melalui dua kali siklus, hasilnya

    siswa berani membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman diri dan

    informasi yang tepat tentang pilihan studi lanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, guru disarankan

    untuk menggunakan metode pembelajaran yang mengajak siswa lebih aktif dalam menggali

    informasi tentang pilihan studi lanjut sehingga membuat siswa lebih aktif, mau berbagi informasi

    dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat membuat keputusan berdasarkan pemahaman

    yang dimilikinya.

    Kata – kata kunci : Studi lanjut, metode debat aktif, bimbingan kelompok.

     Enhancing the Understanding of Further Study Through

     Active Debate in Group Consulting Service

     Abstract 

    Choosing higher education after from junior high school can be the hardest situation for students who are

    categorized as teenagers. This situation gets more complicated because their lack of understanding of higher 

    education. Peer group and parents’ expectations are the other things which intricate their decision. Study

    shows that many students still have the difficulties to make decesion for their higher education based on

    accurate self quality understanding and information. Guidance and Councelling Action Research (PTBK)

    been done for 4 months in 2013 – 2014 term, was made to help students develop their understanding of their  further study by conducting active debate in group counseling. After 2 cycles of sessions, it shows that the

    students are able to make decision about their further study based on their self understanding and information.

     According to the study, teachers are suggested to use a teaching method which makes students to be more

    active in gaining information about their furtheir education and are willing to share information. At the end,

    the students are able to make their own decision according to their own understanding.

     Key words : Further study, active debate method, group consulting service

    M

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    10/127

    2  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    Pendahuluan

    Lembaga pendidikan khususnya sekolah

    merupakan wadah pembentukan pribadi

    peserta didik ke arah yang lebih baik.

    Pembentukan pribadi tersebut mencakupperkembangan dalam aspek fisik, mental dan

    intelektual. Perkembangan tersebut dalam

    rangka mempersiapkan sumber daya manusia

    yang siap menghadapi kompetisi di dunia kerja.

    Dalam hal ini sekolah sebagai sarana

    membentuk lulusan yang berkualitas dan

    memiliki kompetensi yang memadai untuk

    kariernya pada masa yang akan datang.

    Di Indonesia upaya-upaya dalam

    mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang

    berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif

    dapat kita lihat dalam Undang-Undang no. 20tahun 2003 Pasal 3, BAB II, h.6 yaitu :

    “Pendidikan Nasional berfungsi mengem-

    bangkan kemampuan dan membentuk

    watak serta peradaban bangsa yang

    bermartabat dalam rangka mencerdaskan

    kehidupan bangsa bertujuan untuk

    berkembangnya peserta didik agar menjadi

    manusia yang beriman dan bertaqwa

    kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak,

    sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan

    menjadi warga Negara yang demokratis

    serta bertanggung jawab”.Djumhur dan Surya (1975: 9) mengulas

    tentang sekolah sebagai suatu lembaga yang

    menyelenggarakan pendidikan formal

    mempunyai peran yang penting dalam usaha

    mendewasakan anak dan menjadikannya

    sebagai anggota masyarakat yang berguna,

    sekolah turut pula bertanggung jawab atas

    anggota masyarakat yang dihasilkannya.

    Berdasarkan asesmen guru BK mengenai

    pertanyaan setamat SMP para peserta didik mau

    kemana untuk melanjutkan studi lanjutnya, 60%

    hingga 80% peserta didik belum mengetahui mau

    kemana melanjutkan studi mereka. Hal yang

    sudah dilakukan oleh guru BK adalah

    memberikan layanan informasi berkaitan

    dengan informasi SMA dan SMK yang dapat

    dipilih siswa. Permasalahan yang terjadi di

    kalangan para peserta didik kelas IX SMPK

    PENABUR Gading Serpong adalah kesulitan

    dalam memilih studi lanjut. Hal tersebut

    ditunjukkan dengan perilaku bingung

    menentukan mau masuk SMA atau SMK yang

    akan dipilih. Masih ada perbedaan keinginan

    antara orang tua dan siswa mengenai sekolah

    yang akan dipilih, dan belum dapat

    memutuskan mengenai bidang karir yang akanditekuni dimasa depan.

    Untuk mengatasi kesulitan tersebut diper-

    lukan layanan dari seorang guru bimbingan dan

    konseling dalam usaha memberikan arahan dan

    petujuk kepada siswa dalam menentukan karir

    pada masa mendatang. Tanpa bimbingan dan

    arahan guru bimbingan konseling, siswa tidak

    akan mendapatkan gambaran tentang masa

    depannya yang disesuaikan dengan bakat,

    minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh

    karena itu sangat penting guru pembimbing

    membantu peserta didik dalam menentukanpilihan studi lanjut.

    Bimbingan dan konseling memiliki peranan

    penting dalam membantu permasalahan siswa

    terutama dalam hal memilih program studi

    lanjutan. Untuk membantu siswa dalam hal

    tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan

    konseling yang lebih terarah, yaitu dengan

    menerapkan layanan bimbingan kelompok

    dengan metode debat aktif.

    Berdasarkan permasalahan yang berkem-bang di atas, maka penelitian tindakanbimbingan dan konseling ini memfokuskan

    pada upaya penerapan layanan bimbingankelompok dengan metode Debat Aktif, dengan

     judul : Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut

    Melalui Metode Debat Aktif Dalam Layanan

    Bimbingan Kelompok. Pemahaman yangdimiliki oleh peserta didik tentang pemilihan

    studi lanjutnya sangat dipengaruhi olehinformasi yang ada pada diri peserta didik itusendiri berkaitan dengan informasi sekolah

    lanjutnya. Selain itu, juga faktor harapanorangtua juga menjadi penentu bagi seorangpeserta didik dalam mengambil keputusan,

    karena kerap kali harapan orangtua disertaidengan “pemaksaan” dengan alasanorangtualah yang membiayai pendidikan.

    Peneliti pada penelitian tindakan kelas saat inihanya memfokuskan pada pemahaman pesertadidik berkaitan dengan informasi yang dimili-

    kinya. Untuk itu peneliti merumuskan rumusan

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    11/127

    3 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

     

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    masalah dalam penelitian ini adalah

    “Bagaimana meningkatkan pemahaman

    peserta didik dalam pemilihan studi lanjut

    melalui layanan bimbingan kelompok dengan

    metode debat aktif?”

    Bertolak dari rumusan masalah yang telah

    disebutkan di atas, penelitian tindakan bimbing-an konseling dilakukan dengan tujuan berikut.

    1. Mencari metode bimbingan yang tepat

    untuk meningkatkan pemahaman siswa

    dalam pemilihan studi lanjut sehingga

    dapat membuat keputusan dengan berda-

    sarkan informasi yang benar dan

    mempertimbangkan kemampuan diri.

    2. Mengujicobakan metode debat aktif dalam

    bimbingan kelompok untuk meningkatkan

    pemahaman siswa terhadap pemilihan

    studi lanjut.

    3. Melatih siswa untuk menggali berbagaiinformasi tentang sekolah lanjutan sehing-

    ga dengan informasi itu siswa dapat

    memutuskan pilihan studi lanjutnya

    dengan tepat sesuai kemampuan diri.

    Secara umum peneliti berharap bahwa

    melalui penelitian ini banyak manfaat yang bisa

    disimpulkan dan dipelajari baik bagi peneliti

    sendiri selaku guru pembimbing maupun bagi

    pihak lain yang peduli dan berkepentingan bagi

    tumbuh dan kembangnya siswa dalam hal

    pemilihan studi lanjut. Secara spesifik peneliti

    merumuskan maanfaat penelitian ini sebagai

    berikut.

    1. Bagi siswa, memiliki pemahaman menyele-

    saikan masalah dalam memilih studi lanjut

    setamat SMP.

    2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling, dapat

    dijadikan bahan masukan dalam melaksa-

    nakan layanan bimbingan kelompok untuk

    membantu peserta didik dalam memilih

    studi lanjut setamat SMP.

    3. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan

    masukan dalam merencanakan programsekolah khususnya dalam pendampingan

    dan informasi studi lanjut setamat SMP.

    4. Bagi orangtua murid, dapat dijadikan

    masukan untuk melihat kondisi keinginan

    anak dengan disesuaikan kemampuannya

    dalam pemilihan studi lanjut setamat SMP.

    Kajian Pustaka

    Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

    Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance

    yang di dalamnya terkandung beberapa makna.

