8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
1/127
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
2/127
Diterbitkan oleh:
BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)
I S S N : 1412-2588
Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakaisebagai medium tukar pikiran, informasi, dan
penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.
Penanggung JawabIr. Budi Tarbudin, MBA.
Pemimpin RedaksiProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Sekretaris RedaksiRosmawati Situmorang
Dewan EditorProf. Dr. BP. Sitepu, M.A.
Prof. Dr. Theresia K. BrahimDr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.
Dr. Elika Dwi Murwani, M.M.Etiwati, S.Pd., M.M.
Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.
Alamat Redaksi : Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470
Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968
http://www.bpkpenabur.or.idE-mail : [email protected]
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
3/127
i Jurnal Pendidikan Penabur - No. 22 /Tahun ke-13/Juni 2014
Jurnal Pendidikan PenaburNomor 22/Tahun ke-13/Juni 2014
ISSN: 1412-2588
Daftar Isi i
Pengantar Redaksi ii - v
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan
Kelompok , Cahyo Purnomo, 1-11
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri Secara Aktif dan Diskusi dalam Bimbingan Kelompok
untuk Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar, Pratama Manihuruk, 12-22
Meningkatkan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Siswa melalui Metode Latihan, Sakila,
23-33
Efektivitas Implementasi Kebijakan Sistem Kepangkatan dan Kenaikan Pangkat Pegawai Guru,
Elika Dwi Murwani, 34-46
Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru melalui Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Komunikasi
Asertif Guru, Hendrik Gunawan, 47-58
Meningkatkan Kinerja dan Komitmen Organisasi Berdasarkan Kemampuan, Kepuasan Kerja,
Pembelajaran, dan Pengambilan Keputusan, Upi Isabella Rea, 59-71
Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter Siswa melalui Pendidikan
Agama Kristen , Maria Evvy Yanti, 72-83
Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah
Dasar, Hilda Karli, 84-96
Isu Mutakhir: Menimbang Ulang Proses Penilaian di Sekolah, Mudarwan, 97-106
Resensi buku: 10 Karakter yang Harus Dimiliki Guru yang Sangat Efektif, Lisa Kumalanty,
107-110
Profil BPK PENABUR Cimahi, Fredrika HR, 111-118
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
4/127
ii Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013
Pengantar Redaksi
etelah diberlakukannya Undang-undang N0. 22 Tahun
1999 tentang Otonomi Daerah, sistem pemerintahan
Indonesia berubah dari sentralisasi ke desentralisasiyang intinya terjadi pergeseran wewenang pengambilan
keputusan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, khususnya
ke Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota. Pergeseran
wewenang ini diharapkan dapat membuat pengambilan keputusan
kebijakan dan operasional lebih cepat, akurat, dan relevan dengan
kondisi serta kebutuhan daerah setempat sehingga lebih efektif dan
lebih efisien. Dalam jangka panjang, desentralisasi itu akan memacu
dan mempercepat pembangunan daerah sehingga kesejahteraan
masyarakat dapat terwujud sesuai dengan kemampuan masing-
masing daerah.
Desentralisiasi bermakna memperluas wilayah wewenang
organisasi di tingkat lebih rendah dengan tidak mengabaikan
prinsip atau nilai dasar yang dianut organisasi secara keseluruhan.
Keberhasilan desentralisasi tergantung pada konsistensi
penerapannya serta kemampuan penerima wewenang. Pemberi
wewenang harus percaya bahwa yang diberi wewenang akan
menggunakan wewenang secara benar dan keputusan yang diambil
adalah untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberi wewenang akan
berfokus memantau, mengevaluasi dan mengendalikan keputusan-
keputusan penerima wewenang. Apabila pengambil keputusan di
tingkat bawah tidak atau kurang mampu menggunakannya maka
keputusan yang diambil tidak efektif dan tidak efisien. Lebih jauh
lagi, dapat mengakibatkan penyalahgunaan wewenang yangberakibat buruk terhadap organisasi secara keseluruhan.
Keberhasilan desentralisasi tergantung kemampuan penerima
wewenang memahami serta menghayati visi, misi, dan tujuan
organisasi serta komitmen mewujudkannya, di samping
kemampuan manejerial dan kepemimpinan yang unggul.
Komitmen terhadap organisasi berhubungan dengan loyalitas
atau kesetiaan pada nilai-nilai organisasi yang terlihat pada
pertimbangan dan premis yang dipergunakan dalam mengambil
keputusan organisasi. Setiap keputusan diambil dan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan jangka pendek, menengah, atau panjang
organisasi. Semakin tinggi komitmen, semakin tinggi pula kesetiaan
pada organisasi sehingga membuat individu secara berangsurmengintegrasikan dan mengidentifikasikan dirinya sama dengan
organisasi. Apabila keadaan ini sudah tercapai, tanggung jawab
terhadap dan rasa memiliki organisasi menjadi tinggi serta
memotivasi bekerja keras, berbakti, dan berkorban untuk organisasi.
Komitmen dan loyalitas mengurangi fungsi pengawasan tetapi
meningkatkan fungsi koordinasi.
Kebijakan desentralisasi dengan memberikan otonomi ke
Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota juga berdampak pada
S
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
5/127
iii Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013
pengelolaan pendidikan di daerah dengan berperannya Bupati/
Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan mengambil keputusan/
kebijakan pendidikan. Pengambil keputusan di kedua tingkat itu
strategis dan mempengaruhi langsung kegiatan, mutu, serta
pemerataan pendidikan dasar dan menengah di daerah.
Sungguhpun standar nasional pendidikan ditetapkan secara
terpusat, pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenagakependidikan menjadi wewenang Pemerintah Daerah tingkat
Kabupaten/Kota. Apabila wewenang ini tidak dipergunakan secara
tepat, proses pendidikan di satuan pendidikan dapat terganggu
sehingga standar proses dan standar kelulusan tidak tercapai.
Berbarengan dengan kebijakan desenteralisasi, di pendidikan
dasar dan menengah diperkenalkan konsep manajemen berbasis
sekolah (MBS) yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada
kepala sekolah, guru, orangtua serta masyarakat melalui komite
sekolah, dan kadang-kadang mengikutsertakan peserta didik dalam
proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan
pendidikan di satuan pendidikan. Otonomi yang diberikan kepada
sekolah dalam MBS ialah membuat keputusan berkaitan dengankegiatan operasional sekolah, pendanaan, usul pengangkatan/
perpindahan/pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan,
pengembangan kurikulum dan program kegiatan sekolah,
pengaturan kalender pendidkan, pengadaan buku pelajaran serta
sumber belajar/pembelajaran lainnya. Dalam melaksanakan MBS
itu, pengambilan keputusan di tingkat sekolah memperhatikan
rambu-rambu yang berlaku secara nasional dan daerah, seperti
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Standar
Nasional Pendidikan yang menetapkan standar minimal isi, proses,
kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pendidik
dan tenaga kependidikan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional serta
Standar Nasional Pendidikan memberikan daerah dan sekolah
rambu-rambu dalam menggunakan otonomi pengelolaan pendidikan
termasuk dalam melaksanakan MBS. Dalam penerapan Kurikulum
2013 (K 13) , sebagai salah satu unsur Standar Isi, setiap sekolah
harus memenuhi tuntutan K 13 dalam proses pembelajaran termasuk
silabus dan buku teks pelajaran yang disusun secara terpusat.
Peluang bagi sekolah mengembangkan K 13 secara kreatif dengan
berinovasi dalam pembelajaran menjadi terbatas, sungguhpun guru
diberikan kebebasan dalam menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) setiap pertemuan pembelajaran. Sementara itu
Standar Penilaian dan Standar Kelulusan memberikan ruang untukujian nasional (UN) yang kemudian dijadikan orientasi tujuan dan
proses pembelajaran di banyak sekolah.
Dalam kenyataannya sekolah negeri sendiri memperoleh
otonomi pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dengan berbagai
rambu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas
Pendidikan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Hasil
pemantauan delapan tahun sesudah MBS diberlakukan memberikan
gambaran antara lain, kepala sekolah merasa memperoleh
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
6/127
iv Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013
wewenang mengelola sekolah dengan pola MBS, tetapi dibatasi
dengan berbagai rambu yang membuatnya tidak leluasa menerapkan
MBS itu sehingga beberapa wewenang itu tidak dapat diterapkan,
misalnya dalam pengadaan buku teks pelajaran dan perpustakaan
serta pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah
pendidikan, termasuk juga pengalokasian dan penggunaan dana
operasional sekolah. Di samping itu, hasil pemantauan jugamenunjukkan MBS tidak atau kurang berjalan di sejumlah sekolah
karena kepala sekolah tidak mampu melaksanakan dan
mengembangkannya. Sungguhpun demikian, banyak juga sekolah
yang berkembang dan berhasil meningkatkan mutunya karena
berhasil menerapkan MBS dengan dukungan orang tua, masyarakat,
Pemerintah Daerah, serta sponsor yang mendampingi sekolah
tersebut.
Sekolah swasta juga tidak luput dari berbagai rambu yang dapat
membatasi kreativitas dan usaha kepala sekolah dan guru
meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Sungguhpun tidak
sepenuhnya tergantung pada pemerintah, sekolah swasta diawasi
dan dibina oleh Pemerintah dengan menggunakan berbagai standarpendidikan. Di samping itu Yayasan yang menaungi sekolah swasta
memberikan rambu-rambu kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga
kependidikan untuk melaksanakan visi dan misi Yayasan. Tidak
jarang terjadi rambu-rambu yang datang dari berbagai pihak tidak
sinkron sehingga menyulitkan posisi sekolah.
Sebagai organisasi, lembaga pendidikan memiliki ciri khas yang
membedakannya dengan organisasi nonpendidikan. Lembaga
pendidikan berfungsi melayani setiap individu dengan memberikan
kesempatan dan kemudahan belajar dengan gaya belajar masing-
masing sehingga memperoleh kemampuan yang mereka perlukan
dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya.
Dilihat dari sistem, peserta didik merupakan masukan yang
diberikan pengalaman belajar dalam proses pendidikan sehingga
menjadi keluaran sebagai lulusan yang bermutu. Akan tetapi dalam
memberikan pengalaman belajar, peserta didik tidak boleh
diperlakukan sebagai mengolah bahan mentah dengan
menggunakan mesin di industri. Peserta didik memiliki jasmani, roh,
pikiran, naluri, emosi, dan perasaan serta harus diperlakukan secara
manusiawi sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Pendapat bahwa peserta
didik adalah seperti kertas putih polos yang dapat ditulisi atau
digambar sesuai dengan keinginan guru, sebagaimana diteorikan
oleh John Locke, sudah lama ditinggalkan. Walaupun diakui bahwa
lingkungan mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasilpendidikan, teori itu kemudian disempurnakan dengan
memperlakukan peserta didik sebagai subjek dan bukan objek
pendidikan.
