Top Banner

of 100

jurnal jahe

Oct 29, 2015

Download

Documents

jurnal hiperemesis
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI

    TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH

    DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS

    PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

  • RINGKASAN

    DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS. Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale)sebagai Tablet Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah.Dibimbing oleh BUDI SETIAWAN

    Tujuan umum dari penelitian ini adalah membuat produk suplemen untukmeminimalisasi terjadinya mual dan muntah pada ibu hamil denganmemanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe sebagai pencegah mual danmuntah. Penelitian ini dilakukan melalui empat bagian yaitu pengambilan dataprimer, pembuatan tepung ekstrak jahe, pembuatan tablet isap jahe, serta ujikesukaan dan penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe. Pengambilan dataprimer dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pembuatan tepung ekstrakjahe meliputi proses ekstraksi, pengeringan (spray dryer, vaccum dryer, danfreeze dryer), analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe, danpemilihan tepung ekstrak jahe terbaik. Pembuatan tablet isap jahe meliputiformulasi, analisis mutu fisik, dan penilaian organoleptik terhadap produk. Ujidaya terima tablet meliputi penilaian hedonik dan penerimaan secara umum olehibu hamil. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan SAS 6.12., SPSS versi11.5 for Windows dan Microsoft Excell 2003. Pengaruh perlakuan dianalisissecara non-parametrik dengan menggunakan uji Kruskal Wallis. Jika perlakuanberbeda nyata maka dilakukan uji lanjut multiple comparisson (Gaspersz 1994). Menurut sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan, terdapat 75%contoh yang mengalami kondisi mual dan muntah, 40% dari contoh yangmengalami mual dan muntah tersebut merasa mengalami mual dan muntahpada tingkatan sedang. Sebanyak 80% contoh berusia antara 20-35 tahun.Kisaran frekuensi kehamilan dengan proporsi terbesar (30%) pada contoh adalahantara 1-5 kali. Menurut riwayat kehamilan, sebanyak 70% contoh mengalamipersalinan normal, sedangkan sisanya mengalami keguguran (15%), melahirkanBayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (10%), dan prematur (5%). Menurut jenispenyakit yang diderita, baik 6 bulan sebelum hamil maupun selama hamil,proporsi terbesar (40%) pada contoh menderita influenza. Sebanyak 70%contoh tidak menderita Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan 30% menderitaKEK Berdasarkan tingkat konsumsi, konsumsi energi pada pada separuh ibuhamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tingkat konsumsi protein pada lebihdari separuh (55%) ibu hamil yang menjadi contoh adalah defisit. Tujuh puluhpersen dari contoh mengalami defisit kalsium. Sebagian besar contoh (75%)mengalami defisit zat besi. Sebanyak 60% contoh juga memiliki tingkat konsumsiyang kurang terhadap vitamin A. Pengetahuan ibu hamil contoh tentang konsumsi jahe selama hamil telahcukup baik (85%). Lebih dari separuh contoh (65%) menyatakan permintaannyaterhadap produk pereda mual berbentuk tablet isap, 10% contoh menginginkanproduk berbentuk susu, dan 25% menyatakan variasi produk lainnya. Sebagianbesar jahe yang sudah dikembangkan di Indonesia diolah dalam bentukminuman serbuk instan dengan berbagai merk. Digunakan tiga jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jaheyaitu: spray drying, vaccum drying, dan freeze drying. Berdasarkan hasil sidikragam, jenis pengeringan dalam pembuatan tepung ekstrak jahe tidak memberipengaruh yang signifikan (>0,05) terhadap persentase rendemen, estimasi

  • kehilangan, dan kelarutan tepung ekstrak jahe namun berpengaruh signifikan(0,05) namun berpengaruh signifikan(50%) menerima setiap formula tablet isap. Aspek yang banyakdisukai ibu hamil contoh terhadap tablet isap adalah rasa dan aroma jahenyayang segar. Sedangkan aspek yang kurang disukai ibu hamil contoh terhadaptablet isap jahe adalah rasa pedasnya, warnanya yang kurang menarik, danukurannya yang besar (diameter 2.5 cm dengan bobot 4 gram). Pemanfaatanjahe sebagai tablet isap untuk meredakan mual dan muntah kehamilan dinilaisangat baik oleh ibu hamil contoh. Secara keseluruhan, ibu hamil contohmenyatakan kesediaannya untuk membeli tablet isap jahe jika produk tersebutbenar-benar dikembangkan dan dipasarkan.

  • PEMANFAATAN JAHE (Zingiber officinale) SEBAGAI

    TABLET ISAP UNTUK IBU HAMIL DENGAN GEJALA MUALDAN MUNTAH

    DEVITA KUSUMA RAHINGTYAS

    Skripsi

    sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

    pada Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

    PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGAFAKULTAS PERTANIAN

    INSTITUT PERTANIAN BOGOR2008

  • Judul : Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet

    Isap untuk Ibu Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah

    Nama Mahasiswa : Devita Kusuma Rahingtyas

    Nomor Pokok : A54104080

    Disetujui,

    Dosen Pembimbing

    Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S.NIP 131 667 778

    Diketahui,

    Dekan Fakultas Pertanian

    Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP 131 124 019

    Tanggal lulus:

  • PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah

    memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

    berjudul Pemanfaatan Jahe (Zingiber officinale) sebagai Tablet Isap untuk Ibu

    Hamil dengan Gejala Mual dan Muntah. Penulis mengucapkan terima kasih tak

    terhingga kepada berbagai pihak atas bantuan yang diberikan kepada penulis

    selama penyusunan skripsi ini antara lain :

    1. Dr. Ir. Budi Setiawan, M.S. selaku dosen pembimbing atas segala arahan,

    masukan, bimbingan, kesabaran, dukungan, dan waktu luang yang

    diberikan kepada penulis.

    2. Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si. selaku dosen pemandu seminar dan penguji

    atas segala saran membangun yang diberikan kepada penulis.

    3. Keluarga besar penulis (Ibu, Bapak, Mbak Wita, Mbah Putri, Mas Aji, dan

    lain-lain) atas kasih sayang, inspirasi, bantuan, dukungan dan doanya.

    4. Sahabat dan teman-teman GMSK 41 (Adin, Rizka, Ima, Nurlaela, Dekus,

    Rika, Yulia, Marissa, Ari, Nova, Alfinda, Curly Kun, Eka, Edo, Aqsa, Ida,

    Angel, Venny, Ratna, Devi, Any, Rena, Daru, Achi, Retno, dan lainnya

    yang tidak dapat disebutkan satu per satu) untuk selalu ada, menguatkan,

    mengingatkan, dan menghibur dengan semangat dan canda tawanya.

    5. Bapak Mashudi, Bapak Dian, Ibu Nina, Ibu Rizky, Bapak Nurwanto, Kak

    Sigit (GMSK 36), Ibu Yuli (LAFIAL), Bapak Albert (Takasago), dan

    laboran lainnya atas bantuan dan nasihat yang diberikan kepada penulis.

    Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini tidaklah sempurna. Namun

    terlepas dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga penelitian

    ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak.

    Bogor, Agustus 2008

    Penulis

  • RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 1 Mei 1986. Penulis adalah

    anak kedua dari dua bersaudara dari pasangan R. Hari Purwadi dan Rr. Dewi

    Runantari.

    Jenjang pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1992 di SD Negeri

    Pengasinan Bintara 1, Bekasi. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri

    138, Jakarta pada tahun 1998. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikan

    di SMU Negeri 21, Jakarta. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program

    Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut

    Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui Jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

    Baru (SPMB).

    Selama di IPB, penulis aktif mengikuti kegiatan organisasi seperti Forum

    Komunikasi Rohis Departemen (FKRD) periode 2005/2006 dan Badan Eksekutif

    Mahasiswa Keluarga Mahasiswa (BEM KM) IPB periode 2006/2007 serta

    berbagai kegiatan kepanitiaan kampus. Penulis juga sering terlibat dalam

    berbagai kompetisi di bidang ilmiah seperti Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang

    Kewirausahaan (PKMK), Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) bidang

    pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial, Kontes Kreativitas dan Forum IPTEK

    Mahasiswa Nasional (KONTEKNAS), dan lain sebagainya.

    Beberapa prestasi yang pernah diraih penulis antara lain Finalis Meat and

    Lifestock Assosiation (MLA)s Project Proposal tahun 2006, Finalis Lomba Karya

    Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007, dan

    Juara II Lomba Opini Bidang Pendidikan Tingkat Universitas tahun 2007.

    Penulis juga pernah terlibat langsung sebagai relawan posko tumbuh kembang

    anak korban gempa usia prasekolah di Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten

    pasca peristiwa gempa di Bantul dan Yogyakarta tahun 2006.

  • DAFTAR ISI

    HalamanDAFTAR TABEL ...................................................................................... vii

    DAFTAR GAMBAR .................................................................................. viii

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix

    PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

    Latar Belakang ................................................................................. 1

    Tujuan ............................................................................................. 2

    Kegunaan ........................................................................................ 3

    TINJAUAN PUSTAKAKondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil.............................................. 4

    Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil ....................................................... 5

    Energi ....................................................................................... 5

    Vitamin A .................................................................................. 5

    Zat Besi .................................................................................... 5

    Kalsium ..................................................................................... 6

    Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil .......... 6

    Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 7

    Jahe (Zingiber officinale) .................................................................. 9

    Kandungan Gizi Jahe ....................................................................... 10

    Manfaat Jahe ................................................................................... 11

    Jahe dan Kehamilan ........................................................................ 12

    Gingerol ........................................................................................... 13

    Produk Olahan Jahe di Indonesia .................................................... 13

    Tablet Isap ....................................................................................... 14

    Bahan Penyusun Tablet Isap ........................................................... 15

    Metode Ekstraksi ............................................................................. 17

    Metode Pengeringan ........................................................................ 18

    Spray Dryer ............................................................................... 18

    Vaccum Dryer ........................................................................... 18

    Freeze Dryer ............................................................................ 19

    Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC)........... ...... 19

    METODE .................................................................................................. 21

    Waktu dan Tempat ........................................................................... 21

    Jumlah dan Cara Penarikan Contoh ................................................ 21

  • Jenis dan Cara Pengumpulan Data.................................................. 22

    Bahan dan Alat ................................................................................ 24

    Tahapan Penelitian .......................................................................... 25

    Pembuatan Produk .......................................................................... 25

    Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe ............................................. 25

    Pembuatan Tablet Isap Jahe ................................................... 26

    Pengolahan dan Analisis Data ......................................................... 27

    HASIL DAN PEMBAHASAN ..................................................................... 32

    Profil Ibu Hamil ................................................................................ 32

    Karakteristik Ibu Hamil .............................................................. 32

    Riwayat Kehamilan dan Penyakit .............................................. 33

    Status Gizi ................................................................................ 34

    Perilaku dan Kebiasaan Makan ................................................. 35

    Frekuensi Konsumsi Pangan .................................................... 37

    Tingkat Konsumsi Zat Gizi ....................................................... 38

    Mual dan Muntah Kehamilan (MMK) ................................................ 40

    Kejadian MMK ........................................................................... 40

    Frekuensi MMK ......................................................................... 41

    Jangka Waktu Kejadian MMK .................................................. 41

    Penyebab MMK ........................................................................ 42

    Pemeriksaan Kesehatan dan Obat Khusus MMK ...................... 43

    Pengetahuan Mengenai Jahe dan Pilihan Produk MMK Ibu Hamil ... 43

    Konsumsi Jahe selama Hamil ................................................... 43