    Sertzer & Stone dalam Winkel (1981 : 66 )

    mengemukakan bahwa guidance is the process of 

    helping individuals to understand themselves and

    their word. Winkel (1981 : 65) mengemukakan

    bahwa guidance mempunyai hubungan dengan

    guiding : “showing a way” (menunjukkan jalan),

    leading (memimpin), conducting  (menuntun),

     giving instructions   (memberikan petunjuk),

    regulating (mengatur), governing (mengarahkan)

    dan giving advice (memberikan nasehat). Bimo (

    2010 : 6 ) mengemukakan bimbingan merupakan

    suatu pertolongan yang menuntun. Menurut

    Prayitno dan Erman ( 2004 : 95 ), bimbinganadalah bantuan yang diberikan kepada individu

    dalam membuat pilihan dan penyesuaian yang

    bijaksana. Penggunaan istilah bimbingan seperti

    dikemukakan di atas tampaknya proses

    bimbingan lebih menekankan kepada peranan

    pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak

    sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa

    ini, ketika klienlah yang justru dianggap lebih

    memiliki peranan penting dan aktif dalam proses

    pengambilan keputusan serta bertanggung-

     jawab sepenuhnya terhadap keputusan yang

    diambilnya.Kelompok dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia ( 2008 : 658 ) adalah kumpulan manusia

    yang merupakan kesatuan beridentitas denganadat istiadat dan sistem norma yang mengatur

    pola interaksi antarmanusia itu. Kelompok yang

    dimaksud adalah sekumpulan siswa yang

    berada dalam satu situasi dan memilikikemiripan dalam masalah yang dihadapi.

    Kelompok ini merupakan subyek layanan

    bimbingan dan konseling yang membutuhkan

    pendampingan dan pengentasan dalam

    masalah yang dihadapinya, yaitu penentuanpemilihan studi lanjut setamat SMP.

    Gazda dalam Prayitno dan Erman ( 2004 :

    308 ) berpendapat bahwa bimbingan kelompokdi sekolah merupakan kegiatan informasi

    kepada sekelompok siswa untuk membantu

    mereka menyusun rencana dan keputusan yang

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    12/127

    4  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    tepat. Winkel menuliskan bahwa bimbingan

    kelompok merupakan layanan bimbingan yang

    diberikan kepada lebih dari satu orang pada

    waktu yang bersamaan. Selanjutnya, Winkel juga

    berpendapat bahwa dalam bimbingan kelompok

    para siswa akan menemukan pengalaman yang

    khas dalam proses yang dialaminya dalamaktifitas layanan. Dalam layanan bimbingan

    kelompok, masing – masing siswa dapat

    memberikan tambahan informasi dan juga

    bahkan membantu siswa yang lain dalam

    pengetasan masalah. Melalui kegiatan sharing

    semua anggota dalam kelompok dapat

    memberikan masukan dan pendapatnya. Hal itu

    akan memperkaya siswa dalam pemahaman dan

    pengertiannya terhadap topik yang sedang

    dibahas.

    Metode Debat AktifMetode yang diberikan kepada siswa dalam

    rangka penyampaian materi bimbingan

    kelompok perlu dipersiapkan dengan baik agar

    menimbulkan ketertarikan dan mendorong

    aktifnya para peserta didik. Membuat

    pembelajaran yang menarik dan sekaligus

    mengaktifkan siswa banyak caranya, antara lain

    dengan model debat aktif. Model pembelajaran

    debat aktif merupakan modifikasi dari model-

    model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan

    kampus. Namun saat ini mulai dikembangkan

    untuk para peserta didik di sekolah baik siswa

    SMA maupun SMP. Pelaku debat perlu banyak

    menguasai konsep atau argumentasi yang kuat

    agar mampu mempertahankan pendapatnya.

    Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata

    debat ( 2008 : 301 ) berarti pembahasan dan

    pertukaran pendapat mengenai suatu hal

    dengan saling memberi alasan untuk

    mempertahankan pendapat masing – masing.

    Aktif dalam Kamus yang sama ( 2008 : 31 ) berati

    giat berusaha. Kegiatan debat menuntut siswa

    terlebih dahulu mencari informasi sebanyakmungkin, sehingga dalam proses debat siswa

    dapat mempertahankan pendapatnya serta

    mampu memberikan alasan yang bersifat

    realistik dan mengandung kebenaran. Tiap – tiap

    siswa dalam proses debat dapat memberikan

    argumentasi masing – masing sesuai

    pengetahuan dan pemahamannya. Maidar dan

    Mukti ( 1988 : 40 ) mengatakan peserta debat

    dapat bertukar pikiran secara konstruktif dan

    kolektif untuk menganalisis data yang

    fundamental.

    Model pembelajaran debat aktif tersebut

    dapat dilakukan dengan langkah-langkah

    sebagai berikut:a. Membuat sebuah pernyataan yang

    kontroversi terhadap materi yang telah kita

    berikan sebelumnya. Misalnya dalam hal ini

    keuntungan masuk SMA atau masuk SMK.

    b. Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di

    dalam kelas.

    c. Satu kelompok adalah sebagai kelompok

    PRO atau pendukung pernyataan tersebut,

    sementara satu kelompok yang lain adalah

    sebagai kelompok KONTRA atau kelompok

    yang menolak pernyataan tersebut.

    d. Silakan tanyakan kepada kelompok PRO,mengapa mereka mendukung pernyataan

    tersebut. Alasan-alasan apa yang

    menguatkan pernyataan tersebut ?

    e. Sementara untuk kelompok KONTRA harus

    mempertahankan pendapatnya tersebut

     juga disertai dengan argumentasi yang

    masuk akal.

    f. Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi

    debat kusir.

    Manfaat Peningkatan Pemahaman Studi

    Lanjut melalui Metode Debat Aktif

    Metode debat aktif dalam meningkatkan

    pemahaman peserta didik terhadap pemilihan

    studi lanjutnya merupakan pengintegrasian

    berbagai kemampuan dan kemahiran intelektual

    peserta didik itu sendiri. Manfaat metode debat

    aktif dalam peningkatan pemahaman studi

    lanjut antara lain sebagai berikut.

    a. Peserta didik dapat mengenal (mendeskrip-

    sikan) karakteristik diri (minat, nilai,

    kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian), yang

    darinya peserta didik dapat mengiden-tifikasi bidang studi yang sesuai dengan

    dirinya.

    b. Peserta didik memperoleh pemahaman

    tentang berbagai hal terkait dengan dunia

    (studi) yang akan dimasukinya, seperti

    tingkat keluasan karier yang ditawarkan,

    deskripsi tugas dalam berbagai bidang

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    13/127

    5 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

     

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    pekerjaan, pengaruh perkembangan

    teknologi terhadap bidang kerja tertentu,

    kontribusi yang dapat diberikan dalam

    bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat,

    dan tuntutan kemampuan kerja dalam

    bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa

    depan.c. Peserta didik mampu mengidentifikasi

    berbagai bidang pendidikan yang tersedia

    dan relevan dengan berbagai bidang

    pekerjaan.

    d. Peserta didik mampu mengambil keputusan

    karier bagi dirinya sendiri, merencanakan

    langkah-langkah konkrit untuk

    mewujudkan perencanaan kelanjutan

    studinya yang realistik bagi dirinya.

    e. Peserta didik mampu menyesuaikan diri

    dalam mengimplementasikan pilihannya

    dan mampu merencanakan pilihannyasesuai dengan karier yang diharapkannya.

    Bimbingan dan Konseling di SMP

    diarahkan untuk membantu peserta didik dalam

    perencanaan dan pengarahan kegiatan serta

    dalam pengambilan keputusan yang membentuk

    pola karier tertentu dan pola hidup yang akan

    memberikan kepuasan bagi dirinya dan

    lingkungannya.

    Bimbingan dan Konseling dapat

    dimanfaatkan oleh setiap peserta didik yang

    secara khusus mengalami hambatan dalam

    menentukan pilihan program studi lanjutannya.

    Melalui konseling karier, siswa akan lebih

    mantap dalam melaksanakan proses

    pembelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya.

    Pemilihan Studi Lanjut setamat SMP

    a. Pengertian merencanakan studi lanjut

    Wajib belajar sembilan tahun di Indonesia

    disosialisasikan tahun 1995dan hanya

    sampai pada tingkatan menengah pertama

    atau setelah tamat dan lulus dari sekolah

    dasar. Akan tetapi bukan tidak mungkin,beberapa siswa yang akan melanjutkan

    sekolah pada jenjang yang lebih tinggi

    sehingga mampu menunjang inteligensi

    dan kompetensi yang dimilikinya. Pada era

    globalisasi seperti ini tidak menutup

    kemungkinan bahwa setiap pekerjaan

    membutuhkan tenaga yang profesional di

    bidangnya. Untuk mewujudkan semua itu

    maka individu harus memiliki kompetensi

    yang cukup. Berbicara tentang pekerjaan

    tampaknya sulit untuk dipisahkan dari

    yang namanya persekolahan, sebab sekolah

    sebagai wadah untuk mempersiapkan diri

    masuk pada kehidupan di masyarakat.

    Oleh karena itu, sekolah harus bisamempersiapkan peserta didiknya sesuai

    dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.