Kemajuan pengetahuan tentang apa, siapa, dan bagaimana
manusia mempengaruhi proses pendidikan khususnya dalam
kegiatan belajar-membelajarkan. Karakteristik dan kepentingan
peserta didik didahulukan sehingga pendekatan pembelajaran yang
semula berpusat kepada guru berubah menjadi berpusat kepada
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
7/127
v Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013
peserta didik. Strategi pembelajaran pun berkembang dari mengajar
pesera didik (pendekatan satu arah) dengan memberikan
pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan penilaian berbasis
menghafal (pengetahuan), berubah menjadi membelajarkan peserta
didik atau membuat mereka aktif belajar dengan penilaian berbasis
kemampuan. Memahami bagaimana peserta didik belajar, para ahli
mengembangkan teori belajar seperti belajar berbasis masalah,belajar dengan menemukan, belajar berbasis proyek, belajar berbasis
masalah, belajar dengan berkolaborasi,dan belajar dengan bekerja
sama, yang semuanya membuat peserta didik menjadi pelaku aktif
belajar. Perkembangan strategi belajar itu berkaitan erat dengan
perkembangan teori behaviorisme, kognitivisme, dan
konstruktivisme yang menjelaskan bagaimana manusia itu belajar
dan berprilaku. Teori-teori belajar ini juga dijadikan pertimbangan
dalam mengembangkan K 13. Pembelajaran tematis berbasis
kegiatan, serta pendekatan ilmiah (scientific inquiry), serta penilaian
berbasis kemampuan yang seimbang sikap, pengetahuan dan
keterampilan menjadi contoh penciri K 13.
Uraian sebelumnya menunjukan mengelola dan memimpinsatuan pendidikan dengan berbagai rambu yang harus dipedomani
memerlukan keahlian tersendiri. Teori manjemen dan kepemimpinan
umum tidak dapat diterakan begitu saja dalam dunia pendidikan.
Kepala satuan pendidikan diharapkan berfungsi sebagai (a) tutor
yang membantu pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa
melaksnakan tugasnya secara professional, (b) pelayan yang
memberikan kemudahan serta memenuhi kebutuhan semua
pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, serta (c)
perancang yang merencanakan pengembangan pendidikan di
satuan pendidikan.
Jurnal Pendidikan PENABUR Edisi Juni 2014 ini memuat
berbagai tulisan berkaitan dengan pengelolaan sekolah termasuk
pengelolaan pembelajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang
inovatif dan menyenangkan. Pendidik dan tenaga kependidikan
merupakan ujung tombak dalam menjalankan fungsi sekolah
sebagai lembaga pendidikan. Komitmen dan kesetiaan mereka
terhadap tugasnya dipengaruhi oleh sistem pengembangan karier
mereka di sekolah, termasuk tata cara penilaian kinerja, kenaikan
pangkat serta jabatan yang berakibat langsung pada pendapatan
dan kesejahterannya. Tulisan dengan Efektivitas Implementasi
Kebijakan Sistem Kepangkatan Dan Kenaikan Pangkat Pegawai
(KKPP) Guru di BPK PENABUR melaporkan hasil penelitian sejauh
mana kebijakan sistem KKPP guru di BPK PENABUR telahdilaksanakan secara efektif. Di samping itu tulisan berjudul
Meningkatkan Kinerja Pekerjaan dan Komitmen Organisasi
Berdasarkan Kemampuan, Kepuasan Kerja, Pembelajaran, dan
Pengambilan Keputusan menunjukkan pengaruh kemampuan,
kepuasaan kerja, pembelajaran, dan pengambil keputusan dapat
meningkatkan kinerja dan komitmen organisasi yang mendukung
uraian pada awal Pengantar Redaksi ini. Manajemen yang baik
didukung oleh kepemimpinan yang kondusif dan dalam kegiatan itu
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
8/127
vi Jurnal Pendidikan Penabur - No.21/Tahun ke-12/Desember 2013
terjadi komunikasi untuk mempengaruhi yang dipimpin. Hubungan
kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru juga
menjadi salah satu ulasan dalam Edisi ini.
Keberhasilan manajemen dan kepemimpinan di lembaga
pendidikan terwujud secara nyata dalam proses pembelajaran di
dalam kelas, seperti upaya guru dalam menciptakan pembelajaran
yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan menyenangkan. Dalamkaitannya dengan proses pembelajaran, Edisi ini memuat laporan
penelitian tentang meningkatkan pemahaman studi lanjut melalui
metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok, penggunaan
kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan diskusi dalam
bimbingan kelompok untuk meningkatkan pengaturan diri dalam
belajar. Tentu banyak metode dan teknik pembelajaran lain yang
dapat dikembangkan oleh guru melalui penelitian tindakan kelas
untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.
Dalam pendidikan dan pembentukan karakter peserta didik,
pendidikan agama dan peran orang tua sangat penting sebagaimana
terlihat dalam K 13 yang berbeda dengan Kurikulum 2006,
sebagaimana juga dibahas dalam beberapa tulisan berikut termasukisu mutakhir yang mempersoalkan sekolah belajar atau menilai.
Pembentukan karakter peserta didik akan lebih efektif kalau
dilakukan dengan contoh atau teladan perilaku. Dalam konteks yang
demikianlah, Edisi ini memuat resesensi buku dengan tema
pengembangan karakter guru.
Untuk melengkapi edisi ini, dipaparkan pula Profil BPK
PENABUR Cimahi, yang secara terus menerus mengem-bangkan
pengelolaan pendidikannya agar dapat memberikan pelayanan yang
lebih baik dan lebih bermutu berlandaskan nilai-nilai Kristiani.
Jurnal Penabur Edisi Juni 2014 ini terbit menyongsong tahun ajaran
baru 2014/2015. Dewan Redaksi mengucapkan selamat bekerja dan
sampai bertemu lagi pada Edisi Desember 2014 yang akan datang.
Redaksi
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
9/127
1 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melaluiMetode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok
Cahyo PurnomoE-mail : [email protected]
SMPK BPK PENABUR Gading Serpong Jakarta
Penelitian
Abstrak
emilih studi lanjut setamat dari jenjang SMP bisa merupakan keadaan yang sulit bagi para
siswa yang masih dalam kategori remaja. Keadaan itu semakin dipersulit karena
pemahaman remaja belum terarah dan sangat tergantung oleh pihak luar, yaitu temanbahkan harapan orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang
mengalami kesulitan untuk membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman
yang tepat tentang kualitas diri dan informasi sekolah lanjutan. Penelitian Tindakan Bimbingan
dan Konseling ( PTBK ) yang dilakukan selama empat bulan dalam Tahun Pelajaran 2012 – 2013
ini, dimaksudkan untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman studi lanjutnya melalui
metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok. Setelah melalui dua kali siklus, hasilnya
siswa berani membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman diri dan
informasi yang tepat tentang pilihan studi lanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, guru disarankan
untuk menggunakan metode pembelajaran yang mengajak siswa lebih aktif dalam menggali
informasi tentang pilihan studi lanjut sehingga membuat siswa lebih aktif, mau berbagi informasi
dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat membuat keputusan berdasarkan pemahaman
yang dimilikinya.
Kata – kata kunci : Studi lanjut, metode debat aktif, bimbingan kelompok.
Enhancing the Understanding of Further Study Through
Active Debate in Group Consulting Service
Abstract
Choosing higher education after from junior high school can be the hardest situation for students who are
categorized as teenagers. This situation gets more complicated because their lack of understanding of higher
education. Peer group and parents’ expectations are the other things which intricate their decision. Study
shows that many students still have the difficulties to make decesion for their higher education based on
accurate self quality understanding and information. Guidance and Councelling Action Research (PTBK)
been done for 4 months in 2013 – 2014 term, was made to help students develop their understanding of their further study by conducting active debate in group counseling. After 2 cycles of sessions, it shows that the
students are able to make decision about their further study based on their self understanding and information.
According to the study, teachers are suggested to use a teaching method which makes students to be more
active in gaining information about their furtheir education and are willing to share information. At the end,
the students are able to make their own decision according to their own understanding.
Key words : Further study, active debate method, group consulting service
M
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
10/127
2 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
Pendahuluan
Lembaga pendidikan khususnya sekolah
merupakan wadah pembentukan pribadi
peserta didik ke arah yang lebih baik.
Pembentukan pribadi tersebut mencakupperkembangan dalam aspek fisik, mental dan
intelektual. Perkembangan tersebut dalam
rangka mempersiapkan sumber daya manusia
yang siap menghadapi kompetisi di dunia kerja.
Dalam hal ini sekolah sebagai sarana
membentuk lulusan yang berkualitas dan
memiliki kompetensi yang memadai untuk
kariernya pada masa yang akan datang.
Di Indonesia upaya-upaya dalam
mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang
berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif
dapat kita lihat dalam Undang-Undang no. 20tahun 2003 Pasal 3, BAB II, h.6 yaitu :
“Pendidikan Nasional berfungsi mengem-
bangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa bertujuan untuk
berkembangnya peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak,
sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan
menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab”.Djumhur dan Surya (1975: 9) mengulas
tentang sekolah sebagai suatu lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan formal
mempunyai peran yang penting dalam usaha
mendewasakan anak dan menjadikannya
sebagai anggota masyarakat yang berguna,
sekolah turut pula bertanggung jawab atas
anggota masyarakat yang dihasilkannya.
Berdasarkan asesmen guru BK mengenai
pertanyaan setamat SMP para peserta didik mau
kemana untuk melanjutkan studi lanjutnya, 60%
hingga 80% peserta didik belum mengetahui mau
kemana melanjutkan studi mereka. Hal yang
sudah dilakukan oleh guru BK adalah
memberikan layanan informasi berkaitan
dengan informasi SMA dan SMK yang dapat
dipilih siswa. Permasalahan yang terjadi di
kalangan para peserta didik kelas IX SMPK
PENABUR Gading Serpong adalah kesulitan
dalam memilih studi lanjut. Hal tersebut
ditunjukkan dengan perilaku bingung
menentukan mau masuk SMA atau SMK yang
akan dipilih. Masih ada perbedaan keinginan
antara orang tua dan siswa mengenai sekolah
yang akan dipilih, dan belum dapat
memutuskan mengenai bidang karir yang akanditekuni dimasa depan.