    Pengolahan Jahe sebagai Produk Pereda MMK ....................... 44

    Pilihan Produk Pereda MMK .................................................... 44

    Produk Olahan Jahe yang Sudah Dikembangkan ............................ 45

    Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe .................................................... 45

    Analisis Fisik dan Penilaian Organoleptik Tepung Ekstrak Jahe ...... 46

    Kadar Air ................................................................................... 46

    Rendemen ................................................................................ 47

    Estimasi Kehilangan selama Pengeringan ................................ 47

    Kelarutan .................................................................................. 48

    Kandungan Gingerol ................................................................. 49

    Uji Hedonik ............................................................................... 49

  • Tepung Ekstrak Jahe Terbaik .......................................................... 51

    Formulasi Tablet Isap Jahe .............................................................. 51

    Karakteristik Fisik dan Mutu Organoleptik Tablet Isap Jahe ............. 53

    Kekerasan ................................................................................. 53

    Waktu Larut............................................................................... 54

    Derajat Keasaman (pH) ............................................................ 54

    Uji Mutu Hedonik ....................................................................... 55

    Formula Tablet Isap Jahe Terbaik .................................................... 57

    Uji Hedonik dan Penerimaan Ibu Hamil terhadap Tablet Isap Jahe .. 58

    Kontribusi Gingerol dan Estimasi Harga per Tablet .......................... 59

    KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 61

    Kesimpulan ...................................................................................... 61

    Saran ............................................................................................. 62

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 63

    LAMPIRAN ............................................................................................... 67

  • DAFTAR TABEL

    Halaman 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamil.... 7

    2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah) ........................... 11

    3 Cara pengategorian dan analisis varibel .......................................... 11

    4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristik .......................................... 32

    5 Sebaran ibu hamil menurut riwayat kehamilan ................................. 33

    6 Sebaran ibu hamil menurut riwayat penyakit .................................... 34

    7 Sebaran ibu hamil berdasarkan LILA ............................................... 35

    8 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi makan utama dan makan

    selingan.............................................................................................. 36

    9 Sebaran ibu hamil menurut makanan pantangan dan alergi.............. 37

    10 Sebaran ibu hamil menurut tingkat konsumsi zat gizi ....................... 39

    11 Sebaran terjadinya mual dan muntah kehamilan.............................. 41

    12 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut frekuensinya.............. 41

    13 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut jangka waktu kejadian 41

    14 Sebaran mual dan muntah kehamilan menurut penyebab kejadian . 42

    15 Sebaran pengetahuan ibu hamil tentang konsumsi jahe selama hamil 43

    16 Sebaran persetujuan ibu hamil terhadap pengolahan jahe sebagai

    produk pereda mual dan muntah kehamilan........... .......................... 44

    17 Sebaran jenis pilihan produk pereda mual dan muntah

    kehamilan.................................................... ..................................... 44

    18 Estimasi pemakaian Bahan Tambahan Pangan (BTM).. 52

    19 Formulasi tablet isap jahe 52

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman 1. Jahe ................................................................................................. 10

    2. Struktur senyawa gingerol ................................................................ 13

    3. Spray dryer ...................................................................................... 24

    4. Vaccum dryer ................................................................................... 24

    5. Freeze dryer .................................................................................... 24

    6. Skema tahapan penelitian ................................................................ 25

    7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe......................................... 26

    8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe ............................................... 26

    9. Beberapa produk olahan jahe yang telah dikembangkan di Indonesia 38

    10. Penampakan tepung ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 45

    11. Persentase kadar air dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai

    metode pengeringan ........................................................................ 46

    12. Persentase rendemen dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai

    metode pengeringan........................................................................... 47

    13. Persentase estimasi kehilangan dalam tepung ekstrak jahe pada

    berbagai metode pengeringan ......................................................... 48

    14. Persentase kelarutan dalam tepung ekstrak jahe pada berbagai

    metode pengeringan ........................................................................ 49

    15. Persentase kadar gingerol sebagai senyawa aktif dalam tepung

    ekstrak jahe pada berbagai metode pengeringan 49

    16. Modus penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada berbagai

    metode pengeringan ........................................................................ 50

    17. Persentase penerimaan terhadap tepung ekstrak jahe pada

    berbagai metode pengeringan ........................................................ 51

    18. Penampakan tablet isap jahe pada berbagai formulasi . ................... 52

    19. Kekerasan tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 53

    20. Waktu larut tablet isap jahe pada berbagai formula .......................... 54

    21. Derajat keasaman (pH) tablet isap jahe pada berbagai formula.. 55

    22. Sebaran modus penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe .... 56

    23. Sebaran persentase penilaian panelis terhadap mutu tablet isap jahe 57

    24. Sebaran modus penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe ..... 58

    25. Sebaran persentase penerimaan ibu hamil terhadap tablet isap jahe 59

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman1 Kuesioner profil ibu hamil .................................................................... 68

    2 Metode analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe......................... 72

    3 Kuesioner uji organoleptik tepung ekstrak jahe 74

    4 Kuesioner uji organoleptik tablet isap jahe .......................................... 75

    5 Kuesioner uji organoleptik dan penerimaan tablet isap jahe. 77

    6 Sebaran ibu hamil menurut frekuensi konsumsi pangan . 79

    7 Hasil analisis karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai

    pengeringan ........................................................................................ 80

    8 Hasil analisis mutu fisik tablet isap jahe pada berbagai formula .......... 81

    9 Hasil sidik ragam karakteristik fisik tepung ekstrak jahe pada berbagai

    pengeringan ........................................................................................ 82

    10 Hasil sidik ragam mutu fisik tablet isap pada berbagai formula ........... 83

    11 Perhitungan kontribusi kandungan gingerol per tablet 84

    12 Estimasi harga tablet isap jahe 85

    13 Kromatogram analisis kadar gingerol .................................................. 86

  • PENDAHULUAN

    Latar BelakangKondisi kesehatan ibu hamil di Indonesia saat ini masih belum seperti

    yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara Asia Tenggara

    lainnya. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan,

    angka kematian ibu hamil dan melahirkan di Indonesia merupakan yang tertinggi

    di Asia Tenggara. Beberapa wilayah di Indonesia yang angka kematiannya

    masih tinggi (400 orang) antara lain Jawa Barat, Nusa Tenggara Barat, dan

    Nusa Tenggara Timur. Angka kematian ibu hamil dapat ditekan dengan

    mencegah berbagai risiko kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan

    kehamilan dan persalinan sejak awal masa kehamilan.

    Beberapa masalah rawan kesehatan pada ibu hamil terjadi di awal masa

    kehamilan. Mual dan muntah merupakan gangguan yang umum terjadi di

    trimester pertama masa kehamilan namun tidak tertutup kemungkinan gejala

    tersebut akan tetap dialami oleh ibu hamil pada trimester berikutnya. Mual dan

    muntah kehamilan dapat menurunkan kemampuan dan stamina ibu hamil dalam

    porsi besar. Menurut Smith et al. (2004), sebanyak 25% ibu hamil yang

    mengalami masalah mual dan muntah memerlukan waktu untuk beristirahat dari

    pekerjaannya.

    Mual dan muntah yang terus menerus dan berlebihan dapat menjadi

    berbahaya apabila tidak segera dilakukan penanganan. Tubuh ibu hamil akan

    kekurangan protein dan energi sehingga kebutuhan kalori ibu hamil akan tidak

    tercukupi. Ibu hamil juga terancam kekurangan gizi jika ia sudah tidak dapat

    menelan makanan dan tidak dapat minum sehingga diperlukan infus cairan dan

    makanan. Menurut Nadesul (2005), mual dan muntah yang hebat juga banyak

    dipengaruhi oleh unsur kejiwaan sehingga perasaan ibu harus ditenangkan.

    Perawatan di rumah sakit disarankan untuk dilakukan agar tidak terjadi Bayi

    Berat Lahir Rendah (BBLR) dan kurang gizi pada bayi.

    Sebab mual dan muntah pada kehamilan masih belum diketahui dengan

    pasti oleh para ahli namun kerap dihubungkan dengan beragam faktor seperti

    perubahan hormonal selama kehamilan serta pengaruh psikologis. Penggunaan

    obat untuk mengatasi gangguan mual dan muntah masih terbatas. Produk-

    produk alami seperti jahe, rasberry merah, dan umbi liar telah disarankan di

    Amerika sebagai alternatif penanggulangan. Ibu hamil juga menggunakan

    pertolongan medis dan melakukan berbagai macam strategi untuk meredakan

  • gejala mual dan muntah yang mereka hadapi (Vutyavanich et al. 2001). Mual dan

    muntah kehamilan relatif akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia

    kehamilan.

    Spesialis kebidanan dan kandungan, dr. Boy Abidin, SpOG., menyatakan

    ada beberapa langkah yang dapat dilakukan ibu hamil untuk meringankan gejala

    mual dan muntah kehamilan agar tidak sampai mengganggu proses kehamilan

    dan pertumbuhan janin, salah satunya adalah mengonsumsi jahe (Anonim 2008).

    Konsumsi jahe untuk mengatasi mual dan muntah sebenarnya sudah lama

    menjadi tradisi di beberapa negara. Walaupun beberapa sumber dari pusat

    informasi pengobatan di Amerika pada awalnya menyatakan bahwa jahe,

    sebagai obat antiemetik dan ayurvedik dari Cina, memiliki pengaruh kontradiktif

    selama masa kehamilan, namun penelitian lanjutan yang dilakukan di beberapa

    negara membuktikan bahwa jahe efektif dan tidak membawa efek buruk bagi ibu

    hamil dan bayinya (Kimura et al. 2005). Penelitian ini dilakukan berdasarkan

    berbagai keterangan dan hasil observasi terdahulu sebagai upaya aplikatif untuk

    menindaklanjuti manfaat jahe sebagai pereda gejala mual dan muntah kehamilan

    dengan mengolah jahe ke dalam bentuk produk yang dapat dikonsumsi secara

    aman oleh ibu hamil.

    Tujuan PenelitianTujuan Umum :

    Membuat suplemen untuk meminimalisasi terjadinya mual dan muntah

    pada ibu hamil dengan memanfaatkan kandungan gingerol di dalam jahe

    sebagai pencegah mual dan muntah sehingga membantu terpenuhinya

    kebutuhan gizi ibu hamil sejak awal.

    Tujuan Khusus :

    1. Mempelajari besar sebaran terjadinya mual dan muntah ibu hamil

    pada masa kehamilan

    2. Mempelajari karakteristik, perilaku dan kebiasaan makan, riwayat

    kesehatan, status gizi, dan tingkat konsumsi zat gizi pada ibu hamil

    3. Mempelajari seberapa baik jahe dikenal di masyarakat sebagai

    pereda mual dan muntah kehamilan serta pilihan bentuk produk

    pereda mual bagi ibu hamil

    4. Mempelajari ragam produk olahan jahe yang sudah dikembangkan

  • 5. Membuat produk pereda mual dan muntah terbuat dari jahe yang

    aman dikonsumsi oleh ibu hamil dengan gejala mual dan muntah

    dalam bentuk tablet

    6. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan metode pengeringan terhadap

    karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe (kadar air, kelarutan,

    kandungan senyawa gingerol, rendemen, estimasi kehilangan selama

    pengeringan, dan aspek-aspek hedonik) serta menyeleksi tepung

    ekstrak jahe dengan kualitas paling baik

    7. Mengidentifikasi pengaruh perbedaan formula terhadap mutu fisik

    (kekerasan, pH, waktu larut) tablet isap jahe dan mengetahui mutu

    hedonik tablet isap jahe yang dihasilkan

    8. Menganalisis kontribusi gingerol dan biaya produksi per tablet

    9. Mempelajari daya terima ibu hamil terhadap tablet isap jahe sebagai

    pereda mual dan muntah kehamilan

    Kegunaan Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi positif untuk

    meningkatkan peran masyarakat terutama yang berkecimpung di bidang gizi dan

    kesehatan agar terpacu dan lebih peka terhadap masalah gizi dan kesehatan di

    Indonesia. Kemudahan akses informasi terhadap penemuan-penemuan baru di

    bidang penelitian dan pengembangan gizi diharapkan dapat lebih dimanfaatkan

    serta diterapkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.