    Bimo (2010 : 204 ) berpendapat bahwa

    bimbingan karier pada jenjang SMP juga

    dibutuhkan oleh siswa, baik untuk

    melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

    maupun untuk mencari pekerjaan yang

    karena alasan tertentu tidak dapat

    melanjutkan sekolahnya. Jangka panjang

    bimbingan karier di jenjang SMP diperlu-

    kan agar para siswa bisa berpikir runtut

    untuk jenjang pendidikannya, artinyaprogram pilihan sekolah sejalan dari

     jenjang SMP sampai ke perguruan tinggi.

    Pada akhirnya pilihan studi berkaitan

    dengan pilihan pekerjaan yang nantinya

    akan digelutinya.

    b. Langkah-langkah dalam Merencanakan

    dan Memilih Studi Lanjutan

    Untuk memilih suatu sekolah tak lepas dari

    prospek masa depan individu yang dapat

    mendukung cita-citanya. Pada umumnya

    dapat dikatakan bahwa ada perbedaan

    sekolah lanjutan antara sekolah umum dan

    sekolah kejuruan. Sekolah umum memper-

    siapkan siswanya untuk melanjutkan ke

    perguruan tinggi. Sedangkan sekolah

    kejuruan mempersiapkan siswanya untuk

    masuk dunia kerja atau siap kerja.

    Untuk dapat merencanakan studi lanjutan

    setelah SMP, Winkel ( 1981 : 623 )

    menyebutkan perlu adanya pertimbangan

    serta langkah-langkah yang berkaitan

    dengan keadaan dirinya dan masa

    depannya, antara lain :(a) menyesuaikandengan bakat dan minat siswa, (b)

    kemampuan fisik, akademis dan sosil

    ekonomi, (c) keadaan sekolah lanjutan,

    (d)kesempatan dan peluang yang tersedia,

    dan (e) prospek karier pada masa depan

    Ketika individu di lingkungan selalu

    memandang bahwa pendidikan itu penting dan

    anak harus sekolah di sekolah yang bermutu,

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    14/127

    6  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    individu akan memilih sekolah yang menurut

    mereka sangat bermutu dan berkua-litas.

    Sedangkan mereka yang memandang bahwa

    sekolah hanya sebagai modal untuk bekerja,

    mereka akan memilih sekolah yang biasa saja,

    yang penting bisa sekolah. Hal tersebut juga

    dipengaruhi oleh impian peserta didik dalammenentukan pilihan karier mereka. Setelah lulus

    dari jenjang SMP, peserta didik dapat memilih

    apakah akan melanjutkan ke SMA/MA/SMK

    atau cukup mengikuti kursus yang ada sesuai

    dengan pilihan kariernya masing – masing.

    Metode Peneltian

    Metode yang dilakukan dalam penelitian ini

    adalah metode penelitian tindakan Bimbingan

    dan Konseling (action research)  dengan

    menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart.

    Rochiati ( 2005 : 66 – 67 ) mengemukakan salahsatu model penelitian tindakan adalah model

    spiral, terdiri atas empat tahapan, yaitu

    perencanaan ( plan ), tindakan (act ), pengamatan

    ( observe ) dan refleksi (reflect ). Hal

    ini dimaksudkan untuk

    mendapatkan hasil penggunaan

    layanan bimbing-an kelompok

    dengan metode debat aktif untuk

    meningkatkan pemaha-man peserta

    didik dalam memilih program studi

    lanjut setamat SMP. Metode

    penelitian tindakan bim-bingan dan

    konseling diartikan sebagai suatu

    kajian reflektif yang dilakukan

    konselor/ guru pembimbing dalam

    meningkatkan kemam-puannya

    berpikir secara rasional dan

    bertindak untuk memperbaiki

    kualitas bimbingannya terhadap siswa.

    Subjek penelitian adalah siswa kelas IX

    SMPK BPK PENABUR Gading Serpong tahun

    pelajaran 2012/ 2013 dan setelah proses

    pengamatan dipilihlah satu kelas sebagai subyekpenelitian, yaitu 9 D . Alasan pemilihan subyek

    penelitian adalah karena setelah guru bimbingan

    dan konseling mengadakan bimbingan kelas

    beberapa kali satu kelas ini belum juga bisa

    merumuskan pilihan studi lanjutnya secara

    maksimal. Melihat kondisi siswa yang

    menunjukkan kemampuan yang rendah dalam

    perencanaan kariernya tersebut, guru pembim-

    bing terpanggil untuk melakukan pendam-

    pingan secara khusus melalui layanan

    bimbingan kelompok dengan metode debat aktif.

    Penelitian Tindakan Bimbingan dan

    Konseling ini dilaksanakan selama empat bulan

    pada tahun pelajaran 2012/ 2013, dari akhir

    bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober2012. Waktu yang diperlukan untuk bimbingan

    dan konseling di dalam kelas adalah 5 jam

    pelajaran, dan 1 jam pelajaran berlangsung

    selama 45 menit.

     Jadwal penelitian untuk merencanakan

    tahapan penelitian.

    a. Tahap perencanaan

    Tahap perencanaan dimulai dari proses

    asesmen sampai dengan penyusunan

    materi layanan tindakan. Tahap perenca-

    naan ditampilkan di tabel 1.

    b. Tahap tindakanTahap tindakan dimulai dari kegiatan

    bimbingan kelompok di kelas, yaitu aktifitas

    pembelajaran melalui metode debat aktif.

    Setiap kelas dari subyek penelitian di bagi

    kedalam dua kelompok besar, yaitu

    kelompok kontra dan kelompok yang pro

    terhadap alternatif pilihan kelanjutan studi.

    Tiap kelompok akan memberikanargumentasi berdasarkan pengetahuan

    terhadap suatu pilihan kelanjutan studi.

    c. Tahap pengamatan

    Pihak yang melakukan pengamatan adalah

    guru bimbingan dan konseling sendiri

    sebagai peneliti dan dibantu oleh satu rekan

    guru pelajaran yang lain. Pengamatan ini

    berdasarkan lembar observasi untuk meli-

    Tabel 1: Kegiatan Perencanaan

    No. Kegiatan Waktu

    1. Asesmen masalah Awal Juli 2012

    2. Analisis hasil asesmen Minggu ke 2 Juli 2012

    3.Penyusunan materilayanan tindakan

    Minggu ke 3 Juli 2012

    4.Menentukan jadwalpelaksanaan

    Minggu ke 4 Juli 2012

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    15/127

    7 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

     

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    hat keaktifan setiap siswa dalam proses

    debat. Tahap pengamatan juga dilanjutkan

    dengan kegiatan survei untuk mengetahui

    apakah siswa sudah bisa memutuskan

    pilihan studi lanjut dari berbagai alternatif

    pilihan yang ada. Hal tersebut dilakukan

    setelah proses debat dianggap sudahmenggali banyak informasi tentang alterna-

    tif pilihan sekolah lanjutan diungkapkan

    oleh siswa.

    d. Tahap refleksi

    Tahapan ini ingin melihat efektifitas dari

    proses secara keseluruhan bimbingan

    kelompok dengan metode debat aktif dalam

    meningkatkan pemahaman siswa terhadap

    pemilihan studi lanjut. Proses ini melihat

    secara teknis maupun praktis kegiatan debat

    yang dilakukan. Secara teknis maksudnya

    langkah – langkah kegiatan debat dan seca-ra praktis artinya siswa dapat memutuskan

    alternatif pilihan studi lanjut. Peneliti

    mengkaji, melihat dan mempertimbangkan

    hasil metode debat dalam meningkatkan

    pemahaman siswa serta menyusun rencana

    tindakan selanjutnya jika masih diperlukan.

    Tahapan di atas merupakan satu siklus

    dalam PTK bimbingan dan konseling.

    Dalam penelitian kali ini peneliti melaku-

    kan dua kali siklus untuk memaksimalkan

    hasil dan pencapaian tujuan penelitian.

    Untuk medapatkan data yang diperlukan

    peneliti dalam penelitian ini digunakan

    instrument pengumpulan data sebagai berikut.

    1. Angket, untuk siswa kelas IX SMPK BPK

    PENABUR Gading Serpong tahun pelajaran

    2012/ 2013.

    2. Lembar observasi yang disusun untuk

    memperoleh gambaran langsung tentang

    proses kegiatan. Observasi tindakan

    dilakukan oleh rekan guru lain yang

    bertindak sebagai observer.

    Analisis data yang digunakan penelitianini adalah teknik kuantitatif yang berupa

    perhitungan sederhana dan teknik kualitatif

    yang berupa uraian.

    Hasil Penelitian

    Hasil penelitian ini menjawab masalah

    penelitian ini, yaitu: “Bagaimana meningkatkan

    pemaha-man peserta didik dalam pemilihan

    studi lanjut melalui layanan bimbingan

    kelompok dengan metode debat aktif ?”. Hasil

    penelitian disusun berdasarkan hasil pengamat-

    an, catatan kejadian selama kegiatan bimbingan

    kelompok dengan metode debat aktif berlang-

    sung dan beberapa komentar tanggapan rekanguru yang ikut dalam proses observasi di kelas.