Untuk mengatasi kesulitan tersebut diper-
lukan layanan dari seorang guru bimbingan dan
konseling dalam usaha memberikan arahan dan
petujuk kepada siswa dalam menentukan karir
pada masa mendatang. Tanpa bimbingan dan
arahan guru bimbingan konseling, siswa tidak
akan mendapatkan gambaran tentang masa
depannya yang disesuaikan dengan bakat,
minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh
karena itu sangat penting guru pembimbing
membantu peserta didik dalam menentukanpilihan studi lanjut.
Bimbingan dan konseling memiliki peranan
penting dalam membantu permasalahan siswa
terutama dalam hal memilih program studi
lanjutan. Untuk membantu siswa dalam hal
tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan
konseling yang lebih terarah, yaitu dengan
menerapkan layanan bimbingan kelompok
dengan metode debat aktif.
Berdasarkan permasalahan yang berkem-bang di atas, maka penelitian tindakanbimbingan dan konseling ini memfokuskan
pada upaya penerapan layanan bimbingankelompok dengan metode Debat Aktif, dengan
judul : Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut
Melalui Metode Debat Aktif Dalam Layanan
Bimbingan Kelompok. Pemahaman yangdimiliki oleh peserta didik tentang pemilihan
studi lanjutnya sangat dipengaruhi olehinformasi yang ada pada diri peserta didik itusendiri berkaitan dengan informasi sekolah
lanjutnya. Selain itu, juga faktor harapanorangtua juga menjadi penentu bagi seorangpeserta didik dalam mengambil keputusan,
karena kerap kali harapan orangtua disertaidengan “pemaksaan” dengan alasanorangtualah yang membiayai pendidikan.
Peneliti pada penelitian tindakan kelas saat inihanya memfokuskan pada pemahaman pesertadidik berkaitan dengan informasi yang dimili-
kinya. Untuk itu peneliti merumuskan rumusan
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
11/127
3 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimana meningkatkan pemahaman
peserta didik dalam pemilihan studi lanjut
melalui layanan bimbingan kelompok dengan
metode debat aktif?”
Bertolak dari rumusan masalah yang telah
disebutkan di atas, penelitian tindakan bimbing-an konseling dilakukan dengan tujuan berikut.
1. Mencari metode bimbingan yang tepat
untuk meningkatkan pemahaman siswa
dalam pemilihan studi lanjut sehingga
dapat membuat keputusan dengan berda-
sarkan informasi yang benar dan
mempertimbangkan kemampuan diri.
2. Mengujicobakan metode debat aktif dalam
bimbingan kelompok untuk meningkatkan
pemahaman siswa terhadap pemilihan
studi lanjut.
3. Melatih siswa untuk menggali berbagaiinformasi tentang sekolah lanjutan sehing-
ga dengan informasi itu siswa dapat
memutuskan pilihan studi lanjutnya
dengan tepat sesuai kemampuan diri.
Secara umum peneliti berharap bahwa
melalui penelitian ini banyak manfaat yang bisa
disimpulkan dan dipelajari baik bagi peneliti
sendiri selaku guru pembimbing maupun bagi
pihak lain yang peduli dan berkepentingan bagi
tumbuh dan kembangnya siswa dalam hal
pemilihan studi lanjut. Secara spesifik peneliti
merumuskan maanfaat penelitian ini sebagai
berikut.
1. Bagi siswa, memiliki pemahaman menyele-
saikan masalah dalam memilih studi lanjut
setamat SMP.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling, dapat
dijadikan bahan masukan dalam melaksa-
nakan layanan bimbingan kelompok untuk
membantu peserta didik dalam memilih
studi lanjut setamat SMP.
3. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan
masukan dalam merencanakan programsekolah khususnya dalam pendampingan
dan informasi studi lanjut setamat SMP.
4. Bagi orangtua murid, dapat dijadikan
masukan untuk melihat kondisi keinginan
anak dengan disesuaikan kemampuannya
dalam pemilihan studi lanjut setamat SMP.
Kajian Pustaka
Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok
Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance
yang di dalamnya terkandung beberapa makna.
Sertzer & Stone dalam Winkel (1981 : 66 )
mengemukakan bahwa guidance is the process of
helping individuals to understand themselves and
their word. Winkel (1981 : 65) mengemukakan
bahwa guidance mempunyai hubungan dengan
guiding : “showing a way” (menunjukkan jalan),
leading (memimpin), conducting (menuntun),
giving instructions (memberikan petunjuk),
regulating (mengatur), governing (mengarahkan)
dan giving advice (memberikan nasehat). Bimo (
2010 : 6 ) mengemukakan bimbingan merupakan
suatu pertolongan yang menuntun. Menurut
Prayitno dan Erman ( 2004 : 95 ), bimbinganadalah bantuan yang diberikan kepada individu
dalam membuat pilihan dan penyesuaian yang
bijaksana. Penggunaan istilah bimbingan seperti
dikemukakan di atas tampaknya proses
bimbingan lebih menekankan kepada peranan
pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak
sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa
ini, ketika klienlah yang justru dianggap lebih
memiliki peranan penting dan aktif dalam proses
pengambilan keputusan serta bertanggung-
jawab sepenuhnya terhadap keputusan yang
diambilnya.Kelompok dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia ( 2008 : 658 ) adalah kumpulan manusia
yang merupakan kesatuan beridentitas denganadat istiadat dan sistem norma yang mengatur
pola interaksi antarmanusia itu. Kelompok yang
dimaksud adalah sekumpulan siswa yang
berada dalam satu situasi dan memilikikemiripan dalam masalah yang dihadapi.
Kelompok ini merupakan subyek layanan
bimbingan dan konseling yang membutuhkan
pendampingan dan pengentasan dalam
masalah yang dihadapinya, yaitu penentuanpemilihan studi lanjut setamat SMP.
Gazda dalam Prayitno dan Erman ( 2004 :
308 ) berpendapat bahwa bimbingan kelompokdi sekolah merupakan kegiatan informasi
kepada sekelompok siswa untuk membantu
mereka menyusun rencana dan keputusan yang
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
12/127
4 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
tepat. Winkel menuliskan bahwa bimbingan
kelompok merupakan layanan bimbingan yang
diberikan kepada lebih dari satu orang pada
waktu yang bersamaan. Selanjutnya, Winkel juga
berpendapat bahwa dalam bimbingan kelompok
para siswa akan menemukan pengalaman yang
khas dalam proses yang dialaminya dalamaktifitas layanan. Dalam layanan bimbingan
kelompok, masing – masing siswa dapat
memberikan tambahan informasi dan juga
bahkan membantu siswa yang lain dalam
pengetasan masalah. Melalui kegiatan sharing
semua anggota dalam kelompok dapat
memberikan masukan dan pendapatnya. Hal itu
akan memperkaya siswa dalam pemahaman dan
pengertiannya terhadap topik yang sedang
dibahas.
Metode Debat AktifMetode yang diberikan kepada siswa dalam
rangka penyampaian materi bimbingan
kelompok perlu dipersiapkan dengan baik agar
menimbulkan ketertarikan dan mendorong
aktifnya para peserta didik. Membuat
pembelajaran yang menarik dan sekaligus
mengaktifkan siswa banyak caranya, antara lain
dengan model debat aktif. Model pembelajaran
debat aktif merupakan modifikasi dari model-
model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan
kampus. Namun saat ini mulai dikembangkan
untuk para peserta didik di sekolah baik siswa
SMA maupun SMP. Pelaku debat perlu banyak
menguasai konsep atau argumentasi yang kuat
agar mampu mempertahankan pendapatnya.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
debat ( 2008 : 301 ) berarti pembahasan dan
pertukaran pendapat mengenai suatu hal
dengan saling memberi alasan untuk
mempertahankan pendapat masing – masing.
Aktif dalam Kamus yang sama ( 2008 : 31 ) berati
giat berusaha. Kegiatan debat menuntut siswa
terlebih dahulu mencari informasi sebanyakmungkin, sehingga dalam proses debat siswa
dapat mempertahankan pendapatnya serta
mampu memberikan alasan yang bersifat
realistik dan mengandung kebenaran. Tiap – tiap
siswa dalam proses debat dapat memberikan
argumentasi masing – masing sesuai
pengetahuan dan pemahamannya. Maidar dan
Mukti ( 1988 : 40 ) mengatakan peserta debat
dapat bertukar pikiran secara konstruktif dan
kolektif untuk menganalisis data yang
fundamental.
Model pembelajaran debat aktif tersebut
dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:a. Membuat sebuah pernyataan yang
kontroversi terhadap materi yang telah kita
berikan sebelumnya. Misalnya dalam hal ini
keuntungan masuk SMA atau masuk SMK.
b. Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di
dalam kelas.
c. Satu kelompok adalah sebagai kelompok
PRO atau pendukung pernyataan tersebut,
sementara satu kelompok yang lain adalah
sebagai kelompok KONTRA atau kelompok
yang menolak pernyataan tersebut.
d. Silakan tanyakan kepada kelompok PRO,mengapa mereka mendukung pernyataan
tersebut. Alasan-alasan apa yang
menguatkan pernyataan tersebut ?
e. Sementara untuk kelompok KONTRA harus
mempertahankan pendapatnya tersebut
juga disertai dengan argumentasi yang
masuk akal.
f. Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi
debat kusir.
Manfaat Peningkatan Pemahaman Studi
Lanjut melalui Metode Debat Aktif
Metode debat aktif dalam meningkatkan
pemahaman peserta didik terhadap pemilihan
studi lanjutnya merupakan pengintegrasian
berbagai kemampuan dan kemahiran intelektual
peserta didik itu sendiri. Manfaat metode debat
aktif dalam peningkatan pemahaman studi
lanjut antara lain sebagai berikut.
a. Peserta didik dapat mengenal (mendeskrip-
sikan) karakteristik diri (minat, nilai,
kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian), yang
darinya peserta didik dapat mengiden-tifikasi bidang studi yang sesuai dengan
dirinya.
b. Peserta didik memperoleh pemahaman
tentang berbagai hal terkait dengan dunia
(studi) yang akan dimasukinya, seperti
tingkat keluasan karier yang ditawarkan,
deskripsi tugas dalam berbagai bidang
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
13/127
5 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
pekerjaan, pengaruh perkembangan
teknologi terhadap bidang kerja tertentu,
kontribusi yang dapat diberikan dalam
bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat,
dan tuntutan kemampuan kerja dalam
bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa
depan.c. Peserta didik mampu mengidentifikasi
berbagai bidang pendidikan yang tersedia
dan relevan dengan berbagai bidang
pekerjaan.
d. Peserta didik mampu mengambil keputusan
karier bagi dirinya sendiri, merencanakan
langkah-langkah konkrit untuk
mewujudkan perencanaan kelanjutan
studinya yang realistik bagi dirinya.
e. Peserta didik mampu menyesuaikan diri
dalam mengimplementasikan pilihannya
dan mampu merencanakan pilihannyasesuai dengan karier yang diharapkannya.