    Bagi pemerintah dan para pengusaha di bidang industri pangan dan obat-

    obatan, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk membuat produk

    bagi ibu hamil, khususnya yang menderita mual dan muntah, sebagai langkah

    preventif penanggulangan masalah kekurangan gizi sejak dini di Indonesia.

    Diharapkan agar lembaga atau instansi terkait juga lebih tanggap terhadap

    penggunaan bahan baku yang mengandalkan sumberdaya lokal sehingga sektor

    ekonomi di Indonesia dapat lebih ditingkatkan pula.

  • TINJAUAN PUSTAKA

    Kondisi Kesehatan dan Gizi Ibu Hamil Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun 1999

    menunjukan terjadinya peningkatan Angka Kematian Ibu (AKI). Tahun 1997

    terdapat 318 orang jumlah ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup. AKI

    meningkat pada tahun 1999 menjadi 380 orang ibu meninggal per 100.000

    kelahiran hidup. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

    tahun 2001, terdapat 377 orang ibu meninggal per 100.000 kelahiran hidup

    (Departemen Kesehatan 2005). Kematian ibu hamil disebabkan oleh beberapa

    faktor seperti faktor sosial, faktor budaya, faktor ekonomi, maupun faktor

    kesehatan (Rahman 2003).

    Status gizi ibu sebelum dan selama hamil dapat mempengaruhi

    pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila gtatus gizi ibu normal pada

    masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan melahirkan bayi

    yang sehat, cukup bulan, dengan berat badan normal sehingga kualitas bayi

    yang dilahirkan sangat tergantung pada keadaan gizi ibu sebelum dan selama

    hamil (Lubis 2003).

    Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi karena

    kebutuhan energi dan zat gizi lainnya meningkat selama kehamilan. Peningkatan

    energi dan zat gizi tersebut diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan

    janin, pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi, dan

    metabolisme tubuh ibu. Kekurangan zat gizi tertentu yang diperlukan saat hamil

    dapat menyebabkan janin tumbuh tidak sempurna. Bagi ibu hamil, pada

    dasarnya, semua zat gizi memerlukan tambahan terutama pada intake energi

    protein dan beberapa mineral seperti zat besi dan kalsium (Lubis 2003).

    Kebutuhan energi untuk kehamilan yang normal perlu tambahan kira-kira

    80.000 kalori selama masa kurang lebih 280 hari. Hal ini berarti perlu tambahan

    ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari selama hamil (Nasution

    1988 dalam Lubis 2003). Kebutuhan energi pada trimester I meningkat secara

    minimal. Kemudian sepanjang trimester II dan III kebutuhan energi terus

    meningkat sampai akhir kehamilan. Energi tambahan selama trimester II

    diperlukan untuk pemekaran jaringan ibu seperti penambahan volume darah,

    pertumbuhan uterus dan payudara, serta penumpukan lemak. Energi tambahan

    digunakan untuk pertumbuhan janin dan plasenta selama trimester III

    (Hardinsyah & Martianto 1992).

  • Kehamilan selalu berhubungan dengan perubahan fisiologis yang

    berakibat peningkatan volume cairan dan sel darah merah serta penurunan

    konsentrasi protein pengikat nutrisi dalam sirkulasi darah, begitu juga dengan

    penurunan nutrisi mikro. Perubahan ini, di kebanyakan negara berkembang,

    dapat diperburuk oleh kekurangan nutrisi dalam kehamilan yang berdampak

    pada defisiensi nutrisi mikro seperti anemia yang dapat berakibat fatal pada ibu

    hamil dan bayi baru lahir (Parra et al. 2005 dalam Andotopo & Arifin 2006).

    Menurut Lubis (2003), keterbatasan nutrisi kehamilan (maternal) pada saat

    terjadinya proses pembuahan janin dapat berakibat pada kelahiran prematur dan

    efek negatif jangka panjang pada kesehatan janin. Sekitar 40 % wanita yang

    melahirkan prematur disebabkan oleh faktor yang tak diketahui (idiopatik).

    Gizi yang Dibutuhkan Ibu Hamil Menurut Gizi dalam Angka, masih banyak anggota masyarakat yang

    mengabaikan pentingnya masa kehamilan meskipun kehamilan sudah

    merupakan bagian dari daur hidup kehidupan pada wanita. Kehamilan

    membutuhkan tambahan asupan pangan karena adanya peningkatan kebutuhan

    zat-zat gizi (Departemen Kesehatan 2005). Beberapa zat gizi yang penting dan

    sangat dibutuhkan selama masa kehamilan antara lain:

    Energi

    Energi merupakan salah satu hasil metabolisme karbohidrat, protein dan

    lemak. Kebutuhan energi selama ibu hamil adalah untuk membentuk atau

    membangun jaringan baru (fetus, plasenta, uterus, cairan amniotik, payudara),

    peningkatan volume darah, dan menyuplai jaringan baru. Pangan yang kaya

    akan sumber energi adalah pangan sumber lemak (lemak atau minyak, buah

    berlemak, dan biji berminyak), pangan sumber karbohidrat (beras, jagung, oat,

    serealia), dan pangan sumber protein (daging, ikan, telur susu dan aneka produk

    turunannnya) (Departemen Kesehatan 2005).

    Vitamin A

    Adanya pertumbuhan janin, berarti terjadi peningkatan pertumbuhan dan

    pembelahan sel dalam tubuh ibu. Vitamin A dalam bentuk retionic acid mengatur

    pertumbuhan dan pembelahan sel dalam jaringan. Namun, ibu tidak dianjurkan

    untuk mengkonsumsi suplementasi vitamin A selama hamil karena dosis tinggi

    vitamin A akan memberikan efek teratogenik (keracunan). Mengkonsumsi buah-

    buahan, daging, unggas, ikan, telur, sayuran berdaun hijau, akar dan umbi-

  • umbian sehari-hari, akan membantu ibu memenuhi kebutuhan vitamin A

    (Departemen Kesehatan 2005).

    Zat Besi Kekurangan zat besi akan menghambat pembentukan hemoglobin yang

    berakibat pada terhambatnya pembentukan sel darah merah. Ibu hamil dan ibu

    menyusui merupakan kelompok yang beresiko tinggi terhadap anemia yang

    disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hal ini tidak terlepas dari banyaknya darah

    yang dikeluarkan selama masa persalinan. Sumber pangan yang banyak

    mengandung zat besi adalah nabati kedelai, kacang-kacangan, sayuran daun

    hijau, dan rumput laut (Departemen Kesehatan 2005).

    KalsiumKalsium dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tulang, gigi, jantung

    yang sehat, syaraf dan otot. Kekurangan kalsium akan menyebabkan

    pertumbuhan tulang dan gigi jadi terhambat. Sumber pangan yang banyak

    mengandung kalsium adalah susu, sayuran hijau, kacang-kacangan, biji-bijian,

    dan ikan (Departemen Kesehatan 2005).

    Kebiasaan Makan dan Perilaku Konsumsi Pangan Ibu Hamil Perilaku terhadap gizi dan makanan merupakan respon seseorang

    terhadap makanan yang meliputi pengetahuan, sikap, dan keterampilan atau

    praktek seseorang terhadap makanan. Kebiasaan makan merupakan pola

    perilaku konsumsi pangan yang diperoleh dari pola praktek yang dilakukan

    berulang-ulang. Tindakan manusia terhadap makan dan makanan yang

    dipengaruhi oleh pengetahuan dan perasaan serta persepsi tentang hal tersebut.

    Cara-cara individu dan kelompok individu memilih, mengonsumsi, dan

    menggunakan makanan yang tersedia didasarkan pada faktor-faktor sosial

    budaya di mana manusia tersebut hidup (Guthe & Mead 1979 dalam Suhardjo

    1989).

    Kebutuhan energi dan zat gizi selama kehamilan meningkat sebagai

    akibat proses anabolik di dalam tubuh ibu hamil. Peningkatan kebutuhan ini

    digunakan untuk pembentukan sel-sel dan jaringan-jaringan baru, serta untuk

    memenuhi energi pertumbuhan dan aktivitasnya bagi ibu maupun energi

    pertumbuhan untuk janin yang dikandungnya (Hardinsyah & Martianto 1992).

    Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi pangan dan gizi

    yang kurang selama masa kehamilan berdampak buruk pada bayi yang

    dilahirkan maupun bagi ibu. Bayi yang kurang mendapat suplai zat gizi dari ibu

  • seringkali mengalami kelahiran prematur, lahir dengan berat badan rendah, atau

    lahir dalam keadaan meninggal. Bayi yang mengalami kurang gizi selama di

    kandungan, pada umumnya, mengalami hambatan pertumbuhan setelah

    kelahiran meskipun bayi lahir selamat. Hambatan pertumbuhan tersebut

    khususnya pertumbuhan volume otak yang erat kaitannya dengan kecerdasan

    anak. Anak yang mengalami keadaan demikian biasanya mempunyai tingkat

    kecerdasan dan perkembangan mental yang rendah, terjadi pula kelambatan

    dalam sosialisasi dan kepekaan terhadap rangsangan. Akibat yang sering

    membahayakan ibu sendiri adalah terjadinya pendarahan selama melahirkan

    (Hardinsyah & Martianto 1992).

    Konsumsi pangan sebelum kehamilan dan selama masa kehamilan

    berpengaruh terhadap kesehatan ibu hamil. Ibu hamil yang cukup konsumsi

    pangan dan gizi sebelum hamil, pada umumnya, kurang mengalami masalah

    yang berarti selama kehamilan. Konsumsi pangan dan gizi yang mencukupi

    kebutuhan serta diiringi dengan latihan fisik ringan memberi dampak yang baik

    pada ibu hamil (Hardinsyah & Martianto 1992).

    Tabel 1 Persyaratan mutu Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2005 ibu hamilNo Syarat Mutu Satuan AKG 2005 Hamil (Tambahan)

    Trimester I Trimester II Trimester III123456789

    101112131415161718

    EnergiProteinVitamin AVitamin B1Vitamin B2Vitamin B3Vitamin B6Vitamin B9Vitamin B12Vitamin CKalsiumBesiSengMagnesiumManganIodiumSeleniumFluor

    Kkalg

    mcg/REmgmgmgmgmcgmcgmgmgmgmgmgmgmcgmcgmg

    +100+17+300+0.3+0.3+4

    +0.4+200+0.2+10+150+0

    +1.1+30+0.2+50+5

    +0.2

    +100+17+300+0.3+0.3+4

    +0.4+200+0.2+10+150+6

    +4.2+30+0.2+50+5

    +0.2

    +100+17+300+0.3+0.3+4

    +0.4+200+0.2+10+150+13+9.0+30+0.2+50+5

    +0.2

    Mual dan Muntah selama Kehamilan Gejala mual dan muntah banyak dialami oleh hampir semua wanita hamil.