    Kerangka bimbingan kelompok dengan metode

    debat aktif untuk meningkatkan pemahaman

    siswa terhadap pilihan studi lanjut.

    1. Pembukaan

    Guru Bimbingan dan Konseling memimpin

     jalannya bimbingan kelompok dengan

    metode debat. Guru BK menjelaskan tujuan

    kegiatan yang akan dilakukan dan

    memberikan norma yang berlaku selama

    kegiatan debat berlangsung. Kelas dibagi

    dua, yaitu separoh kelas sebagai kelompokpro dan yang lain kelompok kontra.

    Kemudia guru BK membuka debat dengan

    membacakan topik debat yaitu setuju masuk

    SMA atau masuk SMK. Setiap kelompok

    diminta menunjuk satu teman sebagai juru

    bicara untuk membacakan argumentasi

    awal mereka.

    2. Penyampaian Gagasan

    Moderator memberikan kesempatan kepada

    perwakilan tiap kelompok untuk menyam-

    paikan gagasan atau pendapat yang telah

    dipersiapkan sebelumnya. Waktu yang

    disediakan untuk pemaparan pendapat

    adalah lima sampai tujuh menit. Setelah

    pemaparan pendapat selesai dilanjutkan

    dengan tanggapan dari pendapat kelompok

    lawan. Proses tersebut diatur oleh

    moderator sehingga bisa berjalan dengan

    tertib dan teratur. Tiap kelompok bisa

    memberikan argumentasi dan penolakan-

    nya terhadap pendapat dari kelompok

    lawan dengan memberikan informasi –

    informasi yang akurat untuk mempertahan-kakan pendapatnya dan mempengaruhi

    pendapat kelompok lawan.

    3. Partisipasi siswa

    Moderator membagi proses debat ke dalam

    tiga bagian. Hal tersebut dilakukan dengan

    tujuan memberikan kesempatan kepada

    semua siswa untuk memberikan pendapat

    dan informasi yang dimilikinya, sehingga

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    16/127

    8  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    suasana bisa berjalan dengan aktif dan

    menyenangkan. Tiap siswa dihargai penda-

    pat dan informasi yang diberikannya

    karena tiap informasi yang diberikan akan

    berdampak terhadap peningkatan pemaha-

    man seluruh siswa dalam pemilihan studi

    lanjut.4. Penutupan Debat

    Moderator merangkum hasil debat dengan

    membacakan hal yang disepakati bersama

    yaitu keuntungan dan kerugian masuk

    SMA dan kerugiannya serta keuntungan

    masuk SMK. Moderator juga memberikan

    catatan berkaitan dengan informasi yang

    belum jelas atau masih samar untuk bisa

    ditindaklanjuti diperte-muan berikutnya.

    Hasil kegiatan debat aktif dalam layanan

    bimbingan kelompok untuk meningkatkan

    pemahaman siswa tentang studi lanjutSiklus pertama, dilaksanakan pada hari senin,

    03 September 2012

    1. Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK

    2. Guru sebagai moderator membagi kelas ke

    dalam dua kelompok pro dan kelompok

    kontra yaitu kelompok yang setuju masuk

    SMA dan kelompok yang tidak setuju

    masuk SMA demikian juga dengan yang pro

    masuk SMK dan yang kontra masuk SMK.

    Guru menentukan satu siswa sebagai juru

    bicara awal untuk membacakan pernyataan

    kelompok mereka, untuk merangsang

    konfrontasi dari kelompok lawan. Posisi

    duduk diatur sedemikian rupa sehingga

    setiap kelompok bisa saling berhadapan

    dengan tujuan semua siswa dapat fokus dan

    memperhatikan jalannya debat dan juga

    memperhatikan informasi yang diberikan

    oleh teman yang lain.

    3. Pelaksanaan kegiatan debat :

    a. Moderator memberikan kesempatan

    kepada juru bicara untuk membacakan

    argumentasi kelompok mereka dalamwaktu lima sampai tujuh menit.

    b. Setelah setiap kelompok menyam-

    paikan pendapat dan argumentasinya,

    moderator mengatur jalannya debat

    antar kelompok yang pro dan kontra

    sehingga baik kelompok pro dan

    kelompok kontra masing – masing

    memiliki kesempatan untuk memberi-

    kan argumentasi dan pendapatnya

    dengan leluasa dan bersemangat.

    c. Sekalipun jawaban atau argumentasi

    dari peserta debat terkadang kurang

    tepat, guru berusaha tidak menyela

    karena bisa mematikan proses debat.

    Untuk itu guru membuat catatan yangdibacakan pada akhir proses debat

    sebagai rangkuman jalannya debat.

    d. Pada tahap akhir debat, moderator

    merangkum hasil debat dengan

    membacakan keuntungan dan kerugian

    masuk SMA serta keuntungan dan

    kerugian masuk SMK. Masuk SMA

    keuntungannya adalah temannya

    banyak, melatih siswa dalam pengem-

    bangan nalar, jenjang pendidikan bisa

    dilanjutkan ke PT, dan kerugiannya

    adalah siswa tidak terampil jika akanlangsung bekerja; keuntungannya

    masuk SMK adalah siswa sudah

    terampil jika langsung bekerja, siswa

    dapat melanjutkan ke PT, lebih fokus

    karena langsung kepeminatan, dan

    kerugiannya adalah jika salah jurusan

    siswa akan rugi waktu dan biaya serta

    menjadi tidak termotivasi belajarnya.

    4. Observasi

    a. Juru bicara nampak bersemangat ketika

    membacakan pendapat dan argumen-

    tasi awal kelompoknya masing –

    masing, sehingga bisa menghidupkan

    suasana pada awal proses debat.

    b. Siswa peserta debat beberapa nampak

    masih binggung dan tidak memberikan

    pendapat ketika moderator memberi-

    kan kesempatan untuk berbicara.

    c. Informasi yang disampaikan oleh

    peserta kurang didukung dengan data

    dan fakta yang menguatkan pendapat

    mereka. Pendapat mereka hanya

    sebatas asumsi dan perkiraan saja.5. Refleksi

    a. Dari 34 siswa di satu kelas subyek

    penelitian ini nampak 10 anak yang

    aktif dalam memberikan tanggapan

    dan argumentasi beserta informasi

    yang mendukung.

    b. Dari hasil agket, hanya 12 siswa yang

    sudah bisa memutuskan pilihan studi

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    17/127

    9 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

     

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    lanjut setamat SMP, baik ke SMA

    maupun ke SMK.

    c. Catatan : untuk pelaksanaan putaran

    berikutnya perlu dicari upaya agar

    siswa bisa lebih aktif lagi dalam

    memberikan argumentasi dan penda-

    patnya. Oleh sebab itu pada akhir debatguru bimbingan dan konseling

    memberikan informasi bahwa kegiatan

    debat akan dilanjutkan di pertemuan

    berikutnya. Untuk itu, siswa diberi

    tugas untuk mencari informasi

    sebanyak mungkin berkaitan dengan

    SMA dan SMK.

    Siklus kedua, dilaksanakan pada hari

    senin, 10 September 2012

    1. Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK

    2. Guru sebagai moderator membacakan

    kembali hasil debat mingu lalu untukmengingatkan semua siswa apa saja yang

    sudah diungkapkan dalam proses debat

    saat itu. Moderator juga mengingatkan

    kembali norma dalam proses debat sehingga

    proses bisa berjalan dengan tertib dan

    lancar.

    3. Pelaksanaan kegiatan debat yang kedua :

    a. Moderator memberikan kesempatan

    kepada juru bicara yang lain untuk

    membacakan argumentasi kelompok

    mereka dalam waktu lima sampai tujuh

    menit. Pembacaan argumentasi kali ini

    terlihat ada penambahan informasi

    berkaitan dengan lapangan pekerjaan

    yang berkaitan dengan pilihan studi

    mereka dan juga informasi tentang

     jurusan di PT yang bisa diambil sesuai

    pilihan studinya.

    b. Setelah juru bicara membacakan

    pendapat dan argumentasinya, banyak

    siswa yang langsung mengangkat

    tangan untuk segera menanggapi

    pernyataan kelompok lawan. Situasitersebut memancing kelompok lawan

     juga memberikan penolakan dengan

    informasi mereka.

    c. Terlihat pendapat dan argumentasi

    yang disampaikan kali ini tidak hanya

    sekedar asumsi tetapi sudah disertai

    dengan fakta dan data yang mereka

    dapat dari berbagai sumber baik itu

    artikel, informasi dari alumni maupun

    pengalaman orangtua yang sudah

    melalui proses pembelajaran sampai

    mereka bekerja.

    d. Pada tahap akhir debat, moderator

    membacakan kembali keuntungan dan

    kerugian masuk SMA dan keuntungandan kerugian masuk SMK serta

    menambahkan dengan informasi –

    informasi baru yang muncul selama

    debat pada tahap ke dua ini. Seperti

    informasi lapangan pekerjaan yang bisa

    digeluti siswa sesuai pilihan studinya

    sampai pada pilihan jurusan ketika di

    Peguruan Tinggi.