Bimbingan dan Konseling di SMP
diarahkan untuk membantu peserta didik dalam
perencanaan dan pengarahan kegiatan serta
dalam pengambilan keputusan yang membentuk
pola karier tertentu dan pola hidup yang akan
memberikan kepuasan bagi dirinya dan
lingkungannya.
Bimbingan dan Konseling dapat
dimanfaatkan oleh setiap peserta didik yang
secara khusus mengalami hambatan dalam
menentukan pilihan program studi lanjutannya.
Melalui konseling karier, siswa akan lebih
mantap dalam melaksanakan proses
pembelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya.
Pemilihan Studi Lanjut setamat SMP
a. Pengertian merencanakan studi lanjut
Wajib belajar sembilan tahun di Indonesia
disosialisasikan tahun 1995dan hanya
sampai pada tingkatan menengah pertama
atau setelah tamat dan lulus dari sekolah
dasar. Akan tetapi bukan tidak mungkin,beberapa siswa yang akan melanjutkan
sekolah pada jenjang yang lebih tinggi
sehingga mampu menunjang inteligensi
dan kompetensi yang dimilikinya. Pada era
globalisasi seperti ini tidak menutup
kemungkinan bahwa setiap pekerjaan
membutuhkan tenaga yang profesional di
bidangnya. Untuk mewujudkan semua itu
maka individu harus memiliki kompetensi
yang cukup. Berbicara tentang pekerjaan
tampaknya sulit untuk dipisahkan dari
yang namanya persekolahan, sebab sekolah
sebagai wadah untuk mempersiapkan diri
masuk pada kehidupan di masyarakat.
Oleh karena itu, sekolah harus bisamempersiapkan peserta didiknya sesuai
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.
Bimo (2010 : 204 ) berpendapat bahwa
bimbingan karier pada jenjang SMP juga
dibutuhkan oleh siswa, baik untuk
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi
maupun untuk mencari pekerjaan yang
karena alasan tertentu tidak dapat
melanjutkan sekolahnya. Jangka panjang
bimbingan karier di jenjang SMP diperlu-
kan agar para siswa bisa berpikir runtut
untuk jenjang pendidikannya, artinyaprogram pilihan sekolah sejalan dari
jenjang SMP sampai ke perguruan tinggi.
Pada akhirnya pilihan studi berkaitan
dengan pilihan pekerjaan yang nantinya
akan digelutinya.
b. Langkah-langkah dalam Merencanakan
dan Memilih Studi Lanjutan
Untuk memilih suatu sekolah tak lepas dari
prospek masa depan individu yang dapat
mendukung cita-citanya. Pada umumnya
dapat dikatakan bahwa ada perbedaan
sekolah lanjutan antara sekolah umum dan
sekolah kejuruan. Sekolah umum memper-
siapkan siswanya untuk melanjutkan ke
perguruan tinggi. Sedangkan sekolah
kejuruan mempersiapkan siswanya untuk
masuk dunia kerja atau siap kerja.
Untuk dapat merencanakan studi lanjutan
setelah SMP, Winkel ( 1981 : 623 )
menyebutkan perlu adanya pertimbangan
serta langkah-langkah yang berkaitan
dengan keadaan dirinya dan masa
depannya, antara lain :(a) menyesuaikandengan bakat dan minat siswa, (b)
kemampuan fisik, akademis dan sosil
ekonomi, (c) keadaan sekolah lanjutan,
(d)kesempatan dan peluang yang tersedia,
dan (e) prospek karier pada masa depan
Ketika individu di lingkungan selalu
memandang bahwa pendidikan itu penting dan
anak harus sekolah di sekolah yang bermutu,
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
14/127
6 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
individu akan memilih sekolah yang menurut
mereka sangat bermutu dan berkua-litas.
Sedangkan mereka yang memandang bahwa
sekolah hanya sebagai modal untuk bekerja,
mereka akan memilih sekolah yang biasa saja,
yang penting bisa sekolah. Hal tersebut juga
dipengaruhi oleh impian peserta didik dalammenentukan pilihan karier mereka. Setelah lulus
dari jenjang SMP, peserta didik dapat memilih
apakah akan melanjutkan ke SMA/MA/SMK
atau cukup mengikuti kursus yang ada sesuai
dengan pilihan kariernya masing – masing.
Metode Peneltian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian tindakan Bimbingan
dan Konseling (action research) dengan
menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart.
Rochiati ( 2005 : 66 – 67 ) mengemukakan salahsatu model penelitian tindakan adalah model
spiral, terdiri atas empat tahapan, yaitu
perencanaan ( plan ), tindakan (act ), pengamatan
( observe ) dan refleksi (reflect ). Hal
ini dimaksudkan untuk
mendapatkan hasil penggunaan
layanan bimbing-an kelompok
dengan metode debat aktif untuk
meningkatkan pemaha-man peserta
didik dalam memilih program studi
lanjut setamat SMP. Metode
penelitian tindakan bim-bingan dan
konseling diartikan sebagai suatu
kajian reflektif yang dilakukan
konselor/ guru pembimbing dalam
meningkatkan kemam-puannya
berpikir secara rasional dan
bertindak untuk memperbaiki
kualitas bimbingannya terhadap siswa.
Subjek penelitian adalah siswa kelas IX
SMPK BPK PENABUR Gading Serpong tahun
pelajaran 2012/ 2013 dan setelah proses
pengamatan dipilihlah satu kelas sebagai subyekpenelitian, yaitu 9 D . Alasan pemilihan subyek
penelitian adalah karena setelah guru bimbingan
dan konseling mengadakan bimbingan kelas
beberapa kali satu kelas ini belum juga bisa
merumuskan pilihan studi lanjutnya secara
maksimal. Melihat kondisi siswa yang
menunjukkan kemampuan yang rendah dalam
perencanaan kariernya tersebut, guru pembim-
bing terpanggil untuk melakukan pendam-
pingan secara khusus melalui layanan
bimbingan kelompok dengan metode debat aktif.
Penelitian Tindakan Bimbingan dan
Konseling ini dilaksanakan selama empat bulan
pada tahun pelajaran 2012/ 2013, dari akhir
bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober2012. Waktu yang diperlukan untuk bimbingan
dan konseling di dalam kelas adalah 5 jam
pelajaran, dan 1 jam pelajaran berlangsung
selama 45 menit.
Jadwal penelitian untuk merencanakan
tahapan penelitian.
a. Tahap perencanaan
Tahap perencanaan dimulai dari proses
asesmen sampai dengan penyusunan
materi layanan tindakan. Tahap perenca-
naan ditampilkan di tabel 1.
b. Tahap tindakanTahap tindakan dimulai dari kegiatan
bimbingan kelompok di kelas, yaitu aktifitas
pembelajaran melalui metode debat aktif.
Setiap kelas dari subyek penelitian di bagi
kedalam dua kelompok besar, yaitu
kelompok kontra dan kelompok yang pro
terhadap alternatif pilihan kelanjutan studi.
Tiap kelompok akan memberikanargumentasi berdasarkan pengetahuan
terhadap suatu pilihan kelanjutan studi.
c. Tahap pengamatan
Pihak yang melakukan pengamatan adalah
guru bimbingan dan konseling sendiri
sebagai peneliti dan dibantu oleh satu rekan
guru pelajaran yang lain. Pengamatan ini
berdasarkan lembar observasi untuk meli-
Tabel 1: Kegiatan Perencanaan
No. Kegiatan Waktu
1. Asesmen masalah Awal Juli 2012
2. Analisis hasil asesmen Minggu ke 2 Juli 2012
3.Penyusunan materilayanan tindakan
Minggu ke 3 Juli 2012
4.Menentukan jadwalpelaksanaan
Minggu ke 4 Juli 2012
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
15/127
7 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
hat keaktifan setiap siswa dalam proses
debat. Tahap pengamatan juga dilanjutkan
dengan kegiatan survei untuk mengetahui
apakah siswa sudah bisa memutuskan
pilihan studi lanjut dari berbagai alternatif
pilihan yang ada. Hal tersebut dilakukan
setelah proses debat dianggap sudahmenggali banyak informasi tentang alterna-
tif pilihan sekolah lanjutan diungkapkan
oleh siswa.
d. Tahap refleksi
Tahapan ini ingin melihat efektifitas dari
proses secara keseluruhan bimbingan
kelompok dengan metode debat aktif dalam
meningkatkan pemahaman siswa terhadap
pemilihan studi lanjut. Proses ini melihat
secara teknis maupun praktis kegiatan debat
yang dilakukan. Secara teknis maksudnya
langkah – langkah kegiatan debat dan seca-ra praktis artinya siswa dapat memutuskan
alternatif pilihan studi lanjut. Peneliti
mengkaji, melihat dan mempertimbangkan
hasil metode debat dalam meningkatkan
pemahaman siswa serta menyusun rencana
tindakan selanjutnya jika masih diperlukan.
Tahapan di atas merupakan satu siklus
dalam PTK bimbingan dan konseling.
Dalam penelitian kali ini peneliti melaku-
kan dua kali siklus untuk memaksimalkan
hasil dan pencapaian tujuan penelitian.
Untuk medapatkan data yang diperlukan
peneliti dalam penelitian ini digunakan
instrument pengumpulan data sebagai berikut.
1. Angket, untuk siswa kelas IX SMPK BPK
PENABUR Gading Serpong tahun pelajaran
2012/ 2013.
2. Lembar observasi yang disusun untuk
memperoleh gambaran langsung tentang
proses kegiatan. Observasi tindakan
dilakukan oleh rekan guru lain yang
bertindak sebagai observer.
Analisis data yang digunakan penelitianini adalah teknik kuantitatif yang berupa
perhitungan sederhana dan teknik kualitatif
yang berupa uraian.
Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini menjawab masalah
penelitian ini, yaitu: “Bagaimana meningkatkan
pemaha-man peserta didik dalam pemilihan
studi lanjut melalui layanan bimbingan
kelompok dengan metode debat aktif ?”. Hasil
penelitian disusun berdasarkan hasil pengamat-
an, catatan kejadian selama kegiatan bimbingan
kelompok dengan metode debat aktif berlang-
sung dan beberapa komentar tanggapan rekanguru yang ikut dalam proses observasi di kelas.
Kerangka bimbingan kelompok dengan metode
debat aktif untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap pilihan studi lanjut.
1. Pembukaan
Guru Bimbingan dan Konseling memimpin
jalannya bimbingan kelompok dengan
metode debat. Guru BK menjelaskan tujuan
kegiatan yang akan dilakukan dan
memberikan norma yang berlaku selama
kegiatan debat berlangsung. Kelas dibagi
dua, yaitu separoh kelas sebagai kelompokpro dan yang lain kelompok kontra.
Kemudia guru BK membuka debat dengan
membacakan topik debat yaitu setuju masuk
SMA atau masuk SMK. Setiap kelompok
diminta menunjuk satu teman sebagai juru
bicara untuk membacakan argumentasi
awal mereka.
2. Penyampaian Gagasan
Moderator memberikan kesempatan kepada
perwakilan tiap kelompok untuk menyam-
paikan gagasan atau pendapat yang telah
dipersiapkan sebelumnya. Waktu yang
disediakan untuk pemaparan pendapat
adalah lima sampai tujuh menit. Setelah
pemaparan pendapat selesai dilanjutkan
dengan tanggapan dari pendapat kelompok
lawan. Proses tersebut diatur oleh
moderator sehingga bisa berjalan dengan
tertib dan teratur. Tiap kelompok bisa
memberikan argumentasi dan penolakan-
nya terhadap pendapat dari kelompok
lawan dengan memberikan informasi –
informasi yang akurat untuk mempertahan-kakan pendapatnya dan mempengaruhi
pendapat kelompok lawan.
3. Partisipasi siswa
Moderator membagi proses debat ke dalam
tiga bagian. Hal tersebut dilakukan dengan
tujuan memberikan kesempatan kepada
semua siswa untuk memberikan pendapat
dan informasi yang dimilikinya, sehingga
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
16/127
8 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
suasana bisa berjalan dengan aktif dan
menyenangkan. Tiap siswa dihargai penda-
pat dan informasi yang diberikannya
karena tiap informasi yang diberikan akan
berdampak terhadap peningkatan pemaha-
man seluruh siswa dalam pemilihan studi
lanjut.4. Penutupan Debat
Moderator merangkum hasil debat dengan
membacakan hal yang disepakati bersama
yaitu keuntungan dan kerugian masuk
SMA dan kerugiannya serta keuntungan
masuk SMK. Moderator juga memberikan
catatan berkaitan dengan informasi yang
belum jelas atau masih samar untuk bisa
ditindaklanjuti diperte-muan berikutnya.
Hasil kegiatan debat aktif dalam layanan
bimbingan kelompok untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang studi lanjutSiklus pertama, dilaksanakan pada hari senin,
03 September 2012
1. Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK
2. Guru sebagai moderator membagi kelas ke
dalam dua kelompok pro dan kelompok
kontra yaitu kelompok yang setuju masuk
SMA dan kelompok yang tidak setuju
masuk SMA demikian juga dengan yang pro
masuk SMK dan yang kontra masuk SMK.
Guru menentukan satu siswa sebagai juru
bicara awal untuk membacakan pernyataan
kelompok mereka, untuk merangsang
konfrontasi dari kelompok lawan. Posisi
duduk diatur sedemikian rupa sehingga
setiap kelompok bisa saling berhadapan
dengan tujuan semua siswa dapat fokus dan
memperhatikan jalannya debat dan juga
memperhatikan informasi yang diberikan
oleh teman yang lain.
3. Pelaksanaan kegiatan debat :
a. Moderator memberikan kesempatan
kepada juru bicara untuk membacakan
argumentasi kelompok mereka dalamwaktu lima sampai tujuh menit.
b. Setelah setiap kelompok menyam-
paikan pendapat dan argumentasinya,
moderator mengatur jalannya debat
antar kelompok yang pro dan kontra
sehingga baik kelompok pro dan
kelompok kontra masing – masing
memiliki kesempatan untuk memberi-
kan argumentasi dan pendapatnya
dengan leluasa dan bersemangat.
c. Sekalipun jawaban atau argumentasi
dari peserta debat terkadang kurang
tepat, guru berusaha tidak menyela
karena bisa mematikan proses debat.
Untuk itu guru membuat catatan yangdibacakan pada akhir proses debat
sebagai rangkuman jalannya debat.
d. Pada tahap akhir debat, moderator
merangkum hasil debat dengan
membacakan keuntungan dan kerugian
masuk SMA serta keuntungan dan
kerugian masuk SMK. Masuk SMA
keuntungannya adalah temannya
banyak, melatih siswa dalam pengem-
bangan nalar, jenjang pendidikan bisa
dilanjutkan ke PT, dan kerugiannya
adalah siswa tidak terampil jika akanlangsung bekerja; keuntungannya
masuk SMK adalah siswa sudah
terampil jika langsung bekerja, siswa
dapat melanjutkan ke PT, lebih fokus
karena langsung kepeminatan, dan
kerugiannya adalah jika salah jurusan
siswa akan rugi waktu dan biaya serta
menjadi tidak termotivasi belajarnya.
4. Observasi
a. Juru bicara nampak bersemangat ketika
membacakan pendapat dan argumen-
tasi awal kelompoknya masing –
masing, sehingga bisa menghidupkan
suasana pada awal proses debat.
b. Siswa peserta debat beberapa nampak
masih binggung dan tidak memberikan
pendapat ketika moderator memberi-
kan kesempatan untuk berbicara.
c. Informasi yang disampaikan oleh
peserta kurang didukung dengan data
dan fakta yang menguatkan pendapat
mereka. Pendapat mereka hanya
sebatas asumsi dan perkiraan saja.5. Refleksi
a. Dari 34 siswa di satu kelas subyek
penelitian ini nampak 10 anak yang
aktif dalam memberikan tanggapan
dan argumentasi beserta informasi
yang mendukung.
b. Dari hasil agket, hanya 12 siswa yang
sudah bisa memutuskan pilihan studi
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
17/127
9 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
lanjut setamat SMP, baik ke SMA
maupun ke SMK.
c. Catatan : untuk pelaksanaan putaran
berikutnya perlu dicari upaya agar
siswa bisa lebih aktif lagi dalam
memberikan argumentasi dan penda-
patnya. Oleh sebab itu pada akhir debatguru bimbingan dan konseling
memberikan informasi bahwa kegiatan
debat akan dilanjutkan di pertemuan
berikutnya. Untuk itu, siswa diberi
tugas untuk mencari informasi
sebanyak mungkin berkaitan dengan
SMA dan SMK.
Siklus kedua, dilaksanakan pada hari
senin, 10 September 2012
1. Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK
2. Guru sebagai moderator membacakan
kembali hasil debat mingu lalu untukmengingatkan semua siswa apa saja yang
sudah diungkapkan dalam proses debat
saat itu. Moderator juga mengingatkan
kembali norma dalam proses debat sehingga
proses bisa berjalan dengan tertib dan
lancar.
3. Pelaksanaan kegiatan debat yang kedua :
a. Moderator memberikan kesempatan
kepada juru bicara yang lain untuk
membacakan argumentasi kelompok
mereka dalam waktu lima sampai tujuh
menit. Pembacaan argumentasi kali ini
terlihat ada penambahan informasi
berkaitan dengan lapangan pekerjaan
yang berkaitan dengan pilihan studi
mereka dan juga informasi tentang
jurusan di PT yang bisa diambil sesuai
pilihan studinya.
b. Setelah juru bicara membacakan
pendapat dan argumentasinya, banyak
siswa yang langsung mengangkat
tangan untuk segera menanggapi
pernyataan kelompok lawan. Situasitersebut memancing kelompok lawan
juga memberikan penolakan dengan
informasi mereka.
c. Terlihat pendapat dan argumentasi
yang disampaikan kali ini tidak hanya
sekedar asumsi tetapi sudah disertai
dengan fakta dan data yang mereka
dapat dari berbagai sumber baik itu
artikel, informasi dari alumni maupun
pengalaman orangtua yang sudah
melalui proses pembelajaran sampai
mereka bekerja.
d. Pada tahap akhir debat, moderator
membacakan kembali keuntungan dan
kerugian masuk SMA dan keuntungandan kerugian masuk SMK serta
menambahkan dengan informasi –
informasi baru yang muncul selama
debat pada tahap ke dua ini. Seperti
informasi lapangan pekerjaan yang bisa
digeluti siswa sesuai pilihan studinya
sampai pada pilihan jurusan ketika di
Peguruan Tinggi.
4. Observasi
a. Juru bicara memberikan penambahan
dengan data dan informasi baru yang
segera direspon oleh kelompok lawansehingga jalannya debat nampak
bersemangat.
b. Suasana debat begitu aktif karena secara
keseluruhan siswa terlibat dalam proses
debat itu sendiri baik menolak,
memberikan informasi bahkan memberi-
kan penilaian terhadap tanggapan
kelompok lawan jika data dan
informasinya tidak akurat.
c. Debat dalam tahap dua ini menunjuk-
kan argumentasi juga disertai dengan
fakta dan informasi yang akurat,
sehingga proses debat nampak tidak
sekedar menolak atau tidak setuju tetapi
juga memberikan penambahan wawas-
an dan pengertian bagi seluruh peserta
baik yang pro maupun yang kontra.
5. Refleksi
a. Secara keseluruhan dari 34 siswa di
satu kelas subyek penelitian ini nampak
suasana yang aktif dalam memberikan
tanggapan dan argumentasi berserta
informasi yang mendukung.b. Dari hasil angket ada 33 siswa yang
sudah bisa memutuskan pilihan studi
lanjut setamat SMP, baik ke SMA
maupun ke SMK dan hanya 1 siswa
yang belum bisa memutuskan
pilihannya.
c. Catatan : Ketika angket diberikan
seorang siswa masih menjawab belum
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
18/127
10 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
bisa memutuskan pilihan studi
lanjutnya. Dilakukan konseling
individual oleh guru BK agar diketahui
penyebabnya dan ditemukan solusinya.