    Delapan puluh persen wanita hamil mengalami gejala mual dan muntah pada

    bulan-bulan pertama kehamilan. Ditemukan dari penelitian yang dilakukan di

  • Cornell University, Amerika Serikat, bahwa gejala morning sickness atau mual

    dan muntah pada awal kehamilan ini mencapai puncaknya pada minggu ke-6

    hingga ke-18 dari masa kehamilan. Morning sickness lebih sering terjadi pada

    kehamilan pertama, pada wanita muda, dan kehamilan bayi kembar (Anonim

    2007).

    Mual dan muntah terjadi karena adanya pengaruh dari peningkatan kadar

    hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin) dan estrogen. Kedua hormon ini

    diproduksi oleh plasenta dan janin, yang menyebabkan perut kosong lebih lama.

    Hal ini mengakibatkan terjadinya gejala mual dan muntah. Teori lainnya adalah

    karena pengaruh hormon progesteron yang dominan selama masa kehamilan.

    Hormon ini berperan dalam "melembutkan" otot-otot tubuh, terutama di bagian

    rahim, untuk mencegah kelahiran prematur. Progesteron juga

    mengistirahatkankan kerja saluran pencernaan sehingga proses pengosongan

    perut berjalan lebih lambat, dan mengakibatkan meningkatnya asam lambung

    penyebab munculnya mual (Anonim 2007).

    Berat ringannya gejala mual dan muntah kehamilan berbeda-beda pada

    setiap wanita. Ada yang hanya berupa mual-mual biasa, ada juga yang sampai

    muntah-muntah berat sampai tak bisa melakukan apa pun. Gejala mual dan

    muntah yang parah dikenal dengan istilah hyperemesis gravidarum atau mual

    dan muntah terjadi dengan intensitas yang sangat sering dan cukup parah. Batas

    yang jelas antara mual dan muntah yang fisiologis dengan hiperemesis

    gravidarum tidak ada namun apabila keadaan umum penderita terpengaruh,

    maka dapat dianggap sebagai hiperemesis gravidarum (Lestari 2005).

    Beberapa teori menekankan penyebab mual dan muntah pada ibu hamil

    adalah ketidakseimbangan hormonal selama kehamilan, kekurangan vitamin B,

    hipertiroid, hiperasiditas lambung, infeksi H. pylori, gangguan metabolisme

    karbohidrat, meningkatnya sensitivitas terhadap bau selama kehamilan, dan lain

    sebagainya. Faktor psikologis juga memegang peranan penting pada penyakit ini

    antara lain takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung

    jawab sebagai ibu, pertentangan dengan suami atau mertua, kesulitan

    sosioekonomi, dan lainnya. Faktor ini dapat menyebabkan beban mental yang

    dapat memperberat mual dan muntah. Beberapa penelitian juga melaporkanbahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko mual dan muntah

    pada ibu hamil yaitu hamil pada usia muda, obesitas, hamil pertama kalinya,

  • kehamilan kembar, hamil anggur (mola hidatidosa), dan pernah mengalami mualdan muntah berat sebelumnya (Lestari 2005).

    Faktor psikis dapat memicu dan memperburuk muntah. Berat badan

    penderita menurun dan terjadi dehidrasi. Dehidrasi dapat menyebabkan

    perubahan kadar elektrolit di dalam darah sehingga darah menjadi terlalu asam.

    Muntah yang terus terjadi akan dapat menyebabkan kerusakan hati. Komplikasi

    lainnya adalah perdarahan pada retina yang disebabkan oleh meningkatnya

    tekanan darah ketika penderita muntah. Penderita dirawat dan mendapatkan

    cairan, glukosa, elektrolit, serta vitamin melalui infus. Penderita berpuasa selama

    24 jam. Dapat pula diberikan obat anti-mual dan obat penenang. Jika dehidrasi

    telah berhasil diatasi, penderita dapat mulai memakan makanan lunak dalam

    porsi kecil. Biasanya muntah berhenti dalam beberapa hari. Jika gejala kembali

    kambuh maka pengobatan akan diulang kembali (Kaem 2006).

    Jahe (Zingiber officinale)Jahe merupakan akar-akaran segar atau kering dari Zingiber officinale.

    Ahli botani Inggris William Roscoe (1753-1831) mempopularkan nama Zingiber

    officinale pada tahun 1807. Keluarga jahe merupakan kelompok tanaman tropis,

    terutama yang berasal dari Indonesia dan Malaysia. Terdiri atas lebih dari 1200

    spesies tanaman dalam 53 genera. Genus Zingiber terdiri dari 85 spesies

    tanaman obat aromatik yang berasal dari Asia Timur dan Australia tropis. Nama

    genus tersebut diturunkan dari kata Sanskrit yang menunjukkan bentuk tanduk,

    yang menerangkan tonjolan keluar pada bagian rimpang. Tanaman jahe tumbuh

    tegak selama bertahun-tahun dengan ketinggian 1-3 kaki. Cabangnya dikelilingi

    pelepah sebagai tempat tinggal daun-daunan bertingkat dua. Kayunya

    menyerupai paku kekuningan dengan bunga-bunga bertepi ungu yang menjadi

    penguat di bagian bawahnya yang berwarna kuning kehijauan, namun, jahe

    jarang berbunga dalam pembudidayaan (Foster 2000 dalam Aminah 2004).

    Jahe merupakan tanaman jenis rimpang yang sejak dulu digunakan

    manusia sebagai bahan rempah dan obat-obatan. Cabang dari rimpang jahe,

    biasanya berbentuk jari manusia dan memiliki bau harum, karena memiliki

    kandungan minyak atsiri. Kandungan ilmiah lain yang dimiliki jahe adalah

    gingerol, minyak terbang, dan limonene. Tanaman ini juga mengandung zat aktif

    shogaol dan gingerol yang berfungsi untuk membangkitkan energi. Bahkan, para

    ahli menyebutnya sebagai jenis tanaman antioksidan terkuat sedunia (Anonim

    2007). Rasa dominan pedas pada jahe disebabkan senyawa keton bernama

  • zingeron. Aroma jahe disebabkan oleh minyak atsiri sedangkan kandungan

    oleoresinnya menyebabkan rasa pedas (Koswara 1995). Klasifikasi tanaman

    jahe adalah sebagai berikut:

    Dunia : Spermatophyta

    Kelas : Angiospermae

    Subkelas : Monocotyledoneae

    Ordo : Musales

    Famili : Zingiberaceae

    Genus : Zingiber

    Species : Zingiber officinale

    Gambar 1. Jahe

    Kandungan Gizi Jahe

    Komponen yang terkandung dalam jahe antara lain adalah air 80.9%,

    protein 2.3%, lemak 0.9%, mineral 1-2%, serat 2-4%, dan karbohidrat 12.3%.

    Kandungan kimia tersebut berbeda-beda tergantung dari faktor genetik dan

    faktor lingkungan tumbuh yang meliputi iklim, ketinggian, cuaca, jenis tanah,

    pemupukan, dan pengolahan pasca panen. Menurut Young et al. (2003) dalam

    Amalia (2004), rimpang jahe mengandung dua bagian utama yaitu minyak volatil

    yang membawa aroma dan gingerol sebagai pembawa rasa pedas. Jahe

    mengandung 1-2% minyak volatil, 5-8% bahan damar, zat tepung, dan getah.

    Friedli (2002) dalam Aminah (2004) menjelaskan kandungan jahe meliputi

    minyak volatil, oleoresin (gingerol, shogaol, zingeron), fenol, enzim proteolitik,

    vitamin B6, vitamin C, kalsium, magnesium, fosfor, natrium, dan asam linolenik.

    Menurut Ketaren dan Djatmiko (1980) dalam Khairani (2002), jahe kering

    mengandung oleoresin yang terdiri dari gingerol, zingiberol, shogaol, dan

    zingeberen sekitar 0,5-5,3%. Sedangkan menurut Burkill (1953) dalam Khairani

    (2002), kandungan oleoresin dalam jahe segar 0,4-3,1%, tergantung umur panen

    dan tumbuhnya. Semakin tua umur umbi akar jahe semakin besar kandungan

    oleoresinnya. Terdapat persenyawaan kimia gingerol 1,1-2,2% yang memberikan

  • rasa pedas dan zingiberol sekitar 0,04% di dalam oleoresin (Whiteley et al. 1951

    dalam Khairani 2002).

    Menurut Rukmana (2000), minyak atsiri pada jahe menimbukan aroma

    khas, sedangkan cita rasa jahe yang pedas dan agak pahit dipengaruhi oleh

    oleoresin yang merupakan komponen jahe. Komposisi kimia jahe dapat dilihat

    pada Tabel 3.

    Tabel 2 Komposisi kimia jahe per 100 gram (berat basah)

    Komponen JumlahJahe segar Jahe keringEnergi (KJ)Protein (g)Karbohidrat (g)Lemak (g)Kalsium (mg)Fosfor (mg)Besi (mg)Vitamin A (SI)Vitamin C (mg)Serat kasar (g)Total abu (g)

    184,01,51,0

    10,121394,3304

    7,533,7

    1424,09,16,070,811614812147

    -5,94,7

    Sumber : Koswara (1995)

    Manfaat JaheBerdasarkan sejumlah penelitian, jahe memiliki manfaat antara lain untuk

    merangsang pelepasan hormon adrenalin dan memperlebar pembuluh darah

    sehingga darah mengalir lebih cepat dan lancar. Hal tersebut mengakibatkan

    tekanan darah menjadi turun. Jahe mengandung dua enzim pencernaan yang

    penting. Pertama, protease yang berfungsi memecah protein. Kedua, lipase yang

    berfungsi memecah lemak. Kedua enzim ini membantu tubuh mencerna dan

    menyerap makanan. Jahe sekurangnya mengandung 19 komponen bioaktif yang

    berguna bagi tubuh. Komponen yang paling utama adalah gingerol yang bersifat

    antikoagulan, yaitu mencegah penggumpalan darah. Gingerol diperkirakan juga

    membantu menurunkan kadar kolesterol. Jahe dapat menghambat serotonin

    sebagai senyawa kimia pembawa pesan yang menyebabkan perut berkontraksi

    dan menimbulkan rasa mual (Sahelian 2007 dalam Amalia 2004).

    Menurut Schuler (1990) dalam Aminah (2004), jahe mempunyai beberapa

    manfaat yaitu sebagai antioksidan dan antikanker. Jahe adalah salah satu bahan

    pangan yang mengandung senyawa fenol yang berperan sebagai antioksidan.

    Jahe juga termasuk jenis bahan pangan yang berpotensi dalam pencegah

  • kanker karena terbukti memiliki aktivitas antioksidan dan antikanker

    (antikarsinogenik) yang tinggi.

    Menurut Megawati (2007), Dr.Francesca Borelli dan kawan-kawan dari

    University of Naples Frederico mengulas beberapa literatur medis untuk

    mempelajari jahe, mereka menemukan enam penelitian yang menguji jahe pada

    wanita hamil. Dikemukakan, jahe berfungsi lebih baik dibandingkan plasebo atau

    vitamin B6 dan dianggap aman untuk wanita hamil. Jahe, dalam beberapa

    penelitian, dapat mengatasi mual, muntah, bahkan hiperemesis gravidarum.