    4. Observasi

    a. Juru bicara memberikan penambahan

    dengan data dan informasi baru yang

    segera direspon oleh kelompok lawansehingga jalannya debat nampak

    bersemangat.

    b. Suasana debat begitu aktif karena secara

    keseluruhan siswa terlibat dalam proses

    debat itu sendiri baik menolak,

    memberikan informasi bahkan memberi-

    kan penilaian terhadap tanggapan

    kelompok lawan jika data dan

    informasinya tidak akurat.

    c. Debat dalam tahap dua ini menunjuk-

    kan argumentasi juga disertai dengan

    fakta dan informasi yang akurat,

    sehingga proses debat nampak tidak

    sekedar menolak atau tidak setuju tetapi

     juga memberikan penambahan wawas-

    an dan pengertian bagi seluruh peserta

    baik yang pro maupun yang kontra.

    5. Refleksi

    a. Secara keseluruhan dari 34 siswa di

    satu kelas subyek penelitian ini nampak

    suasana yang aktif dalam memberikan

    tanggapan dan argumentasi berserta

    informasi yang mendukung.b. Dari hasil angket ada 33 siswa yang

    sudah bisa memutuskan pilihan studi

    lanjut setamat SMP, baik ke SMA

    maupun ke SMK dan hanya 1 siswa

    yang belum bisa memutuskan

    pilihannya.

    c. Catatan : Ketika angket diberikan

    seorang siswa masih menjawab belum

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    18/127

    10  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    bisa memutuskan pilihan studi

    lanjutnya. Dilakukan konseling

    individual oleh guru BK agar diketahui

    penyebabnya dan ditemukan solusinya.

    Berdasarkan lembar pengamatan dan

    observasi terlihat siswa yang sudah bisa

    memutuskan alternatif pilihan studi lanjutsetamat SMP dari siklus debat yang pertama

    sampai siklus debat yang kedua terus mengalami

    peningkatan, yaitu dari 12 siswa yang bisa

    memutuskan alternatif pilihan studi lanjut pada

    siklus debat yang pertama menjadi 33 siswa

    pada siklus debat yang kedua baik pada pilihan

    masuk SMA maupun pilihan masuk SMK.

    Sedangkan dari aspek keaktifan dan kualitas

    debat juga mengalami peningkatan. Pada siklus

    debat yang pertama masih sedikit siswa yang

    aktif bahkan argumentasi yang diberikan masih

    pada tahap asumsi. Akan tetapi, pada siklusdebat yang kedua secara keseluruhan suasana

    debat berlangsung aktif dan bersemangat,bahkan agumentasi yang diberikan tidak sekedarasumsi tetapi sudah disertai dengan data dan

    fakta yang menguatkan pendapat mereka.Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwatujuan bimbingan kelompok melalui metode

    debat aktif untuk meningkatkan pemahamansiswa tentang pilihan studi lanjut setamat SMPmencapai hasil yang memuaskan. Selain itu,

    hasil ini juga didukung oleh komentar dan kesan

    rekan guru yang terlibat dalam proses observasi.Proses debat begitu seru dan menggali begitu

    banyak informasi yang secara umum dapatdigunakan siswa dalam memutuskan alternatifpilihan studi lanjut setamat SMP. Bukti

    pendukung lain adalah pada akhir Oktober 2012siswa ketika mengisi angket tentang pilihanstudi lanjut setamat SMP 100 % siswa sudah bisa

    memutuskan bahkan menuliskan nama sekolahyang akan menjadi pilihannya setamat SMP.

    Simpulan

      KesimpulanMelihat proses pendampingan yang dilakukankepada siswa yang mengalami kesulitan

    khususnya dalam merencanakan karier masadepannya, ada beberapa pendekatan yang bisadilakukan oleh guru pembimbing dalam

    membantu siswa. Pendekatan tersebut perlu

    dipahami dengan baik agar proses yang akan

    dijalani tidak saja mendapatkan hasil akan tetapi

    lebih dari itu, siswa bertumbuh dalam kesadaran

    pentingnya mengadakan sebuah perencanaan

    studi lanjut dimasa depannya demi pencapaian

    profesi pekerjaan yang sesuai dengan

    kemampuan dan kapasitas individu tersebut.Masalah merencanakan masa depan

    berkaitan dengan pemilihan program studi

    lanjut setamat SMP akan terus menjadi

    pergumulan bagi siswa-siswi dan tentunya

    membutuhkan ketrampilan yang baik dari pihak

    sekolah, khususnya tenaga layanan bimbingan.

    Karena secara tidak langsung guru pembimbing

    memiliki tanggung jawab moral sekaligus

    tanggung jawab institusi untuk mendampingi

    siswa dalam merencanakan pilihan studinya.

    Upaya meningkatkan pemahaman siswa

    tentang pilihan studi lanjut dalam layananbimbingan kelompok melalui metode debat aktif

    ternyata sungguh dapat meningkatkan

    pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut,

    yang pada akhirnya siswa berani membuat

    alternatif keputusan terhadap pilihan studi

    lanjut setamat SMP.

    Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan

    kejadian selama tindakan kelas dalam layanan

    bimbingan kelompok berlangsung dapat ditarik

    kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kurangnya

    pemahaman siswa tentang informasi studilanjut menyebabkan siswa tidak bisa membuat

    keputusan studi lanjut setamat SMP secara tepat,

    bahkan cenderung terbawa arus baik oleh teman

    maupun oleh ketetapan orangtua. Oleh karena

    itu pilihan studi lanjut setamat SMP tidak

    didasarkan kepada pemahaman akan diri, tetapi

    karena harapan orang lain. Kedua, penyebab

    kurangnya pemahaman siswa tentang pilihan

    studi lanjut adalah karena minimnya informasi

    yang dimiliki oleh siswa, sehingga ketika

    dihadapkan pada situasi membuat keputusan

    siswa cenderung bergantung pada orang lain.Hal tersebut juga karena metode yang dipakai

    oleh guru dalam pemberian informasi tentang

    studi lanjut cenderung hanya satu arah saja

    yaitu ceramah guru. Hal itu menyebabkan

    kurangnya siswa menggali dari berbagai sumber

    yang bahkan mungkin tidak disampaikan ketika

    ceramah guru. Ketiga , penerapan layanan

    bimbingan kelompok dengan metode debat aktif

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    19/127

    11 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014

     

    Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

    untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang

    pilihan studi lanjut dalam proses pendam-

    pingan siswa dapat mendorong keaktifan siswa

    untuk menggali berbagai sumber informasi

    tentang pilihan studi lanjut setamat SMP. Pada

    akhirnya, informasi itu bisa menjadi bahan

    pertimbangan dalam membuat alternatifkeputusan pilihan studi lanjutnya.

    Pelaksanaan upaya meningkatkan

    pemahaman siswa tentang studi lanjut layanan

    bimbingan kelompok melalui metode debat aktif

    tidak seluruhnya dapat berjalan dengan lancar.

    Adapun hambatan yang dialami antara lain :

    1. Kurangnya data dan informasi yang akurat

    menyebabkan siswa tidak dapat berargu-

    mentasi dengan benar, hanya memberikan

    asumsi – asumsi. Hal itu sangat berpenga-

    ruh terhadap peningkatan pemahaman

    siswa yang dalam kondisi bimbang

    membuat keputusan.

    2. Bagi siswa yang kurang senang berbicara

    atau siswa yang dalam zona nyaman akan

    cenderung pasif dan hanya menerima

    informasi tanpa mau terlibat aktif.

    Sementara siswa yang senang berbicara

    akan cenderung lebih dominan dalam

    mempertahankan pendapatnya.

    3. Dalam proses debat bukan mencari siapa

    yang benar dan siapa yang salah, tetapi

    menggali begitu banyak data dan informasiyang pada akhirnya digunakan sebagai

    pertimbangan membuat keputusan pilihan

    studi lanjut. Akan tetapi ada siswa yang

    cenderung menyalahkan dan merendahkan

    pendapat teman.