Berdasarkan lembar pengamatan dan
observasi terlihat siswa yang sudah bisa
memutuskan alternatif pilihan studi lanjutsetamat SMP dari siklus debat yang pertama
sampai siklus debat yang kedua terus mengalami
peningkatan, yaitu dari 12 siswa yang bisa
memutuskan alternatif pilihan studi lanjut pada
siklus debat yang pertama menjadi 33 siswa
pada siklus debat yang kedua baik pada pilihan
masuk SMA maupun pilihan masuk SMK.
Sedangkan dari aspek keaktifan dan kualitas
debat juga mengalami peningkatan. Pada siklus
debat yang pertama masih sedikit siswa yang
aktif bahkan argumentasi yang diberikan masih
pada tahap asumsi. Akan tetapi, pada siklusdebat yang kedua secara keseluruhan suasana
debat berlangsung aktif dan bersemangat,bahkan agumentasi yang diberikan tidak sekedarasumsi tetapi sudah disertai dengan data dan
fakta yang menguatkan pendapat mereka.Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwatujuan bimbingan kelompok melalui metode
debat aktif untuk meningkatkan pemahamansiswa tentang pilihan studi lanjut setamat SMPmencapai hasil yang memuaskan. Selain itu,
hasil ini juga didukung oleh komentar dan kesan
rekan guru yang terlibat dalam proses observasi.Proses debat begitu seru dan menggali begitu
banyak informasi yang secara umum dapatdigunakan siswa dalam memutuskan alternatifpilihan studi lanjut setamat SMP. Bukti
pendukung lain adalah pada akhir Oktober 2012siswa ketika mengisi angket tentang pilihanstudi lanjut setamat SMP 100 % siswa sudah bisa
memutuskan bahkan menuliskan nama sekolahyang akan menjadi pilihannya setamat SMP.
Simpulan
KesimpulanMelihat proses pendampingan yang dilakukankepada siswa yang mengalami kesulitan
khususnya dalam merencanakan karier masadepannya, ada beberapa pendekatan yang bisadilakukan oleh guru pembimbing dalam
membantu siswa. Pendekatan tersebut perlu
dipahami dengan baik agar proses yang akan
dijalani tidak saja mendapatkan hasil akan tetapi
lebih dari itu, siswa bertumbuh dalam kesadaran
pentingnya mengadakan sebuah perencanaan
studi lanjut dimasa depannya demi pencapaian
profesi pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan dan kapasitas individu tersebut.Masalah merencanakan masa depan
berkaitan dengan pemilihan program studi
lanjut setamat SMP akan terus menjadi
pergumulan bagi siswa-siswi dan tentunya
membutuhkan ketrampilan yang baik dari pihak
sekolah, khususnya tenaga layanan bimbingan.
Karena secara tidak langsung guru pembimbing
memiliki tanggung jawab moral sekaligus
tanggung jawab institusi untuk mendampingi
siswa dalam merencanakan pilihan studinya.
Upaya meningkatkan pemahaman siswa
tentang pilihan studi lanjut dalam layananbimbingan kelompok melalui metode debat aktif
ternyata sungguh dapat meningkatkan
pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut,
yang pada akhirnya siswa berani membuat
alternatif keputusan terhadap pilihan studi
lanjut setamat SMP.
Berdasarkan hasil pengamatan dan catatan
kejadian selama tindakan kelas dalam layanan
bimbingan kelompok berlangsung dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut. Pertama, kurangnya
pemahaman siswa tentang informasi studilanjut menyebabkan siswa tidak bisa membuat
keputusan studi lanjut setamat SMP secara tepat,
bahkan cenderung terbawa arus baik oleh teman
maupun oleh ketetapan orangtua. Oleh karena
itu pilihan studi lanjut setamat SMP tidak
didasarkan kepada pemahaman akan diri, tetapi
karena harapan orang lain. Kedua, penyebab
kurangnya pemahaman siswa tentang pilihan
studi lanjut adalah karena minimnya informasi
yang dimiliki oleh siswa, sehingga ketika
dihadapkan pada situasi membuat keputusan
siswa cenderung bergantung pada orang lain.Hal tersebut juga karena metode yang dipakai
oleh guru dalam pemberian informasi tentang
studi lanjut cenderung hanya satu arah saja
yaitu ceramah guru. Hal itu menyebabkan
kurangnya siswa menggali dari berbagai sumber
yang bahkan mungkin tidak disampaikan ketika
ceramah guru. Ketiga , penerapan layanan
bimbingan kelompok dengan metode debat aktif
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
19/127
11 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-14/Juni 2014
Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif
untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang
pilihan studi lanjut dalam proses pendam-
pingan siswa dapat mendorong keaktifan siswa
untuk menggali berbagai sumber informasi
tentang pilihan studi lanjut setamat SMP. Pada
akhirnya, informasi itu bisa menjadi bahan
pertimbangan dalam membuat alternatifkeputusan pilihan studi lanjutnya.
Pelaksanaan upaya meningkatkan
pemahaman siswa tentang studi lanjut layanan
bimbingan kelompok melalui metode debat aktif
tidak seluruhnya dapat berjalan dengan lancar.
Adapun hambatan yang dialami antara lain :
1. Kurangnya data dan informasi yang akurat
menyebabkan siswa tidak dapat berargu-
mentasi dengan benar, hanya memberikan
asumsi – asumsi. Hal itu sangat berpenga-
ruh terhadap peningkatan pemahaman
siswa yang dalam kondisi bimbang
membuat keputusan.
2. Bagi siswa yang kurang senang berbicara
atau siswa yang dalam zona nyaman akan
cenderung pasif dan hanya menerima
informasi tanpa mau terlibat aktif.
Sementara siswa yang senang berbicara
akan cenderung lebih dominan dalam
mempertahankan pendapatnya.
3. Dalam proses debat bukan mencari siapa
yang benar dan siapa yang salah, tetapi
menggali begitu banyak data dan informasiyang pada akhirnya digunakan sebagai
pertimbangan membuat keputusan pilihan
studi lanjut. Akan tetapi ada siswa yang
cenderung menyalahkan dan merendahkan
pendapat teman.
SaranDari hasil penelitian dalam layanan bimbingankelompok melalui metode debat aktif untuk
meningkatkan pemahaman siswa terhadapstudi lanjut setamat SMP, ada beberapa hal yang
baik untuk dipertimbangkan oleh teman – temanguru BK, yaitu sebagai berikut. Pertama,ketidakmampuan siswa dalam membuatkeputusan pilihan studi lanjut sesungguhnya
karena mereka belum memiliki informasi yangmemadai. Oleh sebab itu peran gurupembimbing sangat diperlukan dalam
pemberian layanan kepada siswa untukmenjawab kebutuhan mereka. Kedua, bentuk
layanan informasi dalam layanan bimbingankelompok harus dikemas sekreatif mungkin olehguru pembimbing agar informasi yang
disampaikan tidak hanya sekedarnya saja, akantetapi juga mempertimbangkan keaktifan siswa,suasana yang menyenangkan dan yang
terpenting adalah menjawab kebutuhan siswa.Ketiga , metode debat aktif dalam layananbimbingan kelompok sangat jarang dilakukan
oleh guru pembimbing, akan tetapi berdasarkanpengalaman peneliti metode ini sangat tepatbagi siswa karena menggali informasi tidak
hanya dari guru tetapi siswa juga menggali dariberbagai sumber. Dalam proses debat siswa
juga diaj ar kan untuk berbagi informasi ,
sehingga semua siswa bisa menggunakaninformasi itu sebagai bahan pertimbangandalam memutuskan pilihan studi lanjutnya.
Keempat, bagi guru yang akan menerapkanmetode debat aktif dalam layanan bimbingankelompok untuk meningkatkan pemahaman
siswa terhadap pilihan studi lanjut perlumemperhatikan kelamahan – kelemahan yangada seperti yang disampaikan pada tiga
kendala di atas agar pelaksanaannya bisaberjalan dengan maksimal.
Daftar Pustaka
Sunarya (2008). Konsep dan aplikasi bimbingan dankonseling. Jurusan Ilmu Pendidikan danBimbingan: Universitas PendidikanIndonesia
Winkel, W.S,. (1997) Bimbingan dan konseling diInstitusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia
Hidayat dan Badrujaman. (2009) Cara mudahmelakukan penelitian tindakan kelas. Jakarta:Trans Info Media
Maidar dan Mukti. (1988) Pembinaan kemampuanberbicara bahasa Indonesia. Ja kart a.Erlangga
Suyadi. (2012) Buku panduan guru profesional
penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitiantindakan sekolah (PTS). Yogyakarta: ANDIPrayitno dan Erman. (2004) Dasar – dasar
bimbingan dan konseling. Jakarta: PusatPerbukuan DEDIKNAS dan Rineka Cipta
Walgito, Bimo. (2010) Bimbingan dan konseling(studi dan kasus). Yogyakarta: ANDI
Wiriaatmadja, Rochiati . (2005) Metode penelitiantindakan kelas. Bandung: RemajaRosdakarya
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
20/127
12 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri SecaraAktif dan Diskusi dalam Bimbingan Kelompok untuk
Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar
Pratama Manihuruk
E-mail : [email protected]
SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta
Penelitian
P
Abstrak
enelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar menggunakan
kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan diskusi dalam bimbingan kelompok.
Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan di SMAK 1 PENABUR Jakarta, Januari-Maret 2013. Setelah melalui 2 (dua) siklus, penel itian ini dapat
meningkatkan pengaturan diri dalam belajar. Ternyata kombinasi metode penilaian diri dan metode
diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri dan partisipasi siswa dalam belajar sehingga
meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian ini memberikan saran bagaimana penerapan kombinasi
diterapkan sehingga efektif.
Kata-kata kunci: Layanan bimbingan dan konseling, metode penilaian diri, metode diskusi,
pengaturan diri.
Application of Discussion Method and Actively Self-assessment Technique in
Group Guidance to Improve Self-regulated Learning
Abstract
The objective of this research was to improve Self-Regulated Learning of XI-Natural Science SMAK 1
PENABUR through the application of discussion method and actively self-assessment technique. Guidence
and Counseling Action Research method was used in this research. Two research cycles were executed in this
action research. Based on data and research results, actively self-assessment technique could invite students to
evaluate themselves about their goals at school. They will be able to improve their self-Regulated Learning.
Then they can achieve good academic results at school. The use of discussion method could enhance student
involvement where students are more active in learning process. Several important things were discovered
during research activities: (a) the application of actively self-assessment technique could draw students’
attention to participate in series of activities (b) the application of discussion method could make student more
active and directly involved in learning process (c) some students felt bored with long duration discussionsand if they were carried out in the afternoon. The implication of this research is application of discussion
method and actively self-assessment technique could improve students’ Self-Regulated Learning.