    Mengonsumsi jahe dapat merangsang pengeluaran air liur dan memperlancar

    cairan pencernaan.

    Jahe dan Kehamilan Jahe efektif untuk mengurangi derita mual dan muntah selama hamil.

    Penggunaan jahe untuk mengatasi mual dan muntah tidak akan meningkatkan

    risiko negatif pada janin. Beberapa penelitian yang dipublikasikan dua puluh

    tahun terakhir menerangkan klaim tradisional dalam penggunaan jahe sebagai

    anti muntah dan agen anti pembawa penyakit (Sripramote et al. 2006).

    Jahe, dalam dosis sedikitnya 1 gram, efektif mencegah mual dan muntah

    yang sering menimpa pasien setelah menjalani operasi. Jahe telah digunakan

    sebagai obat tradisional di Cina untuk menghilangkan mual, muntah, dan gejala

    lambung dan usus lainnya. Beberapa penelitian dalam sepuluh tahun ini telah

    mengevaluasi efek jahe dalam mencegah mual dan muntah setelah operasi.

    Dibandingkan plasebo, jahe mengurangi risiko mual dan muntah dalam 24 jam

    setelah operasi sebanyak 31%. Persentase harapan pasien meningkat sampai

    35% dalam mengatasi mual dan muntah. Satu-satunya efek yang terlihat dari

    pemberian jahe tersebut adalah ketidaknyamanan di bagian perut (Sripramote et

    al. 2006).

    Rasmussan et al. (1991) dalam Kimura et al. (2005), dengan

    menggunakan percobaan double-blind randomized cross-over, menemukan

    bahwa 1 gram jahe per hari efektif dalam mengurangi gejala mual dan muntah

    kehamilan dan tidak terlihat memiliki efek samping atau efek yang buruk

    terhadap kehamilan. Smith et al. (2004) dalam penelitiannya menyatakan

    konsumsi tepung jahe dalam dosis 1 gram per hari selama 4 hari terbukti lebih

    baik dibanding plasebo dalam mengurangi dan mengatasi gejala mual dan

    muntah dari tingkat rendah sampai tingkat tinggi.

  • Keating dan Chez (2003) dalam Kimura et al. (2005), menggunakan sirup

    jahe dalam air untuk mempelajari efek perbaikan jahe pada rasa mual di awal

    kehamilan. Penelitian double-blind tersebut menunjukkan perbaikan positif terjadi

    pada 77% kasus yang diujikan. Kemudian disimpulkan bahwa 1 gram jahe dalam

    bentuk sirup per hari bermanfaat bagi pasien pada beberapa kasus mual dan

    muntah selama trimester pertama kehamilan. Vutyavanich et al. (2001)

    menyimpulkan pada beberapa penelitian double-blind lainnya bahwa jahe

    bekerja efektif untuk mengatasi gejala mual dan muntah yang timbul selama

    masa kehamilan tanpa efek buruk yang menyertai. Fulder dan Tenne (1996)

    dalam Kimura et al. (2005), melaporkan bahwa jahe direkomendasikan sebagai

    obat alternatif untuk menangani kehamilan yang berhubungan dengan mual dan

    muntah di banyak negara bagian barat.

    GingerolInti jahe yang disebut gingerol merupakan molekul radikal bebas yang

    kuat dan dapat beraksi sebagai antioksidan. Gingerol menurunkan produk

    oksidatif dalam saluran pencernaan yang menyebabkan munculnya rasa mual.

    Gingerol juga dapat menyebabkan pembuluh darah membesar yang biasanya

    ditandai dengan efek hangat dan menghambat penerimaan serotonin di dalam

    lambung yang memicu terjadinya rasa mual. Dikenal beberapa jenis jahe, tapi

    yang dianggap berkhasiat sebagai obat adalah jahe merah, karena kandungan

    minyak atsiri pada jahe merah lebih banyak (Megawati 2007).

    Gambar 2. Struktur senyawa gingerol

    Produk Olahan Jahe di Indonesia

    Tanaman jahe telah lama dikenal dan tumbuh baik di Indonesia. Jahe

    merupakan salah satu rempah-rempah penting. Rimpangnya sangat luas

    dipakai, antara lain sebagai bumbu masak serta pemberi aroma dan rasa pada

    makanan seperti roti, kue, biskuit, kembang gula dan berbagai minuman. Jahe

    juga digunakan dalam industri obat, minyak wangi dan jamu tradisional. Jahe

    muda dimakan sebagai lalaban, juga diolah menjadi asinan dan acar. Jahe dapat

  • memberi efek rasa panas dalam perut sehingga juga digunakan sebagai bahan

    minuman seperti bandrek, sekoteng dan sirup (Koswara 1995).

    Terdapat produk hasil olahan jahe yang dikenal di masyarakat, di

    antaranya bandrek, sekoteng, wedang jahe, ronde atau STMJ (susu, telur, madu,

    jahe). Minuman ini selain cocok untuk mengatasi keluhan mual juga memberikan

    rasa hangat dan menyegarkan karena jahe bersifat memperlancar aliran darah

    sehingga vitalitas meningkat dan orang merasa lebih sehat. Jahe di India

    biasanya dikonsumsi dalam bentuk teh (Koswara 1995).

    Tablet Isap Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata

    atau cembung rangkap, umumnya bulat, mengandung satu jenis obat atau lebih

    dengan atau tanpa zat tambahan, digunakan baik untuk tujuan pengobatan lokal

    maupun sistemik (Anief 2007). Tablet isap (troches dan lozenges) biasanya

    dibuat dengan menggabungkan obat/ bahan aktif seperti antibiotik, antiseptik,

    analgesik, atau bahkan vitamin yang diinginkan, dalam suatu bahan dasar

    kembang gula yang keras dan beraroma menarik. Troches dan lozenges

    merupakan bentuk dari tablet yang dimaksudkan untuk pemakaian rongga mulut.

    Tablet isap dirancang agar tidak mengalami kehancuran dalam mulut, tetapi larut

    atau terkikis secara perlahan-lahan dalam jangka waktu kurang dari 30 menit

    (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

    Lozenges adalah bentuk sediaan obat atau bahan aktif yang memunyai

    cita rasa serta ditujukan untuk diisap dan bertahan dalam rongga mulut atau

    tenggorokan (Museum of The Royal Pharmaceutical Society of Great Britain

    2008) Dua bentuk utama lozenges adalah pemen kembang gula keras dan tablet

    kempa.

    Persyaratan mutu fisik tablet isap berbeda dengan tablet yang biasa,

    perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan lebih tinggi (>10 mg) dan

    melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit). Namun, kekerasan dari tablet

    isap bukan merupakan persyaratan mutlak. Kekerasan tablet isap dipersyaratkan

    lebih tinggi dari tablet yang lain dengan harapan bahwa waktu melarutnya akan

    lebih lama. Oleh karena itu, selama waktu melarut masih memenuhi persyaratan

    (>5 menit) maka tablet isap diharapkan menghasilkan efek terapi yang memadai

    (Sugiartono 2003).

  • Bahan Penyusun Tablet Isap

    Bahan-bahan utama yang biasa digunakan dalam pembuatan tablet isap

    adalah bahan dasar tablet (pengisi dan gula), pengikat, pencitarasa, pewarna,

    pelumas atau pelincir, dan bahan aktif yang diinginkan (Peters 1989 dalam

    Fardinatri 2007). Tablet tertentu mungkin memerlukan suatu pemacu aliran.

    Sedangkan yang lainnya mungkin memerlukan zat pewarna, zat perasa, dan zat

    pemanis pada tablet kunyah (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

    Maltodekstrin terbuat dari hidrolisis pati dengan asam atau enzim.

    Kelompok polimer utama yang menyusun maltodekstrin seperti halnya pati

    adalah amilosa dan amilo pektin, sedangkan lipid, protein, fosfor, abu, dan air

    merupakan komponen penyusun lain dalam jumlah kecil. Maltodekstrin

    mempunyai Dekstrose Equivalent (DE) kurang dari 20. Semakin tinggi nilai DE

    maka produk akan semakin manis. Maltodekstrin digunakan pada produk yang

    berbentuk cair untuk memberi mouthfeel pada produk pengisi pada saat

    pengeringan dan sebagai bahan pengental (Luallen 2002 dalam Fardinatri 2007).

    Sukralosa merupakan pemanis dengan tingkat kemanisan sangat tinggi,

    mencapai 600 kali dibanding sukrosa. Sukralosa, dengan tingkat kemanisan

    yang begitu besar, tidak memberikan kontribusi energi tambahan pada produk

    yang mempergunakannya. Berdasarkan lebih dari 100 penelitian pada hewan

    dan manusia, Food and Drugs Association (FDA) menyimpulkan bahwa

    sukralosa tidak bersifat karsinogenik dan tidak menyebabkan gangguan

    reproduksi maupun risiko neurologik. Salah satu keunggulan sukralosa adalah

    tahan panas sehingga tingkat kemanisan yang diperoleh tidak menurun. Selain

    itu, karena tingkat kemanisannya yang sangat tinggi, jumlah sukralosa yang

    diperlukan untuk mencapai tingkat kemanisan yang diinginkan sangat sedikit

    (Anonim 2008).

    Sukralosa tidak digunakan sebagai sumber energi oleh tubuh karena

    tidak terurai sebagaimana halnya dengan sukrosa. Sukralosa tidak dapat dicerna

    dan langsung dikeluarkan oleh tubuh tanpa perubahan. Hal tersebut

    menempatkan sukralosa dalam golongan Generally Recognized as Safe (GRAS)

    sehingga aman dikonsumsi wanita hamil dan menyusui serta anak-anak segala

    usia. Sukralosa teruji tidak menyebabkan karies gigi, perubahan genetik, cacat

    bawaan, dan kanker. Sukralosa tidak pula berpengaruh terhadap perubahan

    genetik, metabolisme karbohidrat, reproduksi pria dan wanita, serta terhadap

    sistem kekebalan. Joint FAO/WHO Expert Committee on Food Additives

  • (JECFA) menyatakan sukralosa merupakan bahan tambahan pangan yang aman

    untuk dikonsumsi manusia dengan ADI sebanyak 10 sampai dengan 15 mg/ kg

    berat badan. Corporate Affairs Commission (CAC) mengatur maksimum

    penggunaan sukralosa pada berbagai produk pangan berkisar antara 120

    sampai dengan 5.000 mg/ kg produk (Badan Standardisasi Nasional 2000).

    Sorbitol merupakan isomer optik dari mannitol. Sorbitol bersifat

    higroskopis (menyerap air) pada kelembaban lebih dari 65% dan memiliki kalori

    (2,5 Kal/ gram) dan kemanisan (0,6 kali) yang relatif kurang dibandingkan

    dengan gula (sukrosa) (Lachman, Lieberman & Kanig 1994). Sorbitol merupakan

    gula alkohol yang dikenal dapat termetabolisme secara lambat di dalam tubuh.

    Sorbitol merupakan gula pengganti yang sering digunakan dalam makanan diet

    dan bebas gula. Sorbitol terdapat secara alami pada banyak buah-buahan.

    Sorbitol juga direferensikan sebagai pemanis karena memberi energi makanan

    2,6 Kal/ gram dengan rata-rata 4 Kal gula dan tepung (Anonim 2008).