    SaranDari hasil penelitian dalam layanan bimbingankelompok melalui metode debat aktif untuk

    meningkatkan pemahaman siswa terhadapstudi lanjut setamat SMP, ada beberapa hal yang

    baik untuk dipertimbangkan oleh teman – temanguru BK, yaitu sebagai berikut. Pertama,ketidakmampuan siswa dalam membuatkeputusan pilihan studi lanjut sesungguhnya

    karena mereka belum memiliki informasi yangmemadai. Oleh sebab itu peran gurupembimbing sangat diperlukan dalam

    pemberian layanan kepada siswa untukmenjawab kebutuhan mereka. Kedua, bentuk

    layanan informasi dalam layanan bimbingankelompok harus dikemas sekreatif mungkin olehguru pembimbing agar informasi yang

    disampaikan tidak hanya sekedarnya saja, akantetapi juga mempertimbangkan keaktifan siswa,suasana yang menyenangkan dan yang

    terpenting adalah menjawab kebutuhan siswa.Ketiga , metode debat aktif dalam layananbimbingan kelompok sangat jarang dilakukan

    oleh guru pembimbing, akan tetapi berdasarkanpengalaman peneliti metode ini sangat tepatbagi siswa karena menggali informasi tidak

    hanya dari guru tetapi siswa juga menggali dariberbagai sumber. Dalam proses debat siswa

     juga diaj ar kan untuk berbagi informasi ,

    sehingga semua siswa bisa menggunakaninformasi itu sebagai bahan pertimbangandalam memutuskan pilihan studi lanjutnya.

    Keempat,  bagi guru yang akan menerapkanmetode debat aktif dalam layanan bimbingankelompok untuk meningkatkan pemahaman

    siswa terhadap pilihan studi lanjut perlumemperhatikan kelamahan – kelemahan yangada seperti yang disampaikan pada tiga

    kendala di atas agar pelaksanaannya bisaberjalan dengan maksimal.

    Daftar Pustaka

    Sunarya (2008). Konsep dan aplikasi bimbingan dankonseling. Jurusan Ilmu Pendidikan danBimbingan: Universitas PendidikanIndonesia

    Winkel, W.S,. (1997) Bimbingan dan konseling diInstitusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia

    Hidayat dan Badrujaman. (2009) Cara mudahmelakukan penelitian tindakan kelas. Jakarta:Trans Info Media

    Maidar dan Mukti. (1988) Pembinaan kemampuanberbicara bahasa Indonesia.  Ja kart a.Erlangga

    Suyadi. (2012) Buku panduan guru profesional

     penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitiantindakan sekolah (PTS). Yogyakarta: ANDIPrayitno dan Erman. (2004) Dasar – dasar 

    bimbingan dan konseling.  Jakarta: PusatPerbukuan DEDIKNAS dan Rineka Cipta

    Walgito, Bimo. (2010) Bimbingan dan konseling(studi dan kasus). Yogyakarta: ANDI

    Wiriaatmadja, Rochiati . (2005) Metode penelitiantindakan kelas. Bandung: RemajaRosdakarya

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    20/127

    12  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri SecaraAktif dan Diskusi dalam Bimbingan Kelompok untuk

    Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar

    Pratama Manihuruk

    E-mail : [email protected]

    SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta

    Penelitian

    P

    Abstrak

    enelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar menggunakan

    kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan diskusi dalam bimbingan kelompok.

    Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan di SMAK 1 PENABUR Jakarta, Januari-Maret 2013. Setelah melalui 2 (dua) siklus, penel itian ini dapat

    meningkatkan pengaturan diri dalam belajar. Ternyata kombinasi metode penilaian diri dan metode

    diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri dan partisipasi siswa dalam belajar sehingga

    meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian ini memberikan saran bagaimana penerapan kombinasi

    diterapkan sehingga efektif.

    Kata-kata kunci: Layanan bimbingan dan konseling, metode penilaian diri, metode diskusi,

    pengaturan diri.

     Application of Discussion Method and Actively Self-assessment Technique in

    Group Guidance to Improve Self-regulated Learning 

     Abstract 

    The objective of this research was to improve Self-Regulated Learning of XI-Natural Science SMAK 1

    PENABUR through the application of discussion method and actively self-assessment technique. Guidence

    and Counseling Action Research method was used in this research. Two research cycles were executed in this

    action research. Based on data and research results, actively self-assessment technique could invite students to

    evaluate themselves about their goals at school. They will be able to improve their self-Regulated Learning.

    Then they can achieve good academic results at school. The use of discussion method could enhance student

    involvement where students are more active in learning process. Several important things were discovered

    during research activities: (a) the application of actively self-assessment technique could draw students’

    attention to participate in series of activities (b) the application of discussion method could make student more

    active and directly involved in learning process (c) some students felt bored with long duration discussionsand if they were carried out in the afternoon. The implication of this research is application of discussion

    method and actively self-assessment technique could improve students’ Self-Regulated Learning.

     Key words: Guidance and counseling, self assessment technique, discussion method, self-regulation

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    21/127

    13 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

     

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    Pendahuluan

    Layanan bimbingan dan konseling menjadi

    bagian yang tidak terpisahkan dari penyeleng-

    garaan pendidikan di sekolah. Layanan

    bimbingan dan konseling memiliki peranpenting membantu siswa agar dapat mengenal,

    menerima diri sendiri dan lingkungannya serta

    mengambil keputusan dan mewujudkan diri

    sebagai pribadi yang utuh sesuai tugas

    perkembangan dalam rentang usia yang

    dilaluinya, baik itu perkembangan fisik,

    intelektual, emosi, sosial, maupun perkembang-

    an moral-spiritual.

    Program layanan bimbingan dan konseling

    komprehensif dirancang untuk mengimplemen-

    tasikan tujuan bimbingan konseling. Pemberian

    layanan bimbingan dan konseling didasarkanatas pencapaian tugas perkembangan siswa,

    pengembangan potensi yang dimiliki siswa, dan

    pengentasan masalah siswa. Tugas perkem-

    bangan dirumuskan sebagai standar kompetensi

    yang harus dicapai siswa.(Dirjen Dikti, 2007:9)

    Hasil atau prestasi belajar menjadi salah

    satu faktor pencapaian tugas perkembangan

    siswa dan tidak lepas dari kegiatan belajar

    siswa. Jika aktivitas belajar siswa baik, maka

    seharusnya hasil belajar siswa pun juga

    berbanding sejajar, sehingga semakin baik siswa

    belajar, semakin baik pula hasil belajarnya.

    Mencapai hasil belajar yang baik bukanlah

    hal yang mudah bagi remaja, banyak

    permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan

    remaja menyelesaikan hal ini mengantarkannya

    ke suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik

    dalam keseluruhan hidupnya. Proses perkem-

    bangan remaja tidak selalu dapat berjalan dalam

    alur linier, lurus, atau searah dengan potensi,

    harapan, dan nilai-nilai yang dianut.

    Hal ini juga terjadi di SMAK 1 PENABUR

     Jakarta, yang mendapat kategori unggulan tetapitidak berjalan lurus dengan kondisi siswa

    karena beberapa siswa belum mencapai nilai

    Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

    ditentukan sekolah. Berdasarkan pengamatan

    peneliti, kegiatan pembelajaran di sekolah

    berlangsung dengan baik, guru mata pelajaran

    menyampaikan materi pelajaran dengan

    sungguh-sungguh, serta siswa pun menyimak

    materi yang disampaikan dengan seksama.

    Berdasarkan hasil konseling kepada siswa-

    siswa yang nilainya di bawah KKM dan

    wawancara kepada guru mata pelajaran yang

    terkait, diketahui faktor penyebab siswa tidak

    mencapai nilai KKM di SMAK 1 PENABURadalah pengaturan diri dalam belajar. Di sinilah

    peranan bimbingan dan konseling sangat

    diperlukan untuk membantu mengentaskan

    permasalahan siswa tersebut.

    Dalam layanan bimbingan dan konseling

    komprehensif terdapat empat komponen

    layanan, yaitu : (1) layanan dasar bimbingan,

    (2) layanan responsif, (3) perencanaan

    individual, dan (4) dukungan sistem. (Dirjen

    Dikti, 2007, h.19). Layanan dasar dapat diartikan

    sebagai proses pemberian bantuan kepada

    seluruh konseli melalui kegiatan penyiapanpengalaman terstruktur secara klasikal atau

    kelompok yang disajikan secara sistematis.

    Layanan dasar ini bertujuan mengembangkan

    perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap

    dan tugas perkembangan yang diperlukan

    dalam pengembangan kemampuan memilih dan

    mengambil keputusan dalam menjalani

    kehidupannya. Layanan dasar ini berfokus pada

    perilaku yang dikembangkan menyangkut

    aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

    Salah satu implementasi layanan dasaradalah bimbingan kelompok yang merupakan

    layanan yang diberikan dalam suasana

    kelompok. Bimbingan kelompok diselengga-

    rakan untuk memberikan informasi yang bersifat

    personal, vokasional, dan sosial. Layanan ini

    bertujuan untuk membantu semua siswa agar

    dapat berkembang secara optimal, dalam aspek

    pribadi, sosial, belajar, dan karir. Selain itu,

    layanan bimbingan kelompok juga bertujuan

    membantu siswa dalam pencapaian tugas-

    tugas perkembangannya dan sebagai upaya

    antisipasi permasalahan yang mungkin akandihadapi siswa.