Key words: Guidance and counseling, self assessment technique, discussion method, self-regulation
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
21/127
13 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
Pendahuluan
Layanan bimbingan dan konseling menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari penyeleng-
garaan pendidikan di sekolah. Layanan
bimbingan dan konseling memiliki peranpenting membantu siswa agar dapat mengenal,
menerima diri sendiri dan lingkungannya serta
mengambil keputusan dan mewujudkan diri
sebagai pribadi yang utuh sesuai tugas
perkembangan dalam rentang usia yang
dilaluinya, baik itu perkembangan fisik,
intelektual, emosi, sosial, maupun perkembang-
an moral-spiritual.
Program layanan bimbingan dan konseling
komprehensif dirancang untuk mengimplemen-
tasikan tujuan bimbingan konseling. Pemberian
layanan bimbingan dan konseling didasarkanatas pencapaian tugas perkembangan siswa,
pengembangan potensi yang dimiliki siswa, dan
pengentasan masalah siswa. Tugas perkem-
bangan dirumuskan sebagai standar kompetensi
yang harus dicapai siswa.(Dirjen Dikti, 2007:9)
Hasil atau prestasi belajar menjadi salah
satu faktor pencapaian tugas perkembangan
siswa dan tidak lepas dari kegiatan belajar
siswa. Jika aktivitas belajar siswa baik, maka
seharusnya hasil belajar siswa pun juga
berbanding sejajar, sehingga semakin baik siswa
belajar, semakin baik pula hasil belajarnya.
Mencapai hasil belajar yang baik bukanlah
hal yang mudah bagi remaja, banyak
permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan
remaja menyelesaikan hal ini mengantarkannya
ke suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik
dalam keseluruhan hidupnya. Proses perkem-
bangan remaja tidak selalu dapat berjalan dalam
alur linier, lurus, atau searah dengan potensi,
harapan, dan nilai-nilai yang dianut.
Hal ini juga terjadi di SMAK 1 PENABUR
Jakarta, yang mendapat kategori unggulan tetapitidak berjalan lurus dengan kondisi siswa
karena beberapa siswa belum mencapai nilai
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
ditentukan sekolah. Berdasarkan pengamatan
peneliti, kegiatan pembelajaran di sekolah
berlangsung dengan baik, guru mata pelajaran
menyampaikan materi pelajaran dengan
sungguh-sungguh, serta siswa pun menyimak
materi yang disampaikan dengan seksama.
Berdasarkan hasil konseling kepada siswa-
siswa yang nilainya di bawah KKM dan
wawancara kepada guru mata pelajaran yang
terkait, diketahui faktor penyebab siswa tidak
mencapai nilai KKM di SMAK 1 PENABURadalah pengaturan diri dalam belajar. Di sinilah
peranan bimbingan dan konseling sangat
diperlukan untuk membantu mengentaskan
permasalahan siswa tersebut.
Dalam layanan bimbingan dan konseling
komprehensif terdapat empat komponen
layanan, yaitu : (1) layanan dasar bimbingan,
(2) layanan responsif, (3) perencanaan
individual, dan (4) dukungan sistem. (Dirjen
Dikti, 2007, h.19). Layanan dasar dapat diartikan
sebagai proses pemberian bantuan kepada
seluruh konseli melalui kegiatan penyiapanpengalaman terstruktur secara klasikal atau
kelompok yang disajikan secara sistematis.
Layanan dasar ini bertujuan mengembangkan
perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap
dan tugas perkembangan yang diperlukan
dalam pengembangan kemampuan memilih dan
mengambil keputusan dalam menjalani
kehidupannya. Layanan dasar ini berfokus pada
perilaku yang dikembangkan menyangkut
aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.
Salah satu implementasi layanan dasaradalah bimbingan kelompok yang merupakan
layanan yang diberikan dalam suasana
kelompok. Bimbingan kelompok diselengga-
rakan untuk memberikan informasi yang bersifat
personal, vokasional, dan sosial. Layanan ini
bertujuan untuk membantu semua siswa agar
dapat berkembang secara optimal, dalam aspek
pribadi, sosial, belajar, dan karir. Selain itu,
layanan bimbingan kelompok juga bertujuan
membantu siswa dalam pencapaian tugas-
tugas perkembangannya dan sebagai upaya
antisipasi permasalahan yang mungkin akandihadapi siswa.
Dalam bimbingan kelompok terdapat
banyak metode penyampaian materi di kelas
seperti resitasi, tanya jawab, diskusi,
demonstrasi, kerja kelompok, jigsaw dan lain-
lain. Masing-masing metode tersebut telah
dikelompokkan sesuai dengan ranah kognitif,
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
22/127
14 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
afektif dan psikomotor. (Prayitno, 1999: 309).
Dalam prakteknya, beberapa metode itu dapat
dikombinasikan sesuai dengan tujuan dan
keadaan.
Berdasarkan uraian di atas, kombinasi
metode penilaian diri secara aktif dan metode
diskusi dapat mengatasi masalah di SMAK 1PENABUR yang disebutkan sebelumnya.
Melalui metode penilaian diri secara aktif
memungkinkan siswa mengukur pengaturan
diri dalam belajar (Silberman, 2009: 217). Selain
itu, metode kombinasi ini juga memungkinkan
siswa berbagi sikap tentang belajar kepada
anggota kelompok. Untuk lebih meningkatkan
keterlibatan dan keaktifan siswa, metode ini
dikombinasikan dengan metode diskusi yang
dapat mengembangkan kemampuan yang lebih
baik dengan cara memberikan kesempatan
menyatakan pemikiran siswa. Metode inimemungkinkan siswa meningkatkan pengatur-
an diri siswa dalam belajar.
Berangkat dari pemikiran yang telah
diuraikan, peneliti tertarik mengadakan
penelitian penggunaan kombinasi metode
penilaian diri secara aktif dan metode diskusi
dalam layanan bimbingan kelompok untuk
meningkatkan pengaturan diri dalam belajar.
Dengan demikian, masalah penelitian
dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggu-
naan kombinasi metode penilaian diri secara
aktif dan metode diskusi dalam layanan
bimbingan kelompok dapat meningkatkan
pengaturan diri dalam belajar siswa?”
Dengan merujuk pada pendapat Boekaerts
(2000 : 14) dan Boekaerts, Heckhaussen (1998 :
15) , pengaturan diri diartikan sebagai peran
aktif individu dalam proses berpikir, motivasi
dan berperilaku yang direncanakan dan
dibiasakan berulang-ulang demi mencapai suatu
tujuan yang diinginkan. Sedangkan dengan
mengacu pada pendapat Garrison yang dikutip
oleh Anwar Kasim (2005: 1), belajar dimaknaisebagai proses perubahan secara tingkah laku,
kognisi dan afeksi akibat interaksi yang terjadi
antara individu dengan lingkungannya.
Mencermati pengertian pengendalian diri
dan belajar serta merujuk pada pendapat
Zimmerman (1989 : 329) dan Hoyle (2010 : 1),
dalam penelitian ini yang dimaksud dengan
pengaturan diri dalam belajar adalah peran aktif
siswa dalam proses berpikir, motivasi dan
berperilaku yang direncanakan dan dibiasakan
berulang-ulang agar siswa mampu mengem-
bangkan potensi kognisi yang ditandai dengan
kemampuan berfikir, afeksi, psikomotor dan
pembentukan sikapnyaBerdasarkan kajian teori yang dilakukan,
penelitian ini menggunakan hipotesis tindakan,
dengan menggunakan kombinasi metode
diskusi dan teknik penilaian diri secara aktif,
maka akan meningkatkan pengaturan diri dalam
belajar siswa. Dengan hipotesis yang demikian,
penelitian ini bertujuan meningkatkan
pengaturan diri dalam belajar pada siswa kelas
XI IPA SMAK 1 PENABUR. Di samping itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat mendorong
siswa untuk mengatur dirinya dalam belajar
sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya.Sedangkan guru bimbingan dan konseling
dapat menggunakan hasil penelitian ini
memperluas wawasan dan mengembangkan
layanan dasar bimbingan dan konseling.
Sebagai suatu penelitian, hasilnya diharapkan
dapat bermanfaat sebagai rujukan dalam
melakukan penelitian sejenis dan penelitian
lebih lanjut.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAK 1 PENABUR
Jakarta pada jam pelajaran bimbingan dan
konseling pada bulan Januari – Maret 2013.
Partisipan dalam penelitian ini adalah 8
(delapan) siswa kelas XI IPA SMAK 1 PENABUR
yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian tindakan bimbingan
konseling, yaitu salah satu pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses
pengembangan kemampuan dalam mendeteksi
dan memecahkan masalah (Hidayat & Aip, 2012,
h.156). Menurut Kemmis dan Mc Teggart (dalamHidayat dan Aip, 2012 h. 156), penelitiantindakan pada hakikatnya berupa perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satuperangkat terdiri dari empat komponen, yaituperencanaan, tindakan, pengamatan, danrefleksi. Keempat komponen yang berupa uraiantersebut dipandang sebagai siklus. Oleh sebabitu, pengertian siklus pada kesempatan ini ialah
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
23/127
15 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
suatu putaran kegiatan yang terdiri dariperencanaan, tindakan, pengamatan, danrefleksi (Hidayat & Aip, 2012).
Tahapan penelitian ini mengacu pada
prosedur pelaksanaan PTBK yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
Perencanaan
Langkah-langkah perencanaan yang dilakukan
adalah (a) menentukan masalah penelitian, (b)
menentukan tindakan, (c) merancang perencana-
an tindakan, (d) merancang instrumen
penelitian, (e) menentukan indikator penelitian,
dan (f) menentukan teknik refleksi.
Pelaksanaan
Menentukan materi/pokok bahasan
Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan topikbahasan tertentu pada setiap pertemuan sebagai
Tabel 1: Perencanaan Topik Bahasan Siklus I
Topik Bahasan/Tema
Pengaturan Diri dalam Belajar(Pengertian Pengaturan Diri, Tujuan, Pengertian Belajar, dan Strategi Pengaturan Diri Dalam
Belajar)
Strategi Pengaturan Diri Dalam Belajar(Self-evaluating, Organizing and transforming, Goal-setting and planning, Seeking information,Keeping records and monitoring, Environmental structuring, Self-consequating, Rehearsing and
memorizing, Seeking social assistance, Reviewing records)
Tabel 2: Perencanaan Tindakan Teknik Penilaian DiriSecara Aktif dan Metode Diskusi
No Langkah Kegiatan
1 Integratif
-
-
Guru menjelaskan pengertian, manfaat, tujuan, dan strategi pengaturandiri dalam belajarGuru memberikan pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman
siswa
2 Fiksasi
-
--
Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompokGuru membimbing siswa selama diskusi berlangsungGuru memberikan umpan balik mengenai hal yang benar dalamdiskusi, juga mengontrol luas nya diskusi
3 Otonom--
Membuat kesimpulan atau laporan dari hasil diskusiMembuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi
sarana untuk meningkatkan pengaturan diri
siswa dalam belajar. Topic bahasan yang akan
diberikan pada setiap pertemuan akan
dijelaskan pada tabel 1.
