BAB I PENDAHULUAN “Sebuah Alat Bantu Optoelektronik serbaguna untuk pasien Low Vision “ 1.1 PICO Problem : Penggunaan alat bantu optoelektronik serbaguna pada pasien low vision, dalam upaya meningkatkan penglihatan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Intervensi : Subjek penelitian melakukan test dengan menggunakan optoelektronik serbaguna dengan dua modul yang berbeda yaitu sistem digital zoom dan sistem augmented view. Compare : Membandingkan penggunaan alat bantu optoelektronik dengan sistem digital zoom dengan sistem augmented view. Outcome : Perkembangan low vision yang dinilai dari patologi penyakitnya, ketajaman penglihatan dan penglihatan sisa. Pencarian Bukti Ilmiah Kata Kunci : Optoelektronik, low vision, retinitis pigmentosa, tajam penglihatan. Dipilih jurnal berjudul : “ A versatile Optoelectronic Aid for Low Vision Patients “ 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
“Sebuah Alat Bantu Optoelektronik serbaguna
untuk pasien Low Vision “
1.1 PICO
Problem : Penggunaan alat bantu optoelektronik serbaguna pada pasien low vision, dalam
upaya meningkatkan penglihatan untuk mengerjakan pekerjaan sehari-hari.
Intervensi : Subjek penelitian melakukan test dengan menggunakan optoelektronik
serbaguna dengan dua modul yang berbeda yaitu sistem digital zoom dan sistem
augmented view.
Compare : Membandingkan penggunaan alat bantu optoelektronik dengan sistem digital
zoom dengan sistem augmented view.
Outcome : Perkembangan low vision yang dinilai dari patologi penyakitnya, ketajaman
penglihatan dan penglihatan sisa.
Pencarian Bukti Ilmiah
Kata Kunci : Optoelektronik, low vision, retinitis pigmentosa, tajam penglihatan.
Dipilih jurnal berjudul :
“ A versatile Optoelectronic Aid for Low Vision Patients “
Oleh :
Maria Dolores Pelaez-Coca, Fernando Vargas-Martın, Sonia Mota, Javier Dıaz dan Eduardo Ros-
Iluminasi standar untuk pemeriksaan mata normal yaitu 100 candela/m2), tetapi untuk
penderita low vision membutuhkan iluminasi yang lebih.
Ketajaman penglihatan yang terkoreksi maksimum diukur pada jarak 4m, 2m atau 1m
dengan ETRDS, yang memiliki baris-baris (masing-masing dengan lima huruf). Jarak
17
pemeriksaan 4m digunakan untuk ketajaman penglihatan dari 20/20 sampai 20/200; jarak
pemeriksaan 2m untuk ketajaman penglihatan yang kurang dari 20/200 dan jarak pemeriksaan
1m untuk tajam penglihatan yang kurang dari 20/400.
Pemeriksaan ini menunjukkan kelainan-kelainan yang sangat bervariasi sehingga tidak
spesifik terhadap suatu gangguan.
B.2 Pemeriksaan Penglihatan Dekat dan Kemampuan Membaca
Setelah ditentukan ketajaman penglihatan jarak jauh, dilakukan pengukuran ketajaman
penglihatan jarak dekat (membaca). Terdapat perbedaan jarak standar baca. Beberapa
menggunakan 33cm (untuk 3-D add); yang lain menggunakan 14 inchi (35cm,2.86-D add) atau
40cm (16 inchi,2.5-D add). Tetapi ukuran ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jarak baca
pasien low vision.
Pemilihan uji baca yang tepat adalah penting. Kartu bacaan dengan ukuran-ukuran huruf
yang geometric dan dengan pencatatan ukuran symbol lebih disukai karena dilengkapi dengan
perhitungan. Kartu yang memenuhi standar di atas adalah the Minnesota Low vision Reading
Test (MNReadtest), diaman setiap kalimat disesuaikan jarak dan penempatannya. Colenbrader
1-m chart juga mempunyai segmen-segmen pembacaan yang sama. Rangkaian-rangkaian ini
mengikuti perhitungan dan perbandingan dari kecepatan baca dan ketepatan di dalam
hubungannya dengan ukuran huruf.
B.3 Pengukuran Sensitifitas Kontras
Bukan merupakan indicator yang spesifik untuk masalah-masalah yang bervariasi di
dalam system penglihatan. Sensitivitas kontras merupakan kemampuan mendeteksi benda
pada kontras yang rendah.
Pasien akan mengalami kesulitan di dalam menjalankan aktivitas sehari-hari seperti
mengendarai kendaraan di saat hujan atau kabut, menuruni tanggan, menuangkan susu
kedalam mangkuk putih.
18
Pembesaran dilakukan bila tidak dapat mengenal huruf dengan kontras tinggi saat
membaca. Penurunan sensitivitas kontras sering ditemukan pada penderita oedem macula.