    Dalam bimbingan kelompok terdapat

    banyak metode penyampaian materi di kelas

    seperti resitasi, tanya jawab, diskusi,

    demonstrasi, kerja kelompok, jigsaw dan lain-

    lain. Masing-masing metode tersebut telah

    dikelompokkan sesuai dengan ranah kognitif,

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    22/127

    14  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    afektif dan psikomotor. (Prayitno, 1999: 309).

    Dalam prakteknya, beberapa metode itu dapat

    dikombinasikan sesuai dengan tujuan dan

    keadaan.

    Berdasarkan uraian di atas, kombinasi

    metode penilaian diri secara aktif dan metode

    diskusi dapat mengatasi masalah di SMAK 1PENABUR yang disebutkan sebelumnya.

    Melalui metode penilaian diri secara aktif

    memungkinkan siswa mengukur pengaturan

    diri dalam belajar (Silberman, 2009: 217). Selain

    itu, metode kombinasi ini juga memungkinkan

    siswa berbagi sikap tentang belajar kepada

    anggota kelompok. Untuk lebih meningkatkan

    keterlibatan dan keaktifan siswa, metode ini

    dikombinasikan dengan metode diskusi yang

    dapat mengembangkan kemampuan yang lebih

    baik dengan cara memberikan kesempatan

    menyatakan pemikiran siswa. Metode inimemungkinkan siswa meningkatkan pengatur-

    an diri siswa dalam belajar.

    Berangkat dari pemikiran yang telah

    diuraikan, peneliti tertarik mengadakan

    penelitian penggunaan kombinasi metode

    penilaian diri secara aktif dan metode diskusi

    dalam layanan bimbingan kelompok untuk

    meningkatkan pengaturan diri dalam belajar.

    Dengan demikian, masalah penelitian

    dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggu-

    naan kombinasi metode penilaian diri secara

    aktif dan metode diskusi dalam layanan

    bimbingan kelompok dapat meningkatkan

    pengaturan diri dalam belajar siswa?”

    Dengan merujuk pada pendapat Boekaerts

    (2000 : 14) dan Boekaerts, Heckhaussen (1998 :

    15) , pengaturan diri diartikan sebagai peran

    aktif individu dalam proses berpikir, motivasi

    dan berperilaku yang direncanakan dan

    dibiasakan berulang-ulang demi mencapai suatu

    tujuan yang diinginkan. Sedangkan dengan

    mengacu pada pendapat Garrison yang dikutip

    oleh Anwar Kasim (2005: 1), belajar dimaknaisebagai proses perubahan secara tingkah laku,

    kognisi dan afeksi akibat interaksi yang terjadi

    antara individu dengan lingkungannya.

    Mencermati pengertian pengendalian diri

    dan belajar serta merujuk pada pendapat

    Zimmerman (1989 : 329) dan Hoyle (2010 : 1),

    dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

    pengaturan diri dalam belajar adalah peran aktif

    siswa dalam proses berpikir, motivasi dan

    berperilaku yang direncanakan dan dibiasakan

    berulang-ulang agar siswa mampu mengem-

    bangkan potensi kognisi yang ditandai dengan

    kemampuan berfikir, afeksi, psikomotor dan

    pembentukan sikapnyaBerdasarkan kajian teori yang dilakukan,

    penelitian ini menggunakan hipotesis tindakan,

    dengan menggunakan kombinasi metode

    diskusi dan teknik penilaian diri secara aktif,

    maka akan meningkatkan pengaturan diri dalam

    belajar siswa. Dengan hipotesis yang demikian,

    penelitian ini bertujuan meningkatkan

    pengaturan diri dalam belajar pada siswa kelas

    XI IPA SMAK 1 PENABUR. Di samping itu hasil

    penelitian ini diharapkan dapat mendorong

    siswa untuk mengatur dirinya dalam belajar

    sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.Sedangkan guru bimbingan dan konseling

    dapat menggunakan hasil penelitian ini

    memperluas wawasan dan mengembangkan

    layanan dasar bimbingan dan konseling.

    Sebagai suatu penelitian, hasilnya diharapkan

    dapat bermanfaat sebagai rujukan dalam

    melakukan penelitian sejenis dan penelitian

    lebih lanjut.

    Metode Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di SMAK 1 PENABUR

     Jakarta pada jam pelajaran bimbingan dan

    konseling pada bulan Januari – Maret 2013.

    Partisipan dalam penelitian ini adalah 8

    (delapan) siswa kelas XI IPA SMAK 1 PENABUR

    yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.

    Metode yang digunakan dalam penelitian

    ini adalah penelitian tindakan bimbingan

    konseling, yaitu salah satu pemecahan masalah

    yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses

    pengembangan kemampuan dalam mendeteksi

    dan memecahkan masalah (Hidayat & Aip, 2012,

    h.156). Menurut Kemmis dan Mc Teggart (dalamHidayat dan Aip, 2012 h. 156), penelitiantindakan pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satuperangkat terdiri dari empat komponen, yaituperencanaan, tindakan, pengamatan, danrefleksi. Keempat komponen yang berupa uraiantersebut dipandang sebagai siklus. Oleh sebabitu, pengertian siklus pada kesempatan ini ialah

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    23/127

    15 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

     

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    suatu putaran kegiatan yang terdiri dariperencanaan, tindakan, pengamatan, danrefleksi (Hidayat & Aip, 2012).

    Tahapan penelitian ini mengacu pada

    prosedur pelaksanaan PTBK yaitu perencanaan,

    pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

    Perencanaan

    Langkah-langkah perencanaan yang dilakukan

    adalah (a) menentukan masalah penelitian, (b)

    menentukan tindakan, (c) merancang perencana-

    an tindakan, (d) merancang instrumen

    penelitian, (e) menentukan indikator penelitian,

    dan (f) menentukan teknik refleksi.

    Pelaksanaan

    Menentukan materi/pokok bahasan

    Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan topikbahasan tertentu pada setiap pertemuan sebagai

    Tabel 1: Perencanaan Topik Bahasan Siklus I

    Topik Bahasan/Tema

    Pengaturan Diri dalam Belajar(Pengertian Pengaturan Diri, Tujuan, Pengertian Belajar, dan Strategi Pengaturan Diri Dalam

    Belajar)

    Strategi Pengaturan Diri Dalam Belajar(Self-evaluating, Organizing and transforming, Goal-setting and planning, Seeking information,Keeping records and monitoring, Environmental structuring, Self-consequating, Rehearsing and

    memorizing, Seeking social assistance, Reviewing records)

    Tabel 2: Perencanaan Tindakan Teknik Penilaian DiriSecara Aktif dan Metode Diskusi

    No Langkah Kegiatan

    1 Integratif

    -

    -

    Guru menjelaskan pengertian, manfaat, tujuan, dan strategi pengaturandiri dalam belajarGuru memberikan pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman

    siswa

    2 Fiksasi

    -

    --

    Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompokGuru membimbing siswa selama diskusi berlangsungGuru memberikan umpan balik mengenai hal yang benar dalamdiskusi, juga mengontrol luas nya diskusi

    3 Otonom--

    Membuat kesimpulan atau laporan dari hasil diskusiMembuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi

    sarana untuk meningkatkan pengaturan diri

    siswa dalam belajar. Topic bahasan yang akan

    diberikan pada setiap pertemuan akan

    dijelaskan pada tabel 1.

    Merencanakan prosedur kegiatan

    Pada tabel 2 merupakan rencana tindakan yang

    akan dilaksanakan.

    Pengamatan

    Dalam pengamatan dikumpulkan data yang ber-

    kaitan dengan proses dan hasil sesuai tabel 3.

    Refleksi

    Refleksi dalam PTBK dilakukan setelah berbagai

    macam data terkumpul. Refleksi dilakukan untuk

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    24/127

    16  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    Tabel 3: Instrumen yang Digunakan dalam Pengamatan Penelitian

    Hipotesis Tindakan Indikator Keberhasilan DataPedomanObservasi

    Metode Penilaian dirisecara aktif dan metode

    diskusi dapatmeningkatkanpengaturan diri siswadalam belajar

    Proses

    Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar

    Pelaksanaankegiatan.

    PedomanObservasi

    Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapat

    meningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar

    Memperhatikan,intensitas

    mengemukakanpendapat,intensitasbertanya.

    Pedomanobservasi,

    catatananekdot

    Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar

    Penilaian siswaterhadappelaksanaandiskusi disertasitanggapan dan

    saran

    Angket

    Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar

    Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar

    Hasil BelajarLembar hasilbelajar

    mengetahui sejauh mana pencapaian tindakan

    dalam mengatasi masalah.

    Teknik pengumpulan data yang digunakan

    dalam penelitian ini adalah (a) observasi, (b)

    catatan anekdot, dan (c) angket kepuasan.