    Sorbitol cocok digunakan dalam tablet isap yang terkikis di mulut secara

    lambat. Sorbitol juga memberikan rasa dingin pada mulut, memilki tekstur licin,

    dan memiliki kualitas kompresi yang baik. Selain itu, sorbitol tidak bersifat

    kariogenik pada gigi dan tidak bereaksi dengan bahan aktif dalam tablet (Peters

    1989 dalam Fardinatri 2007).

    Aerosil merupakan bahan yang berfungsi sebagai pelincir sekaligus

    adsorban pada pembuatan tablet. Pelincir berfungsi untuk melancarkan masuk

    dan keluarnya bahan pada die (tempat cetakan tablet) sehingga banyak bahan

    yang masuk seragam serta berat tablet cetakan pertama dan selanjutnya tetap

    sama. Sebagai adsorban, aerosil dapat mengikat dan mempertahankan bahan

    yang agak basah tanpa membuat tablet menjadi basah. Adsorban biasanya

    ditambahkan pada bahan aktif yang basah atau berminyak (seperti vitamin E)

    sebelum dicampurkan pada bahan lainnya (Peck, Baley, McCurdy & Banker

    1989 dalam Fardinatri 2007).

    Magnesium stearat mudah terbakar langsung dengan bahan-bahan yang

    terbuat dari minyak. Merupakan bubuk sabun putih dengan pH basa. Magnesium

    stearat diperoleh dari asam stearit yang banyak diturunkan dari sumber tanaman

    (Morgan 2008). Magnesium stearat digunakan sebagai pencegah lengket antara

    tablet dengan peralatan yang digunakan di pabrik-pabrik dalam bidang teknologi

    farmasi selama proses pengempaan (Anonim 2008). Magnesium stearat

    berperan sebagai pelumas dalam pembuatan tablet. Penggunaannya dianjurkan

  • untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet dengan dinding die pada saat

    tablet ditekan keluar. (Lachman, Lieberman & Kanig 1994).

    Sodium benzoat merupakan bahan pengawet makanan yang tersebar

    luas dan umumnya digunakan di bawah 0.1% pada berbagai makanan.

    Pembatasan sodium benzoat pada makanan bukan dikarenakan toksisitasnya

    namun pada level penggunaan lebih tinggi dari 0.1% akan meninggalkan

    aftertaste yang tidak enak pada makanan (Anonim 2008).

    Benzoat bekerja secara optimal pada kisaran pH 2.5-4.0 pada makanan

    yang asam atau diasamkan. Sodium benzoat efektif digunakan untuk mencegah

    kontaminasi khamir dan bakteri. Menurut FDA, sodium benzoat aman

    (UDA/GRAS) dan dapat digunakan sampai 0.2% atau 0.3% dalam bahan

    makanan karena mekanisme detoksifikasi benzoat dalam tubuh. Syarat

    ketetapan tersebut terdapat juga di dalam UU no.235/Menkes/Per/VI/1979. Rasa

    sweetish atau astringent yang tertinggal dapat diatasi dengan mengurangi

    penggunaannya atau mengombinasikannya dengan kalium sorbat atau ester dari

    asam parahidroksibenzoat (Fardiaz et al. 1988).

    Asam sitrat dengan rumus molekul C6H8O7 adalah asam trikarboksilat

    berbentuk kristal atau serbuk putih. Asam sitrat merupakan asam organik kuat

    yang memiliki sifat-sifat kimia antara lain mudah larut dalam air, kelarutannya

    dalam alkohol sedang, dan sedikit larut dalam eter (Branen, Davidson &

    Salminen 1990). Asam sitrat banyak digunakan pada makanan sebagai asidulan

    atau zat pengasam. Asidulan dapat bertindak sebagai penegas rasa dan warna

    atau menyelubungi after taste yang tidak disukai. Sifat asam senyawa ini dapat

    mencegah pertumbuhan mikroba dan bertindak sebagai bahan pengawet.

    Derajat keasaman rendah pada buffer yang dihasilkannya mempermudah proses

    pengolahan. Salah satu tujuan utama penambahan asam pada makanan adalah

    untuk memberikan rasa asam karena asam dapat mengintensifkan penerimaan

    rasa-rasa lain. Unsur yang menyebabkan rasa asam adalah ion H+ atau ion H3O+

    (Winarno 1997). Asam sitrat digunakan dalam industri makanan karena

    kelarutannya yang tinggi, memberi rasa asam yang enak, dan tidak bersifat

    racun.

    Metode Ekstraksi Ekstraksi adalah pemindahan selektif suatu senyawa dari bentuk cair fase

    air ke bentuk cair lainnya (fase organik) atau dari bentuk padat ke bentuk cair.

    Prosesnya disebut ekstruksi cairan. Ekstraksi cairan dapat berupa cairan dan

  • padatan cair. Prinsip dari suatu metode ekstraksi adalah pemisahan suatu

    komponen tersebut. Efektivitas suatu ekstraksi dipengaruhi oleh ukuran partikel,

    tekstur bahan, dan pelarut yang digunakan (Wikandari 1994).

    Metode PengeringanPengeringan merupakan penghilangan kelembaban pada bahan

    makanan. Tujuan utama pengeringan adalah untuk memelihara produk selama

    penyimpanan dengan mengurangi uap air sehingga mikroorganisme tidak mudah

    tumbuh dan mempertahankan kualitas dan nilai gizi. Pengeringan juga

    mengurangi volume produk sehingga distribusi dan penyimpanan produk mudah

    dilakukan (Hariyadi 2006). Beberapa jenis pengering di industri pangan antara

    lain:

    Spray Dryer (Pengering Semprot)Pengeringan semprot secara luas digunakan pada produksi pengenziman

    skala besar karena biayanya yang lebih rendah (Yamato & Sano 1992 dalam

    Pilosof & Terebiznik 2000). Pengeringan produk makanan cair sering dilakukan

    dengan menggunakan pengering jenis ini. Terjadi perpindahan kelembaban dari

    produk cair setelah cairan diatomisasi atau disemprot ke dalam udara panas oleh

    kamar-kamar pengering. Jenis pengatomisasi adalah aspek penting karena

    digunakan untuk menilai energi yang diperoleh dari penyemprotan, ukuran dan

    distribusi tetesan yang terdapat pada area pemindah panas, tingkat pengeringan,

    kecepatan dan jalur tetesan, serta jenis ukuran produk akhir (pemercik hidrolik

    dan pemercik putar) (Hariyadi 2006).

    Tekanan pengatom digunakan untuk menghasilkan tetesan dengan

    menekan cairan melalui lubang kecil (0.4-4 mm). Tingkat alir maksimal adalah 1

    liter/ jam dengan kisaran tekanan antara 300-4000 psig. Alat ini jarang digunakan

    pada bahan makanan dengan konsentrasi tinggi. Umumnya digunakan pada

    produk susu, krim, kopi, teh, sari buah, telur, dan hasil ekstrak. Diameter sebaran

    tetesan dan konsistensi lapisan rongga produk yang dikeringkan akan

    menyempit. Biaya operasional lebih rendah dengan menggunakan pemercik

    putar (Hariyadi 2006).

    Vacuum Dryer (Pengering Vakum)

    Dehidrator jenis ini menggunakan vakum untuk mempertahankan tekanan

    uap paling rendah dalam ruang di sekeliling produk. Penurunan tekanan juga

    menurunkan suhu kelembaban produk sehingga penguapan kelembaban produk

    akan meningkat dan menghasilkan perbaikan dalam kualitas produk. Uap

  • dipindah dan didifusikan terhadap peningkatan kelembaban dengan vakum.

    Peralatan yang digunakan digambarkan sebagai rak-rak yang bekerja memutar,

    berbentuk kerucut, dan beku (Hariyadi 2006).

    Beberapa jenis enzim diketahui menginaktivasi secara sebagian atau

    keseluruhan selama proses pengeringan sehingga pengeringan vakum

    merupakan metode yang baik untuk melindungi enzim-enzim tersebut dari

    degradasi atau oksidasi termal. Umumnya, pengering beroperasi pada kisaran

    temperatur 10-500C pada daerah kontak langsung (Strumillo et al. 1991 dalam

    Pilosof & Terebiznik 2000).

    Freeze Dryer (Pengering Beku)

    Pengeringan beku biasanya digunakan untuk mengeringkan enzim-enzim

    yang bersifat labil terhadap suhu dalam jumlah sedikit (Yamato & Sano 1992

    dalam Pilosof & Terebiznik 2000). Terjadi penurunan suhu produk sehingga

    sebagian besar kelembaban produk berada dalam level padatan dan

    menurunkan tekanan sekeliling produk dengan sublimasi es yang didapatkan.

    Pengering beku memegang peranan penting untuk digunakan pada berbagai

    jenis makanan, terutama pada produk dengan hasil kualitas yang diterima

    dengan baik oleh konsumen. Umumnya digunakan pada produk sari buah,

    sayuran, buah-buahan, udang, kopi, dan flakes (Hariyadi 2006).

    Pengeringan beku secara industri memiliki 20 m3 daerah berbuku-buku.

    Kamar pengeringan dihubungkan dengan kondensor es silinder yang terpisah

    melalui klep tertutup. Sistem pendingin termasuk kompresor pendingin air dan

    seri penukar panas terhadap pendinginan atau pemanasan sirkulasi air asin.

    Kamar pengering bagian depan dapat disegel ke dalam dinding pada area yang

    bersih (Hariyadi 2006).

    Metode Kromatografi Thin Layer Chromatography (TLC) Metode kromatografi adalah metode pemisahan suatu komponen, di

    mana komponen yakan dipisahkan dan didistribusikan di antara dua fase yaitu

    fase diam dan fase bergerak. Fase bergerak berupa gas atau cairan, sedangkan

    fase diam berupa padatan atau cairan (Meloan 1999). Berdasarkan prinsip

    pemisahannya, kromatografi dibedakan menjadi 4 yaitu kromatografi partisi,

    kromatografi adsorbansi, kromatografi penukar, dan kromatografi eksklusi.

    Kromatografi cair meliputi metode kromatografi sederhana dan metode

    kromatografi modern. Metode kromatografi modern terdiri atas metode HPLC

    (High Pressure Liquid Chrometography) dan metode TLC (Thin-Layer

  • Chromatography) (Tissue 1996). Thin-Layer Chromatography (TLC) adalah

    teknik kromatografi yang berguna untuk memisahkan komponen organik yang

    terpisah. TLC sering digunakan untuk mengamati reaksi organik yang terjadi dan

    untuk mengetahui kemurnian produk karena kepraktisan dan kecepatannya.

    TLC terdiri atas fase diam yang terhenti pada media plastik dan pelarut.

    Jumlah contoh dapat diidentifikasi dengan standar yang simultan. Media

    ditempatkan dalam wadah pelarut dan pelarut bergerak ke atas secara kapiler.

    Saat pelarut di depan mencapai tepi lain dari fase diam, media tersebut

    berpindah dari wadah pelarut. Titik-titik terpisah divisualisasikan dengan cahaya

    ultraviolet atau dengan menempatkannya pada media dalam iodin yang

    menguap. Perbedaan komponen campuran bergerak ke atas dengan tingkat

    berbeda karena perbedaaan reaksi partikel antara fase cair bergerak dan fase

    diam (Tissue 1996).

  • METODE PENELITIAN

    Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2008 sampai Juli 2008.