Pelli-Robson chart dan LEA low-contrast chart memberikan huruf-huruf atau symbol-simbol
yang besar dengan penurunan kontras. Alternative lain yaitu Bailey-Lovie Chart.
Pendekatan lain yang lebih inovasi yaitu the SKILL card yang mengkombinasikan efek-
efek kontras denang iluminasi rendah. Pada salah satu sisi mempunyai huruf-huruf regular
(huruf hitam dengan latar belakang putih); sisi yang lainnya mempunyai kontras yang rendah,
low luminance chart (huruf hitam dengan latar belakang abu-abu gelap).
Sensitivitas kontras dapat dinilai baik secara monocular maupun binocular dengan
vistech Contrast Sensitivity Vision Test. Hilangnya sasaran frekuensi tinggi dan sedang adalah
tanda kesulitan membaca tulisan dengan alat bantu optis low vision.
B.4 Pemeriksaan Lapangan Pandang
Perimetri macular merupakan salah satu pengukuran yang terpenting dari aspek-aspek
penilaian low vision, tetapi sering neglected (diabaikan).
Skotoma macular memberikan dampak mayor di dalam aktivitas sehari-hari dan terjadi
pada 83% pasien. Terdapatnya skotoma sentral atau parasentral menimbulkan masalah di
dalam kecepatan membaca dibandingkan gangguan pada tajam penglihatan.
Amsler grid digunakan untuk mencari adanya skotoma sentralis dan menentukan posisi
dan kepadatannya serta daerah distorsinya. Perlu dicatat apakah distorsi yang dilihat pasien
berkurang pada penglihatan binokuler atau monokuler. Apabila dengan penglihatan binokuler
distorsinya kurang maka pasien mungkin calon untuk penggunaan lens abaca yang mengkoreksi
kedua mata daripada penggunaan monokuler biasa.
Untuk pasien retinitis pigmentosa, lapangan pandang perifer sebaiknya diperiksa pada
layar singgung dan untuk pasien glaucoma dan deficit neurologic pada perimeter Goldmann.
C. Pemilihan dan Peresepan Alat-Alat Bantu
19
Alat-alat bantu optic maupun non-optik dapat membantu penderita menggunakan sisa
penglihatannya dan meningkatkan kualitas hidup penderita serta mengurangi ketergantungan
penderita kepada orang lain.
Apabila telah diketahui rentang dioptrik (beriksar +3 D sampai +68D) maka dipilihlah
jenis alat bantu low vision yang paling sesuai dengan tujuan derajat low vision.
Terdapat tiga jenis dasar alat bantu optic untuk low vision :
1. Alat bantu lensa konveks misalnya kacamata, kaca pembesar dan kaca pembesar berdiri.
2. System teleskopik misalnya teleskop kacamata, lup teleskop yang dapat disangkutkan
dan alat-alat bantu yang dapat digenggam.
3. System pembaca elektronik yang mencakup mesin pembaca CCTV dan computer yang
mampu mencetak tulisan dalam ukuran besar.
Kunci keberhasilan penatalaksanaan pasien low vision adalah instruksi pasien yang benar.
Peresepan lensa tanpa instruksi yang jelas hanya berhasil pada 50% kasus.8
2.3 Retinitis Pigmentosa2,3,10
2.3.1 Definisi
Retinitis pigmentosa adalah sekelompok degenerasi retina herediter yang ditandai oleh
disfungsi progresif fotoreseptor dan disertai hilangnya sel secara progresif dan akhirnya atrofi
beberapa lapisan retina. Retinitis pigmentosa merupakan salah satu penyakit mata yang
diturunkan (inheritance disease) yang mengenai bagian retina. Retinitis pigmentosa dengan
tanda karakteristik degenerasi sel epitel retina terutama sel batang dan atrofi saraf optic,
menyebar tanpa gejala peradangan. Retina mempunyai bercak dan pita halus yang berwarna
hitam. Merupaka kelainan yang onset bermula sejak masa kanak-kanak. Retinitis pigmentosa
merupakan kelainan autosomal resesif, autosomal dominan, X linked resesif atau simpleks.
Kebanyakan pasien tanpa riwayat penyakit keluarga sebelumnya.
2.3.2 Pemeriksaan Histologik
Pada pemeriksaan histologik ditemukan :
- Degenerasi sel-sel batang dan kerucut
20
- Proliferasi sel glia
- Migrasi pigmen kedalam jaringan retina
- Obliterasi sklerotik dari pembuluh darah retina
- Atrofi N.II, sedang koroid masih normal
2.3.3 Gejala Subyektif
- Hemeralopia, atau buta senja, yang diderita sejak masa kanak-kanak
- Lapang penglihatan yang menyempit, yang dapat berlanjut sampai kepenglihatan
teropong.