    Keabsahan data diperiksa menggunakan kriteria

    keabsahan data menurut Lincoln dan Guba

    (dalam Hidayat & Aip, 2012, h.169) antara lain

    sebagai berikut.1. Keterpercayaan (credibility)

    Derajat keterpercayaan merupakan kriteria

    untuk mengukur keabsahan data yang

    berfungsi melaksanakan kegiatan

    penemuan sedemikian rupa sehingga

    tingkat keabsahan data dapat dicapai danmenunjukan derajat keterpercayaan hasilpenemuan tindakan kelas ini.

    2. Keteralihan (transferability)Keteralihan menunjukan bahwa hasil datapenelitian berkaitan dengan konteks dantidak dapat digeneralisasikan padakelompok yang lebih luas.

    3. Kebergantungan (dependability)Kebergantungan memungkinkan adanyaperubahan dan instabilitas.

    4. Kepastian (confirmability)Kepastian merupakan kriteria keabsahandata dengan menetapkan objektivitas darisegi kesepakatan antarsubjek.

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    25/127

    17 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

     

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    Hasil Penelitian dan Pembahasan

    1. Siklus I

    Deskripsi Data

    a. Prosedur Pelaksanaan Tindakan

    Pertemuan Pertama

    Pertemuan pertama dilakukan pada hari

    Rabu, 16 Januari 2013. Pada pertemuan ini,

    guru pembimbing menjelaskan mengenai

    kegiatan yang akan dilakukan di ruang

    bimbingan kelompok. Guru pembimbing

    menjelaskan bahwa pertemuan ini siswa

    akan diberikan layanan mengenai

    pengaturan diri dalam belajar dengan

    menggunakan kombinasi metode penilaian

    diri secara aktif dan metode diskusi.

    Kemudian guru pembimbing mengemuka-

    kan mengenai metode penilaian diri secaraaktif. Metode ini dikombinasikan dengan

    diskusi dengan tujuan memecahkan suatu

    masalah dengan melibatkan siswa secara

    aktif sehingga dicapai suatu pema-haman

    bersama mengenai setrategi penga-turan

    diri. Setelah menjelaskan tujuan dari metode

    tersebut, guru pembimbing menga-rahkan

    siswa untuk memulai diskusi mengenai

    belajar dan pengaturan diri. Kemudian

    siswa membuat rangkuman hasil diskusi.

    Pertemuan Kedua

    Pertemuan kedua dilaksanakan pada hariRabu, 23 Januari 2013. Kelompok memba-

    has mengenai strategi-strategi dalam

    mengatur diri untuk belajar. Di kegiatan ini

    guru pembimbing, mengarahkan siswa

    untuk membuat penilaian diri secara aktif

    untuk strategi yg ia jalankan pada saat

    belajar di sekolah. Penilaian ini dilakukan

    pada saat pertemuan selanjutnya,

    Pertemuan Ketiga

    Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari

    Rabu, 6 Februari 2013. Pada pertemuan ini

    anggota kelompok melakukan penilaiandirinya sendiri diawal kegiatan, menilai

    apakah sudah menjalankan strategi yang

    didiskusikan sebelumnya sudah diterap-

    kan dalam belajar di sekolah. Setelah itu,

    anggota memulai mendiskusikan kembali

    mengenai strategi pengaturan diri dalam

    belajar, mengenai hambatan dan kesulitan

    penerapan strategi-strategi tersebut.

    b. Keaktifan Siswa

    Guru pembimbing menggunakan pedoman

    observasi untuk mengetahui tingkat

    keaktifan siswa selama bimbingan kelom-pokdengan mengelompokan 3 indikator

    untuk mengukur keaktifan siswa. Indikator

    tersebut terdiri dari mendengarkan,

    intensitas bertanya dan mengemukakan

    pendapat.

    Berdasarkan pengamatan, didapat hasil

    bahwa pada pertemuan pertama, semua

    anggota kelompok (8 siswa) memperhatikan

    arahan dari guru pembim-bing mengenai

    kegiatan yang dilakukan. Kemudian

    melakukan diskusi dalam kelompok,

    namun terdapat 4 siswa yang masih malu-malu mengeluarkan pendapat-nya, terdapat

    2 siswa yang aktif dalam mengeluarkan

    pendapat.

    Pada pertemuan kedua, terdapat penurunan

    pada indikator mendengarkan ada 2 siswa

    yang mengobrol saat diskusi berlangsung.

    Kemudian ada peningkatan pada indikator

    bertanya terdapat 4 (empat) siswa yang

    bertanya, begitu juga pada indikator

    mengemukakan pendapat ada 3 siswa yang

    sering mengeluarkan pendapat.

    Pada pertemuan ketiga, merupakan perte-

    muan terakhir semua anggota kelompok

    melakukan penilaian diri secara aktif pada

    strategi pengaturan diri dalam belajar. Pada

    pertemuan ini seluruh anggota kelompok

    kurang aktif dalam berdiskusi ini ditunjuk-

    an dari hanya 2 siswa yang mengajukan

    pertanyaan, dan 2 siswa yang sering

    mengeluarkan pendapat.

    Dengan demikian, dapat disimpulkan

    bahwa pada siklus I, siswa belum terlibat

    secara aktif dalam diskusi terutama padapertemuan ketiga. Hal tersebut dikarenakan

    pada siklus ini, kegiatan diskusi belum

    melibatkan siswa secara menyeluruh dan

    hanya didominasi oleh siswa-siswa

    tertentu.

    c. Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan

    Layanan

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    26/127

    18  Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014

    Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

    Tabel 4: Penilai Diri Siswa terhadap Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar

    No StrategiNilai

    RD EC TH TW BH AJ SS CB

    1 Evaluasi diri 7 7 7 7 8 7 7 7

    2 Mengorganisasi dan membentuk 7 7 7 7 7 7 7 7

    3 Menentukan tujuan dan merencanakan 7 7 8 7 8 7 7 7

    4 Mencari informasi 8 7 7 7 8 7 7 8

    5 Menyimpan dan memantau 6 7 7 7 7 7 7 7

    6 Mengatur lingkungan 7 7 6 7 6 6 7 7

    7 Konsekuensi diri 7 8 8 7 8 7 7 7

    8 Mendengar dan mengingat kembali 7 7 7 7 7 7 7 7

    9 Mencari bantuan sosial 8 7 7 7 7 7 7 7

    10 Meninjau kembali catatan 7 7 7 7 7 7 8 7

    Guru pembimbing membuat angket untuk

    mengetahui tanggapan siswa terhadap

    kegiatan layanan. Angket tersebut berisi

    pertanyaan seputar kegiatan yang

    dilakukan. Pertanyaan tersebut meliputi

    kebutuhan siswa terhadap materi yang

    diberikan, kepuasan siswa terhadap diskusidan materi serta memberi saran dan kritik

    terhadap pelaksanaan diskusi.

    Berdasarkan hasil angket tersebut didapat

    hasil, dalam hal kepuasan terhadap

    penyampaian materi dengan menggunakan

    diskusi, 5 siswa merasa puas dan 3 siswa

    merasa tidak puas. Data lain menyebutkan

    8 siswa menyatakan bahwa materi yang

    diberikan dibutuhkan oleh mereka. Kritik

    yang dituliskan oleh siswa terhadap

    pelaksanaan diskusi antara lain adalah

    tidak semua siswa mendengarkan meteriyang dibahas dalam diskusi. selain kritik

    siswa juga menyampaikan saran yaitu

    siswa menyampaikan pelaksanaan diskusi

    lebih menyenangkan dan guru pembimbing

    lebih jelas dalam menjelaskan cara

    berdiskusi sehingga siswa paham dalam

    mengenai pelaksanaan diskusi.

    d. Penilaian Diri Siswa dan Hasil Belajar yangdi dapat setelah Bimbingan KelompokPenilaian diri yang telah dilakukan siswapada pertemuan ketiga bertujuan untikmengetahui tingkat (dari skor yang diberi)pengaturan yang sudah dilakukan oleh

    siswa selama proses belajar di sekolah.Adapun hasil dari penilaian tersebut sesuaitabel 4.Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil

    tingkat pengaturan diri anggota bimbingankelompok dengan kategori baik, hanya adabeberapa siswa yang menilai dirinya di setiapindikator dengan skor 6 (cukup).

    Mengingat kembali tujuan dari pemberianlayanan bimbingan kelompok ini adalah untukmeningkatkan pengaturan diri dalam belajarsiswa agar terjadi peningkatan hasil belajar

    siswa. Karena,permasalahan yang dihadapioleh siswa adalah sulitnya mengatur diri dalambelajar.

    Refleksi

    Kelemahan yang dirasakan oleh gurupembimbing adalah :a. Pengelolaan kelompok yang kurang baik

    oleh guru pembimbing, yaitu guru kurang

  • 8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014

    27/127

    19 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014