Merencanakan prosedur kegiatan
Pada tabel 2 merupakan rencana tindakan yang
akan dilaksanakan.
Pengamatan
Dalam pengamatan dikumpulkan data yang ber-
kaitan dengan proses dan hasil sesuai tabel 3.
Refleksi
Refleksi dalam PTBK dilakukan setelah berbagai
macam data terkumpul. Refleksi dilakukan untuk
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
24/127
16 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
Tabel 3: Instrumen yang Digunakan dalam Pengamatan Penelitian
Hipotesis Tindakan Indikator Keberhasilan DataPedomanObservasi
Metode Penilaian dirisecara aktif dan metode
diskusi dapatmeningkatkanpengaturan diri siswadalam belajar
Proses
Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar
Pelaksanaankegiatan.
PedomanObservasi
Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapat
meningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar
Memperhatikan,intensitas
mengemukakanpendapat,intensitasbertanya.
Pedomanobservasi,
catatananekdot
Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar
Penilaian siswaterhadappelaksanaandiskusi disertasitanggapan dan
saran
Angket
Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar
Metode Penilaian diri secaraaktif dan metode diskusi dapatmeningkatkan pengaturan dirisiswa dalam belajar
Hasil BelajarLembar hasilbelajar
mengetahui sejauh mana pencapaian tindakan
dalam mengatasi masalah.
Teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah (a) observasi, (b)
catatan anekdot, dan (c) angket kepuasan.
Keabsahan data diperiksa menggunakan kriteria
keabsahan data menurut Lincoln dan Guba
(dalam Hidayat & Aip, 2012, h.169) antara lain
sebagai berikut.1. Keterpercayaan (credibility)
Derajat keterpercayaan merupakan kriteria
untuk mengukur keabsahan data yang
berfungsi melaksanakan kegiatan
penemuan sedemikian rupa sehingga
tingkat keabsahan data dapat dicapai danmenunjukan derajat keterpercayaan hasilpenemuan tindakan kelas ini.
2. Keteralihan (transferability)Keteralihan menunjukan bahwa hasil datapenelitian berkaitan dengan konteks dantidak dapat digeneralisasikan padakelompok yang lebih luas.
3. Kebergantungan (dependability)Kebergantungan memungkinkan adanyaperubahan dan instabilitas.
4. Kepastian (confirmability)Kepastian merupakan kriteria keabsahandata dengan menetapkan objektivitas darisegi kesepakatan antarsubjek.
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
25/127
17 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Siklus I
Deskripsi Data
a. Prosedur Pelaksanaan Tindakan
Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilakukan pada hari
Rabu, 16 Januari 2013. Pada pertemuan ini,
guru pembimbing menjelaskan mengenai
kegiatan yang akan dilakukan di ruang
bimbingan kelompok. Guru pembimbing
menjelaskan bahwa pertemuan ini siswa
akan diberikan layanan mengenai
pengaturan diri dalam belajar dengan
menggunakan kombinasi metode penilaian
diri secara aktif dan metode diskusi.
Kemudian guru pembimbing mengemuka-
kan mengenai metode penilaian diri secaraaktif. Metode ini dikombinasikan dengan
diskusi dengan tujuan memecahkan suatu
masalah dengan melibatkan siswa secara
aktif sehingga dicapai suatu pema-haman
bersama mengenai setrategi penga-turan
diri. Setelah menjelaskan tujuan dari metode
tersebut, guru pembimbing menga-rahkan
siswa untuk memulai diskusi mengenai
belajar dan pengaturan diri. Kemudian
siswa membuat rangkuman hasil diskusi.
Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hariRabu, 23 Januari 2013. Kelompok memba-
has mengenai strategi-strategi dalam
mengatur diri untuk belajar. Di kegiatan ini
guru pembimbing, mengarahkan siswa
untuk membuat penilaian diri secara aktif
untuk strategi yg ia jalankan pada saat
belajar di sekolah. Penilaian ini dilakukan
pada saat pertemuan selanjutnya,
Pertemuan Ketiga
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari
Rabu, 6 Februari 2013. Pada pertemuan ini
anggota kelompok melakukan penilaiandirinya sendiri diawal kegiatan, menilai
apakah sudah menjalankan strategi yang
didiskusikan sebelumnya sudah diterap-
kan dalam belajar di sekolah. Setelah itu,
anggota memulai mendiskusikan kembali
mengenai strategi pengaturan diri dalam
belajar, mengenai hambatan dan kesulitan
penerapan strategi-strategi tersebut.
b. Keaktifan Siswa
Guru pembimbing menggunakan pedoman
observasi untuk mengetahui tingkat
keaktifan siswa selama bimbingan kelom-pokdengan mengelompokan 3 indikator
untuk mengukur keaktifan siswa. Indikator
tersebut terdiri dari mendengarkan,
intensitas bertanya dan mengemukakan
pendapat.
Berdasarkan pengamatan, didapat hasil
bahwa pada pertemuan pertama, semua
anggota kelompok (8 siswa) memperhatikan
arahan dari guru pembim-bing mengenai
kegiatan yang dilakukan. Kemudian
melakukan diskusi dalam kelompok,
namun terdapat 4 siswa yang masih malu-malu mengeluarkan pendapat-nya, terdapat
2 siswa yang aktif dalam mengeluarkan
pendapat.
Pada pertemuan kedua, terdapat penurunan
pada indikator mendengarkan ada 2 siswa
yang mengobrol saat diskusi berlangsung.
Kemudian ada peningkatan pada indikator
bertanya terdapat 4 (empat) siswa yang
bertanya, begitu juga pada indikator
mengemukakan pendapat ada 3 siswa yang
sering mengeluarkan pendapat.
Pada pertemuan ketiga, merupakan perte-
muan terakhir semua anggota kelompok
melakukan penilaian diri secara aktif pada
strategi pengaturan diri dalam belajar. Pada
pertemuan ini seluruh anggota kelompok
kurang aktif dalam berdiskusi ini ditunjuk-
an dari hanya 2 siswa yang mengajukan
pertanyaan, dan 2 siswa yang sering
mengeluarkan pendapat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pada siklus I, siswa belum terlibat
secara aktif dalam diskusi terutama padapertemuan ketiga. Hal tersebut dikarenakan
pada siklus ini, kegiatan diskusi belum
melibatkan siswa secara menyeluruh dan
hanya didominasi oleh siswa-siswa
tertentu.
c. Tanggapan Siswa terhadap Kegiatan
Layanan
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
26/127
18 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri
Tabel 4: Penilai Diri Siswa terhadap Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar
No StrategiNilai
RD EC TH TW BH AJ SS CB
1 Evaluasi diri 7 7 7 7 8 7 7 7
2 Mengorganisasi dan membentuk 7 7 7 7 7 7 7 7
3 Menentukan tujuan dan merencanakan 7 7 8 7 8 7 7 7
4 Mencari informasi 8 7 7 7 8 7 7 8
5 Menyimpan dan memantau 6 7 7 7 7 7 7 7
6 Mengatur lingkungan 7 7 6 7 6 6 7 7
7 Konsekuensi diri 7 8 8 7 8 7 7 7
8 Mendengar dan mengingat kembali 7 7 7 7 7 7 7 7
9 Mencari bantuan sosial 8 7 7 7 7 7 7 7
10 Meninjau kembali catatan 7 7 7 7 7 7 8 7
Guru pembimbing membuat angket untuk
mengetahui tanggapan siswa terhadap
kegiatan layanan. Angket tersebut berisi
pertanyaan seputar kegiatan yang
dilakukan. Pertanyaan tersebut meliputi
kebutuhan siswa terhadap materi yang
diberikan, kepuasan siswa terhadap diskusidan materi serta memberi saran dan kritik
terhadap pelaksanaan diskusi.
Berdasarkan hasil angket tersebut didapat
hasil, dalam hal kepuasan terhadap
penyampaian materi dengan menggunakan
diskusi, 5 siswa merasa puas dan 3 siswa
merasa tidak puas. Data lain menyebutkan
8 siswa menyatakan bahwa materi yang
diberikan dibutuhkan oleh mereka. Kritik
yang dituliskan oleh siswa terhadap
pelaksanaan diskusi antara lain adalah
tidak semua siswa mendengarkan meteriyang dibahas dalam diskusi. selain kritik
siswa juga menyampaikan saran yaitu
siswa menyampaikan pelaksanaan diskusi
lebih menyenangkan dan guru pembimbing
lebih jelas dalam menjelaskan cara
berdiskusi sehingga siswa paham dalam
mengenai pelaksanaan diskusi.
d. Penilaian Diri Siswa dan Hasil Belajar yangdi dapat setelah Bimbingan KelompokPenilaian diri yang telah dilakukan siswapada pertemuan ketiga bertujuan untikmengetahui tingkat (dari skor yang diberi)pengaturan yang sudah dilakukan oleh
siswa selama proses belajar di sekolah.Adapun hasil dari penilaian tersebut sesuaitabel 4.Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil
tingkat pengaturan diri anggota bimbingankelompok dengan kategori baik, hanya adabeberapa siswa yang menilai dirinya di setiapindikator dengan skor 6 (cukup).
Mengingat kembali tujuan dari pemberianlayanan bimbingan kelompok ini adalah untukmeningkatkan pengaturan diri dalam belajarsiswa agar terjadi peningkatan hasil belajar
siswa. Karena,permasalahan yang dihadapioleh siswa adalah sulitnya mengatur diri dalambelajar.
Refleksi
Kelemahan yang dirasakan oleh gurupembimbing adalah :a. Pengelolaan kelompok yang kurang baik
oleh guru pembimbing, yaitu guru kurang
8/18/2019 Jurnal No22 Thn13 Juni2014
27/127
19 Jurnal Pendidikan Penabur - No.22/Tahun ke-13/Juni 2014