    Pengambilan contoh ibu hamil dilakukan di Desa Babakan, Kecamatan

    Dramaga. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena letak yang mudah

    dijangkau sehingga memudahkan akses antara lokasi pembuatan produk dengan

    tempat tinggal ibu hamil. Pembuatan produk yang meliputi pembuatan ekstrak

    jahe, pembuatan tepung ekstak jahe, pembuatan tablet isap jahe, sampai proses

    analisis dilakukan di Laboratorium Percobaan Makanan dan Laboratorium

    Analisis Zat Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia

    (FEMA), Institut Pertanian Bogor; Pilot Plant Southeast Asian Food and

    Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center, Institut Pertanian

    Bogor; Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Tropis, Bogor; serta Laboratorium

    Lembaga Tenaga Farmasi TNI AL (LAFIAL), Jakarta. Penilaian organoleptik

    tepung ekstrak jahe dan tablet isap jahe dilakukan di Laboratorium Organoleptik,

    Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut

    Pertanian Bogor. Sedangkan, penilaian organoleptik dan uji penerimaan produk

    dilakukan di Puskesmas dan rumah ibu hamil yang menjadi contoh.

    Jumlah dan Cara Penarikan Contoh Contoh yang digunakan sebagai profil untuk mengetahui penerimaan

    produk adalah ibu hamil. Jumlah ibu hamil di Desa Babakan adalah 42 orang.

    Kriteria pemilihan contoh antara lain: 1) tinggal di Desa Babakan, 2) dapat

    berkomunikasi dengan baik, dan 3) bersedia dijadikan contoh. Jumlah ibu hamil

    yang terpilih sebagai contoh utama dalam penelitian ini adalah 20 orang dengan

    usia kehamilan antara 12-30 minggu. Sedangkan, untuk uji daya terima produk

    dipilih 20 orang ibu hamil yang terdiri atas 2 contoh utama yang tersisa (drop out

    karena melahirkan dan pindah rumah) dan 18 orang ibu hamil lain di Desa

    Darmaga sebagai pengganti contoh utama yang drop out. Data ibu hamil

    diperoleh dari Puskesmas serta rekapitulasi data kader Posyandu Desa

    Babakan.

    Panelis semi terlatih yang dipilih berjumlah 25 orang. Panelis semi terlatih

    ini dipilih untuk melakukan penilaian organoleptik terhadap tepung ekstrak jahe.

    Kriteria pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian

  • Bogor (IPB), 2) memahami cara melakukan penilaian organoleptik atau pernah

    melakukan penilaian organoleptik sebelumnya, dan 3) bersedia menjadi panelis.

    Panelis terlatih yang dipilih berjumlah 20 orang. Panelis terlatih ini dipilih

    untuk melakukan penilaian mutu organoleptik terhadap tablet isap jahe. Kriteria

    pemilihan panelis antara lain: 1) merupakan mahasiswa Institut Pertanian Bogor

    (IPB), 2) pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan khusus mengenai

    penilaian organoleptik atau berpengalaman dalam melakukan penilaian

    organoleptik, dan 3) bersedia menjadi panelis.

    Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan adalah data primer. Data primer tersebut meliputi

    data ibu hamil serta data pembuatan dan analisis produk. Data ibu hamil

    diperoleh melalui wawancara secara langsung menggunakan kuesioner dengan

    kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup. Data ibu hamil tersebut meliputi

    karakteristik ibu hamil, status gizi ibu hamil, riwayat kehamilan dan penyakit ibu

    hamil, kebiasaan makan ibu hamil, frekuensi konsumsi pangan ibu hamil, recall

    konsumsi pangan ibu hamil 1x24 jam, riwayat mual dan muntah kehamilan

    (MMK), serta pengetahuan tentang jahe.

    Data status gizi ibu hamil dilakukan dengan pengukuran Lingkar Lengan

    Atas (LILA). Wanita Usia Subur (WUS) dikatakan menderita Kekurangan Energi

    Kronis (KEK) jika ukuran Lingkar Lengan Atas (LILA) kurang dari 23.5 cm dan

    akan berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Data riwayat

    kehamilan meliputi riwayat keguguran, aborsi, melahirkan bayi dengan berat

    kurang dari 2500 gram, melahirkan bayi kurang dari 37 minggu, melahirkan bayi

    mati, melahirkan bayi sungsang, melahirkan secara ceasar, dan persalinan

    normal. Data riwayat penyakit ibu hamil meliputi penyakit anemia, jantung,

    hipertensi, diabetes, typus, diare, batuk, influenza, dan lain-lain. Data kebiasaan

    makan meliputi frekuensi makan makanan utama dalam sehari, frekuensi makan

    makanan selingan dalam sehari, makanan pantangan selama hamil, dan

    makanan yang menyebabkan alergi.

    Data MMK meliputi frekuensi MMK selama hamil, tingkat keparahan

    MMK, jenis makanan yang dikonsumsi selama MMK, jangka waktu terjadinya

    MMK, frekuensi kehamilan dengan MMK terparah, pemeriksaan diri terhadap

    gangguan MMK, sebab MMK, dan konsumsi obat MMK. Sedangkan data

    pengetahuan tentang jahe meliputi pendapat apabila jahe diberikan pada saat

    kehamilan, pilihan produk MMK yang dikehendaki, pendapat apabila jahe diolah

  • sebagai produk pereda MMK, dan kesediaan ibu untuk mencoba produk pereda

    MMK yang terbuat dari jahe.

    Data pembuatan produk meliputi data pembuatan, analisis, dan penilaian

    organoleptik tepung ekstrak jahe; data pembuatan, analisis, dan penilaian mutu

    organoleptik tablet isap jahe; serta data penilaian organoleptik dan uji

    penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil. Data analisis tepung ekstrak jahe

    meliputi analisis karakteristik fisik dan kimia tepung ekstrak jahe. Karakteristik

    fisik meliputi kadar air, rendemen, estimasi kehilangan selama pengeringan, dan

    kelarutan, sedangkan karakteristik kimia meliputi kandungan senyawa gingerol.

    Data penilaian organoleptik tepung ekstrak jahe oleh panelis semi terlatih

    meliputi parameter rasa jahe, rasa pedas, aroma, tekstur, warna, dan

    penampakan keseluruhan. Skala penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori

    sangat suka, suka, agak suka, agak tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak

    suka.

    Data analisis tablet isap jahe meliputi analisis mutu fisik tablet yang terdiri

    dari kekerasan, waktu larut, dan derajat keasaman (pH). Data penilaian mutu

    organoleptik tablet isap jahe oleh panelis terlatih meliputi parameter rasa manis,

    rasa flavor, rasa pedas, rasa jahe, rasa keseluruhan, aroma jahe, aroma flavor,

    aroma keseluruhan, mouthfeel, tekstur saat isap, dan warna. Masing-masing

    parameter tersebut diuji mutu organoleptiknya karena memegang peranan

    penting terhadap kesan pertama konsumen terhadap produk dan lebih lanjut

    berpengaruh terhadap penerimaan konsumen terhadap produk. Skala penilaian

    adalah 1-9 yang meliputi kategori amat sangat suka, sangat suka, suka, agak

    suka, biasa, agak tidak suka, tidak suka, sangat tidak suka, dan amat sangat

    tidak suka.

    Data penilaian organoleptik tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi

    parameter rasa jahe, rasa manis, rasa pedas, rasa keseluruhan, aroma jahe,

    aroma keseluruhan, warna, tekstur isap, dan penampakan keseluruhan. Skala

    penilaian adalah 1-6 yang meliputi kategori sangat suka, suka, agak suka, agak

    tidak suka, tidak suka, dan sangat tidak suka. Seluruh skala dalam penilaian

    organoleptik dan mutu organoleptik diubah menjadi skala numerik dengan angka

    menaik berdasarkan tingkat kesukaan.

    Data penerimaan tablet isap jahe oleh ibu hamil meliputi pertanyaan

    tentang pendapat ibu hamil tentang produk tablet isap yang terbuat dari jahe

    untuk mengatasi MMK, tanggapan ibu hamil setelah mencoba produk, aspek-

  • aspek produk yang disukai, aspek-aspek produk yang tidak disukai, dan

    kemungkinan ibu hamil membeli produk apabila produk beredar di pasaran.

    Bahan dan Alat

    Bahan-bahan yang digunakan adalah jahe merah segar sebagai bahan

    baku utama, maltodekstrin sebagai bahan pengisi, aerosil sebagai adsorban,

    sukralosa dan sorbitol bubuk sebagai pemanis, magnesium stearat dan talk

    sebagai pelincir dan pelicin, sodium benzoat sebagai pengawet, asam sitrat, dan

    flavour bubuk rasa teh hijau. Jahe merah diperoleh dari Pasar Bogor;

    maltodekstrin diperoleh dari Toko Kimia Setia Guna, Bogor; aerosil, magnesium

    stearat dan talk diperoleh dari Toko Kimia Bratachem, Bogor; sukralosa diperoleh

    dari PT Halim Sakti Pratama, Jakarta; green tea powder diperoleh dari Takasago

    Internasional Singapore, Jakarta; sorbitol bubuk diperoleh dari PT Kimia Farma,

    Jakarta; dan sodium benzoat diperoleh dari LAFIAL, Jakarta.

    Alat-alat yang digunakan antara lain spray dryer, vacuum dryer, dan

    freeze dryer dari Pilot Plant SEAFAST Center, IPB. Alat analisis antara lain

    neraca analitik, oven, penetrometer, cawan porselen, stopwatch, termometer,

    dan erlenmeyer diperoleh dari Laboratorium Kimia dan Analisis Pangan

    Departemen Gizi Masyarakat, IPB. Sedangkan alat pengempa diperoleh dari

    LAFIAL, Jakarta.

    Gambar 3. Spray dryer Gambar 4. Vacuum dryer

    Gambar 5. Freeze dryer

  • Tahapan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yang disajikan melalui

    skema di bawah ini :

    Pengambilan data ibu hamil ?

    Pembuatan tepung ekstrak jahe?

    Uji karakteristik fisik dan kandungan senyawa kimia (gingerol)?

    Pemilihan tepung ekstrak jahe terbaik?

    Pembuatan tablet isap jahe?

    Analisis mutu fisik dan organoleptik?

    Uji kesukaan dan daya terima tablet isap oleh ibu hamilGambar 6. Skema tahapan penelitian

    Pembuatan Produk

    Pembuatan Tepung Ekstrak Jahe Tahapan ini dimaksudkan untuk memperoleh tepung ekstrak jahe terbaik

    dari 3 jenis pengeringan yang dilakukan dengan menganalisis karakteristik fisik

    dan penilaian organoleptis penelis. Pemilihan jahe merah sebagai bahan baku

    zat aktif dilakukan dengan pertimbangan kandungan oleoresinnya yang tinggi.

    Semakin banyak kandungan oleoresin dalam bahan tersebut, semakin

    memungkinkan diperoleh gingerol dalam jumlah yang lebih besar pula.

    Pemilihan prosedur ekstraksi dengan campuran air menggunakan

    blender dilakukan atas pertimbangan harga, keamanan, efektivitas, dan

    kepraktisan dalam proses pengekstrakan. Berdasarkan hasil penelitian

    Wikandari (1994), metode ekstraksi jahe segar dengan cara refluk menggunakan

    soxhlet dan penghancuran dengan blender memberikan hasil yang relatif sama,

    hanya waktu ekstraksi dengan metode penghancuran menggunakan blender

    jauh lebih singkat dan sederhana. Jumlah senyawa gingerol optimal diperoleh

    dengan kecepatan maksimum (skala 7) dalam waktu 7.5 menit dengan

    perbandingan pelarut dan jahe adalah 20:1.