- Perjalanan penyakit dimulai pada umur 12 tahun, yang dimulai dengan hemeralopia dan
penyempitan lapangan penglihatan, sampai pada umur 30-60 tahun tinggal kampus
sentral 3-6 derajat saja, sehingga meskipun visus sentral masih baik, masih harus
dituntun karena tidak mempunyai daya orientasi ruangan.
- Pada stadium akhir, semua visus menghilang, penderita menjadi buta.
2.3.4 Gejala Obyektif
Pada funduskopi terdapat :
- Penimbunan pigmen, yang berupa gambaran badan tulang (bone corpuscle), yang mula-
mula terdapat di daerah ekuator, yang kemudian meluas ke perifer dan macula.
- Penimbunan pigmen sepanjang pembuluh darah.
- Karena geseran pigmen, gambaran pembuluh darah koroid menjadi nyata.
- Pembuluh darah ciut, dan tampak seperti tali.
21
- Pada stadium lanjut, papil juga atrofi pucat, berwarna kuning tembaga.
- Makula tampak sebagai moth eaten appearance.
2.3.5 Diagnosa Banding :
Kelainan retina dengan visus turun perlahan : Mata tenang visus turun perlahan :
- Retinopati diabetic - Katarak
- Retinopati hipertensif - Glaukoma kronis
- Degenerasi makula karena usia - Kelainan retina
- Degenerasi makula pada myopia - Kelainan refraksi
- Retinitis pigmentosa
- Retinopati klorokulin
2.3.6 Pemeriksaan Defek Lapangan Pandang
A. Tes Konfrontasi
Pemeriksa dan penderita berdiri berhadapan pada jarak 0,5 m. Setelah satu mata
ditutup, maka penderita harus melihat pada mata pemeriksa yang ada di depannya, kemudian
pemeriksa menutup matanya yang lain. Pemeriksa sekarang menggerakkan obyek dari depan
mata pemeriksa dan penderita, sampai obyek tersebut tidak terlihat. Gerakan tersebut diulangi
22
pada meridian yang lain, sampai tercapai 360 derajat. Dengan demikian pemeriksa dapat
membandingkan kampusnya dengan kampus penderita dan kampus pemeriksa harus normal.
B. Kampimeter
Terdiri dari papan yang berwarna hitam dengan suatu tempat untuk meletakkan dagu
penderita, pada jarak 33cm. Satu mata ditutup, bila visusnya baik, tes obyek 3mm atau lebih
kecil, dapat dipakai dan digerakkan dari perifer ke sentral sampai tampak oleh penderita tanpa
menggerakkan mata atau kepalanya. Hal ini diulangi dari meridian yang lain sampai tercapai
360 derajat. Titik-titik yang menentukan dimana tes obyek mulai terlihat pada meridian-
meridian tersebut ditandai dan kemudian dihubungkan dan dibandingkan dengan kampus
normal.
C. Perimeter
Perimeter terdiri dari logam setengah lingkaran yang dapat diputar menurut meridian
yang ingin diperiksa sampai 360 derajat dan pada permukaan ditandai dengan tanda yang
menunjukkan derajat dari 0 ditengah-tengah sampai 90 derajat dipinggirnya. Tes obyek
digerakkan sepanjang perimeter sampai terlihat pertama kali oleh penderita, dimana satu
matanya ditutup dan mata yang lain melihat kearah titik 0 derajat ditengah-tengah tanpa
menggerakkan kepala atau matanya. Tes obyek 3mm, jarak pemeriksaan 33cm.
D. Layar Byerrum
Disini dipakai layar yang berwarna hitam dan pemeriksaan dilakukan pada jarak 1 meter
atau pada jarak 2 meter. Cara pemeriksaan sama dengan yang lainnya. Hal ini dilakukan untuk
memeriksa keadaan kampus sentral (30 derajat). Tes obyek yang dipakai 1 mm atau 2 mm.
2.3.7 Pengobatan
23
Sampai saat ini belum ada pengobatan yang berhasil.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kami telah menyajikan sebuah system yang dapat dengan mudah digunakan untuk diterapkan kebutuhan visual yang berbeda pada pasien low vision.
24
Keuntungan utama dari system ini adalah kemampuannya untuk dikonfigurasikan pada berbagai jenis alat bantu untuk berbagai jenis pasien low vision, yang dapat bermanfaat pada pengolahan gambar langsung secara online.
System ini dapat dikonfigurasi ulang untuk memungkinkan pada penggabungan modalitas alat bantu lain.
Kami juga menunjukkan kelayakan alat bantu optoelektronik fleksibel yang unik ini, yang dapat seutuhnya disesuaikan dengan kebutuhan pengguna tertentu yang mencakup serangkaian kecacatan visual.
Kemampuan ini tidak tercapai oleh alat bantu lain.
DAFTAR PUSTAKA
1. Maria Dolores Pelaez-Coca, Fernando Vargas-Martın, Sonia Mota,dkk. A versatile