    Menurut Schubert (1981) dalam Wikandari (1994), metode blender

    menghasilkan partikel yang lebih halus daripada soxhlet. Luas permukaan

    terhadap volume menjadi lebih luas dan mempunyai daya kapilaritas yang lebih

    besar dari pelarut. Menurut Wikandari (1994), pelarut juga lebih mudah dan lebih

    banyak berdifusi ke dalam partikel-partikel jahe sehingga proses ekstraksi

  • berjalan lebih singkat. Pengaruh perputaran rotor akan memperkuat dan

    mempercepat kontak antara pelarut dengan partikel-partikel jahe dan

    mempercepat kontak antara pelarut dengan patikel-partikel bahan.

    Pemilihan pengering dari jenis spray dryer, vacuum dryer, dan freeze

    dryer dilakukan dengan pertimbangan ketiganya umum digunakan sebagai

    pengering bahan pangan yang diambil ekstrak atau sarinya. Sebelum dilakukan

    pengeringan, ditambahkan bahan pengisi maltodekstrin ke dalam ekstrak jahe

    dan dihomogenisasi. Perbandingan ekstrak jahe dan bahan pengisi adalah 9:1.

    Rimpang jahe segar dicuci dan dikupas?

    Jahe dipotong kecil-kecil dan diekstraksi bersama air dengan perbandingan 1:20menggunakan blender dengan skala 7 selama 7,5 menit

    ?Ditambahkan bahan pengisi 10% dan dihomogenisasikan

    ?Dikeringkan dengan 3 jenis pengering

    ?Dianalisis karakteristik fisik dan kandungan senyawa gingerol

    ?Dipilih tepung ekstrak jahe terbaik

    Gambar 7. Prosedur pembuatan tepung ekstrak jahe (Wikandari 1994)

    Pembuatan Tablet Isap Jahe

    Tepung ekstrak jahe dengan karakteristik terbaik selanjutnya digunakan

    dalam tablet isap. Metode pembuatan tablet isap merupakan trial and eror dari

    metode kempa langsung dengan tahapan: penimbangan bahan, pencampuran,

    pengocokan, dan pengempaan. Bahan yang digunakan adalah tepung ekstrak

    jahe, bahan pengisi tablet yang berfungsi juga sebagai pengisi tablet dan

    pemanis (sukralosa dan sorbitol bubuk), bahan anti lengket (magnesium stearat,

    aerosil, dan bubuk talk), serta bahan pengawet (sodium benzoat) dan bahan

    perasa (asam sitrat dan green tea powder).

    Penimbangan bahan-bahan?

    Pencampuran dalam kantung plastik ?

    Pengocokan dalam kantung plastik ?

    Pengempaan dengan metode kempa langsung ?

    Tablet isap jaheGambar 8. Prosedur pembuatan tablet isap jahe

  • Pengolahan dan Analisis Data

    Pengolahan data dilakukan mulai dari editing, coding, entry, cleaning, dan

    selanjutnya dianalisis. Coding dilakukan dengan cara menyusun code-book

    sebagai panduan entry dan pengolahan data. Entry dan cleaning data dilakukan

    kemudian untuk memastikan tidak ada kesalahan dalam memasukkan data.

    Analisis data diolah dengan menggunakan program komputer Microsoft Excell

    2003, Statistical Program for Social Sciences (SPSS) versi 11.5 for Windows,

    dan Statistical Analysed System (SAS).

    Data frekuensi konsumsi pangan melalui metode food frequency

    questionnaire secara berturut-turut dikonversikan ke dalam satuan energi (Kal),

    protein (g), zat besi (mg), kalsium (mg), dan vitamin A (RE), dengan

    menggunakan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) 1994. Berdasarkan

    Hardinsyah dan Briawan (1994), konversi dihitung dengan menggunakan rumus

    sebagai berikut :

    Kgij = (Bj/100) x Gij x BDDj/100)

    Keterangan:

    Kgij = kandungan zat gizi dalam bahan makanan j

    Bj = berat makanan j yang dikonsumsi (g)

    Gij = kandungan zat gizi dalam 100 gram BDD bahan makanan j

    BDDj = bagian bahan makanan j yang dapat dimakan

    Kecukupan zat gizi dihitung berdasarkan angka kecukupan zat gizi yang

    dianjurkan menurut umur dan berat badan sehat. Tingkat konsumsi energi dan

    protein dikategorikan menjadi cukup (?70%) dan tidak cukup (

  • percobaan pembuatan tepung ekstrak jahe adalah metode pengeringan ekstrak

    jahe dengan 3 taraf yaitu menggunakan spray dryer, menggunakan vacum dryer,

    dan menggunakan freeze dryer. Peubah yang diamati adalah karakteristik fisik

    (kadar air, rendemen, estimasi kehilangan, kelarutan) dan kandungan senyawa

    gingerol dari tepung ekstrak jahe. Model matematisnya (Sudjana 1995) adalah

    sebagai berikut :

    Yij = + Ai + ?ijKeterangan :

    Yij =Nilai pengamatan pengaruh taraf ke-i metode pengeringan ekstrak jahe

    pada ulangan ke-j

    = Nilai rata-rata pengamatan

    Ai = Pengaruh metode pengeringan : ekstrak jahe pada taraf ke-i

    ?ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari metode pengeringan :

    ekstrak jahe pada ulangan ke-j

    i = Banyaknya taraf metode pengeringan : ekstrak jahe

    j = Banyaknya ulangan (j = 2)

    Rancangan percobaan yang digunakan dalam pembuatan tablet isap jahe

    adalah RAL dengan dua kali ulangan (Sudjana 1995). Unit percobaan yang

    diamati adalah formula tablet isap jahe terpilih. Perlakuan yang diberikan pada

    unit percobaan adalah penambahan flavor yang terdiri dari tiga taraf yaitu

    dengan penambahan asam sitrat (formula 1), dengan penambahan green tea

    powder (formula 2) dan tanpa penambahan asam sitrat maupun green tea

    powder (formula 3). Peubah yang diamati adalah mutu fisik (kekerasan, waktu

    larut, pH) dari tablet isap jahe. Model matematisnya adalah sebagai berikut :

    Yij = + Ai + ?ijKeterangan :

    Yij = Nilai pengamatan respon karena pengaruh taraf ke-i formula pada

    ulangan ke-j

    = Nilai rata-rata pengamatan

    Ai = Pengaruh formula pada taraf ke-i

    ?ij =Galat percobaan karena pengaruh taraf ke-i dari formulasi pada ulangan

    ke-j

    i = Banyaknya taraf formula

    j = Banyaknya ulangan (j = 2)

  • Data hasil uji organoleptik dianalisis secara deskriptif dengan

    menggunakan skor modus dan rata-rata persentase panelis yang dapat

    menerima dari masing-masing taraf perlakuan. Jika perlakuan yang dianalisis

    dengan uji nonparametrik Kruskal Wallis signifikan, maka dilakukan uji lanjut

    multiple comparisson (Gaspersz 1994).

    Tabel 3 Cara pengategorian dan analisis variabelNo Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis1. Karakteristik ibu

    hamil1. Usia ibu hamil

    2. Usia kehamilan3. Kehamilan ke-

    1. Usia reproduksiaman dan sehat(20-35 tahun)

    2. Usia reproduksiyang kurang amandan sehat (35tahun)

    Deskriptif

    2. Status gizi ibuhamil

    Lingkar Lengan Atas(LILA)

    1. Tidak KEK (?23.5cm)

    2. KEK (

  • Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis7. Riwayat mual dan

    muntah kehamilan1. Frekuensi MMK2. Tingkat keparahan

    MMK3. Makanan yang

    dikonsumsi padasaat MMK

    4. Jangka waktu terjadiMMK

    5. Frekuensi kehamilandengan MMKterparah

    6. Pemeriksaan diriterhadap MMK

    7. Sebab MMK8. Konsumsi obat MMK

    Deskriptif

    8. Pengetahuantentang Jahe danpilihan produkMMK

    1. Pemberian jahe saatkehamilan

    2. Pilihan produk MMK3. Pengolahan jahe

    sebagai produkpereda MMK

    4. Kesediaan mencobaproduk pereda MMKdari jahe

    Deskriptif

    9. Karakteristik fisiktepung ekstrakjahe

    1. Kadar air2. Rendemen3. Estimasi kehilangan4. Kelarutan

    KruskalWallis

    10. Karakteristik kimiatepung ekstrakjahe

    Kandungan senyawagingerol

    Deskriptif

    11. Penilaianorganoleptiktepung ekstrakjahe

    1. Rasa jahe2. Rasa pedas3. Aroma4. Tekstur5. Warna6. Keseluruhan

    1. Kategori disukai(skor 4-6)

    2. Kategori tidakdisukai (skor 1-3)

    Deskriptif

    12. Mutu fisik tabletisap jahe

    1. Kekerasan

    2. Waktu larut

    3. Derajat keasaman(pH)

    1. Memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap (?10 mg)

    2. Belum memenuhiprasyaratkekerasan tabletisap (

  • Tabel 3 (Lanjutan)No Kelompok Data Variabel Kategori Pengukuran Analisis13. Penilaian mutu

    organoleptik tabletisap jahe

    1. Rasa manis2. Rasa flavor3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma flavor7. Aroma keseluruhan8. Mouthfeel9. Tekstur isap

    10. Warna

    1. Kategori bermutubaik (skor 5-9)

    2. Kategori belumbermutu baik (skor1-4), untukparameter rasapedas, skor 8 dan9 juga termasukke dalam kategoribelum bermutubaik

    Deskriptif

    14. Penilaianorganoleptik tabletisap jahe

    1. Rasa jahe2. Rasa manis3. Rasa pedas4. Rasa keseluruhan5. Aroma jahe6. Aroma keseluruhan7. Warna8. Tekstur isap9. Keseluruhan

    1. Kategori diterima(skor 4-6)

    2. Kategori belumditerima (skor 1-3)

    Deskriptif

    15. Penerimaanproduk tablet isapjahe

    1. Produk tablet isapjahe untuk MMK

    2. Tanggapan setelahmencoba

    3. Aspek-aspek yangdisukai

    4. Aspek-aspek yangtidak disukai

    5. Kemungkinanmembeli produk

    Deskriptif

  • HASIL DAN PEMBAHASAN

    Profil Ibu HamilKarakteristik Ibu Hamil

    Sebaran ibu hamil menurut karakteristik usia ibu hamil, usia kehamilan,

    dan frekuensi kehamilan disajikan dalam Tabel 4 berikut.

    Tabel 4 Sebaran ibu hamil menurut karakteristikKarakteristik Ibu

    Hamiln %

    Usia Ibu Hamil (tahun)35

    1163

    58015

    Total 20 100Min-maks 18-37 tahunRata-rataSD 28.75.6Usia Kehamilan (trimester)II (12-28 minggu)III (28-40 minggu)

    191

    955

    Total 20 100Min-maks 12-30 mingguRata-rataSD 20.55.5Kehamilan ke-12345

    65531

    302525155

    Total 20 100

    Usia ibu hamil dikategorikan menjadi tiga menurut sebarannya, yaitu

    kurang dari 20 tahun, 20-35 tahun, dan lebih dari 35 tahun. Usia ibu hamil

    berkaitan dengan perkembangan alat-alat reproduksinya. Usia reproduksi yan